Bilangan Bulat. Modul 1 PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bilangan Bulat. Modul 1 PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 Modul Bilangan Bulat Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc. D PENDAHULUAN alam modul Bilangan Bulat ini diuraian tentang awal pembahasan bilangan sebagai ebutuhan hidup manusia, meliputi bilangan asli, bilangan cacah, dan bilangan bulat. Sebagai obje matematia, bilangan bulat dan operasinya dapat membentu suatu sistem atau strutur. Uraian beriutnya tentang prinsip indusi matematia sebagai alat pembutian teorema yang penggunaannya tersebar luas di dalam berbagai topi matematia. Sifat-sifat operasi bilangan bulat diuraian embali sebagai dasar pembicaraan beriutnya, meliputi sifat omutatif, sifat asosiatif, sifat distributif, sifat unsur identitas, sifat inversi, dan sifat anselasi. Pembahasan Indusi matematia dimulai dengan notasi jumlah dan notasi ali beserta sifat-sifat dan penggunaannya, dan dilanjutan penjelasan tentang onsep indusi matematia beserta penerapannya untu membutian hubungan-hubungan tertentu. Secara eseluruhan, materi poo dalam modul ini meliputi bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, operasi bilangan bulat dan sifat-sifatnya, prinsip urutan yang rapi, bilangan bulat terbesar, sediit uraian tentang bilangan rasional dan bilangan irasional, notasi jumlah dan notasi ali, dan diahiri dengan prinsip indusi matematia. Secara umum ompetensi yang diharapan setelah mempelajari modul ini adalah mahasiswa mampu memahami onsep bilangan bulat, operasi bilangan bulat, sistem bilangan bulat, indusi matematia sifat, dan eteraitan antara topi-topi bilangan bulat dengan indusi matematia. Secara husus ompetensi yang diharapan setelah mempelajari modul ini adalah mahasiswa mampu menjelasan onsep bilangan bulat, onsep operasi bilangan bulat dan sifat-sifatnya, sistem bilangan bulat, penggunaan notasi jumlah, penggunaan notasi ali, indusi matematia, serta eteraitan satu sama lain untu menyelesaian masalah-masalah matematia tertentu.

2 . Teori Bilangan Susunan Kegiatan Belajar Modul ini terdiri dari dua egiatan belajar. Kegiatan Belajar adalah Bilangan Bulat, dan Kegiatan Belajar adalah Indusi Matematia. Setiap egiatan belajar memuat uraian, contoh, tugas dan latihan, petunju jawaban tugas dan latihan, ranguman, dan tes formatif. Pada bagian ahir Modul ini ditempatan unci jawaban Tes Formatif dan Tes Formatif. Petunju Belajar. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat dan berulang-ulang sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai materi pembahasan.. Kerjaan tugas dan latihan yang tersedia secara mandiri. Jia dalam asus atau tahapan tertentu Anda mengalami esulitan menjawab, maa pelajarilah petunju jawaban tugas dan latihan. Jia langah ini belum berhasil menjawab permasalahan, maa mintalah bantuan tutor Anda atau orang lain yang lebih tahu. 3. Kerjaan tes formatif secara mandiri dan perisalah tingat penguasaan Anda dengan cara mencocoan jawaban Anda dengan unci jawaban tes formatif. Ulangilah pengerjaan tes formatif sampai Anda benar-benar merasa mampu mengerjaan semua soal dengan benar.

3 MPMT50/MODUL.3 P Kegiatan Belajar Bilangan Bulat embahasan tentang bilangan bulat (integers) tida bisa dipisahan dari uraian tentang bilangan asli (natural numbers) dan bilangan cacah (whole numbers) arena reasi tentang bilangan-bilangan ini merupaan proses sosial dan budaya yang telah berlangsung berurutan dalam watu ribuan tahun. Konsep tentang bilangan dan cara mencacah atau menghitung, (counting) berembang selama seitar tahun, mulai dari zaman prasejarah (poleolithic, old stone age) sampai dengan zaman sejarah (seitar tahun 400 S.M.). Dalam periode atau zaman ini, manusia diduga telah mempelajari cara bertani atau bercoco tanam, cara beterna, cara menggunaan alender, cara menguur atau menimbang berat, cara memindahan barang dengan ereta atau geroba, cara membuat perahu, cara berburu, cara pengobatan tradisional, dan cara berhitung. A. BILANGAN ASLI Seja periode sejarah, diduga dimulai seitar tahun 400 S.M., orang mulai memiiran bilangan sebagai onsep abstra. Misalnya, merea menyebut tiga eriil dan tiga binatang mempunyai sifat perseutuan, yaitu suatu uantitas yang disebut tiga. Sifat perseutuan tiga ini bisa dimilii oleh elompo benda apa saja sehingga sifat ini menjadi terbatas dari obye atau sasaran pembicaraan. Dalam istilah yang lebih sederhana, sifat-sifat perseutuan satuan (oneness), duaan (twoness), atau tigaan (threeness) merupaan sifat perseutuan yang dimilii oleh sebarang umpulan benda untu menunjuan esamaan uantitas. Keperluan tentang uantitas merupaan ebutuhan dasar manusia dalam ehidupan bereluarga dan bermasyaraat, terutama untu menghitung atau mencacah dan membandingan jumlah barang atau benda. Keperluan menghitung mendorong orang untu mencari cara yang mudah, antara lain dengan membuat lambang bilangan (numeral) dan cara aturan penggunaannya atau sistem numerasi. Sistem numerasi adalah pembuatan seumpulan lambang dasar dan sejumlah aturan untu menghasilan lambang-lambang bilangan yang lain.

4 .4 Teori Bilangan Beberapa peradaban yang telah mengembangan sistem numerasi antara lain adalah Mesir (seitar tahun 3000 S.M.), Babylonia (seitar tahun 000 S.M.), Yunani atau Gree (seitar tahun 600 S.M.), Maya (seitar tahun 300 S.M.), Jepang China (seitar tahun 00 S.M.), Romawi (seitar tahun 00 M), dan Hindu-Arab (mulai seitar tahun 300 S.M. di India, sistem numerasi mengalami perubahan di wilayah timur tengah seitar tahun 750 Masehi). Sistem numerasi berembang di Eropa dan dipaai di seluruh dunia sampai searang. Dari uraian di atas dengan singat ita telah melihat perjalanan pengembangan onsep bilangan seja pertama ali pada zaman Poleolithic sampai pada zaman sejarah. Dengan demiian ita perlu membuat asumsi bahwa manusia telah menemuan onsep bilangan asli (counting/natural number) dan telah menemuan himpunan lambang untu menyataan onsep bilangan asli yaitu,, 3, 4,.... Untu selanjutnya himpunan bilangan asli dinyataan dengan N {,, 3, 4,... } B. BILANGAN CACAH Masyaraat pada zaman pertanian dan sebelum zaman revolusi, hanya memerluan mencacah, menjumlah, dan mengalian. Seiring dengan perembangan zaman, masyaraat memerluan sistem bilangan yang dapat memenuhi eperluan lain, yaitu mengurangan dan membagi. Dengan demiian merea mempunyai tuntutan peerjaan yang tida seedar berhitung (aritmetia) tetapi hal lain yang lebih luas. Jia sebelumnya merea menerima pernyataan tanpa buti (postulat): jia p dan q adalah bilangan asli, maa p q adalah suatu bilangan asli, maa esulitan aan muncul etia pengertian pengurangan mulai diperenalan melalui penjumlahan: p q r jia ada r bilangan asli sedemiian hingga p q r Kita bisa melihat esulitan itu. Pengurangan pada unsur-unsur himpunan bilangan asli dapat dilauan hanya jia p lebih dari q, artinya himpunan bilangan asli tida bersifat tertutup terhadap pengurangan. Pada awalnya tentu merea memahami bahwa: 3, 4 3, 5 4 dan mulai mempertanyaan bagaimana dengan 3 3?, 4 4?, 5 5?

5 MPMT50/MODUL.5 Jawabannya adalah merea perlu tambahan bilangan baru, yang emudian disebut dengan nol (zero), yang diberi mana: 3 = 3 + 0, 4 = 4 + 0, 5 = Searang ita telah menambahan unsur baru 0 e dalam sistem bilangan asli, sehingga diperoleh himpunan baru yang disebut himpunan bilangan cacah, dinyataan dengan: W = {0,,, 3, 4,...} C. BILANGAN BULAT Dengan berembangnya masyaraat industri, manusia memerluan bilangan untu eperluan pembuuan tingat lanjut, antara lain untu menghitung hutang dan piutang, serta tabungan dan pinjaman. Pertanyaan yang muncul adalah berapaah 67?, 80?, 30? Permasalahan ini serupa dengan usaha menambah bilangan-bilangan baru di dalam W sehingga merea dapat melauan semua pengurangan, atau himpunan baru yang diperoleh bersifat tertutup terhadap pengurangan. Jawaban terhadap esulitan merea adalah tambahan bilangan-bilangan baru yang diperoleh dari: 0, 0, 0 3, 0 4,... yang emudian dilambangan dengan:,, 3, 4,... sehingga diperoleh himpunan baru yang disebut himpunan bilangan bulat, dan dinyataan dengan: Z {...,,, 0,,, 3,...} Dengan digunaannya garis bilangan untu menyataan bilangan, dan memberi mana terhadap bilangan-bilangan di sebelah anan nol sebagai bilangan positif serta di sebelah iri nol sebagai bilangan negatif, maa himpunan bilangan bulat dapat dinyataan sebagai: Z {...,,, 0,,, 3,...} Dalam garis bilangan, maa bilangan 3 bulat diletaan sebagai

6 .6 Teori Bilangan D. SISTEM BILANGAN BULAT Untu eperluan menghitung, orang dapat melauan penjumlahan, pengurangan, peralian, atau pembagian bilangan. Apa yang dilauan oleh orang itu emudian disebut sebagai suatu operasi. Pada dasarnya suatu operasi adalah mengambil sepasang bilangan untu mendapatan bilangan lain yang tunggal. Bilangan yang diperoleh mungin unsur atau buan unsur dari himpunan tertentu. Definisi. Suatu sistem matematia adalah suatu himpunan bersama-sama dengan satu atau lebih operasi pada himpunan itu. Notasi Suatu sistem matematia yang terdiri dari himpunan S dan operasi * pada S ditunjuan dengan ( S, *). Jia # adalah operasi edua pada S, maa ( S, *, #) adalah sistem matematia yang terdiri dari himpunan S, operasi pertama *, dan operasi edua #. Berdasaran pengetahuan yang telah ita pelajari sebelumnya, ita catat beberapa definisi yang terait dengan sifat operasi adalah: Definisi. Misalan S adalah suatu himpunan. Ditentuan bahwa * adalah suatu operasi pada S. Operasi * disebut bersifat: a. tertutup jia p* q S untu setiap p, q, S. b. omutatif jia p* q q* p untu setiap p, q, S. c. asosiatif jia p*( q* r) ( p* q)* r untu setiap p, q, r S. d. mempunyai unsur identitas jia untu semua p S, ada i S, sehingga p* i i* p p i disebut unsur identitas dari operasi *. e. memenuhi sifat inversi (invertibel) jia untu setiap p S, ada x S, sehingga p* x x* p i x disebut inversi dari p, dan p disebut inversi dari x.

7 MPMT50/MODUL.7 Definisi.3 Misalan S adalah suatu himpunan. Ditentuan bahwa * adalah suatu operasi pertama dan adalah suatu operasi edua pada himpunan S. Operasi * bersifat distributif terhadap # jia p*( q # r) ( p* q) # ( p* r) untu semua p, q, r S. Selanjutnya, sifat-sifat operasi penjumlahan (+) dan peralian () pada himpunan bilangan bulat, merupaan asioma sistem bilangan bulat FZ (,, ), yaitu:. tertutup : p q Z dan p q Z untu semua p, q, Z.. omutatif : p q q p dan p q q p untu semua p, q Z. 3. asosiatif : p ( q r) ( p q) r dan p( q r) ( p q) r untu semua p, q, r Z. 4. mempunyai unsur identitas penjumlahan 0, dan unsur identitas peralian, yang bersifat p0 p dan p p untu semua p Z. 5. memenuhi sifat inversi (invertibel) penjumlahan: untu semua p Z, ada x Z, sehingga px 0 x disebut inversi dari p, ditunjuan dengan x p. 6. distributif peralian terhadap penjumlahan ( p q). r ( p. r) ( q. r). 7. memenuhi huum anselasi: jia p, q, r Z, r 0, dan pr qr, maa p q p, q, r Z dan p r q r, maa p q. Dalam aitannya dengan urutan bilangan bulat, ita aan menggunaan istilah himpunan bilangan bulat positif untu himpunan bilangan asli Z {,, 3,...}. Urutan yang dimasud adalah hubungan lebih ecil (atau lebih besar) antara dua bilangan bulat. Definisi.4 Ditentuan p, q Z. p disebut urang dari q (atau q disebut lebih dari p), ditulis p q p, jia ada suatu bilangan bulat positif r sehingga q p r. q atau

8 .8 Teori Bilangan Contoh. (a) 5 > 4 sebab ada bilangan bulat positif sehingga 5 4 = (b) < 7 sebab ada bilangan bulat positif 5 sehingga 7 = 5 (c) p > 0 untu setiap p {,, 3,...} sebab ada bilangan bulat positif p sehingga p - 0 p. Dua sifat dasar tentang urutan bilangan bulat yang perlu dipahami adalah: () etertutupan bilangan bulat positif: p q dan pq adalah bilangan-bilangan bulat positif untu semua bilangan-bilangan bulat positif p dan q. () huum triotomi Untu setiap p Z berlau salah satu dari p0, p 0, atau p 0. Himpunan bilangan bulat Z disebut suatu himpunan yang terurut arena Z memenuhi huum triotomi. Contoh. Butian: Jia p q dan r 0, maa pr qr. Buti: Dietahui bahwa p q, maa menurut definisi.4, q p 0. Selanjutnya, arena qp 0 dan r 0, maa menurut sifat dasar etertutupan peralian urutan bilangan bulat positif, r ( q p) 0. Menurut sifat distributif, r( q p) rq rp, dengan demiian r( q p) 0 beraibat rq rp 0. Dari definisi.4, diperoleh rp rq, dan menurut sifat omutatif peralian, pr qr. Contoh.3 Butian: ( ) p p Buti: ( ) p. p ( ). p 0 dan p p p. p 0, sehingga ( ) p. p p. p. Berdasaran huum anselasi, ( ) p p. Contoh.4 Sistem ( Z, ), yaitu sistem bilangan bulat terhadap operasi penjumlahan, merupaan suatu grup, dan juga merupaan grup Abel, sebab operasi

9 MPMT50/MODUL.9 terhadap bilangan bulat memenuhi sifat-sifat terhadap asosiatif, mempunyai unsur identitas, dan memenuhi sifat inversi. Prinsip Urutan yang Rapi (Well Ordering Principle) Suatu himpunan H disebut terurut rapi (well ordered) jia setiap himpunan bagian dari H yang tida osong mempunyai unsur terecil. Perlu diingat embali bahwa disebut unsur terecil suatu himpunan S jia urang dari atau sama dengan x untu semua x S atau x, x S. Contoh.5 (a) S {,5,7} mempunyai unsur terecil sebab x untu semua x S, yaitu, 5, dan 7. (b) M {3} mempunyai unsur terecil 3 sebab 3 x untu semua x M, yaitu 3 3. Contoh.6 (a) S {,5,7} adalah himpunan yang terurut rapi sebab setiap himpunan bagian dari S yang tida osong, yaitu {}, {5}, {7}, {,5}, {,7}, {5,7} dan {,5,7} mempunyai unsur terecil berturut-turut adalah,5,7,,,5, dan. (b) Z + adalah himpunan yang terurut rapi sebab semua himpunan bagian dari Z + yang tida osong mempunyai unsur terecil. (c) Z adalah himpunan yang tida terurut rapi sebab ada himpunan bagian dari Z yang tida osong dan tida mempunyai unsur terecil, misalnya {0,,,...}. Definisi.5 Bilangan riil terbesar x adalah bilangan bulat terbesar urang dari atau sama dengan x, yaitu x adalah bilangan bulat yang memenuhi [ x] x [ x]. Sebagai catatan perlu diingat embali bahwa fungsi f x x disebut dengan fungsi bilangan bulat terbesar, atau juga disebut dengan fungsi lantai

10 .0 Teori Bilangan g x (floor function). Fungsi x disebut fungsi atap (ceiling function), di mana x adalah bilangan bulat terecil lebih dari atau sama dengan x, misalnya /3 dan 7 / 3. Suatu bilangan riil x disebut rasional jia dan hanya jia ada bilanganbilangan bulat a dan b, b 0, dan x a / b. Suatu bilangan yang tida rasional disebut bilangan irasional, misalnya log5, 3, bilangan e =,788..., dan bilangan 3,4.... Contoh.7 /3 0, 7 / 3, (a) dan 3. (b) /3, 7 / 3 3. (c),3, 3. LATIHAN Untu memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, erjaanlah latihan beriut! Tugas Untu memperluas wawasan Anda tentang sistem numerasi, carilah dan bacalah sumber-sumber pustaa yang memuat sejarah bilangan. Selanjutnya jawablah beberapa pertanyaan beriut ) Apa yang dimasud dengan sistem numerasi bersifat aditif? ) Apa yang disebut dengan sistem numerasi menggunaan nilai tempat? 3) Apa yang dimasud dengan sistem numerasi bersifat multipliasi? 4) Sebutan beberapa cara menulisan lambang bilangan dan terjadi pada sistem numerasi yang mana! 5) Sebutan basis-basis bilangan yang pernah digunaan! Latihan ) Tunjuan bahwa p ( q) p q untu semua p, q, Z! ) Tunjuan bahwa ( p. q) p.( q) untu semua p, q, Z! 3) Dietahui p, q, r Z, p q dan r 0. Butian: p r q r!

11 MPMT50/MODUL. 4) Dietahui p, q, r Z, p r dan q r. Tunjuan: p r! 5) Dietahui C {, } merupaan bagian dari bilangan bulat. Selidii apaah ( Cx, ) merupaan sistem grup? Petunju Jawaban Tugas dan Latihan ) Sistem numerasi disebut bersifat aditif jia nilai bilangan sama dengan jumlah nilai setiap lambang bilangan yang digunaan. Contoh: Mesir Kuno: Lambang ೨ ೨ ೨ ೨ ) Sistem numerasi disebut menggunaan nilai tempat jia nilai lambang bilangan didasaran pada tempat atau posisi lambang bilangan, artinya lambang yang sama bernilai berbeda arena posisinya berbeda. Contoh: Babylonia : Lambang : < Nilai 7 : ( 60) Desimal : Lambang : Nilai setiap lambang 5 berbeda arena letanya yang berbeda bernilai lima bernilai lima puluh bernilai lima ratus 3) Sistem numerasi disebut multipliatif jia mempunyai lambang untu 3 bilangan-bilangan,, 3,..., b, b, b, b,..., tida mempunyai lambang nol, dan menggunaan nilai tempat. Contoh: Jepang-China: Lambang: ~ Ђ д ŧ )( Һ ƒ Nilai :,, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0, 00, 000 4) Cara menulisan lambang bilangan (a) Aca, untu sistem numerasi Mesir Kuno

12 . Teori Bilangan (b) Mendatar (horizontal), untu sistem-sistem numerasi Babylonia, Yunani (Gree), Romawi, Hindu-Arab (c) Tega (vertial), untu sistem-sistem numerasi Jepang-China dan Maya 5) Basis bilangan yang pernah digunaan (a) Basis 0 : sistem numerasi Jepang-China, Hindu Arab (b) Basis 0 : sistem numerasi Maya (c) Basis 60 : sistem numerasi Babylonia RANGKUMAN Berdasaran seluruh paparan pada Kegiatan Belajar ini, maa garis besar bahan yang dibahas meliputi definisi, teorema, contoh, dan latihan tentang bilangan bulat, terutama tentang onsep bilangan bulat, sistem bilangan bulat, operasi bilangan bulat dan sifat-sifatnya, dan asioma sifat-sifat operasi penjumlahan dan peralian bilangan bulat. Paparan emudian dilanjutan dengan prinsip urutan yang rapi serta hubungan dua bilangan bulat (sama dengan, lebih dari, urang dari), dilengapi dengan pengertian bilangan bulat terbesar, fungsi lantai, dan fungsi atap. Pada bagian ahir diingatan embali pengertian bilangan rasional dan bilangan irasional.. Himpunan bilangan bulat dinyataan dengan Z {...,-,-,0,,,...}. Definisi. Suatu sistem matematia adalah suatu himpunan bersama-sama dengan satu atau lebih operasi pada himpunan itu. 3. Definisi. Ditentuan bahwa * adalah suatu operasi pada himpunan S. Operasi * disebut bersifat: a. tertutup jia p* q S untu setiap p, q, S. b. omutatif jia p* q q* p untu setiap p, q, S. c. asosiatif jia p*( q* r) ( p* q)* r untu setiap p, q, r S. d. mempunyai unsur identitas jia untu semua p S, ada i S, sehingga p* i i* p p. i disebut unsur identitas operasi *. 4. Definisi.3 Ditentuan bahwa * adalah suatu operasi pertama dan adalah suatu operasi edua pada himpunan S. Operasi * bersifat distributif terhadap # jia

13 MPMT50/MODUL.3 p*( q # r) ( p* q) #( p* r) untu semua p, q, r S. 5. Definisi.4 Ditentuan p, q, Z. p disebut urang dari q (atau q disebut lebih dari p), ditulis p q atau q p, jia ada suatu bilangan bulat positif r sehingga q p r. 6. Definisi.5 x adalah bilangan bulat terbesar urang dari Bilangan riil terbesar atau sama dengan x, yaitu x adalah bilangan bulat yang memenuhi x x x. 7. Prinsip Urutan yang Rapi (Well Ordering Principle) Suatu himpunan H disebut terurut rapi (well ordered) jia setiap himpunan bagian dari H yang tida osong mempunyai unsur terecil. TES FORMATIF Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! ) Sor 0 Jia a, b Z, a b, c 0, maa butian bahwa ac bc. ) Sor 0 Butian bahwa tida ada bilangan bulat positif urang dari 3) Sor 0 Tentuan apaah himpunan-himpunan beriut terurut rapi A,3,4 (a) (b) B,, 5 3 (c) himpunan bilangan bulat negatif (d) himpunan bilangan cacah (e) himpunan bilangan rasional (f) himpunan bilangan riil 4) Sor 0 Carilah nilai-nilai dari: (a) 0,

14 .4 Teori Bilangan (b) 7 9 (c) 5 3 (d) 3 5 5) Sor 0 Jia adalah suatu bilangan bulat, maa butian bahwa: x x untu setiap bilangan riil x. 6) Sor 0 Carilah nilai x x 7) Sor 0 jia x adalah suatu bilangan riil. Butian bahwa x x x 8) Sor 0 Butian bahwa adalah suatu bilangan irasional. jia x adalah suatu bilangan riil. Cocoanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian ahir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunaan rumus beriut untu mengetahui tingat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar. Tingat penguasaan = Jumlah Sor Jawaban yang Benar 00% 00 Arti tingat penguasaan: 90-00% = bai seali 80-89% = bai 70-79% = cuup < 70% = urang Apabila mencapai tingat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat menerusan dengan Kegiatan Belajar. Bagus! Jia masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar, terutama bagian yang belum diuasai.

15 MPMT50/MODUL.5 P Kegiatan Belajar Prinsip Dasar Matematia rinsip indusi matematia merupaan suatu alat berharga untu membutian hasil-hasil yang terait dengan bilangan asli, atau hubungan tertentu yang dapat diperluas berlau untu semua bilangan asli. Hasil-hasil yang terait terutama tentang penjumlahan, dan hubungan tertentu antara lain dapat berupa etidasamaan, eterbagian, atau diferensial. Dalam aitannya dengan hasil penjumlahan, prinsip indusi matematia melibatan notasi jumlah (summation) dan notasi ali (product). Kedua notasi ini sangat bermanfaat untu menyederhanaan tulisan sehingga menjadi lebih singat dan lebih mudah dipahami. A. NOTASI JUMLAH DAN NOTASI KALI Notasi jumlah adalah notasi yang dilambangan dengan, dan notasi ali adalah notasi yang dilambangan dengan Π, dan didefinisian sebagai: r i r i x x x x i x x. x... x i r r Huruf i dari indes notasi jumlah atau notasi ali disebut variabel dummy arena dapat diganti oleh sebarang huruf, misalnya: r r r x x x i j i j r r r x x x i j i j i = disebut batas bawah (lower limit) dan i = r disebut batas atas (upper limit).

16 .6 Teori Bilangan Contoh. (a) (b) (c) (d) (e) (f) 4 i 4 i t 3 t i i = = = 43 t t = = 36 Selanjutnya, indes jumlah tida harus dimulai dari, artinya dapat dimulai dari bilangan bulat selain asalan batas bawah tida melebihi batas atas. Contoh. (a) (b) (c) (d) 5 i 3 6 t t i (t ) (.4 ) (.5 ) (.6 ) ( t ) ( )(3 ) (4 ) Beberapa sifat yang terait dengan notasi jumlah adalah: s () tx tx tx... tx ir i r r s t x x... x s t xi ir r r s

17 MPMT50/MODUL.7 s () xi yi xr yr xr yr... xs ys ir x x... x y y... y s ir r r s r r s x i s ir y i (3) x y x y b d b b i j i j ia jc ia jc b x y y... y ia i c c d xa yc yc yd xa yc yc yd xb yc yc... yd x x... x y y... y a a d c c d b d xi yj. ia j c (4) x y x y b d b d i j i j ia jc ia jc d b yj xi jc ia d b jc ia d b jc ia yx j i xy. i j Contoh.3 (a) (b) 5 5 x x x x ( x x x ) x i i3 i3 4 i (a 3 b ) (a 3 b ) (a 3 b ) (a 3 b ) i i i

18 .8 Teori Bilangan (a a a ) (3b 3b 3 b ) ( a a a ) 3( b b b ) a 3 b. i i i i 3 3 (c) ij i. i. i j i 3 5i i 3 (d) ij j j 3 j j i j j 6 j B. PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA (PRINCIPLE OF MATHEMATICAL INDUCTION) S adalah suatu himpunan bagian dari himpunan bilangan asli yang unsurunsurnya memenuhi hubungan Jia: (a) S (b) S beraibat ( ) S maa: S memuat semua bilangan asli, yaitu S N. Buti: Misalan S N dan unsur-unsur S memenuhi suatu hubungan (a) dan (b). Harus dibutian bahwa S N. Untu membutian S N digunaan buti tida langsung. Anggaplah S N, maa tentu ada F N dan F yang mana F { t N t S}. Karena F dan F N, maa menurut prinsip urutan rapi F mempunyai unsur terecil misalan F tetapi S. sebab S, berarti, dan aibatnya N. adalah unsur terecil F, maa F sebab, berarti S. S dan S memenuhi (b), maa ( ) S, atau S, yaitu S. Terjadi ontradisi arena S dan S, jadi S N.

19 MPMT50/MODUL.9 Dalam pernyataan lain, prinsip indusi matematia dapat ditulis dengan Sn ( ) adalah suatu pernyataan yang memenuhi hubungan untu satu atau lebih n N. Jia: (a) S () benar (b) S ( ) benar beraibat S( ) benar maa S ( ) benar untu semua n N. Contoh.4 Butian untu sebarang n Z, i 3... n nn n i Buti: n Misalan S n : i nn, maa i S () benar sebab untu n : n i i dan nn.. i i Misalan S ( ) benar, yaitu untu n : i... i Harus dibutian S ( ) benar, yaitu: i i i... i..... Jadi: Sn ( ) benar untu sebarang nz. Contoh.5 n Butian untu sebarang n Z, i... n nn n i 6

20 .0 Teori Bilangan Buti: n Misalan S n : i nn n, maa i 6 S () benar, sebab untu n : n i i dan nn n...3. i i 6 6 Misalan S ( ) benar, yaitu untu n : i.... i 6 Harus dibutian S ( ) benar, yaitu i i i 6 i Jadi, Sn ( ) benar untu sebarang nz. Contoh.6 Butian: untu semua n Z, dan n 6, 4n n 7 Buti: S( n) : 4n n 7, n 6 S (6) benar sebab untu n 6 4n 4.6 4, n , dan 4 3 Misalan S ( ) benar, yaitu untu n

21 MPMT50/MODUL. Harus dibutian bahwa S ( ) benar, yaitu untu n. 4( ) ( ) 7, perhatian 4( ) 4 4 ( 7) 4 sebab ( 7) 3, sebab 3 untu n ( 7) ( ), 4 4 ( ) ( ) 7 Jadi: 4nn 7 untu semua bilangan bulat n 6. Contoh.7 n n Butian: 6 7 habis dibagi oleh 43 untu semua n Z. Buti: Misalan n n Sn ( ) : 6 7 habis dibagi oleh 43 S () benar sebab untu n : maa n n (3) habis dibagi oleh 43 Misalan S ( ) benar, yaitu untu n : 6 7 habis dibagi oleh 43 Misalan 6 7 p.43 untu suatu p Z. Harus dibutian bahwa S ( ) benar, yaitu untu n 3 3, 6 7 habis dibagi oleh (6 7 ) (6 7 ) 3 3 (6 6 ) (7 7 ) p p 5.43p p p 7

22 . Teori Bilangan habis dibagi oleh 43 sebab mempunyai fator 43 n3 n3 Jadi: 6 7 habis dibagi oleh 43 untu semua n Z. Tugas Butian dengan indusi matematia ) n n untu semua n Z. 3 ) n n habis dibagi 3 untu semua n Z. 3) n n! untu setiap bilangan bulat positif n 4. Petunju Jawaban Tugas ) S( n) : n n ) S () : benar sebab untu n : Misalan S ( ) benar, yaitu n Harus dibutian bahwa S ( ) benar, yaitu n,, dan ( ) (sebab untu sebarang ). Jadi: n n untu setiap n Z. 3 S( n) : n n habis dibagi oleh 3 S () benar sebab untu n : 3 3 n n 0 dan 0 habis dibagi oleh 3. Misalan S ( ) benar, yaitu 3 p.3 untu suatu p Z 3 Harus dibutian bahwa S ( ) benar, yaitu 3 ( ) ( ) habis dibagi oleh ( ) ( ) ( 3 3 ) ( ) 3 3( ) 3 3 p 3 p habis dibagi oleh 3, sebut

23 MPMT50/MODUL.3 3 ( ) ( ) habis dibagi 3 sebab mempunyai fator 3 Jadi: n n habis dibagi 3 untu setiap n Z. n 3) S( n) : n! untu setiap bilangan bulat positif n 4 S (4) benar sebab untu n 4 : n 4 6, n! 4! 4, dan 6 4 Misalan S ( ) benar, yaitu! Harus dibutian bahwa S ( ) benar yaitu: ( )!..! sebab untu sebarang Z ( ).! ( )! Jadi: ( )! untu setiap bilangan asli n. LATIHAN Butian dengan indusi matematia ) Di dalam barisan harmonis: H t t berlau n H n, untu setiap bilangan bulat n 0. n dx n ) nx untu setiap bilangan bulat n 0. dx 3) 4) 5) n n... ( )..3 n n n r t 3... r r( r )(r ) / 6 untu setiap n Z. t s r Untu memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, erjaanlah latihan beriut! 3 s... r s 4 s s

24 .4 Teori Bilangan dengan menggunaan hubungan: s s s Petunju Jawaban Latihan n S n : H n untu setiap bilangan bulat n 0 ) H t... 3 t S (0) benar sebab untu n 0: n H Misalan H benar, yaitu untu n : 0 H, 0, dan 0 H Harus dibutian H benar, yaitu untu n : H Perhatian H H H n.... sebab terdapat suu masing-masing tida urang dari + H Jadi H n n untu sebarang bilangan bulat n 0.

25 MPMT50/MODUL.5 n dx S n : dx n ) S 0 benar sebab Misalan nx untu setiap bilangan bulat n 0. n 0 dx dx d dx dx dx S benar, yaitu Harus dibutian ( ) dx dx dx dx dx dx x n 0, dan nx 0. x 0 dx dx S benar, yaitu x x x lim. Maa x0 x lim x0 lim x0 lim x0 lim x x0 x x x. x x x x x. x x. x x x x x x x x x x. x x x x x x x x x x x x x 3) Cara : Gunaan hubungan: untu mengganti setiap suu deret. t( t ) t t Cara ini disebut cara telesopis Cara : Gunaan indusi matematia, tunjuan: ( )( ). x. Dari Kalulus,

26 .6 Teori Bilangan 4) Tunjuan bahwa ( )( )/ 6 ( ) ( )( )( 3)/ 6 5) s s s r r r r r r r - r r r s + r r r r r s s + r r r r r r s s 3 s 4 ss ( ) RANGKUMAN Berdasaran seluruh paparan pada Kegiatan Belajar ini, maa garis besar bahan yang dibahas meliputi Definisi, Teorema, Contoh, dan Latihan tentang indusi matematia, terutama tentang notasi jumlah dan sifat-sifatnya, notasi ali dan sifat-sifatnya, prinsip pertama indusi matematia, dan pernyataan lain indusi matematia. Hal lain yang ditampilan beraitan dengan hubungan jumlah deret, hubungan pertidasamaan, hubungan eterbagian, dan hubungan diferensial.. Notasi Jumlah dan Kali r i r i x x x... x i x x. x... x i. Sifat-sifat: (a) s ir i s ir r tx t x s s s (b) ( x y ) x y (c) i i i i ir ir ir b d b d i i j i j ia jc ia jc r x y x y

27 MPMT50/MODUL.7 (d) b d d b x y x y i j i j ia jc jc ia 3. Prinsip Indusi Matematia S adalah suatu himpunan bagian dari himpunan bilangan asli yang unsur-unsurnya memenuhi hubungan: Jia: (a) S (b) S beraibat ( ) S maa: S memuat semua bilangan asli, yaitu S N. 4. Pernyataan Lain Indusi Matematia Sn ( ) adalah suatu pernyataan yang memenuhi hubungan untu satu atau lebih n N. Jia: (a) S () benar (b) S ( ) benar beraibat S ( ) benar maa S ( ) benar untu semua n N. TES FORMATIF Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! ) Sor 0 Carilah ) Sor 0 Carilah 3) Sor 5 Carilah 4) Sor 5 Carilah 5) Sor 0 Carilah 5 t r s 3 4 s t t s rs st ss ( )

28 .8 Teori Bilangan 6) Sor 0 Carilah 7) Sor 0 50 n Carilah mm 8) Sor 5 m 0 Carilah r 0 r 9) Sor 5 Carilah Cocoanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian ahir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunaan rumus beriut untu mengetahui tingat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar. Tingat penguasaan = Jumlah Sor Jawaban yang Benar 00% 00 Arti tingat penguasaan: 90-00% = bai seali 80-89% = bai 70-79% = cuup < 70% = urang Apabila mencapai tingat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat menerusan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jia masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar, terutama bagian yang belum diuasai.

29 MPMT50/MODUL.9 Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif ) Misalan a, b, c Z, a b dan c 0, maa sesuai definisi ba 0. Karena himpunan bilangan bulat positif tertutup terhadap peralian, c 0, dan b a 0, maa c( b a) 0 atau cb ca 0, berarti ca cb atau ac bc. ) Misalan ada bilangan bulat positif urang dari, maa sesuai dengan prinsip urutan yang rapi, Z Z dan Z tida osong dan mempunyai unsur terecil a sehingga a, dengan a 0. Selanjutnya a a a a a... Karena a 0, berarti a adalah suatu bilangan bulat positif urang dari a, merupaan ontradisi. 3) (a) terurut rapi (b) terurut rapi (c) tida terurut rapi (d) terurut rapi (e) tida terurut rapi (f) tida terurut rapi 4) (a) 0 (b) 0 (c) 5 (d) 5) Dari [ x] x [ x] dapat ditentuan bahwa [ x] x [ x]. Karena [ x] adalah suatu bilangan bulat, maa [ x ] [ x]. 6) Jia x adalah suatu bilangan bulat, maa [ x] [ x] x x 0. Jia x buan bilangan bulat, maa x z r, di mana z adalah suatu bilangan bulat dan r adalah suatu bilangan riil dengan 0 r. Dengan demiian dapat ditentuan bahwa [ x] [ x] [ z r] [ z r] z ( z ). 7) Misalan x [] x r dengan 0 r. Jia r (/ ), maa x (/ ) [ x] { r (/ )} [ x] arena r (/ ). Aibatnya, [ x(/ )] [ x], berarti x [ x] r [ x] arena r. Jadi [ x] [ x].

30 .30 Teori Bilangan Jia (/ ) r, maa [ x] x { r (/ )} [ x], berarti x (/ ) [ x]. Aibatnya, [ x] [ x] r ([ x] r) x [ x] Sehingga [ x] [ x], dan [ x] [ x (/ )] [ x] [ x] [ x] [ x] 8) Misalan adalah suatu bilangan rasional, maa tentu ada bilanganbilangan bulat a dan b sehingga ab. Aibatnya, S Z adalah suatu himpunan bilangan bulat positif yang tida osong, sehingga S mempunyai unsur terecil s t. Dengan demiian s s s t s t. Karena s t dan s merupaan bilangan-bilangan bulat, maa: s s s t s t juga merupaan suatu bilangan bulat, 0 arena, s s s arena dan s s s s t, s t dan. Hal ini bertentangan dengan pemilihan s sebagai unsur bulat positif terecil dari S. Jadi adalah irasional. Tes Formatif Gunaan Prinsip Indusi Matematia beserta sifat-sifat notasi jumlah dan ali sehingga diperoleh: ) ) 3) 4) 5) 6) 5 t rs ( r r 3r 4r 5r 6 r) r r r s r r r st ( s. s.3 s.4 s) 4s 4 s s t s s s t t ( ) ( ) ( )... ( ) s( s ) s s 3 t t s s 50 (50)(50 )(00 ) 495 6

31 MPMT50/MODUL.3 7) 8) 9) n n n n m( m ) ( m m) m m n( n )(n ) n( n ) m m m m ( )( ) 3 n n n 0 r0 6 ( ) r

32 .3 Teori Bilangan Daftar Pustaa Agnew, J. (97). Exploration in Number Theory. Belmont: Broos/Cole. Anderson, J.A. and Bell, J.M. (977). Number Theory with Applications. New Jersey: Prentice-Hall. Niven, I., Zucerman, H.S., and Montgomery, H.L. (99). An Introduction to the Theory of Numbers. New Yor: John Wiley & Sons. Ore, O. (948). Number Theory and Its History. New Yor: McGraw-Hill. Redmond, D. (996). Number Theory. New Yor: Marcel Deer. Rosen, K.H. (993). Elementary Number Theory and Its Applications. Massachusetts: Addison-Wesley.

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL Sarta Meliana 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana

Lebih terperinci

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA I Nengah Suparta dan I. B. Wiasa Jurusan Pendidian MatematiaUniversitas Pendidian Ganesha E-mail: isuparta@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

3.1 TEOREMA DASAR ARITMATIKA

3.1 TEOREMA DASAR ARITMATIKA 3. TEOREMA DASAR ARITMATIKA Definisi 3. Suatu bilangan bulat > disebut (bilangan) rima, jia embagi ositif bilangan tersebut hanya dan. Jia bilangan bulat lebih dari satu buan bilangan rima disebut (bilangan)

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT QUASI-IDEAL MINIMAL PADA RING TRANSFORMASI LINEAR 1

BEBERAPA SIFAT QUASI-IDEAL MINIMAL PADA RING TRANSFORMASI LINEAR 1 BEBERAPA SIFAT QUASI-IDEAL MINIMAL PADA RING TRANSFORMASI LINEAR K a r y a t i Jurusan Pendidian Matematia FMIPA Uniersitas Negeri Yogyaarta e-mail : yatiuny@yahoo.com Abstra. Misalan R adalah ring, Q

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK [KODE/SKS : KD4 / SKS] Ruang Vetor FIELD: Ruang vetor V atas field salar K adalah himpunan ta osong dengan operasi penjumlahan vetor dan peralian salar. Himpunan ta osong

Lebih terperinci

2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima

2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima BAB 2 BILANGAN PRIMA 2.1 Bilangan prima dan fatorisasi prima Definisi 2.1.1. Bilangan bulat p > 1 diataan prima jia ia hanya mempunyai pembagi p dan 1. Dengan ata lain bilangan prima tida mempunyai pembagi

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaa Untu menacapai tujuan penulisan sripsi, diperluan beberapa pengertian dan teori yang relevan dengan pembahasan. Karena itu, dalam subbab ini aan diberian beberapa

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 37 45 Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya Sadjidon Jurusan Matematia Institut Tenologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

MAT. 12. Barisan dan Deret

MAT. 12. Barisan dan Deret MAT.. Barisan dan Deret i Kode MAT. Barisan dan Deret U, U, U3,..., Un,... Un a + (n-)b U + U +..., Un +... n?? Sn? BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W

KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 8, No. 2, November 2011, 43 49 KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W Sunarsini. 1, Sadjidon 2 Jurusan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Seolah... Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas/Program XII / IPA Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 4. Menggunaan onsep pemecahan masalah. Dasar Kegiatan Penilaian Watu 4.1. Menentuan suu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK POHON FUZZY

KARAKTERISTIK POHON FUZZY KARAKTERISTIK POHON FUZZY Yuli Stiawati 1, Dwi Juniati 2, 1 Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya, 60231 2 Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

SOLUSI BAGIAN PERTAMA

SOLUSI BAGIAN PERTAMA SOLUSI BAGIAN PERTAMA 1. 13.. 931 3. 4 9 4. 63 5. 3 13 13 6. 3996 7. 1 03 8. 3 + 9 9. 3 10. 4 11. 6 1. 9 13. 31 14. 383 8 15. 1764 16. 5 17. + 7 18. 51 19. 8 0. 360 1 SOLUSI BAGIAN PERTAMA Soal 1. Misalan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan I. PENDAHULUAN. Latar Belaang Teori graf merupaan salah satu bagian ilmu dari matematia dan merupaan poo bahasan yang relatif muda jia dibandingan dengan cabang ilmu matematia yang lain seperti aljabar

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/(x DAN h(x/(x Yuliana Saitri 1, Sri Gemawati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 271-278 BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman trianisr@yahoo.com.au ABSTRACT.

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR Ngarap Im Mani 1) dan Lim Widya Sanjaya ), 1) & ) Jurs. Matematia Binus University PENGANTAR Perancangan percobaan adalah suatu

Lebih terperinci

Rancangan Petak Terbagi

Rancangan Petak Terbagi Rancangan Peta Terbagi Ade Setiawan 009 Percobaan Split-plot merupaan superimpose dari dua jenis satuan percobaan dimana rancangan lingungan untu eduanya bisa sama ataupun berbeda. Satuan percobaan untu

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group

Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Joncheere Terpstra dan Modifiasinya Ridha Ferdhiana Statistics Peer Group Jurusan Matematia FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh, 23 email:

Lebih terperinci

NOTASI SIGMA. Lambang inilah yang disebut sebagai SIGMA, but please remove. the exaggerated flower around it! Hahaha...

NOTASI SIGMA. Lambang inilah yang disebut sebagai SIGMA, but please remove. the exaggerated flower around it! Hahaha... NOTASI SIGMA Lambang inilah yang disebut sebagai SIGMA, but lease remove the exaggerated flower around it! Hahaha... Mananya adalah menjumlahan sesuatu. Sesuatu aa? Sesuatu yang muncul di belaangnya. Mengaa

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KOMULAN TERHADAP BEBERAPA JENIS DISTRIBUSI KHUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution

ANALISIS PERBANDINGAN KOMULAN TERHADAP BEBERAPA JENIS DISTRIBUSI KHUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution Jurnal Bareeng Vol. 8 No. Hal. 5 0 (04) ANALISIS PRBANDINGAN OMULAN TRHADAP BBRAPA JNIS DISTRIBUSI HUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution ABRAHAM ZACARIA WATTIMNA,

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema

Lebih terperinci

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS)

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Prosiding Semirata15 bidang MIPA BKS-PTN Barat Hal 357-36 SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Budi Rudianto 1, Narwen Jurusan

Lebih terperinci

3. Sebaran Peluang Diskrit

3. Sebaran Peluang Diskrit 3. Sebaran Peluang Disrit EL2002-Probabilitas dan Statisti Dosen: Andriyan B. Susmono Isi 1. Sebaran seragam (uniform) 2. Sebaran binomial dan multinomial 3. Sebaran hipergeometri 4. Sebaran Poisson 5.

Lebih terperinci

IDEAL FUZZY NEAR-RING. Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

IDEAL FUZZY NEAR-RING. Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan Jurnal Matematia Murni dan Terapan εpsilon Vol. 07, No.01, (2013), Hal. 21 32 IDEAL FUZZY NEAR-RING Saman Abdurrahman 1, Naimah Hijriati 2 dan Thresye 3 1,2,3 Program Studi Matematia Faultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untu Merancang Algoritma Kriptografi Klasi Hendra Hadhil Choiri (135 08 041) Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 16 April Pekan Ke-4, 2005 Nomor Soal:

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 16 April Pekan Ke-4, 2005 Nomor Soal: Solusi Pengayaan Matematia Edisi 6 pril Pean Ke-4, 00 Nomor Soal: -60. Jia. sin cos tan 00 00, maa nilai adalah... cos sin 00 00. 40 Solusi: [] sin cos tan 00 00 cos sin 00 00 sin sin 00 00 cos sin 00

Lebih terperinci

Y = + x + x x + e, e N(0, ), Residual e=y -Yˆ

Y = + x + x x + e, e N(0, ), Residual e=y -Yˆ Yogyaarta, 26 Noember 206 ISSN : 979 9X eissn : 25 528X ANALISIS PSEUDOINVERS DAN APLIKASINYA PADA REGRESI LINEAR BERGANDA Kris Suryowati Program Studi Statistia, Faultas Sains erapan, Institut Sains dan

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan Jurnal Penelitian Sains Volume 16 Nomor 1(A) Januari 013 Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untu Menari Aar-aar Suatu Persamaan Evi Yuliza Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia Intisari:

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

Himpunan dan Sistem Bilangan Real Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Real Drs. Sardjono, S.U. PENDAHULUAN M odul himpunan ini berisi pembahasan tentang himpunan dan himpunan bagian, operasi-operasi dasar himpunan dan sistem bilangan

Lebih terperinci

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil

Lebih terperinci

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D.

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Bab I Sumber: upload.wikimedia.org Bilangan Riil Anda telah mempelajari konsep bilangan bulat di Kelas VII. Pada bab ini akan dibahas konsep bilangan riil yang merupakan pengembangan dari bilangan bulat.

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN BULAT

SISTEM BILANGAN BULAT SISTEM BILANGAN BULAT A. Bilangan bulat Pengertian Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. Berlawanan dengan bilangan bulat adalah bilangan riil

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT TUGAS AKHIR STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT 040803023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV

PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV Nama Mahasiswa : Husien Haial Fasha NRP : 1207 100 011 Jurusan : Matematia FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. Suharmadi, Dipl.

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

Sifat-sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Maxplus

Sifat-sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Maxplus J. Sains Dasar () Sifat-sifat Nilai Eigen dan Vetor Eigen Matris atas ljabar Maxplus (The Properties of Eigen Value and Eigen Vector of Matrices Over Maxplus lgebra) Musthofa * dan Nienasih inatari * Jurusan

Lebih terperinci

( ) terdapat sedemikian sehingga

( ) terdapat sedemikian sehingga LATIHAN.. Misalan A R, : A R, c R adala titi cluster dari A (c, ). Maa pernyataan beriut equivalen : a. lim b. Barisan ( ) yan onveren e c seina dan >., maa barisan ( ) onveren e. Buti : lim ( ) Berarti

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU PERTEMUAN 2 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU 2. SISTEM WAKTU DISKRET Sebuah sistem watu-disret, secara abstra, adalah suatu hubungan antara barisan masuan dan barisan eluaran. Sebuah

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan

Himpunan dan Sistem Bilangan Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Dr. Wahyu Widayat H PENDAHULUAN impunan adalah bagian dari Matematika yang bahannya pernah Anda pelajari. Materi tersebut akan dibahas sehingga Anda menjadi lebih memahami

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

METODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika

METODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika METODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR Sripsi Diajuan untu Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematia Disusun Oleh : Maria Martini Leto Kurniawan NIM : 03409 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunakan Metode Beda Hingga dan Crank-Nicholson

Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunakan Metode Beda Hingga dan Crank-Nicholson 1 Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunaan Metode Beda Hingga dan Cran-Nicholson Durmin, Drs. Luman Hanafi, M.Sc Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Tenologi

Lebih terperinci

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA TORI KINTIK RKSI KII da (dua) pendeatan teoreti untu menjelasan ecepatan reasi, yaitu: () Teori tumbuan (collision theory) () Teori eadaan transisi (transition-state theory) atau teori omples atif atau

Lebih terperinci

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB)

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB) PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial biasanya digunaan untu pemodelan matematia dalam sains dan reayasa. Seringali tida terdapat selesaian analiti seingga diperluan ampiran

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com

Lebih terperinci

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Prosiding Seminar Nasional Fisia dan Pendidian Fisia (SNFPF) Ke-6 205 30 9 Penentuan Kondutivitas Termal ogam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Dwi Astuti Universitas Indraprasta PGRI

Lebih terperinci

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE

Lebih terperinci

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure 8/9/01 UJI TUKEY UJI DUNCAN UJI BARTLETT UJI COCHRAN UJI DUNNET Elty Sarvia, ST., MT. Faultas Teni Jurusan Teni Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Macam Metode Post Hoc Analysis The Fisher

Lebih terperinci

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE Desfrianta Salmon Barus - 350807 Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung Bandung e-mail: if807@students.itb.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT SUNARSIH.

Lebih terperinci

BAB 3 RUANG BERNORM-2

BAB 3 RUANG BERNORM-2 BAB RUANG BERNORM-. Norm- dan Ruang ` De nisi. Misalan V ruang vetor atas R berdimensi d (dalam hal ini d boleh ta hingga). Sebuah fungsi ; V V! R yang memenuhi sifat-sifat beriut;. x; y 0 ia dan hanya

Lebih terperinci