III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi."

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Model Input-Output adalah suatu analisis tentang perekonomian suatu wilayah yang bertujuan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di suatu wilayah secara keseluruhan. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tingkat produksi terhadap sektor tertentu, maka dampaknya terhadap sektor lain dapat terlihat. Selain itu analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, maka dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut (Daryanto dan Yundy, 2010a). Model Input-Output untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Wassily Leontif pada tahun 1930 yang didasarkan pada pendekatan bahwa hubungan interdependensi antara suatu sektor dengan sektor lainnya dalam perekonomian dapat dinyatakan dalam persamaan linear. Menurut (Luthan, 1975) analisis Input- Output digunakan untuk melihat keadaan perekonomian berdasarkan besar kecilnya nilai ketergantungan suatu sektor terhadap sektor lain. Selain itu menurut (Glasson, 1977) model Input-Output dapat digunakan untuk meramalkan pengaruh pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja pada sektor ekonomi di suatu wilayah. Menurut Leontief, analisis Input-Output merupakan suatu metode yang sistematis mengukur hubungan timbal balik antara berbagai sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks, dimana ekonomi yang dimaksud dapat diterapkan pada sistem ekonomi suatu bangsa atau daerah (Daryanto dan Yundy, 2010).

2 33 Leontief memfokuskan perhatian terhadap hubungan antar sektor dalam satu wilayah. Konsep dasar dari Input-Output Leontief adalah : 1. Struktur perekonomian disusun dari berbagai sektor yang sama satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli. 2. Output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal, dan ekspor. 3. Input suatu sektor dibeli dari sektor lainnya dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, surplus usaha dan impor. 4. Hubungan Input-Output bersifat linear. 5. Waktu analisis biasanya dilakukan dalam kurun waktu satu tahun dan total input sama dengan total output. 6. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu Input-Output yang dihasilkan dari satu input. Model Input-Output dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain : (1) untuk analisis sektoral yang melukiskan hubungan pemerintah dan penawaran pada tingkat keseimbangan, (2) sebagai alat evaluasi pengaruh ekonomi pada investasi masyarakat terhadap perekonomian nasional dan regional, (3) sebagai alat peramalan dan perencanaan melalui mekanisme tertentu, (4) untuk analisis dampak sektor ekonomi, tenaga kerja dan pendapatan (Saragih, 2003). Penggunaaan Tabel Input-Output sebagai alat perencanaan maupun evaluasi terhadap pembangunan masih terbatas pada penggunaan Tabel Input- Output yang bersifat statis. Sebagaimana yang diketahui bahwa analisis dalam model statis menggunakan koefisien teknis, yang merupakan ukuran arus barang yang dibutuhkan untuk produksi yang sedang berjalan dalam suatu periode

3 34 tertentu. Kenyataannya kegiatan produksi suatu sektor juga dipengaruhi oleh beberapa input barang, khususnya barang modal yang digunakan sebagai penunjang terlaksananya proses produksi pada tahun yang bersangkutan. Dengan kata lain, dalam melaksanakan kegiatan produksinya suatu sektor mempunyai stok barang atau modal yang juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keperluan produksinya. Dalam model Input-Output statis, barang modal merupakan variabel eksogen yang tidak berpengaruh terhadap jalannya proses produksi (Saragih, 2003). Penyusunan Tabel Input-Output yang bersifat statis (static model) diperlukan 3 asumsi atau prinsip dasar yang dikemukakan oleh (O Connor dan Henry, 1975) yaitu : 1. Keseragaman (Homogenitas) yaitu prinsip dimana suatu komoditi yang dihasilkan suatu sektor hanya satu (tunggal) dengan struktur tunggal pula dan tidak ada komoditi substitusi yang dihasilkan oleh sektor lainnya. 2. Kesebandingan (Proportionality) yaitu suatu prinsip dimana hubungan input dengan output dalam suatu proses produksi adalah berupa garis lurus dengan perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional (fungsi linear), artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan sektor tersebut. 3. Penjumlahan (Additivitas) yaitu suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan sektor merupakan penjumlahan efek pada masing-masing kegiatan. Sebagai suatu sistem data kuantitatif, persoalan pokok yang dihadapi dalam menyusun Input-Output adalah bagaimana mencatat dan menyajikan berbagai kegiatan

