III. KERANGKA PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PENELITIAN"

Transkripsi

1 III. KERNGK PENELITIN.1. Pemilihan lat nalisis Menyadari posisi penting prasarana transportasi jalan sebagai driving force for economic growth, maka kebutuhan analisis dampak ekonomi pembangunan jalan secara komprehensif dalam kerangka makro ekonomi sangat diperlukan. Fokus analisis dalam penelitian ini dilakukan di pulau Jawa-ali dan Sumatera dengan pertimbangan dan latarbelakang bahwa perekonomian pulau Jawa-ali sudah lebih terintegrasi dengan pulau Sumatera yang saat ini dihubungkan oleh moda transportasi udara dan laut/ selat sunda yang cukup baik. Intensitas dan frekwensi perpindahan arus manusia, barang dan jasa antara kedua pulau tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan misalnya Jawa - Kalimantan atau pulau lain. erbagai alat analisis makroekonomi dapat digunakan untuk meneliti dampak infrastruktur jalan terhadap perekonomian seperti Ekonometrika, Input- Output (I-O), Social ccounting Matrix (SM), Computable General Equilibrium (CGE). erbagai alat analisis memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan alat analisis terutama didasarkan oleh tujuan penelitian serta data yang tersedia Input-Output nalisis Input-Output (I-O) sebenarnya telah dikenal sejak jaman Phsyokrat, kemudian dikembangkan secara signifikan pertama sekali oleh Wassily Leontif pada akhir dekade tahun 19-an. nalisis Input-Output disebut juga dengan inter-industry analysis disebabkan tujuan semula kerangka input-output adalah untuk menganalisis saling ketergantungan antar industri dalam perekonomian. Model Input-Output merupakan alat perencanaan ekonomi yang digunakan untuk menganalisis dampak perekonomian suatu wilayah atau nasional, serta memotret hubungan dan keterkaitan antar sektor dalam perekonomian, misalnya

2 61 sektor pertanian dengan sektor industri. Hubungan antar sektor menjadi penting sejak analisis pembangunan ekonomi berkembang tahun 195-an tidak hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mulai meninjau distribusi pertumbuhan diantara faktor-faktor produksi dan sumber pertumbuhan itu sendiri. Model Input-Output sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan yaitu: 1. nalisisnya bersifat statis bergantung ketersediaan tabel input-output yang dipublikasikan.. Sektor ekonomi lebih rinci (disaggregate).. Model tidak dipengaruhi perubahan harga (elastisitas faktor produksi nol); 4. Tidak ada kendala penawaran (demand driven model). 5. Permintaan input antara dan primer menggunakan fungsi Leontief atau koefisien input / koefisien teknis konstan (fixed input coefficients), berarti teknologi yang digunakan sektor produksi dalam proses tidak berubah selama periode analisis atau proyeksi. 6. Merupakan statistik deskriptif. 7. Digunakan untuk analisis dampak. Input-output memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi berdasarkan situasi perekonomian (Nazahara, 5). Penekanan utama Input-Output adalah sisi produksi sehingga teknologi produksi menjadi penting, atau teknologi berperan besar adalah teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara (intermediate input). Tabel Input-Output merupakan uraian statistik berbentuk matrik yang memberi informasi transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Sektor primer adalah keseluruhan kegiatan yamg mengusahakan sumber daya alam seperti sektor pertanian dalam arti luas (pertanian, kehutanan), sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder adalah sektor industri, dan sektor tersier adalah sektor yang menghasilkan komoditi jasa.

3 6 Teknologi Permintaan ntara Permintaan khir Permintaan khir lainnya TOTL PERMINTN Komsumsi Rumahtangga Input Primer Lainnya Tenaga Kerja Gambar 7 : Model Sederhana Prinsip Input-Output Output yang dihasilkan suatu sektor, katakan sektor i didistribusikan kepada dua pemakai. Pemakai pertama adalah sektor produksi (lain) yang menggunakan output tersebut untuk proses produksi lebih lanjut sebagai bahan baku. Output sektor i yang digunakan sebagai bahan baku disebut input antara (intermediate input). Pemakai kedua menggunakan output tersebut untuk memenuhi permintaan akhir (final demand) sehingga disebut pemakai akhir. Pemakai akhir adalah pelaku ekonomi yang terdiri dari rumahtangga, pemerintah, perusahaan dan luar negeri. Sebagai contoh bahan bakar minyak oleh rumahtangga tidak digunakan lagi untuk proses produksi lebih lanjut, sehingga bahan bakar tersebut digunakan memenuhi final demand dan rumahtangga sebagai pemakai akhir, namun apabila bahan bakar tersebut digunakan untuk proses produksi lebih lanjut seperti untuk gilingan padi, maka bahan bakar tersebut berfungsi sebagai intermediate input. Struktur Input-Output memuat dua neraca yang saling terintegrasi yaitu neraca endogen dan eksogen, yang digambarkan dalam matrik empat kwadran. Kwadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan masing-masing sektor. Komsumsi barang dan jasa adalah penggunaan barang untuk diproses kembali sehingga disebut dengan kwadran transaksi ekonomi yaitu penjualan output antara dan pembelian input antara (intermediate

4 6 input). Kwadran ini sangat dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi dalam neraca eksogen terutama oleh permintaan akhir. Output yang digunakan untuk proses produksi lanjutan disebut output antara (kode 18). Input antara (kode 1) adalah penggunaan barang dan jasa oleh suatu sektor dalam proses produksi, yang dapat berasal dari produksi sendiri maupun produksi sektor lain. Input antara biasanya barang habis pakai seperti bahan baku, bahan bakar. Input antara mencakup dua komponen yaitu input yang berasal dari wilayah/negara sendiri dan yang berasal dari wilayah/ negara lain, namun prakteknya sulit memisahkan keduanya. Kwadran kedua adalah permintaan akhir (final demand) yang terdiri dari komsumsi rumahtangga, komsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap (investasi), perubahan stok dan ekpor-impor. Penggunaan dan komsumsi barang dan jasa bukan untuk proses produksi. Pengeluaran komsumsi rumahtangga (kode 1) mencakup pembelian barang dan jasa oleh rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba (private non profit institution), termasuk barang-barang tahan lama (durable goods) seperti perlengkapan rumahtangga dan kendaraan bermotor. angunan tempat tinggal tidak termasuk karena dianggap sebagai pembentukan modal di sektor persewaan bangunan. Data dasar berasal dari SUSENS, berdasarkan survei dihitung komsumsi perkapita terhadap berbagai barang dan jasa, sedang total komsumsi diperoleh dari jumlah penduduk tahun sebelumnya. Pengeluaran komsumsi pemerintah (kode ) mencakup pembelian barang dan jasa oleh pemerintah meliputi pengeluaran pemerintah pusat dan daerah yang bersifat rutin (current expenditure) termasuk gaji (belanja) pegawai kecuali yang sifatnya pembentukan modal. Data pengeluaran rutin pemerintah pusat diperoleh dari Kementerian Keuangan dan pengeluaran untuk mesin-mesin dan alat perlengkapan bersumber dari PS, statistik industri dari survei industri.

