VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN"

Transkripsi

1 VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN Stimulus ekonomi di sektor agroindustri akan menghasilkan peningkatan output agroindustri. Melalui keterkaitan antar sektor peningkatan output agroindustri tersebut akan menghasilkan peningkatan output bagi sektor-sektor lainnya. Peningkatan output lebih lanjut akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja untuk melakukan proses produksi, dimana permintaan tenaga kerja tersebut akan dipenuhi oleh rumah tangga. Lebih lanjut hal ini akan berdampak meningkatkan pendapatan rumah tangga. Dampak stimulus ekonomi tersebut akan menghasilkan peningkatan output masingmasing sektor dengan nilai dan persentase yang berbeda antar sektor atau dengan kata lain perubahan output tersebut akan berdampak pada perubahan distribusi output antar sektor. Demikian pula dampaknya terhadap distribusi pendapatan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga Distribusi Output Sektoral Berdasarkan Indeks Theil-T, kesenjangan sektoral sebelum dilakukan simulasi (Simulasi Dasar) sebesar (Tabel 34). Apabila distribusi output antar sektor tersebut dianalisis menggunakan metode indeks Gini menghasilkan nilai Kriteria Indeks Gini membagi indeks menjadi tiga kelompok, dimana indeks Gini 0.2 sampai 0.35 termasuk ke dalam distribusi merata, indeks Gini 0.35 sampai 0.5 termasuk tidak merata dan indeks 0.5 termasuk distribusi sangat tidak merata (Todaro 2000). Dengan demikian distribusi output antar sektor pada Simulasi Dasar menurut kriteria indeks Gini termasuk ke dalam distribusi yang tidak merata. Sedangkan berdasarkan indeks Theil-L distribusi output sektoral menghasilkan indeks yang lebih besar dibandingkan indeks Theil-T. Selanjutnya dari 15 Skenario kebijakan yang dilakukan, kebijakan yang berdampak paling besar mengurangi kesenjangan output sektoral adalah kombinasi kebijakan

2 216 Tabel 34. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Output Sektoral, Tahun 2003 SIMULASI KEBIJAKAN Dampak Thd Distribusi Output Sektoral 1 Theil-T Theil-L DASAR PENGELUARAN PEMERINTAH SK1 (Primer) SK2 (Mak) SK3 (Non mak) EKSPOR SK4 (Mak) SK5 (Non mak) SK6 (SK4+SK1) SK7 (SK5+SK1) INVESTASI SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11 (SK10+G prm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK SK13 (Mak) SK14 (Non mak) REDISTRIBUSI PENDAPATAN SK Nilai indeks Theil masing-masing adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan. peningkatan investasi di sektor agroindustri prioritas dengan peningkatan pengeluaran pemerintah ke sektor pertanian prioritas (SK11) dan kombinasi kebijakan peningkatan investasi di sektor agroindustri prioritas dengan peningkatan ekspor ke agroindustri prioritas (SK12). Hal ini agak berbeda dibandingkan dengan hasil sebelumnya, yaitu kebijakan yang memiliki pengaruh paling besar dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga adalah SK12. Sebaliknya kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor agroindustri non makanan (SK3) dan kebijakan redistribusi pendapatan rumah tangga dari golongan atas ke golongan rumah tangga rendah (SK15) tidak mempengaruhi perubahan kesenjangan output sektoral.

