BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Semigrup Matriks Admitting Struktur Ring

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,...

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS. Abstrak

Homomorfisma Pada Semimodul Atas Aljabar Max-Plus

Beberapa Sifat Semigrup Matriks Atas Daerah Integral Admitting Struktur Ring 1

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar (pengertian) yang akan digunakan dalam. pembahasan penelitian. 2.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi suatu ring serta

RING MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF. Achmad Abdurrazzaq, Ari Wardayani, Suroto Universitas Jenderal Soedirman

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25

BAB I PENDAHULUAN. , membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan operasi pergandaan matriks baku. Himpunan bagian dari

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

ANALISIS REAL I PENGANTAR. (Introduction to Real Analysis I) M. Zaki Riyanto, S.Si DIKTAT KULIAH ANALISIS

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 1, 41-48, April 2003, ISSN : MATRIKS STOKASTIK GANDA DAN SIFAT-SIFATNYA

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang

BARISAN PANGKAT TERURUT MATRIKS PADA ALJABAR MAX PLUS

SKEMA PEMBAGIAN RAHASIA DENGAN KODE LINEAR

Definisi Integral Tentu

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

SIFAT-SIFAT SEMIGRUP SIMETRIS INTERVAL

SIFAT SIFAT RUANG VEKTOR ATAS LAPANGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model.

KETERKAITAN ANTARA MODUL BEBAS DENGAN MODUL DILIHAT DARI SIFAT-SIFAT HOMOMORFISME MODUL

SIFAT SIFAT RUANG VEKTOR ATAS LAPANGAN (FIELD)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

RUANG BASIS SOLUSI. Ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah. Aljabar Linier DISUSUN OLEH : DONNA SEPTIAN CAHYA RINI (08411.

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0.

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI

2 BARISAN BILANGAN REAL

ANALISIS RIIL I. Disusun oleh Bambang Hendriya Guswanto, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si.

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

Sistem Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

B a b 1 I s y a r a t

Ruang Vektor. Modul 1 PENDAHULUAN

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b.

KALKULUS 4. Dra. D. L. Crispina Pardede, DEA. SARMAG TEKNIK MESIN

INVERS TERGENERALISASI MATRIKS ATAS ALJABAR MAXPLUS Musthofa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

KARAKTERISTIK GRUP YANG DIBANGUN OLEH MATRIKS N X N DENGAN ENTRI BILANGAN BULAT MODULO P, P PRIMA

SIFAT-SIFAT DASAR MATRIKS SKEW HERMITIAN Basic Properties of Skew Hermitian Matrices

Bab 2. Sistem Bilangan Real Aksioma Bilangan Real Misalkan adalah himpunan bilangan real, P himpunan bilangan positif dan fungsi + dan.

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

GRUP TERURUT PARSIAL PADA MATRIKS SIMETRI BERUKURAN 2 2

RUANG VEKTOR MATRIKS FUZZY

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

SIFAT-SIFAT DAN STRUKTUR ALJABAR MATRIKS PENYAJIAN DARI PERSEGI AJAIB

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

3. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 3.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

TUGAS ANALISIS REAL LANJUT. a b < a + A. b + B < A B.

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

KONSTRUKSI KODE LINEAR BINER OPTIMAL KUAT BERJARAK MINIMUM 9 DAN

ANALISIS REAL I. Disusun Oleh : La Ode Muhammad Agush Salam. Dipergunakan untuk Mahasiswa S1 Prog. Studi Pend. Matematika Jurusan PMIPA

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

Matematika Terapan Dosen : Zaid Romegar Mair, ST., M.Cs Pertemuan 3

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Ketiga)

II LANDASAN TEORI. Sebuah bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk. z = x jy. (2.4)

Bab 3 Metode Interpolasi

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

ANALISIS REAL I DAN II

Range atau jangkauan suatu kelompok data didefinisikan sebagai selisih antara nilai terbesar dan nilai terkecil, yaitu

SEMI MODUL POLINOMIAL FUZZY ATAS ALJABAR MAX-PLUS FUZZY

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy

BAB 2 LANDASAN TEORI

Himpunan. Himpunan 3/28/2012. Semesta Pembicaraan Semua mobil di Indonesia

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pelabelan E-cordial pada Graf Hasil Cartesian Product