5 64 Pembentukan modal tetap (fixed capital formation) (kode ) mencakup pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal dari dalam negeri maupun impor, terdiri atas bangunan konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan barang modal lainnya. Perubahan stok (increased in stock) (kode 4) sebenarnya merupakan pembentukan modal tidak tetap yang diperoleh dari selisih antara nilai stok akhir tahun dikurangi dengan stok awal tahun sebagai awal periode perhitungan. Data diperoleh dari proses rekonsiliasi yaitu suatu nilai selisih antara alokasi penggunaan output dengan jumlah penyediaannya. Stok adalah hasil produksi yang belum sempat dual perusahaan atau bahan-bahan yang belum sempat digunakan oleh konsumen. Ekspor dan impor (kode 5 dan 49) adalah transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu wilayah dengan wilayah lain. spek penting yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi mencakup transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa parawisata, jasa asuransi, jasa komunikasi dan transaksi komoditas lainnya. Penduduk mencakup badan pemerintah pusat dan daerah, perorangan, perusahaan dan lembaga keuangan lain. Guna mendapat nilai ekspor dan impor dipakai data statistik perdagangan luar negeri dari PS. erdasarkan data ekspor dan impor diketahui terjadinya surplus ataupun defisit perdagangan. Kwadran ketiga adalah input primer (tenaga kerja dan modal) yang disebut sebagai nilai tambah (value added) merupakan semua balas jasa pada faktor produksi yang berperan dalam proses produksi, mencakup upah dan gaji tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Kwadran ini merupakan input primer bagi sektor-sektor produksi yang bukan bagian dari output suatu sektor poduksi seperti pada kwadran pertama dan kedua. Upah dan gaji merupakan balas jasa kepada buruh dan karyawan baik dalam bentuk uang

6 65 maupun barang, namun masih dalam bentuk bruto atau sebelum dipotong pajak. Surplus usaha mencakup sewa properti, bunga netto dan keuntungan perusahaan. Keuntungan perusahaan masih dalam bentuk bruto yaitu sebelum pembagian dividen kepada para pemegang saham dan dipotong pajak perusahaan. Penyusutan (comsumption of fixed capital) merupakan sebagian keuntungan perusahaan yang disisihkan untuk pengganti barang modal yang habis dipakai atau penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan pemerintah pada setiap transaksi penjualan oleh perusahaan seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Kwadran keempat adalah input primer yang langsung didistribusikan ke sektor permintaan akhir. Dalam tabel Input-Output, kwadran pertama merupakan variabel endogen sedangkan kwadran kedua, ketiga, dan keempat adalah variabel eksogen, tabel sederhana input-output tiga sektor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tabel Input-Output Tiga Sektor Output Sektor Produksi Permintaan khir Input 1 Total Output 1 Z 11 Z 1 Z Y 1 X 1 Z 1 Z Z Y X Z 1 Z Z Y X Input Primer V V 1 V V Total Input X X 1 X X Matrik Z terletak pada kwadran I adalah matrik transaksi input antara, dan Matrik Y pada kwadran II adalah permintaan akhir, terdiri dari permintaan untuk komsumsi rumahtangga (C), pemerintah (G), Investasi (I), dan ekspor (X). Matrik V sebagai kwadran III adalah matrik input primer, terdiri dari upah/gaji (W), surplus usaha (S), penyusutan (D), dan pajak tidak langsung/ minus subsidi (T).

7 66 Dalam model Input-Output pengaruh interaksi ekonomi dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Pengaruh langsung (direct effect) adalah pengaruh yang langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari suatu sektor produksi, misalkan kenaikan produksi daun teh akan menyebabkan bertambahnya permintaan input pupuk yang merupakan input langsung dalam produksi daun teh. Pengaruh tidak langsung (indirect effect) adalah pengaruh tidak langsung yang dirasakan suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor produksi yang bersangkutan, misalnya kenaikan produksi daun teh juga menyebabkan kenaikan permintaan jasa transportasi untuk pengangkutan hasil produksi. Pengaruh total (total effect) merupakan keseluruhan pengaruh dalam perekonomian, yaitu penjumlahan dampak langsung dan tidak langsung Dalam anatomi tabel Input-Output, matrik koefisien input atau koefisien teknis yaitu perbandingan input antara dengan total output, memegang peranan yang sangat penting, karena dari matrik tersebut berbagai analisis Input-Output dapat dilakukan seperti keterkaitan kebelakang (backward linkage), keterkaitan kedepan (forward linkage) dan pengganda (multiplier). Matrik koefisien input disusun dari matrik transaksi ekonomi yang diperoleh melalui survei, seperti survei rumahtangga, survei tenaga kerja, survei industri, survei pasar, survei produksi, survei perdagangan dan sebagainya. Penyusunan matrik transaksi ekonomi tidak dapat dilakukan dengan mudah. Hal ini menjadi latar belakang tabel Input-Output dipublikasikan oleh adan Pusat Statistik dalam interval waktu yang relatif lama yaitu setiap lima tahunan. Salah satu tahapan penting dalam penyusunan tabel Input-Output adalah penyusunan klasifikasi sektor ekonomi yang dapat dibagi atas sektor pertanian,

8 67 pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan/ konstruksi, perdagangan, restoran dan perhotelan, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, jasa-jasa, dan permintaan akhir. Pada dasarnya selalu terdapat saling ketergantungan perekonomian antar satu wilayah ke wilayah lain, sehingga analisis model Input-Output juga akan berdampak ke wilayah lain. Untuk menangkap dampak yang terjadi ke wilayah lain, dikembangkanlah model Input-Output antar wilayah (Inter-regional Input- Output) yang sering disebut dengan IRIO. Model ini diajukan pertama sekali oleh Walter Isard tahun 1951 sehingga dikenal dengan nama model Isard..1.. Social ccounting Matrix Kesejahteraan ekonomi yang diperoleh melalui pertumbuhan (growth) tidak lagi memadai. Todaro () menyatakan bahwa pertumbuhan yang tinggi tidak selalu dapat diikuti oleh pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, sehingga diperlukan pertumbuhan ekonomi yang lebih berorientasi kepada pemerataan (gowth with equity). Pembangunan yang berorientasi kepada pemerataan kesejahteraan membutuhkan analisis yang komprehensif mengenai hubungan keseimbangan umum yang terkait aspek pendapatan dan distribusi pendapatan (income distribution) serta tenaga kerja (employment). Untuk menangkap dampak ekonomi dan sosial seperti pendapatan rumahtangga dan ketenagakerjaan, maka digunakan Social ccounting Matrix (SM) sebagai perluasan neraca Input- Output (delman and Robinson, 1986). Keterkaitan antar sektor dan antar pelaku ekonomi dalam analisis Input-Output tetap berlaku dalam kerangka SM. Model Input-Output hanya menguraikan arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke faktor produksi, pemerintah, rumahtangga, perusahaan, dan luar negeri. Dalam kerangka SM, pada transaksi ekonomi dapat dilakukan