3 217 Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kebijakan tunggal peningkatan pengeluaran pemerintah, ekspor, investasi dan insentif pajak yang ditujukan ke industri pengolahan makanan (SK2, SK4, SK8 dan SK13) dapat menurunkan kesenjangan output antar sektor lebih besar dibandingkan bila kebijakan tersebut dialokasikan ke agroindustri non makanan. Demikian pula kombinasi antara kebijakan peningkatan ekspor agroindustri makanan dengan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer (SK6). Sebaliknya kebijakan ekonomi ke sektor agroindustri non makanan menghasilkan dampak terhadap penurunan kesenjangan output sektoral yang lebih kecil. Bahkan kebijakan peningkatan investasi di sektor agroindustri non makanan (SK9) justru akan meningkatkan kesenjangan sektoral. Dampak kebijakan pemberian insentif pajak ke sektor agroindustri makanan dan non makanan menghasilkan penurunan kesenjangan output sektoral yang lebih kecil dibandingkan kebijakan ekspor maupun investasi. Hal ini disebabkan pengaruh kebijakan pajak terhadap output sektoral bersifat tidak langsung, yaitu pemberian insentif pajak akan mengurangi biaya produksi dan hal ini diharapkan akan merangsang investor untuk meningkatkan investasi di sektor agroindustri dan dampak lebih lanjut akan meningkatkan output sektor agroindustri Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja Tabel 35 menyajikan indeks distribusi pendapatan tenaga kerja. Tenaga kerja dalam analisis ini dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yakni: (1) tenaga kerja pertanian di desa, (2) tenaga kerja pertanian di kota, (3) tenaga kerja non pertanian di desa dan (4) tenaga kerja non pertanian di kota. Indeks distribusi pendapatan tenaga kerja menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan distribusi output sektoral. Artinya kesenjangan pendapatan antar golongan tenaga kerja lebih besar dibandingkan kesenjangan output antar sektor. Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan tenaga kerja menunjukkan pola yang sama dengan hasil-hasil sebelumnya, yaitu kebijakan

4 218 ekonomi yang paling efektif menurunkan kesenjangan pendapatan antar golongan tenaga kerja adalah kebijakan peningkatan investasi ke agroindustri prioritas yang dikombinasikan dengan peningkatan ekspor ke agroindustri prioritas (SK12). Tabel 35. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja, Tahun 2003 Dampak Thd Distribusi Pendapatan TK 1 SIMULASI KEBIJAKAN Theil-T Theil-L DASAR PENGELUARAN PEMERINTAH SK1 (Primer) SK2 (Mak) SK3 (Non mak) EKSPOR SK4 (Mak) SK5 (Non mak) SK6 (SK4+SK1) SK7 (SK5+SK1) INVESTASI SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11 (SK10+G prm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK SK13 (Mak) SK14 (Non mak) REDISTRIBUSI PENDAPATAN SK Nilai indeks Theil masing-masing Skenario adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario. 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan. Kebijakan peningkatan investasi ke agroindustri prioritas yang dikombinasikan dengan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer prioritas (SK11) menghasilkan dampak terbesar kedua. Sebaliknya SK3, yakni kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah di agroindustri non makanan, seperti pada hasil analisis sebelumnya, tidak menghasilkan dampak penurunan kesenjangan pendapatan tenaga kerja.

5 219 Secara umum kebijakan peningkatan investasi agroindustri menghasilkan dampak penurunan kesenjangan pendapatan tenaga kerja lebih besar dibandingkan kebijakan peningkatan ekspor dan pemberian insentif pajak agroindustri Namun kebijakan ekspor yang dikombinasikan dengan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer berdampak pada penurunan kesenjangan pendapatan tenaga kerja yang lebih besar. Hasil analisis menunjukkan pula kebijakan ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan akan menghasilkan dampak penurunan kesenjangan pendapatan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan kebijakan yang ditujukan ke agroindustri non makanan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Menurut Golongan Rumah Tangga Dalam penelitian ini institusi rumah tangga didisagregasi ke dalam enam golongan rumah tangga, yakni: (1) buruh tani, (2) petani, (3) non pertanian golongan rendah di desa, (4) non pertanian golongan atas di desa, (5) non pertanian golongan rendah di kota, dan (6) non pertanian golongan atas di kota. Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri akan berdampak terhadap perubahan pendapatan antar golongan rumah tangga yang lebih lanjut akan mempengaruhi distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga. Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan rumah tangga menurut golongan rumah tangga disajikan pada Tabel 36. Indeks distribusi pendapatan Theil-Total berdasarkan indeks Theil-T menghasilkan angka sedangkan indeks Theil-T between menunjukkan distribusi antar golongan rumah tangga sebesar Sedangkan indeks Theil-T within atau kesenjangan di dalam golongan sebesar Dengan melakukan dekomposisi indeks Theil ke dalam kesenjangan antar dan dalam golongan, dapat diketahui kesenjangan pendapatan rumah tangga yang terjadi lebih banyak disumbang oleh kesenjangan di dalam golongan atau kesenjangan pendapatan antar rumah tangga itu sendiri. Dalam hal ini kesenjangan pendapatan dalam golongan menyumbang sekitar 74 persen dari total kesenjangan yang diukur dengan indeks Theil-T.

6 220 Tabel 36. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatann Rumah Tangga Menurut Golongan Rumah Tangga, Tahun 2002 SIMULASI DASAR (100) Dampak Thd Distribusi Pendapatan Rumah Tangga 1 THEIL-T THEIL-L Total Between Within Total Between Within (26) (74) (100) (32) (68) PENGELUARAN PEMERINTAH SK1 (Primer) SK2 (Mak) SK3 (Non mak) EKSPOR SK4 (Mak) SK5 (Non mak) SK6 (SK4+SK1) SK7 (SK5+SK1) INVESTASI SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11 (SK10+G prm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK SK13 (Mak) SK14 (Non mak) REDISTRIBUSI PENDAP SK Angka dalam kurung adalah nilai persentase terhadap indeks Theil-Total. 1 Nilai indeks Theil menurut Skenario adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario. 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan. Sedangkan kesenjangan antar golongan, misalnya kesenjangan antar buruh tani dengan petani atau golongan lainnya, hanya menyumbang sekitar 26 persen. Namun dilihat persentase perubahan kesenjangan yang terjadi, perubahan kesenjangan antar kelompok memberikan kontribusi perubahan yang jauh lebih besar dibandingkan perubahan kesenjangan dalam kelompok. Hal ini berarti bahwa kebijakan ekonomi yang berdampak terhadap perubahan pendapatan rumah tangga dengan persentase yang sama tidak akan menyebabkan perubahan berarti terhadap kesenjangan pendapatan antar rumah tangga itu sendiri. Dengan demikian menjadi penting melakukan dekomposisi kesenjangan untuk

7 221 melihat dampak suatu kebijakan terhadap distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga maupun antar rumah tangga itu sendiri. Kebijakan meningkatkan investasi agroindustri yang dialokasikan ke industriindustri prioritas dikombinasikan dengan peningkatan ekspor agroindustri prioritas dan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian prioritas (SK12 dan SK11) dapat lebih memperbaiki distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga dibandingkan kebijakan lainnya. Kombinasi kebijakan ini dapat lebih memperbaiki distribusi pendapatan dibandingkan kebijakan tunggal peningkatan investasi, karena stimulus ekonomi yang diberikan ke sektor pertanian primer akan menghasilkan nilai pengganda pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani terbesar dibandingkan stimulus ekonomi yang ditujukan ke sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu dampak stimulus ekonomi akan lebih mengarah ke rumah tangga buruh tani dan petani dan lebih lanjut akan memperkecil kesenjangan pendapatan antara golongan atas dan rendah. Kebijakan peningkatan ekspor dan investasi di sektor agroindustri makanan (SK4 dan SK8) secara umum dapat lebih memperbaiki distribusi pendapatan dibandingkan kebijakan ekspor dan investasi di agroindustri non makanan (SK5 dan SK9). Demikian pula apabila peningkatan ekspor yang dikombinasikan dengan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer sebagai pasokan bahan baku industri (SK6 dan SK7) akan lebih memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga. Terlebih apabila kebijakan ekonomi tersebut ditujukan di agroindustri makanan. Kebijakan insentif pajak ke agroindustri makanan (SK13) dan non makanan (SK 14) menghasilkan penurunan indeks kesenjangan yang lebih kecil dibandingkan kebijakan investasi. Namun kebijakan insentif pajak pada agroindustri makanan akan berdampak pada penurunan indeks kesenjangan yang lebih besar. Kebijakan meningkatkan pengeluaran pemerintah di sektor agroindustri makanan dan non makanan sebesar 10%, (SK2 dan SK3) tidak menghasilkan perubahan terhadap distribusi pendapatan antar

8 222 golongan rumah tangga. Sementara kebijakan redistribusi pendapatan dari rumah tangga golongan atas ke rumah tangga golongan rendah (SK15) merupakan kebijakan yang paling efektif mengurangi kesenjangan pendapatan antar golongan rumah tangga. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan (baik kebijakanan ekspor, investasi maupun insentif pajak) akan menurunkan kesenjangan pendapatan yang lebih besar dibandingkan jika kebijakan yang sama ditujukan ke sektor agroindustri non makanan. Hal ini disebabkan stimulus ekonomi ke sektor agroindustri makanan akan menghasilkan nilai pengganda pendapatan lebih tinggi bagi rumah tangga buruh tani dan petani dibandingkan stimulus yang ditujukan ke sektor agroindustri non makanan (lihat Tabel 9) yang lebih lanjut mengurangi kesenjangan pendapatan rumah tangga. Hasil analisis di atas dapat diterangkan pula melalui jalur struktural (SPA) yang dipancarkan dari sektor agroindustri makanan ke rumah tangga (lihat Tabel 20 sampai dengan Tabel 25 dan Gambar 12 sampai dengan Gambar 17), yang menerangkan bahwa pengaruh pengembangan ekonomi di sektor agroindustri makanan (tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan, rokok dan minuman) akan dipancarkan menyebar ke berbagai golongan rumah tangga buruh tani, petani maupun rumah tangga non pertanian di kota maupun di desa secara merata. Pengaruh tersebut juga dipancarkan lebih dulu melewati sektor pertanian primer tanaman pangan, tenaga kerja kerja pertanian maupun non pertanian. Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan dijadikan sumber pendapatan bagi sebagian besar rumah tangga pertanian. Selain itu jika dicermati lebih lanjut tenaga kerja pertanian menerima pengaruh langsung relatif jauh lebih besar dibandingkan pengaruh yang memancar ke sektor lain dan tenaga kerja lain. Dengan pengaruh terbesar yang memancar ke sektor tanaman pangan, tenaga kerja pertanian dan berbagai golongan rumah tangga, maka manfaat pengembanagn sektor agroindustri makanan akan menyebar dan dinikmati

9 223 oleh berbagai golongan rumah tangga dan dengan demikian akan menghasilkan distribusi pendapatan yang lebih merata. Secara umum perubahan indeks kesenjangan untuk seluruh Skenario menunjukkan angka yang relatif kecil. Hal ini memberikan pemahaman bahwa untuk menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga diperlukan berbagai kebijakan yang dilakukan secara simultan dan memerlukan proses waktu. Sebagai gambaran, ukuran ketimpangan pendapatan yang dilakukan oleh Etharina (2005) menggunakan metoda yang sama untuk mengukur perkembangan ketimpangan pendapatan antara kelompok penduduk Jawa dan Luar Jawa, diperoleh angka indeks ketimpangan yang ditunjukkan melalui indeks Theil between kelompok tahun 1996 sebesar meningkat menjadi pada tahun Artinya selama periode lima tahun, indeks ketimpangan meningkat hanya sebesar Demikian pula hasil kajian Akita (1999) yang menunjukkan indeks kesenjangan pendapatan Theil-T antar golongan rumah tangga kota dan desa selama periode 1987 ke 1993 meningkat dari menjadi atau meningkat Dengan gambaran tersebut perubahan indeks kesenjangan yang terjadi meskipun kecil, tetap relevan untuk dianalisis. Arah dari perubahan kesenjangan yang terjadi dengan demikian menjadi lebih penting untuk dipahami. Indeks Theil tidak menjelaskan apakah indeks distribusi sebesar tersebut termasuk katagori distribusi yang merata atau timpang. Namun dengan menganalisis secara terpisah dengan menggunakan metode indeks Gini (Tabel 37), menghasilkan besaran indeks Gini untuk distribusi rumah tangga secara agregat sebesar yang menurut Todaro (2000) dapat dikatagorikan tidak merata. Dengan mengelompokkan rumah tangga ke dalam enam golongan rumah tangga, hasil analisis menunjukkan bahwa golongan rumah tangga sektor pertanian dan non pertanian yang berlokasi di desa berada pada distribusi yang cenderung merata. Sedangkan distribusi pendapatan rumah tangga non pertanian yang berada di kota menunjukkan kecenderungan tidak merata.

10 224 Tabel 37. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Menurut Golongan Indeks Gini, Tahun 2002 Berdasarkan RUMAH TANGGA GINI INDEKS KATAGORI Agregat tidak merata Buruh Tani merata Petani merata Non Pert Gol Rendah Desa merata Non Pert Gol Atas Desa merata Non Pert Gol Rendah Kota tidak merata Non Pert Gol Atas Kota tidak merata 7.4. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Desa dan Kota Selain melakukan disagregasi rumah tangga ke dalam enam golongan rumah tangga seperti diuraikan di atas, secara terpisah dari enam golongan rumah tangga tersebut diagregasikan menjadi dua golongan rumah tangga menurut lokasi desa dan kota. Dengan demikian dampak kebijakan agroindustri terhadap distribusi pendapatan rumah tangga dapat dianalisis secara spasial antara rumah tangga desa dan rumah tangga kota, kecuali untuk SK15 yaitu kebijakan redistribusi pendapatan dari golongan atas ke golongan rendah yang tidak dapat dilakukan pada analisis ini. Pada Tabel 38 disajikan indeks kesenjangan Theil-T Total pendapatan rumah tangga desa dan kota pada Skenario Dasar (sebelum dilakukan simulasi) sebesar , sama seperti pada distribusi pendapatan menurut golongan rumah tangga pada Tabel 34. Indeks distribusi Theil-T between rumah tangga desa dan kota sebesar , lebih kecil dibandingkan dengan indeks distribusi rumah tangga menurut golongan rumah tangga. Artinya distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga desa dan kota lebih merata dibandingkan dengan distribusi pendapatan rumah tangga menurut golongan rumah tangga. Sedangkan besaran indeks Theil-T within kelompok sebesar Dari besaran tersebut kesenjangan between kelompok rumah tangga (desa dan kota) memberikan kontribusi terhadap kesenjangan total yang terjadi sekitar 20% dan kesenjangan kelompok atau

11 225 kesenjangan antar individu rumah tangga memberikan kontribusi terhadap kesenjangan total sekitar 80%. Tabel 38. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Desa dan Kota Tahun, 2002 SIMULASI KEBIJAKAN DASAR (100) Dampak Thd Distribusi Pendapatan Desa dan Kota THEIL-T 1 THEIL-L 1 Total Between Within Total Between Within (20.0) (80.0) (100) (25.5) (74.6) PENGELUARAN PEMERINTAH SK1 (Primer) SK2 (Mak) SK3 (Non mak) EKSPOR SK4 (Mak) SK5 (Non mak) SK6 (SK4+SK1) SK7 (SK5+SK1) INVESTASI SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11(SK10+Gprm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK SK13 (Mak) SK14 (Non mak) Angka dalam kurung adalah nilai persentase terhadap indeks Theil-Total. 1 Nilai indeks Theil menurut Skenario adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario. 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan. Akita (1999) melakukan analisis distribusi Theil-T Total untuk rumah tangga desa dan kota tahun 1993 diperoleh angka sebesar Akita juga melakukan analisis yang sama tahun 1987 diperoleh nilai sebesar Dengan demikian dari hasil tersebut dapat dikatakan selama masa Orde Baru (tahun ), kesenjangan pendapatan antar rumah tangga desa dan kota mengalami peningkatan. Kesenjangan pendapatan rumah tangga cenderung meningkat setelah tahun 1993 hingga puncaknya pada masa krisisi ekonomi 1998 yang ditunjukkan melalui perbandingan pendapatan rumah tangga buruh

12 226 tani dan non pertanian golongan atas di kota hampir mencapai satu banding 10. Namun indeks kesenjangan rumah tangga desa dan kota setelah masa krisis cenderung menurun yang ditunjukkan melalui nilai indeks Theil-Total tahun 2002 dari hasil penelitian ini sebesar Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri menyebabkan menurunnya kesenjangan terutama kesenjangan antar kelompok. Indeks kesenjangan menurun berkisar sampai Penurunan indeks kesenjangan tersebut merupakan kontribusi dari kesenjangan Theil-T between kelompok. Rendahnya kontribusi indeks Theil-T within karena perubahan kebijakan akan menghasilkan perubahan pendapatan antar kelompok dengan persentase berbeda. Sedangkan perubahan pendapatan antar rumah tangga di dalam masing-masing kelompok akan terjadi dengan persentase yang sama sehingga relatif tidak akan mempengaruhi distribusi pendapatan antar rumah tangga dalam kelompok tersebut. Kebijakan yang efektif menurunkan indeks kesenjangan adalah kebijakan tunggal maupun kombinasi peningkatan investasi ke sektor agroindustri yang dialokasikan ke industri prioritas (SK10, SK11 dan S12). Kebijakan lainnya, yaitu peningkatan ekspor dan pemberian insentif pajak juga berdampak menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga. Kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah ke sektor agroindustri makanan dan non makanan sebesar 10% (SK1 dan SK2) tidak berpengaruh terhadap distribusi pendapatan rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan pula bahwa kebijakan ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan (SK4, SK6 dan SK8) akan jauh lebih efektif menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga desa dan kota dibandingkan jika kebijakan yang sama ditujukan ke agroindustri non makanan. Hal ini disebabkan agroindustri makanan secara umum bersifat labor intensive, sehingga dampak kebijakan terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani yang memasok

13 227 sebagian besar tenaga kerja akan lebih besar. Hal ini akan memperkecil kesenjangan pendapatan antar rumah tangga desa dan kota Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian dan Non Pertanian Seperti halnya distribusi pendapatan rumah tangga desa dan kota, secara terpisah enam golongan rumah tangga seperti pada analisis terdahulu diagregasi ke dalam dua kelompok rumah tangga, yakni rumah tangga pertanian dan rumah tangga non pertanian. Dengan demikian dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan rumah tangga dapat dianalisis secara sektoral antara rumah tangga pertanian dan rumah tangga non pertanian. Namun berdasarkan golongan rumah tangga tersebut, kebijakan redistribusi pendapatan dari golongan atas ke golongan rendah tidak dapat dilakukan pada analisis ini. Tabel 39 menunjukkan jika dibandingkan dengan distribusi pendapatan rumah tangga desa dan kota, dan distribusi pendapatan menurut golongan rumah tangga, distribusi pendapatan rumah tangga pertanian dan pertanian menunjukkan indeks kesenjangan yang lebih kecil. Artinya pendapatan antara rumah tangga pertanian dan non pertanian (distribusi pendapatan rumah tangga sektoral) menunjukkan distribusi yang lebih merata dibandingkan dengan distribusi pendapatan rumah tangga secara maupun kesenjangan pendapatan antar berbagai golongan rumah tangga. Indeks kesenjangan total menunjukkan angka , lebih kecil dibandingkan indeks kesenjangan pendapatan rumah tangga desa dan kota sebesar Indeks Theil-T between kelompok bernilai atau memberikan kontribusi sekitar 12.7 persen dari kesenjangan total. Sedangkan berdasarkan indeks Theil-L nilai indeks kesenjangan total sebesar dengan kontribusi kesenjangan antar kelompok sekitar 18.1 persen dan kesenjangan dalam kelompok sekitar 81.9 persen.

14 228 Tabel 39. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian dan Non Pertanian, Tahun 2002 Dampak Thd Distribusi Pendapatan RT Pert- Non Pert 1 SIMULASI KEBIJAKAN THEIL-T THEIL-L Total Between Within Total Between Within DASAR (100) (12.7) (87.3) (100) (18.1) (81.9) PENGELUARAN PEMERINTAH SK1 (Primer) SK2 (Mak) SK3 (Non mak) EKSPOR SK4 (Mak) SK5 (Non mak) SK6 (SK4+SK1) SK7 (SK5+SK1) INVESTASI SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11 (SK10+G prm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK SK13 (Mak) SK14 (Non mak) Angka dalam kurung adalah nilai persentase terhadap indeks Theil-Total. 1 Nilai indeks Theil menurut Skenario adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario. 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan. Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri secara umum berhasil menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga pertanian dan pertanian. Dibandingkan dengan penurunan kesenjangan pendapatan antara rumah tangga desa dan kota menghasilkan penurunan indeks kesenjangan lebih besar. Dengan demikian meskipun distribusi pendapatan rumah tangga pertanian dan non pertanian lebih merata daripada distribusi pendapatan rumah tangga desa dan kota, namun kebijakan ekonomi berdampak menurunkan kesenjangan yang lebih kecil. Konsisten dengan dampak terhadap distribusi pendapatan rumah tangga desa dan kota, kebijakan yang paling efektif menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga

15 229 pertanian dan non pertanian adalah peningkatan investasi ke agroindustri prioritas dikombinasikan dengan peningkatan ekspor ke agroindustri prioritas (SK12). Kebijakan tunggal maupun kombinasi dari kebijakan peningkatan investasi agroindustri prioritas juga akan lebih memperbaiki ditribusi pendapatan rumah tangga dibandingkan kebijakan lainnya. Kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor agroindustri makanan dan non makanan (SK2 dan SK3) tidak mengubah distribusi pendapatan rumah tangga pertanian dan non pertanian. Kebijakan ekonomi lainnya, yaitu kebijakan peningkatan ekspor dan pemberian insentif pajak ke sektor agroindustri juga berhasil menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga pertanian dan non pertanian. Hasil analisis tersebut juga menunjukkan kebijakan peningkatan ekspor dan investasi yang ditujukan ke agroindustri makanan (SK4, SK 6 dan SK8) akan berdampak menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga lebih besar dibandingkan bila kebijakan tersebut ditujukan ke agroindustri non makanan

VI. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP OUTPUT SEKTORAL, PENDAPATAN TENAGA KERJA DAN RUMAH TANGGA

VI. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP OUTPUT SEKTORAL, PENDAPATAN TENAGA KERJA DAN RUMAH TANGGA VI. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP OUTPUT SEKTORAL, PENDAPATAN TENAGA KERJA DAN RUMAH TANGGA 6.1. Output Sektoral Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri berupa stimulus ekonomi

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN VIII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN Ada dua pendekatan dalam menghitung pendapatan masing-masing individu sebagai dasar menghitung angka kemiskinan. Pertama, berdasarkan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Ringkasan Hasil 1. Pengembangan sektor agroindustri di Indonesia, khususnya agroindustri non makanan secara umum menghasilkan peningkatan output dan pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1 PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati 1 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian

Lebih terperinci

V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Peran Sektor Agroindustri Dalam Meningkatkan Output, Nilai Tambah,Tenaga Kerja dan Modal Dari analisis pengganda SNSE dapat diketahui peran

Lebih terperinci

1) Ketua Program Magister dan Doktor PS. Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

1) Ketua Program Magister dan Doktor PS. Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTORAL, TENAGA KERJA DAN RUMAHTANGGA DI INDONESIA: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (The Impact of Economic Policy

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Abstract

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN Simulasi kebijakan merupakan salah satu cara yang lazim dilakukan untuk mengambil suatu kebijakan umum (public policy). Dalam penelitian ini, dilakukan berberapa skenario

Lebih terperinci

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN 6.1. Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan di Bagian ini akan menganalisis dampak dari peningkatan investasi pada

Lebih terperinci

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN 7.1. Peranan Langsung Sektor Pupuk Terhadap Nilai Tambah Dalam kerangka dasar SNSE 2008, nilai tambah perekonomian dibagi atas tiga bagian

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA Dampak Transfer Payment (Achmad Zaini) 15 DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA (The Impact of Transfer Payment on Income of Farmers Household

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Mengingat sejak bulan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. 1. Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting terhadap perekonomian Jawa Barat periode

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 224 VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan secara ringkas kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sebelumnya. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 08 84041 Abstraksi Modul

Lebih terperinci

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang dihasilkan, penghapusan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran IV. METODOLOGI Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) melalui APBN akan meningkatkan output sektor industri disebabkan adanya efisiensi/

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI B A B BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berbagai upaya ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah Dalam konteks pembanguan saat ini,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Untuk meningkatkan pembangunan nasional, maka harus didukung dengan pembangunan daerah yang dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

VII. DAMPAK REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI. satu bagian dari triple track strategy yang dijalankan oleh pemerintah saat ini

VII. DAMPAK REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI. satu bagian dari triple track strategy yang dijalankan oleh pemerintah saat ini VII. DAMPAK REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI Pembangunan kembali (revitalisasi) sektor kehutanan merupakan salah satu bagian dari triple track strategy yang dijalankan oleh pemerintah

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI 157 VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI Salah satu kelebihan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) adalah mampu menjelaskan dengan lengkap tiga aktivitas distribusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI Agribisnis kakao memiliki permasalahan di hulu sampai ke hilir yang memiliki

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA 8.1. Analisis Simulasi Kebijakan Dalam analisis jalur struktural atau SPA sebelumnya telah diungkap bagaimana

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Model Input-Output Ekonometrika Indonesia dan Aplikasinya Untuk Analisis Dampak Ekonomi dapat diperoleh beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak investasi pemerintah di sektor perdagangan sebesar Rp27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak investasi pemerintah di sektor perdagangan sebesar Rp27 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis multiplier dan analisis jalur struktural (SPA) mengenai dampak investasi pemerintah di sektor perdagangan sebesar Rp27 trilyun terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. A 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis 21 sektor perekonomian pada tabel Input-Ouput Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 dan 2008 pada penelittian ini, beberapa kesimpulan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu negara dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan Tabel Input Output Provinsi Riau tahun 2010 diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Provinsi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KEBIJAKAN

VII. ANALISIS KEBIJAKAN VII. ANALISIS KEBIJAKAN 179 Secara teoritis tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan dengan jalan mengubah dari salah satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ketimpangan distribusi pendapatan Provinsi Kalimantan Timur meningkat pada

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL

V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL 5.1. Hasil Estimasi Analisis mengenai pengaruh bantuan infrastruktur (P2IPDT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN VI.1 Proses Perancangan Kebijakan Proses perancangan kebijakan industri sari buah didasarkan pada arah kebijakan pembangunan nasional yang kemudian dijabarkan dalam visi dan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

Menyetujui Komisi Pembimbinq, --- (Drs. ~obmson rarigan, MRP} Anggota. [s. HS. Tarmizi, SU) Anggota

Menyetujui Komisi Pembimbinq, --- (Drs. ~obmson rarigan, MRP} Anggota. [s. HS. Tarmizi, SU) Anggota Judul Tesis Nama Mahasiswa : KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN, AGROIN DUSTRI DAN SEKTOR EKONOMI LAIN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN Studi kasus : Kecamatan Raya Kabupaten. Simalungun : Wilmar saraqlh

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA 63 V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA Bab berikut membahas struktur pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia terserap di sektor jasa. Sektor jasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Agroforestri adalah sistem manajemen sumberdaya alam yang bersifat dinamik dan berbasis ekologi, dengan upaya mengintegrasikan pepohonan dalam usaha pertanian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan dalam pembangunan. Salah satu penyebabnya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan suatu hal yang diperlukan dalam setiap penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan pada penelitian ini dan tahapan-tahapan analisis pada penelitian ini. Diawali dengan penjelasan mengenai sumber data yang akan digunakan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN

VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN Peningkatan produktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian 205 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis atas data yang telah ditabulasi berkaitan dengan dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN Pada tahap pertama pengolahan data, dilakukan transfer data dari Podes 2003 ke Susenas 2004. Ternyata, dari 14.011 desa pada sample SUSENAS 13.349 diantaranya mempunyai

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang dan Masalah

1.1. Latar Belakang dan Masalah 1.1. Latar Belakang dan Masalah Secara agregat, perekonomian suatu negara atau wilayah dapat dibagi ke dalam sektor-sektor pertanian, industri dan jasa-jasa. Masing-masing sektor ini memiliki peranan penting

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan misi pembangunan daerah Provinsi Riau yang tertera dalam dokumen RPJP Provinsi Riau tahun 2005-2025, Mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci