KONSTRUKSI KODE LINEAR BINER OPTIMAL KUAT BERJARAK MINIMUM 9 DAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSTRUKSI KODE LINEAR BINER OPTIMAL KUAT BERJARAK MINIMUM 9 DAN"

Transkripsi

1 KONSTRUKSI KODE LINEAR BINER OPTIMAL KUAT BERJARAK MINIMUM 9 DAN 11 PUTRANTO HADI UTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUTT PERTANIAN BOGOR 2011

2 .

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dega ii saya meyataka bahwa tesis (Kostruksi Kode Liear Bier Optimal Kuat Berjarak Miimum 9 da 11) adalah karya saya dega araha dari komisi pembimbig da belum diajuka dalam betuk apapu kepada pergurua tiggi maapu. Sumber iformasi yag berasal atau dikutip dari karya yag diterbitka maupu tidak diterbitka dari peulis lai telah disebutka dalam teks da dicatumka dalam Daftar Pustaka di bagia akhir tesis ii. Bogor, November 2011 Putrato Hadi Utomo NIM G

4 .

5 ABSTRACT PUTRANTO HADI UTOMO. Costructio of Strogly Optimal Biary Liear Code with Miimum Distace 9 ad 11. Supervised by SUGI GURITMAN ad TEDUH WULANDARI MAS OED. A biary liear code of legth over Fq is a subspace of F q. A code has three parameters that attached to it, amely legth, dimesio, ad miimum distace. A code with legth, dimesio k ad miimum distace d is ofte called [ kd,, ]-code. Usually, whe two parameters are give, the we wat to fid a code that has the best value for the last parameter. Based o Gilbert- Varshamov boud, if a [ kd,, ]-code exists ad ca ot be expaded, we call it a strogly optimal code. I this paper, we costruct strogly optimal code with miimum distace 9 ad 11. I costructig the code, we created a theorem ad algorithm based o Gilbert-Varshamov boud before we implemet the algorithm to MAPLE programmig laguage. Because of computatioal limitatios, the program ca oly costruct up to k = 10 for d = 9 ad k = 12 for d = 11. Keywords: biary liear code, Gilbert Varshamov boud, strogly optimal code.

6 .

7 RINGKASAN PUTRANTO HADI UTOMO. Kostruksi Kode Liear Bier Optimal Kuat Berjarak Miimum 9 da 11. Dibimbig oleh SUGI GURITMAN da TEDUH WULANDARI MAS OED. Media iformasi, seperti sistem komuikasi da media peyimpaa utuk data, tidak sepeuhya reliabel. Hal ii dikareaka bahwa pada praktikya ada gaggua (oise) atau iterferesi laiya sehigga pesa yag dikirim berubah (terdapat error pada pesa). Salah satu masalah dalam teori kodig (codig theory) adalah utuk medeteksi atau bahka megoreksi galat (error) tersebut. Suatu kode (code) diciptaka utuk medeteksi atau megoreksi galat akibat salura yag tergaggu. Dari masalah tersebut, igi dikostruksi kode-kode optimal kuat, yaitu kode dega parameter [,k,d] dega syarat tidak ada kode dega parameter [+1,k+1, d], lebih jauh lagi, diharapka dapat diperbaiki batas bawah dari Tabel Brouwer. Utuk mecapai hal tersebut, perlu dilakuka beberapa hal sebagai berikut, yag selajutya mejadi tujua dari peelitia ii. 1. Megkaji teorema yag terkait dega kostruksi kode liear, terutama Gilbert-Varshamov boud. 2. Meyusu algoritme-algoritme utuk megotruksi kode liear bier. 3. Megimplemetasika algoritme-algoritme tersebut dalam suatu bahasa pemograma da megujicobaka utuk kode liear dega jarak miimum 9 da 11. Setelah dipelajari teorema Gilbert-Varshamov, disusu teorema kostruksi sebagai berikut. Jika matriks B berukura k r dikostruksi berdasarka sifat sebagai berikut. 1. Semua vektor baris dari B berbeda, da 2. Jumlah setiap i vektor baris dari B berbobot palig sedikit ( d i) utuk i = 2,3,..., s di maa s= mi{ d 1, k}, da ( d 1) r, maka T H = ( B I r ) da G= ( Ik B) secara berturut-turut merupaka matriks cek paritas da matriks geerator utuk kode liear C dega parameter [ k+ r, k, d]. Selajutya, utuk membagu metode kostruksi yag efisie, perlu didefiiska struktur data yag baru, yag merepresetasika ruag vektor F 2, yaitu himpua kuasa atas A= { 0,1, 2,..., 1}. Utuk itu, perlu didefiisika korespodesi satu-satu atara suatu vektor di F q dega suatu himpua bilaga bulat tak egatif. Selajutya, operasi pejumlaha dalam represetasi himpua didefiisika sebagai operasi xor/selisih simetri. Karea struktur data

8

9 yag diguaka adalah struktur data khusus, maka perlu didefiisika terlebih dahulu program-program tetag aritmatik aljabar matriks dalam represetasi himpua, seperti meghitug pejumlaha dua vektor da operasi OBD. Setelah dibagu program-program dasar utuk proses aritmatik aljabarya, selajutya aka dikostruksi program pelacaka kode liear bier. Tiga program terpetig adalah: k 1. Melacak/mecari satu vektor baris x dalam F2 yag bisa ditambahka ke matriks B berdasarka teorema Gilbert-Vashamov. 2. Meguji apakah dua vektor x da y bisa ditambahka ke matriks B berdasarka teorema Gilbert-Varshamov. 3. Meguji apakah m+1 vektor bisa ditambahka ke matriks B Dalam peelitia ii, kode liear bier yag berhasil dikostruksi haya sampai k = 12, r = 18 utuk d = 9 da sampai k = 14, r = 22 utuk d = 11. Namu demikia, sagat sulit utuk megostruksi semua kode optimal kuat. Hal ii disebabka atara lai oleh: 1. Keterbatasa komputer yag diguaka, sehigga tidak mugki melacak semua kemugkia kombiasi. 2. Pemiliha kode dasar (matriks B awal) yag kurag baik. 3. Program kostruksi yag masih belum sempura. Dalam peelitia ii, masih bayak kekuraga yag ada di dalamya, diataraya adalah: 1. Tidak semua kode liear optimal kuat dapat dikostruksi, walaupu kode tersebut ada (telah dikostruksi oleh orag lai). 2. Algoritme kostruksi, walaupu utuk represetasi himpua sudah cukup baik, masih dapat diperbaiki dalam hal kecepata pelacaka kode-kode liear bier, terutama utuk dimesi yag cukup besar. Utuk ke depaya, dapat diperbaiki algoritme kostruksi sehigga dapat diguaka utuk mecari/melacak kode dega lebih cepat da dapat mecakup kode liear yag memiliki dimesi yag besar. Selai itu, dapat pula dikembagka program utuk megoleksi kode-kode atas F, utuk q > 2. q Kata kuci: kode liear bier, teorema Gilbert-Varshamov, kode optimal kuat

10 .

11 Hak Cipta milik IPB, tahu 2011 Hak Cipta dilidugi Udag-Udag Dilarag megutip sebagia atau seluruh karya tulis ii tapa mecatumka atau meyebutka sumberya. Pegutipa haya utuk kepetiga pedidika, peelitia, peulisa karya ilmiah, peyusua lapora, peulisa kritik, atau tijaua suatu masalah; da pegutipa tersebut tidak merugika kepetiga yag wajar IPB Dilarag megumumka da memperbayak sebagia atau seluruh karya tulis dalam betuk apa pu tapa izi IPB

12 .

13 KONSTRUKSI KODE LINEAR BINER OPTIMAL KUAT BERJARAK MINIMUM 9 DAN 11 PUTRANTO HADI UTOMO Tesis sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Magister Sais pada Program Studi Matematika Terapa SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

14 Peguji Luar Komisi pada Ujia Tesis: Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc.

15 Judul Tesis : Kostruksi Kode Liear Bier Optimal Kuat Berjarak Miimum 9 da 11 Nama : Putrato Hadi Utomo NIM : G Disetujui Komisi Pembimbig Dr. Sugi Guritma Ketua Teduh Wuladari, M. Si. Aggota Diketahui Ketua Program Studi Matematika Terapa Deka Sekolah Pascasarjaa Dr. Ir. Edar H. Nugrahai, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Taggal Ujia: 28 Oktober 2011 Taggal Lulus:

16

17

18 :.

19 Utuk Ayahada, Ibuda, serta Adik-adikku tersayag.

20 .

21 PRAKATA Puji da syukur peulis pajatka kepada Allah SWT atas segala karuia- Nya sehigga tesis ii dapat diselesaika. Tema yag dipilih dalam peelitia ii tetag masalah pada codig theory. Tesis ii merupaka syarat utuk meyelesaika studi pada Program Magister Matematika Terapa, Departeme Matematika, Fakultas Matematika da Ilmu Pegetahua Alam, Istitut Pertaia Bogor. Terima kasih peulis ucapka kepada : Bapak Sugi Guritma, Ibu Teduh Wuladari, da Ibu Sri Nurdiati, selaku dose pembimbig da peguji yag telah memberi bimbiga, masuka, doroga, asihat serta segala batua sehigga tugas akhir ii dapat terselesaika. Ayah, ibu, da adik-adik yag selalu memberi kasih sayag, perhatia, dukuga moril da materi. Semua staf da dose pegajar Departeme Matematika yag telah memberika ilmu yag bermafaat selama meutut ilmu di Departeme Matematika. Sahabat yag selalu memberi kebahagiaa, semagat, tataga, perhatia, batua, ispirasi, doa, da kasih sayag. Tema-tema mahasiswa departeme Matematika. Terima kasih atas segala persahabata yag telah kita jali selama beberapa tahu ii. Peulis meyadari bahwa tulisa ii masih jauh dari kesempuraa da peulis sagat meghargai segala sara da kritik yag membagu dari pembaca. Peulis juga megharapka tulisa ii dapat bermafaat bagi semua pihak yag memerluka. Terima kasih. Bogor, November 2011 Putrato.

22

23 RIWAYAT HIDUP Peulis dilahirka di Bogor pada taggal 7 September 1986 sebagai aak pertama dari 4 bersaudara pasaga Bapak Hadi Sumaro da Ibu Dwi Aaigsih. Pedidika formal yag ditempuh peulis yaitu di SDN Paaraga 2 Kodya Bogor lulus pada tahu 1999, SLTPN 1 Darmaga Kab. Bogor lulus pada tahu 2002, SMAN 5 Bogor lulus pada tahu 2005, da pada tahu yag sama peulis diterima di Istitut pertaia Bogor melalui jalur USMI (Udaga seleksi Masuk IPB). Pedidika sarjaa ditempuh di Departeme Matematika, Fakultas Matematika da Ilmu Pegetahua Alam, lulus pada tahu Peulis melajutka studi di Program Studi Matematika Terapa pada Program Pascasasarjaa IPB. Selama megikuti perkuliaha, peulis perah mejadi asiste praktikum Aalisis Numerik pada tahu 2009 da asiste praktikum Metode Komputasi pada tahu 2010.

24 .

25 DAFTAR ISI Halama DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1 PENDAHULUAN Latar Belakag Tujua Peelitia TINJAUAN PUSTAKA Defiisi Dasar dalam Aljabar da Teori Kodig Ekodig Kode Liear Dekodig Tetagga Terdekat Dekodig Sidrom Dasar-dasar Kostruksi Kode HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Masalah Aalisis Teori Metode Komputasi Hasil yag Diperoleh KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 59

26 .

27 DAFTAR TABEL Halama Tabel 1. Tabel kebeara urtuk sifat asosiatif pada operasi xor Tabel 2. Perbadiga komputasi atara dua represetasi data Tabel 3. Hasil kostruksi utuk kode utuk d = 9 da d = DAFTAR GAMBAR Halama Gambar 1. Proses kodig utuk suatu pesa... 2 Gambar 2. Cotoh ekodig da dekodig dari suatu pesa... 2 Gambar 3. Cotoh iformasi yag gagal terkirim... 3 DAFTAR LAMPIRAN Halama Lampira 1. Tabel Brouwer Lampira 2. Program Kostruksi Kode... 62

28 .