4 35 ekonomi yang tentunya sangat beraneka ragam baik sifatnya, cara berproduksi, serta cara melakukan transaksi kedalam suatu Tabel yang lengkap dan komprehensif. Tabel Input-Output mempunyai keterbatasan yaitu: pertama; koefisien input yang konstan selama periode analisis dan proyeksi sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam produksi juga dianggap konstan, kedua; biaya yang sangat tinggi untuk menyusun Tabel Input-Output dengan metode survei; dan ketiga semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor maka akan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang tidak terungkap dalam analisis (Daryanto dan Yundy, 2010b). Tabel Input-Output merupakan metode kuantitatif yang mampu memberikan gambaran tentang hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam perekonomian suatu wilayah secara menyeluruh pada satu tahun tertentu yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor (Djakapermana, 2010). Dalam model Input-Output pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu: (1) pengaruh langsung, (2) pengaruh tidak langsung, dan (3) pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect merupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Sementara pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukkan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor yang bersangkutan. Terakhir pengaruh total atau total

5 36 effect adalah pengaruh keseluruhan sektor dalam perekonomian (Daryanto dan Yundy, 2010b). Menurut (Daryanto dan Yundy, 2010a) pemakaian model Input-Output mendatangkan keuntungan bagi perencanaan pembangunan daerah yaitu, pertama; dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional atau perekonomian regional dengan menguantifikasikan ketergantungan antar sektor dan sumber ekspor dan impor, kedua; perangkat permintaan akhir dapat ditentukan besaran output dari setiap sektor dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya, ketiga; dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta ataupun pemerintah dan ditelusuri dan diramalkan secara terperinci, dan keempat; perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik. Kegunaan Tabel Input-Output adalah untuk meneliti tingkat saling keterkaitan diantara berbagai sektor dalam suatu ekonomi. Selain itu Tabel Input- Outpun juga dapat melihat gambaran mengenai kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap ekonomi secara keseluruhan atau potensi pertumbuhan suatu sektor ekonomi tertentu. Tabel analisis Input-Output antara lain terdiri dari tabel koefisien input yang disebut matrik koefisien input, tabel atau matriks pengganda, tabel indeks daya menarik dan indeks daya mendorong serta berbagai tabel pendukung dan tabel analisis lainnya tergantung kepada luasnya bidang yang hendak dibahas. Format Tabel Input-Output bisa kita lihat pada Tabel 5.

6 37 Tabel 5. Tabel Input-Output Input s Output Sektor produksi Permintaan akhir Jumlah output N 1 Z II Z 12. Z 1n F 1 X 1 2 Z 21 Z 22. Z 2n F 2 X 2 Sektor Prosuksi 3 Z 31 Z 32. Z 3n F 3 X N Z n1 Z n2. Z nn F n X n Input Primer V 1 V 2. V n Total Input X 1 X 2. X n Sumber: Daryanto dan Yundy (2010a) Berdasarkan Tabel Input-Output dalam Tabel 5, sektor produksi terdapat didalam kuadran I yaitu berisi kelompok produsen yang memanfaatkan berbagai sumberdaya dan menghasilkan barang dan jasa secara makro yang disebut dengan sistem produksi. Sektor yang terdapat didalam sistem produksi disebut sebagai sektor endogen, sedangkan sektor yang terdapat diluar sistem produksi pada kuadaran II, III dan IV dinamakan sektor eksogen. Selain digunakan untuk sistem produksi dalam permintaan antara, output juga digunakan diluar sistem produksi yaitu dalam bentuk permintaan akhir. Input antara dalam Tabel 5 diatas menjelaskan bahwa terjadi arus perpindahan barang antar sektor, yaitu dari sektor i ke sektor j. Selain perpindahan antar sektor, perpindahan antar sektor dalam sektor inti seperti, sektor i dengan sektor i kemungkinan bisa terjadi (perpindahan intrasektor). Notasi Zij merupakan perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, sedangkan nilai total output sektor i diberi notasi X. Susunan angka-angka dalam bentuk matrisk memperlihatkan suatu hubungan saling berkaitan diantara beberapa sektor. Sektor 1, outputnya

