III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Ekonomi wilayah dalam satu negara merupakan ekonomi terbuka dan interaksi ekonomi antarwilayah berlangsung tanpa hambatan apapun. Dalam kaitan ini terdapat berbaga konseptual pembangunan ekonomi wilayah, diantaranya adalah Teori Basis Ekonomi (Economic Based Teory), Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole Theory), Teori Perdagangan Antarwilayah (Interregional Trade Theory). Studi ini menggunakan Teori Basis Ekonomi. Teori Basis Ekonomi mengelompokkan aktivitas ekonomi ke dalam dua bagian, yakni Sektor Basis dan Sektor Non-basis. Aktivitas Sektor Non-basis ditujukan semata-mata untuk memenuhi kebutukan lokal. Meningkatnya aktivitas Sektor Non-basis semata-mata bersumber dari permintaan lokal. Permintaan terhadap produksi sektor non-basis hanya dapat meningkat apabila pendapatan lokal meningkat. Dengan demikian, permintaan sektor Non-basis sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Dengan kata lain, Sektor Non-basis terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan alamiah region. Di sisi lain aktivitas Sektor Basis ditujukan untuk memenuhi permintaan luar wilayah. Semua kegiatan yang mendatangkan uang dari luar wilayah adalah kegiatan basis. Tenagakerja yang berdomisili di suatu wilayah, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam Sektor Basis. Apabila permintaan dari luar wilayah meningkat maka permintaan input lokal meningkat, pendapatan lokal meningkat, yang kemudian mendorong kegiatan produksi lebih

2 54 lanjut. Dengan demikian, lapangan kerja dan pendapatan di Sektor Basis adalah fungsi permintaan yang bersifat eksogenus. Hal ini berarti bahwa Sektor Basis akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi regional meningkat lebih tinggi dari pertumbuhan alamiah regional. Teori Basis beranggapan bahwa ekspor daerah (wilayah) merupakan penentu dalam pembangunan ekonomi regional. Dengan demikian, permasalahan ekonomi wilayah adalah masalah neraca perdagangan. Teori Basis digunakan sebagai landasan konseptual dalam studi ini, sehingga model Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM) cukup relevan sebagai instrumen analisis Interregional Social Accounting Matrix Dalam model Social Accounting Matrix (SAM), aktivitas ekonomi setiap region (wilayah) direkam ke dalam tiga kelompok neraca, yakni : Neraca Sektor Produksi, Neraca Faktor Produksi, dan Neraca Institusi (Thorbecke, 1989). Neraca Sektor Produksi merupakan neraca output dari berbagai sektor produksi. Neraca Faktor Produksi merupakan neraca distribusi pendapatan faktorial, yakni konpensasi terhadap penggunaan kapital dan tenaga kerja. Sedangkan Neraca Institusi merupakan neraca distribusi pendapatan institusional, yaitu distribusi pedapatan kepada pemilik faktor produksi yang terdiri atas : rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah. Di sisi lain garis panah dalam Gambar 7, menggambarkan arus uang sebagai wujud dari transaksi ekonomi antar neraca. Garis panah (T 13 dan T 46 ) menggambarkan arus uang yang mengalir dari Neraca Sektor Produksi sebagai imbalan atas penggunaan faktor produksi kapital dan tenagakerja. Arus ini disebut distribusi pendapatan faktorial. Garis panah (T 21

3 55 dan T 54 ) menggambarkan arus uang dari Neraca Faktor Produksi ke Neraca Institusi, yang terdistribusikan kepada rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah sebagai pemilik faktor produksi. Arus ini disebut distribusi pendapatan institusional. Garis panah (T 32 dan T 65 ) menggambarkan arus uang dari Neraca Institusi ke Neraca Sektor Produksi; sebagai ujud dari transaksi belanja rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah terhadap output yang dihasilkan oleh Sektor Produksi yang berada di dalam region sendiri. Region I Region II Sektor Produksi (3) T36 T63 Sektor Produksi (6) T35 T62 T32 T65 T13 T46 Faktor Produksi (1) T21 Institusi (2) T25 T52 Institusi (5) T54 Faktor Produksi (4) T51 T24 The rest of Indonesia (7) The rest of world Keterangan : : Transaksi intraregional : Transaksi interregional Sumber: Hadi (2001), Achjar et al., Rum Alim (2005). Gambar 7. Kerangka Interregional Social Accounting Matrix Dari sudut pandang Teori Basis, aktivitas ekonomi yang berlangsung dalam suatu wilayah (region) tertentu pada dasarnya merupakan Sektor Non-basis.

4 56 Dengan kata lain, pergerakan transaksi ekonomi yang ditunjukan oleh garis panah T 13, T 46, T 21, T 54, T 32, dan T 65, tanpa adanya interaksi (transaksi) ekonomi lintas region, adalah Sektor Non-basis. Sementara itu, transaksi ekonomi lintas region (antarwilayah) seperti yang ditunjukan oleh garis panah T 36, T 63, T 35,dan T 62, T 24, T 51, T 25, dan T 52 pada dasarnya merupakan Sektor Basis. Garis panah (T 36 dan T 63 ) menunjukkan transaksi antar Sektor Produksi antarwilayah (interregional), yang dalam hal ini merupakan transaksi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan input (intermediate input) suatu wilayah dari wilayah lain. Garis panah (T 35 dan T 62 ) menunjukkan belanja Institusi (rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah) atas output yang dihasilkan oleh Sektor Produksi wilayah (region) lain. Garis panah (T 24 dan T 51 ) menunjukkan distribusi pendapatan institusional dari suatu wilayah ke wilayah lain. Dalam kaitan ini, faktor produksi (kapital dan tenagakerja) yang digunakan oleh Sektor Produksi di suatu region merupakan milik region lain, sehingga konpensasinya mengalir ke region asal faktor produksi tersebut. Sedangkan garis panah (T 25 dan T 52 ) menggambarkan transfer pendapatan antar Institusi antarwilayah. Berdasarkan kaitan sebagaimana ditunjukkan pada gambar diatas, dibangun struktur IRSAM secara agregat dalam bentuk Tabel 4 dibawah ini. Keterkaitan transaksi masing-masing region I dan region II dengan luar negeri (daerah lain diluar kedua region) ditunjukkan oleh hubungan masing-masing neraca dengan the rest of world.

5 57 Tabel 4. Kerangka Dasar Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM) Penerimaan Region I Region II Pengeluaran Faktor 1 Produksi Institusi 2 Sektor 3 Produksi Faktor 4 Produksi Institusi 5 Faktor Produksi Region I Region II Neraca Total Institusi Sektor Produksi Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi Eksogen Peneri maan Sektor 6 Produksi Neraca Eksogen 7 Total Pengeluaran 8 catatan: Neraca eksogen terdiri neraca kapital, pajak tak langsung, subsidi, the rest of Indonesia, dan the rest of world Hubungan neraca sektor produksi dengan the rest of world menunjukkan adanya perdagangan langsung masing-masing region dengan luar negeri, sementara hubungan neraca faktor produksi dengan rest of the world menggambarkan adanya aliran modal (capital flow) dari dan ke luar negeri. Hubungan neraca institusi dengan the rest of world menunjukkan adanya transfer institusi dari dan ke luar negeri. Pengertian notasi matrik sebagaimana diterangkan dalam Tabel 5. IRSAM memiliki beberapa kelebihan terhadap SAM region tunggal berupa informasi tambahan dalam hubungan inter-regional terutama dalam arus barang inter-regional, distribusi pendapatan inter-regional, dan keseimbangan keragaman ekonomi makro interregional.

6 58 Tabel 5. Defenisi Neraca TransaksiInter-Regional Social Accounting Matrix (IRSAM) Neraca T 13 ; T 46 T 21 ; T 54 T 24 ; T 51 T 22 ; T 55 T 32 ; T 65 T 35 ; T 62 T 33 ; T 66 T 36 ; T 63 X 17 ; X 47 X 27 ; X 57 X 37 ; X 67 X 71 ; X 74 X 72 ; X 75 X 73 ; X 76 X 77 Y 18 ; Y 48 Y 28 ; Y 58 Y 38 ; Y 68 Y 78 Y 81 ; Y 84 Y 82 ; Y 85 Y 83 ; Y 86 Y 87 Defenisi Pendapatan faktor produksi dari sektor produksi setiap region Pendapatan institusi atas kepemilikan faktor produksi dalam region Pendapatan institusi atas kepemilikan faktor produksi inter-regional Transfer antar institusi dalam region Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi dalam (intra) region Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi inter-regional Permintaan antara dalam (intra) region Permintaan antara inter-regional Pendapatan faktor produksi dari transfer luar negeri Transfer luar negeri kepada institusi Ekspor barang dan jasa setiap region Permintaan luar negeri atas kepemilikan faktor produksi Tabungan institusi Import barang dan jasa setiap region Transfer lainnya Distribusi pendapatan faktorial setiap region Distribusi pendapatan institusional setiap region Total output sektor produksi setiap region Total penerimaan neraca lainnya Distribusi pengeluaran faktorial setiap region Distribusi pengeluaran institusional setiap region Total input sektor produksi setiap region Total pengeluaran neraca lainnya Dekomposisi Multiplier Social Accounting Matrix dan IRSAM Pengganda (multiplier) dapat didefenisikan sebagai dampak yang terjadi terhadap variabel endogen (endogenous variable) akibat perubahan pada variable eksogen (exogenous variable). Pengganda dimaksud, misalnya pengganda pendapatan nasional dirumuskan sebagai dimana adalah marginal prospensity to consume (kecenderungan marginal mengkomsumsi) menjelaskan bahwa perubahan pendapatan nasional ditentukan oleh perubahan. Semakin besar, maka semakin besar pendapatan nasional. Dalam analisis SAM maupun Input-Output, bukan hanya terdapat satu besaran

7 59 pengganda namun beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam bentuk matrik pengganda (multiplier matrix) yang selanjutnya digunakan untuk melakukan analisis dampak (impact analysis) seperti analisis dampak pendapatan, analisis dampak tenaga kerja dan lain-lain. Disebabkan analisis pengganda (multipler analysis) digunakan untuk mencari dampak, maka digunakan terminologi dampak pengganda (multiplier effect atau multiplier impact). Analisis multiplier dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar yaitu pengganda neraca (accounting multiplier) dan pengganda harga tetap (fixed price multiplier). Accounting multiplier pada dasarnya tidak berbeda dengan multiplier pada matriks invers Leontif dalam model Input-Output. Dengan demikian semua analisis multiplier yang digunakan pada analisis Input-Output seperti own multiplier, other linkage multiplier dan total multipler dapat diaplikasikan pada analisis accounting multiplier dalam SAM. Analisis fixed price multiplier mengarah pada pengukuran dan analisis respon rumahtangga terhadap perubahan neraca eksogen dengan memperhitungkan expenditure prospensity. Matrik transaksi antar blok dalam neraca endogen menunjukkan aliran penerimaan dan pengeluaran yang dinyatakan dalam satuan moneter. Apabila setiap sel dalam matriks T dibagi dengan jumlah kolomnya, maka akan diperoleh sebuah matrik baru yang menunjukkan besarnya kecenderungan pengeluaran ratarata (average expenditure propensities). Matrik baru tersebut katakanlah matrik, dengan unsur-unsurnya yang didefenisikan sebagai perbandingan antara pengeluaran/ pembayaran (payment) sektor untuk sektor ke dengan total pengeluaran ke ) atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

8 60 Atau dalam bentuk matriks... (3.1) [ ]... (3.2) Kembali kebelakang pada persamaan, bila dibagi dengan, maka diperoleh:... (3.3) Persamaan (3.1) disubtitusikan ke persamaan (3.2) akan diperoleh :... (3.4) adalah koefisien yang mengambarkan pengaruh langsung (direct effect) perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya. Jika disebut matriks accounting multiplier yang mengambarkan pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lain dalam keseluruhan SAM, maka akan diperoleh persamaan matriks:... (3.5) Multiplier yang dihasilkan SAM secara prinsip dapat dibagi dua yaitu multiplier standard dan multiplier SAM. Multiplier standard dihasilkan dari model Input-Output (dalam SAM, matrik Input-Output berada pada neraca aktifitas produksi) yang dihitung dengan menggunakan Leontif invers matrix : [ ]... (3.6) dimana A = matrik koefisien teknologi untuk model Input-Output. Pada multiplier Input-Output, faktor endogen hanya berupa aktifitas (sektor) produksi.

9 61 Multiplier SAM mencakup seluruh neraca endogen yaitu neraca faktor produksi (kapital dan labor), institusi (rumahtangga, perusahaan dan pemerintah) dan aktifitas (sektor) produksi. Multiplier SAM dihitung berdasarkan persamaan: [ ]...(3.7) dimana merupakan matriks direct propensities yang dihitung dari model SAM Dengan kedua multiplier persamaan (3.5) dan (3.6), besaran efek lainnya juga dapat dihitung seperti induced effect, direct effect dan indirect effect dengan cara sebagai berikut (cardenete dan sancho, 2004): Induced effect =... (3.8) Direct Effect =... (3.9) Indirect Effect =... (3.10) Dengan demikian diperoleh effek total (MS) yaitu: [ ] [ ] [ ]... (3.11) Pyatt and Round (1985) dalam Daryanto (2001) melakukan dekomposisi pada matrik accounting multiplier dengan hasil berbentuk multiplikatif yaitu :... (3.12) Secara additif dapat ditulis:...(3.13) dimana: adalah initial injection adalah net contribution of transfer multiplier adalah effect multiplier-cross atau loop open of on contribution net

10 62 adalah effect multiplier loop-closed atau circular of on contribution net disebut juga dengan transfer multiplier yang menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca pada dirinya sendiri, yang dirumuskan sebagai berikut:... (3.14) dimana [ ] Sehingga diperoleh persamaan: [ ]... (3.15) Notasi disebut dengan pengganda loop terbuka (open loop multiplier) atau cross effect yang mengambarkan pengaruh langsung dari suatu blok (neraca) ke blok lain (neraca lain) dalam neraca endogenous, dan dirumuskan sebagai berikut:... (3.16) dimana disebabkan ; dan ; serta, maka dapat dituliskan sebagai berikut : [ ]... (3.17) Proses open loop multiplier antar blok ditampilkan pada Gambar 7. Bila terjadi injeksi awal pada peningkatan permintaan ekspor ( ), maka output yang

11 63 memiliki kaitan dengan blok aktivitas produksi ( ) akan meningkat, lalu memberikan pengaruh berikutnya terhadap pendapatan pada blok faktor produksi ( ) dengan nilai pengganda sebesar. Selanjutnya peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan memberikan pengaruh lanjutan terhadap pendapatan pada blok institusi ( ) dengan nilai pengganda sebesar, dan kemudian akan meningkatkan pendapatan blok produksi dengan nilai pengganda sebesar. Y 3 Aktivitas Produksi (J - A 33) -1 X 3 X 3=Permintaan ekspor A * 32 = (I - A 33 ) -1 A 32 A * 31 = A 13 Y 2 Distribusi Pendapatan Institusi A * 21 = (I - A 22 ) -1 A 21 Y 1 Distribusi Pendapatan faktor Produksi (I - A 22 ) -1 X 2 X2= pendapatan nonfaktor dari luar negeri X 1 = Pendapatan faktorial dari luar negeri Sumber: Thorbecke, (1998) Gambar 8. Proses Pengganda antara Neraca Endogen SAM Bila injeksi awal bersumber dari peningkatan pendapaxxtan blok faktor produksi yang berasal dari luar negeri ( ), maka akan berpengaruh pada pendapatan blok institusi dengan nilai pengganda sebesar dan selanjutnya akan memberi pengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda.

12 64 Peningkatan pendapatan pada blok aktivitas produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda sebesar. Bila injeksi berasal dari peningkatan pendapatan blok non-faktor produksi yang berasal dari luar negeri ( ), maka injeksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda sebesar, dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda sebesar. Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan padaa blok institusi dengan nilai pengganda sebesar. Notasi disebut dengan pengganda loop tertutup (closed loop multiplier), yang menunjukkan pengaruh suatu blok (neraca) ke blok (neraca) lainnya, yang selanjutnya kembali ke blok (neraca) semula, yang dapat ditulis dalam bentuk persamaan:... (3.18) atau: [ ] (3.19) Dekomposisi pengganda neraca (account multiplier) dapat dilakukan dengan pendekatan rata-rata dan pendekatan marginal. Dekomposisi pengganda neraca dengan pendekatan marginal memerlukan suatu matrik yang disebut dengan marginal expenditure propensities. Disebabkan matrik dibentuk dengan asumsi harga tetap (fixed price), maka disebut juga dengan pengganda harga tetap (fixed price multiplier).

13 65... (3.20) Dalam bentuk matrik dapat ditulis: [ ]... (3.21) Karena, maka... (3.22) Dengan demikian :... (3.23) Atau... (3.24) adalah pengganda harga tetap, yang kemudian di dekomposisikan pada (transfer mltiplier), (open loop multiplier), dan (closed loop multiplier), sehingga diperoleh:... (3.25) Bentuk matrik,, dan sama seperti matrik dekomposisi sebelumnya, namun yang digunakaan adalah pengeluaran marjinal. Pyatt dan Round (1985) menggunakan dekomposisi multiplier untuk interregional SAM yaitu:...(3.26) Dimana: = closed-loop multiplier effect within region = inter-regional open-loop multiplier effect = transfer effect within region

14 66 Persamaan (3.22) diperoleh dari persamaan berikut:... (3.27)... (3.28) dimana :, = Pengeluaran total masing-masing region = Koefisien intra regional = Koefisien inter-regional = neraca eksogen Berdasarkan persamaan (3.23) dan (3.24) selanjutnya diperoleh:... (3.29)... (3.30) Bila persamaan (3.29) dan (3.30) ditulis dalam perkalian matrik, maka diperoleh: [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]. Bila =, dan =, maka persamaan (3.31) dapat di tulis menjadi: [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]... (3.32) maka: [ ]... (3.33) sedang: [ ]... (3.34)

15 67 sehingga: [ ] [ ]... (3.35) maka selanjutnya diperoleh: [ ] (3.36) dan: [ ].. (3.37) Penyusunan Sistem Jaringan IRSAM Sistem jaringan IRSAM disusun dengan asumsi hanya terdapat dua region masing-masing dan. Setiap region memiliki sub-sistem ekonomi yaitu aktivitas produksi, faktor produksi dan institusi dengan susunan jaringan interregional sebagai berikut (Achyar et al. 2003):..... (3.38) [ ] Pendekatan analisis dekomposisi digunakan untuk membangun Block Structural Path Analysis (BSPA). Blok parsial matrik input langsung untuk tiga blok dan invers leontif parsial untuk setiap region adalah: 1) Kombinasi institusi-aktivitas [ ]... (3.39) Besarnya input dalam first layer feedback loop dalam kerangka IRSAM adalah:

16 68... (3.40) Bila invers leontif parsial digunakan, maka: [ ] [ ].... (3.41) dimana: 2) Kombinasi faktor produksi-aktivitas dan... (3.42) [ ]... (3.43) Bila invers leontif parsial digunakan, maka: [ ] [ ]... (3.44) 3) Kombinasi faktor produksi-aktivitas [ ]... (3.45) Bila invers Leontif parsial digunakan, maka: [ ] [ ]... (3.46) Dengan metode dekomposisi seperti pada BSPA, perluasan invers Leontif untuk first layer feedback loop dalam inter-regional structural path analysis (IRBSPA) adalah sebagai berikut: [ ]

17 69 [ ]... (3.47) [ ] Penyusunan (kompilasi) jaringan inter-regional digunakan untuk analisis transformasi pengaruh sistem ekonomi dalam region yang terkait dengan subsistem ekonomi dalam region. Perluasan invers Leontif suatu region seperti persamaan (3.43) dipandang sebagai second layer of economic subsistem. Dengan memasukkan first layer dari perluasan invers Leontif kedalam second layer, maka pengaruh suatu sub-sistem ekonomi terhadap sub-sistem ekonomi secara keseluruhan dapat diperoleh. Dalam hal sub-blok matrik inter-regional digunakan untuk membangun blok matrik direct input inter-regional parsial, maka aktivitas produksi dan factor produksi dalam struktur intra maupun inter-regional dapat dinyatakan sebagai berikut: [ ]... (3.48) Dengan melakukan dekomposisi pada matrik yang sama seperti diatas, first layer invers Leontif inter-regional parsial dapat diperoleh dari persamaan (3.38) hingga (3.41). Pada SAM inter-regional dua arah, setiap region mengandung tiga sub-sistem ekonomi, dan terdapat empat kelompok (cluster) dari second layers invers Leontif yang diperluas. Setiap cluster memiliki tiga blok, sehingga akan dijumpai 12 blok second layer invers Leontif yang diperluas, seperti persamaan (3.48) sampai (3.49) sebagai berikut:

18 70 [ ] [ ]... (3.49) [ ] [ ] [ ].. (3.50) [ ] [ ] [ ]... (3.51) [ ] [ ] [ ].. (3.52) [ ] Bila jaringan inter-regional dimasukkan dalam persamaan (3.37), maka final demand dan output total system tersebut adalah : ; ;. (3.53) [ ] [ ] [ ] Sonis dan Hewings (1998) menyatakan bahwa kumpulan hierarki feedback loop yang menangkap effek feedback loop, yang diterima sistem ekonomi secara keseluruhaan, dibangun sebagai berikut:

19 71 [ ] [ ] Bentuk umum invers Leontif untuk sistem inter-regional dinyatakan sebagai berikut: [ ] [ ] [ ] (3.54) Penyusunan rantai jaringan inter-regional dimulai dari dampak sendiri (self influence), lalu pengeluaran institusi terhadap pendapatan institusi, selanjutnya dampak pengeluaran institusi terhadap pendapatan faktorial, dan output aktivitas-aktivitas dinyatakan sebagai berikut:... (3.55) Dampak sendiri yang diperoleh dari injeksi kedalam aktivitas produksi, dan dampak dari injeksi terhadap pendapatan faktorial, dan pendapatan institusi dinyatakan oleh rantai kompilasi sebagai berikut:...(3.56) Feedback loop dari semua aktivitas, faktor produksi dan institusi sudah masuk dalam persamaan (3.50) dan (3.51) diatas, namun rantai kompilasi tersebut belum di dekomposisi ke asal dampak dari injeksi yang diturunkan dari suatu region secara individual. Untuk memasukkan rest of the region dalam sistem

20 72 perekonomian nasional, maka rantai kompilasi persamaan (3.50) dan (3.51) dibangun sebagai berikut: 1) Penyusunan jaringan injeksi institusi dari region ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )....(3.57) Feedback loop effect dari injeksi tersebut terhadap institusi region r dalam IRSAM dapat di simplifikasi menjadi:... (3.58) dimana: - = injeksi pada institusi yang berasal dari region r = pendapatan institusi yang diciptakan dalam region r (selfinfluence income) - = ouput aktivitas-aktivitas pada region r - = pendapatan faktorial yang ditimbulkan dalam region r. - = Dampak eksternal terhadap pendapatan institusi dalam rewgion R - = permintaan untuk aktivitas dalam region R - = dampak terhadap pendapatan region R

21 73 2) Penyusunan jaringan injeksi aktivitas-aktivitas dari region r ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )... (3.59) Pengaruh injeksi aktivitas produksi dari region dan dampaknya terhadap subsistem ekonomi pada kedua region dan dapat disederhanakan dengan penggunaan dekomposisi seperti institusi pada persamaan (3.53) sehingga diperoleh... (3.60) dimana: - = injeksi pada institusi yang berasal dari region - = output yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas dalam region = output yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas dalam region R = pendapatan faktorial yang dihasilkan dalam region = pendapatan faktorial yang dihasilkan dalam region dan = dampak eksternal terhadap transfer pendapatan institusi dalam region = dampak eksternal terhadap transfer pendapatan institusi dalam region

22 Metode Updating dan Balancing SAM Data Input-Output yang digunakan pada model SAM umumnya disajikan untuk interval waktu yang relatif panjang (5 tahun atau lebih), sementara data pendukung seperti data produk dan pendapatan nasional tersedia setiap tahun. Data pendukung dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain sensus/ survey industri, tenaga kerja, pertanian, neraca pemerintah, neraca perdagangan dan survey rumahtangga. Permasalahan dalam mengestimasi disagregasi SAM adalah menemukan cara yang tepat dalam sinkornisasi data dan informasi dari berbagai sumber, termasuk data dari tahun-tahun sebelumnya (Robinson, 2000). Model SAM yang dibangun pada tingkat nasional maupun daerah banyak yang masih agregat. Guna memperoleh SAM per tahun dan agregasi yang lebih rinci, dapat dilakukan dengan metode RAS dan metode Cross-Enthrophy (CE). Metode RAS mengasumsikan bahwa estimasi dimulai dari suatu SAM terdahulu yang konsisten dan hanya mengetahui total baris dan kolom. Sebagai pengembangan metode RAS, digunakan metode Cross-Enthropy yang lebih fleksibel dan mampu mengestimasi SAM ketika data tersebar (scattered) dan inkonsisten Metode RAS Metode Bayesian RAS atau disingkat BAYRAS atau lebih sering disebut dengan RAS merupakan metode balancing yang digunakan secara luas dalam Input-Output maupun SAM. Metode ini digunakan bila eksisting matrik hendak diperbaharui (up-date) dari matrik kolom dan baris yang tersedia. Dari matrik A yang lama ( ) dibangun matrik A yang baru ( ) berukuran n x n dengan menggunakan multiplier baris (r) dan kolom (s). Bila matrik transaksi SAM

23 75 adalah T, dimana adalah nilai sel (cell value) yang memenuhi kondisi. Koefisien matrik SAM ( ) dibangun dari matrik transaksi (T) dibagi dengan sel-sel dalam setiap kolom dari T dengan jumlah total kolom yaitu:. (3.61) Pendekatan tradisional yang digunakan untuk membangun suatu matrik baru ( ) dari matrik lama ( ) disebut dengan operasi proporsional ganda (biproportional) baris dan kolom sebagai berikut:..... (3.62) Dalam notasi matrik dinyatakan dengan:... (3.58) dimana ( ) adalah elemen matrik diagonal dan. Metode RAS merupakan suatu algoritma iteratif dari penyesuaian proporsional ganda. Langkah dalam operasi metode RAS adalah: Langkah pertama:.. (3.63) Langkah kedua. (3.64) Seterusnya sampai langkah ke t yaitu: (3.65)

24 76 Proses ini dilakukan secara menerus sampai diperoleh iterasi yang konvergen. Bila langkah-langkah ini diringkas menjadi: ( ) ( ), untuk rank nilai ganjil,...(3.66) ( ) ( ), untuk rank nilai genap.. (3.67) dengan ( ) dan ( ).... (3.68) maka: untuk rank nilai ganjil.... (3.69) untuk rank nilai genap.. (3.70) Metode RAS memiliki keuntungan dalam solusi aplikasinya yang sederhana, namun memiliki beberapa kelemahan yaitu: (1) memiliki pondasi ekonomi yang lemah dan (2) tidak dapat mengakomodasi sumber data lain selain total baris dan kolom. Berdasarkan kelemahan tersebut, peneliti umumnya menggunakan Metode Cross-Enthropy yang lebih fleksibel untuk updating dan balancing model SAM. Namun untuk updating dan balancing tabel Input-Output, metode RAS masih menjadi pilihan Metode Estimasi Cross-Enthropy Pendekatan cross-enthropy pertama sekali di aplikasikan untuk menyeimbangkan SAM oleh Sherman Robinson dan kawan-kawan pada konferensi IFPRI (Robinson, Cattaneo and El-Said, 1998). Proses penyeimbangan (balancing) SAM hingga kini banyak yang dilakukan dengan menggunakan metode Cross-Enthropy (metode CE). Kerangka CE mengacu pada rentang informasi sebelumnya yang lebih luas untuk digunakan secara efisien dalam estimasi (Robinson et al. 1998). Proses tabulasi matrik SAM dilakukan secara

25 77 vertikal dan horizontal. Sisi pengeluaran (expenditure) dari setiap kegiatan ekonomi diisi secara vertikal, dan sisi horizontal untuk sisi penerimaan. Pada awal pengisian, matrik SAM sisi pengeluaran (vertikal) tidak melihat aspek keseimbangan neraca. Dalam penerapan model estimasi CE, terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan determenistik dan pendekatan stokastik. Bila terdapat ketergantungan yang bersifat fungsional antara satu perubah dengan perubah lainnya, maka digunakan pendekatan deterministik. Sementara pendekatan stokastik digunakan bila terdapat ketergantungan yang bersifat random antara satu perubah dengan perubah lainnya (Robinson dan El Said, 2000). Estimasi SAM dalam penelitian ini dilakukan pada tahun tertentu, serta ketergantungan antar sektor yang akan disagregasi bersifat fungsional, maka akan digunakan metode cross-enthropy dengan pendekatan deterministik. Matrik T didefenisikan sebagai matrik transaksi SAM dimana adalah aliran pengeluaran dari neraca kolom j ke neraca baris i yang memenuhi kondisi:... (3.71) Jumlah baris harus sama dengan jumlah kolom, dimana koefisien matrik A dapat dibentuk dari setiap sel pada matrik T dibagi jumlah kolomnya. Dalam bentuk matematis ditulis:.... (3.72) Jarak enthropy antara koefisien matrik yang baru hasil estimasi dengan koefisien matrik sebelumnya diminimumkan untuk memperoleh satu set koefisien matrik yang baru (Robinson et al. 2000). Secara matematis dapat disajikan sebagai berikut:

26 78 dengan kendala :. (3.73).. (3.74) dan (3.75) dimana: = matrik koefisien A sebelumnya = matrik koefisien A yang diestimasi = matrik vektor kolom yang diambil dari total masing-masing neraca. Nilai dan diperoleh dari data yang dikumpulkan. Dalam hal beberapa sel matrik A atau matrik vektor kolom total neraca (Y) tidak tersedia, maka sebagai alternatif digunakan data yang tercantum dalam SAM Indonesia Estimasi dengan metode CE digunakan sehingga diperoleh sebuah matrik SAM yang baru dengan jumlah kolom dan baris yang seharusnya sama. Disebabkan kemungkinan adanya nilai-nilai yang tidak logis menurut kewajaran ekonomi, maka selanjutnya dilakukan koreksi terhadap matrik yang baru dibangun tersebut. Nilai yang tidak wajar tersebut bisa terlalu besar, terlalu kecil atau seyogianya tidak ada, dan selanjutnya dilakukan re-check dengan menggunakan sumber informasi lain yang relevan. Agar syarat keseimbangan tetap terpenuhi, dilakukan kembali perhitungan iterasi dengan menggunakan metode CE. Mungkin saja tahapan iterasi ini dilakukan berulangkali sampai diperoleh keseimbangan pengeluaran dan penerimaan untuk masing-masing neraca.

27 Structural Path Analysis Menurut Defourny dan Thorbecke (1988) dalam Daryanto (2001b) metode dekomposisi yang konvensional tidak mampu untuk menguraikan multiplier ke dalam transaksi komponennya atau untuk mengidentifikasi transaksi dengan menyertakan suatu keterkaitan secara berurutan. Dekomposisi multiplier yang konvensional hanya mampu menguraikan pengaruh-pengaruh dalam dan antara neraca endogen saja. Melalui Structural Path Analysis (SPA) dapat ditelusuri interaksi dalam suatu perekonomian yang dimulai dari suatu sektor tertentu dan berakhir pada sektor tertentu lainnya. Metode SPA mampu menunjukkan bagaimana pengaruh transmisi dari satu sektor ke sektor lainnya secara bersambungan dalam suatu gambar. Di dalam SPA, masing-masing elemen pada multiplier SNSE dapat didekomposisi ke dalam pengaruh langsung, total, dan global. Ini berarti, SPA itu pada dasarnya adalah sebuah metoda yang dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainya dalam suatu sistem sosial ekonomi. Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui sebuah jalur dasar (elementary path) atau sirkuit (circuit) (Prihawantoro, 2001) Disebut jalur dasar apabila jalur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali. Misalkan sektor i mempengaruhi sektor j. Pengaruh dari i ke j dapat terjadi secara langsung, dapat pula terjadi melalui sektor-sektor lain, katakan x dan y. Apabila dalam jalur i ke j tersebut i, x, y, dan j hanya dilalui satu kali, maka hal seperti ini disebut seba gai jalur dasar, contohnya lihat Gambar 8.

28 80 Gambar 9. Jalur Dasar dalam Analisis Jalur Gambar 10. Sirkuit dalam Analisis Jalur Ada kalanya suatu sektor, setelah mempengaruhi sektor yang lain, pada akhirnya akan kembali lagi mempengaruhi sektor itu sendiri. Misalkan pengaruh sektor i ke j ternyata belum selesai. Jika j mempengaruhi z, dan z mempengaruhi i, maka jalur dari i ke x ke y ke j ke z dan kembali ke i disebut sirkuit. Dalam jalur ini setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali i. Sektor i dilalui dua kali, yakni pada awal jalur dan pada akhir jalur, lihat Gambar 9. Pengaruh adalah ukuran yang mencerminkan besarnya dampak pengeluaran dari suatu sektor ke sektor lainnya, dan karenanya menggambarkan

29 81 keeratan hubungan di antara kedua sektor tersebut. Besaran yang dipakai untuk mengukur keeratan hubungan tersebut tergantung pendekatan yang digunakan, apakah pendekatan rata-rata ataukah pendekatan marginal. Oleh karena itu dapat digunakan besaran a ij atau cij. Di dalam metodologi SPA ada tiga elemen penting untuk dibahas, yakni jalur pengaruh langsung (direct influence), pengaruh total (total influence), dan pengaruh global (global influence) (Daryanto, 2001b; Prihawantoro, 2001). Kita akan mendiskusikan ketiga pengaruh tersebut berdasarkan Gambar 10. Gambar 11. Contoh Dua Sektor

30 Pengaruh Langsung Pengaruh langsung (direct influence) dari i ke j (ID i j) menunjukkan perubahan pendapatan atau produksi j disebabkan oleh perubahan satu unit i, selama pendapatan atau produksi pada titik lain (kecuali pada jalur dasar yang dilalu i dari i ke j) tidak mengalami perubahan. Dengan pendekatan rata-rata, pengaruh langsung (ID i j ) dari i ke j adalah : ID (i j) = a ij Gambar 12 menyajikan contoh tentang SPA untuk kasus dua sektor, jalur dasar ini diukur sepanjang garis ij. Ini berarti petani (sektor j) tampak secara langsung membeli bahan bakar dari produsen bahan bakar (sektor i). Karena jalur yang dilalui hanya sekali, ini berarti jalur dasar dari i ke j mempunyai panjang sebesar satu. Setiap kecenderungan pengeluaran rata -rata (average expenditure propensity ), a ij, dapat diinterpretasikan sebagai kekuatan dari pengaruh transmisi dari sektor i ke sektor j. Matriks A n dalam model SNSE dapat dikatakan sebuah matriks pengaruh langsung, yang ditentukan berdasarkan persamaan di atas. Pengaruh langsung dapat juga diukur dengan jalur dasar yang memiliki panjang lebih dari satu. Contohnya, misal kita lihat petani (sektor i) membeli bahan bakar dari pedagang (sektor s) dimana pedagang membeli bahan bakar tersebut dari produsen (sektor j). Karena tampak ada dua busur, berarti jalur dasar dari pengaruh langsung ini mempunyai panjang sebesar dua. Keterkaitan ini dapat dirumuskan sebagai berikut. ID(i, sj ) = a si

31 Pengaruh Total Pengaruh total (total influence) dari i ke j adalah perubahan yang dibawa dari i ke j baik melalui jalur dasar maupun sirkuit yang menghubungkannya. Pengaruh total (IT) merupakan perkalian antara pengaruh langsung (ID) dan penggganda jalur atau path multiplier (M p), yang dapat dirumuskan IT ( i j ) = ID ( i j ) IT ( i j ) = [ ] dimana : [ ] Dalam Gambar 12, IT dijelaskan sepanjang tiga jalur busur, yaitu i x y j. Dengan demikian IT mempunyai jalur dasar sebanyak tiga. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa para petani membeli input obat-obatan dari sektor jasa pedagang besar atau pengecer (y) dimana mereka memperolehnya dari sektor industri obat obatan pertanian (x). Kemudian untuk memproduksi obat-obatan, sektor industri juga membutuhkan input dari produsen bahan bakar (j). Dari serangkaian jalur transaksi tersebut kita melihat adanya pengaruh timbal balik baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk kasus ini pengaruh timbal balik secara langsung dapat terlihat pada jalur x ke y, yang mengindikasikan bahwa pedagang obatobatan (y) secara langsung membeli barang dagangannya dari sektor industri (x). Sedangkan pengaruh timbal balik secara tidak langsung kelihatan pada jalur z ke y dan x ke z, yang menunjukkan bahwa sektor jasa pedagang y) dapat membeli output dari perusahaan yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan (research and development firm) dimana perusahaan ini memperoleh inputnya dari industri kimia (x).

32 Pengaruh Global Pengaruh global (global influence) dari i ke j mengukur keseluruhan pengaruh pada pendapatan atau produksi j yang disebabkan oleh satu unit perubahan i. Pengaruh global (IG) sama dengan pengaruh total (IT ) sepanjang jalur dasar yang saling berhubungan pada titik i dan titik j. Pengaruh global ini dapat diturunkan dengan rumus berikut. dimana : = pengaruh global dari kolom ke i dalam SAM ke baris j, = elemen ke ( j,i ) pada matriks multplier Ma, = pengaruh total dari i ke j, = pengaruh langsung dari i ke j, dan = multiplier sepanjang jalur p. Dalam Gambar 12 titik asal i dan titik tujuan j sama-sama mempunyai tiga jalur dasar. Contohnya ( i, x, y, j ), ( i, s, j ) dan ( i, v, j ). Anggaplah untuk ketiga jalur itu masing-masing kita beri inisial 1, 2 dan 3, maka kita dapat menurunkan pengaruh global dari lintasan itu sebagai berikut. ( ) Akhirnya, dapatlah dikatakan SPA itu telah membuktikan sebagai suatu perangkat yang mampu untuk mengidentifikasi keterkaitan-keterkaitan yang

33 85 paling penting didalam model SNSE yang sangat kompleks. Kesulitan yang utama dalam menggunakan pendekatan SPA ini adalah ketika kita ingin menghitung jalur dasar dalam jumlah yang sangat besar, perhitungannya menjadi lebih rumit dan kompleks. Akan tetapi dengan menggunakan komputer hal itu dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik. Beberapa software komputer yang terse dia untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan semacam itu antara lain Matlab, GAMs, Math, dan lain-lain khususnya yang dapat digunakan untuk pemecahan perhitungan matematik Kerangka Pemikiran Operasional Pulau Kalimantan mempunyai potensi sumberdaya alam yang sangat berlimpah (nonrenewable). Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa pembangunan ekonomi yang didasarkan pada sumberdaya alam tidak dapat diperbaharui tidak akan berkesinambungan dalam jangka panjang, oleh karenanya perlu dicarikan alternatif model pembangunan yang lebih fokus pada pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, dalam rangka menuju pembangunan yang berkelanjutan. Adanya dorongan permintaan di pasar Global serta rencana kebijakan pemerintah mengurangi ketergantungan akan bahan bakar minyak (energi mix) membuat kebutuhan produk pertambangan bukan migas, utamanya batubara di Kalimantan sebagai bahan energi baru akan meningkat. Kondisi ini sudah dipastikan akan meningkatkan PDRB/PDB, APBN melalui pembayaran royalti perusahaan, APBD Kalimantan melalui bagi hasil dan penerimaan langsung dari pembayaran berbagai pajak dan retribusi yang dibayarkan oleh peruhaan tambang dan juga pendapatan perusahaan yang semakin tinggi.

34 86 Dengan semakin tingginya permintaan produksi pertambangan di Kalimantan menyebabkan kebutuhan barang modal (investasi) juga meningkat, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ingin diketahui bagaimana dampak dari adanya kenaikan investasi sektor pertambangan di Kalimantan baik terhadap perekonomian Kalimantan sendiri maupun perekonomian nasional. Untuk mengetahui hal tersebut, sebagai alat analisis dalam penelitian ini menggunakan model IRSAM Kalimantan dan non- Kalimantan. UU Nomor 33 Tahun 2004 APBN Meningkat - Permintaan Dunia - Kebijakan Batubara Nasional Aktivitas Pertambangan Meningkat Kontribusi Pertambangan dalam Perekonomian Meningkat APBD Kalimantan PAD Bagi Hasil SDA Pendapatan Lainnya Pendapatan Perusahaan Investasi/Infrastruktur Pemberdayaan Masyarakat Kebijkan Fiskal IRSAM 2008 (Updating) Infrastruktur dan Pemberdayaan Nasional Regional Kalimantan (Output, TK, dan Distribusi Pendapatan Masyarakat) Spillover effect (Non Kalimantan) Rekomendasi Kebijakan Gambar 12. Kerangka Pemikiran Operasional

35 87 Sesuai dengan hipotesa dari penelitian ini bahwa dampak dari kebijakan peningkatan investasi maupun peningkatan produksi pertambangan di Kalimantan kurang berdampak luas pada perekonomian Kalimantan. Untuk merencanakan perekonomian Kalimantan ke depan yang lebih baik, diperlukan koreksi kebijakan dalam pengelolaan tambang di Kalimantan. Berbagai skenario kebijakan yang akan dicoba disimulasikan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif pengelolaan tambang di Kalimantan menuju pembangunan berkelanjutan. Kerangaka pemikiran dari analisis peran dan dampak peningkatan investasi sektor pertambangan di Kalimantan terhadap perekonomian nasional dan regional disusun dengan skema sebagaimana disajikan pada Gambar Hipotesis Beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Peran pembangunan sektor pertambangan dalam perekonomian Kalimantan cukup tinggi, akan tetapi kurang berdampak pada kesejahteraan masyarakat, diduga akses masyarakat terhadap aktivitas di sektor pertambangan rendah. Rendahnya akses terhadap ekonomi masyarakat menyebabkan nilai tambah pertambangan tidak banyak dinikmati oleh masyarakat di Kalimantan atau terjadi regional leakages. 2. Adanya perluasan aktivitas sektor pertambangan melalui peningkatan investasi di sektor pertambangan diduga kurang berdampak pada perekonomian di Kalimantan, terjadi spillover effect yang tinggi dalam pembangunan sektor pertambangan di Kalimantan.

36 88 3. Terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara pendapatan faktor produksi di sektor pertambangan, diduga pendapatan banyak mengalir ke pemilik kapital dan pendapatan kapital tersebut banyak yang mengalir ke luar wilayah.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan pada penelitian ini dan tahapan-tahapan analisis pada penelitian ini. Diawali dengan penjelasan mengenai sumber data yang akan digunakan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Pulau Kalimantan didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: Pulau Kalimantan sangat kaya akan sumberdaya alam

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran IV. METODOLOGI Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) melalui APBN akan meningkatkan output sektor industri disebabkan adanya efisiensi/

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERNGK PEMIKIRN 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Peningkatan perekonomian suatu wilayah dapat diidentifikasi sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan. Sebagian besar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian tinauan pustaka serta mengacu pada tuuan penelitian, kerangka pemikiran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN 6.1. Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan di Bagian ini akan menganalisis dampak dari peningkatan investasi pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2003

IV. METODE PENELITIAN Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2003 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi 4.1.1. Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 23 Studi ini menggunakan data SNSE Indonesia tahun 23 yang dicirikan dengan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

V. METODE PENELITIAN

V. METODE PENELITIAN V. METODE PENELITIAN 5.. Konstruksi Model IRSAM KBI-KTI Sebagaimana telah diungkapkan dalam Bab terdahulu bahwa studi ini akan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi Antarregional KBI-KTI atau

Lebih terperinci

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA Dampak Transfer Payment (Achmad Zaini) 15 DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA (The Impact of Transfer Payment on Income of Farmers Household

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1 PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati 1 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN III. KERNGK PENELITIN.1. Pemilihan lat nalisis Menyadari posisi penting prasarana transportasi jalan sebagai driving force for economic growth, maka kebutuhan analisis dampak ekonomi pembangunan jalan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka dan kerangka pemikiran yang digunakan, penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap penyerapan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 100 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tahapan Membangun SAM Provinsi Bali Dalam studi ini analisis data dilakukan dari aspek ekonomi regional dengan menggunakan Model Social Accounting Matrix (SAM) atau analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

P U S J A T A N. Muktar Napitupulu 1), Mangara Tambunan 2), Arief Daryanto 3), Rina Oktaviani 4)

P U S J A T A N. Muktar Napitupulu 1), Mangara Tambunan 2), Arief Daryanto 3), Rina Oktaviani 4) DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PEREKONOMIAN PULAU JAWA-BALI DAN SUMATERA (THE IMPACT OF ROAD INFRASTRUCTURE ON ECONOMICS IN JAVA, BALI AND SUMATERA) Muktar Napitupulu 1), Mangara Tambunan 2), Arief

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan suatu hal yang diperlukan dalam setiap penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN Simulasi kebijakan merupakan salah satu cara yang lazim dilakukan untuk mengambil suatu kebijakan umum (public policy). Dalam penelitian ini, dilakukan berberapa skenario

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORETIS

III. KERANGKA TEORETIS III. KERANGKA TEORETIS 3.1. Kerangka Pe mikiran Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1 dan Bab 2 dapat dinyatakan bahwa studi yang membahas tentang pembangunan ekonomi yang melihat peranan

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Abstract

Lebih terperinci

V. PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA PADA PEREKONOMIAN

V. PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA PADA PEREKONOMIAN V. PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA PADA PEREKONOMIAN 5.1. Posisi Pertambangan Batubara Indonesia dalam Pasar Global Seiring dengan semakin meningkatnya harga bahan bakar minyak bumi (BBM) dan semakin

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan 9 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan Suatu wilayah terkait dengan beragam aspek, sehingga definisi baku mengenai wilayah belum ada kesepakatan di antara para ahli. Sebagian ahli mendefinisikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

MERENCANAKAN PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN DENGAN METODOLOGI ANALISIS MODEL SNSE-AR

MERENCANAKAN PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN DENGAN METODOLOGI ANALISIS MODEL SNSE-AR MERENCANAKAN PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN DENGAN METODOLOGI ANALISIS MODEL SNSE-AR Slamet Muljono Teknik Jalan dan Jembatan Madya Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian Pekerjaan Umum dan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI

VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI 6.1. Analisis Multiplier Pembangunan Jalan Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan umumnya membutuhkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2004. Lokasi penelitian adalah provinsi

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan 138 BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA 6.1. Infrastruktur dan Kinerja perekonomian Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI ANALISIS MODEL SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI-AR SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN

METODOLOGI ANALISIS MODEL SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI-AR SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN METODOLOGI ANALISIS MODEL SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI-AR SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN Slamet Muljono Anggota HPJI BPJT Kementerian PUPR s.muljono5810@gmail.com; smuljono@pu.go.id

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN 7.1. Peranan Langsung Sektor Pupuk Terhadap Nilai Tambah Dalam kerangka dasar SNSE 2008, nilai tambah perekonomian dibagi atas tiga bagian

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

Endah Saptutyningsih Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Abstract

Endah Saptutyningsih Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Abstract Jurnal EKONOMI PEMBANGUNAN Kajian Ekonomi Negara Berkembang Hal: 241 263 DAMPAK KONTRAKSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA SESUDAH KRISIS (1999)

Lebih terperinci

KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI JAWA: PENDEKATAN SOCIAL ACCOUNTING MATRIX

KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI JAWA: PENDEKATAN SOCIAL ACCOUNTING MATRIX KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI JAWA: PENDEKATAN SOCIAL ACCOUNTING MATRIX (Economic Sectors Linkages and Income Distribution Analysis in Java: Soocial Accounting Matrix Approach)

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI Lili Masli Politeknik Negeri Bandung Elly Rusmalia H STIE INABA Bandung ABSTRAK Analisis Input Output dalam perencanaan ekonomi dapat menggambarkan: (1)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan besar besaran antarpulau di seluruh Indonesia sudah terjadi sejak jaman penjajahan Hindia Belanda oleh VOC. Kebanyakan perdagangan ini dilakukan oleh ras

Lebih terperinci

DAMPAK PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI RAKHMAT PRABOWO

DAMPAK PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI RAKHMAT PRABOWO DAMPAK PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI RAKHMAT PRABOWO DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Penyusunan I-O antar wilayah Kalimantan Timur wilayah Utara dan Selatan dilatar belakangi oleh pemikiran

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-15 SEKTOR EKONOMI DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (ANALISA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI)

PROSIDING ISSN: M-15 SEKTOR EKONOMI DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (ANALISA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI) M-15 SEKTOR EKONOMI DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (ANALISA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI) Sri Subanti 1), Edy Dwi Kurniati 2), Hartatik 3), Dini Yuniarti 4), Arif Rahman Hakim

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA 8.1. Analisis Simulasi Kebijakan Dalam analisis jalur struktural atau SPA sebelumnya telah diungkap bagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional 2.2 Teori Basis Ekonomi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional 2.2 Teori Basis Ekonomi II TINJAUAN PUSTAKA 2. Pembangunan Regional Kebijaksanaan ekonomi regional ialah penggunaan secara sadar berbagai macam peralatan (instrumen) untuk merealisasikan tujuan-tujuan regional, dan tanpa adanya

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H

PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H 14094006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN STIMULUS FISKAL INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (PENDEKATAN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI)*

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN STIMULUS FISKAL INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (PENDEKATAN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI)* ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN STIMULUS FISKAL INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (PENDEKATAN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI)* Analysis of The Effect of Fiscal Stimulus Policy of Infrastructure to

Lebih terperinci

DAMPAK PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA RAKYAT TERHADAP KEMISKINAN DAN PEREKONOMIAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

DAMPAK PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA RAKYAT TERHADAP KEMISKINAN DAN PEREKONOMIAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR DAMPAK PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA RAKYAT TERHADAP KEMISKINAN DAN PEREKONOMIAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Impacts of Community s Coconut Farm Development on Poverty and Regional Economy of Indragiri

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Trimming pada Analisis Jalur dalam Menentukan Model Kausal Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan

Penggunaan Metode Trimming pada Analisis Jalur dalam Menentukan Model Kausal Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Jurnal Penelitian Sains Edisi Khusus Desember 2009 (A) 09:12-01 Penggunaan Metode Trimming pada Analisis Jalur dalam Menentukan Model Kausal Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional yang dapat dilihat seperti

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional yang dapat dilihat seperti III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Kerangka konseptual dalam penelitian merupakan gambaran dari peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional yang dapat dilihat seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II TINJAUAN PUSTAKA 21 Definisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Hess dan Ross (2000), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode waktu tertentu

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI INTRA DAN INTER REGIONAL KBI-KTI

DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI INTRA DAN INTER REGIONAL KBI-KTI DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI INTRA DAN INTER REGIONAL KBI-KTI Slamet Muljono Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Gedung Bina Marga Lantai 5 Jl. Patimura

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 32 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN

VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN Stimulus ekonomi di sektor agroindustri akan menghasilkan peningkatan output agroindustri. Melalui keterkaitan antar

Lebih terperinci

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerimaan devisa, sektor ini juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis berisi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) BAB 2 Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) Perekonomian tertutup merupakan perekonomian yang tidak mengenal hubungan ekonomi dengan negara lain (seperti ekspor, transaksi impor, transaksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI TINGKAT PROPINSI DI INDONESIA: KASUS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

MEMBANGUN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI TINGKAT PROPINSI DI INDONESIA: KASUS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA MEMBANGUN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI TINGKAT PROPINSI DI INDONESIA: KASUS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Mien Askinatin Socia Prihawantoro Kedeputian Bidang Pengkajian Kebijaksanaan Teknologi Badan Pengkajian

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan memberi informasi serta

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan Revitalisasi Perkeretaapian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan Revitalisasi Perkeretaapian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Kebijakan Revitalisasi Perkeretaapian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi. Sub bab ini akan membahas tentang analisis hasil terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 YUHKA SUNDAYA, 2 INA HELENA AGUSTINA 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan memberi informasi serta

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Information and Communication Technology (ICT), dewasa ini dapat menjadi indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap Perekonomian di Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan

Lebih terperinci