III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian tinauan pustaka serta mengacu pada tuuan penelitian, kerangka pemikiran dalam studi ini secara skematis ditunukkan pada Gambar 6. Menurut konsep perubahan struktural ekonomi dinyatakan bahwa dalam proses pertumbuhan ekonomi akan ditunukkan adanya peralihan dari struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor primer ke struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor sekunder dan tersier. Secara teori dan beberapa studi lainnya ditemukan bahwa dalam perubahan struktural terdapat suatu pola yang menunukkan bahwa pendapatan per kapita, populasi, dan tingkat perdagangan luar negeri berpengaruh secara negatif terhadap penurunan share sektor Pertanian, dan positip terhadap share sektor Industri Pengolahan dan Jasa, baik di sisi output maupun tenaga kera. Jawa Barat, sebagaimana telah dikemukakan di awal, telah mengalami perubahan struktural ekonomi. Apakah perubahan struktural ekonomi Provinsi Jawa Barat sesuai pola tersebut perlu dilakukan penguian. Untuk keperluan ini digunakan model ekonometrik yang dikembangkan dari Chenery dan studi yang mendukungnya. Selanutnya dalam proses pertumbuhan ekonomi, yang menyertakan perubahan struktural ekonomi tersebut, terdapat sumber yang memicu pertumbuhan ekonomi. Secara teori sumber-sumber pertumbuhan dapat diidentifikasi berdasarkan pendekatan IO (Input-Output Model) yang dinyatakan

2 60 sebagai model dekomposisi IO. Sehubungan dengan itu model dekomposisi IO

3 PERTUMBUHAN EKONOMI STRUKTUR EKONOMI YANG DIDOMINASI SEKTOR PRIMER STRUKTUR EKONOMI YANG DIDOMINASI SEKTOR SEKUNDER DAN TERSIER PEREKONOMIAN JABAR POLA SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN KETERKAITAN ANTAR SEKTOR DISTRIBUSI PENDAPATAN MODEL EKONOMETRIK MODEL EKOMPOSISI IO MODEL SAM POLA? SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN? KETERKAITAN ANTAR SEKTOR? DISTRIBUSI PENDAPATAN? R E K O M E N D A S I K E B I J A K A N Gambar 6. Kerangka Pemikiran

4 83 tersebut digunakan untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan yang menyertakan perubahan struktural ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Perubahan struktural ekonomi yang teradi ditunukkan secara alamiah oleh relatif lebih besar share kontribusi sektor Industri Pengolahan dan Jasa terhadap perekonomian, baik dari sisi output maupun tenaga kera. Kontribusi sektor tersebut menadi lebih bermakna apabila memiliki tingkat keterkaitan yang kuat dengan sektor Pertanian. Selain itu dalam perubahan struktural ekonomi tersebut diikuti uga oleh tingkat distribusi pendapatan yang lebih merata antar golongan rumahtangga. Secara teori tingkat keterkaitan antar sektor dan distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga dapat diidentifikasi melalui model SAM (Social Accounting Matrix Model). Sehubungan dengan itu model SAM digunakan untuk melihat tingkat keterkaitan antar sektor dan distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga di Provinsi Jawa Barat Model Ekonometrik Chenery dan Taylor (1968) dalam Budiharsono (1996) menggunakan pendekatan ekonometrik yang berbentuk persamaan tunggal dalam memprediksi pola perubahan struktural ekonomi. Berdasarkan data silang (cross section) dalam model tersebut dinyatakan tiga persamaan sebagai berikut : Ln X i = a + b 1 LnY + b 2 (Ln Y) 2 + g Ln N + s Ln I + i 1 Ln ep + i 2 Ln em Ln X i = a + b 1 Ln Y + b 2 (Ln Y) 2 + d Ln N Ln X i =a + b Ln Y + g Ln N. (3.1) Sedangkan untuk data seri waktu (time series) digunakan model sebagai berikut : Ln X i =a + b Ln Y... (3.2) dimana :

5 X i = kontribusi sektor i terhadap PDB dalam persentase Y = PDB per kapita N = umlah penduduk I = kontribusi pembentukan modal tetap bruto terhadap PBD (I/PDB) ep = kontribusi ekspor sektor primer terhadap PDB (ep/pdb) em = kontribusi eskpor sektor manufaktur terhadap PDB (em/pdb) i = 1, 2, 3 berturut-turut sektor primer (Pertanian dan Pertambangan), sektor industri (Industri Pengolahan dan Bangunan) dan sektor Jasa (sektor selain sektor primer dan sektor industri). Selanutnya Chenery dan Syrquin (1975) dalam Budiharsono (1996) mengembangkan model dalam memprediksi pola perubahan struktural ekonomi tersebut dengan menambahkan variabel periode waktu dan membagi sektor ekonomi dalam 4 sektor. Berdasarkan data silang (cross section) dalam model tersebut dinyatakan dua persamaan sebagai berikut : 84 X i = a + b 1 LnY + b 2 (Ln Y) 2 + g 1 Ln N + g 2 (Ln N) 2 + e t T i X i = a + b 1 LnY + b2 (Ln Y) 2 + g 2 Ln N + g 2 (Ln N) 2 + e t T i + e i F (3.3) Sedangkan berdasarkan data seri waktu dinyatakan model sebagai berikut : dimana : X i = a + b 1 LnY + b 2 (Ln Y) 2 + e t T i + e i F (3.4) T i = periode waktu i = 1, 2, 3, 4 berturut-turut sektor primer (Pertanian dan Pertambangan), sektor industri (Industri Pengolahan dan Bangunan), sektor utilitas (Listrik, Gas, Air Minum dan Pengangkutan dan Komunikasi) dan sektor asa (sektor selain sektor primer, sektor industri dan sektor utilitas) Model Dekomposisi IO Mencatat output bruto sebagai bentuk keseimbangan dasar dalam perhitungan IO dari setiap sektor i adalah sebagai berikut : X i = W + F + E M (3.5) i i i i

6 85 dimana : X i = output bruto dari sektor i W i = permintaan antara terhadap output dari sektor i F i = permintaan akhir terhadap output dari sektor i Ei = permintaan ekspor terhadap output dari sektor i M i = impor dari sektor i Kemudian dari persamaan model IO (3.5) dapat dituliskan dalam notasi matriks sebagai berikut : atau X = W + F + E - M. (3.6) X + M = W + F + E. (3.7) Selanutnya persamaan (3.7) dapat dibagi dalam dua bagian : X d d = W + F + E. (3.8) dimana : M + W d F d m m = W F. (3.9) = input antara domestik = permintaan akhir domestik W m = impor input antara F m = impor permintaan akhir Mengasumsikan bahwa terdapat koefisien tetap u w, u f, m w dan m f dan didefinisikan sebagai berikut : u u m m w f w f d = W / W (3.10) d = F / F (3.11) m = W / W (3.12) m = F / F (3.13) Dengan demikian produksi domestik dan impor sebagaimana ditunukkan dalam persamaan (3.8) dan (3.9) dapat dituliskan sebagai berikut :

7 86 X M w f = u W + u F + E. (3.14) w f = m W + m F. (3.15) dimana : u w u f m w m f = matriks diagonal dari rasio tetap dari permintaan antara domestik terhadap total permintaan antara = matriks diagonal dari rasio tetap dari permintaan akhir domestik terhadap total permintaan akhir = matriks diagonal dari rasio tetap dari impor permintaan antara terhadap total permintaan antara = matriks diagonal dari rasio tetap dari impor permintaan akhir terhadap total permintaan akhir Mengasumsikan bahwa input antara dibutuhkan untuk menghasilkan output dengan proporsi yang tetap, permintaan input antara bagi setiap sektor i dapat dituliskan sebagai fungsi dari inputnya sendiri dan diperlihatkan : dimana : W a X.. (3.16) i = X i = i X i = penggunaan antara dari output i oleh sektor a i = koefisien input-output Jika A menunukkan matrik koefisien input-output maka matrik permintaan antara, W, dituliskan : dihasilkan : W = AX (3.17) Menyusun kembali persamaan (3.14) dan memecahkan bagi output X akan X = (I u w A) 1 (u f F + E)... (3.18) menyatakan R = (I- u w A) -1 sehingga diperoleh dari persamaan (3.18) : f X = R(u F + E).... (3.19)

8 87 ini merupakan persamaan sebagai titik awal untuk analisis dekomposisi yang akan digunakan sebagai suatu kerangka umum untuk analisis sumber-sumber pertumbuhan terkait dengan perubahan struktural ekonomi Model SAM Model SAM (Social Accounting Matrix Model) merupakan perluasan dari model I-O (Input-Output Model), dimana model ini memotret perekonomian pada suatu waktu tertentu. Ruang lingkup model SAM auh lebih luas dan terperinci dibandingkan dengan model Input-Output (IO). Model IO hanya menyaikan arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke sektor faktor produksi, rumahtangga, pemerintah, perusahaan dan luar negeri, sedangkan dalam model SAM hal-hal tersebut didisagregasi secara lebih rinci. Misalnya, rumahtangga dapat didisagregasi berdasarkan tingkat pendapatan atau kombinasi dari tingkat pendapatan dan lokasi pemukiman, dan seterusnya. Di samping itu dalam model SAM dapat dimasukkan beberapa variabel makroekonomi, seperti: paak, subsidi, modal dan sebagainya, sehingga model SAM dapat menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca. Keunggulan lain dari model SAM dibanding model IO adalah bahwa model SAM mampu menggambarkan arus distribusi pendapatan dalam perekonomian. Sama halnya dengan model IO, model SAM uga merupakan sebuah matrix buursangkar yang terdiri atas kolom dan baris. Kolom menelaskan transaksi pengeluaran dan baris menelaskan transaksi penerimaan. Total nilai transaksi pada kolom harus sama dengan total nilai transaksi pada baris agar syarat keseimbangan terpenuhi (Sadoulet dan de Janvry, 1995).

9 Kerangka Sederhana Model SAM Tabel 3 menunukkan kerangka sederhana dan komprehensif dari model SAM. Kerangka model SAM tersebut dapat dielaskan secara langsung dengan mengamati aliran transaksi yang disaikan Gambar 7. Nerca Endogen Tabel 3. Skema Sederhana SAM Faktor Produksi 1 Institusi 2 Pengeluaran Neraca Endogen Neraca Faktor Sektor Total Institusi Eksogen Produksi Produksi T 11 0 T 21 Alokasi pendapatan faktor ke institusi T 31 T 12 0 T 22 Transfer antar institusi T 32 T 13 Distribusi nilai tambah T 32 0 T 33 X 1 Pendapatan faktor prod. dari LN X 2 Transfer dari luar negeri (LN) X 3 Y 1 Distribusi pendapatan faktorial Y 2 Distribusi pendapatan institusional Y 3 Pendapatan Sektor Produksi 3 0 Permintaan domestik Permintaan antara Ekspor dan investasi Total output menurut faktor produksi Neraca Eksogen Jumlah neraca lainnya 4 L 1 Alokasi pendaatan faktor ke luar negeri L 2 Tabungan pemerintah, swasta dan rumah tangga L 3 Impor dan paak tidak langsung X 4 Trasfer lainnya Y 4 Total pend. neraca lainnya Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Total 5 Jumlah pengeluaran faktor produksi Sumber : Thorbecke, 1988 Jumlah pengeluaran institusi Total Input Jumlah pengeluaran lainnya

