III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
|
|
- Yanti Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan suatu hal yang diperlukan dalam setiap penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perluasan bidang garapan yang dapat mengakibatkan penelitian menjadi tidak terfokus (Verschuren dan Dooreward, 1999; de Vaus, 2001). Secara umum, analisis yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam dua tahapan. Tahapan pertama dilaksanakan untuk mengetahui keterkaitan ekonomi dan struktur ekonomi antar pulau dalam periode tahun 2000 dan Pada tahap ini, alur penghitungan keterkaitan ekonomi didasari oleh analisis model IRIO Model IRIO 2000 ini selain untuk mendapatkan acuan (benchmark) struktur perekonomian dan keterkaitan antarregion periode sebelumnya. Pola perubahan struktur ekonomi sektoral dan spasial digunakan untuk melihat dampak dari pembangunan sektor transportasi, sehingga melalui pola ini dapat tergambarkan fokus investasi. Selanjutnya, pola ini juga dapat menggambarkan produktivitas perekonomian antar-sektor dan antarregion. Tahapan kedua dilaksanakan untuk mengetahui peranan sektor transportasi dalam mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah dengan integrasi intra wilayah dan antar wilayah. Hal ini dapat dilakukan dengan data dasar IRIO 2000 dan IRIO Dari sini diperoleh gambaran dampak sektor transportasi di masing-masing wilayah dalam mengurangi disparitas intra wilayah dan antar wilayah. Sehingga diperoleh gambaran dampak simulasi kebijakan sektor transportasi terhadap output, nilai tambah, dan kesempatan kerja regional. Lebih
2 52 jauh lagi, dari tahap ini diketahui dampak investasi infrastruktur transportasi dan hubungannya terhadap peningkatan perdagangan intra wilayah dan antar wilayah. Perekonomian Wilayah Indonesia IRIO 2000 IRIO 2005 Aggregasi/Disaggregasi (12 sektor) Aggregasi/Disaggregasi (12 sektor) 5 Wilayah 5 Wilayah Analisis Perubahan Struktur Wilayah Input Output Wilayah DFD;EE;IS;TC Transportasi (darat, laut, udara) Analisis deskriptif, keterkaitan dampak output, nilai tambah dan kesempatan kerja Sumber-sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Disparitas Ekonomi di Wilayah Indonesia Gambar 8. Alur Penghitungan Analisis Dampak dan Pola Perubahan Struktural Ekonomi Pola perdagangan antar wilayah dianalisis dengan melihat angka ekspor, impor dan ekspor neto daerah, baik domestik maupun internasional. Kemudian nilai ekspor total domestik akan dipecah ke dalam nilai ekspor untuk permintaan antara dan permintaan akhir. Nilai ekspor dan impor tersebut diproksi dari model IRIO Indonesia tahun 2005 dan Untuk menganalisis derajat keterkaitan dan kemandirian suatu pulau terhadap pulau lainnya akan digunakan model I-O Daerah dan Input-Output Antardaerah (IRIO). Keterkaitan ekonomi dilihat dari aspek sektoral dan spasial. Dari aspek sektoral dianalisis keterkaitan ekonomi
3 53 antarsektor di suatu pulau. Sedangkan dari aspek spasial, dianalisis keterkaitan ekonomi antar-wilayah secara sektoral. Dari kedua tahapan umum yang dijabarkan di atas diharapkan adanya implikasi kebijakan, monitoring dan evaluasi, serta perencanaan progam sektor transportasi terhadap pengurangan disparitas ekonomi intra wilayah dan antar wilayah. Dampak secara sektoral dan regional digunakan untuk melihat implikasi kebijakan pembangunan sektor transportasi yang sudah dilakukan pemerintah Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian literatur dan konseptualisasi penelitian, maka diperoleh hipotesis : 1. Untuk mempercepat perubahan struktural di sektor transportasi maka diperlukan dukungan Domestic Final Demand (DFD) dan Expansi Export (EE). 2. Terdapat pola saling ketergantungan antar sektor dalam ekonomi yang diikat oleh sektor transportasi sebagai katalisator. 3. Sektor transportasi merupakan faktor pendorong dalam intrawilayah/ interwilayah dalam usaha menghubungkan simpul simpul strategis Kerangka Interregional Input-Output Sampai dengan saat ini, sudah banyak pihak yang melakukan studi tentang model perkembangan ekonomi nasional secara agregat, baik yang dilakukan secara individual maupun institusi. Salah satu tujuan studi seperti ini adalah untuk menangkap dampak perubahan variabel-variabel kebijakan atau variabel yang
4 54 dieksogenkan ke dalam perekonomian. Menurut Muchdie (1998), model-model ekonomi agregat demikian tidak lagi memadai karena tidak dapat menggambarkan aspek ruang suatu perekonomian, baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunan. Demikian pula dengan model I-O nasional atau daerah, yang digunakan untuk mengukur dampak perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian, tidak mampu menggambarkan aspek ruang perekonomian nasional atau daerah. Jadi, model I-O tidak terlalu banyak manfaatnya bagi perencanaan pembangunan dan evaluasinya yang telah merasuk ke dalam dimensi ruang. Oleh karena itu, sekarang dibutuhkan model yang mampu memberikan analisis tentang dampak langsung, tidak langsung dan, yang terimbas (induced effect) dari kegiatan pembangunan yang memasukkan aspek keruangan. Model Interregional Inputoutput (IRIO) memiliki kapasitas tersebut. Model IRIO menawarkan beberapa kelebihan tidak seperti model I-O regional. Pertama, model I-O suatu daerah mengabaikan dampak pengganda pada suatu perekonomian daerah yang didorong oleh aliran perdagangan antardaerah (Bulmer-Thomas, 1982). Model IRIO menyadari kelemahan ini dengan menambahkan (1) baris untuk mencatat impor daerah dan (2) kolom untuk mencatat tambahan ekspor daerah 1. Struktur keterkaitan antarregion telah menjadi topik diskusi yang umum di dalam analisis regional, yang diarahkan pada permasalahan dampak timbal balik (feedback effect) antarregion dan derajat tingkat perubahan yang dimulai pada satu daerah yang mempengaruhi aktivitas ekonomi di daerah lain. Hal ini akan 1 dikutip dari Kuncoro (2002) hal 152.
5 55 mempengaruhi kembali aktivitas ekonomi di daerah asal. Sementara itu, Miller (1969) mengusulkan suatu perumusan proses feedback untuk menangani masalah ini yang sedikit berbeda dengan Miyazawa (1976) yang mengusulkan cara yang inovatif dengan membatasi sistem daerah yang dianalisis dengan menghasilkan identifikasi yang dikenal sebagai internal, eksternal multiplier interregional feedback effects. Dari waktu ke waktu, sistem model input-output telah menerapkan perkiraan keterkaitan ekonomi dengan lingkungan. Lebih lanjut, sistem model ekonomi interregional input-output dapat diterapkan di dalam analisis dampak residual yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi antardaerah (Raa, 2003) Dampak Pengganda Input-Output Matriks multiplier Input Output atau Leontief Inverse Matrix adalah matriks (I-A) -1 yang sering diberi nama matriks B. Matriks ini digunakan untuk melihat bagaimana output terjadi jika terdapat perubahan di permintaan akhir. West dan Jensen (1980) membedakan kategori pengganda menjadi dampak awal (initial impact) dan dampak luberan yaitu akumulasi dari dampak pengaruh langsung (direct effect), dampak pengaruh tidak langsung (indirect effect) yang juga dikenal dengan pengaruh dukungan industri (industrial support effect), serta dampak imbasan konsumsi (consumption induced effect) terhadap pembentukan output, nilai tambah dan kesempatan kerja secara regional dan sektoral dalam model IRIO.