Transkripsi:

BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme dari G. Dega kata lai, G tertutup terhadap operasi. b. Berlaku hukum asosiatif di G, yaitu diberika a, b, c eleme dari G, maka a b c = a b c. c. Terdapat e eleme dari G sedemikia rupa sehigga utuk setiap a eleme dari G berlaku a e = e a = a. Selajuya eleme e disebut eleme idetitas atau uit di G. d. Utuk setiap a eleme dari G, terdapat a 1 G sedemikia rupa sehigga a a 1 = a 1 a = e. Eleme a 1 disebut ivers dari a di G. Defiisi 2. 1. 2 Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum komutatif di G, yaitu a b = b a, utuk setiap a, b G. Cotoh 2.1.3 Himpua bilaga bulat (Z, +) merupaka grup komutatif terhadap operasi pejumlaha. Defiisi 2. 1. 4 Lapaga Lapaga adalah sebuah himpua F, eleme-elemaya diamaka skalar, bersama dega dua buah operasi bier yaitu pejumlaha diotasika dega +, da perkalia diotasika dega ; bersama dega dua buah eleme 0, 1 ε F sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Utuk Setiap x, y, z F 1. x + y F 2

2. x + y = y + x 3. x + y + z = x + (y + z) 4. 0 + x = x 5. terdapat ( x) F sedemikia rupa sehigga ( x) + x = 0 b. Utuk setiap x, y, z F 6. x y F 7. x y = y x 8. x y z = x (y z) 9. 1 x = x c. Utuk setiap x F, x 0, terdapat eleme x 1 di F sedemikia rupa sehigga x x 1 = x 1 x = 1. d. Utuk setiap x, y, z F, berlaku hukum distributif yaitu x + y z = x y + x z. Lapaga F disebut lapaga higga jika F memiliki sebayak higga eleme. Bayakya eleme di suatu lapaga higga diamaka orde lapaga. Jika lapaga F memiliki tak higga eleme, F disebut lapaga tak higga. Cotoh 2.1.5 Himpua F 2 = {0,1} dega operasi pejumlaha da perkalia dilakuka dalam modulo 2, merupaka lapaga higga berorde 2. Lapaga F 2 biasa disebut lapaga bier. Himpua bilaga riil R merupaka salah satu cotoh lapaga tak higga. Defiisi 2. 1. 5 Sub Ruag Vektor Sub Ruag Vektor dari F p adalah sub himpua V F p dari p-vektor dega 0 V sedemikia rupa sehigga berlaku: a. Jika v V da a F, maka a v V b. Jika u, v V maka u + v V Defiisi ii ekuivale dega, suatu subruag vektor dari F p adalah himpua tak kosog dari p-vektor da tertutup terhadap operasi pejumlaha da perkalia skalar. 3

Defiisi 2. 1. 6 Ruag Vektor Ruag vektor V atas lapaga F adalah suatu himpua tak kosog V, dega elemeelemeya diamaka vektor, sebuah eleme dari V yaitu 0 disebut vektor ol, bersama dega sebuah operasi bier +, disebut pejumlaha vektor, da suatu perkalia skalar diotasika, dari vektor dega eleme dari F; sedemikia rupa sehigga memeuhi sifat-sifat : a. Utuk Setiap u, v, w ε V 1. u + v V 2. 0 + v = v 3. u + v = v + u 4. u + v + w = v + u + w b. Utuk setiap u, v ε V da utuk setiap r, s ε F 5. r v V 6. 1 v = v 7. 0 v = 0 8. r(u + v) = r u + r v 9. (r + s) v = r v + s v 10. (r s) v = r (s v) Kodisi a 1 meyataka V tertutup terhadap operasi pejumlaha, sedagka kodisi b 5 meyataka V tertutup terhadap operasi perkalia skalar. Defiisi 2. 1. 7 Subruag dari suatu ruag vektor V adalah sebuah subhimpua U V, sedemikia rupa sehigga U merupaka suatu ruag vektor dega operasi bier pejumlaha da perkalia skalar yag dimiliki V. Defiisi subruag berbeda dega defiisi subruag vektor, aka tetapi lemma berikut ii meujuka kedua defiisi tersebut medefiisika kosep yag sama. Lemma 2. 1. 8 Sebuah subhimpua tak hampa U V dari suatu ruag vektor V merupaka suatu subruag dari V jika da haya jika : 4