29 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Media iformasi, seperti sistem komuikasi da media peyimpaa utuk data, tidak sepeuhya reliabel. Hal ii dikareaka bahwa pada praktikya ada gaggua (oise) atau iferesi laiya sehigga pesa yag dikirim berubah (terdapat galat pada pesa). Salah satu masalah dalam teori kodig (codig theory) adalah utuk medeteksi atau bahka megoreksi galat tersebut. Artikel tetag masalah tersebut pertama kali ditulis oleh C. E. Shao pada tahu 1948 dalam artikelya yag berjudul A Mathematical Theory of Commuicatio. Masalah itu dapat digambarka sebagai berikut. Apabila suatu pesa (iformasi) dikirim melalui salura tergaggu (oisy chael), serig kali terjadi bahwa pesa yag diterima tidak sama dega yag dikirim, misalya pesa yag berupa gambar atau suara mejadi tidak jelas. Di dalam komuikasi, pesa direpresetasika dalam betuk digital sebagai blok (barisa) simbol, serig kali diguaka simbol bier yag dikeal dega bitstrig. Salura biasaya berupa jariga telepo, jariga radio berfrekuesi tiggi atau jariga komuikasi satelit. Salura yag tergaggu meyebabka berubahya beberapa simbol yag dikirim, sehigga meguragi kualitas iformasi yag diterima. Suatu kode (code) diciptaka utuk medeteksi atau megoreksi galat (error) akibat salura tergaggu. Dalam hal ii sebelum dikirim, semua pesa aka diubah mejadi kata kode (codeword) dega cara meambahka beberapa simbol ekstra pada simbol pesa. Proses pegubaha pesa mejadi kata kode disebut ekodig. Peragkat yag megubah pesa mejadi kata kode disebut Ekoder. Kode merupaka himpua yag aggotaya kata kode. Pedefiisia kode ii dilakuka sedemikia sehigga apabila terjadiya perubaha beberapa simbol pada kata kode, maka galat itu bisa dipulihka lagi oleh dekoder. Dekoder merupaka peragkat yag megubah barisa simbol yag diterima mejadi kata kode. Suatu model komuikasi dapat digambarka seperti pada Gambar 1, da utuk cotohya dapat dilihat pada Gambar 2.

30 2 sumber pesa mesi peerima ekoder sumber dekoder sumber ekoder salura salura dekoder salura gaggua Gambar 1. Proses kodig utuk suatu pesa. Apel Apel chael gaggua Gambar 2. Cotoh ekodig da dekodig dari suatu pesa. Ilustrasi tetag source codig da chael codig aka dijelaska pada paragraf berikut ii. Source codig terdiri dterdiri atasari dua bagia, yaitu source ecodig da source decodig. Source ecodig meliputi perubaha pesa asal (message source) mejadi kode yag bersesuaia sehigga dapat dikirimka melalui suatu salura/jalur data, sedagka source decodig meliputi perubaha kode yag dikirimka mejadi pesa asal. Kode ASCII adalah salah satu cotoh source codig yag megubah setiap karakter mejadi suatu byte yag terdiri atas delapa bit. Sebagai cotoh, misalka source ecodig utuk empat jeis buah-buaha didefiisika sebagai berikut. Apel = 00 Pisag = 01 Ceri = 10 Aggur = 11

31 3 Misalka pula pesa Apel, yag dikodeka sebagai 00 aka dikirimka melalui oisy chael (jalur bergaggua). Pesa tersebut dapat saja meyimpag/ berubah da diterima sebagai 10. Dalam kasus ii, mesi peerima tidak dapat medeteksi kesalaha tersebut, sehigga komuikasi tersebut gagal (lihat Gambar 3). Apel Pisag 00 chael 01 gaggua Gambar 3. Cotoh iformasi yag gagal terkirim. Pesa yag telah dikodeka oleh source ecoder dapat saja berubah jika melalui oisy chael. Ide dari chael codig adalah utuk medeteksi kesalaha tersebut dega cara me-ekode lagi pesa yag aka dikirimka dega cara meambahka usur redudasi/usur ekstra sehigga kesalaha tersebut dapat dideteksi atau bahka dikoreksi. Utuk megilustrasika chael ecodig, misalka ditambahka satu bit data redudasi pada cotoh sebelumya sebagai berikut. 00 = = = 110 Misalka pula pesa apel yag dikodeka sebagai 000 (setelah dilakuka source da chael ecodig) dikirimka melalui salura yag tergaggu (oise) memiliki kesalaha satu bit, sehigga pesa yag diterima dapat berubah mejadi 001, 010, atau 100. Dalam kasus ii, kesalaha dapat dideteksi karea tidak ada satupu dari 001, 010, da 100 yag merupaka pesa awal. Utuk cotoh di atas, kesalaha pesa dapat dideteksi dega kompesasi kecepata trasfer, karea utuk megirim pesa berukura dua bit, perlu ditrasmisika kata kode berukura tiga bit. Walaupu kesalaha pada pesa dapat dideteksi, mesi

32 4 peerima tidak dapat memperbaiki kesalaha tersebut, karea jika yag diterima adalah 100. Ada kemugkia kata kode tersebut berasal dari 000, 110, atau 101. Namu, dega ditambahka lagi usur redudasi, kesalaha tersebut dapat dikoreksi. Sebagai cotoh, dapat didesai skema kodig sebagai berikut. 00 = = = = Utuk dapat membadigka dega cotoh sebelumya, misalka pesa apel aka dikirimka melalui siyal tergaggu da haya terjadi satu bit kesalaha. Dega demikia, pesa yag diterima adalah salah satu dari lima kemugkia berikut: 10000, 01000, 00100, 00010, atau Misalka yag sampai adalah 10000, mesi peerima aka dapat megambil kesimpula bahwa pesa tersebut berasal dari 0000, karea kesalaha yag terjadi haya satu bit, sehigga tidak mugki pesa tersebut berasal dari 01111, 10110, da Namu, dega skema seperti ii, lebih bayak waktu yag terbuag. Secara umum, tujua dari teori kodig adalah utuk megostruksi suatu kode (ekoder da dekoder) sehigga 1. dapat meg-ekode suatu pesa dega cepat, 2. dapat metrasmisi pesa yag sudah di-ekode dega mudah, 3. dapat me-dekode suatu pesa yag diterima dega cepat, 4. dapat memaksimumka iformasi yag ditrasfer per satua waktu, da 5. dapat secara maksimal dalam medeteksi da megoreksi kesalaha. 1.2 Tujua Peelitia Berdasarka latar belakag yag dipaparka di atas, maka tujua dari peelitia ii adalah: 1. Megkaji teorema yag terkait dega kostruksi kode liear, terutama Gilbert-Vashamov boud. 2. Meyusu algoritme-algoritme utuk megotruksi kode liear bier.

33 5 3. Megimplemetasika algoritme-algoritme tersebut dalam suatu bahasa pemograma da megujicobaka utuk kode liear dega jarak miimum 9 da 11. Dari tujua-tujua tersebut, peelitia ii diharapka dapat memberika suatu hal yag baru dalam teori kodig, yaitu memperbaiki batas bawah dari Tabel Brouwer.

34 .

35 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ii diberika defiisi da teorema dalam aljabar liear maupu dalam teori kodig yag meladasi peelitia yag dilakuka. 2.1 Defiisi Dasar dalam Aljabar da Teori Kodig Berikut adalah defiisi da teorema dasar dalam aljabar yag meladasi teori kodig Defiisi: Ruag Vektor Misalka F q merupaka lapaga higga dega order q. Himpua tak kosog V (dega pejumlaha vektor da perkalia skalar oleh eleme F q ) merupaka ruag vektor dari F q jika utuk semua u, v V da utuk semua λ, μ Fq, berlaku: i. u+ v V ii. ( u+ v) + w= u+ ( v+ w) iii. usur 0 V dimaa 0 + v= v= v+ 0, v V iv., dimaa ( ) 0 ( ) u V u V u+ u = = u + u v. u+ v= v+ u vi. λ v V vii. ( ) λ u+ v = λ u+ λ v viii. ( λμ) u = λ ( μ u) ix. Jika 1 merupaka usur idetitas utuk perkalia di F q, maka 1 u = u (Lig & Xig, 2004) Defiisi: Pejumlaha Vektor da Perkalia Skalar di Misalka didefiisika ruag vektor F q F q atas F q, { ( 1, 2, 3,, ); }. Misalka pula ( 1, 2,, ) F = u u = u u u u u F q i q (,,, ) 1 2 q yaitu: V = v v v F, W = w w w F, da λ Fq. Maka pejumlaha vektor di q F q

36 8 didefiisika sebagai ( ) U + W = v1+ w1, v2 + w2,, v + w Fq, sedagka perkalia skalar didefiisika sebagai λ ( λ, λ,, λ ) Defiisi: Subruag (Subspace) v = v v v F. 1 2 q (Lig & Xig, 2004) Suatu himpua tak kosog C dari ruag vektor V merupaka subruag (ruag bagia) dari V jika C merupaka ruag vektor da memiliki sifat pejumlaha vektor da perkalia vektor yag sama dega V Proposisi 1 (Lig & Xig, 2004) Suatu himpua tak kosog C yag merupaka himpua bagia dari ruag vektor V atas F q merupaka subruag jika da haya jika utuk xy, C& λ, μ F, berlaku λx + μy C Defiisi: Kombiasi Liear q (Lig & Xig, 2004) Misalka V merupaka ruag vektor atas F q, λi Fq sembarag, maka λ1u1+ λ2u2+ + λrur merupaka kombiasi liear dari u1, u2,, ur V. (Lig & Xig, 2004) Defiisi: Bebas Liear Misalka V merupaka ruag vektor atas { v v v } 1 2 F q, himpua vektor,,, k dalam V dikataka salig bebas liear jika λ1v1+ λ2v2+ + λrvr = 0 megakibatka λ 1 = λ 2 = = λ r = 0, da tak bebas liear jika ada λi 0 yag megakibatka λ1v1+ λ2v2+ + λrvr = Defiisi: Retag Liear Misalka V merupaka ruag vektor atas q (Lig & Xig, 2004) F da S = { v v v },,, k merupaka himpua tak kosog dari V. Retag liear dari S didefiisika 1 2

37 9 sebagai S = { λ1v1+ λ2v2 + + λkvk; λi Fq} S = { 0} Defiisi: Basis. Jika S =, didefiisika (Lig & Xig, 2004) Misalka V merupaka ruag vektor atas F q. Himpua tak kosog { } B = v1, v2,, vk dari V dikataka basis utuk V jika V = B da B bebas liear. = 1, 2,, k basis utuk V, maka sembarag vektor v V Misalka B { v v v } dapat diyataka sebagai kombiasi liear dari vektor B secara uik Teorema 1 Misalka V merupaka ruag vektor atas F q. Jika dim ( V) i. V memiliki k q eleme. k 1 k i ii. V memiliki ( q q ) 1 basis yag berbeda. k! i= Defiisi: Hasil Kali Skalar Misalka (,,, ), (,,, ) V = v v v F W = w w w F 1 2 q 1 2 q skalar (dot product/hasil kali euclidia) dari q = k, maka: (Lig & Xig, 2004). Hasil kali V da W didefiisika sebagai V W = vw + v w + + v w F. Hasil kali skalar merupaka salah satu cotoh dari hasil kali dalam pada F g. Hasil kali dalam pada F q didefiisika sebagai pasaga terurut, : Fq Fq Fqyag memeuhi : uv, F q, berlaku i. u+ u, w = u, w + v, w. ii. uv, + w = uw, + vw,. iii. uv, = 0 utuk semua iv. uv, = 0 utuk semua u F q jhj v = 0. v F q jhj u = 0. (Lig & Xig, 2004)

38 Defiisi: Kompleme Orthogoal Misalka (,,, ), (,,, ) V = v v v F W = w w w F. i. Vektor V da V W = q 1 2 q W dikataka salig tegak lurus (orthogoal) jika ii. Misalka S merupaka himpua bagia dari F q. Kompleme orthogoal dari S, yaitu S didefiisika sebagai { q 0, } S = v F v s = s S. Jika S =, didefiisika S = F q. Jika S merupaka subruag dari ruag vektor F q, maka S Teorema 2 merupaka subruag dari ruag vektor F q da S = S. (Lig & Xig, 2004) dim Diberika ruag vektor ( ) dim ( ) S + S =. F q. Misalka S himpua bagia dari F q, maka (Lig & Xig, 2004) Defiisi: Kode Liear Misalka diberika lapaga higga F q. Misalka pula F q merupaka himpua dari vektor-vektor atas F q dega pajag. Kode liear C didefiisika sebagai ruag bagia dari ruag vektor pajag da dimesi k serig diamaka [, ] F q. Kode liear C dega q ary k code (kode liear dega parameter [ k, ]). Jika jarak miimum d dari C diketahui, C dapat disebut kode liear dega parameter [ kd,, ]. Atau biasa disebut kode liear- [ kd,, ]. Utuk selajutya, jika parameter dari suatu kode tidak ditekaka, cukup disebutka bahwa C adalah suatu kode liear. Aggota dari C disebut dega kata kode. (Lig & Xig, 2004)

39 Defiisi: Kode dual da dimesi dari suatu kode Misalka C merupaka kode liear, maka i. Kode dual (dual code) dari C adalah C, yag merupaka ii Teorema 3 kompleme othogoal dari C. Dimesi dari kode liear C sama dega dimesi C dalam sudut padag subruag vektor atas F q, yaitu dim( C ). Diberika ruag vektor da dimesi k di F q, maka: (Lig & Xig, 2004) F q. Misalka C adalah kode liear dega pajag i. Bayakya usur di C = dim( C ) C q dim( C) logq C = =. ii. C juga merupaka suatu kode liear da dim( C) + dim( C ) =. iii. ( C ) = C Defiisi: Self-orthogoal da Self-Dual Misalka C adalah kode liear. i. C dikataka self- orthogoal jika C C. (Lig & Xig, 2004) ii. C dikakata self-dual jika C= C. (Lig & Xig, 2004) Proposisi 2 Misalka C adalah kode liear dega pajag. i. Jika C merupaka kode yag self-orthogoal, maka dim( ) ii. Jika C merupaka kode yag self-dual, maka dim( ) C =. 2 C. 2 (Lig & Xig, 2004)

