ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT"

Transkripsi

1 PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas Indonesia 19 Agustus

2 Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Oleh karena itu Tabel IO merupakan sebuah model kuantitatif yang menunjukkan potret keadaan ekonomi (economics Landscape) suatu wilayah pada suatu periode tertentu (tahun). Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: a) Struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing sektor, b) Stuktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor-sektor produksi, 2

3 c) Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalamnegeri maupun barang-barang yang berasal dari impor, d) Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor-sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor. e). Alat untuk melihat keterkaitan antar sektor yang terdapat dalam perekonomian f) Memperkirakan dampak permintaan akhir dan perubahannya terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah bruto, kebutuhan impor, pajak, kebutuhan tenaga kerja dan sebagainya g) Memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat terhadap pertumbuhan ekonomi serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. 3

4 Kerangka Dasar Model Tabel Input Output 4

5 Jenis-jenis Tabel IO Regional Harga Produsen Tabel IO Transaksi Total Harga Konsumen Transaksi Domestik Harga Produsen Harga Konsumen 5

6 Struktur Input dan Jenis Tabel I-O Ilustrasi Struktur Input Secangkir Kopi: 6

7 Tabel IO dibagi ke dalam 3 kuadran, yakni: 1. Kuadran I Berisi transaksi input antara, yaitu nilai pengeluaran untuk barang dan jasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan output dalam proses produksinya. Nilai transaksi ini dapat dipandang sebagai sisi input antara ataupun sisi permintaan antara. Cara membaca simbol pada kuaran I: ij nilai output sektor produksi i yang digunakan sebagai input sektor produksi j Contoh: 12 nilai output sektor produksi 1 yang digunakan sebagai input antara sektor produksi nilai output sektor produksi 2 yang digunakan sebagai input sektor produksi 3, dst. 7

8 2. Kuadran II Berisi transaksi permintaan akhir, yaitu nilai pengeluaran atas barang dan jasa yang untuk dikonsumsi langsung dan bukan digunakan sebagai input dari proses produksi selanjutnya. Permintaan akhir dirinci ke dalam 5 komponen, yakni: a. Konsumsi Rumah Tangga (C) b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (G) c. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto atau Investasi (I) d. Ekspor (E), dan e. Sisa produksi barang atau jasa yang belum dikonsumsi, atau disebut juga sebagai perubahan stok (S). 8

9 Struktur Permintaan dan Jenis Tabel I-O Ilustrasi Struktur Permintaan: Peternakan dan Hasil-hasilnya 9

10 3. Kuadran III: Berisi transaksi input primer, yang menunjukkan besarnya balas jasa dari faktor produksi, yang terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, pajak tidak langsung, depresiasi dan subsidi. Oleh karenanya transaksi ini disebut juga sebagai Nilai Tambah Bruto (NTB) atau Gross Value Added Contoh: V 1 nilai input primer yang digunakan oleh sektor produksi 1 untuk memenuhi proses produksinya Sedangkan arti simbol i total nilai input (nilai output) sektor produksi i, seperti: 1 total nilai input (nilai output) sektor 1 2 total nilai input (nilai output) sektor 2, dst 10

11 Blok Penyediaan menunjukkan nilai barang atau jasa suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Nilai total penyediaan sektor i dapat berasal dari dua sumber, yaitu: a) Output domestik dari sektor produksi i : i b) Output dari luar negeri (impor) dari sektor produksi i: M i Identitas pada tabel IO Jika dibaca menurut baris: i1 i2 i3 F i i M i ; dimana F i C i G i I i S i E i Jika dibaca menurut kolom: 1j 2j 3j V j j 11

12 Tabel IO Nasional 2005, Klasifikasi 9 sektor (milyar Rp) 12

13 Keterangan Kode Sektor 13

14 Koefisien input aij yang diperoleh dengan rumus a ij ij j ANALISIS TABEL IO 1. Struktur Input Produksi merupakan rasio input antara yang berasal dari sektor i untuk sektor j ( ij ) dengan total input sektor j (j). Koefisien input disebut juga koefisien teknis atau teknologi karena menggambarkan bagaimana kombinasi penggunaan input untuk menghasilkan satu unit output. Disamping itu menggambarkan pula peranan tiap sektor dalam pembentukan output suatu sektor. 14

15 Koefisien Input atau Teknis Tabel IO 2005 (Analisis Model Terbuka) 15

16 Koefisien Input atau Teknis Tabel IO 2005 Komposisi Nilai Input Antara Sektor Pertanian (sektor-1) tahun 2005 Pemerintahan dan Jasas Sosial Kemasyarakatan Lemb Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Angkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Bangunan Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Manufaktur Pertambangan dan Penggalian Pertanian Contoh interpretasi sektor 1(kolom): Untuk menghasilkan Rp 1 nilai output sektor 1 (pertanian), dibutuhkan bahan baku (input antara) senilai Rp ; Rinciannya: Rp untuk bahan baku dari sektor 1 (pertanian), Rp untuk bahan baku dari sektor 3 (manufaktur), Rp untuk bahan baku sektor Gas, Listrik dan Air bersih, dst. Pengeluaran terbesar untuk membeli bahan baku dari sektor manufaktur: berupa pupuk, pestisida, plastik,dll. Cara interpretasi serupa berlaku untuk sektor-sektor lainnya 16

17 Koefisien Input atau Teknis Tabel IO 2005 (Analisis Model Tertutup) 17

18 Koefisien Input atau Teknis Tabel IO 2005 Contoh interpretasi: Interpretasi komposisi pengeluaran untuk masing-masing bahan baku (input antara) sama seperti pada Analisis Tabel IO Terbuka (seperti dibahas pada slide sebelumnya). Perbedaannya, disini ditambah satu baris (baris HH) dan satu kolom (kolom HH). Baris HH menggambarkan pengeluaran sektor untuk upah tenaga kerja (income rumah tangga). Kolom HH: menggambarkan pengeluaran rumah tangga untuk membeli ouput sektor. Sektor 1 (kolom): untuk menghasilkan Rp 1 nilai output, dikeluarkan dana sebesar Rp untuk membayar tenaga kerja (baris HH). Sektor HH (kolom): untuk setiap rupiah total pengeluaran rumah tangga Rp dibelanjakan utk membeli output sektor 1 (pertanian); Rp membeli output sektor manufaktur; dst. Cara interpretasi serupa berlaku untuk sektor-sektor lainnya. 18

19 2. Mengetahui Multiplier dan Dampak Output Order kemeja dari USA : $1juta Output Garment utk ekspor naik: $ 1 juta. Output Garment domestik naik: $ 0.05 juta. Total kenaikan Output Garment: $1.05juta Stimulus 1 Input antara naik: Kain, Kancing, resluiting, benang, pewarna, listrik, bahan bakar dll Output Kegiatan produksi: Kain, Kancing, pewarna, listrik, bahan bakar dll --> meningkat Output semua kegiatan Produktif selain garmen Naik: $0.60 juta Input primer naik: Upah dan gaji, keuntungan usaha, pajak tidak langsung Belanja RTutk brng konsumsi naik, Belanja Prshaan barang modal naik Output semua kegiatan Produktif naik: $1.65 juta Dampak Output 1.65 Multiplier Output: 1.65 /

20 Penurunan Model Multiplier Output M F M F M F ( ) ( ) ( ) F M F M F M Neraca Transaksi Total Neraca Transaksi Domestik ( ) ( ) ( ) F F F Dibersihkan dari komponen impor Dari rumus koef input antara: j ij ij a j ij ij a F a a a F a a a F a a a F F F a a a a a a a a a F A 20

21 Penurunan Model Multiplier Output A F F F ( I A) ( I A) F F A 1 ( I A) ( I A) F 1 1 ( I A) 1 ( I A) Dampak Output 1 d ( I A) df Variabel Stimulus Koefisien variabel stimulus: pengganda atau multiplier untuk mendapatkan output Perubahan Output Perubahan Stimus 21

22 Formula Multiplier Output Untuk menghitung angka multiplier atau pengganda output diperoleh dengan rumus: 1 O [ I A] dimana M O matriks multiplier/pengganda output berukuran n n ; dapat diterapkan untuk I matriks identitas berukuran n n A matriks koefisien teknis berukuran n n [I-A] -1 matriks kebalikan Leontief M Sebenarnya yang menjadi pusat analisis dari tabel IO adalah matriks kebalikan Leontief [I-A] -1 atau matriks multiplier/pengganda output 22

23 Matriks kebalikan Leontief atau matriks pengganda output (Analisis Model Terbuka) Jumlah kolom 1 (sektor 1) artinya jika permintaan akhir sektor 1 bertambah senilai 1 satuan uang, ouput perekonomian bertambah sebesar satuan uang. 23

24 Interpretasi Multiplier Output Pemerintahan dan Jasas Sosial Kemasyarakatan Lemb Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan Angkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Bangunan Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Manufaktur Pertambangan dan Penggalian Pertanian Sektor 4 (Listrik, Gas dan Air bersih) memiliki multiplier output tertinggi (2.0226). Setiap kenaikan permintaan output sektor-4 sebesar Rp 1, berdampak meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan (semua sektor) sebesar Rp Sektor ini berkekuatan besar dalam menstimulir pertumbuhan, krn banyak membutuhkan dan dibutuhkan oleh sektor-sektor lain. Sektor 2 (pertambangan dan penggalian) memiliki multiplier output terendah (1.2107), karena tidak banyak membutuhkan input / bahan baku dari sektorsektor lain. Hal yang hampir sama terjadi pada sektor pertanian. 24

25 Matriks kebalikan Leontief atau matriks pengganda output (Analisis Model Tertutup) Jumlah kolom 1 (sektor 1) kurang baris H , , artinya jika permintaan akhir sektor 1 bertambah senilai 1 satuan uang, ouput perekonomian bertambah sebesar satuan uang, dan pendapatan naik satuan uang. 25

26 Interpretasi Multiplier Output Analisis Model Tertutup Pemerintahan dan Jasas Sosial Kemasyarakatan Lemb Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan Pendapatan Rumah Tangga Angkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Manufaktur Pertambangan dan Penggalian Output Bangunan Pertanian Dalam analisis tertutup selain mengetahui dampak thd output, juga dampak income atau pendapatan rumah tangga (pekerja). Sektor 9 (Jasa-jasa) memiliki multiplier total tertinggi (3.0972), tersusun atas multiplier output dan income masing-masing dan Artinya untuk setiap peningkatan permintaan output sektor 9 sebesar Rp 1, akan berdampak meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan sebesar Rp dan meningkatkan pendapatan semua pekerja sebesar Rp Sektor 2 (pertambangan) memiliki multiplier total terendah (1.6656) yg tersusun atas multiplier output dan Income masing-masing dan

27 3. Multiplier dan Dampak Pendapatan Penurunan Multiplier Pendapatan: Neraca per kolom: 1j 2j 3j V j j Dimana: j Nilai output atau nilai produksi sektor j ij input antara untuk produksi sektor j yang barang/jasanya dipasok oleh oleh sektor i V j penjumlahan dari komponen bukan input antara, yang terdiri dari: M j impor bahan baku dari luar negeri / daerah V 201j pengeluaran atau pendapatan untuk pekerja V 202j surplus usaha (keuntungan dan pembayaran kepada negara) V 203j Pengelauran untuk depresiasi atau penyusutan barang modal V 204j Pajak tidak langsung bersih : pajak pertambahan nilai bersih V 205j Subsidi dari pemerintah V 201 j Koefisien pendapatan pekerja: v201 j, dihitung dari angka Tabel IO j Untuk mendapatkan kembali angka V 201j, jika j sdh diketahui: V201 j v201 j Kita sekarang memiliki kumpulan v 201j sebanyak n (banyak sektor dalam tabel IO), yang kemudian ditempatkan ke dalam matrik diagonal 27 j

28 Penurunan Multiplier Pendapatan (1/2) Matriks diagonal koefisien pendapatan pekerja Vˆ 201 v ,1 v 0 201, v , n Angka pendapatan pekerja sektoral dihitung dengan rumus: v201 Vˆ 201( I A) 1 F pendapatan pekerja Matriks Pengganda untuk mendapatkan pendapatan pekerja Stimulus Elemen dalam matriks tidak lazim disebut multiplier pendapatan 28

29 Pengganda untuk mendapatkan pendapatan pekerja: M v ˆ 1 I V 201 [ I A] Pendapatan pekerja: M F Vˆ 1 I ( I A F ) dimana ˆV 201 matriks diagonal koefisien nilai upah dan gaji v 201 vektor pendapatan pekerja, dimensi n1 M i matriks pengganda mendapatkan pendapatan pekerja [I-A] -1 matriks kebalikan Leontief Angka Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Pekerja sektoral: I m ˆ 1 V ( I A) Vˆ

30 Matriks Dampak Pendapatan (Analisis Model Terbuka) Sektor Dampak Pendapatan Koef Pendap Pengganda Pendapatan Jika permintaan akhir sektor 1 naik senilai 1 satuan uang (su), pendapatan rumah tangga seluruh sektor naik sebesar su. Multiplier pendapatan sektor artinya untuk setiap tambahan 1 rupiah pendapatan pekerja di sektor 1, akan menciptakan pendapatan nasional sebesar rp. 30

31 Interpretasi Multiplier Pendapatan Jika terjadi peningkatan permintaan akhir atas output sektor 3 (manufaktur) sebesar Rp 1, berdampak pd peningkatan income pekerja di seluruh sektor sebesar Rp Jk tidak ada mekanisme multiplier output income naik sebesar Rp 0.107, yaitu hanya diterima oleh para pekerja di sektor-1. Krn ada multiplier output, mk dampak income menjadi Rp Perbandingan dampak income yang diterima pekerja di semua sektor (0.210) dan yg diterima pekerja sektor 1 (0.107) adalah (multiplier income tipe I) 31

32 Matriks Dampak Pendapatan (Analisis Model Tetutup) Jika permintaan akhir sektor 1 naik senilai 1 su, pendapatan rumah tangga seluruh sektor naik sebesar su. Multiplier pendapatan sektor artinya untuk setiap tambahan 1 rupiah pendapatan pekerja sektor 1, akan menciptakan pendapatan nasional sebesar rp. 32

33 Interpretasi Multiplier Pendapatan Jika terjadi peningkatan permintaan akhir atas output sektor 4 (LGA) sebesar Rp 1, berdampak pd peningkatan income pekerja di seluruh sektor sebesar Rp Jk tidak ada mekanisme multiplier output income naik sebesar Rp , yaitu hanya diterima oleh para pekerja di sektor-1. Krn ada multiplier output, mk dampak income menjadi Rp Perbandingan dampak income yang diterima pekerja di semua sektor (0.291) dan yg diterima pekerja sektor 1 (0.0977) adalah (multiplier income tipe II)) 33

34 4. Multiplier dan Dampak Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto: Dimana: V 201j V 202j V 203j V 204j V 205j VA j v 201j v 202j v 203j v 204j v 205j pengeluaran atau pendapatan untuk pekerja surplus usaha (keuntungan dan pembayaran kepada negara) Pengelauran untuk depresiasi atau penyusutan barang modal Pajak tidak langsung bersih : pajak pertambahan nilai bersih Subsidi dari pemerintah VA j Koefisien nilai tambah bruto sektor j, v j j Untuk mendapatkan kembali angka VA j, jika j sdh diketahui: VA j v j j Kita sekarang memiliki kumpulan v j sebanyak n (banyak sektor dalam tabel IO), yang kemudian ditempatkan ke dalam matrik diagonal v1 0 V v ˆ v n Angka nilai tambah bruto sektoral dihitung dengan rumus: VA Nilai Tambah Bruto Vˆ ( I A) 1 F Stimulus Pengganda 34

35 Koefisien Nilai Tambah Bruto: Vˆ SKT

36 Dampak Nilai Tambah Bruto dan Proses Perhitungan VA Vˆ ( I A) 1 F NTB 375, , ,681 26, , , , , ,654 2,876,892 SKT Jumlah F 195, ,401 1,231,130 27, , , , , ,687 Matriks menggandakan Final demand (F) ke Nilai tambah bruto (VA) 36

37 Matriks kebalikan Koefisien Nilai Tambah Bruto: Vˆ 1 sektor

38 Vˆ ( I Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto A) Vˆ 1 SKT Vektor baris u: u MVA uvˆ ( I A) Vˆ 1 MVA Setiap kenaikan satu juta rupiah nilai tambah bruto di sektor manufaktur, akan meningkatkan nilai tambah bruto nasional 2,072 juta rupiah 38

39 5. Multiplier dan Dampak Kesempatan Kerja TK j Koefisien Tenaga Kerja, l j j Untuk mendapatkan kembali angka TK j, jika j sdh diketahui: TK j l j j Kita sekarang memiliki kumpulan l j sebanyak n (banyak sektor dalam tabel IO), yang kemudian ditempatkan ke dalam matrik diagonal l1 0 L... 0 l 0 ˆ l n Angka kesempatan kerja sektoral dihitung dengan rumus: TK Jumlah Kesempatan Kerja Lˆ ( I A) Pengganda 1 F Stimulus 39

40 Satuan Output : Milyar Rp; Satuan Tenaga kerja (TK): orang; Satuan Koefisien TK (baris koef): orang/milyar rp. Pengganda Dampak Kesempatan Kerja Dampak Sektoral dan Sumbernya SKT Jumlah Koef TK Total Dampak Multiplier

41 Interpretasi Multiplier Kesempatan Kerja Jika terjadi peningkatan permintaan output sektor 1 (pertanian) sebesar Rp 1 milyar, berdampak pd peningkatan kesempatan kerja di seluruh sektor sebesar orang. Padahal jk tidak ada mekanisme keterkaitan antar sektor, kesempatan kerja hanya naik sebesar orang, yaitu yang diserap oleh sektor pertanian saja. Krn ada keterkaitan antar-sektor, maka dampak kesempatan kerja di seluruh sektor (termasuk pertanian) menjadi orang. Perbandingan dampak kesempatan kerja yg muncul di semua sektor dan yg muncul di sektor pertanian adalah Angka ini dsbt multiplier kesempatan kerja. Artinya jika terjadi peningkatan kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 1 orang, akan meningkatkan kesempatan kerja di seluruh sektor sebanyak 1.22 orang. 41

42 6. Untuk Melihat Keterkaitan antar sektor perekonomian. 1. Keterkaitan ke Belakang 1.1 Keterkaitan ke belakang langsung (direct Bacward linkage) Dilihat dari koefisien input antara. 1.2 Keterkaitan kebelakang Total (Total backward linkage) Besar-kecilnya ukuran keterkaitan ke belakang suatu sektor ditunjukkan oleh Indeks Keterkaitan ke Belakang (IKBj), yang diperoleh dengan cara: IKB j i n i n 1 n b 1 j 1 ij b ij n dimana IKB j indeks keterkaitan total ke belakang sektor-j b ij unsur matriks kebalikan Leontif baris-i dan kolom-j n ukuran matriks Leontif (ukuran sektor tabel IO) 42

43 2) Keterkaitan kedepan (Forward linkage) 2.1 Keterkaitan ke depan Langsung (Direct Forward Linkage) Lihat dari koefisien input antara: lihat secara horisontal 2.2 Keterkaitan ke depan Total (Total Direct Forward Linkage) Besar-kecilnya ukuran keterkaitan ke depan suatu sektor ditunjukkan oleh Indeks Keterkaitan ke Depan (IKDj), yang diperoleh dengan cara: IKD i n n j 1 n b i 1 j 1 ij b ij n dimana IKD j indeks keterkaitan total ke depan sektor-i b ij unsur matriks kebalikan Leontif baris-i dan kolom-j n ukuran matriks Leontif (ukuran sektor tabel IO) 43

44 KETERKAITAN KE HULU DAN HILIR Keterkaitan industri ke arah Hulu Keterkaitan Industri ke arah Hilir 44

45 Ilustrasi Indeks Keterkaitan Total ke Belakang dan ke Depan Matriks Multiplier Output: Indeks Keterkaitan ke belakang SKT Total Indeks Total Indeks Rata-rata angka multiplier output sektoral Indeks Keterkaitan ke Depan Indeks Keterkaitan Total ke Belakang (IKB) atau Total Backward Linkage derajat keterkaitan sektor dg sektor-sektor yang lebih hulu secara Total. Keterkaitan Total ke Depan (IKD) atau Forward Linkage derajat keterkaitan sektor dg sektor-sektor yang lebih 45 hilir.

46 Keterbatasan analisis model I-O Keseragaman Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output yang seragam (homogeneity) dari susunan input tunggal. Kesebandingan Kenaikan penggunaan input berbanding lurus dengan kenaikan output (proportionality), yang berarti perubahan tingkat output tertentu akan selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang sebanding. Dengan lain perkataan, setiap sektor hanya memiliki satu fungsi produksi dimana input berhubungan secara fied proportional. Asumsi ini menyampingkan pengaruh skala ekonomis, artinya makin banyak output yang dihasilkan, biaya produksi per unit makin kecil sehingga penggunaan Input Antara semakin efisien. Penjumlahan Efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan (additivity) dari proses produksi masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti seluruh pengaruh di luar sistem input-output diabaikan. 46

47 7. Supply- Side IO Model Misalkan kita mendefinisikan matriks Transaksi Kuadran I sebagai Z, vektor output sebagai, dan vektor non input antara adalah W, sebagai berikut: Z z z z z z z z z z ; 2 ; 1 2 W 3 [ W W ] 3 Koefisien alokasi output adalah : a A r a a r A a a a ( ˆ ) 1 Z a a a sehingga z z z Z z12 1 z22 2 z32 3 ( r ˆ )A z z z z z z z z z z z z

48 Koefisien Alokasi Output SKT Total

49 Proses penurunan mutliplier Misalkan Wj adalah seluruh pembayaran untuk non input antara, misalnya impor (m j ), tenaga kerja (h i ), dan komponen value added lainnya. Maka jumlah pembayaran di kolom j adalah: j z1 j z2 j z3 j w j Struktur tersebut yang mewakili matriks berukuran 33 adalah: [ ] i Z [ W W ] ' 1 2 W3 ' i' Z W r ' i' A ˆ W r ' ' A W r '( I A) W r ' W ( I A) 1 i ' ˆ ' ' W ( I Asumsi dalam pendekatan supply-side: pola distribusi output bersifat stabil dalam sistem ekonomi r A) 1 Multiplier input 49

50 1 [ ] [ W W W ]( I A ) r Q ( I A) 1 Multiplier input r [ ] [ W W W ] q q q Jika W 1 1, W 2 0 dan W 3 0, maka vektor : [ q11 q12 q13] [ 1 0 0] q q q q q q q q q q q q q q q Jumlah angka baris i ke kanan: multiplier input (supply) dari sektor i Penambahan input (tenaga kerja, atau impor) untuk produksi sektor 1 berdampak meningkatkan output pada sektor-1 (q 11 ), sektor-2 (q 12 ), dan sektor-3 (q 13 ) 50

51 Matriks Pengganda Input ( I A r ) 1 Vˆ SKT Total

52 Pengganda Dampak Nilai Pendapatan Koefisien Pendapatan Pekerja Vˆ Pengganda Pendapatan: ( I A r ) 1 Vˆ Y ' W ( I SKT Total r A) 1 Vˆ

53 Pengganda dan Dampak Nilai Tambah Bruto Koefisien NTB Vˆ Pengganda NTB: ( I A r ) 1 Vˆ r VA' W( I A) SKT Total Vˆ 53

54 Pengganda dan Dampak Kesempatan Kerja Koefisien Tenaga Kerja Lˆ Pengganda TK: ( I A r ) 1 Lˆ r ( TK)' W( I A) SKT Total Lˆ 54

55 SELESAI TERIMA KASIH 55

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA MENGARTIULASIAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN ERANGA ANALISISNYA Budi Cahyono 1 ; Bagus Sumargo2 ABSTRACT Input -Output (I-O) table can be used to analyse economic projection and present some service and good

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

Formula Multiplier Output

Formula Multiplier Output Formula Multiplier Output Utuk meghitug agka multiplier atau peggada output diperoleh dega rumus: 1 M K = [ I A] dimaa M K = matriks multiplier/peggada output berukura x ; dapat diterapka utuk I = matriks

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN Hadi Sutrisno Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Darul Ulum Jombang Jl Gus Dur 29 A Jombang Email : hadiak@undaracid

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR Yoalina Septriani Nur Arifah dan Retno Mustika Dewi Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap Perekonomian di Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 137-155 ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Didit Purnomo

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Model Input Output Koefisien teknis dalam Tabel Input Output menunjukkan kontribusi suatu sektor dalam pembentukan output total secara langsung. Besaran koefisien

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 YUHKA SUNDAYA, 2 INA HELENA AGUSTINA 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 21/05/14/Th.XII, 5 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan I Tahun mencapai 7,51 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output. DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN JOMBANG Junaedi Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Email : Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT OLEH: Abdul Kohar Mudzakir Dosen Lab Sosek Perikanan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL 7.1. Neraca Pariwisata Jumlah penerimaan devisa melalui wisman maupun pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tergantung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis berisi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan pada penelitian ini dan tahapan-tahapan analisis pada penelitian ini. Diawali dengan penjelasan mengenai sumber data yang akan digunakan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Studi Literatur Penelitian ini merupakan hasil studi literatur yang meliputi : a. Data-data sekunder yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungan atas sektor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi memiliki peran strategis dalam pembangunan daerah di Jawa Timur baik dari sisi ekonomi maupun letak geografis. Dari sisi geografis, Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB VII Pendapatan Nasional

BAB VII Pendapatan Nasional BAB VII Pendapatan Nasional 7.1. Konsep Pendapatan Nasional Kinerja perekonomian dari suatu negara dalam periode tertentu dapat diukur melalui satu indikator penting yakni data pendapatan nasional. Perhitungan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN 63 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor Lainnya Keterkaitan masing-masing sektor dalam perekonomian Kabupaten Gianyar bisa diketahui dari analisis Input-Output (I-O),

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA 5.1. Struktur Perkonomian Sektoral Struktur perekonomian merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap struktur Produk Domestik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian. III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kegiatan Pengertian Dasar Tabel Input-Output...

DAFTAR ISI Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kegiatan Pengertian Dasar Tabel Input-Output... PengembanganSat el i t eaccount Sekt orkonst r uksit ahun211 Ker j asama Kement er i anpeker j aanumum BadanPusatSt at i st i k PengembanganSat el i t eaccount Sekt orkonst r uksit ahun211 Ker j asama

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output)

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output) 1 Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output) Analysis of Service Sector Contribution to the Economy of East Java Province by Inputoutput Analysis

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional (National Income)

Pendapatan Nasional (National Income) Pendapatan Nasional (National Income) T.Parulian Pendapatan Nasional : Nilai seluruh hasil kegiatan ekonomi negara selama satu tahun (satuan mata uang). Pendapatan tersebut diterima oleh masyarakat sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA DATA MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 171, Kotak Pos 13 Jakarta 11 Telepon : (21) 3841195, 384258, 381291-4, Fax. : (21) 385746 BADAN PUSAT STATISTIK TEKNIK PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3. Pendekatan pendapatan Beberapa istilah pendapatan nasional Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 4 (3) (2015) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN ANALISIS

Lebih terperinci