(i) Jika u, v ε V, maka u + v ε U (ii) Jika k ε F da u ε U, maka k u ε U Bukti : Bukti terdapat pada lampira 1. Defiisi 2. 1. 9 Misal F suatu ruag vektor atas lapaga F, betuk biliier pada adalah suatu fugsi <,>: F x F F yag memeuhi : F a. < u, v >=< v, u > utuk setiap u, v ε b. < k u, v >= k < v, u > utuk setiap k ε F da utuk semua u,v ε c. < u + v, w >=< u, v > +< v, w > F Cotoh 2.1.10 : Hasil kali titik pada F 2 yag didefiisika sebagai u v = u 1 v 1 + u 2 v 2 + + u v utuk sebarag u = (u 1 u 2 u ) da v = (v 1 + v 2 + + v ) eleme dari F 2 merupaka suatu betuk biliier pada F 2. Jika u v = 0, u da v diamaka vektor-vektor yag salig orthogoal. Defiisi 2. 1. 11 Misal V suatu ruag vektor atas lapaga F, da W adalah subhimpua tak kosog dari V. Kompleme orthogoal dari W di V didefiisika sebagai subruag W (dibaca S perpedikular), dega W = {v V < v, w 0 utuk semua w W}. Defiisi 2.1.12 Sebuah vektor w disebut kombiasi liier dari vektor-vektor v1, v2,..., v r, jika w dapat dituliska dalam betuk w k1v1 k2v2... krvr, dega k1, k2,..., kr merupaka skalar. Defiisi 2.1.13 Jika S = {v 1, v 2,, v r } merupaka suatu subhimpua dari suatu ruag vektor V, maka subruag W dari ruag vektor V, yag terdiri atas semua kombiasi liier dari vektor-vektor di S diamaka ruag yag dibagu oleh v 1, v 2,, v r. Selajutya, kita sebut vektor-vektor v 1, v 2,, v r membagu W. Utuk meadaka W adalah ruag yag dibagu oleh vektor-vektor di S = {v 1, v 2,, v r } kita tuliska W = spa(s) atau W = spa{v 1, v 2,, v r }. F 5

Defiisi 2.1.14 Jika S = {v 1, v 2,, v r } merupaka himpua tak kosog dari vektorvektor, maka persamaa vektor k 1 v 1 + k 2 v 2 + + k r v r = 0 memiliki palig sedikit satu buah solusi yaitu k 1 = 0, k 2 = 0,, k r = 0. Jika ii merupaka satu-satuya solusi, maka S diamaka himpua yag bebas liier. Jika terdapat solusi lai, maka S diamaka himpua yag bergatug liier. Defisi 2.1.14 Misal V suatu ruag vektor atas sebarag lapaga F, da S = {v 1, v 2,, v r } merupaka himpua dari beberapa vektor di V. S diamaka basis bagi V, jika terpeuhi dua buah kodisi berikut : a. S bebas lier b. S membagu V Cotoh 2.1.15 Misal e i = (0,0,,1,0,.0) vektor di F dega etri ke-i sama dega 1 da etri laiya sama dega ol. Dega mudah dapat dilihat bahwa e 1, e 2,, e merupaka basis bagi F. Secara umum e 1, e 2,, e dikeal sebagai basis stadar bagi F. Defiisi 2.1.16 Misalka V suatu ruag vektor dega B merupaka basis bagi V, misal B terdiri dari sebayak higga eleme, sebut sebayak utuk suatu ε N. Maka kita sebut V berdimesi. Jika V memiliki dimesi, V disebut ruag vektor berdimesi higga. Jika V tidak berdimesi higga (tidak memiliki suatu basis dega bayak elemeya berhigga), V disebut ruag vektor berdimesi tak higga. 2.2 Teori Kodig Defiisi 2.2.1 Sebuah katakode dega pajag atas lapaga F adalah sebuah vektor eleme dari ruag vektor F. Defiisi 2.2.2 Kode dega pajag adalah kumpula katakode dega pajag. Cotoh 2.2.3 u=10011, v=11000, u da v merupaka kata kode dega pajag 5 atas lapaga F2. Di sampig itu, C ={10011, 11000,} merupaka kode dega pajag 5. 6

Dalam Tugas Akhir kita haya aka membahas tetag katakode da kode atas lapaga bier. Selai itu, operasi pejumlaha kode pada ruag vektor yag dibagu atas lapaga bier dilakuka dalam modulo 2. Defiisi 2.2.4 Bobot Hammig dari suatu kata kode x = x 1 x 2 x ditulis wt(x) adalah bayakya etri tak ol pada x. Defiisi 2.2.5 Jarak Hammig atara dua buah kata kode x = x 1 x 2 x da y = y 1 y 2 y diotasika dega dist(x, y) adalah bayakya posisi x da y berbeda. Cotoh 2.2.6 Utuk u=10011 da v=11000, diperoleh wt(u)=3, wt(v)=2, da dist(u,v)= dist(10011, 10001)=1. Perlu diperhatika bahwa jarak Hammig atara sebarag dua katakode u da v dega pajag sama dega bobot Hammig dari (u+v), karea keduaya merujuk pada bayakya posisi u da v berbeda. sehigga diperoleh dist(u,v)=wt(u+v). Defiisi 2.2.7 Misal C suatu kode, da d = mi dist u, v, utuk setiap u C, v C, u v. d diamaka jarak miimum kode C. Cotoh 2.2.8 Kode C1 = {00, 10, 01, 11}. Jarak miimum kode C1 adalah 1. Dalam Tugas Akhir ii, istilah bobot Hammig ditulis sebagai bobot da istilah jarak Hammig ditulis sebagai jarak. Disampig itu, istilah jarak miimum kode ditulis sebagai jarak miimum. Sekarag kita memasuki salah satu bagia petig dari teori kodig, yaitu tetag kode pedeteksi da pegoreksi kesalaha. Kode C dikataka dapat medeteksi pola kesalaha u jika da haya jika v + u C utuk setiap v C. Dega kata lai, u dapat dideteksi oleh C bila setiap katakode v yag ditrasmisika, dekoder dapat megeali bahwa katakode yag diterimaya, yaki u+v, buka merupaka katakode; sehigga dapat disimpulka terjadi kesalaha. 7

Suatu kode dikataka kode pedeteksi t kesalaha bila ia dapat medeteksi semua pola kesalaha takol dega bobot kurag dari atau sama dega t, da tidak dapat medeteksi sedikitya satu pola kesalaha dega bobot t + 1. Teorema berikut ii meujuka setiap kode C dega jarak d merupaka kode pedeteksi d-1 kesalaha. Teorema 2.2.9 Suatu kode C dega jarak d aka dapat medeteksi sedikitya semua pola kesalaha takol dega bobot d 1. Tapi, ada sedikitya satu pola kesalaha dega bobot d yag tidak dapat dideteksi oleh C. Bukti : Bukti terdapat pada lampira 2. Suatu kode C dikataka dapat megoreksi pola kesalaha u jika utuk semua v C, v+u berjarak lebih dekat ke v dibadig dega jarak ke katakode lai di C. Kode C dikataka kode pegoreksi t kesalaha bila ia megoreksi semua pola kesalaha dega bobot t da tidak megoreksi sedikitya satu pola kesalaha dega bobot t + 1. Teorema berikut ii meujuka setiap kode C dega jarak d merupaka kode pegoreksi [(d 1)/2] kesalaha, (otasi [x] meujuka bilaga bulat terbesar yag kurag dari atau sama dega bilaga riil x). Teorema 2.2.10 Suatu kode C berjarak d aka megoreksi semua pola kesalaha dega bobot kurag dari atau sama dega [(d 1)/2]. Namu, C tidak dapat megoreksi sedikitya satu pola kesalaha berbobot 1 + [(d 1)/2]. Bukti : Bukti terdapat pada lampira 3. Cotoh 2.2.11 Utuk kode C1 = {00, 10, 01, 11}. Maka setiap katakode yag diterima merupaka katakode di C1, sehigga C1 tidak dapat medeteksi adaya kesalaha. Kode C1 tidak dapat megoreksi kesalaha karea setiap kata yag diterima tidak perlu perubaha utuk mejadi katakode. Cotoh 2.2.12 Ubah kode C1 dega megulag setiap katakodeya 3 kali da didapat kode C2 = {000000, 101010, 010101, 111111}. Misal kata 111010 yag diterima. Karea kata ii tidak di C2, maka kita dapat medeteksi sedikitya ada satu kesalaha. Utuk mejadika katakode, kata 111010 perlu diubah sedikitya pada satu digitya mejadi 101010. Sehigga kita megharap bahwa 101010 memag kata yag ditrasmisika, 8