40 Defiisi: Jarak Hammig (Hammig distace) Diberika ruag vektor adalah aggota dari F q F q ( x, y F q ) atas lapaga F q. Misalka pula x da y diotasika dega d( x, y ), didefiisika sebagai berikut. (, ) (, ) (, )... (, ) d x y = d x y + d x y + d x y, dega Jarak Hammig atara x da y yag (, y ) d x i i 1 = 0 x x i i = y y i i. (Lig & Xig, 2004) Defiisi: Jarak miimum suatu kode (Miimum distace of a code) Misalka C adalah kode liear yag memiliki kata kode lebih dari satu. Jarak miimum utuk C, yag diotasika d( C ), didefiisika sebagai ( ) ( ) { } d C = mi d x, y x, y C, x y Defiisi: Bobot Hammig (Hammig weight) Diberika ruag vektor (Lig & Xig, 2004) F q. Misalka pula x F q. Bobot Hammig (Hammig Distace), yag diotasika wt() x didefiisika sebagai jumlah koordiat/usur yag tak ol: ( ) d( x,0) wt x = dega 0 adalah vektor ol atau dapat pula didefisika sebagai berikut. 1 jika x 0 wt( x) = d( x,0) =. 0 jika x = 0 (Lig & Xig, 2004) Lema 1. Diberika ruag vektor F q. Misalka x, y F q, maka dxy (, ) = wtx ( y). (Lig & Xig, 2004)

41 Lema 2 Misalka diberika bilaga prima q sembarag. Misalka pula F q suatu ruag vektor atas F q. Utuk sembarag x, y F q, berlaku wt ( x) + wt ( y) wt ( x + y) wt ( x) wt ( y) Defiisi: Bobot Miimal Hammig (Lig & Xig, 2004) Diberika kode liear C. Miimum Hammig weight (bobot miimal Hammig) dari C, diotasika wt ( C ), didefiisika sebagai bobot terkecil dari kata kode tak ol dari C. (Lig & Xig, 2004) Teorema 4 Misalka C adalah suatu kode liear, maka d( C) wt( C) Defiisi: Operasi Baris Dasar =. (Lig & Xig, 2004) Diberika lapaga higga F q. Misalka A adalah matriks dega elemeeleme di F q, yaitu A = ( a ), a F. Matriks A dikataka dikeaka operasi ij ij q baris dasar (elemetary row operatio) jika Mempertukarka baris ke-i da ke- j. Megalika baris ke-i dega suatu kostata k 0. Meambahka baris ke-i dega k kali baris ke- j Defiisi: Ekivale baris (Lig & Xig, 2004) Misalka A1 da A 2 adalah suatu matriks sembarag. Matriks A 1 dikataka ekivale baris (row equivalet) terhadap A 2 jika A 1 bisa diperoleh dari sekumpula operasi baris dasar dari matriks A 2. (Lig & Xig, 2004)

42 Defiisi: Matriks Geerator da Matriks Cek Paritas Diberika kode liear C. ii. i. G dikataka matriks geerator bagi kode liear C jika barisbarisya merupaka basis utuk C. H dikataka matriks cek paritas bagi kode liear C jika H merupaka matriks geerator bagi kode dual C Defiisi: Betuk stadar dari H da G (Lig & Xig, 2004) Diberika kode liear C. Misalka H da G, secara berturut-turut adalah matriks cek paritas da matriks geerator utuk kode liear C. i. Betuk stadar utuk matriks geerator G adalah ( ) I = Matriks idetitas berukura k k. k I X, dega ii. Betuk stadar utuk matriks cek paritas H adalah ( Y I k), Teorema 5 dega I Matriks idetitas berukura ( k) ( k) k =. k (Lig & Xig, 2004) Diberika kode liear C. Misalka H adalah suatu matriks cek paritas bagi kode liear C, maka i. d( C ) (jarak miimum dari C ) dari H salig bebas liear. ii. d( C ) (jarak miimum dari C ) d jika da haya jika d 1 kolom d jika da haya jika d kolom dari H salig bergatug liear. (Lig & Xig, 2004) Teorema 6 Diberika kode liear C. Jika G ( I X) = adalah betuk stadar dari matriks geerator utuk suatu kode C dega parameter [ k, ], maka matriks cek Τ paritas utuk kode C adalah H ( X I k) =. k (Lig & Xig, 2004)

43 Defiisi: Ekivalesi dari Kode Liear Misalka diberika sembarag kode liear C 1 da C 2. C 1 da C2 dikataka ekivale jika salah satuya dapat diperoleh dari kode yag lai dega cara megkombiasika operasi-operasi sebagai berikut. i. Mempermutasika digit-digit yag ada di kata kode tersebut. ii Teorema 7 Megalika posisi tertetu dega skalar. (Lig & Xig, 2004) Misalka C adalah suatu kode liear dega matriks geerator G. Kode C aka ekivale dega kode liear betuk stadar. 2.2 Ekodig Kode Liear C ' dega matriks geerator yag sudah dalam (Lig & Xig, 2004) Misalka C adalah suatu kode liear-[ kd,, ], da G adalah matriks geerator utuk C. Misalka pula (,,..., ) v = ug = u1g1+ u2g ukgk, karea u = u u u F. Jika didefiisika 1 2 v F q k k q, maka v merupaka salah satu kata kode di C. Proses membuat u mejadi v diamaka dega proses ekodig Defiisi: Koset (Lig & Xig, 2004) Misalka C adalah suatu kode liear dega pajag. Misalka pula u F q merupaka suatu vektor sembarag dega pajag. Koset C yag ditetuka oleh u didefiisika sebagai C u u C { v u v C} Teorema 8 + = + = +. (Lig & Xig, 2004) Diberika ruag vektor parameter [ kd,, ], maka: F q. Misalka C adalah suatu liear kode dega i. Semua vektor dari F q ada di dalam koset C.

44 16 ii. Utuk semua u F q, k C+ u = C = q. iii. Utuk semua uv, F q, jika u C+ v, maka C+ u = C+ v. iv. v. Ada Dua koset dikataka idetik jika irisaya merupaka himpua kosog. k q koset yag berbeda utuk C. vi. Utuk semua uv, F q, u v C jika da haya jika u da v ada dalam koset yag sama. (Lig & Xig, 2004) Defiisi: Coset Leader Diberika kode liear C. Suatu kata kode dalam C yag memiliki bobot (Hammig) terkecil, dikataka sebagai coset leader. 2.3 Dekodig Tetagga Terdekat (Lig & Xig, 2004) Diberika kode liear C. Misalka kata kode v dikirim da diterima sebagai kode w. Misalka didefiisika vektor galat e= w v. Dari defiisi koset, diperoleh e= w v w+ C atau w e= v C. Karea w e C, maka vektor galat e da kode w yag diterima berada dalam koset yag sama. Karea vektor galat dega bobot terkecil memiliki peluag terbesar utuk terjadi, maka ketika dekoder meerima kata kode w, dekoder memilih vektor galat e (dalam koset w+ C) dega bobot terkecil da meyimpulka kode yag dikirim adalah v= w e Defiisi: Sidrom Misalka C adalah suatu kode liear [ kd,, ] paritas utuk C. Utuk sembarag (Lig & Xig, 2004) da H adalah matriks cek w F q, sidrom dari w didefiisika sebagai ( ) T k S w = wh F. q (Lig & Xig, 2004)

45 Teorema 9 Misalka C adalah kode liear [ kd,, ], maka kode C dapat memperbaiki galat/error sebayak d 1 2. (Lig & Xig, 2004) 2.4 Dekodig Sidrom Dekodig sidrome merupaka perbaika dari dekodig tetagga terdekat. Ide dasar dari dekodig ii adalah utuk meghemat memori yag diguaka Teorema 10 Misalka C adalah kode liear [ kd,, ] utuk C. Utuk sembarag uv, F q, berlaku i. S( u+ v) = S( u) + S( v). da H adalah matriks cek paritas ii. S( u ) = 0 jika da haya jika u adalah kata kode dalam C. iii. S( u) s( v) sama. = jika da haya jika u da v ada dalam koset yag (Lig & Xig, 2004) Dari Teorema 10, dapat diambil kesimpula bahwa suatu koset dapat didefiisika oleh sidromya, da semua kata kode yag berada dalam suatu koset meghasilka sidrom yag sama, atau dapat dikataka sidrom dari suatu koset sama dega sidrom dari aggotaya. Dega kata lai, ada korespodesi satu-satu atara koset da sidromya. (Lig & Xig, 2004) 2.5 Dasar-dasar Kostruksi Kode Apabila suatu kode telah berhasil dikostruksi, maka kode dega parameter yag berbeda dapat pula dikostruksi, berikut adalah beberapa cara utuk medapatka kode lai tersebut.

46 Addig a overall parity check/extedig a code (Peambaha pada matriks cek paritas) Misalka C adalah suatu kode liear bier dega parameter [ kd,, ] dega beberapa kata kodeya berbobot gajil. Dari kode tersebut aka dibetuk kode baru Ĉ dega meambahka bit "0" di akhir kata kode yag berbobot geap, da bit "1" di akhir kata kode yag berbobot gajil. Dega peambaha ii, jarak tiap pasag kata kode mejadi geap. Jika jarak miimum kode C gajil, maka kode yag baru memiliki jarak miimum d + 1, sehigga Ĉ memiliki parameter [ + 1, k, d + 1]. Secara umum, proses peambaha simbol pada matriks cek paritas disebut sebagai exedig a code (memperluas suatu kode). (MacWilliams & Sloae,1981) Pucturig a code by deletig coordiates (Pemotoga kode dega cara meghapus koordiat tertetu) Misalka C adalah suatu kode liear. Proses pemotoga kode (pucturig) merupaka ivers/kebalika dari proses memperluas kode (extedig a code). Proses ii meghapus satu atau lebih koordiat dari setiap kata kode. Ketika suatu koordiat dihapus, pajag da jarak miimum dari kode aka berkurag satu (amu, pada kasus tertetu, ada kalaya jarak miimum tetap). yag baru Dega kata lai, jika kode awal C memiliki parameter [ kd,, ], kode * C memiliki parameter [ 1, k, d 1]. (MacWilliams & Sloae,1981) Expurgatig by thowig away codewords (Peghapusa dega cara meghilagka beberapa kata kode) Misalka kode liear bier C memiliki parameter [ kd,, ] da memiliki kata kode dega bobot gajil da geap. Kata kode dega bobot gajil dapat dihapus utuk medapatka kode baru dega parameter [ k, 1, d' ]. Pada umumya d' > d. (MacWilliams & Sloae,1981)

47 Augmetig by addig ew codeword (Memperbesar suatu kode dega cara meambahka kata kode baru) Salah satu cara utuk memperbesar suatu kode adalah dega cara meambahka satu baris vektor 1 pada matriks geerator. Jika C adalah suatu kode dega parameter [ kd,, ] da tidak memiliki a kata kode 1 (vektor satu), kode yag telah diperbesar berbetuk C = C 1+ C ( a) ( ) ( ) ( C megadug/memiliki kata kode dari kode C beserta komplemeya), sehigga da ( a) C memiliki parameter d ' = bobot terbesar dari kata kode di C. ( a ) k, + 1, d, dega ( a d ) mi { d, d' } =, (MacWilliams & Sloae,1981) Legtheig by addig message symbols (Memperpajag suatu kode dega meambahka simbol pesa) Utuk memperpajag suatu kode liear C, dapat dilakuka dega cara meambahka kata kode baru, yaitu vektor 1 (augmetig a code). Setelah itu, dilajutka dega memperluas (extedig) kode sebayak satu bit. Proses ii aka meambah satu simbol pesa Shorteig a code (Memperpedek kode) (MacWilliams & Sloae,1981) Memperpedek kode merupaka ivers/kebalika dari proses memperpajag suatu kode (legth a code). Utuk memperpedek suatu kode, diambil kata kode yag dimulai dega x 1 = 0 (simbol pertama = 0). Selajutya koordiat dari x 1 dihapus. Proses seperti ii disebut megambil cross-sectio dari suatu kode (takig a cross-sectio of the code). (MacWilliams & Sloae,1981)

48 .

49 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Formulasi Masalah Sejauh ii telah diperkealka bahwa terdapat tiga parameter yag terkait dega kostruksi suatu kode, yaitu pajag, dimesi, da jarak miimum. Jika C adalah kode liear bier yag mempuyai pajag, berdimesi k, da berjarak miimum d, maka C dikataka baik jika kecil, k besar da d besar. Maka fisikya, harus kecil terkait dega kecepata proses ekodig da dekodig, da juga terkait dega besarya memori yag diguaka dalam proses itu. Semetara itu k harus besar terkait dega bayakya pesa yag dapat diubah mejadi kata kode, sedagka d harus besar terkait dega bayakya galat yag dapat dikoreksi. Misalka diberika sembarag dua parameter, yaitu da k. Permasalahaya, apakah ada suatu kode [ kd,, ] utuk ilai d yag sebesarbesarya? Pertayaa tersebut megarah pada pedefiisia fugsi (, ) max { kode [,, ] ada} D k = d k d. Dalam hal ii, suatu kode C dega parameter [ kd,, ] disebut optimal D (optimal jarak miimum), jika C ada (telah berhasil dikostruksi) da tidak ada kode dega parameter [ kd+,, 1] (telah pula dibuktika). Batas bawah l da batas atas u dari fugsi D(, k ) diartika sebagai berikut. Misalya D(, k ) terletak di atara l da u ( l D(, k) u), artiya telah berhasil dikostruksi kode dega parameter [ kd,, l] da telah berhasil pula dibuktika bahwa tidak ada kode dega parameter [ kd,, u] [ kd,, ] dega l < d u merupaka masalah terbuka (ope problem). >, sedagka ada atau tidakya kode dega parameter Utuk memperbaiki satu lagkah batas bawah dari fugsi D(, k ), perlu dikostruksi kode dega parameter [ kl+,, 1], sedagka utuk perbaika satu lagkah batas atas dari fugsi D(, k ) sama dega membuktika bahwa tidak ada kode dega parameter [ ku,, ]. Iformasi terkii utuk batas fugsi

50 22 D(, k ) dapat dilihat di dalam Tabel Brouwer da bisa diakses secara o-lie pada alamat (cuplika dari Tabel Brouwer dapat dilihat pada Lampira 1). Jika berhasil diperbaiki satu saja batas (bawah atau atas) dari Tabel Brouwer, berarti telah berhasil "dipecahka satu rekor duia". Secara aalog (ekivale), utuk optimalisasi dimesi (optimal-k) dapat didefiisika fugsi K(, k ) atau fugsi (, ) N k utuk optimalisasi pajag kode (optimal-n), da sekaligus memformulasika masalahya. K(, d) : max { k kode [, k, d] ada} N( k, d) : = mi { kode [, k, d] ada}. =. Berdasarka formulasi umum problem di atas, pada peelitia ii aka didefiisika kode optimal kuat (strogly optimal codes) beserta formula kostruksiya berladaska teorema-teorema yag telah didefiisika pada tijaua pustaka. Kode liear C dega parameter [ kd,, ] disebut kode optimal kuat jika kode liear-[ kd,, ] ada da telah berhasil dibuktika bahwa kode liear-[ + 1, k+ 1, d] tidak ada, sedagka suatu kode disebut optimal- D jika kode liear-[ kd,, ] ada da telah berhasil dibuktika bahwa kode liear- [ kd+,, 1] tidak ada. Jika kode liear-[ kd,, ] ada da telah berhasil dibuktika bahwa kode liear-[ 1, k, d] tidak ada, maka kode tersebut disebut optimal- N. Selajutya, jika kode liear-[ kd,, ] ada da telah berhasil dibuktika bahwa kode liear-[ k, + 1, d] tidak ada, maka kode tersebut disebut optimal- K. Berdasarka dasar-dasar kostruksi kode, dalam peelitia ii juga diaalisis hubuga atara kode yag memiliki sifat optimal-d, optimal-k, optimal-n, da optimal kuat. Kostruksi kode yag dilakuka dalam peelitia ii dilakuka atas dasar teori kostruksi lagsug (direct costructios). Ide dasarya adalah sebagai berikut. Jika suatu kode memeuhi pertaksamaa Gilber-Varshamov, maka kode tersebut dapat diperluas [Brouwer, 1997]. Dalam peelitia ii, kostruksi kode dibatasi haya utuk jarak miimum d = 9 da d = 11. Selai itu, kode yag aka dikostruksi haya utuk kode liear

51 23 bier, yaitu kode yag ada dalam ruag vektor F 2. Pemiliha kasus cukup utuk d gajil, hal ii didasarka pada salah satu sifat kode liear yag diyataka sebagai berikut Teorema 11 Jika kode dega parameter [ kd,, ] ada utuk d gajil, maka dapat dikostruksi kode dega parameter [ 1, k, d 1] berbobot geap. Bukti: + + da setiap aggotaya Misalka telah dikostruksi kode liear dega parameter [ kd,, ], dega d gajil. Dega melakuka peambaha pada matriks cek paritas (dasar kostruksi kode yag pertama) aka diperoleh kode dega parameter [ 1, k, d 1] Aalisis Teori Diberika kode liear C dega parameter [ k, ]. Misalka H merupaka matriks cek paritas utuk C. Dari defiisi matriks cek paritas, T { q 0} = =, atau dega kata lai, C ker ( H) C x F Hx =. Hal ii karea barisbaris dari matriks H merupaka basis utuk C, kompleme orthogoal bagi C. Karea kode liear C merupaka kerel dari matriks cek paritasya, maka megostruksi suatu kode liear C sama dega megostruksi matriks cek paritasya Teorema 12 Diberika kode liear C dega pajag. Jika H adalah matriks cek paritas utuk C, maka kode tersebut mempuyai dimesi ( r) jika da haya jika ada r kolom dari H yag bebas liear tetapi tidak ada r + 1 kolom dari H yag bebas liear ( r adalah rak dari H ). Bukti:

52 24 Diberika kode liear C dega pajag. Didefiisika r = -k. Misalka H adalah matriks cek paritas bagi kode liear C. Misalka pula G adalah matriks geerator bagi kode liear C. r jika da haya jika Kode liear C memiliki pagkat ( ) rak ( G) = ( k ). [Karea G adalah basis, da bayakya baris di G meujukka dimesi suatu kode]. Karea G da H salig orthogoal, maka rak H = r. rak ( G) ( r) = jika da haya jika ( ) Teorema 13 Diberika kode liear C dega pajag. Jika H adalah matriks cek paritas utuk C, maka kode tersebut mempuyai jarak miimum d jika da haya jika setiap d 1 kolom dari H yag bebas liear da ada d kolom dari H yag tidak bebas liear. Bukti: Diberika kode liear C dega pajag. Misalka H adalah matriks cek paritas bagi kode liear C. Kode liear C berbobot miimum d jika da haya jika kedua butir berikut terpeuhi T T i. Ada vektor v F2 dega wt ( v) = d sehigga Hv = 0. T T T T ii. Hw 0 utuk setiap w F2 < d. (Jika Hw = 0, maka w C. Kotradiksi dega fakta bahwa wt ( w) < d ). Di sisi lai, kedua butir di atas (i da ii) dapat terjadi jika da haya jika ada dega wt ( w) d kolom dari H yag tidak bebas liear da setiap d 1 kolom dari H bebas liear Teorema 14: The Sigleto Boud Diberika kode liear C. Jika C adalah kode dega parameter [ kd,, ] maka ( k) ( d 1. )

53 25 Bukti: Misalka diberika kode liear C dega parameter [ kd,, ], maka kode liear C memiliki matriks cek paritas H berukura ( ) rak ( H ) ( k ). k, sehigga Dari Teorema 13, matriks H memiliki d 1 kolom yag bebas liear, sehigga rak ( H ) = ( d 1), dega kata lai ( d 1) ( k) Teorema 15: The Gilbert-Varshamov Boud Diberika kode liear C dega parameter [ kd,, ]. Jika ketaksamaa k < 2 berlaku, maka dapat dikostruksi kode dega 1 2 d 2 parameter [ 1, k 1, d] Bukti: + +. Misalka diberika kode liear yag memiliki parameter [ kd,, ]. Berdasarka Teorema 5, ada matriks cek paritas berordo ( ) ( ) H = c c c yag setiap d vektor dari { } k, yaitu c1, c2,..., c adalah bebas k liear dalam ruag vektor F 2. Jika ada vektor x F k 2 yag buka i kombiasi liear dari vektor-vektor kolom H, utuk i = 1, 2,..., d 2, maka ( ) H' = c c c x adalah matriks cek paritas utuk kode liear yag 1 2 memiliki parameter [ 1, k 1, d] da setiap 1 k vektor F Hal ii karea ' d vektor dari { c, c,...,, } 1 2 H berorde ( k) ( k+ 1) c x adalah bebas liear dalam ruag Jika bayakya kombiasi liear yag mugki dari kolom-kolom sehigga tidak ada d 1 kolom yag bergatug liear lebih besar atau sama k dega jumlah vektor tak ol dalam F 2, maka utuk kode liear dega parameter [ 1, k 1, d] H ' H ' buka matriks cek paritas + +. Bayakya vektor-vektor tak-

54 26 k ol dalam F 2 yag mugki dipilih utuk x adalah 2 k 1, sedagka bayakya kombiasi liear yag mugki dari kolom-kolom 1 2 d 2 H ' adalah Dega demikia, jika ada kode liear C dega parameter [ kd,, ] da pertaksamaa k < 2 berlaku, maka dapat 1 2 d 2 dikostruksi kode baru dega parameter [ 1, k 1, d] + + berdasarka kode liear C tersebut Lema 3 Misalka C adalah suatu kode liear dega pajag, maka jumlah usur satu pada setiap kata kode di posisi ke-i sama dega ol atau setegah dari jumlah kata kode yag ada di C. Bukti: Misalka X adalah himpua kata kode yag memiliki usur ol pada koordiat ke-i da Y adalah himpua kata kode yag memiliki usur satu pada koordiat ke-i, maka C = X Y. Jika Y =, maka C= X, sehigga tidak ada kata kode yag memiliki usur satu pada posisi ke-i. Namu demikia, jika Y, ambil c Y sembarag, karea c+ Y X, maka Y X. Selajutya, karea c+ X Y, maka X Y. Oleh karea itu, dapat diambil kesimpula bahwa Y = X Proposisi 1 i. Jika ada kode liear dega parameter [ kd,, ], maka ada kode liear dega parameter [ 1, k, d 1], di di maamaa d > 1. ii. Jika ada kode liear dega parameter [ kd,, ], maka ada kode liear dega parameter [ 1, k, d] +.

55 27 iii. Jika ada kode liear dega parameter [ kd,, ], maka ada kode liear dega parameter [ k, 1, d], di maa k > 1. iv. Jika ada kode liear dega parameter [ kd,, ], maka ada kode Bukti: liear dega parameter [ 1, k 1, d], di maa k > 1. i. Misalka C adalah kode liear dega parameter [ kd,, ] dega d > 1. Karea C memiliki jarak miimal d, maka ada kata kode c C dimaa wt ( c) = wt ( C) = d. Misalka kata kode c memiliki usur satu pada koordiat ke-i. Dega meghapus usur ke-i pada semua kata kode dalam C, aka diperoleh kode liear pajag ( 1) da c berubah mejadi c '. Karea wt ( c ) maka wt ( C ') = d 1. Utuk meujukka dim ( C' ) dim ( C' ) C ' dega ' = d 1, = k, misalka < k, maka ada x, y C, sehigga x + c= y di maa wt ( c ) = 1. Kotradiksi dega 1 d >. Haruslah dim ( C' ) = k. Dega demikia, C ' memiliki parameter [ 1, k, d 1]. ii. Misalka G k adalah matriks geerator utuk kode liear C dega parameter [ kd,, ]. Tambahka vektor ol pada kolom terakhir G sehigga membetuk matriks G ' yag berukura k ( + 1). Karea yag ditambahka adalah vektor ol, maka bayakya kombiasi liear dari baris-barisya tidak aka berubah, sehigga jarak miimumya tidak berubah. Dega kata lai, telah diperoleh kode liear dega parameter [ 1, k, d] +. iii. Misalka C adalah kode liear dega parameter [ kd,, ] dega k > 1. Karea C memiliki jarak miimal d, maka ada kata kode c C di maa wt ( c) = wt ( C) = d. Misalka G k adalah matriks geerator utuk C da c ada di salah satu baris dari G. Misalka

56 28 pula baris ke- r dari G yag tidak sama dega c dihapus sehigga membetuk kode baru, yaitu C ' dega matriks geerator Karea baris-baris di G salig bebas liear, maka semua baris di juga salig bebas liear, sehigga ( C ) G '. G ' dim ' = k 1. Karea wt ( C) = wt ( c) = d da kata kode c tetap ada di C ', maka wt ( C ') [ k, 1, d] = d, sehigga kode liear C ' memiliki parameter. iv. Misalka C adalah kode liear dega parameter [ kd,, ] dega k > 1. Karea C memiliki jarak miimal d, maka ada kata kode c C di maa wt ( c) = wt ( C) = d. Misalka G da H adalah matriks geerator da matriks cek paritas utuk C. Misalka pula kata kode c memiliki usur ol pada koordiat ke-i. Ada dua kasus yag mugki terjadi, kasus pertama adalah semua kata kode di C memiliki usur ol pada koordiat ke-i, sedagka kasus kedua tidak semua kata kode memiliki usur ol pada koordiat ke-i. Jika kasus pertama yag terjadi, maka koordiat ke-i pada semua kata kode dapat dihapus sehigga meghasilka kode dega parameter [ 1, k, d] (Proposisi 1 butir i), selajutya dega meghapus satu baris dari matriks geerator utuk kode dega parameter [ 1, k, d] tersebut, aka diperoleh kode dega parameter [ 1, k 1, d] (Proposisi 1 butir ii). Seadaiya kasus kedua yag terjadi, yaitu ada beberapa kata kode yag memiliki usur satu pada koordiat ke-i, maka berdasarka Lema 3, setegah dari kata kode yag ada di C memiliki usur satu pada koordiat ke-i. Dega meghapus koordiat ke-i pada setiap kata kode yag ada di C, aka diperoleh kode C ' yag meiliki pajag ( 1). Misalka kata kode c berubah mejadi c ', karea yag dihapus pada koordiat kei adalah usur ol, maka wt ( c' ) = d, sehigga wt ( C ') = d.

57 29 Selajutya dega meghapus satu baris dari matriks geerator utuk kode dega parameter [ 1, k, d] kode dega parameter [ 1, k 1, d] tersebut, aka diperoleh (Proposisi 1 butir ii) Proposisi 2 Diberika kode liear C dega parameter [ kd,, ]. i. Jika C optimal kuat, maka C optimal- K. ii. Jika C optimal- N, maka C optimal- D. iii. Jika C optimal- K, maka belum tetu C optimal kuat. iv. Jika C optimal- D, maka belum tetu C optimal- N. v. Jika C optimal- D, maka belum tetu C optimal- K. vi. Jika C optimal- D, maka belum tetu C optimal kuat. vii. Jika C optimal- N, maka belum tetu C optimal kuat. Bukti: i. Adaika C tidak optimal- K, maka ada kode liear C ' dega parameter [ k, 1, d] +. Karea ada kode C ' ada, maka dari Proposisi 1 bagia ii, aka ada kode liear dega parameter [ 1, k 1, d] Hal ii kotradiksi dega fakta bahwa kode C optimal kuat ii. Adaika C tidak optimal- D, maka ada kode liear C ' dega parameter [ kd+,, 1]. Karea kode C ' ada, maka dari Proposisi 1 bagia i, aka ada kode liear dega parameter [ 1, k, d]. Hal ii kotradiksi dega fakta bahwa kode C optimal-n. iii. Dari Tabel Brouwer, ada kode dega parameter [ 13,9,3 ] da tidak ada kode dega parameter [ 13,10,3 ]. Tetapi kode dega parameter [ 14,10,3 ] ada.

58 30 iv. Dari Tabel Brouwer, ada kode dega parameter [ 14,7,4 ] da tidak ada kode dega parameter [ 14,7,5 ]. Tetapi kode dega parameter [ 13,7,4 ] ada. v. Dari Tabel Brouwer, ada kode dega parameter [ 15,4,8 ] da tidak ada kode dega parameter [ 15,3,9 ]. Tetapi kode dega parameter [ 15,4,8 ] ada. vi. Dari Tabel Brouwer, ada kode dega parameter [ 17,8,6 ] da tidak ada kode dega parameter [ 17,8,9 ]. Tetapi kode dega parameter [ 18,9,6 ] ada. vii. Dari Tabel Brouwer, ada kode dega parameter [ 15,4,8 ] da tidak ada kode dega parameter [ 14,4,8 ]. Tetapi kode dega parameter [ 16,5,8 ] ada. 3.3 Metode Komputasi Dalam peelitia ii, software yag diguaka utuk megostruksi kode optimal kuat adalah MAPLE. Dari aalisis teori, dituruka algoritme-algoritme utuk megostruksi kode optimal kuat. Dalam subbab-subbab berikut ii, dibahas algoritme kostruksi da deskripsi program kostruksi Ide dasar kostruksi kode Utuk megkostruksi suatu kode, sama saja artiya dega megostruksi matriks cek paritas H. Berladaska teorema-teorema yag telah disebutka di ladasa teori, cukup dikostruksi betuk stadar dari H, yaitu H ( B T Ir ) =. Berdasarka pertimbaga efisiesi komputasi, cukup dikostruksi matriks B berukura k r. Setelah mempelajari teorema-teorema sebelumya, terutama teorema Gilbert-Varshamov, dapat dibuat teorema baru yag berkaita dega kostruksi kode liear bier, yaitu:

59 31 berikut. maka Teorema 16 Jika matriks B berukura k r dikostruksi berdasarka sifat sebagai 1. Semua vektor baris dari B berbeda, da 2. Jumlah setiap i vektor baris dari B berbobot palig sedikit ( d i) i = 2,3,..., s di maa s mi{ d 1, k} =, da ( d 1) T ( ) = da G= ( I B) H B I r k r, utuk secara berturut-turut merupaka matriks cek paritas da matriks geerator utuk kode liear C dega parameter [ k r, k, d] +. Bukti: Misalka telah dikostruksi matriks B berukura k r sebagaimaa disyaratka teorema. Aka ditujukka bahwa H t ( B I r ) cek paritas utuk kode liear C dega parameter [ k r, k, d] = merupaka matriks +. Karea H berukura r ( k+ r), maka C memiliki pajag k + r. Karea jumlah baris matriks B sama dega k, maka kode liear C berdimesi k. Selajutya, aka ditujukka bahwa kode liear C memiliki jarak miimum kurag dari atau sama dega d. Adaika ada v C dega wt ( v) < d da dituliska v= ( vm, vc) di maa v m merupaka vektor pesa dega wt ( vm ) da = i da c v adalah vektor cek dega wt ( v ) ( ) c c = j, maka berlaku i+ j< d j< d i wt v < d i (1) T v m Hv = 0 ( B I) 0 Bv Iv 0 Bv v T = + = = vc Karea wt ( vm ) T T T T T T T T T T T r m r c m c T T ( m ). (2) = i, da berdasarka pada syarat 2 dari kostruksi B, maka wt B v d i. (3)

60 32 Dari persamaa 2, diperoleh bahwa B T v T = v T, sehigga persamaa 3 ekivale dega wt ( vc ) d i. Hal ii kotradiksi dega persamaa 1. Sehigga dapat disimpulka bahwa kode liear C memiliki jarak miimum Dari Teorema 16, utuk megostruksi kode liear C-[ k r, k, d] m c d. +, sama artiya dega megostruksi matriks B yag berukura k r yag semua baris dari B berbeda da jumlah setiap i vektor baris dari B berbobot palig sedikit ( d i), utuk i 1, 2,3,..., s =, dega s= mi{ d 1, k}, da ( d ) 1 r. Misalka diberika matriks B utuk kode C dega parameter [ kd,, ], G= I B adalah matriks geerator utuk C. Aka dicari vektor k r dega [ ] x F yag bisa ditambahka ke matriks B sehigga diperoleh kode r 2 [ 1, k 1, d] + +. Utuk memilih vektor x, pertama-tama dipilih salah satu baris dari matriks B. Misalka pula bayakya usur satu dari baris tersebut sama dega v, da bayakya usur ol sama dega r v. Dari Teorema 16, salah satu syarat suatu vektor dapat ditambahka adalah memiliki bobot palig sedikit sebesar d 1, sehigga dipilih vektor memiliki ( v i) yag memiliki ( j i) x= x x dega x 1 merupaka vektor bier yag 1 v 21 ( r v) usur satu dega i = 0,1, 2,..., v da x 2 merupaka vektor bier usur satu dega j = d 2, d 1,... r yag memeuhi ketaksamaa v+ j 2i d 1 (karea bobot dari x sama dega bayakya usur satu dalam x, yaitu sama dega ( v i) ( j i) +, atau v j 2i). Pemiliha vektor dega cara di atas dilakuka utuk megefisiesika r komputasi yag dilakuka, sehigga tidak semua vektor aggota F 2 diuji berdasarka Teorema 16. Setelah diperoleh vektor x, lagkah selajutya adalah meguji apakah vektor x dapat ditambahka ke matriks B dega meguji bobot vektor wt x b d i sedemikia sehigga ( ) 1 + i, dega i x + b b adalah aggota dari semua i

61 33 kombiasi i vektor baris di B utuk i 1, 2,..., s =, da s mi{ d 1, k} =. Apabila x lulus uji, maka diperoleh satu vektor yag dapat ditambahka ke matriks B. Jika semua lagkah utuk memperoleh satu vektor diulagi sampai tidak r ada vektor aggota F 2 yag bisa ditambahka ke matriks B, maka aka diperoleh himpua satu vektor yag dapat ditambahka ke matriks B. Misalka L 1 adalah himpua satu vektor yag dapat ditambahka ke matriks B. Dari L 1, dapat dicari pasaga dua vektor yag dapat ditambahka ke matriks B sehigga diperoleh kode liear dega parameter [ 2, k 2, d] + +. Caraya adalah dega mejumlahka setiap kemugkia dua vektor yag berbeda yag ada di L 1. Misalka hasil pejumlahaya adalah vektor y. Apabila bobot y lebih besar dari ( d 2), proses dilajutka dega meguji bobot vektor ( y+ b i ) sedemikia sehigga ( i ) 2 wt y + b d i, dega b i adalah aggota dari semua kombiasi i vektor baris di B utuk i = 1, 2,..., s, da { } s= mi d 1, k. Apabila vektor y tersebut lulus uji, maka diperoleh dua vektor yag dapat ditambahka ke matriks B. Jika semua lagkah utuk memperoleh dua vektor diulagi sampai tidak ada pasaga dua vektor aggota L 1 yag bisa ditambahka ke matriks B, maka aka diperoleh himpua dari kumpula dua vektor yag dapat ditambahka ke matriks B. Secara serupa, utuk memperoleh pasaga m + 1 vektor yag bisa ditambahka ke matriks B, dapat dicari dari himpua dari kumpula m vektor yag bisa ditambahka ke matriks B. Misalka L m adalah himpua dari r kumpula m vektor aggota F 2 yag dapat ditambahka ke matriks B. Dari L m, dapat dicari ( m + 1) vektor yag bisa ditambahka ke matriks B dega cara mecari dua aggota L m yag jika digabug memiliki m + 1 vektor yag berbeda. Misalka dua kumpula m vektor tersebut adalah y 1 da y 2. Selajutya dilakuka pegujia sebagai berikut.

62 34 1. Meguji apakah kedua vektor aggota ( y y ) ( y y ) ditambahka ke matriks B. dapat Meguji apakah kedua vektor aggota ( y y ) ( y y ) yag jika ditambahka dega setiap i vektor dalam ( y y ) bisa ditambahka ke matriks B., i = 1, 2,... m Utuk meguji j vektor bisa ditambahka ke matriks B, caraya adalah dega mejumlahka j vektor tersebut, misalka hasil pejumlahaya adalah vektor y. Apabila bobot y lebih besar dari ( d j) meguji bobot vektor ( y+ b i ) sedemikia sehigga ( i ) i, proses dilajutka dega wt y + b d j i, dega b adalah aggota dari semua kombiasi i vektor baris di B utuk i = 1, 2,..., s, da s mi{ d 1, k} =. Apabila vektor y tersebut lulus uji, maka diperoleh m + 1 vektor yag dapat ditambahka ke matriks B. Misalka r L m adalah himpua dari kumpula m vektor aggota F 2 yag dapat ditambahka ke matriks B. Utuk mecari pasaga ( m + 1) vektor yag bisa ditambahka ke matriks B, dapat diilustrasika pula dega megguaka r teori graf, yaitu dega memisalka vektor xi F2 sebagai suatu verteks. Jika ada j verteks yag membetuk graf legkap, maka j vektor yag berkaita dega verteks tersebut dapat ditambahka ke matriks B. Dega demikia, utuk memperoleh pasaga ( m + 1) vektor yag bisa ditambahka ke matriks B, dipilih graf legkap (complete graph) yag terdiri atas ( m + 1) verteks. Dari pejabara di atas, proses ekstesi kode [ kd,, ] tersebut dilakuka tahap demi tahap. Hal tersebut dilakuka sampai diperoleh suatu kode C dega parameter [ ', ', '] k d yag sudah tidak bisa diperluas lagi. Jika telah dibuktika bahwa kode dega parameter [ ' 1, k' 1, d] + + tidak ada, maka C merupaka kode optimal kuat yag telah berhasil dikostruksi. Aka tetapi, ketika diperoleh iformasi bahwa ada kode dega parameter[ ' + 1, k' + 1, d], berarti kode optimal kuat tersebut telah gagal dikostrusi. Dalam hal ii, harus dilakuka rekostruksi

63 35 ulag dega strategi memilih kode dasar yag lai yag berpeluag besar dapat diperluas mejadi kode optimal kuat C Struktur data himpua Utuk membagu metode kostruksi yag efisie, perlu didefiiiska struktur data yag baru, yag merepresetasika ruag vektor F 2, yaitu himpua kuasa atas A { 0,1, 2,..., 1} =. Utuk itu, perlu didefiisika korespodesi satusatu atara suatu vektor di Misalka diberika x F2 dega x { 0,1} i dega atura/cara sebagai berikut. F q dega suatu himpua bilaga bulat tak egatif. sembarag, katakalah x ( x0, x1, x2,..., x 1) =,, maka x aka direpresetasika dalam betuk himpua - Defiisika A = { Z, }, dega { } Z =, - Jika x i = 1, maka Z = Z i, i = 0,1, 2,..., 1. Maka, x aka sama dega A (dalam represetasi himpua). Sebagai cotoh: - x = ( 0,0,0,0 ) A= {{ }, 4}. - x ( 1, 0,1,1, 0) A {{ 0, 2, 3 }, 5} = =. Selajutya, operasi pejumlah dalam represetasi himpua didefiisika sebagai operasi xor/selisih simetri, yag aka dilambagka dega. Sebagai cotoh, misalka A 1 = {{ 1, 3, 5 }, 6}, da A 2 = {{ 0,3, 4 },6}, maka A1+ A2 = {{ 0,1, 4,5 }, 6 }, atau dalam represetasi vektor bier, ( 0,1,0,1,0,1) + ( 1,0,0,1,1,0) = ( 1,1,0,0,1). Aka ditujukka bahwa dega struktur data yag baru tersebut, ruag vektor bier dega operasi pejumlaha yag direpresetasika dega himpua bilaga bulat dega operasi xor juga merupaka grup. Dega kata lai, perlu ditujukka - bersifat asosiatif, - ada usur idetitas (I), - setiap aggotaya puya iverse, ( A F2 )( A' F2 ) A A' = I. sehigga

64 36 Aka dibuktika bersifat asosiatif. Misalka diberika 3 vektor bier (dalam represetasi himpua) dega pajag sembarag, yaitu A 1, A 2, A 3, A = a, a,..., a,, a {0,1, 2,... 1} da k 1. Aka dega j {{ 0 1 k} } i ditujukka ( A A ) A = A ( A A ) Ambil sembarag usur pada A 1, misalka yag diambil adalah digit ke- l. Selajutya, ambil usur pada A 2 da A 3 di uruta digit yag sama. Misalka usurya adalah x, y, da z. Dega megguaka tabel kebeara, dapat dilihat bahwa utuk sembarag usur di A 1, A 2, da A 3 (pada koordiat yag sama), bersifat asosiatif. Tabel 1. Tabel kebeara utuk sifat asosiatif pada operasi xor (5) (7) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) x y z ( x y) ( x y) z ( y z) x ( y z) Utuk meujukka adaya usur idetitas da adaya ivers, misalka diberika vektor bier (dalam represetasi himpua) dega pajag sembarag, yaitu A {{ a0, a1,..., ak}, } I {{ }, } cotoh, {{ 0, 2,3 }, 4 } {{ },4} {{ 0, 2,3 }, 4} =, dega a {0,1, 2,... 1} da k 1. = merupaka utuk idetitas, karea I A= A I = A. Sebagai A' sehigga i =. Selajutya aka ditujukka ada A A' = I, karea A A= I, maka pilih A' setiap usur di F 2 memiliki ivers, yaitu diriya sediri. = A. Oleh karea itu, Selajutya suatu matriks bier juga aka direpresetasika sebagai list/daftar dari sejumlah himpua bilaga bulat tak egatif. Misalka diberika matriks bier sembarag. karea suatu matriks dapat diaggap sebagai kumpula vektor-vektor kolom atau sebagai kumpula dari vektor-vektor baris, maka ada dua cara utuk medefiisika matriks dalam represetasi himpua, yaitu

65 37 sebagai represetasi matriks baris jika matriks tersebut diaggap sebagai kumpula vektor-vektor baris atau sebagai represetasi matriks kolom jika matriks tersebut diaggap sebagai kumpula vektor-vektor kolom. Apabila suatu matriks diaggap sebagai represetasi matriks kolom, maka iformasi tetag bayakya baris diletakka sebelum list vektor-vektor, sebalikya jika suatu matriks diaggap sebagai represetasi matriks baris, maka iformasi tetag bayakya kolom diletakka setelah list dari vektor-vektor. Sebagai cotoh, misalka diberika matriks M = M dapat diaggap sebagai represetasi matriks baris, yaitu 1 {{ 0,3 },{ 1, 2,3}{ 0,1, 2 },3} L = atau sebagai represetasi matriks kolom, yaitu 2 { 4, { 0,2 },{ 1,2 },{ 1,2 },{ 0,1} } L =. Dega didefiisikaya struktur data yag baru tersebut, maka perlu disusu suatu program utuk melakuka perhituga aritmatik aljabar matriks Algoritme Kostruksi Pada bab-bab ii, aka dideskripsika algoritme-algoritme yag diperluka utuk megotruksi suatu kode liear bier Algoritme tetag fugsi aritmetik aljabar matriks Karea struktur data yag diguaka adalah struktur data khusus, maka perlu didefiisika terlebih dahulu program-program tetag aritmatik aljabar matriks dalam represetasi himpua, sebagai berikut.

66 38 1. Meghitug pejumlaha dua vektor. Algoritme: Misalka diberika vektor x da y, jumlah atara vektor x da y dapat dihitug dega mecari selisih simetrik atara kedua himpua tersebut. 2. Megubah tampila dari matriks kolom ke betuk matriks baris (atau sebalikya). Algoritme: Misalka diberika matriks B berukura m (dalam represetasi kolom). Utuk megubah tampila mejadi matriks baris, dapat dilakuka dega cara sebagai berikut. 1. Utuk setiap himpua vektor-vektor kolom yag ada di dalam list, periksa apakah ada bilaga i, i = 0, 1, 2,, m Jika ada, simpa ideks (uruta himpua dalam list), yag dimulai dari ol, ke dalam himpua baru, katakalah himpua s i. 3. Aka diperoleh diperoleh m himpua vektor baris. Utuk megubah tampila dari matriks baris ke matriks kolom, dapat dilakuka dega cara yag serupa. 3. Meetuka traspose dari suatu matriks. Algoritme: Misalka diberika matriks B dalam represetasi kolom. Utuk meetuka traspose dari matriks B, tampila matriks B diubah mejadi represetasi matriks baris. Selajutya, iformasi tetag bayakya kolom dipidahka ke bagia depa list (bayakya kolom mejadi bayakya baris).

67 39 4. Meukar baris ke-i da ke- j. Algoritme: Misalka diberika matriks B dega ukura m dalam represetasi kolom. Misalka yag aka ditukar adalah baris ke-i da ke-j, dega ideksya dimulai dari 0 sampai dega m-1. Utuk meukar, dilihat semua himpua yag ada di dalam list, apabila ada himpua yag megadug usur i da j atau tidak megadug kedua usur tersebut, maka himpua tersebut dibiarka (tidak berubah). Namu apabila himpua tersebut megadug usur i saja, maka usur tersebut digati dega usur j. Begitu pula sebalikya. 5. Meambahka baris ke- j dega baris ke-i di baris ke-j. Algoritme: Misalka diberika matriks B dega ukura m dalam represetasi kolom. Misalka misalka baris ke-i aka ditambahka ke dalam baris i. dega ideksya dimulai dari 0 sampai dega m-1. Utuk semua himpua dalam list, apabila di dalam himpua tersebut terkadug usur i da j, maka usur j dihapus. Apabila haya ada usur j, atau tidak megadug kedua usur tersebut, maka himpua tersebut dibiarka (tidak berubah). Namu, apabila haya megadug usur i, maka usur j ditambahka pada himpua tersebut. 6. Meetuka betuk kaoik dari suatu matriks. Algoritme: Misalka diberika matriks A dega ukura m. Aka dicari betuk kaoik dari matriks A. Dilakuka OBD (meukar baris, meambahka suatu baris dega baris yag lai, da megalika suatu baris dega skalar) pada matriks A sehigga aak matriks persegi m m di bagia kiri matriks merupaka matriks idetitas.

68 40 7. Mejumlahka dua matriks. Algoritme: Misalka diberika matriks A da matriks B (dalam represetasi yag sama, misalka represetasi baris). Utuk mejumlahka dua matriks, dij Jumlahka vektor-vektor dari A da vektor-vektor dari B (dalam posisi yag sama). 8. Meetuka hasil kali skalar (dot product) dari dua vektor. Algoritme: Misalka diberika vektor x da y. dot product dari x da y dapat dihitug dega meghitug bayakya usur dari irisa atara himpua x da y, yag selajutya dimoduloka dega bilaga Megalika matriks A berukura m dega matriks B berukura p (A da B dalam represetasi kolom). Algoritme: Misalka diberika matriks A da B. Lagkah-lagkah utuk megalika kedua matriks tersebut adalah: 1. Megubah format matriks A ke dalam represetasi matriks baris. 2. Utuk setiap vektor yag ada pada matriks A, dilakuka hasil kali skalar dega vektor-vektor matriks B. Selajutya, disimpa ideksya pada himpua baru, misalka s. 3. Setelah diperoleh sebayak p himpua s, dikumpulka jadi satu ke dalam suatu list. 10. Meambahka satu baris vektor v ke matriks B di posisi/baris terakhir. (B dalam represetasi baris). Algoritme: Misalka diberika matriks B da vektor v. utuk meambahka v ke dalam baris terakhir matriks B, ditambahka himpua vektor v pada list dari vektor-vektor baris B di posisi terakhir.

69 Meghapus baris ke-i pada matriks B. (B dalam represetasi kolom). Algoritme: Misalka diberika matriks B. Utuk meghapus baris ke-i, dihapus agka i- 1 pada list dari vektor-vektor kolom B Algoritme tetag pelacaka kode liear bier Setelah dibagu program-program dasar utuk proses aritmatik aljabarya, selajutya aka dikostruksi program pelacaka kode liear bier. Berikut diberika deskripsi sigkat tetag program-program tersebut. 1. Megubah matriks geerator yag sudah dalam betuk stadar mejadi matriks cek paritas (dalam represetasi matriks kolom). Algoritme: Diberika kode liear dega matriks geerator. Maka, matriks cek paritas utuk kode liear adalah. 2. Megkodig suatu pesa p mejadi vektor kata kode c megguaka matriks geerator G, G dalam betuk umum. Algoritme: Diberika matriks geerator da vektor pesa. Kata kode utuk vektor pesa dapat diperoleh dega cara megalika vektor dega matriks. 3. Megkodig suatu vektor pesa p mejadi kata kode c megguaka matriks B, di maa G [ I B] = merupaka matriks geerator. k Algoritme: Diberika matriks da vektor pesa. Kata kode utuk vektor pesa dapat diperoleh dega cara meghitug vektor, kemudia disusu vektor.

70 42 4. Meetuka jarak Hammig dari dua vektor. Algoritme: Misalka diberika dua vektor x da y. Utuk meetuka jarak Hammig atara vektor x da y, ditambahka x da y (dega operasi ). Misalka hasilya adalah vektor z. Selajutya, jarak atara vektor x da y adalah bayakya usur dari vektor z. deg kata lai, bayakya usur 1 di vektor z. 5. Meetuka bobot tak-ol dari suatu kode berdasaka matriks geeratorya. Algoritme: Utuk meetuka bobot tak ol dari suatu kode berdasarka matriks geeratorya, perlu dicari semua kata kode yag ada dalam kode tersebut dega cara meghitug, dega adalah dimesi dari kode tersebut. Selajutya dihitug bobot Hammig (atau jarak Hammig) dari setiap dua vektor yag berbeda. 6. Meetuka list dari semua kombiasi j vektor dari matriks B (represetasi baris), dega j 1, 2,3,..., t =, da t mi { k, d 1} =. Algoritme: List dari semua kombiasi j vektor dari matriks B dapat diperoleh dega cara: 1. Meyimpa list 1 vektor (list awal dari matriks B) 2. Utuk memperoleh list dari semua kombiasi 2 vektor, dijumlahka setiap dua vektor yag berbeda dalam list 1 vektor. Hasilya digabugka dega hasil poi Dega cara yag serupa, utuk memperoleh list dari semua kombiasi j vektor, di jumlahka setiap j vektor yag berbeda dalam list 1 vektor. Selajutya, gabugka hasilya dalam list yag sebelumya.

71 43 k 7. Melacak/mecari satu vektor baris dalam F yag bisa ditambahka ke x 2 matriks B berdasarka teorema Gilbert-Vashamov. Algoritme: Misalka diberika vektor, selajutya diuji bobot vektor sedemikia sehigga, dega adalah aggota dari semua kombiasi vektor baris di utuk, da. Apabila lulus uji, maka diperoleh satu vektor yag dapat ditambahka ke matriks. k 8. Meghimpu semua vektor-vektor baris aggota F yag bisa ditambahka ke matriks B. Algoritme: Misalka diberika matriks B yag merepresetasia kode liear bier 2 dega parameter. Utuk meghimpu semua vektor-vektor baris yag bisa ditambahka ke matriks B, perlu di cek semua vektor di dalam, apakah bisa ditambahka atau tidak. Namu, utuk meghemat waktu komputasi, cukup dipilih vektor, dega merupaka vektor bier yag memiliki usur satu dega da merupaka vektor bier yag memiliki yag memeuhi ketaksamaa usur satu dega, dega v adalah bayakya usur satu dari baris pertama pada matriks B.

72 44 9. Meguji apakah dua vektor x da y bisa ditambahka ke matriks B berdasarka teorema Gilbert-Varshamov. Algoritme: Misalka adalah himpua satu vektor yag dapat ditambahka ke matriks. Dari, dapat dicari pasaga dua vektor yag dapat ditambahka ke matriks. Caraya adalah dega mejumlahka setiap kemugkia dua vektor yag berbeda yag ada di. Misalka hasil pejumlahaya adalah vektor. Apabila bobot lebih besar dari, proses dilajutka dega meguji bobot vektor sedemikia sehigga, dega adalah aggota dari semua kombiasi vektor baris di utuk, da. Apabila vektor tersebut lulus uji, maka diperoleh dua vektor yag dapat ditambahka ke matriks. 10. Meghimpu semua pasaga vektor-vektor x da y yag bisa ditambahka ke B. Algoritme: Misalka matriks adalah himpua satu vektor yag dapat ditambahka ke. Utuk mecari semua pasaga 2 vektor yag bisa ditambahka ke matriks B, perlu dicek semua 2 vektor yag berbeda.

73 Meguji apakah m+1 vektor bisa ditambahka ke matriks B Algoritme: Misalka adalah himpua dari kumpula vektor aggota yag dapat ditambahka ke matriks. Dari, dapat dicari vektor yag bisa ditambahka ke matriks dega cara mecari dua aggota yag jika digabug memiliki vektor yag berbeda. Misalka dua kumpula vektor tersebut adalah da. Selajutya dilakuka pegujia sebagai berikut. 1. Meguji apakah kedua vektor aggota dapat ditambahka ke matriks. 2. Meguji apakah kedua vektor aggota yag jika ditambahka dega setiap vektor dalam, bisa ditambahka ke matriks. Utuk meguji j vektor bisa ditambahka ke matriks B, caraya adalah dega mejumlahka j vektor tersebut, misalka hasil pejumlahaya adalah vektor. Apabila bobot lebih besar dari, proses dilajutka dega meguji bobot vektor sedemikia sehigga, dega adalah aggota dari semua kombiasi vektor baris di utuk, da. Apabila vektor tersebut lulus uji, maka diperoleh vektor yag dapat ditambahka ke matriks.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ii aka dituliska beberapa aspek teoritis berupa defiisi, teorema da sifat-sifat yag berhubuga dega aljabar liear, struktur aljabar da teori kodig yag diguaka sebagai

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3 PERTEMUAN VEKTOR dalam R Pegertia Ruag Vektor Defiisi R Jika adalah sebuah bilaga bulat positif, maka tupel - - terorde (ordered--tuple) adalah sebuah uruta bilaga riil ( a ),a,..., a. Semua tupel - -terorde

Lebih terperinci

SKEMA PEMBAGIAN RAHASIA DENGAN KODE LINEAR

SKEMA PEMBAGIAN RAHASIA DENGAN KODE LINEAR SKEMA PEMBAGIAN RAHASIA DENGAN KODE LINEAR A- Riigsih, Idah Emilia Wijayati 2 Mahasiswa S Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Gadjah Mada 2 Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Gadjah Mada Abstrak Skema pembagia

Lebih terperinci

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada 8 BAB III RUANG HAUSDORFF Pada bab ii aka dibahas megeai ruag Hausdorff, kekompaka pada ruag Hausdorff da ruag regular legkap. Pembahasa diawali dega medefiisika Ruag Hausdorff da beberapa sifatya kemudia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Struktur alabar adalah suatu himpua yag di dalamya didefiisika suatu operasi bier yag memeuhi aksioma-aksioma tertetu. Gelaggag ( Rig ) merupaka suatu struktur

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 < II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterbagia Secara umum apabila a bilaga bulat da b bilaga bulat positif, maka ada tepat satu bilaga bulat q da r sedemikia sehigga : = +, 0 < dalam hal ii b disebut hasil bagi

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya

Lebih terperinci

Semigrup Matriks Admitting Struktur Ring

Semigrup Matriks Admitting Struktur Ring Semigrup Matriks dmittig Struktur ig K a r y a t i Jurusa Pedidika Matematika FMIP, Uiversitas Negeri Yogyakarta Email: yatiuy@yahoo.com bstrak Diberika adalah rig komutatif dega eleme satua da adalah

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR Dose Pegampu : Darmadi, S.Si, M.Pd Disusu : Kelas 5A / Kelompok 5 : Dia Dwi Rahayu (084. 06) Hefetamala (084. 4) Khoiril Haafi (084. 70) Liaatul Nihayah (084. 74)

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang II. LANDASAN TEORI Pada bab ii aka diberika beberapa istilah, defiisi serta kosep-kosep yag medukug dalam peelitia ii. 2.1 Kosep Dasar Teori Graf Berikut ii aka diberika kosep dasar teori graf yag bersumber

Lebih terperinci

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014 MATHuesa (Volume 3 No 3) 014 MINIMUM PENUTUP TITIK DAN MINIMUM PENUTUP SISI PADA GRAF KOMPLIT DAN GRAF BIPARTIT KOMPLIT Yessi Riskiada Kusumawardai Program Studi S1 Matematika, Fakultas Matematika da Ilmu

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

Homomorfisma Pada Semimodul Atas Aljabar Max-Plus

Homomorfisma Pada Semimodul Atas Aljabar Max-Plus Homomorfisma Pada Semimodul Atas Aljabar Max-Plus A 14 Oleh : Musthofa Jurusa Pedidika Matematika FMIPA UNY Abstrak Kosep homorfisma telah bayak dibahas pada beberapa struktur aljabar yaitu pada ruag vektor

Lebih terperinci

RUANG BASIS SOLUSI. Ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah. Aljabar Linier DISUSUN OLEH : DONNA SEPTIAN CAHYA RINI (08411.

RUANG BASIS SOLUSI. Ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah. Aljabar Linier DISUSUN OLEH : DONNA SEPTIAN CAHYA RINI (08411. RUANG BASIS SOLUSI Ii disusu utuk memeuhi tugas mata kuliah Aljabar Liier DISUSUN OLEH : DONNA SEPIAN CAHYA RINI (08411.114) FIRIA ASUI (08411.133) NURUL AISYAH (08411.211) SULIS SEYOWAI (08411.260) SULISIANI

Lebih terperinci

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR Nur Aei Prodi Matematika, FST-UINAM uraeiatullah@gmail.com Ifo: Jural MSA Vol. 3 No. 2 Edisi: Juli Desember

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual Pedekata Nilai Logaritma da Iversya Secara Maual Moh. Affaf Program Studi Pedidika Matematika, STKIP PGRI BANGKALAN affafs.theorem@yahoo.com Abstrak Pada pegaplikasiaya, bayak peggua yag meggatugka masalah

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK ZAENAL ARIFIN

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK ZAENAL ARIFIN SEBARAN ASIMTOTI PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN EDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODI ZAENAL ARIFIN SEOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR Nur Aei Prodi Matematika, FST-UINAM uraeiatullah@gmail.com Ifo: Jural MSA Vol. 3 No. 2 Edisi: Juli Desember

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI 1 MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Prosidig Semiar Nasioal Matematika da Terapaya 06 p-issn : 0-0384; e-issn : 0-039 PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Liatus

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

Modul Kuliah statistika

Modul Kuliah statistika Modul Kuliah statistika Dose: Abdul Jamil, S.Kom., MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA Bab 2 Populasi da Sampel 2.1 Populasi Populasi merupaka keseluruha pegamata

Lebih terperinci

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar 1 0 Himpua Kritis Pada Graph Caterpillar Chairul Imro, Budi Setiyoo, R. Simajutak, Edy T. Baskoro {imro-its,budi}@matematika.its.ac.id, {rio,ebaskoro}@ds.math.itb.ac.id Ues, Semarag, 4 7 Juli 006 Abstrak

Lebih terperinci

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0.

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 03/04 Mata Ujia : Aalisis Real Tipe Soal : REGULER Dose : Dr. Jula HERNADI Waktu : 90 meit Hari, Taggal : Selasa,

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS. Abstrak

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS. Abstrak Prosidig Semiar Nasioal Peelitia, Pedidika da Peerapa MIPA, Fakultas MIPA, Uiversitas Negeri Yogyakarta, 4 Mei 0 SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS Musthofa Jurusa Pedidika Matematika FMIPA

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS Prosidig Semiar Nasioal Peelitia, Pedidika da Peerapa MIPA, Fakultas MIPA, Uiversitas Negeri Yogyakarta, 4 Mei 0 SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS Musthofa Jurusa Pedidika Matematika FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B. Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari A ke B kita meuliska f : A

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2013/2014 12 Februari 2014 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 82 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang 2 LANDASAN TEORI Ruag Cotoh, Kejadia, da Peluag Percobaa acak adalah suatu percobaa yag dapat diulag dalam kodisi yag sama, yag hasilya tidak dapat diprediksi secara tepat tetapi dapat diketahui semua

Lebih terperinci

Himpunan. Himpunan 3/28/2012. Semesta Pembicaraan Semua mobil di Indonesia

Himpunan. Himpunan 3/28/2012. Semesta Pembicaraan Semua mobil di Indonesia Himpua Suatu himpua atau gugus adalah merupaka sekumpula obyek. Pada umumya aggota dari gugus tersebut memiliki suatu sifat yag sama. Suatu himpua bagia atau aak gugus merupaka sekumpula obyek yag aggotaya

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Formulasi Masalah Sejauh ini telah diperkenalkan bahwa terdapat tiga parameter yang terkait dengan konstruksi suatu kode, yaitu panjang, dimensi, dan jarak minimum. Jika C adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB ENDAHULUAN. Latar Belakag Masalah Dalam kehidupa yata, hampir seluruh feomea alam megadug ketidak pastia atau bersifat probabilistik, misalya pergeraka lempega bumi yag meyebabka gempa, aik turuya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruag Vektor Defiisi 2.1.1 (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif da (F,,. ) lapaga dega eleme idetitas 1. V disebut ruag vektor (vector space) atas F jika ada operasi

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25 head office : Kompleks Sawaga Permai Blok A5 No.1A, Sawaga, Depok 16511 Telp.01-951 1160. cotact perso : 0-878787-1-8585 / 081-8691-10 Bidag Studi Kode Berkas Waktu : Matematika : MA-L01 (solusi) : 90

Lebih terperinci

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model. BAB II LANDASAN TEORI Pada bagia ii aka dibahas tetag teori-teori dasar yag diguaka utuk dalam megestimasi parameter model.. MATRIKS DAN VEKTOR Defiisi : Trace dari matriks bujur sagkar A a adalah pejumlaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. , membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan operasi pergandaan matriks baku. Himpunan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. , membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan operasi pergandaan matriks baku. Himpunan bagian dari BB I PENDHULUN. Latar Belakag Masalah Struktur rig (gelaggag) R adalah suatu himpua R yag kepadaya didefiisika dua operasi bier yag disebut pejumlaha da pergadaa yag memeuhi aksioma-aksioma tertetu, yaitu:

Lebih terperinci

3. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 3.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

3. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 3.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder 3. Ragkaia Logika Kombiasioal da Sequesial Ragkaia Logika secara garis besar dibagi mejadi dua, yaitu ragkaia logika Kombiasioal da ragkaia logika Sequesial. Ragkaia logika Kombiasioal adalah ragkaia yag

Lebih terperinci

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama Solusi Soal OSN Matematika SMA/MA Hari Pertama Soal 1. Buktika bahwa utuk sebarag bilaga asli a da b, bilaga adalah bilaga bulat geap tak egatif. = F P B (a, b) + KP K (a, b) a b Solusi. Pertama aka dibuktika

Lebih terperinci

Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma untuk Menghitung Bilangan Fibonacci

Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma untuk Menghitung Bilangan Fibonacci Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma utuk Meghitug Bilaga Fiboacci Gregorius Roy Kaluge NIM : 358 Program Studi Tekik Iformatika, Istitut Tekologi Badug Jala Gaesha, Badug e-mail: if8@studets.if.itb.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana f(x) adalah fungsi tujuan dan h(x) adalah fungsi pembatas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana f(x) adalah fungsi tujuan dan h(x) adalah fungsi pembatas. BAB 1 PENDAHUUAN 1.1 atar Belakag Pada dasarya masalah optimisasi adalah suatu masalah utuk membuat ilai fugsi tujua mejadi maksimum atau miimum dega memperhatika pembatas pembatas yag ada. Dalam aplikasi

Lebih terperinci

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,...

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,... SISEM PERSAMAAN LINIER DAN MARIKS. SISEM PERSAMAAN LINIER Secara umum, persamaa liier dega variabel ( x, x,..., x ) didefiisika sebagai persamaa yag dapat diyataka dalam betuk: a x a x a x b... dega a,

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret Program Perkuliaha Dasar Umum Sekolah Tiggi Tekologi Telkom Barisa da Deret Barisa Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) a Fugsi tersebut

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT Jural Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 12 22 ISSN : 2303 2910 c Jurusa Matematika FMIPA UNAND SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT ENIVA RAMADANI

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Teorema Bayes. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Teorema Bayes. Adam Hendra Brata robabilitas da Statistika Teorema ayes dam Hedra rata Itroduksi - Joit robability Itroduksi Teorema ayes eluag Kejadia ersyarat Jika muculya mempegaruhi peluag muculya kejadia atau sebalikya, da adalah

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENGENDALIAN DAN ALGORITMA GENETIKA

BAB II METODOLOGI PENGENDALIAN DAN ALGORITMA GENETIKA BAB II METODOLOGI PENGENDALIAN DAN ALGORITMA GENETIKA II.1 Pegedali Modus Lucur Sistem o-liier dimodelka dalam persamaa status pada persamaa (2.1) berikut ii: x &( = f ( + B( u(...(2.1) dega x ( merupaka

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT Vol. 6. No., 97-09, Agustus 003, ISSN : 40-858 METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT Robertus Heri Jurusa Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Tulisa ii membahas peetua persamaa ruag

Lebih terperinci

RING MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF. Achmad Abdurrazzaq, Ari Wardayani, Suroto Universitas Jenderal Soedirman

RING MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF. Achmad Abdurrazzaq, Ari Wardayani, Suroto Universitas Jenderal Soedirman JMP : Volume 7 Nomor 1, Jui 2015, hal 11-18 RING MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Achmad Abdurrazzaq, Ari Wardayai, Suroto razzaqgaesha@gmailcom Uiversitas Jederal Soedirma ABSTRACT This paper discusses a matrices

Lebih terperinci

TEOREMA WEYL UNTUK OPERATOR HYPONORMAL

TEOREMA WEYL UNTUK OPERATOR HYPONORMAL Jural UJMC, Volume 3, Nomor, Hal. - 6 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X TEOREMA WEYL UNTUK OPERATOR HYPONORMAL Guawa Uiversitas Muhammadiyah Purwokerto, gu.oge@gmail.com Abstract This paper aims at describig

Lebih terperinci

GRUP TERURUT PARSIAL PADA MATRIKS SIMETRI BERUKURAN 2 2

GRUP TERURUT PARSIAL PADA MATRIKS SIMETRI BERUKURAN 2 2 Jural LOG!K@, Jilid 7, No, 7, Hal 46-5 ISSN 978 8568 GRU ERURU ARSIAL ADA MARIKS SIMERI BERUKURAN Irmatul Hasaah Uiversitas Islam Negeri Sulta Maulaa Hasauddi Bate Email: irmatulhasaah@uibateacid Abstract:

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Ruag Cotoh, Kejadia da Peluag Defiisi.1 (Ruag cotoh da kejadia) Suatu percobaa yag dapat diulag dalam kodisi yag sama, yag hasilya tidak bisa diprediksi secara tepat tetapi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Optimasi 2.1.1. Pegertia Optimasi Optimasi (Optimizatio) adalah aktivitas utuk medapatka hasil terbaik di bawah keadaa yag diberika. Tujua akhir dari semua aktivitas tersebut

Lebih terperinci

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI Fiboacci Matematikawa terbesar pada abad pertegaha adalah Leoardo dari Pisa, Italia (80 0). Ia lebih dikeal dega ama Fibo-acci. Artiya, aak Boaccio. Meara Pisa yag terkeal

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Studi Pedahulua Salah satu bahasa dalam aljabar liier yag merupaka kuci petig dalam latis adalah proses ortogoalisasi Gram-Schmidt. Proses ii aka mejadi ide utama dalam pembetuka

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi; Modul 1 Operasi Dr. Ahmad Muchlis B PENDAHULUAN erapakah 97531 86042? Kalau Ada megguaka kalkulator, jawabaya amat bergatug pada tipe kalkulator yag Ada pakai. 9 Kalkulator ilmiah Casio fx-250 memberika

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT) BARISAN DAN DERET Nurdiitya Athari (NDT) BARISAN Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) = a Fugsi tersebut dikeal sebagai barisa bilaga

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b.

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b. Didowload dari ririez.blog.us.ac.id HALAMAN 36 37 5. Dega defiisi limit barisa buktika limit berikut ii : a. lim = 0 lim 1 2 + 3 = 0 > 0 h 1 = 2 + 3 0 = 1 2 + 3 1 2 1 2 1 2 < jadi terbukti bahwa lim =

Lebih terperinci

Bab III Metoda Taguchi

Bab III Metoda Taguchi Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Semigrup Matriks Atas Daerah Integral Admitting Struktur Ring 1

Beberapa Sifat Semigrup Matriks Atas Daerah Integral Admitting Struktur Ring 1 Beberapa Sifat Semigrup Matriks Atas Daerah Itegral Admittig Struktur ig K a r y a t i Jurusa Pedidika Matematika FMIPA, Uiversitas Negeri Yogyakarta Email: yatiuy@yahoo.com Abstrak Diberika adalah daerah

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah III PEMBAHASAN Pada bagia ii aka diformulasika masalah yag aka dibahas. Solusi masalah aka diselesaika dega Metode Dekomposisi Adomia. Selajutya metode ii aka diguaka utuk meyelesaika model yag diyataka

Lebih terperinci

Batas Bilangan Ajaib Pada Graph Caterpillar

Batas Bilangan Ajaib Pada Graph Caterpillar J. Math. ad Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 3, No., Nov 006, 49 56 Batas Bilaga Ajaib Pada Graph Caterpillar Chairul Imro Jurusa Matematika FMIPA ITS Surabaya imro-its@matematika.its.ac.id Abstrak Jika suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bicriteria Liear Programmig (BLP) Pesoala optimisasi dega beberapa fugsi tujua memperhitugka beberapa tujua yag koflik secara simulta, secara umum Multi objective programmig (MOP)

Lebih terperinci

BARISAN PANGKAT TERURUT MATRIKS PADA ALJABAR MAX PLUS

BARISAN PANGKAT TERURUT MATRIKS PADA ALJABAR MAX PLUS BRISN PNGKT TERURUT MTRIKS PD LJBR MX PLUS Nurwa Jurusa Matematika FMIP Uiversitas Negeri Gorotalo E-mail: urwa_mat@ug.ac.id bstrak Diberika matriks R yag memeuhi = λ. Matriks adalah k + c c k taktereduksi

Lebih terperinci

Matematika Terapan Dosen : Zaid Romegar Mair, ST., M.Cs Pertemuan 3

Matematika Terapan Dosen : Zaid Romegar Mair, ST., M.Cs Pertemuan 3 Matematika Terapa Dose : Zaid Romegar Mair ST. M.Cs Pertemua 3 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Jl. Koloel Wahid Udi Lk. I Kel. Kayuara Sekayu 30711 web:www.polsky.ac.id mail: polsky@polsky.ac.id Tel.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELABELAN GRACEFUL PADA DIGRAF BIDIRECTIONAL G DAN GRAF UNDERLYING DARI G

HUBUNGAN PELABELAN GRACEFUL PADA DIGRAF BIDIRECTIONAL G DAN GRAF UNDERLYING DARI G J Sais MIPA Desember 7 Vol 1 No Hal: 197 - ISSN 1978-187 ABSTRACT HUBUNGAN PELABELAN GRACEFUL PADA DIGRAF BIDIRECTIONAL G DAN GRAF UNDERLYING DARI G Kristiaa Wijaya Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Jember

Lebih terperinci

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari.

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari. Selag Kepercayaa Cotoh Besar Jika ukura cotoh (sample size) besar, maka meurut Teorema Limit Pusat, bayak statistik megikuti/mempuyai sebara yag medekati ormal (dapat diaggap ormal). Artiya jika adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONVERGEN HAMPIR PASTI, KONVERGEN DALAM PELUANG, DAN KONVERGEN DALAM SEBARAN

HUBUNGAN ANTARA KONVERGEN HAMPIR PASTI, KONVERGEN DALAM PELUANG, DAN KONVERGEN DALAM SEBARAN Jural Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 0 6 ISSN : 2303 290 c Jurusa Matematika FMIPA UNAND HUBUNGAN ANTARA KONVERGEN HAMPIR PASTI, KONVERGEN DALAM PELUANG, DAN KONVERGEN DALAM SEBARAN VIRA AGUSTA, DODI

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy BAB III PEMBAHASAN Pada BAB III ii aka dibahas megeai betuk program liear fuzzy dega koefisie tekis kedala berbetuk bilaga fuzzy da pembahasa peyelesaia masalah optimasi studi kasus pada UD FIRDAUS Magelag

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Salah satu pera da fugsi statistik dalam ilmu pegetahua adalah sebagai. alat aalisis da iterpretasi data kuatitatif ilmu pegetahua, sehigga didapatka suatu kesimpula

Lebih terperinci

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut:

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut: Statistik da Peluag A. Statistik Statistik adalah metode ilmiah yag mempelajari cara pegumpula, peyusua, pegolaha, da aalisis data, serta cara pegambila kesimpula berdasarka data-data tersebut. Data ialah

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2016/2017 3 Februari 2017 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg Batas

Lebih terperinci

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES)

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) MATEMATIKA II DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) sugegpb.lecture.ub.ac.id aada.lecture.ub.ac.id BARISAN Barisa merupaka kumpula suatu bilaga (atau betuk aljabar) yag disusu sehigga membetuk suku-suku yag

Lebih terperinci

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4007 Matematika III Fugsi Kompleks (Pertemua XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusa Tekik Sipil Fakultas Tekik Uiversitas Brawijaya Pedahulua Persamaa x + 1 = 0 tidak memiliki akar dalam himpua bilaga real. Pertayaaya,

Lebih terperinci

PENENTUAN BANYAKNYA SUBMATRIKS GANJIL BERUKURAN 2 2 DARI MATRIKS (0,1) MELALUI MATRIKS HADAMARDNYA GRESI GARNITA

PENENTUAN BANYAKNYA SUBMATRIKS GANJIL BERUKURAN 2 2 DARI MATRIKS (0,1) MELALUI MATRIKS HADAMARDNYA GRESI GARNITA PENENTUN BNYKNY SUBMTRIKS GNJIL BERUKURN DRI MTRIKS (,) MELLUI MTRIKS HDMRDNY GRESI GRNIT DEPRTEMEN MTEMTIK FKULTS MTEMTIK DN ILMU PENGETHUN LM INSTITUT PERTNIN BOGOR BOGOR 8 PENENTUN BNYKNY SUBMTRIKS

Lebih terperinci

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI Oleh: Sutopo Jurusa Fisika FMIPA UM sutopo@fisika.um.ac.id Ditulis pada sekitar bula Maret 2011. Diuggah pada 3 Desember 2011 PROBLEM Gambar di bawah ii meyataka

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 0 Prestasi itu diraih buka didapat!!! SOLUSI SOAL Bidag Matematika Disusu oleh : Eddy Hermato, ST Olimpiade Matematika Tk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Dalam duia iformatika, assigmet Problem yag biasa dibetuk dega matriks berbobot merupaka salah satu masalah terbesar, dimaa masalah ii merupaka masalah yag metode peyelesaiaya

Lebih terperinci

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARA DAN FAKTOR DIKON 3.1 Ecoomic Order Quatity Ecoomic Order Quatity (EOQ) merupaka suatu metode yag diguaka utuk megedalika

Lebih terperinci

KEKONVERGENAN PADA RUANG BERNORMA DAN RUANG HASIL KALI DALAM WINA DIANA

KEKONVERGENAN PADA RUANG BERNORMA DAN RUANG HASIL KALI DALAM WINA DIANA KEKONVERGENAN PADA RUANG BERNORMA DAN RUANG HASIL KALI DALAM WINA DIANA 055400597 Taggal Sidag: 04 Februari 0 Periode Wisuda: Februari 0 Jurusa Matematika Fakultas Sais da Tekologi Uiversitas Islam Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK. Sutikno

PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK. Sutikno sutiko PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK Sutiko Program Studi Tekik Iformatika Fakultas Sais da Matematika UNDIP tik@udip.ac.id

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia ii adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Badar Lampug tahu pelajara 2009/2010 sebayak 279 orag yag terdistribusi dalam tujuh

Lebih terperinci

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B. Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari A ke B kita meuliska f : A

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI p-chart

PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI p-chart Prosidig Semiar Nasioal Peelitia, Pedidika da Peerapa MIPA, Fakultas MIPA, Uiversitas Negeri Yogyakarta, 2 Jui 2012 PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI p-chart Adi Setiawa

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN JURAL MATEMATKA DA KOMPUTER Vol. 6. o., 77-85, Agustus 003, SS : 40-858 DSTRBUS WAKTU BERHET PADA PROSES PEMBAHARUA Sudaro Jurusa Matematika FMPA UDP Abstrak Dalam proses stokhastik yag maa kejadia dapat

Lebih terperinci