9 68 disagregasi (dirinci) pada sektor produksi, faktor produksi, institusi dan beberapa variabel makro ekonomi lainnya seperti modal, pajak, subsidi, ekspor, impor, dan sebagainya. Dengan demikian SM mampu menggambarkan seluruh transaksi sektoral dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca, seperti transaksi antar rumahtangga serta transfer pemerintah dari dan ke rumahtangga. SM juga dapat mengambarkan arus distribusi dan redistribusi pendapatan. Penggunaan SM sebagai alat bantu analisis kebakan (policy analysis) memiliki keterbatasan yaitu hanya dapat mengukur parameter ekonomi pada suatu waktu tertentu, biasa dalam setahun dan tidak dapat menganalisis dampak perubahan pada waktu ke waktu..1.. Computable General Equilibrium Para ahli menyadari bahwa dalam suatu perekonomian, terdapat berbagai macam pasar yang saling terkait (interdependency), sehingga perubahan pada suatu pasar akan mempengaruhi pasar lainnya. Keseimbangan umun terjadi bila permintaan dan penawaran setiap pasar berada pada kondisi keseimbangan. Model ekonomi yang menggambarkan perekonomian dimana semua pasarnya dalam kondisi seimbang disebut pendekatan komputasi keseimbangan umum atau Computable General Equilibrium (CGE). Model CGE digunakan untuk menganalisis dampak kebakan yang sifatnya economy-wide secara kuantitatif, yaitu dampak yang sangat dipengaruhi oleh keterkaitan antar pasar dan antar sektor dalam ekonomi (Kenneth, 5), Kebakan tersebut dapat berupa kebakan pajak, hambatan perdagangan, perubahan pengeluaran Pemerintah, harga komoditas, teknologi dan kebakan di bidang lingkungan. Model CGE masih menggunakan Input-Output dan SM sebagai basis data, yaitu dalam Input-Output terkandung matrik Input-Output sedangkan dalam matrik SM terkandung matrik transaksi antara rumahtangga

10 69 dan tranfer pemerintah dari dan ke rumahtangga. Walaupun pengembangan SM dan CGE masing-masing terjadi secara independent, namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, disebabkan sumber data utama dalam penyusunan CGE berasal dari SM (Melo, 1998). Keseimbangan umum terjadi bila perekonomian berada pada kondisi Pasar Persaingan Sempurna (PPS), dan tidak ada skala pengembalian yang meningkat (increasing return to scale). Keseimbangan umum dalam struktur pasar persaingan sempurna menjamin tercapainya kondisi efisiensi pareto (pareto efficient) yaitu kondisi dimana satu pihak tidak dapat meningkatkan kepuasannya tanpa mengurangi kepuasan pihak lain. Dengan kata lain pareto optimum adalah suatu kondisi dimana tidak mungkin membuat salah seorang menjadi lebih baik (better off) tanpa membuat orang lain menjadi lebih buruk (worst off). Dalam implementasinya, CGE memiliki keterbatasan yang membutuhkan input data lebih luas dan komplit. erdasarkan ulasan mengenai alat analisis diatas, dan mengacu kepada tujuan penulisan yang bermaksud menganalisis dampak terhadap perekonomian dan sosial (termasuk rumahtangga) pada dua pulau utama di Indonesia dengan pemberian dana penanganan prasarana jalan pada suatu waktu atau tahun anggaran tertentu, maka alat analisisis yang lebih tepat digunakan adalah Interregional Social ccounting Matrix Jawa-Sumatera yang selanjutnya disingkat dengan IRSMJSUM. Disebabkan IRSMJSUM berasal dari ekstraksi dan perluasan tabel Inter Regional Input Output (IRIO) tahun 5, yang di perbaharui ke tahun 7, maka selanjutnya disebut dengan IRSMJSUM 7... Kerangka Dasar Social ccounting Matrix Pembangunan dan peningkatan prasarana transportasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan jalan yang akan mereduksi biaya operasional

11 7 kenderaan (OK) bagi pengguna (user) pribadi maupun industri, dan melalui hubungan antar sektor akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara agregat yang terkait dengan distribusi pendapatan (income distribution) dan lapangan kerja (employment). Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau yang lebih dikenal dengan Social ccounting Matrix (SM) memperlihatkan keterkaitan ketiga parameter tersebut dan mampu menganalisis arus distribusi dan redistribusi pendapatan maupun komsumsi antar kelompok rumahtangga, yang tidak ditemukan dalam model Input-Output. SM adalah stuatu kerangka data atau model yang merangkum berbagai variabel sosial-ekonomi secara komprehensif dan terintegrasi sehingga dapat menyajikan gambaran umum perekonomian suatu negara atau wilayah pada waktu tertentu (Pyatt, 1988). Salah satu tujuan penyusunan SM adalah memperluas gambaran sistem pendapatan nasonal atau System of National ccount (SN) melalui penggabungan SN dengan data distribusi pendapatan. SM menyajikan suatu metode yang dapat mengubah SN dari statistik produksi menjadi statistik pendapatan, sehingga SM lebih fokus pada analisis mengenai tingkat kesejahteraan kelompok sosial ekonomi yang berbeda. Struktur SM berbentuk matrik bujursangkar yang menggambarkan arus moneter dari berbagai transaksi ekonomi, terdiri dari baris (lajur kesamping) yang menunjukkan transaksi penerimaan (receipt) dan kolom (lajur kebawah) yang menunjukkan transaksi pengeluaran (expenditure). Total penerimaan harus sama dengan total pengeluaran atau total nilai transaksi baris dan kolom harus sama agar syarat keseimbangan terpenuhi. Sumber data penyusunan SM terutama dari tabel Input-Output, statisik pendapatan nasional, dan statisttik pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. SM jauh lebih lengkap dari tabel I-O yang hanya

12 71 dapat merekam transaksi ekonomi tanpa menunjukkan latar belakang sosial dari pelaku transaksi tersebut, sementara SM melakukan klasifikasi berbagai institusi berdasarkan latar belakang sosial ekonomi pada suatu perekonomian. Model SM merupakan perluasan Input-Output sehingga dapat memotret lingkup yang lebih luas dan terperinci (Sadoulet and de Janvry, 1995). Pada model Input-Output yang dipaparkan adalah arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke faktor produksi, rumahtangga, pemerintah, perusahaan dan luar negeri. Dalam SM hal tersebut bisa didisagregasi lebih rinci, misalnya rumahtangga dibagi berdasarkan tingkat pendapatan atau kombinasi tingkat pendapatan dengan lokasi pemukiman. SM juga menjelaskan arus distribusi pendapatan, dan memasukkan beberapa variabel makroekonomi seperti pajak, subsidi, modal dan sebagainya, sehingga SM dapat menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral dan institusi secara utuh dan lengkap dalam sebuah neraca. SM sebagai kerangka data sosial ekonomi mampu menjelaskan mengenai: 1. Kinerja pembangunan ekonomi suatu negara, seperti distribusi Produk Domestik ruto (PD), komsumsi, tabungan dan sebagainya.. Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal).. Distribusi pendapatan rumahtangga dan distribusi tenagakerja menurut sektor, termasuk distribusi pendapatan tenagakerja yang diperoleh sebagai kompensasi keikutsertaannya dalam proses produksi. SM juga digunakan sebagai dasar penyusunan model ekonomi lanjutan seperti analisis parsial (partial equilibrium) dan analisis keseimbangan umum (general equilibrium) dalam rangka analisis kebakan (policy analysis).

13 7 Selain memiliki banyak keunggulan dibanding model I-O, Model SM juga memiliki sejumlah keterbatasan pada asumsi-asumsi yang mendasarinya, yaitu : (1) semua produk yang dihasilkan setiap sektor habis dikonsumsi, () hubungan Input-Output dalam kegiatan produksi bersifat linier sesuai model Leontif atau constant return to scale, () tidak dimungkinkan substitusi antara faktor produksi yang digunakan, (4) suatu kelompok produk tidak dihasilkan bersama-sama oleh dua perusahaan atau lebih, (5) harga konstan (tidak dipengaruhi perubahan harga), (6) tidak ada eksternalitas negatif, dan (7) perekonomian keadaan keseimbangan. Kebutuhan Dasar Permintaan khir Ekspor, Impor dan Neraca Pembayaran Pengeluaran Rumahtangga Investasi Komsumsi Pemerintah Distribusi Pendapatan Rumahtangga Pemerintah Kegiatan Produksi PD dan Distribusi Pendapatan Sumber : adan Pusat Statistik (7) Gambar 8. Diagram Modular Social ccounting Matrix SM memiliki beberapa karakteristik yaitu: (1) bersifat modular (Gambar 8) yang dapat menghubungkan variabel sosial dan ekonomi di dalam maupun antara berbagai sub-sistem satu sama lain secara terpadu, () memiliki sistem klasifikasi yang konsisten karena menjamin keseimbangan setiap neraca di dalamnya, dan () memiliki kerangka data yang komprehensif dan terintegrasi karena mencakup berbagai data ekonomi dan sosial dalam suatu kerangka data secara lengkap.

14 7 Kerangka dasar SM Indonesia memiliki empat blok neraca utama yaitu: (1) blok neraca faktor produksi, () blok neraca institusi, () blok neraca sektor (aktivitas) produksi, dan (4) neraca eksogen, yang terdiri dari neraca modal dan rest of the world (Daryanto, 1). Ketiga neraca pertama disebut neraca endogen (endogeneous). entuk kerangka dasar SM adalah matrik bujur sangkar 4 x 4 berbasis neraca pelaku ekonomi dengan masing-masing elemen matrik terdiri dari sub-matrik (sub-sistem). Pada masing-masing neraca, baris menunjukkan transaksi penerimaan (income) dan kolom menggambarkan transaksi pengeluaran (expenditure). Setiap neraca terdiri dari satu baris dan satu kolom, yang memiliki nomor kode yang sama, yang menunjukkan jenis transaksi yang sama (Tabel 6). Tabel 6. Kerangka Dasar Struktur Social ccounting Matrix Penerimaan Pengeluaran Faktor Produksi Neraca Endogen Institusi Sektor Produksi Neraca Eksogen Jumlah Neraca Endogen Neraca Eksogen Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi 1 T lokasi pendapatan faktor produksi ke institusi 4 1 T L lokasi pendapatan faktor produksi ke luar negeri Transfer antar institusi T Penerimaan akhir domestik T lokasi nilai tambah ke faktor produksi X1 Y1 Pendapatan faktor produksi dari luar negeri T Penerimaan antara 1 L L Tabungan pemerintah, swasta dan rumahtangga Impor dan pajak tak langsung X Transfer dari luar negeri Distribusi pendapatan faktorial Y X Ekspor dan investasi Distribusi pendapatan institusi Y R Transfer dan neraca lainnya Total output menurut sektor produksi Y4 Total penerimaan neraca lainnya Jumlah 5 Y 1 Y Y Y 4 Distribusi pengeluaran faktor produksi Distribusi pengeluaran institusi Total input Total pengeluaran lainnya Pertemuan antara sisi baris dan sisi kolom pada satu sel menunjukkan bahwa penerimaan di satu sisi merupakan pengeluaran pada sisi yang lain, atau

15 74 sebaliknya. Struktur penerimaan maupun pengeluaran sesuai fungsinya dibedakan atas variabel endogen dan eksogen. Perbedaan ini dimaksudkan untuk mengukur pengaruh sebab akibat transaksi (dampak multiplier) dalam analisis. Tidak semua sel dalam SM Indonesia memiliki nilai transaksi, misalnya T 11 dan T 1 memiliki nilai transaksi sama dengan nol, artinya dalam SM Indonesia faktor produksi tidak menerima pendapatan dari faktor produksi (T 11 ) dan institusi (T 1 ). Mengingat SM adalah perluasan model Input-Output, maka ketersediaan data Input-Output sangat penting, misalnya sel matrik transaksi input antara pada tabel Input-output dapat dimasukkan dalam matrik SM untuk baris dan kolom neraca sektor produksi (T), pengeluaran komsumsi rumahtangga dan pemerintah (pengeluaran rutin) yang ada pada sisi permintaan akhir tabel Input-Output dapat dimasukkan dalam sel matrik transaksi T. Demikian pula pengeluaran investasi dan ekspor pada permintaan akhir tabel Input-Output dapat dimasukkan semua nilainya pada baris neraca sektor produksi dan kolom neraca eksogen. Thorbecke (1), dalam perkembangannya membagi SM menjadi 6 tipe neraca, dengan menambahkan neraca komoditas dan kapital sehingga menjadi neraca sektor (aktivitas) produksi, neraca faktor produksi (modal dan tenagakerja), neraca institusi domestik (rumahtangga, perusahaan dan pemerintah), neraca komoditas, neraca modal (kapital), dan neraca rest of the world. Kelima neraca pertama merupakan neraca endogen, sedangkan neraca ke enam adalah eksogen. Neraca faktor produksi terdiri dari tenagakerja (labor force) dan modal. spek tenagakerja merupakan point penting dalam analisis SM karena terkait langsung dengan ketersediaan lapangan pekerjaan (employment). Tenagakerja dapat dibagi atas dua klasifikasi yaitu tenagakerja dibayar (paid workers), dan

16 75 tenagakerja tidak dibayar (unpaid workers). Tenagakerja yang dibayar adalah tenagakerja yang memperoleh gaji/ upah sebagai balas jasa, misalnya buruh atau karyawan, sedangkan tenagakerja tidak dibayar adalah tenagakerja yang tidak memperoleh upah dan gaji sebagai balas jasanya, namun balas jasanya dinilai dalam bentuk imputasi upah dan gaji (imputed wages and salaries), contohnya pekerja keluarga (unpaid family workers). Menurut Saptutyningsih (5), saat krisis ekonomi Indonesia kontraksi sektor industri paling berpengaruh pada tenagakerja produksi, operator alat angkutan, dan buruh kasar di kota. Hal ini dimungkinkan karena sektor industri banyak dilaksanakan oleh tenagakerja produksi dan manual yang menerima gaji upah di kota, namun tenaga kerja pertanian di desa juga cukup terpengaruh. Data upah dan gaji tenagakerja tidak dibayar dapat diperoleh dari hasil survei upah oleh PS. Sedangkan imputasi upah dan gaji tidak dibayar diasumsikan sama dengan upah dan gaji tenagakerja dibayar untuk klasifikasi tenagakerja dan lapangan usaha yang sama. Total upah dan gaji untuk tenagakerja yang dibayar pada SM, harus sama dengan total upah dan gaji pada tabel Input- Output. pabila hasilnya tidak sama, maka total upah dan gaji tenagakerja yang dibayar harus disesuaikan dengan tabel Input-Output. Demikian juga total upah dan gaji pada tenagakerja yang dibayar pada SM harus lebih kecil dari total surplus usaha pada tabel Input-Output, karena total surplus usaha mencakup penyusutan, pajak tidak langsung, dan balas jasa tenagakerja yang tidak dibayar. Faktor modal/ kapital dibagi dua bagian yaitu modal swasta dalam negeri dan modal pemerintah dan asing. Dalam faktor modal termasuk keuntungan (termasuk pajak langsung), bunga modal, sewa tanah, imputasi sewa rumah dan pendapatan kepemilikan lainnya (setelah dikurangi imputasi upah dan gaji).