sehigga kita megoreksi 111010 mejadi 101010. Kode C2 dapat megoreksi satu kesalaha. Defiisi 2.2.14 Suatu kode C dega pajag atas lapaga F disebut kode liier jika C membetuk subruag dari ruag vektor F. Defiisi di atas memberika pegertia bahwa kode liier adalah kode yag tertutup terhadap operasi pejumlaha katakode. Disampig itu, C tetulah memuat vektor ol, karea utuk sebarag v C, megakibatka v + v = 0 C. Dalam Tugas Akhir ii, suatu kode liier C dega pajag, dimesi k, da jarak miimum d ditulis sebagai kode C [, k, d]. Cotoh sederhaa kode liier adalah C4 = {000, 111}, karea 000 + 000 = 000, 111 + 000 = 111, 000 + 111 = 111, da 111 + 111 = 000 semuaya ada di C4. Namu, C5 = {000, 100, 110} buka kode liier, karea 100 + 110 = 010 C5. Salah satu keuggula megguaka kode liier adalah mudah utuk dihitug jarakya. Yaki, jarak suatu kode liier C sama dega bobot terkecil katakode takol di C. Keapa demikia? Perhatika pejelasa berikut ii. Misal jarak miimum C adalah k, da v da w dua katakode di C yag memberika d(v,w) = k. Misal c bobot terkecil di C. Karea C liier maka z = v + w C, da wt(z) = wt(v + w) = d(v,w) = k. Jadi c k, karea c merupaka bobot terkecil di C. Sebalikya, jika c bobot terkecil di C da wt(u) = c, maka keliiera C mejami adaya 0 C, da d(0, u) = c. Sehigga k c, karea k merupaka jarak miimum di C. Jadi diperoleh k = c. Misalka C adalah kode liier [, k, d] atas F. Misalka pula A i adalah bayakya katakode yag berbobot i di C. Eumerator bobot Hammig dari kode C adalah poliom homoge berderajat dalam dua variabel, yaitu : W C x, y = A i x i y i i=0 Eumerator bobot hammig juga bisa ditulis mejadi : W C x, y = u C x wt (u) wt (u) y Misal C kode liier [, k], kode dual atau kode orthogoal dari C, ditulis C adalah himpua vektor-vektor yag ortogoal dega semua katakode dari C. Secara eksplisit 9

kita dapat meuliska C ={v (F 2 ) v. w = 0, utuk semua w C}. Jika C C, kode C diamaka kode swa-dual lemah(weakly self-dual), sedagka jika C = C, kode C diamaka kode swa-dual(self-dual). Misal A j adalah bayakya katakode yag berbobot j di C. Maka pecacah bobot Hammig dari kode C adalah poliom homoge berderajat dalam dua variabel, yaitu : W C x, y = A j x j y j j =0 = x wt (u ) wt (u ) u C y Utuk kode swa-dual C, tetulah C tidak memuat katakode berbobot gajil. Adaika terdapat v C da v berbobot gajil, akibatya v. v = 1. Kotradiksi dega C swa-dual (seharusya v. v = 0). Lebih lajut, utuk suatu, kita bisa medapatka kode swa-dual dega pajag da bobot setiap katakodeya merupaka kelipata 4. Kode swa-dual semacam ii diamaka kode swa-dual geap. Utuk kode swa-dual geap dega pajag, kode tersebut tetulah memuat katakode berbobot. Karea vektor berbobot tetu orthogoal dega setiap katakode di C. Matriks Pembagu dari suatu kode liier C[, k, d] adalah suatu matriks G berukura k x, rak(g) = k, da himpua semua vektor baris dari G merupaka basis bagi C. Utuk kode C yag sama, didefiisika Matriks Cek Paritas H, yaitu suatu matriks berukura x ( k), rak(h) = ( k), da himpua semua vektor kolom dari H merupaka basis bagi C. Teorema 2.2.15 Matriks G da H berturut-turut merupaka matriks pembagu da matriks cek paritas utuk suatu kode liier C jika da haya jika: i. Baris dari G bebas liier, ii. Kolom dari H bebas liier, iii. Bayakya baris dari G + Bayakya kolom dari H = Bayakya kolom dari G = Bayakya baris dari H, da iv. GH = 0. 10

Bukti : Utuk (i), (ii), da (iii) cukup jelas dari defiisi matriks pembagu da matriks cek paritas. Defiisi kode dual meyebabka (iv). Terbukti. Selajutya, karea H T G T = (GH) T = 0 da berdasar teorema 2. 2. 8, maka didapat teorema berikut : Teorema 2.2.16 H adalah matriks cek paritas dari C jika da haya jika H T matriks pembagu dari C, G matriks pembagu dari C jika da haya jika G T matriks cek paritas dari C. Jadi, utuk kode swa-dual kita peroleh G = H T. Sekarag kita tijau suatu fakta mearik pada kode dual bier, yaitu pecacah bobot dari kode dual bier C ditetuka secara uik oleh pecacah bobot kode C. Fakta ii diyataka dalam teorema Mac Williams di bawah ii. Teorema ii memberika jala bagi kita utuk medapatka pecacah bobot kode dual C tapa harus medaftar katakode-katakode pada kode dual C. Teorema 2.2.17 (Teorema Mac Williams) Jika C [, k, d] merupaka suatu kode liier bier dega kode dualya adalah C, maka W C x, y = 1 C W C(x + y, x y), (i) dega C = 2 k adalah bayakya katakode di C. Persamaa (i) ekuivale dega persamaa : (ii) k=0 A i x k y k = 1 C i=0 A i (x + y) i (x y) i, atau (iii) x wt (u) y wt (u) = u C 1 C (x + y) wt(u) wt (u) u C (x y). Persamaa (i), (ii), da (iii) dikeal sebagai idetitas MacWilliams. Pembuktia Teorema Mac Williams memakai lemma berikut ii : Lemma 2.2.18 Misal f sebarag pemetaa yag didefiisika pada F. Trasformasi Hadamard f dari f didefiisika sebagai f u = 11 1 u.v v F f v, u F.

Jika C[, k, d] merupaka kode liier, maka f u = 1 u C C u C f(u). Bukti : Bukti terdapat pada lampira 4. Bukti Teorema Mac Williams : Cukup dibuktika persamaa (iii). Misalka f u = x wt (u) y wt (u), sehigga diperoleh f u = ( 1) u.v x wt (v) wt (v) v F y. Misal u = u 1 u, v = (v 1 v ), maka didapatka : f u = ( 1) u 1v 1 + +u v x i v iy v i v F = 1 1 1 v1 =0 ( 1) u iv i x 1 v iy v i i=1 1 w =0 i=1 = ( 1) u iw x 1 w y w Utuk u i = 0, otasi sigma meghasilka x + y. Jika u i = 1, otasi sigma memberika x y. Akibatya, f u = (x + y) wt (u) (x y) wt (u), terapka lemma 2.2.18 pada v 2 =0 v =0 i=1 persamaa ii meghasilka x wt (u) y wt (u) = u C 1 C Terbukti. (x + y) wt (u ) wt (u) u C (x y). 12