10 89 Value Added Pasar Faktor Produksi Paak Tabungan Aktivita Perusahaan Pemerintah Aktivitas Produksi Konsumsi Antara Penualan Transfer Pasar Komoditas Barang Akhir Impor Paak tak Langsung Rest of Ekspor Transfer Keseimbangan Neraca Eksternal Tarif Gambar 7. Aliran Pendapatan dalam Perekonomian Sumber : Round, 2003 Keutamaan perekonomian agregat dapat dipastikan secara langsung dari kerangka makro SAM. Oleh karenanya, penciptaan nilai tambah oleh aktivitas produksi domestik yang menghasilkan GDP ditemui dalam sel (3, 2), pengeluaran konsumsi akhir oleh rumahtangga disaikan dalam sel (1, 4) dan seterusnya. Hal tersebut membedakan aktivitas produksi dari komoditaskomoditas yang mereka hasilkan. Ini berarti bahwa aktivitas-aktivitas tersebut berasal dari dua komponen Tabel IO, yaitu : matriks penggunaan komoditas dan matriks penawaran komoditas (Round, 2003). Berdasarkan skema sederhana model SAM Tabel 3, dapat dirumuskan persamaan matriks umum pendapatan dan pengeluaran neraca endogen :

11 90 Y = T + X... (3.20) Secara rinci distribusi pendapatan neraca endogen dapat dinyatakan : Y 1 = T 13 + X 1... (3.21) Y 2 = T 21 + T 22 + X (3.22) Y 3 = T 32 + T 33 + X (3.23) Sementara itu persamaan distribusi pendapatan neraca eksogen dinyatakan : Y 4 = L 1 + L 2 + L 3 + X 4 (3.24) Selanutnya persamaan matriks umum distribusi pengeluaran neraca endogen dapat dinyatakan : Y = T + L (3.25) Secara rinci distribusi pengeluaran neraca endogen dapat dinyatakan : Y 1 = T 21 + L 1.. (3.26) Y 2 = T 22 + T 32 + L 2 (3.27) Y 3 = T 13 + T 33 + L 3 (3.28) Sementara itu persamaan distribusi pengeluaran neraca eksogen dinyatakan sebagai : Y 4 = X 1 + X 2 + X 3 + X 4. (3.29) Analisis Pengganda SAM Analisis pengganda di dalam model SAM dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu : pengganda neraca (accounting multiplier) dan pengganda harga tetap (fixed price multiplier). Analisis pengganda neraca pada prinsipnya sama dengan pengganda dari Leontief Inverse Matrix yang diuraikan dalam model IO. Ini berarti semua analisis pengganda yang terungkap pada model IO seperti own multiplier, other linkage multiplier dan pengganda total dapat uga

12 91 diterapkan dalam analisis SAM. Sedangkan analisis pengganda harga tetap menurus pada analisis respon rumahtangga terhadap perubahan Neraca Eksogen yang memperhitungkan expenditure propensity (Isard et al., 1998). Selanutnya ika besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, A i, dianggap sebagai perbandingan antara pengeluaran sektor ke- untuk sektor ke-i dengan total pengeluaran ke- (Y ), maka : A i = T i / Y. (3.30) atau dalam bentuk matriks adalah : 0 0 A13 A = A21 A22 0 (3.31) 0 A 32 A33 Apabila persamaan (3.20) dibagi dengan Y, maka diperoleh : Y/Y = T/Y + X/Y. (3.32) Selanutnya persamaan (3.30) disubsitusikan ke persamaan (3.32) sehingga menadi : I = A + X/Y I A = X/Y (I A)Y = X Y = (I A) -1 X. (3.33) Jika, M a = (I A) -1 maka, Y = M a X (3.34) dimana A adalah koefisien-koefisien yang menunukkan pengaruh langsung (direct coefficients) dari perubahan yang teradi pada suatu sektor terhadap sektor lainnya. Sementara itu M a adalah pengganda neraca yang menunukkan pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya dari seluruh sistem SAM.

13 92 Pyatt and Round (1985) melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca tersebut, dimana hasilnya dalam bentuk multiplikatif : M a = M a3 M a2 M a1 (3.35) atau secara aditif dapat ditulis : M a = I + M a1 - I + (M a2 -I) M a1 + (M a3 - I) M a2 M a1 (3.36) Secara berurutan matriks M a1, M a2, dan M a3 dapat dielaskan sebagai berikut. Pertama, M a1 disebut sebagai pengganda transfer yang menunukkan pengaruh dari satu blok neraca pada dirinya sendiri, yang dirumuskan : M a1 = (I A 0 ) 1 (3.37) dimana, A = 0 A (3.38) 0 0 A 33 sehingga, M a 1 = 0 (1 A22 ) 0 (3.39) (1 A 33) Kedua, M a2 adalah pengganda open loop atau cross effect yang menunukkan pengaruh langsung dari satu blok ke blok lain. Dalam hal ini M a2 dirumuskan : M a2 = (I + A * + A *2 ) (3.40) dimana A * = (I A 0 ) -1 (A A 0 ) Oleh karena : A * 13 = A 13 A * 21 = (I A 22 ) -1 A 21 A * 32 = (I A 33 ) -1 A 32

14 93 maka M a2 dapat ditulis sebagai berikut : * * * 1 A 13 A 32 A 13 * * * M a 2 = A 21 1 A 21A 13 (3.41) * * * A A A 1 Proses pengganda open loop antar blok tersebut disaikan pada Gambar 8. Dari Gambar 8 dapat dielaskan bahwa berawal dari peningkatan (ineksi) permintaan ekspor (X 3 ) akan meningkatkan output yang berhubungan dengan blok aktivitas produksi (Y 3 ) akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi (Y 1 ) dengan nilai pengganda sebesar A 13. Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan mempengaruhi pendapatan pada blok institusi (Y 2 ) dengan nilai pengganda sebesar A * 21. Selanutnya peningkatan pendapatan blok institusi akan berpengaruh terhadap pendapatan blok produksi dengan nilai pengganda sebesar A * 32. Apabila ineksi berawal dari peningkatan pendapatan blok faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X 1 ) akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A * 21 dan selanutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda A * 32. Peningkatan pendapatan pada blok aktivitas produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda sebesar A 13. Y 3 Aktivitas Produksi (I-A 33) -1 X 3 X 3= permintaan ekspor A * 32=(I-A 33) -1 A 32 A * 13=A 13 Y 2 Distribusi pendapatan institusi A * 21=(I-A 22) -1 A 21 Y 1 Distribusi pendapatan faktor produksi

15 94 Gambar 8. Proses Pengganda antara Neraca Endogen SAM Sumber : Thorbecke, 1998 Terakhir, apabila ineksi berawal dari peningkatan pendapatan blok nonfaktor produksi yang berasal dari luar negeri (X 2 ) akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda sebesar A * 32 dan selanutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda A 13. Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A * 21. Ketiga, M a3 merupakan closed loop yang menunukkan pengaruh dari satu blok ke blok lain, kemudian kembali pada blok semula. Dalam bentuk matriks M a3 dapat ditulis sebagai berikut : M a3 = (I A* 3 ) -1.(3.42) Persamaan (3.38) secara rinci dapat ditulis sebagai berikut : * * * 1 (1 A 13A 32A 32 ) 0 0 * * * 1 M a 3 = 0 (1 A 13A 32A 32 ) 0 (3.43) * * * (1 A 13A 32A 32 ) Dekomposisi pengganda neraca tidak hanya dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata, melainkan uga dengan pendekatan

16 marinal. Untuk hal ini dibutuhkan sebuah matriks yang disebut marginal expenditure propensities yang dinotasikan dengan C. Matriks C dibentuk berdasarkan asumsi harga tetap, sehingga pengganda yang diperoleh dengan cara ini seringkali disebut pengganda harga tetap. Pada dasarnya antara matriks C dan matriks A tidak auh berbeda. Kalau matriks A diperoleh dari rata-rata pengeluaran, sedangkan matriks C diperoleh dari marinalnya, atau : C = T/ Y (3.44) Secara rinci ditulis sebagai : C = C21 C22 0. (3.45) 0 C 32 C33 karena Y = T + X, maka : Y = T + X.. (3.46) dengan demikian : atau Y = C T + X Y = (I C) -1 X. (3.47) Y = M c X. (3.48) dimana M c adalah pengganda harga tetap, yang selanutnya dapat didekomposisi ke dalam M c1 (pengganda transfer), M c2 (open loop mutiplier), dan M c3 (closed loop pengganda), sehingga : M c = M c3 M c2 M c1... (3.49) Bentuk matrix M c3, M c2, M c1 sama seperti pada matriks dekomposisi sebelumnya, hanya saa yang digunakan disini adalah marinal pengeluaran. 95

17 Metode Structural Path Analysis Kerangka SAM menyaikan suatu tambahan penting dan mengeneralisasi model input-output ketika model SAM menangkap sirkulasi ketergantungan karakteristik berbagai sistem ekonomi antara (a) aktivitas produksi, (b) distribusi pendapatan faktorial, dan (c) distribusi pendapatan antara institusi (khususnya perbedaan antara kelompok sosial ekonomi rumahtangga), yang menentukan pola pengeluaran institusi. Efek global (langsung dan tidak langsung) ineksi dari peubah-peubah eksogen terhadap peubah-peubah endogen ditangkap, dengan fixed price dan constrained multiplier. Namun demikian, multipliers tersebut tidak mengklarifikasi black box, yakni mekanisme respon perilaku dan struktural terhadap efek global tersebut. Berpiak dari suatu kebiakan, pengetahuan tentang magnitude (besaran) multiplier adalah penting, tetapi menadi lebih berarti ika dilengkapi dengan structural path analysis (SPA) yang mengindifikasi keragaman lintasan dari suatu ineksi tertentu. SPA adalah metode untuk mengidentifikasi seluruh aringan yang berisi alur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu sistem sosial ekonomi. Dengan demikian, metode SPA membuka black box yang tidak dapat dielaskan oleh besaran multiplier (Defourny and Thorbecke, 1988, dan Thorbecke and collaborators, 1992 dalam Isard et al., 1998). Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya dapat melalui: sebuah alur dasar (elementary path), yakni apabila alur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali, dan alur sirkuit (circuit), yakni apabila suatu sektor setelah mempengaruhi sektor yang lain akan kembali lagi mempengaruhi sektor itu sendiri. Gambar 9 dan 10 berturut-turut menyaikan contoh alur dasar dan sirkuit.

18 97 x y atau a yx a i a xi a y i (a) i (b) Gambar 9.JalurDasar x a yx y a y a xi i a iz Gambar 10. Jalur Sirkuit z a z Berdasarkan Gambar 9, pengaruh sektor i terhadap sektor dapat teradi secara langsung, dan dapat pula melalui sektor-sektor lain, seperti x dan y. Apabila dalam alur sektor i ke sektor tersebut, sektor i, sektor x, sektor y dan sektor hanya dilalui satu kali, maka alur seperti ini disebut sebagai alur dasar. Gambar 10 menyaikan alur sirkuit, yakni pengaruh dari sektor i ke sektor x, yang diteruskan ke sektor y, ke sektor, ke sektor z dan kembali ke sektor i. Dalam alur ini setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali sektor i yang dilalui dua kali, yakni pada awal dan akhir alur. Selanutnya berdasarkan Gambar 9 dan 10, besarnya pengaruh satu sektor ke sektor lainnya atau keeratan hubungan antara dua sektor menggunakan ukuran kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure propensity), alternatif lainnya dapat menggunakan ukuran kecenderungan pengeluaran marinal (marginal expenditure propensity). Pengaruh sektor i ke sektor dengan

19 98 menggunakan pendekatan kecenderungan pengeluaran rata-rata disimbol dengan a i, sementara itu dengan menggunakan pendekatan kecenderungan pengeluaran marginal disimbol dengan c i. Dalam penelitian ini besarnya pengaruh suatu sektor ke sektor lainnya menggunakan pendekatan kecenderungan pengeluaran rata-rata. Konsep pengaruh (influence) dalam analisis structural path analysis ada tiga enis, yakni pengaruh langsung (direct influence), pengaruh total (total influence) dan pengaruh global (global influence) (Isard et al., 1998). 1. Pengaruh Langsung Pengaruh langsung dari sektor i terhadap sektor ditransmisikan melalui alur dasar (elementary path) adalah perubahan pendapatan atau produksi yang ditransmisikan ke sektor oleh perubahan pendapatan atau produksi di sektor i sebesar 1 (satu) satuan. Pengaruh langsung dapat diukur sepanang alur dasar yang berisi satu panah maupun lebih dari satu panah. Untuk kasus satu panah (Gambar 9a), pengaruh langsung (I D ) sektor i terhadap sektor disepanang panah (i,) dapat dinyatakan dengan rumus: I = D ( i ) a i... (3.50) dimana I menyatakan besarnya (intensitas) pengaruh, superscript D mengindikasikan pengaruh tersebut adalah langsung, dan a i adalah elemen matriks kecenderungan mengkonsumsi rata-rata, A n. Untuk kasus alur dasar yang berisi lebih dari satu panah (Gambar 9b), pengaruh langsung sekto i terhadap sektor dapat dinyatakan dengan rumus: I = a D ( i ) xia yxa y.... (3.51) 2. Pengaruh Total

20 99 Pengaruh total menangkap pengaruh langsung sepanang alur dan pengaruh tidak langsung alur sirkuit yang berhubungan dengan alur tersebut. Pada suatu alur dasar tertentu p=(i,..., ) dengan awal sektor i dan berakhir pada sektor, pengaruh total adalah pengaruh yang ditransmisikan dari sektor i ke sektor disepanang alur dasar p memasukkan semua efek tidak langsung. Gambar 11 menyaikan alur dasar p=(i, x, y, ) seperti pada Gambar 8b dan ditambahkan secara eksplisit alur sirkuit. a xi x a yx a xy y a y i a zy a xz Gambar 11. Jalur Dasar Termasuk Jalur Sirkuit z Berdasarkan Gambar 11, pengaruh langsung antara sektor i dan sektor y adalah a xi a yx yang kemudian ditransmisikan kembali dari sektor y ke sektor x melalui dua loop, loop pertama menciptakan suatu pengaruh a xi a yx a xy dan loop kedua menciptakan suatu pengaruh a xi a yx a zy a zx. Arus balik (feedback) bersama- sama dari kedua loop menghasilkan dampak (a xi a yx )(a xy + a zy a xz ). Dampak ini kemudian ditransmisikan kembali dari sektor x ke sektor y. Proses ini menghasilkan suatu series (a squence of rounds) antara sektor x dan sektor y sebagai berikut: a xi xi a yx yx 2 3 ( 1+ a ( a + a a ) + [ a ( a + a a )] + [ a ( a + a a )] +...)= yx xy zy xz [ 1 a ( a + a a )] 1 yx yx zy xz yx xy a a... (3.48) zy xz yx xy zy xz

21 100 Unsur sebelah kiri dari persamaan (3.48) adalah suatu geometric series dengan a ix, a yx, a xy, a zy, a xz < 1. Besaran dari geometric series tersebut diekspresikan pada unsur sebelah kanan. Dengan mengalikan persamaan (3.48) dengan a y diperoleh pengaruh total di sepanang dilintasan dengan rumus sebagai berikut: [ a ( a a a )] 1 I... (3.52) T ( i ) p = axiayxa y 1 yx yx + zy xz dimana a a a menyatakan pengaruh langsung, sedangkan 1 a ( a + a a ) xi yx y [ ] 1 menyatakan pengganda lintasan (path multiplier) M p. Dengan demikian persamaan (3.54) dapat dinyatakan sebagai: T D I ( i ) p = I ( i ) pm p... (3.53) yx yx zy xz 3. Pengaruh Global Pengaruh global atau global influence (IG) dari simpul i ke simpul, mengukur dampak total pada pendapatan atau output dari simpul yang diakibatkan perubahan satuan unit pada pendapatan atau output di simpul i. Pengaruh global memiliki nilai yang sama dengan penumlahan dari seluruh pengaruh total sepanang alur dasar yang menghubungkan simpul i dan simpul. Pengaruh global ditangkap dengan mereduksi bentuk Model SAM sebagai berikut: dy 1 ( I A df M df ) n = n = )... (3.54) a dengan m ai adalah elemen matriks fixed price multiplier Ma, dapat ditangkap efek-efek secara penuh dari ineksi variabel eksogen df i terhadap variabel endogen. Dengan demikian dapat dinyatakan sebagai: I = G ( i ) mai... (3.55)

22 101 dan matriks M a =(I - A n ) -1 disebut matriks pengaruh global. Penting untuk memahami secara elas perbedaan antara pengaruh global dan pengaruh langsung. Ada dua perbedaan fundamental antara pengaruh global dan pengaruh langsung, yakni: Pertama, pengaruh global menangkap pengaruh langsung yang ditransmisikan oleh seluruh alur dasar yang menghubungkan dua simpul yang ada. Untuk simpul tertentu, misalnya simpul i dan, dampak suatu ineksi mempengaruhi output atau pendapatan dari i terhadap output atau pendapatan pada semua alur dari simpul awal i dan simpul akhir. Sementara itu, pengaruh langsung ditransmisikan dari simpul i ke simpul pada disepanang alur dasar pada simpul awal dan akhir yang sama, adalah sama dengan umlah pengaruh langsung yang ditransmisikan pada setiap alur dasar. Kedua, pengaruh global merupakan akumulasi hasil dari seluruh dampak dan imbas balik dari adanya sirkuit dalam grafik dan merupakan umlah pengaruh total dari seluruh alur dasar yang melalui simpul i dan simpul. Untuk memperelas makna dari pengaruh global, Gambar 12 menelaskan Jalur dasar dan dilengkapi dengan alur sirkuit. i a xi x a xz a yx a xy y a zy a y a vi a si z s a s v a v a vv Gambar 12. Jaringan Jalur Dasar dan Jalur Sirkuit yang Menghubungkan Simpul i dan

23 102 Dari Gambar 12, terdapat empat alur dasar yang memiliki asal dan arah tuuan yang sama dari i ke, yaitu: (i,), (i,x,y,), (i,s,) dan (i,v,). Sebagai penyederhanaan, alur pertama disimbolkan dengan angka 1 dan alur berikutnya sebagai 2, 3, dan 4. Berdasarkan Gambar 12 ini, pengaruh global dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: I G ( i ) = m ai = I = I = I = I T ( i, x, y, ) T ( i )1 D ( i )1 D ( i )1 + I + I 1 1 T ( i, s, ) T ( i )2 M + a a M + I si + I s D ( i ) 2 + I T ( i, v, ) T ( i )3 + ( a a ) M 2 vi v + I ( I a D ( i )3 M 3 ) 1 vv... (3.56) Secara umum, pengaruh global yang menyatakan hubungan antara dua simbol pada suatu struktur dapat didekomposisi ke dalam suatu series pengaruh total yang ditransimisikan pada setiap alur dan seluruh alur dasar simpul i dan, yakni: dimana, n n G T T ( i ) = mai = I ( i ) = p I ( i ) M p p... (3.57) p= 1 p= 1 I I G (i ) = Pengaruh global dari kolom ke-i dalam matriks SAM menuu baris ke- m ai = elemen ke (,i) dari matriks pengganda neraca M a I T (i ) = Pengaruh total dari i ke I D (i ) = Pengaruh langsung dari i ke M p = Pengganda alur sepanang alur p Seperti telah dielaskan sebelumnya bahwa analisis multipliers semata tidak menelaskan mekanisme respon perilaku dan struktural terhadap efek global, yang berarti ada black box. Metode SPA membuka black box yang tidak dapat dielaskan oleh besaran multiplier (Defourny and Thorbecke, 1988, and

24 103 Thorbecke and collaborators, 1992 in Isard et al., 1998). Namun demikian, masalah utama berkaitan SPA adalah banyaknya alur yang perlu diidentifikasi dalam perekonomian secara keseluruhan (Sonis, Hewings dan Lee, 1994). Dalam studi ini, pembahasan hasil SPA difokuskan pada simpul awal adalah adanya ineksi terhadap elemen utama sektor-sektor potensial yang memberikan dampak terhadap penerimaan institusi melalui alur-alur tertentu Estimasi SAM dengan Metode Cross-Entropy Model SAM yang dibangun pada tingkat nasional maupun daerah uga banyak yang masih sangat agregat. Untuk mendapatkan SAM per tahun dan yang didisagregasi secara lebih rinci dapat dilakukan dengan metode RAS dan Cross- Entropy (CE). Metode CE merupakan perluasan dari metode RAS, dimana metode CE lebih fleksibel dan unggul untuk mengestimasi SAM ketika data adalah scattered (tersebar) dan tidak konsisten. Kerangka CE mengacu pada rentang informasi terdahulu yang lebih luas untuk digunakan secara efisien dalam estimasi (Robinson et al., 1998). Mengacu pada pemikiran tersebut, maka dalam dalam penelitian akan digunakan metode CE. Pendekatan yang digunakan model CE adalah : pendekatan deterministik dan stokastik. Pendekatan deterministik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat fungsional antara satu variabel dengan variabel lainnya. Pendekatan stokastik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat random antara satu variabel dengan variabel lainnya (Robinson et al., 1998; Robinson dan El-Said, 2000). Sesuai dengan kepentingan penelitian maka metode CE dengan pendekatan deterministik yang akan digunakan.

25 104 Langkah pertama mengestimasi SAM menggunakan metode CE dengan pendekatan deterministik adalah mendefinisikan matriks T sebagai suatu matriks transaksi SAM, dimana t i adalah aliran pengeluaran dari neraca kolom ke naraca baris i yang memenuhi kondisi : kolom ( y = t = t (3.58) i i i Pada suatu SAM, setiap umlah baris ( y i ) harus sama dengan umlah * y ), dimana koefisien matriks A dapat dibentuk dari setiap sel pada matriks T dibagi dengan umlah kolomnya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : ti A i =. (3.59) y Kullback dan Leibler (1951) mengaplikasikan ukuran arak cross-entropy antara dua distribusi probabilitas dalam mengestimasi SAM. Hal ini dilakukan untuk memperoleh satu set koefisien matrik yang baru (A) dengan cara meminimumkan arak cross-entropy antara koefisien matriks yang baru dengan koefisien matriks sebelumnya (A). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : min I { A} i Ai ln i Ai = A Dengan kendala: ln Ai Ai ln A. (3.60) = Ai * * A i y = yi... (3.61)

26 105 A = 1 dan 0 A 1... (3.62) i i 3.2. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pola perubahan struktur ekonomi di Provinsi Jawa Barat dari aspek output dan tenaga kera konsisten dengan teori dan studi-studi yang mendukungnya. 2. Pola perubahan struktur ekonomi dari aspek distribusi pendapatan menunukkan kesenangan yang semakin melebar antar berbagai golongan rumahtangga. 3. Sumber-sumber pertumbuhan output didominasi oleh permintaan akhir domestik dan ekspor barang dan asa. 4. Sumber-sumber pertumbuhan tenaga kera didominasi oleh intensitas tenaga kera dan teknologi. 5. Keterkaitan baik ke belakang maupun ke depan sektor Industri Pengolahan lebih kuat.

27 6. Terdapat beberapa sektor yang termasuk dalam sektor Pertanian dan Jasa sebagai sektor yang potensial secara ekonomi. 7. Sektor yang termasuk dalam sektor Pertanian dan Jasa sebagai sektor yang potensial secara ekonomi memiliki kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan penyerapan tenaga kera apabila diberikan stimulus ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERNGK PEMIKIRN 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Peningkatan perekonomian suatu wilayah dapat diidentifikasi sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan. Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan pada penelitian ini dan tahapan-tahapan analisis pada penelitian ini. Diawali dengan penjelasan mengenai sumber data yang akan digunakan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka dan kerangka pemikiran yang digunakan, penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap penyerapan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2003

IV. METODE PENELITIAN Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2003 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi 4.1.1. Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 23 Studi ini menggunakan data SNSE Indonesia tahun 23 yang dicirikan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Ekonomi wilayah dalam satu negara merupakan ekonomi terbuka dan interaksi ekonomi antarwilayah berlangsung tanpa hambatan apapun. Dalam kaitan

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 100 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tahapan Membangun SAM Provinsi Bali Dalam studi ini analisis data dilakukan dari aspek ekonomi regional dengan menggunakan Model Social Accounting Matrix (SAM) atau analisis

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) M-4 PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Rai Rake Setiawan 2), Muhammad Safar Nasir 3), Suripto 4), Uswatun Khasanah 5) 1,2,3,4,5) Prodi

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORETIS

III. KERANGKA TEORETIS III. KERANGKA TEORETIS 3.1. Kerangka Pe mikiran Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1 dan Bab 2 dapat dinyatakan bahwa studi yang membahas tentang pembangunan ekonomi yang melihat peranan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran IV. METODOLOGI Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) melalui APBN akan meningkatkan output sektor industri disebabkan adanya efisiensi/

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2004. Lokasi penelitian adalah provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Mita Adhisti 2), Rifki Khoirudin 3), Lestari Sukarniati 4), Suripto 5) 1,2,3,4,5) Prodi Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1 PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati 1 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan 9 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan Suatu wilayah terkait dengan beragam aspek, sehingga definisi baku mengenai wilayah belum ada kesepakatan di antara para ahli. Sebagian ahli mendefinisikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan suatu hal yang diperlukan dalam setiap penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan 138 BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA 6.1. Infrastruktur dan Kinerja perekonomian Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN III. KERNGK PENELITIN.1. Pemilihan lat nalisis Menyadari posisi penting prasarana transportasi jalan sebagai driving force for economic growth, maka kebutuhan analisis dampak ekonomi pembangunan jalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Pulau Kalimantan didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: Pulau Kalimantan sangat kaya akan sumberdaya alam

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

Endah Saptutyningsih Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Abstract

Endah Saptutyningsih Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Abstract Jurnal EKONOMI PEMBANGUNAN Kajian Ekonomi Negara Berkembang Hal: 241 263 DAMPAK KONTRAKSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA SESUDAH KRISIS (1999)

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Abstract

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 2004 DAN 2008

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 2004 DAN 2008 PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 004 DAN 008 NASKAH PUBLIKASI Diaukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN 6.1. Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan di Bagian ini akan menganalisis dampak dari peningkatan investasi pada

Lebih terperinci

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA Dampak Transfer Payment (Achmad Zaini) 15 DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA (The Impact of Transfer Payment on Income of Farmers Household

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI Lili Masli Politeknik Negeri Bandung Elly Rusmalia H STIE INABA Bandung ABSTRAK Analisis Input Output dalam perencanaan ekonomi dapat menggambarkan: (1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

V. METODE PENELITIAN

V. METODE PENELITIAN V. METODE PENELITIAN 5.. Konstruksi Model IRSAM KBI-KTI Sebagaimana telah diungkapkan dalam Bab terdahulu bahwa studi ini akan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi Antarregional KBI-KTI atau

Lebih terperinci

V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Penyusunan I-O antar wilayah Kalimantan Timur wilayah Utara dan Selatan dilatar belakangi oleh pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN 7.1. Peranan Langsung Sektor Pupuk Terhadap Nilai Tambah Dalam kerangka dasar SNSE 2008, nilai tambah perekonomian dibagi atas tiga bagian

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Modul ke: Perekonomian Indonesia Tahapan Perubahan Struktur Ekonomi Fakultas Ekonomi & Bisnis Janfry Sihite Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Tujuan Sesuai rapem Perubahan Struktur Ekonomi

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Para pakar ekonomi dan perencanaan pembangunan cenderung sepakat dalam memandang pembangunan ekonomi sebagai suatu kebutuhan bagi suatu

Lebih terperinci

KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI JAWA: PENDEKATAN SOCIAL ACCOUNTING MATRIX

KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI JAWA: PENDEKATAN SOCIAL ACCOUNTING MATRIX KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI JAWA: PENDEKATAN SOCIAL ACCOUNTING MATRIX (Economic Sectors Linkages and Income Distribution Analysis in Java: Soocial Accounting Matrix Approach)

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR EKONOMI PRIORITAS TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN DI INDONESIA TAHUN ( ANALISIS INPUT-OUTPUT )

PERAN SEKTOR EKONOMI PRIORITAS TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN DI INDONESIA TAHUN ( ANALISIS INPUT-OUTPUT ) PERAN SEKTOR EKONOMI PRIORITAS TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN DI INDONESIA TAHUN 1995-2005 ( ANALISIS INPUT-OUTPUT ) Arif Rahman Hakim Asisten Pengaar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sri

Lebih terperinci

EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA: Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input Output

EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA: Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input Output Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 10, Nomor 1, April 2009: 13 33 EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA: Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input Output Sri Subanti 1 dan Arif Rahman Hakim

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H

PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H 14094006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Klasifikasi JEL: D57, L52 Kata Kunci: 1. Analisis Input-Output 3. Pertumbuhan Ekonomi 2. Kebijakan Ekonomi Sektoral 4.

ABSTRAK. Klasifikasi JEL: D57, L52 Kata Kunci: 1. Analisis Input-Output 3. Pertumbuhan Ekonomi 2. Kebijakan Ekonomi Sektoral 4. Analisis Sektor Unggulan Untuk Evaluasi Kebiakan Pembangunan Jawa Timur Menggunakan Tabel Input-Output 994 dan 2000 (Hidayat Amir dan Singgih Riphat) α ABSTRAK Penelitian ini bertuuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang kehidupan manusia yang meliputi tiga aspek penting yaitu : (1) peningkatan standar hidup

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERUBAHAN STRUKTURAL DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DALAM EKONOMI JAWA BARAT

ANALISIS POLA PERUBAHAN STRUKTURAL DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DALAM EKONOMI JAWA BARAT Pola Perubahan Struktural dan Sumber-Sumber Pertumbuhan dalam Ekonomi (E.W. Nugrahadi et al.) ANALISIS POLA PERUBAHAN STRUKTURAL DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DALAM EKONOMI JAWA BARAT (Analysis of Structural

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang dan Masalah

1.1. Latar Belakang dan Masalah 1.1. Latar Belakang dan Masalah Secara agregat, perekonomian suatu negara atau wilayah dapat dibagi ke dalam sektor-sektor pertanian, industri dan jasa-jasa. Masing-masing sektor ini memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH Krisis finansial global yang dipicu oleh krisis perumahan di AS (sub prime mortgage) sejak pertengahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa tahap perubahan. Salah satunya adalah ketika terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak investasi pemerintah di sektor perdagangan sebesar Rp27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak investasi pemerintah di sektor perdagangan sebesar Rp27 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis multiplier dan analisis jalur struktural (SPA) mengenai dampak investasi pemerintah di sektor perdagangan sebesar Rp27 trilyun terhadap

Lebih terperinci

MERENCANAKAN PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN DENGAN METODOLOGI ANALISIS MODEL SNSE-AR

MERENCANAKAN PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN DENGAN METODOLOGI ANALISIS MODEL SNSE-AR MERENCANAKAN PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN DENGAN METODOLOGI ANALISIS MODEL SNSE-AR Slamet Muljono Teknik Jalan dan Jembatan Madya Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian Pekerjaan Umum dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI MODEL

BAB IV SIMULASI MODEL BAB IV SIMULASI MODEL Dalam Bab III telah dielaskan sifat-sifat sistem dinamik dari model, khususnya untuk m 1 = m 2. Sekarang akan dibuat simulasi model untuk menggambarkan sifat-sifat sistem dinamik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan besar besaran antarpulau di seluruh Indonesia sudah terjadi sejak jaman penjajahan Hindia Belanda oleh VOC. Kebanyakan perdagangan ini dilakukan oleh ras

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

METODOLOGI ANALISIS MODEL SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI-AR SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN

METODOLOGI ANALISIS MODEL SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI-AR SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN METODOLOGI ANALISIS MODEL SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI-AR SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN JARINGAN JALAN YANG BERKEADILAN Slamet Muljono Anggota HPJI BPJT Kementerian PUPR s.muljono5810@gmail.com; smuljono@pu.go.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PERDAGANGAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN RENI KUSTIARI

KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PERDAGANGAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN RENI KUSTIARI PROPOSAL PENELITIAN TA.2015 KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PERDAGANGAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN Tim Peneliti: RENI KUSTIARI PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT OLEH: Abdul Kohar Mudzakir Dosen Lab Sosek Perikanan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah 5. Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah Mengapa Anda Perlu Tahu Kita tulis kembali krisis yang melanda Indonesia tahun 1997 sebagai momentum memasukkan peran pemerintah dalam

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian. III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: TRANSFORMASI STRULTURAL Matsani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id TRANSFORMASI STRUKTURAL. Transformasi struktural berarti

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerimaan devisa, sektor ini juga

Lebih terperinci