6 Dampak Pengganda Total Dampak pengganda total merupakan penjumlahan dari dampak awal, dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak imbasan konsumsi. Dampak pengganda total dapat berupa dampak pengganda total output, pendapatan dan kesempatan kerja sebagai akibat terjadinya perubahan pada permintaan akhir. Sebagai contoh dapat diilustrasikan sebagai berikut: Apabila sektor Konstruksi di Jawa memiliki angka dampak pengganda total terbesar di antara sektor-sektor di 5 kelompok pulau, yaitu sebesar 2.866, maka arti dari angka ini adalah jika permintaan akhir terhadap output sektor konstruksi di Jawa meningkat sebesar Rp 1000, maka berdampak pada peningkatan output perekonomian keseluruhan (semua sektor dan pulau) senilai Rp Untuk pengganda total pendapatan, misalnya sektor jasa-jasa lainnya di Kalimantan memiliki nilai pengganda total sebesar Artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir jasa-jasa lainnya di Kalimantan sebesar Rp 1000, maka akan meningkatkan pendapatan total sebesar Rp Dampak Pengganda Sektoral Pengganda sektoral adalah dekomposisi pengganda berdasarkan sektoral, yaitu dibedakan menjadi dampak yang terjadi pada sektor yang mengalami kenaikan permintaan akhir dan dampak yang terjadi pada sektor-sektor lainnya. Hasil studi Muchdie (1998a), menunjukkan bahwa pada beberapa sektor, pengganda pada sektor sendiri mencapai lebih dari 60 persen dari pengganda total karena besarnya dampak awal. Akan tetapi, ada beberapa sektor di mana dampak pengganda yang terjadi pada sektor lain lebih besar dibanding dengan yang terjadi
7 57 pada sektor sendiri. Ini terutama karena kuatnya keterkaitan antarsektorantardaerah melalui pembelian input Dampak Pengganda Spasial Pengganda spasial adalah dekomposisi pengganda berdasarkan keruangan, yaitu dibedakan menjadi dampak yang terjadi pada pulau sendiri dan pulau lain. Umumnya pengganda output yang terjadi pada pulau sendiri lebih besar dibandingkan dengan yang mengimbas ke pulau lain. Penyebabnya ada dua hal yaitu dampak awal yang terjadi pada pulau itu sendiri dan lemahnya keterkaitan antar-daerah.tingginya persentase dampak pengganda yang terjadi di pulau sendiri menunjukkan bahwa pulau tersebut sangat mandiri, tetapi ini juga berarti bahwa keterkaitan spasial dengan pulau-pulau lainnya sangat lemah Dampak Pengganda Bersih Nilai pengganda total saja dapat menyesatkan jika analisis ditujukan untuk memilih sektor-sektor unggulan. Dampak bersih (flow-on effects) agaknya lebih tepat karena menunjukkan dampak bersih akibat berubahnya permintaan akhir. Dampak bersih mengukur dampak yang terjadi pada semua sektor-spasial sebagai hasil dari dampak awal. Dampak bersih diukur dari dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak imbasan. Dampak awal yang merupakan sebab telah dikeluarkan dalam perhitungan sehingga diperoleh dampak bersih. Dalam konteks antar-daerah, dampak bersih ini tersebar pada berbagai sektor dan juga pada berbagai pulau.
8 58 A. Dampak Pengganda Bersih Sektoral Dampak bersih sektoral adalah dampak bersih akibat adanya perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian yang dilihat secara secara sektoral, atau tidak memperhatikan sisi spasial. Menurut hasil studi Muchdie (1998a), secara umum dampak bersih output yang diciptakan karena perubahan permintaan akhir dinikmati oleh tiga sektor dominan dalam perekonomian Indonesia, yaitu sektor Industri, Pertanian (peternakan, kehutanan dan perikanan) dan Perdagangan, hotel dan restoran. B. Dampak Pengganda Bersih Spasial Dampak bersih spasial adalah dampak bersih akibat adanya perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian yang dilihat secara spasial, atau tidak memperhatikan sisi sektoral. Seberapa besar persentase dampak bersih akan terjadi di pulau sendiri sangat ditentukan oleh besarnya keterkaitan antarpulau melalui dampak luberan (spill-over effects) dan dampak balik (feed-back effects). Semakin besar dampak luberan, akan semakin besar dampak bersih yang terjadi di pulau lain dan semakin kecil dampak bersih yang terjadi di pulau sendiri. Semakin besar dampak balik, akan semakin besar persentase dampak bersih yang terjadi di pulau sendiri. Pada bagian berikut kedua hal tersebut akan dibahas secara lebih rinci Dampak Balik dan Luberan Persentase kesalahan total angka pengganda (overall percentage error) muncul karena mengabaikan keterkaitan spasial dengan menggunakan ukuran dan
9 59 definisi IDBAD dan IDBTAD 2. Perhitungan ini didasarkan atas matriks Kebalikan Leontief tertutup yang secara total sudah mempertimbangkan dampak imbasan konsumsi. Pada tingkat nasional, nilai IDBAD adalah kecil untuk semua angka pengganda total (output, pendapatan dan kesempatan kerja). Akan tetapi, nilai IDBTAD cukup berarti mengingat besarnya dampak luberan. Pengabaian dampak balik dan dampak luberan antardaerah akan menyebabkan angka pengganda total lebih rendah. Nilai IDBTAD akan lebih relevan dalam analisis keterkaitan antardaerah karena indeks tersebut mencakup analisis yang lebih menyeluruh di mana diperhitungkan dampak luberan dan dampak balik secara bersama-sama. Nilai IDBTAD di atas menunjukkan pentingnya keterkaitan antarpulau dalam ekonomi kepulauan, seperti Indonesia. Pengabaian keterkaitan spasial akan menyebabkan nilai perkiraan dampak ekonomi wilayah lebih kecil dari yang sesungguhnya terjadi. Mengingat model daerah tunggal mengabaikan dampak luberan dan dampak balik, adalah kemudian menjadi penting untuk menggunakan model antardaerah. Pola keterkaitan spasial dampak bersih mirip dengan pola keterkaitan spasial pengganda total. Akan tetapi ukuran keterkaitan spasial dampak bersih lebih kecil dibandingkan dengan pengganda total karena dikeluarkannya dampak awal dalam perhitungan. Implikasinya, untuk merelokasikan kegiatan pembangunan diperlukan intervensi pemerintah mengingat bahwa luberan antarsektor dan luberan 2 IDBAD = Index Dampak Balik Antar Daerah IDBTAD = Index Dampak Balik Tumpahan Daerah
10 60 antarpulau tidak akan memadai. Adanya konsentrasi kegiatan pembangunan di suatu wilayah akan memperburuk masalah pemerataan dalam perekonomian Indonesia. Rendahnya dampak luberan dari suatu wilayah mengindikasikan bahwa dampak bersih di wilayah tersebut tidak mengalir secara memadai ke wilayah lain di Indonesia. Sebaliknya, dampak balik dari pembangunan di diluar wilayah tersebut akan mengalir kembali kewilayah asalnya Perubahan Struktur Ekonomi Dalam proses pembangunan ekonomi, perubahan/pergeseran struktur (structural change) menjadi penting untuk dianalisa (Guo and Planting, 2000, Sonis et al, 1995, West and Brown, 2003). Penelitian mengenai pergeseran struktur di dalam domain ekonomi pada umumnya berhubungan dengan proses diversifikasi yang mana berhubungan dengan produksi, konsumsi dan pola perdagangan. Analisis perubahan struktur dan pertumbuhan ekonomi dapat memberikan perspektif jangka panjang tentang arah perkembangan perekonomian ke depan. Chenery dan Syrquin (1975). Achyar, et al (2004) menyebutkan tiga macam proses yang menyebabkan perubahan struktur ekonomi yaitu : 1. Akumulasi proses yang diindikasikan oleh perubahan dalam investasi, pendapatan pemerintah dan pendidikan. 2. Akumulasi proses yang dindikasikan dengan perubahan struktur permintaan domestik, produksi dan perdagangan. 3. Demografi dan proses distribusi, perubahan alokasi sumber daya manusia, urbanisasi dan distribusi pendapatan.
11 61 Hewing et al, (1998a, 1998b) berpendapat bahwa pembangunan dapat saja terkait dengan besar kecilnya interaksi antar sektor. Ketika kondisi ekonomi dalam thap maturity, derajat (tingkat) produksi antara akan berubah, di mana salah satu yang diharapkan akan terjadi adalah arus perubahan didalam unsur perekonomian (intra economy flow) akan tumbuh cepat dari pada transaksi diluar sistem ekonomi itu sendiri. Hal ini dapat menunjukkan bahwa, tingkat antara mencapai batas atas dan kemudian dapat saja mengalami penurunan. Beberapa alat (tools) analisis telah dikembangkan dalam upaya untuk melakukan identifikasi perubahan struktur ekonomi seperti growth and size alasticity model yang dikembangkan oleh Chenery dan Syrquin, 1975, dengan menggunakan cross section of the countries. Terkait dengan pengunaan Input Output model, maka perubahan struktur dapat terjadi karena perubahan output akibat dari perubahan permintaan akhir; perubahan output sebagai akibat dari kemajuan teknologi; dan perubahan output sebagai akibat dari sinergi antara perubahan permintaan akhir dan teknologi.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan besar besaran antarpulau di seluruh Indonesia sudah terjadi sejak jaman penjajahan Hindia Belanda oleh VOC. Kebanyakan perdagangan ini dilakukan oleh ras
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. A 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis 21 sektor perekonomian pada tabel Input-Ouput Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 dan 2008 pada penelittian ini, beberapa kesimpulan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha
Lebih terperinciIX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN
IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN Simulasi kebijakan merupakan salah satu cara yang lazim dilakukan untuk mengambil suatu kebijakan umum (public policy). Dalam penelitian ini, dilakukan berberapa skenario
Lebih terperinciBOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)
BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman
Lebih terperinciVII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL
VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii
Lebih terperinciIV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran
IV. METODOLOGI Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) melalui APBN akan meningkatkan output sektor industri disebabkan adanya efisiensi/
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II TINJAUAN PUSTAKA 21 Definisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Hess dan Ross (2000), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode waktu tertentu
Lebih terperinciAPLIKASI INPUT OUTPUT
APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan
Lebih terperinciVI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN
VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN 6.1. Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan di Bagian ini akan menganalisis dampak dari peningkatan investasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal manusia merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modal manusia memiliki peran sentral dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka peran modal manusia merupakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: TRANSFORMASI STRULTURAL Matsani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id TRANSFORMASI STRUKTURAL. Transformasi struktural berarti
Lebih terperinciSebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di
120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki
Lebih terperinciANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT
ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT OLEH: Abdul Kohar Mudzakir Dosen Lab Sosek Perikanan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata
Lebih terperinciIX. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Maluku, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
IX. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengembangan kawasan sentra produksi dalam meningkatkan perekonomian wilayah kepulauan Provinsi Maluku,
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor
Lebih terperinciVII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK
VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Pulau Kalimantan didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: Pulau Kalimantan sangat kaya akan sumberdaya alam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum
Lebih terperinciPERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)
M-4 PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Rai Rake Setiawan 2), Muhammad Safar Nasir 3), Suripto 4), Uswatun Khasanah 5) 1,2,3,4,5) Prodi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang
BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah
Lebih terperinciM-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)
M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Mita Adhisti 2), Rifki Khoirudin 3), Lestari Sukarniati 4), Suripto 5) 1,2,3,4,5) Prodi Ekonomi Pembangunan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. 1. Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting terhadap perekonomian Jawa Barat periode
Lebih terperincigula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.
5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual
Lebih terperinciPembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan
Lebih terperinciV. METODE PENELITIAN
V. METODE PENELITIAN 5.. Konstruksi Model IRSAM KBI-KTI Sebagaimana telah diungkapkan dalam Bab terdahulu bahwa studi ini akan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi Antarregional KBI-KTI atau
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak
Lebih terperinciKeterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan
60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan
Lebih terperinciPERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1
PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati 1 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian
Lebih terperinciVI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI
VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI 6.1. Analisis Multiplier Pembangunan Jalan Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan umumnya membutuhkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun jika dilihat potensi ekonomi dan karakteristik yang ada pada tiap-tiap daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional menjadi bagian utama dalam penyelenggaraan suatu negara. Untuk menjamin keserasian dan keterpaduan pembangunan nasional perlu diusahakan keselarasan
Lebih terperinciBAB III. KERANGKA PEMIKIRAN. kebijakan pembangunan antara wilayah/negara daratan (continental/landlock
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran berdasarkan teori yang digunakan dapat menjelaskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berbagai kajian atau teoriteori pengembangan wilayah secara umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, Negara kesatuan, dimana rencana-rencana pembangunan meliputi rencana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, sebab daerah merupakan bagian integral dari suatu Negara. Indonesia adalah Negara kesatuan, dimana
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 9 Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian... 9 Manfaat
Lebih terperinciANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT
PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah kesatuan ekosistem sumber daya alam hayati beserta lingkungannya yang tidak terpisahkan. Hutan merupakan
Lebih terperinciANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT
ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri
Lebih terperinciBoks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007
Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka dan kerangka pemikiran yang digunakan, penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap penyerapan
Lebih terperinciVI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK
VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang
Lebih terperinciAnalisis Peranan Aktivitas Sektor-Sektor Ekonomi terhadap Perekonomian Jawa Barat: Aplikasi Model Input-Output
Analisis Peranan Aktivitas Sektor-Sektor Ekonomi terhadap Perekonomian Jawa Barat: Aplikasi Model Input-Output 1 Latar belakang Oleh: Victor Firmana dan Ari Tjahjawandita Dalam konteks proses pembangunan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia
Lebih terperinciSumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah
48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan pada penelitian ini dan tahapan-tahapan analisis pada penelitian ini. Diawali dengan penjelasan mengenai sumber data yang akan digunakan,
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN
VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN 8.1. Kesimpulan Hasil studi menunjukkan bahwa prioritas alokasi investasi ke sektor pertanian dan industri berbasis pertanian yang didukung
Lebih terperinciPengertian Produk Domestik Bruto
KONTRIBUSI KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO 1 Dodik Ridho Nurrochmat 2 Pengertian Produk Domestik Bruto Neraca pendapatan nasional (national income accounting) merupakan salah satu inovasi penting
Lebih terperinciDAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan
Lebih terperinciSISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai
Lebih terperinciP U S J A T A N. Muktar Napitupulu 1), Mangara Tambunan 2), Arief Daryanto 3), Rina Oktaviani 4)
DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PEREKONOMIAN PULAU JAWA-BALI DAN SUMATERA (THE IMPACT OF ROAD INFRASTRUCTURE ON ECONOMICS IN JAVA, BALI AND SUMATERA) Muktar Napitupulu 1), Mangara Tambunan 2), Arief
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilisasi dan liberalisasi ekonomi pada akhir dekade 1960-an terbukti merupakan titik awal bagi pembangunan ekonomi dan industri. Pergeseran kepemimpinan nasional dari
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa
Lebih terperinciAnalisis Input-Output (I-O)
Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)
Lebih terperinci