7 38 berjumlah Z 1 yang dialokasikan secara baris yaitu Z 11, Z 12, Z 13 berturut-turut kepada sektor 1,2,3 sebagai permintaan antara sebanyak F 1 untuk memenuhi permintaan akhir. Alokasi output dapat dialokasikan dalam bentuk persamaan berikut: Z 11 + Z 12 + Z 13 + F 1 = X 1 Z 21 + Z 22 + Z 23 + F 2 = X 2 Z 31 + Z 32 + Z 33 + F 3 = X 3 Secara umum persamaan diatas dapat dirumuskan menjadi : n j= 1 = Zij + Fi = Xi i = 1,2,3...,n (5) dimana: Z ij F i Xi = Banyaknya output sektor listrik (i) digunakan sebagai input sektor pertambangan (j) = Permintaan akhir terhadap sektor listrik (i) = Total output sektor listrik (i) Sedangkan isian vertikal terutama di sektor produksi menunjukkan struktur input suatu sektor. Susunan input untuk 3x3 sektor produksi dapat dinotasikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Z 11 + Z 12 + Z 13 + V 1 = X 1 Z 21 + X 22 + Z 23 + V 2 = X 2 Z 31 + Z 32 + Z 33 + V 3 = X 3 Persamaan umum yang menyatakan hubungan antar kolom dinotasikan sebagai berikut: dimana: n j= 1 = Zij + Vj = Xj.. (6) j = 1,2,3,n

8 39 Z ij = Banyaknya output sektor listrik (i ) digunakan sebagai input sektor pertambangan (j) V j = Input Primer = Total input sektor pertambangan (j) X j Dalam analisis Input-Output sistem persamaan-persamaan tersebut diatas mempunyai peranan penting sebagai dasar analisis ekonomi. Apabila persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1) maka persamaan tersebut menjadi persamaan berikut: a 11 X 1 + a 12 X 2 + a 13 X 3 + F 1 = X 1 a 21 X 1 + a 22 X 2 + a 23 X 3 + F 2 = X 2 a 31 X 1 + a 32 X 2 + a 33 X 3 + F 3 = X 3 Dalam bentuk persamaan matriks menjadi: a a a a a a a a a X X X + F F F = X X X A X + F = X Dengan menyederhanakan matematis, persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut: AX + F = X F = X- AX F = (I- A) X (7) I merupakan matrix identiti, dari persamaan (3) tersebut maka dapat diperoleh persamaan: X = (I-A) -1 F (8) dimana (I-A) -1 merupakan matriks kebalikan dari (I-A), dan dikenal dengan Leontif Inverse Matriks. Berdasarkan matriks tersebut maka dapat diketahui

9 40 jumlah kebutuhan input baik langsung maupun tidak langsung untuk setiap satu unit output. (I-A) X = F... (9) Dimana I adalah matriks identitas berukuran n x n, A adalah matriks koefisien Input-Output dan F adalah total permintaan akhir (final demand) sedangkan X dan F vektor kolom yang berbentuk : X = X X X sedangkan F = F F F Apabila terdapat perubahan dalam permintaan akhir maka akan ada pula perubahan pola pendapatan daerah. Kondisi diatas dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: X = (I-A) -1 F. (10) Total permintaan akhir (Final Demand) tersebut adalah variabel eksogen, salah satu komponennya adalah pengeluaran pemerintah yang jumlahnya diatur oleh pemerintah itu sendiri. Sementara itu komponen dari permintaan akhir, terdiri dari : konsumsi rumah tangga, investasi, ataupun ekspor adalah variabel yang besarnya dapat dipengaruhi oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan. Apabila pemerintah mempunyai target untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tertentu,maka pemerintah dapat memilih kebijakan apa yang akan digunakan untuk mendorong permintaan akhir. Dalam konteks ini permintaan akhir dapat dijadikan alat pengambil kebijakan pemerintah. Dalam penyusunan Tabel Input-Output diperlukan tersedianya data yang rinci dari seluruh kegiatan ekonomi. Data tersebut dapat diperoleh melalui survei khusus, tentunya memerlukan biaya yang mahal, waktu yang lama dan tenaga

10 41 kerja yang besar. Oleh karena itu dikembangkan suatu metode non survei untuk penyusunan Tabel Input-Output yang diturunkan dari Tabel Input-Output sebelumnya. Salah satu metode yang digunakan dalam penurunan Tabel Input- Output adalah dengan menggunakan metode RAS. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Stone dan Brown, yaitu merupakan metode yang menggunakan model matematika untuk menggunakan matriks diagonal r dan s dengan menggunakan data output, penjualan antar sektor dan nilai total sektoral pada periode yang dijadikan dasar penurunan (Hotman, 2006). Sesudah r dan s ditentukan maka matriks A t= ras.. (11) Faktor r dalam diagonal matriks tersebut merupakan faktor substitusi, yaitu merupakan faktor yang mengakibatkan perubahan proporsi penggunaan input melalui efek substitusi. Sedangkan faktor s dalam matriks tersebut menunjukkan perubahan proporsi penggunaan input antara dan primer dalam produksi suatu sektor Permintaan dan Penawaran Dalam Pembangunan Ekonomi Pada periode tertentu jumlah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa disuatu daerah dan negara akan mencapai jumlah tertentu. Jumlah permintaan tersebut akan digunakan oleh sektor produksi dalam rangka kegiatan produksinya yang disebut sebagai permintaan antara. Permintaan itu digunakan untuk konsumsi akhir domestik dan selebihnya digunakan untuk ekspor (baik luar negeri maupun Provinsi lain). Dan apabila dilihat dari sisi penawaran barang dan jasa yang ditawarkan, berasal dari produksi domestik daerah tersebut atau yang berasal dari luar daerah bahkan dari luar negeri (BPS, 2008).

11 42 Berdasarkan permintaan dan penawaran pada setiap sektor dapat diketahui sektor mana yang merupakan produsen utama untuk suatu produk tertentu. Misalkan berdasarkan nilai outputnya, produsen utama adalah sektor pertanian selanjutnya dapat ditelusuri sektor mana yang mengalami surplus yang tinggi ataupun yang paling rendah yang dinilai berdasarkan selisih antara jumlah permintaan dan penawaran Output Output pengertiannya dalam Tabel Input-Output adalah output domestik yaitu nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Dalam hal ini pelaku produksi dapat berupa perusahaan dan perorangan dari dalam negeri atau perusahaan asing (BPS, 2008a). Bagi unit usaha yang produksinya berupa barang maka output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi yang bersangkutan dengan harga produsen perunit barang. Sedangkan bagi unit usaha yang bergerak di bidang jasa, maka output merupakan nilai persamaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. Output dinilai atas dasar harga produsen (harga pabrik), yaitu harga yang diterima oleh produsen. Penggunaan harga enceran atau harga pasar tidak tepat digunakan dalam melihat perkembangan nilai output dalam Tabel Input-Ouput, dikarenakan dalam harga pasar didalamnya sudah termasuk margin distribusi yang seharusnya menjadi output dari sektor perdagangan dan pengangkutan. Sementara itu, output untuk kegiatan jasa merupakan nilai dari jasa yang diberikan pihak lain. Dalam kerangka model Input-Output, output biasanya dinotasikan dengan X (X i atau X j ).

12 Struktur Nilai Tambah Input primer atau lebih dikenal dengan nilai tambah merupakan balas jasa yang diciptakan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Balas jasa tersebut misalnya berupa upah dan gaji karyawan, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak lansung. Upah dan gaji merupakan balas jasa yang diberikan kepada buruh dan karyawan baik dalam bentuk uang maupun barang, termasuk dalam upah dan gaji adalah semua tunjangan dan bonus yang diberikan perusahaan kepada pekerja. Semua pendapatan pekerja tersebut masih dalam bentuk bruto sebelum dipotong pajak penghasilan (BPS, 2008a). Surplus usaha mencakup sewa properti (tanah, hak cipta/ patent), bunga netto (bunga yang diterima dikurangi bunga yang dibayar) dan keuntungan perusahaan. Keuntungan perusahaan dalam bentuk bruto adalah keuntungan sebelum dibagikan kepada pemilik saham berupa dividen dan sebelum dipotong pajak perseroan. Penyusutan merupakan nilai penyisihan keuntungan perusahaan untuk akumulasi pengganti barang modal yang habis dipakai. Sedangkan Pajak Tak Langsung merupakan pajak yang dikenakan pemerintah untuk setiap transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan seperti pajak pertambahan nilai (PPN). Dalam model Input-Output, nilai tambah biasanya dinotasikan V j, dan untuk setiap komponennya digunakan notasi h. Artinya V hj merupakan nilai tambah yang diciptakan di sektor j untuk komponen h Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke depan (forward linkage) antar sektor ekonomi akan digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Keterkaitan biasanya

13 44 dirumuskan menjadi keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) dan keterkaitan tidak langsung ke depan (indirect forward linkage). Keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan ouput yang dihasilkan (Daryanto dan Yundy, 2010a) Keterkaitan ke Belakang Keterkaitan ke belakang (backward linkage) antar sektor ekonomi dipergunakan untuk perumusan strategi pembangunan ekonomi lain, dengan melihat keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) dan keterkaitan tidak langsung ke belakang (indirect backward linkage). Keterkaitan ke belakang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan menghasilkan output suatu sektor (Daryanto dan Yundy, 2010a) Dampak Penyebaran Daya Penyebaran Daya penyebaran (power of dispersion) mencerminkan permintaan suatu sektor terhadap sektor-sektor produksi lain. Jumlah daya penyebaran menunjukkan dampak dari satu unit permintaan akhir suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor secara keseluruhan (Daryanto dan Yundy, 2010a). Daya penyebaran (power of dispersion) merupakan istilah lain dari efek pengganda output (output multiplier). Untuk keperluan perbandingan antar sektor, efek pengganda output ini dinormalkan dengan cara membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dari seluruh sektor. Jumlah daya penyebaran

14 45 merupakan salah satu ukuran untuk melihat keterkaitan ke belakang (backward linkage) Derajat Kepekaan Derajat kepekaan (degree of sensitivity) mencerminkan suatu sektor dalam mensuplai sektor-sektor produksi lainnya. Jumlah derajat kepekaan menunjukkan pembentukan output disuatu sektor dipengaruhi oleh permintaan akhir masingmasing sektor perekonomian (Daryanto dan Yundy, 2010a). Derajat kepekaan tidak dapat dipisahkan dari daya penyebaran karena keduanya memiliki hubungan saling keterkaitan. Sama dengan daya penyebaran untuk melihat perbandingan antar sektor, maka derajat kepekaan dapat diketahui dengan cara membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dari seluruh Sektor. Jumlah derajat kepekaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat keterkaitan ke depan (forward linkage) Multiplier Multiplier Output Multiplier output merupakan nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh perekonomian akibat adanya perubahan satu unit permintaan akhir suatu sektor. Peningkatan permintaan sektor-j tidak hanya meningkatkan output sektor tersebut, akan tetapi mampu meningkatkan output sektor lain dalam perekonomian (Daryanto dan Yundy, 2010a). Dengan demikian angka pengganda output menunjukkan nilai total dari output yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi adanya perubahan satu unit permintaan akhir di suatu sektor. Jika terjadi perubahan permintaan akhir

15 46 dalam model Input-Output, maka akan terjadi perubahan output yang diproduksi oleh sektor-sektor produksi di perekonomian Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan disebut juga efek pendapatan (income effect) dari model Input-Output. Nilai multipler pendapatan sering disebut juga pendapatan rumah tangga dimana suatu sektor menunjukkan jumlah pendapatan rumah tangga total yang tercipta akibat adanya satu unit permintaan akhir, maka multipler pendapatan mencoba menterjemahkan peningkatan permintaan akhir tersebut dalam bentuk pendapatan rumah tangga (Daryanto dan Yundy, 2010a). Dengan kata lain efek pendapatan dapat mengukur perubahan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga (penyedia tenaga kerja dalam perekonomian) yang diakibatkan oleh perubahan dalam pengeluaran permintaan akhir. Perubahan pendapatan ini dapat dilihat dari mengkonversi setiap elemen dalam suatu kolom khusus dari (I-A) -1 yang mengukur nilai dari efek output langsung dan tidak langsung ke dalam pendapatan rumah tangga melalui koefisien-koefisien input rumah tangga Multiplier Tenaga Kerja Selain terhadap pendapatan, estimasi juga bisa dilakukan terhadap hubungan nilai output dari suatu sektor dengan tenaga kerja dari sektor tersebut. Multipler tenaga kerja merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan di perekonomian akibat adanya satu unit perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu (Daryanto dan Yundy, 2010a). Multiplier tenaga kerja pada dasarnya sama dengan multiplier pendapatan. Perbedaannya yang utama adalah multiplier tenaga kerja dinyatakan dalam satuan

16 47 lapangan kerja. Sehingga efek pengganda tenarga kerja bisa dihitung untuk masing-masing sektor dalam perekonomian Perencanaan Penetapan Prioritas Output Sektor Ekonomi Penetapan suatu target prioritas permintaan output adalah suatu besaran angka yang menggambarkan kondisi perekonomian secara umum yang dicapai dalam kurun waktu perencanaan tersebut. Permintaan akhir dalam model Input- Output terdiri dari konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor (BPS, 2008b). Permintaan akhir ini merupakan produk barang dan jasa yang nantinya digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat, selama permintaan ini dipenuhi oleh penyediaan. Untuk menentukan komponen permintaan akhir, maka akan menentukan arah pembangunan suatu perekonomian. Pertumbuhan masingmasing komponen ditunjukkan dengan persentase, dan tingkat persentase untuk masing-masing komponen dilakukan sesuai perencanaan. Pengeluaran konsumsi rumahtangga mencakup semua pembeliaan barang dan jasa oleh rumahtangga, baik makanan maupun yang bukan makanan. Selain itu barang tahan lama (durable goods), seperti perlengkapan rumah tangga, kendaraan bermotor masih termasuk kedalam pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pembelian barang dan jasa oleh pemerintah yang bersifat rutin (current expenditures), termasuk pembayaran gaji para pegawai (belanja pegawai). Sementara itu yang mencakup kedalam pembentukan modal tetap adalah semua pengeluaran untuk pengadaan barang modal baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Barang modal terdiri dari

17 48 bangunan/kontruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya. Sedangkan perubahan stok pembentukan modal (tidak tetap) diperoleh dari selisih antara stok akhir dan stok awal dalam periode penghitungan. Stok merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh pedagang sebagai barang dagangan dengan menggunakan harga produsen, sedangkan oleh konsumen stok dianggap sebagai barang inventory yang belum sempat digunakan. Adapun ekspor dan impor dalam permintaan akhir merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk disuatu daerah dengan penduduk di daerah lain, baik penduduk di Provinsi lain maupun luar negeri Kerangka Pemikiran Konseptual Suatu daerah akan berkembang apabila memiliki sumberdaya ekonomi (economic resources) yang mampu menunjang pertumbuhan perekonomian daerah. Sumber daya tersebut adalah tenaga kerja (labour) dan sumber daya modal (capital). Kedua sumber daya tersebut dalam ilmu ekonomi disebut sebagai faktor-faktor produksi (factor of production). Oleh karena itu keberhasilan suatu daerah akan dilihat dari sumber daya dan potensi yang dimiliki daerah tersebut sehingga daerah tersebut bisa menyumbangkan PDRB yang banyak dalam rangka pertumbuhan ekonomi daerah. Gambar 1 menunjukkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan ekonomi kebijakan pemerintah di Provinsi Aceh sangat diperlukan terutama untuk meningkatkan laju pertumbuhan sektor ekonomi. Pembangunan perekonomian di Aceh ditentukan oleh perkembangan semua sektor ekonomi terutama sektor yang menjadi andalan, dimana sektor tersebut mampu menciptakan output, nilai tambah, ekspor meskipun ada sebagian kecil

18 49 yang di impor. Pada umumnya sektor ekonomi di Aceh memiliki hubungan keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lain dimana output yang dihasilkan sektor tersebut dijadikan input oleh sektor lain. Dalam pembangunan, sektor ekonomi memiliki peranan yang cukup besar, ini dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto. Semakin besar sumbangan sektor ekonomi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto maka pembangunan ekonomi di daerah Aceh akan semakin baik. Selain itu sektor ekonomi memiliki hubungan keterkaitan dengan pengeluaran konsumsi pemerintah. Semakin besar pengeluaran pemerintah yang dialokasikan terhadap pembangunan sektor ekonomi maka akan semakin baik pertumbuhan sektor ekonomi, karena mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas sehingga pendapatan masyarakat akan semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat maka konsumsi rumahtangga juga akan semakin meningkat, yang pada akhirnya kesejahteraan kehidupan masyarakat di Provinsi Aceh akan terwujud. Kebijakan Pemerintah Perekonomian Aceh Nilai Tambah Sektor Ekonomi Konsumsi Pemerintah Output PDRB Kesempatan Kerja Ekspor Impor Pertumbuhan Ekonomi Aceh Tingkat Pendapatan Kesejahteraan Masyarakat Konsumsi Masyarakat Gambar 1: Kerangka pemikiran konseptual

19 Hipotesis Berdasarkan dari semua bahasan yang dikemukakan maka hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Sektor pertanian dan pertambangan di Provinsi Aceh mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi. 2. Seluruh sektor ekonomi memiliki hubungan saling keterkaitan, baik keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun keterkaitan ke belakang (backward linkage). 3. Perubahan permintaan akhir akan berpengaruh terhadap penciptaan output, pendapatan dan tenaga kerja diseluruh sektor ekonomi. 4. Perubahan pengeluaran konsumsi pemerintah, rumah tangga dan ekspor akan berpengaruh terhadap pembangunan sektor ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis berisi

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA MENGARTIULASIAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN ERANGA ANALISISNYA Budi Cahyono 1 ; Bagus Sumargo2 ABSTRACT Input -Output (I-O) table can be used to analyse economic projection and present some service and good

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI Lili Masli Politeknik Negeri Bandung Elly Rusmalia H STIE INABA Bandung ABSTRAK Analisis Input Output dalam perencanaan ekonomi dapat menggambarkan: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 137-155 ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Didit Purnomo

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN Hadi Sutrisno Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Darul Ulum Jombang Jl Gus Dur 29 A Jombang Email : hadiak@undaracid

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian. III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan juga dapat

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H14094013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN TITUK

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output. DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN JOMBANG Junaedi Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Email : Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Studi Literatur Penelitian ini merupakan hasil studi literatur yang meliputi : a. Data-data sekunder yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungan atas sektor yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

Yofi et al., Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi...

Yofi et al., Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi... Yofi et al., Analisis Peran Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi... 1 Analisis Peran Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi (Pendekatan Input-Output) An Analysis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Publikasi sebelumnya Pendapatan Regional Kabupaten Semarang dihitung berdasarkan pada pendekatan produksi. Lebih jauh dalam publikasi ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada bagaimana suatu daerah dapat meningkatkan pengelolaan serta hasil produksi atau output dari sumber dayanya disetiap

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan kota jasa, hal tersebut tentunya sejalan dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan kota jasa, hal tersebut tentunya sejalan dengan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DKI Jakarta, sebagai kota terbesar di Indonesia direncanakan akan dijadikan kota jasa, hal tersebut tentunya sejalan dengan kondisi perekonomian DKI Jakarta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN KONTRIBUSI INVESTASI SWASTA TERHADAP PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN 2010 2014 Pendahuluan Dalam perhitungan PDRB terdapat 3 pendekatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang kehidupan manusia yang meliputi tiga aspek penting yaitu : (1) peningkatan standar hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 (PENDEKATAN INPUT-OUTPUT)

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 (PENDEKATAN INPUT-OUTPUT) ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 (PENDEKATAN INPUT-OUTPUT) SKRIPSI Disusun Oleh: RIKA WAHYUNI 0810213073 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA WILAYAH (Lanjutan-1)

BAB IV ANALISA WILAYAH (Lanjutan-1) PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 7 4.3 Analisis Inter Regional BAB IV ANALISA WILAYAH (Lanjutan-1) 4.3.1 Kerangka Regional (Regional Framework) Data Statistik

Lebih terperinci

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap Perekonomian di Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 4 (3) (2015) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN ANALISIS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR Yoalina Septriani Nur Arifah dan Retno Mustika Dewi Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II TINJAUAN PUSTAKA 21 Definisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Hess dan Ross (2000), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode waktu tertentu

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output)

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output) 1 Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output) Analysis of Service Sector Contribution to the Economy of East Java Province by Inputoutput Analysis

Lebih terperinci