17 76 Sebagai balas jasa dari pemakaian modal, dapat diperoleh dari table Input-Output. Faktor produksi modal diderivasi kedalam sektor-sektor produksi. Neraca faktor produksi yang dibaca secara baris menunjukkan penerimaan yang berasal dari upah dan sewa, serta pendapatan remmitance dan pendapatan modal. Namun apabila dibaca secara kolom menunjukkan revenue yang didistribusikan ke rumahtangga sebagai pendapatan tenaga kerja, distribusi ke perusahaan dan keuntungan yang bukan dari perusahaan, serta keuntungan perusahaan setelah dikurangi pembayaran pemerintah. Sub matrik T yang berada pada baris faktor produksi dan kolom sektor produksi adalah alokasi nilai tambah (value added) pada tabel I-O yang dibayar sektor produksi kepada faktor produksi sebagai balas jasa penggunaan faktor produksi, misalnya upah dan gaji sebagai balas jasa tenagakerja, dan keuntungan, dividen, bunga, sewa tanah sebagai balas jasa kapital (modal). Sub matrik X 1 merupakan pendapatan faktor produksi yang diterima dari luar negeri. Penggabungan kedua sumber pendapatan tersebut (X 1 + T ) merupakan pendapatan faktorial total yang diperoleh rumahtangga suatu wilayah/negara. Kinerja perekonomian nasional dapat ditunjukkan dari misalnya nilai tambah (value added) yang ditimbulkan oleh berbagai sektor ekonomi (sub matrik ) yang memberi gambaran besarnya PD atas dasar harga (biaya) faktor (PD at factor cost) pada tahun tertentu. Komponen ini merupakan pendapatan yang dibayarkan sebagai balas jasa faktor produksi terhadap pemilik faktor produksi yaitu rumahtangga. pabila ditambah dengan pajak tidak langsung (netto) akan menghasilkan PD atas dasar harga pasar. lok neraca institusi dibagi menjadi rumahtangga, perusahaan dan pemerintah. Ketiganya merupakan pelaku-pelaku utama perekonomian, dan

18 77 merupakan pemakai akhir (end user) dari suatu output produksi. Pelaku ekonomi pertama yaitu rumahtangga mendapatkan penerimaan yang bersumber dari: (1) pendapatan tenaga kerja berupa upah dan gaji yang merupakan balas jasa (termasuk imputasi tenaga kerja yang tidak dibayar, pekerja keluarga, dan lain sebagainya), () pendapatan kapital seperti sewa rumah yang merupakan balas jasa dari kapital yang diterima rumahtangga, dan () penerimaan transfer dari rumahtangga lain, perusahaan, pemerintah dan luar negeri. Selanjutnya rumahtangga menggunakan pendapatan sebagai pengeluaran untuk kebutuhan: (1) komsumsi akhir barang dan jasa, () pembayaran pajak langsung, () pembayaran transfer ke rumahtangga, perusahaan dan luar negeri, dan (4) tabungan (saving) yang dimasukkan ke dalam neraca modal. Rumahtangga memiliki kebutuhan dasar yang dipenuhi melalui komsumsi barang dan jasa. Permintaan komoditas yang dibutuhkan tersebut dipenuhi melalui proses produksi. Proses produksi barang dan jasa dilakukan karena partisipasi faktor-faktor produksi yang sebagian besar dimiliki rumahtangga. Jadi permintaan barang dan jasa menyebabkan terjadinya proses produksi yang selanjutnya menciptakan pendapatan pemilik faktor produksi. Dari sini dapat diperkirakan distribusi pendapatan kelompok rumahtangga sebagai pemilik faktor produksi. Nilai tambah (pendapatan) yang diperoleh faktor produksi karena partisipasinya dalam proses produksi (setelah dikoreksi terhadap penyusutan, pajak, subdidi, dan pembayaran transfer) berhubungan dengan pendapatan rumahtangga. Ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan dapat dianalisis dari pola distribusi ini atau pola komsumsinya. Krisis ekonomi Indonesia menyebabkan kesenjangan distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga yang semakin melebar. erdasarkan distribusi

19 78 pendapatan yang diukur dari perbandingan rata-rata pendapatan disposabel perkapita tahun 1975 sampai 1995 menunjukkan rumahtangga dengan pendapatan per kapita terendah adalah rumahtangga buruh tani dan pendapatan tertinggi adalah rumahtangga non-pertanian golongan atas di kota (bimanyu, 1999) Rumahtangga merupakan fokus utama dalam analisis model SM. Kinerja ekonomi dapat diukur dari distribusi dan redistribusi pendapatan, komsumsi rumahtangga serta pemerataan pendapatan sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Unsur-unsur dalam kelompok rumahtangga didisagregasi kedalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang saling berbeda tingkatannya menurut karakteristik ekonomi, sosial maupun sifat demografisnya. Klasifikasi rumahtangga yang umum di Indonesia didasarkan status pekerjaan kepala keluarga, terdiri dari kategori utama yaitu kategori rumahtangga pedesaan (rural) dan kategori rumah tangga perkotaan (urban), dimana masingmasing kategori terdiri dari beberapa kelompok rumahtangga yang dibagi 8 kelompok untuk kedua kategori, masing-masing 5 kelompok rumahtangga pedesaan dan kelompok rumahtangga perkotaan. Distribusi pendapatan rumahtangga ditunjukkan pada baris kedua kerangka SM. Sub matrik T 1 adalah alokasi pendapatan faktor produksi yang dibayar oleh sektor produksi lalu diterima berbagai institusi diantaranya rumahtangga. Redistribusi pendapatan faktor produksi ke pihak lain (submatrik T ) ditunjukkan melalui lalu lintas transfer antar institusi, misalnya subsidi dari pemerintah ke rumahtangga, pembayaran transfer dari rumahtangga ke rumahtangga lain. Sub matrik X adalah penerimaan ketiga institusi dari luar negeri. Penggabungan ketiga sub matrik T 1, T dan X merupakan penerimaan rumahtangga yang berasal dari proses distribusi dan redistribusi pendapatan faktorial (Y ).

20 79 Pola pengeluaran rumahtangga dilihat pada kolom masing-masing golongan rumah tangga. Struktur pengeluaran rumahtangga dapat dilihat berdasarkan jenis komoditas, baik domestik maupun impor. Selain itu dapat juga diketahui besarnya tabungan yang merupakan selisih total penerimaan dengan total pegeluaran rumah tangga menurut golongan masing-masing. Perusahaan sebagai pelaku ekonomi kedua memperoleh penerimaan utama berasal dari surplus kegiatan usaha atau keuntungan usaha dan sebagian dari transfer, sementara pengeluarannya berupa pembayaran pajak dan transfer atau disebut juga dengan investasi. Pelaku ekonomi ketiga yaitu pemerintah memperoleh penerimaan yang bersumber dari pajak dan transfer pendapatan dari luar negeri. Sementara pengeluaran pemerintah dapat dikategorikan sebagai pengeluaran komsumsi barang dan jasa, pengeluaran investasi pemerintah dan subsidi, transfer ke rumahtangga dan perumahan, dan sebagian juga berupa saving. Pelaku ekonomi terakhir adalah luar negeri dengan permintaan akhir adalah ekspor. Neraca sektor produksi merupakan neraca yang menggambarkan transaksi pembelian bahan mentah, barang-barang antara, dan sewa untuk memproduksi suatu komoditi. pabila dibaca secara kolom, semua transaksi tersebut merupakan pengeluaran yang meliputi permintaan antara, upah, sewa, dan value added dari pajak, sementara pada baris semua transaksi sebagai penerimaan yang bersumber dari penjualan domestik dan subsidi ekspor. Output yang di produksi suatu sektor di distribusikan kepada dua kategori pemakai. Pemakai pertama adalah yang menggunakan output tersebut untuk proses produksi lebih lanjut. Output tersebut digunakan sebagai bahan baku yang disebut sebagai input antara yang berasal dari sektor produksi lain. Pemakai kedua adalah yang menggunakan output untuk memenuhi permintaan akhir.

21 8 Neraca modal dari sisi penerimaan (baris) berupa pemasukan dalam bentuk tabungan rumahtangga, swasta dan pemerintah, sedangkan dari sisi pengeluaran (kolom) pada neraca komoditi berupa investasi. Transaksi antara domestik dengan luar negeri (rest of the world/row) dicatat dalam neraca terakhir. Penerimaan yang berhubungan dengan luar negeri dalam perekonomian domestik diperoleh dari ekspor, transfer pendapatan institusi dari luar negeri (rumahtangga dan perusahaan), transfer pendapatan dari faktor-faktor produksi, dan pemasukan modal dari luar negeri, sedangkan pengeluarannya berupa impor, pembayaran faktor-faktor produksi dan transfer ke luar negeri. Struktur SM dibangun dengan data yang umumnya diperoleh dari PS disagregasi pada neraca yang berbeda, dibutuhkan tiga kumpulan data yaitu: 1. Neraca aktifitas dan komoditi, dapat diambil dari tabel transaksi Input-Output.. Disagregasi value added dari pendapatan tenagakerja dan keuntungan perusahaan, diperoleh dari survei tenagakerja dan sensus sektoral. Hal yang agak rumit adalah saat mengukur sektor-sektor aktifitas yang informal, yang sebenarnya dapat di identifikasikan melalui survei industri.. Penentuan pendapatan dan pengeluaran institusi perusahaan dan rumahtangga. Pekerjaan ini paling rumit dalam membangun struktur SM. Pada sisi pengeluaran, dapat diperoleh melalui survei konsumsi, pajak yang tersedia pada anggaran belanja negara. Namun dari sisi penerimaan harus dilakukan survei rumahtangga. pabila tidak tersedia, digunakan data survei pengeluaran keluarga, atau distribusi pendapatan penduduk kota dan desa, atau survei angkatan kerja, dengan ketentuan survei tersebut memasukkan karakteristik anggota rumahtangga. Penerimaan dan pengeluaran perusahaan secara agregat diperoleh dari dokumen neraca nasional. Transfer antara

22 81 pemerintah dan perusahaan, tersedia di statistik pemerintahan. kumpulan data lainnya sebagian besar diperoleh pada adan Pusat Statistik... Kerangka Inter-regional Social ccounting Matrix Perekonomian suatu wilayah akan berdampak kepada wilayah lain sebagai limpahan (spill-over effect). erdasarkan spill-over effect tersebut, Inter-regional Social ccounting Matrix (IRSM) dikembangkan untuk menangkap kaitan perekonomian antar wilayah dan memberikan tambahan informasi arus barang inter-regional, distribusi pendapatan inter-regional. IRSM merupakan suatu model yang dapat memotret seluruh neraca perekonomian, endogen maupun eksogen, baik intra maupun inter-regional. Model IRSM mampu: (1) menganalisis keterkaitan aktivitas produksi, distribusi pendapatan, komsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi serta perdagangan luar negeri, () menyajikan suatu kerangka kerja yang dapat menyatukan seluruh data perekonomian regional, () menghitung dampak ekonomi regional dan menerangkan pengaruh suatu perubahan terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, dan (4) menjelaskan struktur ekonomi intra dan inter-regional, struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga intra maupun inter-regional. SM atau IRSM adalah arus melingkar (circular flow) pendapatan (income) dan pengeluaran (expenditure) dalam ekonomi suatu negara atau daerah yang menunjukkan aliran uang di satu sisi dan aliran barang dan jasa di sisi lain. Circular flow pada tiga blok neraca endogen menunjukkan arus uang dari neraca sektor produksi ke neraca faktor produksi, lalu ke neraca institusi dan selanjutnya kembali ke neraca sektor produksi. rah panah dari blok sektor produksi ke neraca faktor produksi diartikan sebagai kenaikan permintaan output oleh blok neraca eksogen yang mengakibatkan kenaikan permintaan input dan sebagai

23 8 kompensasi terjadi pengaliran uang dari blok neraca sektor produksi ke blok neraca faktor produksi. Peningkatan permintaan input akan meningkatkan pendapatan institusi yang dihasilkan sektor produksi. Hal ini dilambangkan dari arah panah dari blok neraca institusi ke blok neraca sektor produksi. Region I Region II Sektor Produksi () T6 T6 Sektor Produksi (6) T5 T6 T T T65 T46 Faktor Produksi (1) T1 Institusi () T5 T5 Institusi (5) T54 Faktor Produksi (4) T51 T4 Rest of Indonesia (7) Rest of the world Keterangan : : Transaksi intra-regional : Transaksi inter-regional Sumber: Hadi (1), chjar et al., lim (6). Gambar 9. Kerangka Inter-regional Social ccounting Matrix Gambar 9 menunjukkan agar berproduksi, sektor dan 6 membutuhkan faktor produksi sebagai input yang berasal dari daerah sendiri (intra-regional) atau daerah lain (inter-regional). Karena sifatnya yang temporer bergantung ketersediaan input di wilayah sendiri, maka kebutuhan input dari wilayah lain (T 16 dan T 4 ) tidak selalu digunakan/tersedia, sehingga tidak berarti harus diisi (nilainya nol). Setiap transaksi menggambarkan arus uang sebagai kompensasi

24 8 suatu transaksi. Dengan demikian penggunaan faktor produksi seyogianya berada di wilayah yang sama dengan sektor produksi yang menggunakan. Sektor produksi yang menggunakan faktor produksi akan memberikan kompensasi kepada institusi, sehigga penggunaan faktor produksi dari daerah lain dapat diditeksi melalui alokasi nilai tambah (value added) faktor produksi wilayah sendiri kepada blok institusi wilayah lain sebagai pemilik faktor produksi seperti dalam sel transaksi T 51 dan T 4. Transaksi T 51 menunjukkan alokasi nilai tambah faktor produksi di region I kepada institusi region II yang merupakan pemilik faktor produksi yang digunakan sektor produksi region I. Demikian pula transaksi T 4 menggambarkan alokasi nilai tambah faktor produksi region II kepada institusi region I dimana intitusi region I merupakan pemilik faktor produksi yang digunakan sektor produksi region II. esarnya penerimaan institusi bergantung besarnya faktor produksi yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh institusi bergantung seberapa besar institusi tersebut memiliki faktor produksi. Institusi mengalokasikan pendapatan yang diperoleh kepada sektor produksi dalam bentuk komsumsi langsung, investasi, tabungan, maupun transfer antar institusi. Transaksi institusi terjadi didalam region (intra-regional) maupun interregional, yakni alokasi pendapatan institusi kepada sektor produksi di intra maupun inter-regional, serta transfer antar institusi di dalam region dan transfer antara institusi inter-regional. Interaksi ekonomi antara region I dengan region II ditunjukkan oleh panas putus-putus dengan notasi T4, T 5,T 5, T 6, T 51, T 5, T 6 dan T 6 seperti terdapat pada Gambar 9. Keterkaitan transaksi masing-masing region I dan region II dengan luar negeri (daerah lain diluar kedua region) ditunjukkan oleh hubungan masingmasing neraca dengan the rest of world. Hubungan neraca sektor produksi

25 84 dengan the rest of world menunjukkan adanya perdagangan langsung masingmasing region dengan luar negeri, sementara hubungan neraca faktor produksi dengan the rest of the world menggambarkan adanya aliran modal (capital flow) dari dan ke luar negeri. Hubungan neraca institusi dengan the rest of world menunjukkan adanya transfer institusi dari dan ke luar negeri. erdasarkan kaitan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 9, kemudian dibangun struktur IRSM yang secara agregat disusun dalam bentuk matrik pada Tabel 7. Tabel 7. Kerangka Dasar Inter-regional Social ccounting Matrix. Pengeluaran Penerimaan Faktor 1 Wilayah Produksi Jawa- Institusi ali Sektor Produksi Faktor 4 Wilayah Produksi Sumate Institusi 5 ra Sektor 6 Produksi Neraca Eksogen 7 Total Pengeluaran 8 Faktor Produksi Wilayah Jawa-ali Wilayah Sumatera Neraca Total Sektor Produksi Faktor Produksi Sektor Produksi Peneri maan Institusi Institusi Eksogen Catatan: Neraca eksogen terdiri neraca kapital, pajak tak langsung, subsidi, the rest of Indonesia, dan the rest of world. dapun pengertian notasi pada Tabel 7 diterangkan pada Tabel 8. Tabel 8. Defenisi Neraca Transaksi Inter-regional Social ccounting Matrix Neraca T ; T T 1 ; T T 4 ; T T ; T T 5 ; T T ; T T 5 ; T T ; T T 6 ; T Defenisi Pendapatan faktor produksi dari sektor produksi intra-regional Pendapatan institusi atas kepemilikan faktor produksi intra-regional Pendapatan institusi atas kepemilikan faktor produksi inter-regional Transfer antar institusi intra-regional Transfer antar institusi inter-regional Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi intra-regional Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi inter-regional Permintaan antara intra-regional Permintaan antara inter-regional

26 Tabel 8. Lanjutan 85 Neraca X 17 ; X X 7 ; X X 7 ; X X 71 ; X X 7 ; X X 7 ; X X77 Y 18 ; Y Y 8 ; Y Y 8 ; Y Y78 Y 81 ; Y Y 8 ; Y Y 8 ; Y Y Defenisi Pendapatan faktor produksi dari transfer luar negeri Transfer luar negeri kepada institusi Ekspor barang dan jasa setiap region Permintaan luar negeri atas kepemilikan faktor produksi Tabungan institusi Import barang dan jasa setiap region Transfer lainnya Distribusi pendapatan faktorial setiap region Distribusi pendapatan institusional setiap region Total output sektor produksi setiap region Total penerimaan neraca lainnya Distribusi pengeluaran faktorial setiap region Distribusi pengeluaran institusional setiap region Total input sektor produksi setiap region Total pengeluaran neraca lainnya IRSM memiliki beberapa kelebihan terhadap SM wilayah tunggal berupa informasi tambahan dalam hubungan inter-regional terutama dalam arus barang inter-regional, distribusi pendapatan inter-regional, dan keseimbangan keragaman ekonomi makro inter-regional..4. Kerangka nalisis Multiplier Social ccounting Matrik Pengganda (multiplier) dapat didefenisikan sebagai dampak yang terjadi terhadap variabel endogen (endogenous variable) akibat perubahan pada variable eksogen (exogenous variable). Pengganda dimaksud, misalnya pengganda pendapatan nasional dirumuskan 1/(1-MPC) dimana MPC adalah marginal prospensity to consume (kecenderungan marginal mengkomsumsi) menjelaskan bahwa perubahan pendapatan nasional ditentukan oleh perubahan. Semakin besar, maka semakin besar pendapatan nasional. Dalam analisis SM maupun Input-Output, terdapat beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam bentuk matrik pengganda (multiplier matrix) yang selanjutnya digunakan untuk melakukan analisis dampak (impact analysis) seperti analisis dampak pendapatan, analisis dampak tenaga kerja dan

27 86 lain-lain. Disebabkan analisis pengganda (multipler analysis) digunakan untuk mencari dampak, maka digunakan terminologi dampak pengganda (multiplier effect atau multiplier impact). nalisis multiplier dapat dikelompokkan menjadi bagian besar yaitu penganda neraca (accounting multiplier) dan pengganda harga tetap (fixed price multiplier). ccounting multiplier pada dasarnya tidak berbeda dengan multiplier pada matriks invers Leontif dalam model Input-Output. Dengan demikian semua analisis multiplier yang digunakan pada analisis Input-Output seperti own multiplier, other linkage multiplier dan total multipler dapat diaplikasikan pada analisis accounting multiplier dalam SM. nalisis fixed price multiplier mengarah pada pengukuran dan analisis respon rumahtangga terhadap perubahan neraca eksogen dengan memperhitungkan expenditure prospensity. Matrik T yang terdiri dari sub-matrik merupakan matrik transaksi antar blok dalam neraca endogen sehingga sering disebut dengan matrik endogen. Matrik adalah penerimaan (pendapatan) neraca endogen dari neraca eksogen yang disebut juga dengan injeksi. Matriks adalah pengeluaran neraca endogen untuk neraca eksogen, dan disebut juga dengan kebocoran atau leakages. Matriks adalah penerimaan (pendapatan) total dari neraca endogen. Matriks menunjukkan pengeluaran total dari neraca endogen. Distribusi pendapatan neraca endogen dapat dirinci terhadap masing-masing blok neraca sebagai berikut: 1. Jumlah pendapatan faktor produksi Y 1 = T + X 1... (.1). Jumlah pendapatan institusi Y = T 1 + T + X... (.)

28 87. Jumlah pendapatan sektor produksi Y = T + T + X (.) Distribusi pengeluaran neraca endogen adalah: 1. Jumlah pengeluaran faktor produksi Y 1 = T 1 + L (.4). Jumlah pengeluaran institusi Y = T + T + L... (.5). Jumlah pengeluaran sektor produksi Y = T + T + L... (.6) Persamaan (.1) sampai (.6) dapat di representasikan dalam bentuk: Y = T + X... (.7) Dimana T merupakan matrik endogen, yang dapat ditulis sebagai berikut: T T = T 1 T..... (.8) T T Matriks T sebagai salah satu submatrik dalam SM, menggambarkan transaksi penerimaan dan pengeluaran, namun dengan lingkup yang lebih sempit yaitu di dalam neraca endogen. ila dibaca menurut baris, matrik T pada persamaan (.8) merupakan penerimaan salah satu blok dari blok yang lain. Pada baris pertama T menunjukkan penerimaan faktor produksi dari kegiatan sektor produksi. Pada baris kedua, T 1 merupakan penerimaan institusi dari faktor produksi dan T adalah penerimaan institusi dari institusi itu sendiri. Pada baris ketiga, T adalah penerimaan kegiatan produksi dari institusi dan T merupakan penerimaan kegiatan produksi dari kegiatan produksi itu sendiri.

29 88 Matrik T yang dibaca menurut kolom menunjukkan pengeluaran salah satu blok untuk blok yang lain. Pada kolom pertama, T 1 adalah pengeluaran faktor produksi untuk institusi. Pada kolom kedua, menunjukkan pengeluaran institusi untuk institusi itu sendiri dan T merupakan pengeluaran institusi untuk kegiatan produksi. Pada kolom ketiga, T merupakan pengeluaran kegiatan produksi untuk faktor produksi dan T adalah kegiatan produksi untuk kegiatan produksi itu sendiri. ila ditinjau dari sama tidaknya blok yang bertransaksi, maka dalam matrik transaksi T terdapat transaksi yang terjadi antarblok yang berbeda (T, T 1, T ) dan di dalam blok yang sama (T dan T ). Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 1. dimana tanda panah menunjukkan aliran uang. ktivitas Produksi T T T Institusi T T 1 Faktor Produksi T 11 Gambar 1. Transaksi ntar lok dalam Social ccounting Matrix Matrik transaksi antar blok dalam neraca endogen (T) menunjukkan aliran penerimaan dan pengeluaran yang dinyatakan dalam satuan moneter. pabila setiap sel dalam matriks T dibagi dengan jumlah kolomnya, maka akan diperoleh sebuah matrik baru yang menunjukkan besarnya kecenderungan pengeluaran ratarata (average expenditure propensities). Matrik baru tersebut katakanlah matrik dengan unsur-unsurnya yang didefenisikan sebagai perbandingan antara

30 89 pengeluaran/ pembayaran (payment) sektor untuk sektor ke dengan total pengeluaran ke ) atau dapat dirumuskan sebagai berikut : = T / Y j... (.9) atau dalam bentuk matrik: m = 1... (.1) Kembali kebelakang pada persamaan (Y=T+X), bila dibagi dengan Y, maka: Y/Y = T/Y + X/Y... (.11) Persamaan (.9) disubtitusikan ke persamaan (.11) akan diperoleh : I = + X/Y (I )Y = X Y = (I ) -1 X... (.1) adalah koefisien yang menunjukkan pengaruh/ dampak langsung (direct effect) perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya. Jika M a = (I ) -1 disebut matrik pengganda neraca (accounting multiplier) yang mengambarkan pengaruh/ tekanan perubahan suatu sektor terhadap sektor lain dalam keseluruhan sistem SM, dan disebut juga dengan dampak global. ila dampak global dikurangi dampak langsung (Ma - ) maka diperoleh dampak tidak langsung (indirect effect). erdasarkan persamaan (.1), akan diperoleh persamaan matrik: Y = M a X... (.) Multiplier yang dihasilkan SM secara prinsip dapat dibagi dua yaitu multiplier standard dan multiplier SM. Multiplier standard dihasilkan dari

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran IV. METODOLOGI Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) melalui APBN akan meningkatkan output sektor industri disebabkan adanya efisiensi/

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka dan kerangka pemikiran yang digunakan, penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap penyerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan pada penelitian ini dan tahapan-tahapan analisis pada penelitian ini. Diawali dengan penjelasan mengenai sumber data yang akan digunakan,

Lebih terperinci

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN Simulasi kebijakan merupakan salah satu cara yang lazim dilakukan untuk mengambil suatu kebijakan umum (public policy). Dalam penelitian ini, dilakukan berberapa skenario

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA 5.1. Struktur Perkonomian Sektoral Struktur perekonomian merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap struktur Produk Domestik

Lebih terperinci

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA Dampak Transfer Payment (Achmad Zaini) 15 DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA (The Impact of Transfer Payment on Income of Farmers Household

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

P U S J A T A N. Muktar Napitupulu 1), Mangara Tambunan 2), Arief Daryanto 3), Rina Oktaviani 4)

P U S J A T A N. Muktar Napitupulu 1), Mangara Tambunan 2), Arief Daryanto 3), Rina Oktaviani 4) DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PEREKONOMIAN PULAU JAWA-BALI DAN SUMATERA (THE IMPACT OF ROAD INFRASTRUCTURE ON ECONOMICS IN JAVA, BALI AND SUMATERA) Muktar Napitupulu 1), Mangara Tambunan 2), Arief

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Pulau Kalimantan didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: Pulau Kalimantan sangat kaya akan sumberdaya alam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI

VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI 6.1. Analisis Multiplier Pembangunan Jalan Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan umumnya membutuhkan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan 9 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan Suatu wilayah terkait dengan beragam aspek, sehingga definisi baku mengenai wilayah belum ada kesepakatan di antara para ahli. Sebagian ahli mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan 138 BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA 6.1. Infrastruktur dan Kinerja perekonomian Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN 6.1. Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan di Bagian ini akan menganalisis dampak dari peningkatan investasi pada

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Ekonomi wilayah dalam satu negara merupakan ekonomi terbuka dan interaksi ekonomi antarwilayah berlangsung tanpa hambatan apapun. Dalam kaitan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang kehidupan manusia yang meliputi tiga aspek penting yaitu : (1) peningkatan standar hidup

Lebih terperinci

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi Pengantar Makro Ekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi Makroekonomi Mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan Bertujuan memahami peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijakan

Lebih terperinci

V. METODE PENELITIAN

V. METODE PENELITIAN V. METODE PENELITIAN 5.. Konstruksi Model IRSAM KBI-KTI Sebagaimana telah diungkapkan dalam Bab terdahulu bahwa studi ini akan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi Antarregional KBI-KTI atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Nilai konsumsi rumah tangga perkapita Aceh meningkat sebesar 3,17 juta rupiah selama kurun waktu lima tahun, dari 12,87 juta rupiah di tahun 2011 menjadi 16,04 juta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan juga dapat

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H

PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H PENGARUH POLA INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH ATIK MAR ATIS SUHARTINI H 14094006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL MATERI A Pengertian Pendapatan Nasional B Tujuan dan Manfaat Mempelajari Pendapatan Nasional C Konsep Pendapatan Nasional D Metode Perhitungan Pendapatan Nasional E Pendapatan

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

DAMPAK PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI RAKHMAT PRABOWO

DAMPAK PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI RAKHMAT PRABOWO DAMPAK PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI RAKHMAT PRABOWO DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2003

IV. METODE PENELITIAN Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2003 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Kerangka Konstruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi 4.1.1. Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 23 Studi ini menggunakan data SNSE Indonesia tahun 23 yang dicirikan dengan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting

Lebih terperinci

Perbedaan GDP dan GNP

Perbedaan GDP dan GNP Perbedaan GDP dan GNP Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan suatu hal yang diperlukan dalam setiap penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1 PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati 1 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci