KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJAN EKONOM DAN KEUANGAN REGONAL PROVNS KALMANTANN BARAT TRWULAN 214 KANTOR PERWAKLAN BANK NDONESA PROVNS KALMANTAN BARAT

2 Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : ext 827, 823, 8238 Faks : Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui

3 KATAA PENGANTAR Triwulan 214 merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangandan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah pada triwulan mendatang. Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Gapkindo, PT. Pelindo Cabang Pontianak, PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, Agustus 214 KEPALA PERWAKLAN BANK NDONESA PROVNS KALMANTAN BARAT Hilman Tisnawan Triwulan 214 i

4 Halaman ini sengaja dikosongkan ii Triwulan 214

5 DAFTAR S KATA PENGANTAR i DAFTAR S iii DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFK vii RNGKASAN UMUM 1 Perkembangan Perekonomian Daerah 1 Perkembangan nflasi Daerah 1 Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2 Perkembangan Keuangan Pemerintah 3 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3 Prospek Perekonomian Daerah 4. PERKEMBANGAN PEREKONOMAN DAERAH Kajian Umum PDRB Menurut Penggunaan Konsumsi nvestasi Ekspor - mpor PDRB Sektoral Sektor Pertanian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor ndustri Pengolahan Sektor Lainnya 18. PERKEMBANGAN NFLAS DAERAH Gambaran Umum nflasi Tahunan nflasi Triwulanan nflasi Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok Makanan Jadi 28 Triwulan 214 iii

6 2.5. Disagregasi nflasi Faktor Fundamental Faktor Non Fundamental 33. SSTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Perkembangan ndikator Umum Perbankan Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Penyaluran Kredit Sektor Produktif Penyaluran Kredit Rumah Tangga Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Transaksi Melalui B-RTGS Perkembangan Transaksi Melalui Kliring Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA) Perkembangan Pengelolaan Uang Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui B Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar Pemusnahan Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 56 V. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERNTAH Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan Realisasi Belanja Daerah 62 V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) Pergerakan NTP Bulan Juni Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan nflasi Pedesaan Tingkat Kemiskinan 73 V. PROSPEK PEREKONOMAN DAERAH Prospek Perekonomian Daerah Perkiraan nflasi Daerah 77 LAMPRAN DAFTAR STLAH xi xiv iv Triwulan 214

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)... 7 Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi nvestasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)... 9 Tabel 1.3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)... 1 Tabel 1.4 Nominal mpor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) Tabel 1.6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) Tabel 2.1 nflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)... 3 Tabel 3.1 Perkembangan ndikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank ndonesia (Uang Masuk) Tabel 3.1 Kegiatan Kas Keliling Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 214 (Rp miliar) Tabel 4.2 ndikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan 214 (Rp miliar) Tabel 5.1 ndikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor... 7 Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan Tabel 5.4 Perkembangan nflasi Pedesaan (yoy) Tabel 5.5 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Regional Kalimantan Triwulan 214 v

8 Halaman ini sengaja dikosongkan vi Triwulan 214

9 DAFTAR GRAFK Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat... 7 Grafik 1. 2 ndeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga... 8 Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan... 8 Grafik 1. 4 Ekspor Karet... 1 Grafik 1. 5 Harga nternasional Karet (USD Cent/kg)... 1 Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB Grafik 1. 8 Luas Panen Padi Grafik 1. 9 Curah Hujan Grafik 1. 1 Produksi Tandan Buah Segar Sawit Grafik Volume Bongkar Barang Grafik Volume Petikemas Grafik Tingkat Hunian Hotel Grafik Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Grafik Produksi CPO Kalimantan Barat Grafik Harga nternasional Karet dan CPO Grafik Produksi Karet Kalimantan Barat Grafik Pengadaan Semen di Kalimantan Barat Grafik 1. 2 Aset Perbankan di Kalimantan Barat Grafik Penjualan Listrik di Kalimantan Barat Grafik Penjualan Air Grafik Perolehan Pajak Hiburan Grafik 2. 1 nflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2. 2 nflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2. 3 nflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2. 4 nflasi Tahunan dan Andil nflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa Grafik 2. 5 nflasi Triwulanan dan Andil nflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa Grafik 2.6 nflasi dan Andil nflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat Grafik 2.7 nflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang Grafik 2.8 nflasi dan Andil nflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat Grafik 2.9 nflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang Grafik 2.1 nflasi dan Andil nflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat Triwulan 214 vii

10 Grafik 2.11 nflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang Grafik 2.12 nflasi dan Andil nflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat Grafik 2.13 nflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan Singkawang Grafik 2.14 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak... 3 Grafik 2.15 Perkembangan nflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat Grafik 2.16 Perkembangan nflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat Grafik 2.17 Perkembangan nflasi Negara Mitra Dagang Grafik 2.18 Perkembangan Nilai Tukar Grafik 2.19 Perkembangan Harga Komoditas Emas nternasional Grafik 2.2 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir Grafik 2.21 SPH Bumbu Grafik 2.22 SPH Daging dan Telur Grafik 2.23 SPH Komoditas kan Grafik 2.24 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak Grafik 2.25 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap B Rate Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan nvestasi di Kalimantan Barat... 4 Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat... 4 Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat Grafik 3.1 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil Grafik 3.15 Perkembangan nflow dan Outflow Kalimantan Barat Grafik 3.16 Perkembangan nflow dan Outflow melalui Kas Titipan Grafik 3.17 Perkembangan nflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap nflow viii Triwulan 214

11 Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)... 6 Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)... 6 Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar) Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) Grafik 5.1 Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy) Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat Grafik 5.5 ndeks Dibayar dan ndeks Diterima Petani Grafik 5.6 Pertumbuhan nflasi Pedesaan (yoy) Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Kalimantan Barat Grafik 5.8 Garis Kemiskinan Kalimantan Barat (dalam Rp) Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) Grafik 6.2 ndeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat Grafik 6.3 Harga nternasional Karet dan Crude Palm Oil Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen Triwulan 214 ix

12 Halaman ini sengaja dikosongkan x Triwulan 214

13 RNGKASAN UMUM Perkembangan Perekonomian Daerah Sejalan dengan perlambatan perekonomian secara nasional, pada triwulan 214, perekonomian Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan. Perekonomian Kalimantan Barat tumbuh 4,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan 214, yang tercatat sebesar 4,8% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,12% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan perlambatan kinerja ekspor. Di sisi sektoral, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214 ditandai dengan perlambatan kinerja pada sektor perekonomian utama Kalimantan Barat, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat besumber dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor bangunan, dimana ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 3,38% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,63% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 6,4% terhadap total PDRB. Perkembangan nflasi Daerah Tekanan inflasi klaimantan Barat pada triwulan 214 lebih rendah dari triwulan 214, namun masih berada di level yang relatif tinggi. Kondisi tersebut seiring berlalunya beberapa even musiman seperti mlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur. Tercatat, tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan 214 mencapai 8,69% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan 214 yang mencapai 8,98% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 6,7% (yoy). Penurunan tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan 214 disebabkan oleh terjaganya inflasi khususnya dari sisi fundamental, meskipun Triwulan 214 tekanan inflasi komoditas yang bersifat non-fundamental masih relatif tinggi. Berlalunya perayaan even musiman mlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur menyebabkan tekanan permintaan 1

14 terhadap tiket angkutan udara relatif mereda sehingga harga tiket angkutan udara cenderung turun. Sementara ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan 214 mengalami kenaikan, terutama ekspektasi inflasi jangka pendek. Kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan 214 terutama dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pelaksanaan pemilu legislatif, persiapan puasa, dan tahun ajaran baru yang mendorong peningkatan permintaan. Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan 214 tercatat mencapai Rp47,83 triliun, atau tumbuh cukup baik sebesar 19,1% (yoy), lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,7% (yoy). Akselerasi perkembangan volume usaha tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat yang tumbuh 15,33% (yoy) menjadi Rp38,65 triliun, lebih cepat dibandingkan triwulan 214 yang tumbuh 12,34% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan, tercatat tumbuh 16,7% (yoy) menjadi Rp32,2 triliun, lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 19,19% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit tersebut menyebabkan penurunan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 84,33% pada triwulan 214 menjadi 83,32% pada triwulan laporan. Di sisi lain, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan peningkatan dari 1,24% menjadi 1,31% pada triwulan laporan. Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi pada transaksi melalui B-RTGS. Transaksi kliring selama triwulan 214 relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp1,16 triliun atau meningkat,85% (qtq). Selama triwulan 214, transaksi RTGS mengalami kontraksi di sisi nominal transaksi namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui B-RTGS sebanyak transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar transaksi. Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan 214 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow). Jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,5 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi 2 Triwulan 214

15 Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,2 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi inflow maupun outflow masing-masing sebesar 4,7% (yoy) dan 55,33% (yoy). Perkembangan Keuangan Pemerintah Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214 menunjukkan peningkatan realisasi yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan 214 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan 213. Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214 tercatat sebesar Rp1.817,2 miliar, lebih besar dari realisasi pada triwulan 213 yang mencapai Rp1.693,25 miliar. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan 214 mencapai Rp1.36,53 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan 213 yang mencapai Rp626,58 miliar. Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan 214 terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penerimaan alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pelaksanaan pemilu legislatif dan persiapan pemilu presiden memberikan pengaruh terhadap peningkatan DAU di triwulan laporan. Sementara kenaikan PAD terutama didorong oleh kenaikan realisasi Pajak Daerah dari pajak kendaraan bermotor dan pajak penerangan jalan (PPJ), seiring kenaikan tarif tenaga listrik. Dari sisi belanja, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan. Secara lebih mendalam, diketahui bahwa tingginya realisasi Belanja Tidak Langsung/rutin salah satunya didorong oleh penyerapan belanja hibah. Sementara, realisasi Belanja Langsung terutama didorong oleh penyerapan Belanja Barang dan Jasa yang secara nilai mencapai Rp212,74 miliar, Pelaksanaan pembangunan infrastruktur khususnya terkait persiapan dalam menghadapi lebaran menjadi salah satu faktor pendorong belanja Barang dan Jasa. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 214, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 3.28 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 1,61% (yoy) dibandingkan hasil survei pada Bulan Februari 213. Jumlah angkatan kerja tercatat Triwulan 214 3

16 meningkat,85% (yoy) menjadi sebanyak ribu orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut lebih kecil dari peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Apabila dilihat dari pendidikan terakhir yang ditamatkan, penduduk dengan pendidikan SMA sampai dengan Universitas (SMA-Universitas) menunjukkan adanya tren peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan kualitas SDM yang lebih baik di Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari 213 menjadi sebanyak 2.39 orang. Sementara di sisi lain jumlah penduduk yang mencari kerja mengalami penurunan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang sebelumnya masih mencari kerja saat ini telah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan 214, atau bulan Juni 214, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 97,5. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar,67% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Maret 214 yang tercatat sebesar 96,4. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,28% (qtq) dibandingkan dengan bulan Maret 214 yang tercatat sebesar 19,78. Sementara indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,97% (qtq) dibandingkan dengan posisi Maret 214 yang tercatat sebesar 15,83. Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan 214 diperkirakan mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan 214 yang tumbuh 4,63% (yoy). Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1 5,5% (yoy). Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada Juli 214. Sementara itu, dari sisi sektoral, akselerasi perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari sektor perekonomian utama Kalimantan Barat. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh moderat, didorong oleh dimulainya periode panen padi pada akhir triwulan mendatang dan peningkatan produksi TBS. Selain itu, sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi didorong oleh industri pengolahan logam dan perkembangan industri CPO yang juga sejalan dengan tingginya investasi pada industri tersebut. Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 214 diperkirakan relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 4,9%-5,3% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat 4 Triwulan 214

17 kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan permintaan dari negara Tiongkok. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertanian dan pertambangan. nflasi Kalimantan Barat pada triwulan 214 diperkirakan berada di level yang moderate dengan puncak inflasi di awal triwulan. Tekanan inflasi yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di awal triwulan 214, seiring berlangsungnya puasa dan lebaran. Pada pertengahan hingga akhir triwulan, tekanan inflasi diperkirakan relatif mereda seiring berlalunya even musiman lebaran yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas. Meskipun diperkirakan mengalami penurunan, namun masih terdapat beberapa faktor yang berpotensi manjadi pemicu kenaikan inflasi seperti (i) kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi yang mulai diberlakukan sejak awal Agustus 214. (ii) Perayaan Sembahyang Kubur yang puncaknya dilaksanakan pada bulan Agustus 214. (iii) Kebijakan penyesuaian TDL akan dilakukan secara berkala setiap 2 bulan dan (iv) fluktuasi nilai tukar. Berdasarkan kondisi yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214 diperkirakan berada pada kisaran 6,59%-7,9% (yoy). Relatif rendahnya tekanan inflasi tahunan tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base effect dari 213, dimana terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi. Sementara untuk keseluruhan tahun 214, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 214 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional dan (4) Berlalunya pengaruh kenaikan harga BBM pada 213. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 214 menjadi lebih tinggi dari perkiraan, antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif lebar. (2) Nilai tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported inflation (3) Kondisi cuaca pada akhir 214 yang diperkirakan relatif kering dan (4) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden. Triwulan 214 5

18 ndikator Ekonomi Makro Regional Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,11 9,62 - Pertanian 2,299 1,776 2,37 2,117 2,364 1,978 2,21 2,281 2,465 1,973 - Pertambangan & Penggalian ndustri Pengolahan 1,32 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,42 1,486 - Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1,75 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,95 1,981 - Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Jasa 834 1,16 1,46 1, ,63 1,136 1, ,77 Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,11 9,62 - Konsumsi Rumah Tangga 4,41 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,7 - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah ,47 1,238 1,13 1,73 1,163 1,33 1,93 1,163 - PMTB 2,3 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,59 2,62 - Perubahan Stok 348 (44) (17) Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,71 2,861 2,695 2,343 - mpor 2,337 2,324 2,53 2,583 2,31 2,31 2,545 2,619 2,638 2,487 Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,34 4,356 4,91 4, mpor - Nilai mpor Non Migas (USD Juta) Volume mpor Non Migas (ribu ton) ndeks Harga Konsumen - Kota Pontianak Kota Singkawang Laju nflasi Tahunan (%,yoy) - Kota Pontianak Kota Singkawang Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 3,352 31,6 32, 32,47 33,59 34,72 36,273 36,47 36,648 - Tabungan 15,79 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,4 2,213 19,728 - Giro 5,663 6,345 6,26 4,628 5,97 6,78 6,688 4,873 6,368 8,12 - Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 1,8 Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,71 21,918 23,826 24,757 26,39 27,452 28,923 28,18 29,66 - Modal Kerja 6,74 7,62 7,699 8,811 8,569 9,369 9,51 1,135 9,969 1,517 - nvestasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,76 6,471 7,34 6,18 6,758 - Konsumsi 8,292 8,915 9,572 1,22 1,397 1,945 11,48 11,753 11,959 12,33 Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,18 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,11 9,624 1,39 11,243 - Modal Kerja 4,16 4,595 4,861 5,38 5,69 6,141 6,365 6,763 6,91 7,51 - nvestasi 1,97 2,1 1,87 1,961 2,18 2,538 2,634 2,851 3,128 3,733 - Konsumsi Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,16 1,399 1,93 1,175 1,167 1, ,437 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) , Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,18 4,412 3,89 4,198 6 Triwulan 214

19 . PERKEMBANGAN PEREKONOMAN DAERAH 1.1 Kajian Umum 12 Nilai g Kalbar (yoy) 1 Miliar Rp 8 6 g Nasional (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat Sejalan dengan perlambatan perekonomian secara nasional, pada triwulan 214, perekonomian Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan. Perekonomian Kalimantan Barat tumbuh 4,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan 214, yang tercatat sebesar 4,8% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,12% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan perlambatan kinerja ekspor. Di sisi sektoral, perlambatan terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada sektor pertanian, sementara pertumbuhan sektor lainnya tercatat mengalami akselerasi. 1.2 PDRB Menurut Penggunaan Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp) Jenis Penggunaan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Konsumsi Rumah Tangga 4,41 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,7 Konsumsi Nirlaba Konsumsi Pemerintah ,47 1,238 1,13 1,73 1,163 1,33 1,93 1,163 PMTB 2,3 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,59 2,62 Perubahan Stok 348 (44) (17) Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,71 2,861 2,695 2,343 Dikurangi mpor 2,337 2,324 2,53 2,583 2,31 2,31 2,545 2,619 2,638 2,487 PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,11 9,62 Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai 98,54% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Pada sisi lain, investasi mencatat sedikit perlambatan. Sementara itu, perlambatan yang lebih dalam ditunjukkan oleh perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat, dimana ekspor mengalami kontraksi yang cukup dalam dan impor mengalami perlambatan. 4 % Triwulan 214 7

20 1.2.1 Konsumsi Pada triwulan 214, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 7,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,66% (yoy). Konsumsi pemerintah juga menunjukkan akselerasi dari 7,88% (yoy) pada triwulan 214, menjadi 8,41% (yoy) pada triwulan laporan. Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan Barat pada periode laporan antara lain didorong oleh peningkatan permintaan seiring dengan berlangsungnya masa Pemilihan Umum Anggota Legislatif dan persiapan masa kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, periode liburan sekolah dan persiapan memasuki bulan Ramadhan. Peningkatan konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen Bank ndonesia, dimana indeks pembelian barang konsumsi tahan lama tercatat sebesar 141, pada triwulan laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 137,17. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada jenis barang elektronik dan peralatan rumah tangga. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari data nilai tukar petani BPS Provinsi Kalimantan Barat, dimana terdapat peningkatan indeks harga yang dibayar petani, khususnya untuk konsumsi rumah tangga dari 11,83 menjadi 112,45 pada triwulan laporan. Sementara itu, meningkatnya konsumsi pemerintah pada triwulan 214 sejalan dengan meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada periode laporan. Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh cairnya Dana Alokasi Umum (DAU), khususnya penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk mendukung pelaksanaan tahun ajaran baru, dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu, tingginya konsumsi pemerintah juga didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu Calon Anggota Legislatif dan Pemilu Presiden serta pembangunan infrastruktur, khususnya terkait persiapan dalam menghadapi perayaan dul Fitri Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah ndeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Grafik 1. 2 ndeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga ndeks Pembelian Barang Konsumsi Tahan Lama ndeks Kondisi Ekonomi Saat ni (KE) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Survei Konsumen Bank ndonesia, diolah Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan 8 Triwulan 214

21 1.2.2 nvestasi Pada triwulan 214, investasi di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang melambat, sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat sebesar 8,78% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,87% (yoy). Perlambatan investasi tersebut diindikasikan antara lain oleh data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat, dimana pada triwulan 214 terealisasi investasi sebesar Rp3,66 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,2 triliun. nvestasi PMDN terbesar merupakan investasi pada subsektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan minyak kelapa sawit. Sementara itu, investasi PMA sebagian besar merupakan investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar. mplementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 214 terkait pelarangan ekspor barang tambang mineral mentah mendorong pembangunan pabrik pengolahan/smelter di Kalimantan Barat, khususnya untuk bijih bauksit dan bijih besi. Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi nvestasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun) 1 Keterangan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 PMDN PMA PDKPM**) N/A TOTAL Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat 1.2.3Ekspor - mpor Pada triwulan 214, kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan kontraksi cukup dalam, dimana ekspor mengalami kontraksi 13,98% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya ekspor mampu tumbuh positif meskipun hanya 1,86% (yoy). Sementara itu, impor Kalimantan Barat tumbuh 7,67% (yoy) atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 14,61% (yoy). Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri, dimana pada triwulan laporan nominal ekspor hanya tercatat sebesar 15,62 juta USD atau mengalami kontraksi 55,54% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat sebesar 137,37 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 96,85% (yoy). Kontraksi tersebut terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit akibat 1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal Triwulan 214 9

22 dampak implementasi ketentuan pelarangan ekspor barang tambang mentah dan karet seiring dengan penurunan permintaan dunia. Sumber : Bank ndonesia, diolah Tabel 1.3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) Komoditas Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Karet dan Barang dari Karet (HS4) 167, , ,13 144, , , , ,81 127,473 85,329 Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 62,92 49,225 46,6 46,548 5,39 45,869 41,36 46,97 39,454 44,546 Lemak dan minyak dari hewan/nabati (HS15) 731 1,823 3,88 5,567 4,31 6,724 4,39-11,839 8,943 Ampas/Sisa ndustri Makanan (HS23) 1,647 1,723 2,441 2,248 2,492 2,283 2,784 3,547 3,822 4,133 Biji-bijian berminyak (HS12) ,26 1,438 kan dan Udang (HS3) 3,445 2,697 2,283 3,245 2,126 3,57 2,174 2,782 2,866 1,416 Buah-buahan dan kacang-kacangan (HS8) ,355 Perabot, penerangan rumah (HS94) , Olahan dari Tepung (HS19) Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 111,589 84,116 7, ,281 15, , ,95 137,14 18,88 13 Total 1 Golongan 349, ,1 258,14 341,56 322,53 334,774 34, ,451 26, ,631 Total Ekspor 351, ,792 26, , , , ,414 35,14 21,622 15,62 25, Nominal (ribu USD) 3% 45 2, Growth-RHS (yoy) 2% 1% , 1, 5, - % -1% -2% -3% -4% -5% -6% Tw Tw Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw V V V Sumber : Bank ndonesia, diolah Grafik 1. 4 Ekspor Karet Sumber : Bloomberg Grafik 1. 5 Harga nternasional Karet (USD Cent/kg) Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi 37,57% (yoy), atau lebih besar dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,14% (yoy). Kontraksi pada ekspor karet tersebut antara lain didorong oleh perlambatan permintaan seiring dengan potensi perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat. Selain itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi oleh pelemahan harga karet, dimana pada triwulan 214 harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 237,2 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,78 USD Cent/kg, yang antara lain dipengaruhi oleh munculnya sentimen negatif terkait tingginya stok karet di negara produsen. Perlambatan ekonomi Tiongkok terutama didorong oleh melemahnya kinerja investasi dan perdagangan. Hal ini sejalan dengan agenda rebalancing perekonomian Tiongkok untuk beralih dari 1 Triwulan 214

23 struktur ekonomi yang selama ini bertumpu pada investasi dan ekspor menjadi ekonomi yang ditopang oleh konsumsi. Aktivitas perekonomian Tiongkok melambat ditandai oleh penurunan kinerja produksi industri, indeks PM manufaktur dan Fixed Asset nvestment (FA). Sumber : Bank ndonesia, diolah Tabel 1.4 Nominal mpor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) Dari sisi impor, perlambatan impor diindikasikan oleh impor luar negeri Kalimantan Barat yang menunjukkan penurunan. Pada triwulan laporan, nominal impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 65,31 juta USD atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 74,6 juta USD. Dari sisi volume, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 9,44 ribu ton atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 133,56 ribu ton. Secara volume, impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, bahan kimia serta pupuk. Sementara secara nominal, impor didominasi oleh komoditas mesin, kapal dan pupuk. Komoditas 1.3 PDRB Sektoral Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 18,25 47,661 44,939 52,642 28,616 13,399 13,782 11,432 1,524 16,376 Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 3,827 9,824 22,518 39,232 4,457 17,491 44,933 17,78 33,122 13,347 Pupuk (HS31) 4,746 5,97 2,758 5,793 1, ,228 1,153 4,281 6,15 Benda-benda dari Besi dan Baja (HS73) 2,72 4,169 1,234 4,94 1, ,171 5,68 Kendaraan dan Bagiannya (HS87) , , ,357 3,365 Besi dan Baja (HS72) 2,638 4,32 1,447 5, ,82 3,53 1,88 1,78 2,666 Garam, Belerang, Kapur (HS25) 979 1,252 1,727 2,796 2,652 3,147 3,614 3,833 4,299 2,611 Bahan Ampas/Sisa ndustri Makanan (HS23) ,3 1, ,334 2,72 2,429 Biji-bijian berminyak (HS12) 1, ,26 1,75 1,741 1, , ,181 Perlengkapan rumah tangga (HS94) , ,877 Total 1 Golongan Barang 35,137 74,129 79, ,42 47,272 39,917 71,246 4,574 62,796 56,681 Total mpor 43,761 88,315 87, ,893 62,715 47,262 81,255 5,351 74,61 65,39 Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1. Pertanian 4.82%.96% 5.28% 4.6% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.27% -.25% 2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.9% 4.8% 3. ndustri Pengolahan 6.3% 2.16% 3.3% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 5.6% 7.38% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.2% 2.81% 3.56% 5. Bangunan 12.7% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58% 11.6% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.7% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 4.93% 5.4% 7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.7% 8.14% 5.4% 6.71% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.5% 5.28% 8.18% 7.17% 5.2% 2.78% 6.5% 9. Jasa - jasa 8.2% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.5% 4.85% 1.34% PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.7% 6.37% 4.8% 4.63% Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan 214 ditandai dengan perlambatan kinerja pada sektor perekonomian utama Kalimantan Barat, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat besumber dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan Triwulan

24 restoran (PHR), serta sektor bangunan, dimana ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 3,38% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,63% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 6,4% terhadap total PDRB. Jasa.16% Keuangan Angkutan PHR Bangunan LGA ndustri.2%.36%.68% 1.3% 1.17% 1.18% ndustri 16.4% PHR 21.86% Pertanian 21.77% Lainnya, 36.8% Angkutan & Komunikasi 1.32% Bangunan 9.48% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.9% Jasa - jasa 11.88% Pertambangan Pertanian.8% -.6% LGA.43% Pertambangan 1.77% Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB Sektor Pertanian Tabel 1.6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 PERTANAN 2,299 1,776 2,37 2,117 2,364 1,978 2,21 2,281 2,465 1,973 a. Tanaman Bahan Makanan 1, , , b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan 214 mengalami kontraksi sebesar,25% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya sektor pertanian mampu tumbuh mencapai 4,27% (yoy). Kontraksi tersebut terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama), sementara itu subsektor utama lainnya, yaitu tanaman perkebunan menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan kontraksi cukup dalam sebesar 12,4% (yoy), sementara pada triwulan 214 subsektor tabama mampu tumbuh 3,83% (yoy). Kontraksi tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan hanya tercatat sebesar 35,99 ribu Ha, atau mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 31,7% (yoy). Berlalunya masa panen yang mencapai puncaknya pada triwulan 214 merupakan faktor utama yang mempengaruhi 12 Triwulan 214

25 kontraksi tersebut. Selain mulai berakhirnya masa panen, terjadi gagal panen di Kabupaten Sanggau dan Sekadau akibat kondisi cuaca ekstrim yang tidak menentu, dimana terkadang terjadi cuaca yang sangat kering namun terkadang terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. 3, Luas Panen Pertumbuhan-yoy (RHS) 8% 5 mm 6% 25, 4 4% 2, Hektar 2% 15, 3 % 2-2% 1, -4% 5, 1-6% - -8% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah Sumber : BMKG Supadio Pontianak, diolah Grafik 1. 8 Luas Panen Padi Grafik 1. 9 Curah Hujan Sementara itu, kinerja subsektor tanaman pada triwulan laporan subsektor tanaman perkebunan tumbuh 7,16% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,93% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 1,33 juta ton, atau tumbuh signifikan 61,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat sebesar 1,4, Produksi gproduksi-rhs (yoy) 7% 6% 1,2, 5% 1,, 4% 8, 3% Ton perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana 2% 6, 1% 4, % -1% 2, -2% - -3% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah Grafik 1. 1 Produksi Tandan Buah Segar Sawit 18,72% (yoy). Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya berdampak pada membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Selain itu, mulai berproduksinya lahan-lahan sawit baru juga turut mendorong tingginya produksi TBS pada periode laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga menunjukkan sedikit peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.757/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.724/kg. Di sisi lain, produksi tanaman karet mengalami penurunan akibat rendahnya aktivitas petani menoreh getah karet. Rendahnya aktivitas petani tersebut disebabkan oleh kurang bergairahnya petani akibat Triwulan

26 harga karet yang belum berangsur membaik. Harga karet di tingkat petani terus menurun berada pada kisaran Rp6. - Rp8. per kg pada periode laporan. Di tingkat internasional, harga karet masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada level 237,2 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level 243,78 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi perlambatan seiring dengan perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok, serta kondisi tanaman karet di Kalimantan Barat yang membutuhkan peremajaan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada triwulan 214, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,4% (yoy) atau menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,93% (yoy). Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja terjadi terutama pada subsektor perdagangan dan hotel, sementara subsektor restoran menunjukkan sedikit perlambatan. Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,4% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,91% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak, khususnya volume impor. mpor barang meningkat signifikan 75,95% (yoy) menjadi sebesar 117,88 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 66,99 ribu ton. Selain itu, peningkatan subsektor perdagangan juga diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami akselerasi 32,1% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,69% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terutama seiring dengan masa persiapan memasuki bulan Ramadhan ,8, 1,6, V. Bongkar (ton) V. mpor (ton) Pertumbuhan-RHS (yoy) 6% 5% 1,4, Dlm Negeri Luar Negeri 5 4% 1,2, 4 1,, 3% 8, 2% 6, 1% 4, % 2, - -1% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : PT. Pelindo Cab. Pontianak, diolah Grafik Volume Bongkar Barang 14 Ton Q1 Q2 Q3 212 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : PT. Pelindo Cab. Pontianak, diolah Grafik Volume Petikemas Triwulan 214 Q2

27 Sementara itu, subsektor hotel juga menunjukkan kinerja 7 yang meningkat, dimana pada triwulan laporan tumbuh 6 % 5 6,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang tumbuh 5,94% (yoy). Akselerasi pertumbuhan 3 subsektor 2 peningkatan rata-rata tingkat hunian hotel di Kalimantan 1 Barat dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 212 Q3 Q4 Q1 213 hotel antara lain diindikasikan oleh 51,58%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya Q2 sebesar 49,2%. Perkembangan subsektor hotel antara 214 lain didorong oleh rangkaian pelaksanaan kampanye Sumber : BPS Provinsi Kalbar, diolah Pemilihan Umum dan periode liburan sekolah pada Grafik Tingkat Hunian Hotel triwulan laporan Sektor Angkutan dan Komunikasi Orang 1, Orang 6, 5, 8, 4, 6, 3, 4, 2, 2, 1, - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 212 Q2 Q3 213 Q4 Q1 Q2 214 Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat Grafik Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara Q1 Q2 Q3 212 Q4 Q1 Q2 Q3 213 Q4 Q1 Q2 214 Sumber:PT. Pelindo Cab. Pontianak Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan mengalami akselerasi sebesar 6,71% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,4% (yoy). Peningkatan tersebut antara lain tercermin pada peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat sebanyak orang, sementara pada triwulan sebelumnya tercatat sebanyak 7.2 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, terutama yang menggunakan kapal laut, juga menunjukkan peningkatan, dimana jumlah penumpang yang berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 32,98 ribu penumpang pada triwulan 214, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 23,36 ribu orang. Triwulan

28 1.3.4 Sektor ndustri Pengolahan Pada triwulan 214, kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan peningkatan, dimana sektor tersebut tumbuh 7,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,6% (yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh di level 5,37% (yoy). Akselerasi terutama dipengaruhi oleh perkembangan kinerja industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO), dimana produksi CPO pada triwulan laporan tercatat mencapai 294,2 ribu ton atau tumbuh signifikan 64,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,34% (yoy). Peningkatan kinerja industri CPO juga didorong oleh peningkatan permintaan dari negara tujuan ekspor CPO, terutama menjelang Ramadhan, serta peningkatan penyerapan untuk industri biodiesel di Amerika Serikat. Selain itu, program mandatori biodiesel yang ditetapkan oleh pemerintah juga mendorong terjaganya perkembangan kinerja industri tersebut di pasar domestik. Meskipun demikian, harga komoditas CPO internasional tercatat cenderung melemah, dimana pada triwulan 214, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton. Berdasarkan hasil liaison, penurunan harga tersebut dipengaruhi oleh berlangsungnya masa panen minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai, rapeseed dan bunga matahari, serta penurunan harga minyak dunia. 35, Produksi (ton) 3, gproduksi-rhs (yoy) 7% 6% 5% 25, 4% 2, 3% 2% 15, 1% 1, 5, USD cent/kg USD/metric ton % 4-1% Harga CPO -2% - -3% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik Produksi CPO Kalimantan Barat 45 Harga Karet V V Sumber : Bloomberg Grafik Harga nternasional Karet dan CPO Selain industri pengolahan CPO, kinerja industri pengolahan juga didorong oleh perkembangan industri pengolahan logam seiring dengan mulai beroperasinya smelter di Kalimantan Barat, antara lain smelter PT. ndonesia Chemical Alumina (CA) di Tayan, Kabupaten Sanggau, yang mengolah bauksit menjadi chemical grade alumina (CGA). Berdasarkan liaison kepada PT. CA, produk CGA akan terserap optimal di pasar baik domestik maupun ekspor, seiring dengan tingkat persaingan yang relatif rendah serta pesatnya perkembangan industri turunan yang menggunakan CGA sebagai bahan baku utama, khususnya pada industri elektronik. Perkembangan industri pengolahan logam juga 16 Triwulan 214

29 diindikasikan oleh pertumbuhan indeks produksi industri manufaktur2, dimana industri logam dasar menunjukkan pertumbuhan sebesar 35,65% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat sebesar 22,65% (yoy). Sementara itu, kinerja sektor industri utama lainnya di Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan karet menunjukkan perlambatan. Produksi karet pada triwulan laporan tercatat mencapai 45,89 ribu ton atau mengalami kontraksi 8,33% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya produksi karet mampu mencatat pertumbuhan produksi sebesar 12,43% (yoy). Kontraksi tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat. Ton 7, Volume gvolume-rhs (yoy) 4% Berdasarkan hasil liaison diakui pelaku usaha industri pengolahan karet bahwa permintaan akan karet 6, 2% 5, 4, % 3, masih lemah. Selain itu, berdasarkan informasi Gapkindo3 Kalimantan Barat, akibat level harga yang rendah, 2, -2% 1, - -4% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar Grafik Produksi Karet Kalimantan Barat sejumlah pabrik pengolahan karet di Kalimantan Barat menempuh strategi menahan ekspor untuk mengurangi kerugian dan menunggu harga karet di pasar dunia kembali naik. Harga internasional karet pada triwulan laporan tercatat pada level 237,2 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana harga internasional karet tercatat sebesar 243,78 USD Cent/kg. Melemahnya harga karet tersebut antara lain dipengaruhi oleh berkembangnya sentimen negatif akan tingginya stok karet di negara-negara produsen. 2 3 Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Gabungan Perusahaan Karet ndonesia Triwulan

30 1.3.5 Sektor Lainnya 35, Volume Pertumbuhan-RHS (yoy) 8% 3, 6% 25, Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 11,6% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan 4% sebelumnya yang tumbuh 7,58% (yoy). Akselerasi 15, 2% tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih Ton 2, 1, % 5, - -2% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q terjaganya kinerja investasi, khususnya berupa PMDN, dan pembangunan infrastruktur di Kalimantan Barat. Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan antara lain diindikasikan oleh 214 realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat Sumber : Asosiasi Semen ndonesia yang tercatat mencapai 286,4 ribu ton atau Grafik Pengadaan Semen di Kalimantan Barat tumbuh 26,8% (yoy), setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya yang mencapai,43% (yoy). triwulan 214, kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencatat pertumbuhan sebesar 6,5% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,78% (yoy). Akselerasi tersebut antara lain tercermin pada akselerasi industri perbankan. Pada periode laporan, aset perbankan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp47,83 Triliun atau tumbuh 19,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 11,97% (yoy). 6, Total Aset Growth-RHS (yoy) 25.% 5, 2.% 4, Miliar Rp Pada 15.% 3, 1.% 2, 5.% 1, -.% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 1. 2 Aset Perbankan di Kalimantan Barat Perkembangan kinerja perbankan tersebut terutama didorong oleh perkembangan penghimpunan dana pihak ketiga, meskipun penyaluran pembiayaan perbankan relatif melambat. Akselerasi juga terjadi pada sektor listrik, gas dan air, dimana sektor tersebut tumbuh 3,56% (yoy) pada triwulan laporan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan 214 yang tumbuh sebesar 2,81% (yoy). Hal tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan penjualan listrik PLN Wilayah Kalimantan Barat dan air oleh PDAM Tirta Khatulistiwa. Penjualan listrik Kalimantan Barat tercatat tumbuh 7,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan 214 yang tumbuh 5,2% (yoy). Sementara itu, penjualan air 18 Triwulan 214

31 tercatat tumbuh 14,97% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,% (yoy). 6, MwH 28% Penjualan Listrik Pertumbuhan-RHS (yoy) 5, Ribu M3 Ribu SR V. Air Terjual 1, Jmlh Pelanggan 28 24% 2% 4, 16% 3, 12% 2, 8, 26 6, 24 4, 8% 1, 4% - % Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 212 Q3 Q4 Q , - 2 Q1 Q2 214 Q2 Q3 Q4 Q1 212 Sumber : PLN Wilayah Kalimantan Barat, diolah Q2 Q3 Q4 213 Q1 Q2 214 Sumber : PDAM Tirta Khatulistiwa, diolah Grafik Penjualan Listrik di Kalimantan Barat Grafik Penjualan Air 12% Di sisi lain, perlambatan kinerja ditunjukkan oleh 2,5 1% sektor jasa, dimana pada triwulan laporan, 2, 8% sektor jasa tumbuh 1,34% (yoy), atau lebih 1,5 6% 1, 4% 5 2% - % 3, Pajak Hiburan Pertumbuhan-RHS (yoy) Q1 Q2 Q3 212 Q4 Q1 Q2 Q3 213 Q4 Q1 Q2 214 Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik Perolehan Pajak Hiburan lambat dibandingkan triwulan 214 yang tercatat sebesar 4,85% (yoy). Perlambatan kinerja sektor jasa tersebut terjadi terutama sektor jasa pemerintah, dari 5,8% (yoy) pada triwulan 214 menjadi,91% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan pada sektor jasa antara lain ditandai dengan perolehan pajak hiburan di Kota Pontianak yang hanya tumbuh,8% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,73% (yoy). Triwulan

32 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan 214

33 PERKEMBANGAN NFLAS DAERAH Gambaran Umum4 Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan 214 lebih rendah dari triwulan 214, namun masih berada di level yang relatif tinggi. Kondisi tersebut seiring berlalunya beberapa even musiman seperti mlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur. Tercatat, tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan 214 mencapai 8,69% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan 214 yang mencapai 8,98% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 6,7% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tersebut tercermin dari perkembangan inflasi secara triwulanan, dimana laju inflasi Kalimantan Barat pada triwulan 214 mencapai 1,41% (qtq) relatif lebih rendah dari triwulan 214 dan triwulan 213 yang masing-masing mencapai 2,17% (qtq) dan 1,69% (Grafik 2.1 dan 2.2). 213 V 3,78 Nasional 214 Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 1 nflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional 213 V,57 1,41 1,41,8 2,13 2,17 6,7 2,9 Kalbar 3,81 8,69 7,32 5,41 5,2 8,98 8,8 %-qtq 1,5 6,15 5,53 8,9 7,9 Nasional 1,69 8,53 Kalbar 1,17 %-yoy 214 Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 2 nflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional Realisasi inflasi triwulan 214 tidak terlepas dari dinamika inflasi bulanan selama periode laporan. Laju inflasi bulanan selama triwulan 214 mencapai puncaknya pada bulan Juni 214 sebesar,92% (mtm) (Grafik 2.3). Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juni 214 terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas bahan makanan seiring dengan tingginya permintaan dalam menghadapi puasa. Kondisi tersebut diindikasikan oleh sumbangan inflasi beberapa komoditas bahan makanan, seperti telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, 4 Mulai 214, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 27 menjadi 212. Dikarenakan data HK dengan tahun dasar 212 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka analisis inflasi pada periode laporan berdasarkan perhitungan yang dilakukan secara mandiri. 21 Triwulan 214

34 dan sawi hijau yang masing-masing memberikan sumbangan inflasi sebesar,21%,,18%,,8%, dan,4% (mtm). Sementara itu, harga tiket angkutan udara relatif terkendali sehingga dapat meredam tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juni 214. Tercatat andil inflasi angkutan udara mencapai,8% (mtm). Di sisi lain, laju inflasi bulanan 3,5 terendah terjadi pada April , Tercatat Provinsi Kalimantan Barat 2, pada bulan April 214 mengalami 1, pasokan bahan makanan menjadi -,5 yang terjadi pada bulan April 214 menunjukkan bahwa pelaksanaan Nasional 1,5,5 bulan April 214. Selain itu, deflasi Kalbar 2,5 deflasi,1% (mtm). Terjaganya peredam inflasi yang terjadi pada % mtm, -1, Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 3 nflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional pemilu legislatif pada bulan April 214 tidak memberikan tekanan yang signifikan terhadap perkembangan harga nflasi Tahunan Secara tahunan, tekanan inflasi pada sebagian besar kelompok komoditas berada di level yang relatif tinggi, terutama Bahan Makanan. Kelompok menjadi komoditas salah mengalami satu kenaikan 2,51 Bahan Makanan Bahan Makanan komoditas inflasi yang serta Kesehatan inflasi kelompok Bahan Makanan pada periode laporan mencapai 2,51% (yoy) dengan tekanan inflasi sebesar 1,33% lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan 214 yang mencapai 9,7% (yoy). Selain komoditas Bahan Makanan, 8,89 1,6 Makanan jadi pada triwulan 214. Tercatat sumbangan 9,76 9,81 1,59 Transpor Pendidikan 1,33 9,7 2,3 Perumahan memberikan sumbangan inflasi tertinggi (yoy) 8,69 8,69 8,98 Umum 13,33 5,87 6,54,56 9,77 9,24,48 1,71 7,94,22 Sandang % (yoy) Andil ,74 3, Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 1 nflasi Tahunan dan Andil nflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa sumbangan inflasi yang relatif tinggi terjadi pada komoditas Makanan Jadi, Perumahan dan Transpor. Andil inflasi masing-masing kelompok tersebut pada triwulan 214 mencapai 22 Triwulan 214

35 1,6%, 2,3%, dan 1,59% (yoy). Tekanan inflasi tahunan pada ketiga kelompok komoditas tersebut juga relatif besar, masing-masing mencapai 5,87%, 9,76%, dan 8,89% (yoy). Realisasi kenaikan BBM Bersubsidi pada 213 memberikan pengaruh signifikan sehingga memicu tingginya indeks harga konsumen (HK) yang terjadi sejak triwulan 213. Kondisi tersebut menyebabkan HK triwulan 214 lebih tinggi dari HK triwulan 213 sehingga memicu tingginya tekanan inflasi tahunan pada triwulan 214 (base effect). Selain itu, persiapan masyarakat dalam menghadapi puasa yang berlangsung pada akhir triwulan 214 semakin menambah tekanan inflasi pada periode laporan nflasi Triwulanan Meskipun tekanan inflasi tahunan pada triwulan 214 mengalami kenaikan Umum akibat pengaruh base effect, namun laju Transpor inflasi triwulanan mengalami penurunan. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang mencapai 1,41% (qtq) lebih 1,41 1,41 2,17,64 3,8-3,91,26 Makanan Jadi 1,48 2,56,21 Kesehatan 3,95 1,55,2,84 1,55,5,81 1,57,4,64,89 Perumahan rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,17% (qtq). Berdasarkan kelompok komoditas, terlihat bahwa mayoritas kelompok komoditas mengalami penurunan laju inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan laju inflasi terutama terjadi pada kelompok komoditas Transpor dan Kesehatan, masingmasing sebesar 3,8% dan 3,95% (qtq). Sandang Pendidikan Andil ,1 -,5 Bahan Makanan 7,37 % (qtq) Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 5 nflasi Triwulanan dan Andil nflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa Realisasi kenaikan fuel surcharge dan penyesuaian tarif ndonesia Case Based Groups (NACBG s) untuk biaya pengobatan menjadi salah satu pemicu kenaikan laju inflasi pada kedua kelompok komoditas tersebut. Triwulan

36 2.4. nflasi Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan 2,51 BAHAN MAKANAN,38 kan Segar,37 Padi,36 Sayuran Daging,23 Buah Kacang Bumbu,4 kan Diawetkan % (yoy) -5 5 triwulan 214 yang mencapai 9,7% (yoy). Kondisi tersebut dipicu oleh kenaikan seluruh Andil ,1 18,74 komoditas bahan makanan terutama ikan segar, padi-padian, sayuran, dan daging. inflasi Bahan Makanan pada triwulan 15,11 12,64 1 kelompok Secara tahunan, relatif tingginya tekanan 5,69,1 Bahan Makanan Lainnya (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan inflasi 12,85 14,4 16,42 5,72 3,13,5 3,75 Tercatat inflasi kelompok Bahan Makanan pada triwulan 214 sebesar 1,33% 19,64 17,62,8 Lemak dan Minyak 26,62 1,63,1 pada ,18 6,24 inflasi inflasi bahan makanan pada triwulan 5,94 6,45,35 Telur, Susu tekanan komoditas ikan segar memicu kenaikan 8,77 7,8,36 -,89 Kenaikan 1,33 9, Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.6 nflasi dan Andil nflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat salah keterbatasan satunya pasokan dipicu pada oleh komoditas padi-padian. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan luas panen padi, dimana pada triwulan 214 mencapai ha, lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan 213 yang mencapai 51.8 ha (lihat Bab ). Selain itu, kondisi cuaca yang kurang baik juga memberikan pengaruh terhadap tingginya inflasi komoditas ikan segar. Berdasarkan informasi BMKG, tinggi gelombang di perairan Kalimantan Bagian Barat selama triwulan 214 berkisar 1,2 meter hingga 2 meter, relatif lebih tinggi dibandingkan kondisi pada triwulan 213 yang berkisar,3 meter hingga 1,5 meter. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja produksi perikanan, khususnya tangkap. Sementara itu, tekanan inflasi yang relatif terkendali terjadi pada komoditas bumbu-bumbuan. Tercatat tekanan inflasi pada komoditas bumbu-bumbuan pada triwulan 214 mencapai 3,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan 214 yang mencapai 13,1% (yoy). Salah satu faktor yang mempengaruhi terkendalinya inflasi bumbu-bumbuan adalah kondisi pasokan yang relatif mencukupi, terutama disebabkan oleh melimpahnya pasokan di daerah sentra penghasil. Selain itu, sebagai upaya pengendalian inflasi komoditas bumbu-bumbuan, 24 Triwulan 214

37 khususnya bawang merah, TPD Provinsi Kalimantan Barat bekerjasama dengan Lapas Klas A Kota Pontianak menginisiasi pengembangan budidaya bawang merah (lihat boks). 12 Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi % (yoy) di kedua kota yang menjadi dasar 1 9, ,77 Singkawang tekanan inflasi bahan makanan di Kota 2 berada di level yang relatif tinggi, terutama di Kota Pontianak. Tercatat Pontianak 4 perhitungan inflasi di Kalimantan Barat V V 214 Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.7 nflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang Pontianak pada triwulan 214 mencapai 9,18% (yoy). Tingginya inflasi tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada subkelompok daging, ikan segar, dan telur, masing-masing sebesar 14,36%, 8,26% dan 14,96% (yoy). Kenaikan tersebut terutama disebabkan persiapan masyarakat menjelang puasa. Kondisi kenaikan harga tersebut tercermin dari hasil pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat, terutama pada komoditas daging, dimana rata-rata harga komoditas daging sapi dan daging ayam ras selama triwulan 214 mencapai Rp119./kg dan Rp24./kg, lebih tinggi dari posisi yang sama tahun 213 sebesar Rp94./kg dan Rp22.5/kg. Sementara itu, meskipun relatif tinggi, namun tekanan inflasi di Kota Singkawang pada triwulan 214 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat, tekanan inflasi pada triwulan 214 mencapai 5,77% (yoy) lebih rendah dari triwulan 214 yang mencapai 8,46% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut salah satunya disebabkan oleh deflasi pada komoditas sayuran yang mencapai 1,87% (yoy). Kondisi pasokan komoditas sayuran yang relatif terjaga menjadi salah satu faktor penurunan inflasi di Kota Singkawang. Triwulan

38 Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Tekanan inflasi kelompok Perumahan di.2 Penyelenggaraan rumah tangga 8.94 Kalimantan Barat pada triwulan Perlengkapan rumah tangga relatif Perumahan terutama dipicu oleh kenaikan ,19% (yoy) pada triwulan 214 menjadi % (yoy) inflasi komponen biaya tempat tinggal, dari andil PERUMAHAN 5 triwulan yang tinggi. Tekanan inflasi kelompok 8.23 Biaya tempat tinggal dibandingkan sebelumnya, namun berada di level.52 Bahan bakar, penerangan dan air stabil 1 1,58% (yoy) 15 pada triwulan 214. Komponen lain yang mengalami kenaikan Sumber: BPS Kalbar, diolah inflasi Grafik 2.8 nflasi dan Andil nflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat adalah penyelenggaraan rumah tangga yang mencapai 8,94% (yoy) pada triwulan 214, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,94% (yoy). Penyesuaian biaya sewa rumah5 (termasuk indekos), seiring berlangsungnya tahun ajaran baru, menjadi salah satu komponen pemicu kenaikan inflasi biaya tempat tinggal. Sementara itu, tingginya tekanan inflasi pada komponen penyelenggaraan rumah tangga salah satunya disebabkan oleh penyesuaian biaya keamanan. Berdasarkan daerahnya, kenaikan 14 inflasi kelompok Perumahan terutama 12 Pontianak 1 Singkawang terjadi di Kota Singkawang, meskipun 6 dari inflasi Kota Pontianak. Tercatat 4 pada triwulan 214 mencapai 8,5% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,76% (yoy). Tingginya kenaikan tekanan inflasi di Kota dengan magnitude yang lebih rendah inflasi perumahan di Kota Singkawang % (yoy) V V Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.9 nflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang Singkawang salah satunya dipicu oleh 5 Definisi sewa menurut BPS adalah jika tempat tinggal tersebut disewa dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu. Sedangkan definisi kontrak rumah menurut BPS adalah jika tempat tinggal tersebut disewa dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus dimuka atau dapat diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrak baru. 26 Triwulan 214

39 kenaikan tarif tukang bukan mandor. Tekanan faktor ekspektasi terhadap faktor musiman puasa dan lebaran terindikasi oleh kenaikan upah tukang bukan mandor. Sementara itu, inflasi kelompok Perumahan di Kota Pontianak pada triwulan 214 mencapai 1,47% (yoy), relatif stabil dibanding triwulan 214 yang mencapai 1,67% (yoy). Sejalan dengan kondisi inflasi Kalimantan Barat, salah satu komponen pemicu kenaikan inflasi perumahan di Kota Pontianak adalah penyesuaian biaya keamanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pada triwulan 214, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, namun masih memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap inflasi secara umum di triwulan 214. Tekanan inflasi pada kelompok ini di triwulan 214 tercatat mencapai 8,89% (yoy), lebih rendah dari inflasi triwulan 214 yang mencapai 13,33% (yoy). Sementara andil inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di triwulan 214 masih berada di level yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,49% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok Transpor, dari 22,2% (yoy) di triwulan 214 menjadi 15,93% (yoy) di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, koreksi tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh masa liburan sekolah terhadap harga tiket angkutan udara relatif lebih kecil dibandingkan pelaksanaan even keagamaan seperti mlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur yang berlangsung pada triwulan 214. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menaikkan fuel charge6 angkutan udara mulai pertengahan triwulan 214 menyebabkan harga tiket menjadi lebih tinggi dari tahun Terhitung sejak Februari 214 pemerintah secara nasional memberlakukan kenaikan fuel charge sebesar Rp6. per jam untuk penerbangan pesawat tipe jet dan Rp5. per jam untuk jenis pesawat turbo propeler. 27 Triwulan 214

40 Jasa keuangan Sarana dan penunjang transpor Komunikasi dan pengiriman Andil Pontianak 15 Singkawang 15, Transpor % (yoy) 7, TRANSPOR % (YOY) V Sumber: BPS Kalbar, diolah V Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.1 nflasi dan Andil nflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat Grafik 2.11 nflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang Berdasarkan daerahnya, penurunan tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan terutama terjadi di Kota Pontianak. Pada triwulan ini, tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan, dari 21,64%(yoy) di triwulan 214 menjadi 7,63% (yoy) di triwulan 214. Sementara di Kota Singkawang, inflasi kelompok ini relatif stabil, dari 1,75% (yoy) di triwulan 214 menjadi 11,12% (yoy) di triwulan 214. Sejalan dengan kondisi di Kalimantan Barat, koreksi tarif angkutan udara pasca perayaan even keagamaan mlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi kelompok transpor di kedua kota tersebut Kelompok Makanan Jadi Tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi 1,56 Minuman tidak beralkohol 8,75 pada 9,16 1,65 Tembakau dan minuman beralkohol penurunan 6,76 8,92 sebelumnya. 2,76 Makanan jadi 4,77 5, andil ,4 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ,87 6,54 % (yoy) triwulan mengalami dibanding triwulan Pada triwulan laporan, sumbangan terhadap inflasi umum yang relatif -214 tinggi Makanan diberikan Jadi, oleh Minuman, kelompok Rokok dan Tembakau mencapai 1,4% (yoy). Meskipun Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.12 nflasi dan Andil nflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat berada di level yang relatif tinggi, namun tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok ini mengalami penurunan, mencapai 5,87% (yoy), lebih rendah dari triwulan 214 yang mencapai 6,54% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh inflasi subkelompok makanan jadi yang turun dari 5,% (yoy) pada triwulan 214 menjadi 28 Triwulan 214

41 4,77% (yoy) pada triwulan 214. Relatif stabilnya harga komoditas makanan jadi menjadi salah satu faktor terkendalinya inflasi makanan jadi. Selain itu, penurunan harga bahan baku, khususnya bumbu-bumbuan juga memberikan pengaruh positif terhadap inflasi makanan jadi. Meskipun secara umum, inflasi makanan jadi relatif terkendali, namun siklus musiman puasa yang berlangsung pada akhir triwulan 214 masih memberikan pengaruh pada inflasi makanan jadi. Kondisi tersebut tercermin dari tingginya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan 214. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa indeks ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan 214 mencapai angka 176, lebih tinggi dibandingkan triwulan 213 yang mencapai 148,5. Berdasarkan daerahnya, penurunan 11 Makanan 1 9 Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 8 tekanan inflasi terjadi di inflasi, terutama kelompok kedua kota perhitungan 7 6 Kota Singkawang. 5 4 Tercatat inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Kota Singkawang pada triwulan 214 mencapai 3,87% % (yoy) Pontianak Singkawang 6,49 3, V V 214 (yoy), lebih rendah dari triwulan 214 yang Sumber: BPS Kalbar, diolah mencapai 5,34% (yoy). Sementara di Kota Grafik 2.2 nflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan Singkawang Pontianak, inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau juga mengalami penurunan dari 7,1% (yoy) pada triwulan 214 menjadi 6,49% (yoy) pada triwulan 214. Berlalunya kegiatan musiman mlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur menjadi salah satu faktor penyebab penurunan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di kedua kota. Meskipun demikian, ekspektasi inflasi masyarakat terhadap siklus musiman puasa menyebabkan inflasi masih berada di level yang relatif tinggi, terutama di Kota Pontianak. Triwulan

42 2.5. Disagregasi nflasi Sejalan dengan kondisi inflasi kelompok komoditas, tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan 214 dipicu oleh tingginya tekanan inflasi komoditas yang bersifat non-fundamental. Sementara itu, dari sisi fundamental, tekanan inflasi cenderung mereda. Berdasarkan disagregasi inflasi, kenaikan harga komoditas Volatile Foods menjadi pemicu tingginya tekanan inflasi, seiring keterbatasan pasokan pada komoditas padi-padian dan ikan segar. Tercatat inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan 214 mencapai 1,18% (yoy), naik dari triwulan 214 yang mencapai 9,3% (yoy). nflasi nti pada triwulan 214 mencapai 8,53% (yoy), meskipun mengalami penurunan dari triwulan 214 yang sebesar 9,6% (yoy), namun masih berada di level yang relatif tinggi, sejalan dengan ekspektasi inflasi masyarakat terhadap puasa. Di sisi lain, inflasi pada kelompok Administered Price mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 9,19% (yoy) menjadi 7,59% (yoy). Kondisi tersebut seiring penerapan beberapa kebijakan pemerintah di awal tahun. Tabel 2.1 nflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy) Kelompok nflasi nti Volatile Foods Adm Prices Umum V V V Sumber : BPS Kalbar, diolah Faktor Fundamental Perkembangan inflasi pada 1,4, kelompok komoditas nti pada 1,2, triwulan cenderung 1,, terkendali. Berlalunya perayaan even 8, musiman mlek, Cap Go Meh dan 6, Sembahyang Kubur yang berlangsung 4, pada triwulan 214 menyebabkan 2, tekanan permintaan terhadap tiket - angkutan 214 udara relatif mereda sehingga harga tiket angkutan udara cenderung Pemantauan 3 turun. Harga Hasil Survei (SPH) Feb-14 V Mar-14 V Apr-14 V Maskapai Maskapai Maskapai Tren Rata-rataHarga V May-14 V V Jun-14 Sumber : KPwB Prov. Kalbar Grafik 2.14 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak yang Triwulan 214 V

43 dilakukan oleh KPwB Provinsi Kalimantan Barat memperkuat penurunan harga tiket angkutan udara tersebut, dimana pada triwulan 214, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan sebesar 18,7% (qtq) jika dibandingkan triwulan 214. Saldo Bersih % (yoy) Ekspektasi nflasi Jangka Pendek Ekspektasi nflasi Jangka Panjang nflasi Aktual (aksis kanan) terutama itu, dipicu tekanan oleh inflasi kenaikan ekspektasi inflasi masyarakat. Hasil 6 Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh 4 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi 2 Kalimantan Barat menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di V Sementara triwulan 214 mengalami kenaikan, Sumber: Survei Konsumen B, diolah terutama ekspektasi inflasi jangka pendek. Grafik 2.15 Perkembangan nflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat Kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan 214 terutama dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pelaksanaan pemilu legislatif, faktor musiman puasa, dan tahun ajaran baru yang mendorong peningkatan permintaan. Berdasarkan kelompok komoditasnya, ekspektasi inflasi kenaikan indeks %, yoy ndeks ekspektasi tertinggi terjadi pada Kelompok 189, 176,5, 175, dan 168,5. nflasiaktual (sumbu kanan) Perumahan Transpor Bahan makanan Sandang Pendidikan V yang masing-masing mencapai Makanan Jadi, dan Transpor Bahan Makanan, Pendidikan, tersebut terlihat di seluruh kelompok. Angka 2 Makanan Jadi Kesehatan Selain itu, indeks pengeluaran Sumber: Survei Konsumen B, diolah konsumen Grafik 2.16 Perkembangan nflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat pada triwulan 214 juga berada di level yang relatif tinggi mencapai 168. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh pelaksanaan kegiatan yang bersifat musiman masih menjadi faktor pemicu inflasi, seiring tingginya ekspektasi inflasi masyarakat. Ke depan, diperlukan berbagai upaya nyata dari pemerintah daerah bersama dinas dan instansi terkait serta TPD khususnya terkait dengan pengelolaan ekspektasi masyarakat sehingga inflasi dapat lebih terkendali. Triwulan

44 Komoditas lain yang menjadi pemicu tingginya inflasi nti adalah tarif rumah sakit yang salah satunya disebabkan oleh penyesuaian tarif ndonesia Case Based Groups (NA-CBG s)7 untuk biaya perawatan atan dan pengobatan. Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan 214 relatif minimal. Laju inflasi negara mitra dagang utama relatif stabil, hanya Singapura yang mengalami kenaikan inflasi (Grafik 2.14). Dari ketiga negara mitra dagang tersebut, inflasi Malaysia8 relatif mengalami penurunan. Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa penurunan inflasi tersebut terutama di disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok komoditas Pangan, Pangan dari 3,9% (yoy) pada triwulan 214, menjadi 3,51% (yoy) pada triwulan Harga emas dunia relatif masih stabil pada kisaran USD1.29/oz. Sementara mentara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan 214 mengalami pelemahan, dari Rp11.36/USD pada triwulan 214 menjadi Rp11.892/USD /USD pada triwulan 214 atau melemah 4,68% (qtq). Kondisi tersebut sebut memberikan pengaruh terhadap tekanan imported inflation pada triwulan ini meskipun relatif minimal. 6, % (yoy) 5, 4, 3,3 3, 2,3 1,8 2, 1, China, Malaysia 212 V Singapura 213 V 214 Sumber: Bloomberg Sumber: Bank ndonesia Grafik 2.17 Perkembangan nflasi Negara Mitra Dagang Grafik 2.18 Perkembangan Nilai Tukar 7 Dalam alam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pemerintah menggunakan NA-CBG's yang merupakan sistem pembayaran kepada rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Tarif NA-CBG's BG's menerapkan skema regionalisasi yang terdiri atas regional 1 (Jawa dan Bali), regional 2 (Sumatera), regional 3 (Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat), serta regional 4 (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur). Regionalisasi mempertimbangkan jarak arak dan perbedaan harga antar wilayah. Untuk alat medis habis pakai, terdapat perbedaan tarif hingga 7%. 8 Malaysia memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat. Selain berbatasan langsung, hasil kajian yang dilakukan oleh Bank ndonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 3 jenis komoditi yang masuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas Entikong. 32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan alimantan Barat Triwulan 214

45 $/OZ ,86 176, , V V V V V V V V V Sumber: Bloomberg Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Emas nternasional Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, kenaikan tekanan inflasi kelompok volatile foods pada triwulan 214 terutama berasal dari subkelompok Padi-padian dan kan Segar. nflasi subkelompok Padi-padian, terutama dipicu oleh keterbatasan pasokan seiring penurunan luas panen padi di triwulan 214 yang lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan 213. Selain itu, kondisi gelombang laut pada triwulan 214 yang lebih tinggi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja produksi perikanan, khususnya tangkap. Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwB Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa komoditas khususnya ikan menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, menunjukkan bahwa harga beras mengalami kenaikan pada triwulan , Rp/kg Beras 13, Minyak Goreng Gula Pasir Rp/kg 7, Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah Bawang Putih 6, 12, 11, 5, 1, 4, 9, 3, 8, 2, 7, 6, V Mar-14 V Apr-14 V V May-14 V Jun-14 Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.2 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir 1, V Mar-14 Apr-14 V V May-14 V V Jun-14 Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.21 SPH Bumbu Triwulan

46 25, Rp/kg Sapi (Rp/Kg) 24, 23, 22, 21, 2, 19, 18, V V V V 11,. 5, 1,. 45, 9,. 4, 8,. 35, 7,. 3, 6,. 25, 5,. 2, V Rp/kg kan Bawal kan Kembung kan Tenggiri kan Tongkol Udang 15, Mar-14 Apr-14 May-14 Daging Ayam Ras Telur Jun-14 Daging Sapi (RHS) V V Apr-14 V May-14 V Jun-14 Sumber : KPwB Prov. Kalbar Grafik 2.22 SPH Daging dan Telur Grafik 2.23 SPH Komoditas kan Rupiah/Kg 9, Beras (R 64) Beras Lokal (Medium) 1.5 V Mar-14 Sumber : KPwB Prov. Kalbar Rupiah/Kg Bawang Merah Bawang Putih 8, Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa 7, Cabe Rawit 6, 1. 5, , 9.5 3, , 1, Grafik 2.24 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.25 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak Sementara itu, penerapan beberapa kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan pada triwulan 214 menyebabkan tekanan inflasi kelompok komoditas administered prices pada triwulan 214 mengalami penurunan. Salah satu kebijakan yang telah direalisasikan pada triwulan 214 adalah kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 1% yang memicu kenaikan harga rokok pada periode tersebut. 34 Triwulan 214

47 Boks Pengembangan Demplot Komoditas Bawang Merah Bekerja Sama dengan Lapas Kota Pontianak 12 1 %(yoy) 72, Bawang Merah merupakan salah satu 12,83 komoditas di Kalimantan Barat dengan tingkat ketergantungan pasokan dari luar daerah yang relatif tinggi. Berdasarkan informasi Badan Ketahanan Pangan dan -38,78 Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat, Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat Grafik 1. nflasi Bawang Merah Kalimantan Barat kebutuhan konsumsi bawang merah di Kalimantan Barat pada 214 mencapai 8.73 ton, meningkat dari 213 yang mencapai ton. Dari jumlah tersebut, seluruhnya dipenuhi dari luar daerah, khususnya Jawa, sehingga kendala distribusi dan produksi relatif lebih sulit dikelola secara optimal yang pada akhirnya berpotensi besar untuk memberikan tekanan inflasi. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan tingginya harga bawang merah di Kalimantan Barat adalah bibit bawang merah yang masih didatangkan dari Pulau Jawa. Hal ini disebabkan bibit yang tersedia di Provinsi Kalbar dari segi kualitas belum memenuhi kriteria petani, dan secara kuantitas belum mencukupi. Sebagai informasi, inflasi tahunan rata-rata bawang merah selama tahun 213 mencapai 65,68% (yoy) dengan ratarata sumbangan mencapai,13% (yoy). Terkait hal tersebut, TPD Provinsi Kalimantan Barat berinisiatif untuk melakukan pengembangan demplot bawang merah. Sebagai upaya awal, TPD Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan Lapas Klas A Pontianak. Ketersediaan lahan dan konsistensi Sumber Daya Manusia untuk melakukan pengawasan menjadi faktor utama dalam pelaksanaan pengembangan demplot. Selain itu, pengembangan demplot tersebut juga memberikan pengetahuan keterampilan kepada penghuni lapas. Dalam pelaksanaannya, telah dilakukan penanaman bawang merah dengan polybag sebanyak 1 buah polybag pada Triwulan 214. Kemudian pada April 214, telah dilakukan panen perdana yang dihadiri oleh Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian R. Dari 1 buah polybag tersebut, diperoleh hasil panen sebesar 12 Kg akan digunakan sebagai bibit. Ke depan, direncanakan akan dilakukan penambahan jumlah polybag sebanyak 1. buah. Selain itu, Kementerian Pertanian R program serupa dapat juga dikembangkan secara nasional. Atas keberhasilan demplot ini Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikutura akan mengalokasikan DPA klaster bawang merah di 3 (tiga) lokasi yaitu Kabupaten Melawi (35 ha), Kabupaten Kubu Raya (24 ha) dan Kota Pontianak (16 ha) pada tahun 215. Triwulan

48 Berdasarkan hasil evaluasi pasca panen, serta informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Produksi bawang merah masih dapat ditingkatkan melalui intensifikasi dengan asumsi 1 kg bibit bawang merah (umbi) mampu menghasilkan 7-1 kg bawang merah. 2. Bibit bawang merah berupa umbi dapat diganti dengan biji (tuktuk) yang membutuhkan ½ Kg untuk 1 polybag, dibandingkan dengan 4 Kg bibit bawang merah (umbi) yang dibutuhkan untuk 1 polybag. Pengembangan Demplot Bawang Merah di Lapas Klas A Pontianak 36 Triwulan 214

49 . SSTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 3.1 Perkembangan ndikator Umum Perbankan Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan 214 tercatat mencapai Rp47,83 triliun, atau tumbuh cukup baik sebesar 19,1% (yoy), lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,7% (yoy). Akselerasi perkembangan volume usaha tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat yang tumbuh 15,33% (yoy) menjadi Rp38,65 triliun, lebih cepat dibandingkan triwulan 214 yang tumbuh 12,34% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan, tercatat tumbuh 16,7% (yoy) menjadi Rp32,2 triliun, lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 19,19% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit tersebut menyebabkan penurunan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 84,33% pada triwulan 214 menjadi 83,32% pada triwulan laporan. Di sisi lain, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan peningkatan dari 1,24% menjadi 1,31% pada triwulan laporan. Tabel 3.1 Perkembangan ndikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) NDKATOR 1. Total Asset 2. DPK - Giro - Deposito - Tabungan 3. Kredit 4. LDR (%) 5. NPLs (%) Tw Tw 35,654 36,755 Tw V 38,145 Tw 38, Tw Tw 4,162 41,986 Tw V 43,997 Tw 43,955 Tw 47,834 28,856 3,352 31,6 5,663 6,345 6,26 32, 4,628 32,47 5,97 33,59 6,78 34,72 6,688 36,273 36,47 4,873 6,368 38,648 8,12 7,362 17,492 7,548 19,824 7,761 18,676 8,264 18,465 8,595 19,438 22, , , , , Tw 33,29 7,485 15,79 2, ,337 16,669 21, ,396 22,4 3, Pertumbuhan (%) q-t-q y-o-y ,826 2,213 1,8 19, (2.4) , , Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah 3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 15,33% (yoy) menjadi sebesar Rp38,65 triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,34% (yoy). Pertumbuhan tersebut juga lebih baik dibandingkan triwulan 213 dimana penghimpunan dana pihak ketiga hanya tercatat sebesar 1,4% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp19,73 triliun. Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 6,84% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,23% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat mengalami akselerasi, masingmasing sebesar 19,75% (yoy) dan 3,69% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya, menjadi masing-masing sebesar Rp8,12 triliun dan Rp1,8 triliun. Akselerasi pada giro didorong oleh pertumbuhan giro pemerintah seiring siklus anggaran pemerintah. Sementara itu, akselerasi Triwulan

50 pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh pergerakan suku bunga deposito seiring dengan bertahannya suku bunga acuan B rate pada level yang relatif tinggi 7,5%. Giro Deposito Tabungan 19,824 15,79 16,669 17,492 % 22,4 18,676 18, ,213 19,438 19,728 Deposito (RHS) B Rate Rp Miliar 12, SB Deposito 8 1, 7 6 1,8 7,485 7,337 5,663 6,345 7,362 6,26 9,396 9,826 8,595 7,761 8,264 6,78 6,688 6,368 8,12 5,97 4,873 7,548 4,628 8, 5 6, 4 3 4, 2 2, 1 Tw Tw Tw tw V Tw 212 Tw Tw Tw V Tw 213 Tw Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw 214 Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap B Rate Berdasarkan golongan nasabah pemilik rekening, DPK yang dihimpun perbankan Perseorangan 71.9% Sektor Swasta 1.75% Lainnya 4.33% Pemerintah Daerah 13.2% Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah perorangan dengan pangsa yang cukup tinggi mencapai 71,9%. Jumlah DPK milik perorangan tersebut mencapai Rp27,79 Triliun, atau tumbuh 13,97% (yoy), relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,52% (yoy).sementara itu, Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat DPK milik pemerintah mencatat akselerasi yang cukup tinggi sebesar 16,97% (yoy) menjadi sebesar Rp5,3 Triliun setelah mengalami kontraksi 2,91% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Akselerasi tersebut terutama didorong oleh peningkatan nominal giro pemerintah pada triwulan laporan sesuai siklus anggaran pemerintah. Peningkatan nominal giro juga didorong oleh dana hibah pemerintah baik dana untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta Pemilihan Umum. Di sisi lain, DPK milik swasta mencatat perlambatan sebesar 18,6% (yoy) menjadi sebesar Rp4,16 triliun dibandingkan triwulan 214 yang tumbuh 22,25% (yoy). 38 Triwulan 214

51 Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp24,16 triliun atau 62,51% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat, dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi. Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,28 triliun, Rp2,23 triliun dan Rp2,13 triliun. Dari sisi pertumbuhan penghimpunan DPK, akselerasi terjadi di hampir seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Landak dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 41,94% (yoy) dan 41,76% (yoy). Sementara itu, perlambatan penghimpunan DPK oleh perbankan terjadi di Kota Pontianak dan Kabupaten Kapuas Hulu masing-masing sebesar 1,2% (yoy) dan 2,99% (yoy), dari sebesar 14,55% (yoy) dan 21,16% (yoy) pada triwulan 214. Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) DPK Kabupaten Pangsa (Rp Miliar) Kab. Pontianak 1, % Kab. Sambas % Kab. Ketapang 1, % Kab. Sanggau & Sekadau 2, % Kab. Sintang & Melawi 2, % Kab. Kapuas Hulu 1, % Kab. Bengkayang % Kab. Landak % Kab. Kubu Raya % Kota Pontianak 24, % 3, % Total 38,648 Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah 1.% Kota Singkawang Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat 3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif juga menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan 214 tumbuh 19,36% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 21,97% (yoy). Outstanding kredit ke sektor produktif pada triwulan 214 mencapai Rp19,75 triliun. Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total Triwulan

52 kredit pada triwulan laporan mencapai 61,34%, atau mengalami peningkatan dari 6,65% pada triwulan sebelumnya. Modal Kerja gmodal Kerja Rp Miliar 12, nvestasi gnvestasi %, yoy , 35 8, , 2 4, , 5 - TW Tw Tw Tw Tw Tw Tw V 212 Tw Tw Tw V Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Perlambatan penyaluran kredit produktif terutama terjadi pada jenis kredit modal kerja dari 18,5% (yoy) menjadi 12,99% (yoy) atau mencapai Rp11,1 triliun. Sementara itu, kredit investasi tercatat mengalami akselerasi dari 27,42% (yoy) menjadi 28,49% (yoy) pada triwulan laporan atau mencapai Rp8,74 triliun. Akselerasi investasi pada terutama penyaluran kredit didorong oleh akselerasi pada subsektor perkebunan Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan nvestasi di Kalimantan Barat dan industri pengolahan.hal tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan keduanya pada triwulan laporan. Akselerasi pada penyaluran kredit investasi tersebut di tengah kondisi perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku bisnis di Kalimantan Barat. Sementara itu, perlambatan pada penyaluran kredit modal kerja terutama dipengaruhi oleh melambatnya pembiayaan modal kerja di sektor konstruksi dan perdagangan. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit produktif oleh perbankan di Kalimantan Barat masih didominasi oleh tiga sektor ekonomi utama, yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran (42,1% dari total kredit yang RealEstate 4.95% Transportasi 9.39% Akomodasi 2.79% Pertanian 26.4% disalurkan), sektor pertanian (26,4% dari total kredit yang transportasi, disalurkan), pergudangan serta dan ndustri 4.59% sektor komunikasi Perdagangan 42.1% Konstruksi 4.58% (9,39% dari total kredit yang disalurkan). Pertumbuhan kredit sektoral pada triwulan laporan ditandai dengan akselerasi pada penyaluran kredit sektor pertanian sebesar Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat 34,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 19,55% (yoy). Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit sektor pertanian adalah perkebunan kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,51 triliun, atau tumbuh 37,38% 4 Triwulan 214

53 (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,86% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya investasi di subsektor perkebunan kelapa sawit pada triwulan 214. Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor konstruksi yang tumbuh 14,31% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 29,88% (yoy). Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh dampak penerbitan kebijakan Loan to Value oleh Bank ndonesia yang dirasakan dampaknya terutama oleh pengusaha konstruksi perumahan menengah ke atas. 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, Lokasi Kantor Lokasi Proyek 16,547 14,62 12,927 12,345 1,925 14,36 19,751 17,276 17,17 15,445 13,84 18,437 16,149 15,268 13,165 11,675 17,167 15,972 18,622 12,156 Outstanding kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk pembiayaan proyek produktif yang berlokasi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan mencapai Rp17,28 triliun atau 6, tercatat tumbuh cukup tinggi 29,69% 4, 2, (yoy), Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 24,39% (yoy). Penyaluran kredit untuk lokasi proyek di Kalimantan Barat tersebut seluruhnya dilakukan oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Namun demikian, angka penyaluran kredit tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp19,75 triliun. Hal ini mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat. Triwulan

54 Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri perbankan masih Pontianak dengan dominan ke outstanding Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Kredit Produktif Pangsa Kabupaten (Rp Milyar) (%) Kab. Pontianak 1, Kab. Sambas Kab. Ketapang Kab. Sanggau 1, Kab. Sintang 1, Kab. Kapuas Hulu Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Sekadau Kab. Melawi Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya Kota Pontianak 8, Kota Singkawang Total 17, Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Kota kredit mencapai Rp8,29 triliun atau mencapai 47,97% dari total kredit sektor produktif yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal tersebut didorong oleh pola bisnis para pelaku usaha yang masih terpusat di Kota Pontianak. Selain Kota Pontianak, kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Barat dengan tingkat penyerapan kredit sektoral yang Kabupaten Sintang, cukup tinggi Pontianak, dan adalah Kabupaten Kabupaten Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kabupaten Sintang dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan Kredit Produktif Pertanian ndustri Bangunan PHR Pertambangan (RHS) Di tengah perlambatan pertumbuhan kredit, risiko kredit sektor yang tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) gross perbankan tercatat sedikit meningkat. Rasio NPLs gross kredit sektoral pada V 213 V Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat triwulan laporan tercatat pada level 1,59%, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 1,53%. Peningkatan rasio NPL gross terjadi terutama pada sektor Pertambangan dan sektor Konstruksi/Bangunan. NPL pada sektor pertambangan tercatat mencapai 1,52%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,7%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal maupun persentase, masih dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan dari 1,85% menjadi 5,26% pada triwulan laporan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan 42 Triwulan 214

55 penyempurnaan loan to value yang dampaknya dirasakan oleh para pengembang properti, khususnya properti tipe besar untuk masyarakat kelas menengah ke atas. Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat Kabupaten V V Kab. Pontianak.94%.97%.73%.36%.93% 1.22%.94%.69%.73%.92% Kab. Sambas 1.75% 2.% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81%.94% 1.37% 2.97% Kab. Ketapang 1.72% 2.1% 1.98% 2.71% 2.64% 2.4% 2.52% 2.6% 1.94% 1.43% Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.9% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.93% 1.91% Kab. Sintang & Melawi 1.2% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.1% 1.76% 2.7% Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.1% 2.61% 2.37% 3.1% 2.49% 3.3% 2.78% Kab. Bengkayang.7% 1.76%.29%.7%.15%.9%.7%.4%.12% 1.2% Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35%.44%.81%.75%.51%.26%.28%.43% Kota Pontianak 1.1%.87%.88%.69% 1.58% 1.61% 1.6% 1.2% 1.15% 1.39% Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.8% 6.67% 6.86% 5.33% 5.4% 3.1% Total 1.21% 1.13% 1.17%.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.53% 1.59% Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 3,1%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya pada subsektor restoran/penyediaan makanan minuman. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kapuas Hulu, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada level 2,97% dan 2,78%. Risiko kredit di wilayah Sambas dipengaruhi oleh sektor transportasi, sementara di Kabupaten Kapuas Hulu, penyaluran kredit bermasalah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi. 3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,45 triliun, atau tumbuh 12,71% (yoy). Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,14% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan B rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit, khususnya KPR. Triwulan

56 Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) Jenis Kredit Rumah Tangga KPR KKB Perlengkapan Multiguna Lainnya Total kredit 212 2,512 2, ,863 6,438 1, ,995 9,659 2, ,495 1,634 8,356 V 2, , ,115 2, , , ,99 3, ,736 6,761 1,18 1,271 11,45 11,595 V 3, ,838 1,299 11, ,62 3, ,878 7,184 1,41 1,471 12,81 12,45 Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah 1% Total kredit KPR KKB Multiguna 8% 6% jenis penggunaannya, penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan Barat sebagian besar merupakan kredit multiguna dengan 4% 2% % -2% Berdasarkan 212 V 213 V 26.74% 14.63% 12.71% 6.66% 214 Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat outstanding mencapai Rp7,18 triliun. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit multiguna tersebut menunjukkan akselerasi sebesar 6,66% (yoy) yang antara lain didorong oleh tingginya kegiatan konsumsi triwulan 214 masyarakat seiring pada dengan persiapan tahun ajaran baru dan memasuki bulan Ramadhan. Selain multiguna, penyaluran kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,55 triliun yang tercatat melambat sebesar 14,63% (yoy) dibandingkan triwulan 214 yang mampu tumbuh sebesar 33,98% (yoy). Tren perlambatan pertumbuhan penyaluran KPR tersebut antara lain dipengaruhi oleh pesimisme masyarakat dan pengembang properti perumahan sebagai dampak penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya larangan pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 3 September 213. Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih rendahnya harga komoditas utama Kalimantan Barat, baik karet maupun minyak kelapa sawit (CPO). 44 Triwulan 214

57 Secara spasial, rumah penyaluran tangga paling kredit Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat banyak disalurkan oleh perbankan di Kota Pontianak outstanding dengan mencapai Kabupaten Rp6,39 triliun Kab. Pontianak Kab. Sambas Kab. Ketapang Kab. Sanggau & Sekadau Kab. Sintang & Melawi Kab. Kapuas Hulu Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang Total atau mencapai pangsa 51,31% dari total kredit rumah tangga yang disalurkan di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat konsumsi rumah Pontianak tangga mendorong di Kota tingginya penyaluran kredit konsumsi di daerah tersebut. Daerah lainnya dengan outstanding penyaluran kredit rumah Kredit Rumah Tangga (Rp Milyar) , , Pangsa (%) Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah tangga yang cukup tinggi adalah Kabupaten Sanggau & Sekadau, Kota Singkawang, serta Kabupaten Sintang & Melawi. Tingginya aktivitas sektor utama perekonomian di daerah-daerah tersebut mendorong tingginya konsumsi masyarakat. KPR Multiguna Perlengkapan 3.% Secara umum, risiko kredit yang tercermin KKB Lainnya dari rasio NPL gross kredit rumah tangga 2.5% berada di batas aman di bawah 5%. 2.% 1.89% Namun demikian, di tengah perlambatan penyaluran kredit, terjadi tren peningkatan 1.5% rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio 1.%.79%.5%.59%.51%.44%.% V Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah V 214 Grafik 3.1 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat NPL gross kredit rumah tangga pada triwulan laporan tercatat sebesar,87% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar,79%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit rumah tangga dengan tingkat NPL tertinggi adalah KPR dengan tingkat NPL mencapai 1,89%. Peningkatan NPL KPR selain dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan LTV pada triwulan 213 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit perbankan seiring dengan kenaikan suku bunga kebijakan B. Triwulan

58 3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Seiring dengan perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) juga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar Rp11,24 triliun atau tumbuh 29,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 31,62% (yoy). Meskipun melambat, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat tercatat meningkat menjadi 56,93%. Rp Miliar 12, Nominal %, yoy 4 Growth Modal Kerja nvestasi 35 1, 3, , 25 6, 2 1,97 2,1 1,961 2,18 4,16 5-3,128 4,861 5,69 7,51 6,763 6,141 5,38 4, , 2,851 1, , 2,538 2,634 6,365 6, V V 213 Tw Tw Tw 214 Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Tw Tw Tw Tw V Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat Tw Tw Tw V 214 Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha menengah (nominal antara Rp5 juta sampai dengan Rp5 miliar) mencapai 42,24% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau sebesar Rp4,75 triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha kecil (nominal antara Rp5 juta sampai dengan Rp5 juta) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp5 juta), masing-masing tercatat sebesar Rp4,43 triliun dan Rp2,7 triliun. Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal kerja, mencapai Rp7,51 triliun. Sementara Rp3,73 triliun disalurkan untuk kepentingan investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor perkebunan karet dan kelapa sawit. Peningkatan outstanding dan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari 46 Triwulan 214

59 sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya dapat lebih ditingkatkan. PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. % 3.5 Mikro Kecil Menengah Kredit UMKM Sejalan dengan tren peningkatan risiko kredit perbankan umum Kalimantan 2.15 UMKM juga tercatat menunjukkan 2. Barat, risiko kredit 1.5 peningkatan pada triwulan laporan. 1. Pada triwulan 214, rasio NPL.5 gross kredit UMKM tercatat sebesar. Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Sumber : LBU Bank ndonesia, diolah Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM 2,58% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,16%. Peningkatan NPL terutama terjadi pada debitur usaha menengah dan kecil, dimana masing-masing tercatat sebesar 2,15% dan 3,4%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk usaha mikro mencatat penurunan NPL dari 2,61% menjadi 2,57%. 3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi pada transaksi melalui B-RTGS. Nominal transaksi kliring meningkat,85% (qtq) menjadi sebesar Rp1,16 Triliun. Sementara nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami kontraksi 19,27% (qtq) menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan 214 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow). Jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,5 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,2 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi inflow maupun outflow masing-masing sebesar 4,7% (yoy) dan 55,33% (yoy). Triwulan

60 3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui B-RTGS Selama triwulan 214, transaksi RTGS mengalami kontraksi di sisi nominal transaksi namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui B-RTGS sebanyak transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS masuk di Kalimantan Barat masing-masing mengalami kontraksi sebesar 3,69% (qtq) dan 26,64% (qtq), menjadi sebesar Rp25,24 triliun dan Rp19,6 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi sebesar 36,7% (qtq) menjadi sebesar Rp7,67 triliun. Hal ini sejalan dengan kondisi penyaluran kredit perbankan dan kinerja ekspor daerah Kalimantan Barat yang tumbuh melambat. Dilihat dari nominal rata-rata per transaksinya selama triwulan 214 mengalami kontraksi sebesar 53,69% (qtq) dengan nilai nominal rata-rata sebesar Rp68,83 juta per transaksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,31 Miliar per transaksi. Secara tahunan nilai nominal per transaksi juga mengalami kontraksi sebesar 49,64% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan 213 yang tercatat sebesar Rp1,21 miliar per transaksi. Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan 214 mengalami kontraksi sebesar 29,9% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan 213 yang tercatat mencapai Rp74,5 triliun. Namun demikian, dari sisi volume transaksi terjadi peningkatan sebesar 4,83% (yoy) dibandingkan dengan triwulan 213 yang tercatat sebesar transaksi. Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) (Miliar Rp) Tw 212 Tw Tw RTGS Keluar - Jumlah Transaksi - Nominal RTGS Masuk - Jumlah Transaksi - Nominal RTGS Lokal - Jumlah Transaksi - Nominal TOTAL - Jumlah Transaksi - Nominal Keterangan 213 Tw V Tw Tw 214 Tw Tw V Tw Sumber: Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat 48 Triwulan 214 Tw

61 3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring Transaksi kliring selama triwulan 214 relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp1,16 triliun atau meningkat,85% (qtq). Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 7,91% (qtq) menjadi lembar. Ditinjau dari sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro9, nilai transaksi kliring mengalami kontraksi, yaitu sebesar 2,86% (qtq) menjadi sebesar Rp134,56 miliar. Namun dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami peningkatan sebesar 18,23% (qtq) menjadi sejumlah lembar warkat. Berdasarkan penyebabnya, pengembalian/penolakan kliring karena Bilyet Giro kosong sebanyak lembar (63,16% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), pengembalian/penolakan kliring karena cek kosong sebanyak 731 lembar (19,1% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), dan sebanyak 686 lembar (17,84% dari total jumlah warkat kliring pengembalian) dikembalikan/ditolak karena alasan lainnya. Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat selama triwulan 214 mengalami peningkatan sebesar 14,62% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan 213 yang tercatat sebesar Rp8,86 triliun. Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 1,5% (yoy) yang pada triwulan 213 tercatat sebesar lembar. Dilihat dari nominal rata-rata transaksi per warkat, selama triwulan 214 nominal rata-rata transaksi sebesar Rp4,25 juta per warkat atau terjadi kontraksi sebesar 6,72% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp43,14 juta per warkat. Namun demikian, secara tahunan nilai nominal rata-rata transaksi per warkat mengalami peningkatan sebesar 12,8% (yoy) dibandingkan dengan triwulan 213 sebesar Rp35,68 juta per warkat. Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring Keterangan Kliring Penyerahan - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal - Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) - Rata-Rata Nominal/Hari Kliring Pengembalian - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal - Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) - Rata-Rata Nominal/Hari TOTAL - Jumlah Warkat (lbr) - Nominal (Miliar Rp) 214 Tw Tw Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V , , , , , , , , , , Sumber : Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat 9 Definisi bilyet giro lihat di daftar istilah Triwulan

62 3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA) Pada triwulan 214, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 35 perusahaan atau mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 36 perusahaan. Secara umum, perkembangan PVA di Kalimantan Barat selama triwulan 214 cenderung mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan 214 jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp11,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 2,97% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp17,47 juta. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing juga mengalami peningkatan sebesar 4,26% (qtq) menjadi sebanyak Rp111,23 juta apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp16,69 juta. Peningkatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat orang atau meningkat 2,74% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 7.2 orang wisatawan Perkembangan Pengelolaan Uang Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui B Selama triwulan 214, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp1,5 Triliun atau meningkat 137,99% (qtq) dibandingkan dengan triwulan 214 yang tercatat sebesar Rp629,83 miliar. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut mengalami peningkatan sebesar 55,33% (yoy) dibandingkan dengan triwulan 213 yang tercatat sebesar Rp964, miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan 214 didominasi oleh uang pecahan Rp5., yang mencapai 9,64 juta lembar (31,61% dari total uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp1., yang mencapai 9,41 juta lembar (3,85% dari total uang kertas yang diedarkan). 5 Triwulan 214

63 Pecahan Rp1 Pecahan Rp5 Pecahan Rp Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Sumber : Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan 214 tercatat sebesar Rp1,2 triliun atau mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 35,77% (qtq). Namun demikian, jika dilihat secara tahunan jumlah uang masuk tersebut mengalami peningkatan sebesar 4,7% (yoy) dibandingkan dengan triwulan 213 yang tercatat sebesar Rp85,12 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang masuk selama triwulan 214 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp5., yang mencapai 8,94 juta lembar (37,5% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp1., yang tercatat sebanyak 6,9 juta lembar (28,6% dari total uang kertas yang masuk). Jumlah aliran uang yang diedarkan oleh KPwB Provinsi Kalimantan Barat yang lebih besar dari aliran uang yang masuk mengakibatkan posisi net outflow sebesar Rp32,82 miliar. Kondisi net outflow tersebut menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan uang kartal pada triwulan 214, antara lain disebabkan pada triwulan 214 bertepatan dengan awal tahun ajaran baru Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga kebutuhan uang kartal meningkat untuk pendaftaran sekolah dan pemenuhan kebutuhan perlengkapan sekolah. Selain itu peningkatan kebutuhan uang juga dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan Pemilihan Presiden. Triwulan

64 Miliar Rp Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw V V 212 nflow 213 Outflow 214 Net Outflow (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.15 Perkembangan nflow dan Outflow Kalimantan Barat Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka pelaksanaan clean money policy, KPwB Provinsi Kalimantan Barat secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1) penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwB Provinsi Kalimantan Barat; dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwB Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas. Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwB Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan 214 mencapai Rp27,91 miliar, atau mengalami kontraksi 6,6% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,89 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang paling banyak ditukarkan adalah uang kertas dengan denominasi Rp5., yang mencapai 184,2 ribu lembar atau senilai Rp9,2 miliar, serta pecahan Rp1., yang mencapai 177,22 ribu lembar atau senilai Rp17,72 miliar. Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat adalah pecahan Rp2., yang mencapai 2,21 juta lembar atau senilai Rp4,43 miliar serta pecahan uang logam Rp5, yang mencapai 1,64 juta keping atau senilai Rp82,49 juta. Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui penukaran langsung pada triwulan 214 meningkat 25,23% (yoy) dari triwulan 213 yang tercatat sebesar Rp22,29 miliar. 52 Triwulan 214

65 Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank ndonesia (Uang Masuk) (Ribu Rp) Pecahan Uang Kertas Uang Logam Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Sumber : Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwB Provinsi Kalimantan Barat, secara rutin Bank ndonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling bertujuan untuk menyediakan uang Rupiah yang layak edar dengan mekanisme jemput bola langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak. Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwB Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia. Selama triwulan 214, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui kegiatan kas keliling mencapai Rp19,7 miliar, atau meningkat 4,82% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8,57 miliar. Selama triwulan 214, kegiatan kas keliling dilaksanakan dibeberapa daerah antara lain yaitu di Kabupaten Mempawah, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Singkawang, di wilayah perbatasan Aruk-Biawak, serta kegiatan kas keliling secara simultan di Kabupaten Kapuas Hulu. Secara tahunan jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami peningkatan yang relatif signifikan yaitu sebesar 286,46% (yoy) dari triwulan 213 yang tercatat sebesar Rp4,93 miliar. Triwulan

66 Tabel 3.1 Kegiatan Kas Keliling (Ribu Rp) Kas Keliling Uang Kertas Uang Logam Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Tw Tw V Tw Tw Sumber : Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank ndonesia bekerja sama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank ndonesia di bidang pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang. 2 Miliar Rp Jan Feb -5 Mar Apr Mei Jun nflow Outflow Net Outflow Sumber : Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.16 Perkembangan nflow dan Outflow melalui Kas Titipan Selama triwulan 214, jumlah uang yang masuk melalui kas titipan (inflow) mencapai Rp126,46 miliar atau mengalami kontraksi 17,15% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp152,62 miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan 214 didominasi oleh uang pecahan Rp1., yang mencapai 1,1 juta 54 Triwulan 214

67 lembar (54,59% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp5., yang tercatat sebanyak 475, ribu lembar (25,8% dari total uang kertas yang masuk). Sementara itu, jumlah uang yang keluar melalui kas titipan (outflow) selama triwulan 214 tercatat sebesar Rp466,86 miliar atau meningkat 1,58% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp232,76 miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan 214 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp1., dan Rp5., yang masing-masing mencapai 3,4 juta lembar (38,34% dari total uang kertas yang keluar), diikuti dengan pecahan Rp2., yang tercatat sebanyak 59, ribu lembar (7,44% dari total uang kertas yang keluar) Pemusnahan Dari hasil penukaran uang di loket KPwB Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwB Provinsi Kalimantan Barat melakukan pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Selama triwulan 214, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwB Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp242,79 miliar atau meningkat 13,71% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pemusnahan tercatat sebesar Rp213,52 miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp2., yang mencapai 2,5 juta lembar, Rp5., mencapai 2,34 juta lembar, serta Rp5., dan Rp1., yang masing-masing mencapai 1,85 dan 1,69 juta lembar. Meningkatnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar dan turunnya jumlah aliran uang masuk (cash inflow) menyebabkan rasio pemusnahan uang layak edar terhadap aliran uang masuk meningkat menjadi 2,3%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang rasionya tercatat sebesar 11,47%. Triwulan

68 2. 8% 1.8 7% 1.6 6% Miliar Rp % 1. 4% 8 3% 6 2% 4 1% 2 - % Tw Tw Tw Tw V Tw 212 nflow Tw Tw Tw V Tw 213 PTTB Tw 214 Rasio PTTB thd nflow (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.17 Perkembangan nflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap nflow Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu Seiring dengan salah satu upaya Bank ndonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan UndangUndang, Bank ndonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank ndonesia terkait uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank ndonesia juga mewajibkan bank umum untuk menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional bank. Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat PERODE Tw Tw JENS PECAHAN JUMLAH (bilyet) Sumber : Kantor Perwakilan Bank ndonesia Provinsi Kalimantan Barat Selama triwulan 214, ditemukan 268 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat, yang sumber pelaporannya sebagian besar (81,47%) dilakukan oleh pihak perbankan. 56 Triwulan 214

69 Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan Rp1., sebanyak 223 lembar dan uang pecahan Rp5., sebanyak 43 lembar. Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut hanya sebesar,14% (14/1. lembar) dari jumlah uang pecahan Rp1., dan Rp5., yang diedarkan selama triwulan 214. Dalam rangka pencegahan peredaran uang palsu, Bank ndonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang. Triwulan

70 Halaman ini sengaja dikosongkan 58 Triwulan 214

71 V. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERNTAH Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214 menunjukkan peningkatan realisasi yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan 214 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan 213. Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 214 (Rp miliar) Keterangan Target Anggaran 213 3, , Pendapatan Belanja 214 3, ,754.9 Realisasi 213 1, % Realisasi 214 1, , Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat 6 Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan % Barat pada triwulan 214 tercatat sebesar Rp1.817,2 miliar atau mencapai 48,72% dari Anggaran target 214 APBD yang Tahun sebesar Rp3.729,9 miliar. Secara nilai, realisasi pendapatan tersebut lebih besar dari 1 realisasi pada triwulan 213 yang Pendapatan Belanja Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan 214 mencapai Rp1.693,25 miliar. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan 214 menunjukkan perkembangan yang relatif baik. Secara nilai, penyerapan anggaran belanja pada triwulan 214 mencapai Rp1.36,53 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan 213 yang mencapai Rp626,58 miliar. Berdasarkan rasio penyerapan terhadap target APDB, realisasi belanja pada triwulan 214 mencapai 27,6% lebih tinggi dibandingkan rasio penyerapan triwulan 213 yang mencapai 18,6%. Realisasi penyerapan belanja yang relatif baik perlu dipertahankan dan ditingkatkan terlebih untuk belanja yang terkait dengan pembangunan infrastruktur pendukung perekonomian di Kalimantan Barat. Triwulan

72 4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan 214 Berdasarkan kenaikan komponennya, realisasi pendapatan pada triwulan 214 terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan. Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Dana Perimbangan Dana Perimbangan Tercatat realisasi Dana Perimbangan pada triwulan 214 mencapai Rp829,9 miliar meningkat 8,35% PAD PAD (yoy) dari triwulan 213 yang mencapai Rp765,18 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada triwulan 214, masing-masing mencapai 6,6% dan 6,14% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 214, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 45,62%, 39,26% dan 15,11%. Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi triwulan didorong oleh PAD 214 pada terutama realisasi Pajak Daerah, mengingat kontribusinya terhadap PAD yang relatif besar mencapai realisasi triwulan 82,6%. Pajak Tercatat Daerah pada mencapai Rp miliar, lebih tinggi dari triwulan 213 yang mencapai Pajak Daerah Retribusi Daerah Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yg Sah Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) Rp53,85 miliar. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 214, realisasi komponen Pajak Daerah mencapai 41,21%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah selain masih ditopang oleh pajak kendaraan bermotor, juga didorong oleh kenaikan pajak penerangan jalan (PPJ), seiring kenaikan tarif tenaga listrik1. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 tahun 21 tentang Pajak Daerah Kota Pontianak, dapat diketahui bahwa pajak penerangan jalan yang 1 Nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kwh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik. Apabila tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah 6 Triwulan 214

73 dikenakan berdasarkan nilai jual tenaga listrik yang dikonsumsi, baik yang berasal dari PLN maupun yang dihasilkan sendiri. Adapun besaran PPJ yang berasal dari PLN ditetapkan sebesar 9% dari nilai jual listrik, sementara untuk penggunaan tenaga listrik yang berasal dari sumber lain (selain PLN) oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif PPJ ditetapkan sebesar 3% dari nilai jual listrik. Sedangkan Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif PPJ ditetapkan sebesar 1,5% dari nilai jual. Sementara itu, realisasi Dana DAU DAU Perimbangan pada triwulan 214 didorong oleh tingginya realisasi Dana Alokasi Umum (DAU). Dana Bagi Hasil Pajak & Non Pajak DAK Dana Bagi Hasil Pajak & Non Pajak Pada triwulan laporan, realisasi DAU di Provinsi Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp752,63 DAK Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar) miliar, meningkat 12,71% (yoy) dari realisasi Kenaikan triwulan 213. realisasi DAU salah satunya terkait dengan penerimaan alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengingat pada triwulan 214 berlangsung kegiatan penerimaan siswa tahun ajaran baru. Selain itu, pelaksanaan pemilu legislatif dan persiapan pemilu presiden juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan DAU di triwulan laporan. Nilai realisasi Dana Perimbangan yang lebih tinggi dibandingkan PAD pada triwulan 214 mengindikasikan bahwa tingkat kemandirian daerah masih belum optimal. Terkait hal tersebut, pemerintah pusat menyalurkan DAU yang terutama dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan pemerintahan daerah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Tabel 4.2 ndikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan 214 (Rp miliar) PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah Total Penerimaan Daerah 1,817.2 PAD/TPD Dana Perimbangan/TPD Lainlain/TPD 39.26% 45.62% 15.11% Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Triwulan

74 Realisasi Belanja Daerah 4.2. Realisasi % 6 4 belanja pemerintah Provinsi Kalimantan penyerapan Barat pada triwulan relatif lebih baik dari periode 3 2 sebelumnya penyerapan 1 Tercatat anggaran rasio provinsi Kalimantan Barat pada triwulan 214 mencapai 27,6% dari target Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung anggaran Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat tersebut belanja relatif 214. Rasio meningkat dibanding triwulan 213 yang Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen mencapai 18,6%. Berdasarkan komponennya, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) masih mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan. Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan 214 mencapai 76,2% dari total belanja, dengan rasio realisasi terhadap target anggaran 214 mencapai 49,63%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja Non-Rutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 23,98% dari target anggaran 214. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 214 mencapai 19,63%. Secara lebih mendalam, diketahui 35 Rp. Miliar bahwa tingginya realisasi Belanja Tidak Langsung/rutin salah satunya 25 didorong oleh penyerapan belanja 2 hibah. 15 Kondisi tersebut relatif sejalan dengan alokasi DAU, terkait penyaluran BOS11 untuk mendukung pelaksanaan tahun ajaran pemilu baru serta legislatif pelaksanaan dan pemilu presiden. Pada triwulan 214, Belanja Pegawai Belanja Hibah Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) Berdasarkan Permendagri Nomor 62 Tahun 211 tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah, BOS dianggarkan pada Kelompok Belanja Tidak Langsung, Jenis Belanja Hibah, Obyek Belanja Hibah kepada satuan pendidikan dasar dan rincian objek kepada satuan pendidikan dasar se Kabupaten/Kota. 62 Triwulan 214

75 nilai realisasi belanja hibah mencapai Rp32,65 miliar, atau 46,16% dari target tahun anggaran 214. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai BOS yang telah disalurkan di Kalimantan Barat hingga triwulan 214 berkisar Rp282 miliar. Sementara itu, realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp222,37 miliar atau 38,57% dari target tahun 214. Meskipun realisasi belanja gaji mengalami kenaikan, namun secara nilai masih lebih rendah dibandingkan belanja hibah. Hal tersebut menjadi indikasi yang positif karena Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah menunjukkan upaya nyata untuk mengurangi ketimpangan antar daerah. Rp. Miliar Belanja Modal Belanja Modal 74.5 Sementara itu, realisasi komponen Belanja Langsung yang digunakan untuk Belanja Barang & Jasa Belanja Barang & Jasa Belanja Pegawai Belanja Pegawai Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) pelaksanaan proyek masih belum optimal, mencapai 19,63% dari target APBD Tahun Anggaran 214. Realisasi tersebut Belanja terutama Langsung didorong oleh penyerapan Belanja Barang dan Jasa yang secara nilai mencapai Rp212,74 miliar, atau 21,8% dari target tahun anggaran 214. Penyerapan Belanja Barang dan Jasa tersebut salah satunya didorong oleh realisasi berbagai proyek pembangunan infrastruktur khususnya terkait persiapan dalam menghadapi lebaran. Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan 214 mencapai Rp68,84 miliar, atau 12,74% dibanding target 214. Ke depan, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan proyek pembangunan daerah maka realisasi penyerapan belanja Modal dan belanja Barang dan Jasa perlu lebih dioptimalkan lagi. Triwulan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Miliar Rp % 12000 10000 8000 Nilai g Kalbar (yoy) g Nasional (yoy) 8 7 6 5 6000 4 4000 2000 3 2 1 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 0 2012 2013 2014 Jenis Penggunaan 2012 2013 2014 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRWULAN 24 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 83246, Fax. (24) 84779 http://www.bi.go.id KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRWULAN 24 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 83246, Fax. (24) 84779 http://www.bi.go.id KAJAN EKONOM REGONAL

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan 214 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 831246, Fax. (24) 8417791 http://www.bi.go.id KAJAN EKONOM

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci