KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2 Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : ext 8207, 8203, 8238 Faks : Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-nya kami dapat menyusun Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I KEKR ini kami susun dengan tujuan untuk menyajikan informasi terkini kepada para pemangku kepentingan baik eksternal maupun internal seputar perkembangan ekonomi daerah, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan, dan prospek ekonomi ke depan. Selain itu, kami juga berharap KEKR ini dapat menjadi salah satu referensi yang dapat diandalkan bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan. Dalam penyusunan KEKR ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat telah mendapatkan banyak dukungan data dan informasi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah bersedia memberikan data dan informasi yang kami perlukan dalam menyusun kajian ini. Sebagai penutup, kami menyadari bahwa dalam penyusunan KEKR ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kualitas kajian ini dapat terus ditingkatkan. Pontianak, 21 Mei 2015 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto i

4 Halaman ini sengaja dikosongkan ii

5 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Grafik... v Daftar Tabel... ix Ringkasan Umum... xi Tabel Indikator Terpilih... xv BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kondisi Umum Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Konsumsi Investasi Ekspor-Impor Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Sektor Pertanian Industri Pengolahan Sektor Konstruksi Hilirisasi Komoditas Karet Alam Di Kalimantan Barat BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah Gambaran Umum Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Inflasi Triwulanan Disagregasi Inflasi Inflasi Volatile Foods Inflasi Administered Prices Inflasi Inti (Belum) Banyak Jalan Menuju Roma BAB 3 Perbankan, Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Intermediasi Perbankan Ketahanan Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Ketahanan Sektor UMKM iii

6 3.5 Perkembangan BPR Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai dan Non Tunai Perkembangan Temuan Uang Rupiah Yang Diragukan Keasliannya Perkembangan PVA BB dan PTD Shadow Banking Dalam Geliat Ekonomi Daerah BAB 4 Perkembangan Keuangan Pemerintah Daerah Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I BAB 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Kalimantan Barat Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) Pergerakan Nilai Tukar Petani Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan Inflasi Pedesaan Petani Dan Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Kalimantan Barat BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah Prospek Perekonomian Daerah Sisi Penggunaan Sisi Sektoral Perkiraan Inflasi Daerah Ketika Rupiah Belum Kembali Perkasa Daftar Istilah iv

7 Daftar Grafik Grafik 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Tahunan Nasional vs Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan Nasional vs Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar Grafik 1.3 Pemetaan Matris Komponen PDRB Sisi Penggunaan Triwulan I Grafik 1.4 Perkembangan IKK, IEK, dan IEK... 4 Grafik 1.5 IKE, Konsumsi Barang Tahan Lama, dan Penghasilan Konsumen... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani... 6 Grafik 1.7 Perkembangan Penjualan Listrik... 6 Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi Kalimantan Barat... 6 Grafik 1.9 Perkembangan Rekening Pemerintah... 6 Grafik 1.10 Pemetaan Investasi PMDN Kalimantan Barat... 8 Grafik 1.11 Pemetaan Investasi PMA Kalimantan Barat... 8 Grafik 1.12 Komposisi Investasi PMDN... 8 Grafik 1.13 Komposisi Investasi PMA Kalimantan Barat... 8 Grafik 1.14 Hasil Likert Scale Komponen Investasi... 9 Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Investasi Kalimantan Barat... 9 Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Kalimantan Barat Grafik 1.17 Perkembangan Volue Impor Kalimantan Barat Grafik 1.18 Proporsi Ekspor Kalimantan Barat Triwulan I Grafik 1.19 Proporsi Impor Kalimantan Barat Triwulan I Grafik 1.20 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Sektoral Triwulan I Grafik 1.21 Luas Tanam dan Panen Padi Wilayah Kalimantan Barat Grafik 1.22 Luas Lahan Puso Kalimantan Barat Grafik 1.23 Pemetaan Luas Panen Per Kabupaten Wilayah Kalimantan Barat Grafik 1.24 Pertumbuhan Luas Panen Per Kabupaten Wilayah Kalimantan Barat Grafik 1.25 Perkembangan Produksi TBS Kalimantan Barat Grafik 1.26 Perkembangan Harga TBS Grafik 1.27 Perkembangan Produksi Karet Kalimantan Barat Grafik 1.28 Perkembangan Harga Karet Slab dan Internasional Grafik 1.29 Data Curah Hujan di Kalimantan Barat (mm) Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Grafik 1.31 Nilai Ekspor Alumina (CGA) Grafik 1.32 Perkembangan Produksi CPO Grafik 1.33 Rata-rata Harga CPO Kalimantan Barat v

8 Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.35 Perkembangan Pengadaan Semen Kalimantan Barat Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2.3 Inflasi dan Andil Tahunan Grafik 2.4 Inflasi dan Andil Tahunan Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.5 Harga Karet dan Indeks Pengeluaran Bahan Makanan Grafik 2.6 Luas Panen Padi Grafik 2.7 Inflasi dan Andil TahunanKelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 24 Grafik 2.8 Indeks Pengeluaran Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Grafik 2.9 Survei Pemantauan Harga Tiket Angkutan Udara Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Grafik 2.11 Inflasi dan Andil Triwulanan Kalimantan Barat Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Triwulanan Grafik 2.13 Inflasi dan Andil Triwulanan Grafik 2.14 Inflasi dan Andil Triwulanan Kelompok Perumahan, Listrik, Air, dan Bahan Bakar 28 Grafik 2.15 Harga Karet dan Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 3.1 Perkembangan DPK di Kalimantan Grafik 3.2 DPK Kalbar berdasarkan Kegiatan Bank Grafik 3.3 DPK Kalbar Grafik 3.4 Perkembangan SBT DPK Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Kalimantan Grafik 3.6 Perkembangan Kredit, DPK dan LDR Kalbar Grafik 3.7 Kredit Perbankan Kalbar Grafik 3.8 Kredit Perbankan Kalbar Grafik 3.9 Persebaran Kredit di Kota/Kabupaten di Kalimatan Barat (Rp miliar) Grafik 3.10 Persebaran Pertumbuhan Kredit di Kalimantan Barat (%, yoy) Grafik 3.11 Kredit Sektor Korporasi Grafik 3.12 NPL Kredit Sektor Korporasi Grafik 3.13 Kredit Rumah Tangga Grafik 3.14 NPL Kredit Rumah Tangga Grafik 3.15 Perkembangan Kredit UMKM Sektor Ekonomi Utama Grafik 3.16 Perkembangan NPL Kredit UMKM Grafik 3.17 Perkembangan BPR Grafik 3.18 LDR dan NPL BPR di Kalbar Grafik 3.19 Perkembangan Inflow-Outflow vi

9 Grafik 3.20 Perkembangan RTGS Grafik 3.21 Perkembangan Transaksi PVA BB di Kalimantan Barat Grafik 3.22 Perkembangan Transaksi PTD di Kalimantan Barat Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 4.3 Realisasi Dana Perimbangan Triwulan I Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Triwulan I Grafik 4.5 Realisasi Belanja Daerah Grafik 4.6 Realisasi Belanja Tidak Langsung Triwulan I Grafik 4.7 Realisasi Belanja Langsung Grafik 5.1 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Grafik 5.2 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat.. 59 Grafik 5.3 Hasil Likert Scale Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 5.4 Saldo Bersih Tertimbang Indikator Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 5.5 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Penghasilan Konsumen Kalimantan Barat 62 Grafik 5.6 Pergerakan Nilai Tukar Petani Kalimantan Barat Grafik 5.7 Pergerakan NTP Provinsi Kalimantan Grafik 5.8 Perbandingan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat dan Nasional (mtm) Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat dan Proyeksi Pertumbuhan Grafik 6.2 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Kota Pontianak Grafik 6.3 Indeks Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Konsumen dan Hasil Olah Data Skala Likert Komponen Harga Jual Grafik 6.5 Kuadran Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan, April Grafik 6.6 Kuadran Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan, Mei Grafik 6.7 Kuadran Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan, Juni vii

10 Halaman ini sengaja dikosongkan viii

11 Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat... 7 Tabel 1.3 Pertubuhan PDRB Kalimantan Barat (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Tahun Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Triwulanan (%-qtq) Tabel 2.2 Disagregasi Inflasi Triwulanan (%-yoy) Tabel 4.1 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran Tabel Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) Tabel 5.2 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Utama Pekerja (Ribu Jiwa) Tabel 5.4 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Barat Tabel 5.5 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan dan Nasional Tabel 5.6 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat Maret Tabel 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Barat ADHK 2010 menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan II 2015 (%) Tabel 6.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Barat menurut Sisi Sektoral dan Proyeksi Triwulan II 2015 (%) ix

12 Halaman ini sengaja dikosongkan x

13 Ringkasan Umum Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan I 2015 Provinsi Kalimantan Barat Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan dengan tumbuh 4,75% (yoy). Penguatan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh komponen investasi dan konsumsi rumah tangga. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi penopang utama perekonomian Kalimantan Barat adalah sektor konstruksi, informasi dan komunikasi serta sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 mengalami peningkatan. Ditengah melesunya pertumbuhan ekonomi nasional, ekonomi Kalimantan Barat dapat tumbuh 4,75% (yoy) relatif lebih baik dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tumbuh terbatas 3,90% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat yang membaik pada triwulan ini dari sisi penggunaan didorong oleh membaiknya kinerja ekspor meskipun masih mengalami kontraksi serta konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil pada level yang cukup tinggi. Di sisi lain, komponen investasi mengalami perlambatan meskipun masih tumbuh pada level yang tinggi. Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sepanjang triwulan I 2015 terutama bersumber dari perbaikan kinerja pada sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan, serta sektor perdagangan. Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari sisi penggunaan ditopang oleh komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta investasi. Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan pada triwulan ini masih didorong oleh laju pertumbuhan positif pada komponen investasi dan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, walaupun masih mengalami kontraksi, namun kinerja net ekspor Kalimantan Barat telah menunjukkan perbaikan. Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, perbaikan pada perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan, sektor perdagangan, dll. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama bersumber dari sektor konstruksi, informasi dan komunikasi dan sektor pertanian dimana ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan masing-masing sebesar 0,91%, 0,69%, dan 0,55% dari total angka pertumbuhan Kalimantan Barat pada triwulan I Selain itu, perbaikan kinerja juga terjadi pada beberapa sektor utama, diantaranya sektor pertambangan xi

14 dan industri pengolahan setelah sebelumnya mengalami kontraksi di triwulan IV Sektor pertambangan dan penggalian dapat tumbuh positif 9,62% (yoy), sementara industri pengolahan tumbuh 2,36% (yoy). Inflasi triwulan I 2015 sebesar 8,94% (yoy) lebih rendah daripada triwulan IV 2014 sebesar 9,43% (yoy) Kredit tumbuh melambat walaupun masih dalam level cukup tinggi, sedangkan DPK mengalami akelerasi pertumbuhan. Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I tahun 2015 menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama dipicu oleh terjaganya ekspektasi masyarakat terutama di saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Kendati demikian, realisasi sejumlah kebijakan penyesuaian harga energi oleh Pemerintah di sepanjang triwulan I 2015 disertai dengan terbatasnya pasokan beras menahan turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan. Berdasarkan kelompok komoditasnya, sumber utama inflasi triwulan I 2015 adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar dengan andil sebesar 2,68%. Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat mencapai 1,71% (qtq) lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar 3,67% (qtq). Di saat kredit mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan pada triwulan berjalan menjadi 13,79% (yoy), namun masih berada pada level yang tinggi, DPK mengalami akselerasi pertumbuhan menjadi 9,22% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh masing-masing 14,34% (yoy) dan 8,93% (yoy). Tercatat pada triwulan I 2015, posisi DPK dari perbankan di Kalimantan barat adalah sebesar Rp39,83 triliun, sedangkan kredit di Kalimantan Barat adalah sebesar Rp47,78 triliun. Lain halnya dengan BPR, dimana baik DPK maupun kredit mengalami akselerasi pertumbuhan masing-masing sebesar 12,55% (yoy) dan 5,81% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masing-masing tumbuh sebesar 8,5% (yoy) dan 4,63% (yoy). Tercatat posisi DPK dan dan kredit BPR di Kalimantan Barat pada triwulan berjalan masing-masing sebesar Rp783,52 miliar dan Rp552,64 miliar. Dari sisi sistem pembayaran, KPw. BI Prov. Kalimantan Barat mengalami inflow sebesar Rp2,03 triliun dan outflow sebesar Rp825,02 miliar dimana masing-masing tumbuh 8,97% (yoy) dan 30,99% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masingmasing tumbuh 86,73% (yoy) dan -17,34% (yoy). Sedangkan total perputaran kliring dan RTGS masing-masing mencapai Rp9,41 triliun dan Rp75,21 triliun. Transaksi kliring mengalami kontraksi sebesar -7,85% (yoy) lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar -4,28% (yoy). Sedangkan RTGS tumbuh melambat sebesar 15,64% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 25,73% (yoy). Hingga triwulan I 2015, realisasi belanja pemerintah provinsi telah mencapai 9,57% dari target belanja APBD 2015, tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Di sisi lain, realisasi pendapatan hingga triwulan I 2015 telah mencapai 22,3% dari target pendapatan APBD 2015, terendah dalam 3 tahun terakhir. Secara nominal realisasi penyerapan belanja mencapai Rp437,75 miliar sementara realisasi pendapatan mencapai Rp1,01 triliun. xii

15 Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, hal ini tercermin dari meningkatnya angka partisipasi angkatan kerta serta peningkatan signifikan pada angka pengangguran. Di sisi lain, kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat yang direfleksikan melalui indeks Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan. Pada triwulan II 2015 mendatang perekonomian Kalimantan Barat diprakirakan dapat tumbuh positif bias kebawah pada level proyeksi 5,17% (yoy). Tingkat inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan berada pada level 9,47%±1% (yoy) Menurunnya kondisi ketenagakerjaan di provinsi Kalim Menurunnya kondisi ketenagakerjaan di provinsi Kalimantan Barat terjadi seiring dengan meningkatnya angka pengangguran yang sangat signifikan serta menurunnya angka partisipasi angkatan kerja dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Februari 2014). Ditinjau dari sisi sektoral, penyerapan tenaga kerja utama di provinsi Kalimantan Barat didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan jasa-jasa. Tingginya angka pengangguran pada periode laporan terjadi sejalan dengan melemahnya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan jasa-jasa. Sementara itu, Tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat pada triwulan I-2015 menunjukkan tren perbaikan. Berdasarkan pemantauan harga yang dilakukan hingga triwulan I-2015, NTP Gabungan Kalimantan Barat memperlihatkan tren perbaikan dengan meningkat cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 97,50, atau mengalami peningkatan sebesar 1,14% (yoy) dibandingkan NTP periode Maret 2014 yang tercatat sebesar 96,40 Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2015 diprediksikan akan tumbuh terbatas pada level proyeksi 5,17% (yoy), tertahan oleh melesunya industri pengolahan dan sektor perdagangan. Walaupun relatif mengalami peningkatan dari triwulan I 2015 dengan realisasi pertumbuhan sebesar 4,75% (yoy), walaupun demikian pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diprediksikan belum sepenuhnya membaik. Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2015 diperkirakan berada pada level yang cukup tinggi walaupun masih terkendali pada single digit. Faktor risiko inflasi yang patut dicermati antara lain (i) perkembangan harga minyak dunia yang cenderung meningkat sehingga berpotensi mempengaruhi harga energi dalam negeri, (ii) datangnya musim liburan sekolah pada akhir triwulan sehingga berpotensi memicu kenaikan tekanan inflasi pada subkelompok transportasi, dan (iii) potensi terjadinya fenomena El Nino yang dapat menimbulkan risiko produksi. Memperhatikan hal-hal tersebut, maka laju inflasi akhir tahun Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 4,85% - 5,85%. xiii

16 Halaman ini sengaja dikosongkan xiv

17 Tabel Indikator Terpilih Indikator Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan Sektor (yoy) : - Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Berdasarkan Penggunaan (yoy) : - Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba (3.74) - Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok (31.13) (30.33) (26.79) (5.64) Ekspor (30.87) (52.09) (58.57) (40.81) (9.96) - Impor (35.46) (46.76) (49.93) (18.26) (4.65) Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Impor Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen - Provinsi Kalimantan Barat Kota Pontianak Kota Singkawang Laju Inflasi Tahunan (%,yoy) - Provinsi Kalimantan Barat Kota Pontianak Kota Singkawang xv

18 Perbankan Indikator Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,852 30,356 31,085 32,063 32,427 33,558 34,761 36,323 36,468 38,700 39,696 39,566 39,830 - Tabungan 5,663 6,346 6,209 4,635 5,974 6,783 6,690 4,875 6,371 8,123 8,064 5,062 6,982 - Giro 15,704 16,665 17,492 19,860 18,687 18,477 19,448 22,028 20,233 19,739 20,383 22,213 19,949 - Deposito 7,485 7,345 7,383 7,567 7,766 8,298 8,623 9,420 9,864 10,838 11,249 12,291 12,899 Kredit (Rp Miliar) 27,668 29,840 31,517 34,654 35,525 37,831 39,711 42,174 41,986 43,554 45,447 48,223 47,775 - Modal Kerja 9,016 9,848 10,016 11,108 10,865 11,471 12,133 13,028 12,951 13,619 14,340 15,465 14,599 - Investasi 8,355 9,025 9,943 11,609 12,511 13,682 14,266 15,500 15,185 15,657 16,386 17,347 17,576 - Konsumsi 10,296 10,966 11,557 11,937 12,149 12,678 13,312 13,647 13,851 14,278 14,721 15,410 15,601 Kredit Sektor Korporasi (Rp Miliar) 17,372 18,873 19,959 22,717 23,377 25,153 26,399 28,527 28,136 29,276 30,723 32,810 32,172 - Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 6,537 7,281 7,857 9,575 9,797 10,083 10,568 11,755 11,570 11,683 12,011 12,930 12,393 - Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 1,270 1,262 1,432 1,471 1,746 2,065 2,520 2,496 2,584 3,042 3,547 3,782 3,765 - Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan ,093 1,057 1,052 1, Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,790 5,509 5,941 6,597 6,735 7,992 8,217 8,669 8,460 8,920 9,145 9,622 9,627 - Pengangkutan dan Komunikasi ,027 1,182 1,279 1,256 1,395 1,340 1,607 1,603 1,668 1,678 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,378 1,370 1,427 1,622 1,751 1,848 1,811 1,938 2,094 1,764 1,814 2,112 2,043 - Jasa-Jasa Lainnya Kredit Sektor Rumah Tangga (Rp Miliar) 8,636 9,472 10,802 11,034 11,309 11,576 11,970 12,220 12,336 12,967 13,249 15,142 15,360 - Perumahan 1,938 2,253 2,040 2,080 2,273 2,593 2,790 2,923 2,980 2,790 2,825 2,923 3,017 - Ruko/Rukan Kendaraan 1,645 1,728 1,642 1,543 1,399 1,436 1,561 1,564 1,581 1,725 1,755 1,883 1,907 - Peralatan Multiguna 4,612 4,967 6,554 6,837 7,017 6,836 6,846 6,925 6,958 7,266 7,782 9,406 9,482 - Lainnya Kredit UMKM (Rp Miliar) 7,188 7,731 8,077 8,588 8,803 9,833 10,134 11,003 11,470 12,722 12,640 13,450 13,697 - Mikro 924 1,033 1,034 1,080 1,150 1,287 1,388 1,489 1,528 2,097 1,741 2,139 2,837 - Kecil 2,148 3,093 3,430 3,728 3,850 4,325 4,467 4,958 5,196 5,296 5,888 6,072 4,748 - Menengah 4,115 3,604 3,613 3,780 3,802 4,221 4,278 4,556 4,746 5,329 5,010 5,240 6,111 Loan to Deposit Ratio (%) NPL Total (%) NPL Sektor Korporasi (%) NPL Sektor Rumah Tangga (%) NPL Sektor UMKM (%) BPR - Aset ,024 1,020 1,031 - DPK Kredit LDR NPL Sistem Pembayaran Tunai (Rp Miliar) - Inflow 1, , , , ,862 1,196 2, ,029 - Outflow 844 1,328 1,461 2, ,053 2, ,499 2,471 2, Net Outflow , ,029 1, ,214 1,204 Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 1,084 1,462 1,531 1,434 1, , ,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944 4,334 4,067 3,940 3,813 xvi

19 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan dengan tumbuh 4,75% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat yang membaik pada triwulan ini dari sisi penggunaan didorong oleh membaiknya kinerja ekspor meskipun masih mengalami kontraksi serta konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil pada level yang cukup tinggi. Perbaikan pada perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan serta sektor perdagangan. 1

20 1.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 mengalami peningkatan. Ditengah melesunya pertumbuhan ekonomi nasional, ekonomi Kalimantan Barat dapat tumbuh 4,75% (yoy) relatif lebih baik dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tumbuh terbatas 3,90% (yoy). Realisasi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan berada di atas realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 4,70% (yoy). Secara triwulan, ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 juga mengalami perbaikan, dari -3,5% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi -2,7%(qtq) pada triwulan laporan. % (yoy) Nasional Kalimantan Barat % (yoy) Pertubuhan Tahunan Nasional 1.00 Pertumbuhan Tahunan Kalimantan Barat 0.00 TW I TW II TW III TW IV TW I Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Tahunan Nasional vs Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 2010 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan Nasional vs Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 2010 Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan pada triwulan ini masih didorong oleh laju pertumbuhan positif pada komponen investasi dan konsumsi rumah tangga. Walaupun cenderung sedikit melambat, pertumbuhan komponen investasi di Kalimantan Barat pada triwulan I-2015 masih terjaga pada tingkat pertumbuhan yang cukup kuat. Sementara itu, walaupun masih mengalami kontraksi, kinerja net ekspor Kalimantan Barat telah menunjukkan perbaikan. Besarnya kontraksi pada komponen net ekspor pada triwulan ini semakin termoderasi seiring dengan peningkatan ekspor hasil pengolahan mineral bauksit paska beroperasinya pabrik smelter alumina secara komersial di wilayah Tayan Kalimantan Barat. Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sepanjang triwulan I 2015 terutama terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan serta sektor perdagangan. Walaupun sedikit mengalami perlambatan namun sektor konstruksi pada triwulan I 2015 masih menjadi sektor ekonomi dengan andil pertumbuhan terbesar terhadap total pertubuhan Kalimantan Barat, sebesar 0,91% terhadap total pertumbuhan ekonomi. Selain itu, perbaikan kinerja juga terjadi pada beberapa sektor utama, diantaranya sektor pertambangan dan industri pengolahan setelah 2

21 sebelumnya mengalami kontraksi di triwulan IV Sektor pertambangan dan penggalian dapat tumbuh positif 9,62% (yoy), sementara industri pengolahan tumbuh 2,36% (yoy). 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 2010 (%-YOY) KOMPONEN PENGELUARAN Triwulan I-2015 TW I TW II TW III TW IV TW I Pangsa % SOG 1. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri P D R B Sumber:BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari sisi penggunaan ditopang oleh komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta investasi. Komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah masing-masing memiliki pangsa sebesar 53,82% dan 9,71%, sementara komponen investasi yang tercermin dari nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto dengan pangsa sebesar 34,0% terhadap total PDRB Kalimantan Barat triwulan I Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan pada triwulan ini masih didorong oleh laju pertumbuhan positif pada komponen investasi dan konsumsi rumah tangga dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 2,81% dan 2,11%. Sementara itu, walaupun masih mengalami kontraksi, namun kinerja net ekspor Kalimantan Barat telah menunjukkan perbaikan. Besarnya kontraksi pada komponen net ekspor pada triwulan ini semakin termoderasi seiring dengan peningkatan ekspor hasil pengolahan mineral bauksit paska beroperasinya pabrik smelter alumina secara komersial di wilayah Tayan Kalimantan Barat. Tercatat semenjak Januari hingga Maret 2015 peningkatan ekspor CGA yang tercatat pada klasifikasi komoditas aluminium ores and concentrates adalah sebesar 275,63 ribu USD. Berdasarkan analisis pemetaan matriks komponen sisi penggunaan PDRB triwulan I 2015, dapat diketahui bahwa hanya komponen investasi yang berada pada pemetaan kuadran potensial atau kuadran dengan tingkat pertumbuhan sektoral yang lebih tingi dari realisasi pertumbuhan daerah dan memiliki pangsa/share yang cukup besar. Sementara itu, walaupun tercatat memiliki pangsa komponen yang cukup besar, namun konsumsi RT pada triwulan I 2015 belum tumbuh secara optimal begitupun komponen pengeluaran pemerintah. 3

22 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar % Growth PMTB 5.00 Konsumsi Pemerintah % Share PDRB Konsumsi RT 0.00 Konsumsi LNPRT Impor Ekspor % 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.3 Pemetaan Matris Komponen PDRB Sisi Penggunaan Triwulan I Konsumsi Konsumsi RT menunjukan perkembangan yang stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 3.95% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 3.89% (yoy) pada triwulan I Stabilnya pertumbuhan konsumsi RT terjadi sejalan dengan perkembangan beberapa faktor pendukung diantaranya penetapan kenaikan UMP 2015 sebesar 13% dari Rp ,- menjadi Rp ,- serta berlangsungnya rangkaian perayaan Tahun Baru Cina (Imlek). Kedua faktor tersebut ditengarai sebagai faktor pendorong kinerja konsumsi rumah tangga sepanjang periode triwulan I Konsumsi rumah tangga terindikasi mengalami peningkatan signifikan terutama pada akhir triwulan berjalan. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari pergerakan beberapa prompt indikator terpilih, diantaranya perkembangan penjualan konsumsi listrik segmen Rumah Tangga serta perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai indikator kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. 160 Indeks 180 Indeks Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Konsumen Ketersediaan Lapangan Kerja Kegiatan Usaha Grafik 1.4 Perkembangan IKK, IEK, dan IEK Grafik 1.5 IKE, Konsumsi Barang Tahan Lama, dan Penghasilan Konsumen 4

23 Optimisme konsumen dalam konsumsi pada triwulan laporan terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Barat, yaitu diketahui bahwa tingkat keyakinan konsumen yang direpresentasikan melalui Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan terutama pada Maret 2015, setelah sebelumnya mengalami penurunan yang cukup dalam di akhir tahun Tren peningkatan tendensi konsumen tersebut terefleksi dari peningkatan Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan optimisme masyarakat dalam berkonsumsi melalui Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Peningkatan IKE pada periode laporan terutama didorong oleh peningkatan yang cukup tajam pada ketiga indikator pembentuknya, yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan, serta Indeks Kegiatan Usaha. Namun di sisi lain, pertumbuhan konsumsi RT tertahan oleh melesunya subsektor industri perkebunan sebagai salah satu sektor ekonomi penyerap tenaga kerja utama. Tren penurunan harga komoditas internasional yang terus berlangsung telah mempengaruhi tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat Kalimantan Barat. Berlangsungnya penurunan harga komoditas internasional terutama komoditas karet semenjak awal tahun 2014 silam telah menyebabkan penurunan harga acuan perusahaan pengolah karet dalam melakukan pembelian getah karet kepada petani penoreh sehingga berakibat pada penurunan pendapatan petani karet dibawah standar Kebutuhan Kehidupan Layak (KHL). Meningkatnya harga bahan pangan strategis, terutama beras serta berbagai kebijakan penyesuaian harga Elpiji dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) juga berperan dalam menahan kinerja pertumbuhan komponen konsumsi RT. Selain itu tertahannya konsumsi rumah tangga sepanjang triwulan I-2015 sejalan dengan hasil liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Barat kepada pelaku usaha di sektor ekonomi utama. Para pelaku usaha di sektor perdagangan mengkonfirmasi penurunan daya beli masyarakat yang terjadi terutama penurunan terhadap konsumsi barang-barang tahan lama, seperti kendaraan dan barang-barang elektronik. Melesunya kinerja konsumsi RT terkonfirmasi pula dari peningkatan yang terjadi pada jumlah pengangguran di wilayah Kalimantan Barat yang mengalami peningkatan tajam hingga 88,33% (yoy). 5

24 Indeks NTP NTP Petani Perkebunan Rakyat NTP Padi Palawija surplus defisit Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 1.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani Miliar Rp Nominal Kredit Konsumsi Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah % - YOY Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi Kalimantan Barat Juta KWH % - YOY 350 Penjualan Listrik Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Sumber: PLN Prov Kalbar, diolah Grafik 1.7 Perkembangan Penjualan Listrik Rp Miliar Nominal Perkembangan Giro Pemda % Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.9 Perkembangan Rekening Pemerintah Sementara itu, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami kontraksi pada triwulan I 2015, paska berlangsungnya rangkaian pemilihan umum. Pertumbuhan konsumsi LNPRT mengalami perlambatan dari 7,17% (yoy) menjadi -3,74% (yoy). Menurunnya konsumsi LNPRT terutama disebabkan oleh telah berlangsungnya kegiatan pemilihan umum dan daerah di tahun Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 menunjukkan perlambatan sesuai dengan pola siklus musimannya. Konsumsi pemerintah tumbuh terbatas 2,82% (yoy) pada triwulan I 2015, relatif melambat dibandingkan triwulan IV-2014 yang tercatat dapat tumbuh sebesar 7,17% ( yoy), maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,64%, yoy). Melambatnya kinerja komponen konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 diantaranya terjadi sejalan dengan terhambatnya realisasi belanja pemerintah daerah. Relatif terhambatnya penyerapan realisasi APBD pada triwulan I 2015 tercermin dari posisi saldo simpanan milik pemda yang mengalami peningkatan 23,55% (yoy). Posisi saldo giro pemerintah daerah pada triwulan I 2015 merupakan posisi saldo tertinggi setidaknya dalam dua tahun terakhir (Grafik 1.6). Hingga triwulan I 2015 belanja barang dan jasa serta belanja modal hanya terserap masing-masing 2,95% dan 0,3%, sementara pada periode yang sama tahun lalu kedua pos belanja tersebut telah terserap 5,22% dan 1,27%. 6

25 1.2.2 Investasi Pertumbuhan komponen investasi di Kalimantan Barat pada triwulan I-2015 masih terjaga pada tingkat pertumbuhan yang cukup kuat dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan. Walaupun terindikasi mengalami perlambatan, namun pertumbuhan investasi pada triwulan ini masih dapat tumbuh sebesar 8,57% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh 13,30% (yoy). Realisasi investasi yang tercermin melalui nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat dari sisi penggunaan, dengan kontribusi pertumbuhan mencapai 2,81%. Perlambatan yang terjadi pada komponen investasi tercermin pula dalam perkembangan likert scale hasil liaison yang telah dilakukan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa walaupun masih cenderung positif, namun para pelaku usaha cenderung tidak melakukan investasi tambahan seoptimis sebelumnya. Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat Keterangan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 PMDN (Miliar Rp) , , , ,468.8 PMA (US$ Juta) Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah Berdasarkan sumber pembiayaannya, investasi PMA mendominasi aliran investasi di Kalimantan Barat. Investasi PMA juga mengalami peningkatan dari 312,7 juta USD pada triwulan IV-2014 menjadi 427,2 juta USD di triwulan IV-2014, atau mengalami peningkatan sebesar 80,03% (yoy). Nilai investasi ini merupakan nilai investasi terbesar setidaknya semenjak tiga tahun terakhir. Sejalan dengan peningkatan pada investasi PMA yang terjadi,, peningkatan juga terjadi pada komponen investasi PMDN. Realisasi investasi PMDN pada triwulan I-2015 mencapai Rp2.468,8 Miliar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun 2014 yang masing-masing sebesar Rp944,4 Miliar dan Rp1.570,4, atau mengalami peningkatan sebesar 57,21% (yoy). Maraknya pembangunan berbagai proyek strategis di wilayah Kalimantan Barat mendorong tingginya nilai realisasi investasi, baik berupa PMDN maupun PMA. Dibandingkan dengan provinsi lainnya di wilayah Kalimantan pada triwulan I 2015, tercatat jumlah aliran investasi PMDN tertinggi terdapat di wilayah Kalimantan Barat. Secara sektoral, realisasi investasi PMDN dan PMA terbesar terdapat pada sektor primer, terutama pada subsektor perkebunan. Namun demikian, tercatat realisasi investasi yang cukup besar pada triwulan I 2015 juga terdapat pada sektor sekunder terutama pada subsektor industri logam dasar dan kimia. Besarnya komposisi aliran investasi pada kedua subsektor tersebut terjadi sejalan dengan maraknya pembangunan pabrik pengolahan smelter alumina di 7

26 wilayah Kalimantan Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) wilayah Kalimantan Barat diketahui bahwa saat ini telah terdapat sebelas perusahaan yang mengajukan izin pendirian pabrik pengolahan mineral bauksit, namun hingga saat ini hanya terdapat tiga perusahaan yang telah terealisasi pembangunannya. Sumber: BPTSP Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1.10 Pemetaan Investasi PMDN Kalimantan Barat Sumber: BPTSP Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1.11 Pemetaan Investasi PMA Kalimantan Barat 12.7% 3.1% 34.6% 0.8% 84.2% 55.0% SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER Sumber: BPPTSP Kalbar, diolah Grafik 1.12 Komposisi Investasi PMDN Sumber: BPPTSP Kalbar, diolah Grafik 1.13 Komposisi Investasi PMA Kalimantan Barat Berdasarkan daerah tujuannya, daerah tujuan utama investasi PMDN di Kalimantan Barat pada triwulan I-2015 terdapat di wilayah Kabupaten Bengkayang, Sintang dan Sekadau. Sementara daerah tujua n utama investasi PMA pada triwulan laporan terdapat di wilayah Kabupaten Ketapang, Bengkayang, dan Sanggau. Besarnya peningkatan investasi di Kabupaten Ketapang dan Sanggau didorong oleh proyek pembangunan pabrik pengolahan smelter alumina yang tengah dibangun di kedua wilayah tersebut. Besarnya peningkatan investasi yang terjadi di wilayah Kalimantan Barat sepanjang triwulan I-2015 diprediksikan berasal dari pembangunan proyek-proyek baru swasta, sementara untuk peningkatan investasi dari pelaku usaha yang telah beroperasi pada sektor ekonomi utama relatif tidak mengalami peningkatan. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari informasi yang diperoleh melalui liaison, yaitu tingkat utilitas kapasitas produksi perusahaan terutama pada industri pengolahan mengalami penurunan dengan kapasitas rata-rata produksi sebesar 40% 8

27 dari kapasitas optimal. Sehingga terkait dengan kondisi saat ini, pelaku usaha tidak akan melakukan investasi tambahan terutama karena dianggap belum perlu untuk menambah kapasitas produksi. Berdasarkan hasil likert scale diketahui bahwa investasi yang dilakukan oleh perusahaan mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi dari contact liaison dapat diketahui bahwa pelaku usaha menunda untuk melakukan peningkatkan investasi yang ditujukan dalam peningkatan kapasitas produksi Likert Scale Investasi 2 Miliar Rp Nominal Kredit Investasi Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Grafik 1.14 Hasil Likert Scale Komponen Investasi Ekspor-Impor Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Investasi Kalimantan Barat Walaupun masih mengalami kontraksi seperti pada triwulan sebelumnya, namun ekspor Kalimantan Barat memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Ekspor Kalimantan Barat mengalami peningkatan dari -40,81% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi -9,96% (yoy) pada triwulan I Berdasarkan negara tujuannya, peningkatan hasil ekspor utama terjadi dengan tujuan negara Malaysia, yaitu mengalami peningkatan 10,52% (yoy). Sementara penurunan hasil ekspor Kalimantan Barat terjadi hampir di semua negara tujuan utama ekspor, dengan penurunan ekspor tertinggi terjadi untuk negara Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Ekspor Kalimantan Barat ke negara Tiongkok tercatat mengalami kontraksi pada di triwulan I 2015 sebesar -86,21% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu. Berdasarkan komoditasnya, relatif terhadap triwulan sebelumnya peningkatan hasil ekspor Kalimantan Barat terutama terjadi pada komoditas kayu dan olahan kayu (HS 44), lemak dan minyak dari hewan nabati (HS 15), biji-bijian berminyak (HS 12) serta inorganic chemical (HS28) sebagai hasil olahan mineral bauksit dengan peningkatan masing-masing sebesar 4,2% (yoy), 6,3% (yoy), 317% (yoy). Selain masih dipengaruhi oleh penyesuaian proses bisnis jangka pendek subsektor pertambangan pasca penerapan UU Minerba, masih berlangsungnya tren pelemahan harga komoditas internasional menjadi alasan utama belum optimalnya ekspor hingga triwulan I Perbaikan pada komponen ekspor Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama 9

28 135, , , , , , , , , , , , ,510 didorong oleh telah beroperasinya pabrik pengolahan smelter alumina secara komersial dengan orientasi pasar ekspor. Walaupun masih dalam kapasitas terbatas, namun tercatat perusahaan pengolahan tersebut telah beroperasi dan melakukan ekspor chemical grade alumina (CGA) dengan nilai ekspor mencapai 275 ribu USD hingga Maret Sementara itu, kinerja ekspor utama Kalimantan Barat lainnya masih memperlihatkan tren perlambatan terutama pada komoditas karet. Sejalan dengan perbaikan yang terjadi pada komponen ekspor, perkembangan yang semakin membaik juga terindikasi pada komponen impor. Termoderasinya kontraksi impor Kalimantan Barat merupakan sinyal positif bagi perenomian Kalimantan Barat, kondisi tersebut disebabkan oleh karena komponen impor Kalimantan Barat secara umum didominasi oleh komponen penunjang produksi, yaitu barang modal (40,95%) dan bahan baku (58,41%). Impor Kalimantan Barat mengalami kontraksi sebesar -4,65% (yoy), relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam sebesar -18,26% (yoy). Termoderasinya kontraksi impor Kalimantan Barat terutama didorong oleh peningkatan pada klasifikasi komponen bahan baku dan barang modal yang mengalami peningkatan masingmasing 7,05% (yoy) dan 18,23% (yoy). Sementara untuk klasifikasi impor barang konsumsi mengalami penurunan sebesar -7,70% (yoy). Juta Ton 200,000 % - YOY 40 30,000 Juta Ton , , , , , ,000 20,000 15, ,000 60,000 40,000 20,000 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Volume Ekspor Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) ,000 5,000 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2,012 2,013 2,014 2,015 Total Impor Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) - (5) (10) Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Kalimantan Barat Grafik 1.17 Perkembangan Volue Impor Kalimantan Barat Kayu dan Barang dari Kayu (HS44), 25.70% Lemak& Minyak dari Hewan/Nabati (HS15), 6.36% Mutiara, Batu Permata, Logam Mineral&Perhiasan (HS71), 0.58% Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23), 2.40% Bahan Baku, 94.03% Karet dan Barang dari Karet (HS40), 55.71% Lainnya, 5.99% Ikan dan Udang (HS03), 1.50% Ships,boats&floating structures (HS89), 1.52% Barang Konsumsi, 3.15% Barang Modal, 2.82% Grafik 1.18 Proporsi Ekspor Kalimantan Barat Triwulan I 2015 Grafik 1.19 Proporsi Impor Kalimantan Barat Triwulan I

29 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, perbaikan pada perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama ditopang oleh terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan serta sektor perdagangan. Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sepanjang triwulan I 2015 terutama terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan serta sektor perdagangan. Walaupun sedikit mengalami perlambatan namun sektor konstruksi pada triwulan I 2015 masih menjadi sektor ekonomi dengan andil pertumbuhan terbesar terhadap total pertubuhan Kalimantan Barat, sebesar 0,91% terhadap total pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pertumbuhan pada sektor informasi dan komunikasi serta pertanian turut pula memiliki andil yang cukup besar terhadap total pertumbuhan Kalimantan Barat dengan masing-masing andil pertumbuhan sebesar 0,69% dan 0,55%. Di sisi lain, perbaikan kinerja juga terjadi pada beberapa sektor utama, diantaranya sektor pertambangan dan industri pengolahan setelah sebelumnya mengalami kontraksi di triwulan IV Sektor pertambangan dan penggalian dapat tumbuh positif 9,62% (yoy), sementara industri pengolahan tumbuh 2,36% (yoy). Tabel 1.3 Pertubuhan PDRB Kalimantan Barat (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 LAPANGAN USAHA Triwulan I-2015 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Pangsa % SOG Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Pengolahan Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya Jasa Lainnya Produk Domestik Regional Bruto Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Berdasarkan analisis pemetaan matriks komponen sisi sektoral PDRB triwulan I 2015, dapat diketahui bahwa hanya sektor konstruksi dan sektor informasi dan komunikasi yang berada pada pemetaan kuadran potensial atau kuadran dengan tingkat pertumbuhan sektoral yang lebih tingi dari realisasi pertumbuhan daerah dan memiliki pangsa/share yang cukup besar 11

30 (Grafik 1.3). Sementara itu, walaupun tercatat memiliki pangsa komponen yang cukup besar, namun ketiga sektor utama Kalimantan Barat yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan belum sepenuhnya tumbuh optimal % Growth Pengadaan Listrik dan Gas Informasi dan Komunikasi Jasa Perusahaan Pertambangan dan Pengolahan Jasa Pendidikan Konstruksi Jasa Keuangan dan Asuransi Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya Jasa Lainnya Pengadaan Air, 0.00 Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Sektor Pertanian 5.00 Administrasi Pemerintah Transportasi dan Pergudangan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Industri Pengolahan % Share PDRB 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.20 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Sektoral Triwulan I 2015 Kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor pertanian melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 4,21% (yoy) menjadi 2,03% (yoy) pada triwulan I Penahan perlambatan pada sektor pertanian terutama didorong oleh menurunnya kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan perkebunan. Penurunan kinerja tabama terjadi terkait dengan gagal panen yang terjadi akibat curah hujan yang tinggi pada masa tanam sebelumnya. Sementara itu pada subsektor perkebunan, baik komoditas karet maupun sawit belum mengalami perbaikan. Perkembangan subsektor tabama diindikasikan melalui luas lahan panen dan tanam padi, dimana kedua indikator tersebut dapat digunakan sebagai indikasi peningkatan potensi hasil pertanian. Luas lahan panen padi mengalami penurunan yang signifikan sebesar hektar atau menurun -15,1% (yoy), dimana luas lahan panen di Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 hanya mencapai 225,50 ribu hektar, sementara pada triwulan IV 2014 luas lahan panen padi menjadi 265,70 ribu hektar. Penurunan luas lahan panen padi pada terbesar pada triwulan I 2015 terjadi di beberapa kabupaten sentra produksi beras diantaranya, Kabupaten Sintang, Kapuas Hulu, Kubu Raya, dan Ketapang. Meningkatnya luas lahan pertanian yang mengalami gagal panen terjadi tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada periode tanam, 12

31 12, ,182 62,717 32, ,989 57, ,483 49,164 22, ,180 83,519 52,375 96,715 69, ,063 53,246 10, ,706 82,656 30, ,726 68, ,809 83,673 8, ,499 2, , , , ,783 namun serangan hama keong mas dan penyakit blash telah menyebabkan penurunan hasil produksi hingga mencapai 50%. Selain disebabkan oleh curah hujan basah serta serangan hama padi, isu alih fungsi lahan pertanian turut pula menyebabkan penurunan produktivitas hasil pertanian, terutama di wilayah Kabupaten Sambas dan Sintang. 300,000 Hektar Luas Tanam Luas Panen 10,000 9,000 Hektar Luas Lahan Puso Puso 250,000 8, ,000 7,000 6, ,000 5,000 4, ,000 3,000 50,000 2,000 1,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I - I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Dinas Pertanian Kalbar, diolah Grafik 1.21 Luas Tanam dan Panen Padi Wilayah Kalimantan Barat Sumber: Dinas Pertanian Kalbar, diolah Grafik 1.22 Luas Lahan Puso Kalimantan Barat Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan, diolah Grafik 1.23 Pemetaan Luas Panen Per Kabupaten Wilayah Kalimantan Barat Grafik 1.24 Pertumbuhan Luas Panen Per Kabupaten Wilayah Kalimantan Barat Sementara itu, subsektor perkebunan pada triwulan I 2015 masih cenderung melesu. Perlambatan subsektor perkebunan terjadi baik pada karet maupun sawit. Dimana produksi TBS sepanjang triwulan I 2015 masih menunjukkan penurunan. Sementara itu sejalan dengan komoditas sawit, produksi karet pun masih mengalami perlambatan sejalan dengan rendahnya aktivitas menoreh karet akibat harga karet yang belum berangsur membaik. 13

32 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar 48,892 64,418 45,064 50,924 53,275 50,061 53,537 65,313 59,900 45,889 44,370 48,195 44, ,062 1, , ,329 1,229 1,420 1,161. 1,600 1,400 1,200 1, Ribu Ton % -YOY Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Produksi TBS Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Sumber: Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1.25 Perkembangan Produksi TBS Kalimantan Barat ,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Rp/Kg Rata-rata Harga TBS Tren Harga TBS Kalimantan Barat Sumber: Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1.26 Perkembangan Harga TBS Volume (Ton) 70,000 Produksi Karet Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % (yoy) ,000 Rp USD Cent/Kg ,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, ,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Harga Karet Slab Rata-rata Harga Karet Internasional Tren Harga Karet Slab Tren Harga Internasional Karet TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I Sumber: Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1.27 Perkembangan Produksi Karet Kalimantan Barat Sumber: Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1.28 Perkembangan Harga Karet Slab dan Internasional Produksi Tandan Buah Segar (TBS) sepanjang triwulan I 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana tercatatat 1,16 juta ton TBS dihasilkan selama periode laporan, sementara pada triwulan IV 2014 produksi TBS mencapai 1,42 juta ton TBS atau setara dengan penurunan sebesar -18,24% (qtq). Walaupun demikian apabila diperbandingkan dengan periode yang sama produksi TBS pada triwulan I 2014 mengalami peningkatan 20,68% (yoy). Rata-rata harga TBS yang memperlihatkan tendensi peningkatan paska melemah sejak awal tahun 2014 menjadi salah satu faktor pendorong utama meningkatnya hasil produksi TBS pada triwulan laporan. Sejalan dengan perlambatan sawit, produksi tanaman karet masih terus mengalami penurunan dan belum berangsur pulih. Berdasarkan informasi dari pelaku usaha yang diperoleh melalui liaison diketahui bahwa selain disebabkan oleh pelemahan harga internasional karet yang masih berlangsung, tingginya tingkat curah hujan selama tahun 2014 merupakan penyebab utama rendahnya produktivitas petani karet sepanjang periode terakhir. Hingga saat ini, harga komoditas karet di tingkat internasional hingga akhir Maret 2015 berada di level 187,00 USD cent/kg, sebelumnya harga internasional komoditas karet sempat berada di level USD cent/kg pada awal tahun 2014, namun terus mengalami pelemahan hinga level 14

33 saat ini. Koreksi harga karet yang cukup tajam terefleksi pula dari harga karet slab di wilayah Kalimantan Barat yang dalam kondisi normal dapat mencapai Rp /Kg namun saat ini harga karet slab di bulan Maret 2015 berada pada level Rp /Kg, atau melemah 40,09%. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan diketahui bahwa seiring dengan pelemahan harga komoditas internasional yang belum berangsur membaik, terdapat setidaknya 90% petani karet yang telah melakukan alih profesi menjadi TKI, pedagang, nelayan, maupun pekerja pabrik. 500 mm 14.0 Triliun Rp % - YOY Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des 0.0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) 0.00 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Grafik 1.29 Data Curah Hujan di Kalimantan Barat (mm) Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Industri Pengolahan Pada triwulan I 2015 sektor industri pengolahan mengalami lonjakan tajam. Jika sebelumnya sektor industri pengolahan mengalami kontraksi -2,96% (yoy) maka pada triwulan ini industri pengolahan dapat tumbuh positif 2,36% (yoy). Lonjakan tajam yang terjadi pada sektor Grafik 1.31 Nilai Ekspor Alumina (CGA) industri pengolahan ditengarai terjadi seiring dengan telah beroperasinya pabrik pengolahan mineral bauksit, sementara pada subsektor pengolahan utama lainnya yaitu karet dan CPO masih melesu. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui hasil liaison diketahui bahwa produksi pengolahan mineral bauksit menjadi CGA telah dilakukan semenjak awal tahun Pabrik pengolahan tersebut dibangun dengan kapasitas mencapai ton CGA, namun saat ini hasil produksi pengolahan mineral bauksit tersebut hanya mencapai kurang lebih ton CGA hingga akhir tahun Perbaikan yang terjadi pada industri pengolahan mineral terjadi sejalan dengan peningkatan tajam yang juga terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini disebabkan oleh 15

34 karena untuk menghasilkan 1 ton CGA dibutuhkan 3 ton bauksit sehingga nilai eksplorasi pertambangan juga mengalami peningkatan tajam pada triwulan I 2015 ini. Tercatat semenjak Januari hingga Maret 2015 peningkatan ekspor CGA yang tercatat pada klasifikasi komoditas aluminium ores and concentrates adalah sebesar 275,63 ribu USD. Walaupun demikian, kinerja sektor industri pengolahan masih belum dapat optimal dan tertahan sejalan dengan belum pulihnya kinerja subsektor industri pengolahan utama Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan karet dan minyak kelapa sawit (CPO). Walaupun diperkirakan sebelumnya bahwa produksi CPO Kalimantan Barat akan kembali mengalami peningkatan di awal tahun 2015, namun berdasarkan data yang diperoleh melalui Dinas Perkebunan diketahui bahwa produksi CPO Kalimantan Barat masih berada dalam tren melemah. Tercatat sepanjang triwulan I 2015, produksi CPO Kalimantan Barat hanya mencapai 251,03 juta ton, atau melemah 16,27% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh mencapai 37,31%(yoy) dengan nilai produksi setara dengan 315,62 juta ton. 350, , , , , ,000 50,000 Produksi CPO Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Rp/Kg Rata-rata Harga CPO Tren Harga TBS Kalimantan Barat - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-30% Sumber: Dinas Perkebunan, diolah Grafik 1.32 Perkembangan Produksi CPO Sumber: Dinas Perkebunan, diolah Grafik 1.33 Rata-rata Harga CPO Kalimantan Barat Sejalan dengan pelemahan industri pengolahan CPO, kinerja sektor industri karet masih cenderung melesu dan belum menunjukan tren perbaikan. Sejalan dengan hal tersebut, dari sisi penjualan, kinerja subsektor perkebunan karet juga masih belum menunjukkan kondisi yang membaik. Hal tersebut antara lain diindikasikan oleh volume ekspor antar pulau Kalimantan Barat yang tercatat sebesar ton karet pada triwulan I 2015 atau mengalami penurunan tajam sebesar -25,79% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar ton. Kondisi tersebut selain disebabkan oleh rendahnya permintaan dua negara importir karet terbesar di dunia, yaitu Tiongkok dan Jepang. Penjualan karet yang saat ini masih tertekan terjadi juga terjadi sejalan dengan kondisi oversupply yang dihadapi akibat pasokan harga karet turun pada titik terendah sepanjang sejarah tata niaga karet. Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa, berlebihnya pasokan karet di pasar internasional terjadi salah satunya disebabkan oleh kegiatan replanting pohon karet secara besar-besaran yang dilakukan 16

35 di wilayah Kamboja pada delapan tahun silam sehingga saat ini produksi karet di wilayah Kamboja mengalami peningkatan signifikan dan kondisi ini akan tetap bertahan hingga akhir tahun Oleh karenanya, pelemahan harga komoditas karet yang berlangsung terus-menerus membutuhkan regulasi pendukung dari pemerintah serta peran serta pemerintah daerah dalam rangka peningkatan daya saing komoditas karet hasil produksi Kalimantan Barat. Salah satu regulasi pendukung yang diharapkan dalam kondisi saat ini adalah peningkatan penyerapan hasil karet di dalam negeri serta upaya pengembangan hilirisasi produk olahan karet sehingga dapat menjaga kestabilan harga pembelian karet kedepannya. Sementara dukungan pemerintah daerah turut pula dibutuhkan terutama terkait dengan realisasi pembangunan infrastruktur penunjang seperti kualitas jalan yang lebih baik serta pembangunan pelabuhan untuk meningkatkan efisiensi biaya transportasi dan distribusi barang ekspor. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui liaison, diketahui bahwa saat ini hasil produksi karet dari wilayah Kalimantan Barat tidak sepenuhnya langsung di ekspor ke negara tujuan ekspor, namun sebagian besar harus melakukan transship di Tanjung Priok dan Singapura Sektor Konstruksi Meskipun mengalami perlambatan namun sektor konstruksi pada triwulan I 2015 tetap dapat tumbuh positif dan menjadi sektor ekonomi dengan andil pertumbuhan terbesar bagi Kalimantan Barat. Tercatat sektor konstruksi tumbuh melambat sebesar 8,60% (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang dapat tumbuh mencapai 12,75% (yoy). Relatif melambatnya pertumbuhan pada sektor konstruksi terkonfirmasi melalui jumlah pengadaan semen serta nominal alokasi kredit konstruksi oleh bank umum yang mengalami perlambatan relatif terhadap triwulan sebelumnya. Hingga triwulan I 2015 tercatat jumlah pengadaan semen di wilayah Kalimantan Barat mencapai 301,62 ribu ton, atau cenderung lebih rendah dibandingkan dengan jumlah total pengadaan semen di wilayah Kalimantan Barat yang mencapai 320,19 ribu ton pada triwulan IV Dimana sebelumnya pada triwulan IV 2014, secara total jumlah pengadaan semen di wilayah Kalimantan Barat dapat tumbuh 19,93% (yoy) sementara pada triwulan I 2015 sedikit melambat dan hanya tumbuh 18,31% (yoy). Perlambatan pada sektor konstruksi juga terkonfirmasi melalui data perkembangan kredit konstruksi oleh bank umum. Tercatat pada triwulan I 2015 jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum berjumlah Rp849 miliar, sementara pada triwulan IV 2014 jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp887 miliar. Perlambatan penyaluran kredit oleh perbankan di sektor konstruksi ditengarai sebagai langkah antisipatif perbankan seiring dengan relatif meningkatnya risiko gagal bayar (NPL) pada sektor ini. 17

36 Di sisi lain, perlambatan yang lebih dalam pada pertumbuhan sektor konstruksi ditahan oleh proyek infrastruktur pemerintah serta pembangunan properti komersial oleh pihak swasta berupa perumahan, hotel, pusat perbelanjaan, perkantoran. Dari sisi pembiayaan, data kredit konstruksi bank umum penyaluran kredit pada sektor ini telah mengalami perlambatan sejak akhir tahun 2014 hingga saat ini. Miliar Rp 1200 Kredit Sektor Konstruksi %, yoy Pertumbuhan Tahunan - Skala Kanan Ribu Ton Jumlah Pengadaan Semen Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % - YOY TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Konstruksi Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.35 Perkembangan Pengadaan Semen Kalimantan Barat 18

37 Hilirisasi Komoditas Karet Alam Di Kalimantan Barat BOKS-1 Pada tahun 2014 lalu, ekspor Kalimantan Barat mengalami penurunan drastis sebesar - 51,65% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar USD 657 juta. Melihat perkembangan selama triwulan pertama 2015, diperkirakan ekspor pada tahun ini juga tak akan terpaut jauh dari tahun Selama triwulan I 2015, total ekspor Kalimantan Barat baru mencapai USD 131 juta. Kondisi ini dipengaruhi oleh turunnya nilai ekspor karet alam dan bauksit yang merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Barat. Dalam lima tahun terakhir, hampir separuh atau sekitar 47,50% dari nilai ekspor provinsi ini memang disumbang oleh komoditas karet alam, kemudian disusul oleh bauksit dengan sumbangan sebesar 24,91%. Sejak awal 2014, nilai ekspor bauksit terbilang nihil akibat dampak penerapan UU Minerba yang melarang eskpor mentah hasil tambang. Sedangkan, penurunan nilai ekspor karet alam dipengaruhi oleh tren penurunan harga karet dunia sejak tahun Tren penurunan harga juga dialami komoditas CPO. Oleh sebab itu, meskipun sejak awal 2014 produksi CPO di Kalimantan Barat telah meningkat signifikan, namun belum mampu mendongkrak ekspor provinsi ini. Dengan kondisi seperti ini, satu-satunya komoditas ekspor Kalimantan Barat yang masih bisa diandalkan hanyalah komoditas kayu olahan. Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1. Perkembangan Ekspor Kalimantan Barat Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 2. Perkembangan Komoditas Ekspor Utama Tren penurunan harga karet dan CPO memang banyak dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia akibat peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat seiring diaplikasikannya teknologi Shale-Oil pada kilang-kilang minyak di negara itu. Dari asesmen selama lima tahun terakhir, pergerakan harga minyak dunia memiliki korelasi kuat dengan pergerakan harga karet dan CPO. Pergerakan harga kedua komoditas tersebut secara bersamaan memiliki tingkat korelasi sebesar 0,87 dengan komoditas minyak dunia. Namun kabar baiknya, sejak awal tahun 2015 harga minyak dunia mengalami rebound sehingga harga karet dan CPO juga mulai merangkak naik meski belum signfikan. Saat ini harga karet di Kalimantan Barat pada tingkat pengepul adalah sebesar Rp 7.500,- per kilogram, naik sedikit dibandingkan harga pada akhir tahun 2014 lalu yang berada di kisaran Rp 6.500,- per kilogram. Namun demikian, tingkat harga ini masih amat rendah dibandingkan beberapa tahun lalu. Pada puncak booming harga komoditas di tahun 2011, harga karet bisa mencapai lebih dari Rp ,- per kilogram atau tiga kali lipat dari harga saat ini. 19

38 Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 3. Pergerakan Harga Minyak, Karet & CPO Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 4. Korelasi Harga Minyak dan Komoditas Belajar dari pengalaman ini, agar perekonomian Kalimantan Barat tidak rentan terhadap gejolak perekonomian global, maka provinsi ini harus keluar dari ketergantungan terhadap ekspor komoditas mentah, terutama karet alam. Bukan hanya di Kalimantan Barat saja, namun secara nasional lebih dari 80% karet alam memang masih diekspor mentah sehingga nilai tambahnya masih terbilang rendah. Selama ini industri dalam negeri baru mampu menyerap 18% karet lokal karena belum didukung industri hilir. Di dalam negeri, selama ini industri yang paling banyak menyerap karet alam nasional adalah industri ban. Untuk menjadi produk jadi seperti ban, karet alam membutuhkan industri pendukung agar bisa menjadi carbon block, synthetic rubber, rubber chemical, dll. Namun, kebanyakan industri pendukung ini masih berada dalam skala yang kecil, meskipun Indonesia merupakan produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Solusi untuk mendorong serapan karet di dalam negeri dapat diupayakan dengan hilirisasi industri karet di Kalimantan Barat. Keberadaan industri pendukung dari hulu sampai ke hilir diharapkan dapat menekan biaya produksi menjadi lebih efisien sehingga produk ban dalam negeri bisa bertahan menghadapi gempuran produk ban impor yang murah dari Cina dan India. Keberadaan industri hilir ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru serta meningkatkan penerimaan pajak bagi negara sehingga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkesinambungan. Hilirisasi dimaksud, antara lain melalui pemanfaatan karet dalam negeri untuk: 1. Industri ban otomotif: Indonesia merupakan pangsa pasar otomotif (mobil dan motor) yang cukup besar dengan potensi jumlah penduduk yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, serapan karet dapat ditujukan kepada industri ban otomotif dalam negeri. 2. Industri footwear (sandal dan sepatu): Dengan jumlah penduduk yang besar, lebih besar dibandingkan dengan pangsa pasar otomotif (mengingat tidak adanya batasan umur dalam kebutuhan footwear), maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan kepada industri footwear dalam bentuk produksi alas kaki (sendal dan sepatu). 3. Fasilitas pelabuhan: Sebagai negara maritim yang banyak memiliki pelabuhan, baik pelabuhan barang mau pun pelabuhan penumpang, maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan ke industri pelabuhan untuk fasilitas pelengkap seperti dock fender dan goods lifter. 4. Pembangunan jalan dan rel kereta api: Sebagai negara yang sedang melangsungkan pembangunan infrastruktur dalam jumlah yang cukup banyak, terutama jalan raya dan rel kereta api, maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan untuk campuran jalan aspal dan rubber pads untuk kereta api. Dengan upaya hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan penyerapan karet alam untuk produksi dalam negeri sebesar 40% dalam lima tahun mendatang, dari yang sampai dengan saat ini masih terbilang rendah, yakni 18% dari total produksi. (Dikutip dari Berbagai Sumber) 20

39 BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi triwulan I 2015 sebesar 8,94% (yoy) lebih rendah daripada triwulan IV 2014 sebesar 9,43% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama dipicu oleh terjaganya ekspektasi masyarakat terutama di saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Kendati demikian, realisasi sejumlah kebijakan penyesuaian harga energi oleh Pemerintah di sepanjang triwulan I 2015 disertai dengan terbatasnya pasokan beras menahan turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan. 21

40 2.1 Gambaran Umum Pada triwulan pertama tahun 2015, Kalimantan Barat mencatat inflasi tahunan sebesar 8,94% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan keempat di tahun 2014 sebesar 9,43% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tersebut dipicu oleh menurunnya tekanan inflasi pada kelompok volatile foods (VF) dan administered prices (AP) seiring dengan terjaganya pasokan bahan pangan dan penurunan harga BBM pada bulan Januari dan Februari Penurunan tekanan inflasi di awal tahun 2015 ini sejalan dengan menurunnya tekanan inflasi Nasional yang mencapai 6,38% (yoy) dari 8,36% (yoy) pada triwulan IV Secara triwulanan, laju inflasi Kalimantan Barat mencapai 1,71% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang mencapai 2,17% (qtq). Namun demikian, realisasi kebijakan penyesuaian harga LPG dan tarif tenaga listrik (TTL) oleh Pemerintah di sepanjang triwulan I 2015 disertai dengan terbatasnya pasokan beras menahan turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan secara umum % yoy Kalbar Nasional I II III IV I II III IV I % qtq Kalbar Nasional I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional 2.2 Inflasi Tahunan Inflasi tahunan Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 8,94% (yoy). Dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014, 4 dari 7 kelompok komoditas mengalami penurunan tekanan inflasi yaitu kelompok bahan makanan, sandang, pendidikan, dan transportasi. Sementara 3 kelompok komoditas lainnya yaitu makanan jadi dan rokok; perumahan, listrik, air, dan bahan bakar; dan kesehatan mengalami Transportasi Pendidikan Kesehatan kenaikan tekanan inflasi. Berdasarkan andil dalam membentuk inflasi tahunan Kalimantan Barat Sandang Rumah, Listrik, BB Makanan Jadi & Rokok Bhn Makanan Andil Tw Tw Tw % yoy Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.3 Inflasi dan Andil Tahunan Kalimantan Barat 22

41 pada triwulan I 2015, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar memberikan andil terbesar yaitu 2,68%, disusul oleh kelompok bahan makanan; makanan jadi dan rokok; dan transportasi dengan andil masing-masing sebesar 1,94%, 1,91%, dan 1,46% Kelompok Bahan Makanan Pada triwulan I 2015 tekanan inflasi kelompok bahan makanan tercatat mengalami penurunan dari 10,41% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 8,17% (yoy) pada triwulan I Sebagaimana diketahui, inflasi terjadi seiring dengan berlangsungnya rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Namun demikian, pada triwulan I 2015 ini tekanan inflasi kelompok bahan makanan tercatat mengalamai penurunan Bahan Makanan Lain Lemak dan Minyak dari 10,41% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 8,17% (yoy) pada triwulan I Berdasarkan subkelompoknya, penurunan tekanan inflasi terutama disebabkan oleh berkurangnya tekanan kenaikan harga pada 7 subkelompok komoditas yaitu ikan segar, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, aneka bumbu, lemak dan minyak, serta bahan makanan lainnya. Kendati demikian, masih terdapat 4 subkelompok komoditas lain yang mengalami kenaikan tekanan inflasi yaitu padi-padian, daging, ikan diawetkan, dan buah sehingga Bumbu menahan penurunan tekanan inflasi kelompok bahan makanan secara umum. Buah Kacang Sayuran Telur, Susu dan Hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasilnya Padi-padian Andil Tw Tw Tw % yoy Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.4 Inflasi dan Andil Tahunan Kelompok Bahan Makanan 26,000 24,000 22,000 20,000 18,000 Rp/kg Indeks , , , ,000 Hektar 265, ,499 16,000 14,000 12,000 10,000 Harga Karet di Kalbar Indeks Pengeluaran Bhn Makanan - Aksis Kanan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar ,000 50,000-83,673 49,058 Luas Panen Padi Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw Sumber: Disbun Prov Kalbar, diolah Grafik 2.5 Harga Karet dan Indeks Pengeluaran Bahan Makanan Sumber: Distan TPH Prov Kalbar, diolah Grafik 2.6 Luas Panen Padi Menurunnya tekanan inflasi bahan makanan pada triwulan I 2015 tidak terlepas dari perubahan pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, terlihat bahwa indeks perkiraan pengeluaran konsumen untuk kelompok komoditas bahan 23

42 makanan mengalami perlambatan. Indeks perkiraan pengeluaran konsumen pada bulan akhir triwulan IV 2014 berada pada level 190,1 sedangkan indeks perkiraan pengeluaran konsumen pada akhir triwulan I 2015 berada pada level 155,8. Penurunan indeks perkiraan pengeluaran konsumen tersebut sejalan dengan menurunnya harga komoditas karet di Kalimantan Barat. Pelemahan harga karet tersebut mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga pada akhirnya berdampak pada pengeluaran konsumen. Di sisi lain, masih terdapat subkelompok yang mengalami kenaikan tekanan inflasi, salah satunya dengan andil terbesar adalah subkelompok padi-padian. Berdasarkan komoditasnya, beras menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,55%. Bekurangnya produksi beras di Kalimantan Barat yang tercermin dari berkurangnya luas panen padi pada triwulan I 2015 mengakibatkan terjadinya kenaikan harga pada komoditas beras. Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014, luas panen padi pada triwulan I 2015 terkontraksi -15,13% atau dari hektar menjadi hektar. Kondisi ini tidak terjadi pada triwulan IV 2014 yang mana luas panen padi mencapai hektar atau meningkat 70,55% dari triwulan IV 2013 seluas 49,058 hektar. Terlebih lagi, terjadinya banjir di beberapa daerah sentra produksi di Jawa pada pertengahan triwulan I 2015 mengakibatkan berkurangnya pasokan beras menuju Kalimantan Barat Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pada triwulan I 2015, inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan tercatat sebesar 7,90% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun 2014 yang mencapai 10,27% (yoy). Penurunan laju inflasi kelompok ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Dalam survei tersebut, indeks perkiraan pengeluaran konsumen untuk kelompok Jasa Keuangan Sarana Penunjang Transpor Komunikasi Transpor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada bulan Januari-Maret tahun 2015 berada pada level 121,3, 125, dan 157,3 atau melambat dibandingkan indeks perkiraan pengeluaran konsumen pada bulan Oktober-Desember tahun 2014 yang berada pada level 147,2, 152,9, dan 183,2. Turunnya indeks perkiraan pengeluaran tersebut mencerminkan bahwa permintaan konsumen terhadap barang-barang dalam kelompok komoditas transportasi, komunikasi, dan Andil Tw Tw Tw % yoy Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.7 Inflasi dan Andil TahunanKelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 24

43 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 jasa keuangan mengalami penurunan sehingga mengakibatkan tekanan kenaikan harga pada kelompok ini juga berkurang. Penurunan laju inflasi kelompok ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Dalam survei tersebut, indeks perkiraan pengeluaran konsumen untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada bulan Januari-Maret tahun 2015 berada pada level 121,3, 125, dan 157,3 atau melambat dibandingkan indeks perkiraan pengeluaran konsumen pada bulan Oktober-Desember tahun 2014 yang berada pada level 147,2, 152,9, dan 183,2. Turunnya indeks perkiraan pengeluaran tersebut mencerminkan bahwa permintaan konsumen terhadap barang-barang dalam kelompok komoditas transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan sehingga mengakibatkan tekanan kenaikan harga pada kelompok ini juga berkurang. Penurunan tekanan inflasi ini didorong oleh menurunnya tekanan inflasi pada subkelompok transportasi. Berdasarkan komoditasnya, penurunan tekanan inflasi tiket angkutan udara dari 17,75% (mtm) pada bulan Desember 2014 menjadi 6,43% (mtm) pada Februari 2015 merupakan salah satu pemicu meredanya tekanan inflasi subkelompok tranportasi. Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan No. 91 Tahun 2014 pada akhir tahun 2014 lalu terkait penetapan tarif batas bawah angkutan udara maksimum sebesar 40% dari tarif tertinggi yang ditetapkan Pemerintah, fluktuasi harga tiket angkutan udara menjadi lebih terkendali. Hal ini diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia. Dalam SPH terlihat bahwa harga rata-rata 3 maskapai sampel mengalami penurunan dari Rp pada triwulan IV 2014 menjadi Rp pada triwulan laporan Indeks Indeks Pengeluaran Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Grafik 2.8 Indeks Pengeluaran Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 - Rp Maskapai 1 Maskapai 2 Maskapai 3 Rata-rata 3 Maskapai Grafik 2.9 Survei Pemantauan Harga Tiket Angkutan Udara Namun demikian, walaupun terjadi penurunan tekanan inflasi pada tiket angkutan udara, kenaikan harga BBM pada akhir triwulan I 2015 menahan berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan secara keseluruhan. Tercatat inflasi pada komoditas bensin dan solar masing-masing sebesar 4,83% (yoy) dan 17,54% (yoy) dengan andil dalam membentuk inflasi tahunan pada triwulan laporan mencapai 0,2% dan 0,02%. 25

44 2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Penyelenggaraan Rumah Tangga Perlengkapan Rumah Tangga Bahan Bakar, Penerangan, dan Air Biaya Tempat Tinggal Andil Tw Tw Tw % yoy Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Kenaikan tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar menahan laju penurunan tekanan inflasi secara umum. Pada triwulan laporan inflasi kelompok ini mencapai 12,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2014 yang mencapai 9,80% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan ini terutama bersumber dari meningkatnya tekanan inflasi pada subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air yang mencapai 22,34% (yoy) dari triwulan IV 2014 sebesar 19,40% (yoy). Lebih lanjut berdasarkan komoditasnya, tekanan inflasi pada subkelompok ini dipengaruhi oleh tingginya inflasi pada komoditas bahan bakar rumah tangga dan tarif tenaga listrik (TTL) yang masing-masing mencapai 31,41% (yoy) dan 24,43% (yoy) dengan andil dalam membentuk inflasi Kalimantan Barat masing-masing sebesar 0,45% dan 0,76%. Sejak diberlakukannya reformasi kebijakan energi oleh pemerintahan baru, evaluasi harga LPG dan TTL lebih sering dilakukan dengan mengacu pada kondisi harga minyak dunia dan kurs Rupiah. Pada triwulan I 2015 telah terjadi kenaikan harga LPG 12 kg sebanyak 2 kali yaitu pada awal Januari dan Maret Selain berdampak langsung terhadap harga LPG 12 kg, kebijakan ini juga berdampak pada beralihnya sebagian konsumen LPG varian ini terutama segmen rumah makan ke LPG varian 3 kg sehingga juga menekan harga LPG 3 kg. Kondisi tersebut relatif berbeda dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, TTL mengalami kenaikan dan penurunan selama triwulan I Pada Januari 2015, TTL rumah tangga sebesar Rp1.496,05/kwh, meningkat dari Rp1.352/kwh pada Desember Pada Februari dan Maret 2015, TTL menurun menjadi Rp 1.468,25/kwh dan 1.426,58/kwh. Walaupun TTL mengalami penurunan selama triwulan I 2015 tetapi besarnya TTL pada akhir triwulan I 2015 dibandingkan dengan TTL pada akhir triwulan I 2014 masih lebih tinggi dibandingkan besarnya TTL pada akhir triwulan IV 2014 dibandingkan dengan TTL pada akhir triwulan IV Hal inilah yang membuat inflasi TTL secara tahunan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. 26

45 2.3 Inflasi Triwulanan Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Rumah, Listrik, BB Makanan Jadi & Rokok Bhn Makanan % qtq Laju inflasi triwulanan Kalimantan Barat tercatat sebesar 1,71% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang mencapai 2,17% (qtq). Berkurangnya tekanan inflasi tersebut didorong oleh menurunnya tekanan inflasi pada 2 kelompok komoditas yaitu bahan makanan dan pendidikan serta terkoreksinya harga pada 2 kelompok komoditas yaitu sandang dan transportasi. Di sisi lain, meningkatnya tekanan inflasi pada 3 komoditas yakni makanan dan rokok; perumahan, listrik, air, dan bahan bakar; dan kesehatan menahan laju penurunan tekanan inflasi triwulanan. Dari 7 kelompok komoditas tersebut, 3 di antaranya memiliki andil terbesar dalam pembentukan inflasi triwulanan Kalimantan Barat yaitu kelompok bahan makanan (1,20%), perumahan, air, listrik dan bahan bakar (0,83%), dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (-1,13%) Andil Tw Tw Tw Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.11 Inflasi dan Andil Triwulanan Kalimantan Barat Bahan Makanan Lain Lemak dan Minyak Bumbu Buah Kacang Sayuran Telur, Susu dan Hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasilnya Padi-padian % qtq Andil Tw Tw Tw Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Jasa Keuangan Sarana Penunjang Transpor Komunikasi Transpor Andil Tw Tw Tw Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.13 Inflasi dan Andil Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Turunnya tekanan inflasi triwulanan Kalimantan Barat dipicu oleh meredanya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan dari 7,37% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi 5,19% (qtq). Kondisi tersebut terjadi seiring dengan terjaganya jumlah pasokan bahan pangan terutama menjelang rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Berdasarkan subkelompoknya, penurunan tekan inflasi bahan makanan disebabkan oleh turunnya tekanan inflasi pada subkelompok ikan segar, telur dan susu, sayuran, kacang, aneka bumbu, lemak dan minyak, serta bahan makanan lainnya. Kendati demikian, masih terdapat subkelompok yang mengalami kenaikan tekanan inflasi seperti padi-padian. Naiknya tekanan inflasi subkelompok padi-padian disebabkan oleh berkurangnya pasokan beras dari Jawa akibat banjir yang melanda 27

46 beberapa daerah sentra produksi pada pertengahan triwulan I 2015 sehingga mengurangi jumlah produksi. Sementara itu, deflasi pada subkelompok transportasi turut membuat tekanan inflasi triwulanan Kalimantan Barat menurun. Deflasi pada subkelompok ini tercatat mencapai -9,06% (qtq) dari inflasi 14,50% (qtq) pada triwulan sebelumnya dengan andil sebesar -1,13%. Salah satu penyebab terkoreksinya harga pada subkelompok ini adalah kebijakan penurunan harga BBM selama triwulan I Walaupun harga BBM sempat meningkat pada bulan Maret 2015 tetapi kenaikannya masih lebih rendah dibandingkan kenaikan pada bulan November Selain disebabkan oleh penyesuaian harga BBM, deflasi pada subkelompok ini juga disumbang oleh koreksi harga tiket angkutan udara. Penyelenggaraan Rumah Tangga Perlengkapan Rumah Tangga Bahan Bakar, Penerangan, dan Air Biaya Tempat Tinggal Di sisi lain, kenaikan tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dari 1,55% (qtq) menjadi 3,69% (qtq) menahan turunnya tekanan inflasi triwulanan. Berdasarkan subkelompoknya, meningkatnya tekanan inflasi kelompok ini bersumber dari kenaikan tekanan inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal; bahan bakar, penerangan, dan air; dan penyelenggaraan rumah tangga. Lebih lanjut, berdasarkan komoditasnya, tekanan inflasi bersumber dari komoditas bahan bakar rumah tangga dan TTL. Pada triwulan I 2015 inflasi bahan bakar rumah tangga dan TTL tercatat masing-masing sebesar 15,23% (qtq) dan 3,68% (qtq). Realisasi kenaikan harga LPG 12 kg dan imbauan kenaikan Harga Eceran Tertinggi LPG 3 kg yang mulai efektif pada awal triwulan I 2015 membuat penurunan tekanan inflasi triwulanan tertahan. Selain itu, walaupun sempat mengalami penurunan tarif pada bulan Februari dan Maret 2015 tetapi besarnya TTL pada triwulan I 2015 dibandingkan dengan TTL pada triwulan IV 2014 masih lebih tinggi dibandingkan besarnya TTL pada triwulan I 2014 dibandingkan dengan TTL pada triwulan IV Andil Tw Tw Tw % qtq Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.14 Inflasi dan Andil Triwulanan Kelompok Perumahan, Listrik, Air, dan Bahan Bakar 28

47 Int 2.4 Disagregasi Inflasi 1 Berdasarkan disagregasinya, penurunan tekanan inflasi Kalimantan Barat didorong oleh menurunnya tekanan inflasi pada kelompok volatile foods (VF) dan administered prices (AP) seiring dengan terjaganya pasokan bahan pangan dan penurunan harga BBM yang dilakukan pada triwulan I Namun demikian, realisasi kebijakan kenaikan harga energi strategis lainnya pada triwulan I 2015 membuat penurunan tekanan inflasi pada kelompok AP tertahan. Selain itu, penyesuaian harga energi strategis tersebut juga berdampak pada inflasi kelompok inti tetapi masih pada level yang relatif terkendali. Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Triwulanan (%-qtq) Kelompok Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Inti 1,25 1,23 1,18 2,64 2,21 Volatile Foods 7,40-0,02 2,71-0,16 5,33 Administered Prices 0,01 3,51 3,08 9,98-2,53 IHK 2,17 1,41 1,88 3,67 1,71 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Tabel 2.2 Disagregasi Inflasi Triwulanan (%-yoy) Kelompok Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Inti 6,95 7,20 5,21 6,44 7,45 Volatile Foods 9,03 10,18 8,14 10,10 7,99 Administered Prices 15,33 11,77 10,68 17,35 14,37 IHK 8,98 8,69 6,67 9,43 8,94 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Inflasi Volatile Foods Pada triwulan I 2015 kelompok volatile foods (VF) tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi 10,10% (yoy), kelompok VF pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 7,99% (yoy). Penurunan tekanan inflasi ini terjadi seiring dengan kondisi pasokan sejumlah bahan pangan yang relatif terjaga terutama pada saat berlangsungnya rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Di sisi lain, masih adanya komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan tekanan inflasi membuat penurunan tekanan inflasi VF tertahan. Berdasarkan komoditasnya, beras merupakan penyumbang utama inflasi pada kelompok ini dengan 0,26%Kenaikan harga beras disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari beberapa daerah sentra produksi di Jawa 1 Perhitungan disagregasi inflasi (%-mtm, %-qtq, dan %-yoy) menggunakan pendekatan subkelompok. 29

48 akibat banjir yang melanda pada pertengahan triwulan laporan sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah pasokan yang menuju Kalimantan Barat Inflasi Administered Prices Pada periode laporan, kelompok administered prices (AP) tercatat mengalami deflasi yang mencapai -2,53% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi 9,98% (qtq). Berdasarkan komoditasnya, penyumbang utama deflasi pada kelompok ini adalah bensin dan tiket angkutan udara masing-masing mencapai -0,96% dan -0,21%. Kendati Pemerintah sempat menaikkan harga bensin pada akhir triwulan I 2015 tetapi apabila dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada triwulan IV 2014, realisasi kenaikan harga pada triwulan laporan relatif lebih rendah. Selain disebabkan oleh koreksi harga bensin, deflasi pada kelompok AP juga disumbang oleh koreksi harga tiket angkutan udara. Berdasarkan hasil SPH Bank Indonesia terhadap 3 maskapai dengan rute penerbangan terbanyak di Kalimantan Barat, terlihat bahwa harga rata-rata tiket ketiga maskapai mengalami penurunan dari Rp pada triwulan IV 2014 menjadi Rp pada triwulan I Inflasi Inti 26,000 24,000 22,000 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 Rp Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Harga Karet di Kalbar Sumber: Disbun Prov Kalbar, diolah Grafik 2.15 Harga Karet dan Indeks Penghasilan Konsumen harga makanan jadi. Inflasi inti pada triwulan I 2015 tercatat mengalami kenaikan menjadi 7,45% (yoy) dari 6,95% (yoy) pada triwulanan sebelumnya. Berdasarkan komoditasnya, penyumbang utama kenaikan inflasi inti adalah nasi dengan lauk dengan andil mencapai 0,48%. Inflasi pada komoditas ini terutama disebabkan oleh terganggunya pasokan beras di Kalimantan Barat sehingga berdampak pada kenaikan Namun demikian, kenaikan tekanan inflasi inti tertahan oleh melesunya permintaan masyarakat seiring dengan masih melemahnya harga komoditas karet di Kalimantan Barat dan meningkatnya tingkat pengangguran terbuka pada triwulan I 2015 sebesar 0,74% dari periode sebelumnya. Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh indeks penghasilan konsumen dalam Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa indeks penghasilan konsumen mengalami penurunan dari 148, 147,5, dan 135 pada triwulan IV 2014 menjadi 133,5, 138, dan 133,5 pada triwulan laporan. Indeks Indeks Penghasilan Konsumen - Aksis Kanan

49 BOKS-2 (Belum) Banyak Jalan Menuju Roma (Sekilas Mengenai Kondisi Infrastruktur Jalan Raya di Kalimantan Barat) Inflasi seringkali dihubungkan dengan kelancaran distribusi. Sementara itu, kelancaran distribusi itu sendiri terkait cukup erat dengan kondisi Infrastruktur yang ada di suatu daerah. Salah satu bentuk infrastruktur yang cukup berperan penting dalam meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah adalah keberadaan jalan raya. Dengan jalan raya, barang atau komoditas yang dibutuhkan oleh pelaku ekonomi dapat mengalir lancar dari satu tempat ke tempat lain, dan diharapkan secara tidak langsung akan dapat membawa pengaruh positif untuk meredam inflasi atas barang atau komoditas tersebut. Sementara itu di Provinsi Kalimantan Barat, masih banyak jalan yang telah dibangun oleh dinas PU namun belum dapat menghubungkan antara satu desa dengan desa yang lain. Sebagai contoh, jalan dari ibu kota kabupaten Sambas menuju ke Aruk, sekitar 30 km jauhnya, masih belum terhubung, meskipun jalan tersebut merupakan jalan yang berstatus internasional dengan adanya rencana pembukaan pintu gerbang perbatasan Aruk dan Malaysia Timur dalam waktu dekat. Tengok pula jalan negara, misalnya dari Pontianak ke Entikong, dan juga jalan antar Kabupaten lainnya seperti di Sanggau, banyak yang masih hancur dan berlubang. Kerusakan ini umumnya terjadi karena lintasan truk-truk bermuatan besar yang kapasitasnya melebihi kemampuan kapasitas jalan (7-8 ton). Bahkan, sekitar 70km jalan penghubung antara Kalbar dan Kalteng masih berupa tanah. Bandingkan dengan jalan penghubung antara Kaltim dan Kalteng yang seluruhnya sudah mulus dan beraspal. Berdasarkan data terakhir dari BPS Provinsi Kalimantan Barat per akhir tahun 2013 diperoleh informasi bahwa sebagian besar jalan yang ada di Kalimantan Barat masih memiliki bentuk permukaan berupa tanah (47,40%) dan baru sekitar 35,19% yang telah diaspal. Sementara itu 55,19% dari panjang jalan yang ada di Kalimantan Barat telah dapat dikategorikan dalam kondisi mantap dan 44,18% sisanya berada dalam kategori tidak mantap. Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1. Persentase Permukaan Jalan Provinsi Kalimantan Barat (2013) Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 2. Persentase Kondisi Jalan Provinsi Kalimantan Barat (2013) Melihat lebih jauh lagi secara terpisah di setiap kota/kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh informasi bahwa masih terdapat 9 kabupaten yang memiliki permukaan jalan dalam bentuk tanah (belum diaspal) lebih besar dibandingkan dengan jalan dalam bentuk aspal mau pun kerikil, dengan rata-rata persentase berkisar antara 40%-80% dari total jalan masing-masing 31

50 kabupaten. 9 Kabupaten tersebut adalah Bengkayang (42,47%), Landak (45,65%), Ketapang (76,10%), Sintang (58,57%), Kapuas Hulu (44,86%), Sekadau (62,79%), Melawi (77,38%), Kayong Utara (55,75%), dan Kubu Raya (40,05%). Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 3. Kondisi Permukaan Jalan Provinsi Kalimantan Barat (berdasarkan panjang jalan dalam km) Menurut informasi yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalbar, sulitnya untuk mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur jalan tersebut terutama sekali disebabkan oleh dua kendala, yakni tidak memadainya APBD dan banyak calon lahan jalan yang masuk kawasan hutan lindung. Namun demikian, sudah terdapat rencana dari Dinas Pekerjaan Umum Kalbar untuk mulai melakukan perbaikan jalan di awal tahun 2015 ini dengan anggaran Rp1,1 triliun, yakni Sajingan-Aruk 11,6km (Kab. Sambas), Balai Karangan-Entikong 19,2km (Kab. Sanggau), dan Nanga Badau batas Serawak 3,8km (Kab. Kapuas Hulu). Sumber: Beritapost.co.id Gambar 1 Peta Jalan Antar Kabupaten Provinsi Kalimantan Barat Sumber: Dinas PU Provinsi Kalbar, Diolah Gambar 2 Kondisi Jalan Setiap Kabupaten Provinsi Kalimantan Barat Rencana pembangunan jalan ini juga akan dilanjutkan dengan pembangunan jalan paralel perbatasan Temajuk-Aruk-Entikong 252,83km, Entikong-Nanga Badau 242,8km, dan Nanga Badau batas Kalimantan Timur 275,76km. Namun, mengingat panjangnya jalan dimaksud, maka proyek akan dipecah per tahun (selama tiga tahun), yang terbagi ke dalam beberapa tahap mulai pelandaian tanah, pengerasan tanah dan kemudian diakhiri dengan pengaspalan. Untuk melengkapi pembangunan jalan tersebut juga akan dilakukan pengembangan lingkungan di Pos Lintas Batas 32

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Dwiki K. [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KATEGORI 2015 Konsumsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik Perekonomian Provinsi Lampung I Triwulan 1 Tahun 2016 STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 TUMBUH 3,36 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -0,72 PERSEN 26/05/94/Th.X,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci