Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;"

Transkripsi

1 Modul 1 Operasi Dr. Ahmad Muchlis B PENDAHULUAN erapakah ? Kalau Ada megguaka kalkulator, jawabaya amat bergatug pada tipe kalkulator yag Ada pakai. 9 Kalkulator ilmiah Casio fx-250 memberika 8, Kalkulator ii adalah kalkulator 10-digit. Utuk medapatka jawaba yag eksak, Ada memerluka kalkulator dega digit yag lebih bayak. Sekarag berapakah ? Badigka jawaba kedua pertayaa ii. Haruskah Ada megalika dega utuk medapatka ? Jawaba utuk pertayaa terakhir adalah tidak. Kita amati bahwa Kita igat kembali bahwa kalau kita diberi tiga bilaga bulat k, m, da dimita meghitug k m, hasil yag kita peroleh tidak bergatug pada perkalia maa yag kita dahuluka, k m atau m. Kita kataka bahwa perkalia bilaga bulat bersifat asosiatif. Mempelajari kosep seperti perkalia beserta sifat-sifatya adalah fudametal dalam aljabar. Dalam modul ii Ada aka diperkealka kepada operasi sebagai kosep yag lebih umum dari perkalia da megeal beberapa kosep elemeter yag dikaitka dega operasi. Aka diperkealka pula beberapa sifat dasar yag terkait dega pegertiapegertia tersebut. Setelah mempelajari modul ii Ada diharapka dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaa merupaka operasi; b. memeriksa apakah suatu operasi bersifat asosiatif, komutatif; c. memeriksa apakah suatu operasi memiliki usur idetitas;

2 1.2 Aljabar 1 d. memeriksa apakah usur-usur suatu himpua yag dilegkapi operasi dega usur idetitas memiliki balika; e. memeriksa apakah suatu himpua (bagia) tertutup terhadap suatu operasi; f. memafaatka sifat-sifat operasi da pemetaa dalam pembuktia.

3 MATA4321/MODUL S Kegiata Belajar 1 Sistem Bilaga Bulat ebagaimaa sudah sagat kita ketahui, kita dapat mejumlahka, meguragka atau megalika dua bilaga bulat utuk medapatka suatu bilaga bulat. Misalya kita mejumlahka 3 da 5 utuk medapatka 8. Kita megalika 3 da 5 utuk medapatka 15. Sekali pu memberika bilaga bulat yag sama, 3 5 da 5 3 memiliki maka yag berbeda. Yag pertama meyataka , semetara yag kedua meyataka Demikia pula halya dega da Megigat hal itu, kita memadag kedua bilaga bulat yag diberika sebagai suatu pasaga terurut bilaga bulat. Pasaga terurut bilaga bulat m da kita tuliska sebagai m,. Himpua semua bilaga bulat kita simbolka dega, sedagka himpua semua pasaga terurut bilaga bulat kita tuliska sebagai. dega demikia m, : m,. Diberika suatu pasaga terurut bilaga bulat, terdapat satu, tidak kurag da tidak lebih, bilaga bulat yag merupaka hasil pejumlaha kedua bilaga pada pasaga terurut. Dega kata lai, kita mempuyai pegaita dari pasaga terurut bilaga bulat m, kepada bilaga bulat m. Secara simbolis, pegaita ii kita yataka dega m, m. Karea m da boleh bilaga bulat maa pu, pegaita tersebut membagu suatu pemetaa dari ke. Kita kataka bahwa pejumlaha adalah suatu operasi pada. Apa yag kita lakuka di atas dapat pula kita lakuka pada peguraga: kita mempuyai pegaita yag membagu suatu pemetaa dari perkalia: kita mempuyai pegaita m, m m, ke. Demikia pula dega m

4 1.4 Aljabar 1 yag membagu suatu pemetaa dari ke. Kita kataka pula bahwa peguraga da perkalia adalah operasi-operasi pada. Di atas sudah kita yataka bahwa dalam perkalia sebarag tiga bilaga bulat k m, medahuluka k m aka memberika hasil yag sama dega medahuluka m. Secara sigkat, km k m. Hasil serupa kita peroleh pada pejumlaha tiga bilaga bulat: k m k m. Akibatya, peulisa k m tidak meimbulka keracua. Tidak demikia halya dega peguraga: pada 56 7 misalya, medahuluka 5 6 aka meghasilka , semetara medahuluka 6 7 aka meghasilka Peulisa 56 7 aka meimbulka keracua aka yag dimaksud, atau Kita kataka bahwa pejumlaha da perkalia bersifat asosiatif, semetara peguraga tidak bersifat asosiatif. Kita ketahui pula bahwa pada pejumlaha da perkalia meukar uruta kedua bilaga bulat tidak megubah hasil. Secara persis, m m da m m, utuk sebarag bilaga bulat m da. Kita kataka bahwa kedua operasi ii bersifat komutatif. Tidak demikia halya dega peguraga. Kita dapatka bahwa 56 1, sedagka Kita kataka bahwa peguraga tidak bersifat komutatif. Ketika mejumlahka dua bilaga bulat, kalau salah satuya adalah bilaga 0, maka hasil pejumlaha adalah bilaga yag satu lagi. Kita dapati pula bahwa hasil perkalia bilaga 1 dega sebarag bilaga bulat adalah bilaga bulat sebarag tersebut. Secara simbolis, m 0 0 m m da m 11m m, utuk sebarag bilaga bulat m. Kita kataka bahwa 0 adalah usur idetitas pejumlaha bilaga bulat da 1 adalah usur idetitas perkalia bilaga bulat. Pada peguraga kita meemuka situasi berbeda. Utuk sebarag bilaga bulat m, kita peroleh m0 m, aka tetapi 0m m,

5 MATA4321/MODUL kecuali kalau m 0. Persamaa bilaga bulat x m m dalam x seatiasa mempuyai jawab tuggal 2m, tetapi jawab ii bergatug pada ilai m yag diberika. Kita kataka bahwa operasi peguraga bilaga bulat tidak memiliki usur idetitas. Aka tetapi, karea utuk sebarag bilaga bulat m berlaku m0 m, kita kataka bahwa operasi peguraga bilaga bulat memiliki usur idetitas kaa, yaitu 0. Kita perhatika pula bahwa utuk sembarag bilaga bulat m kedua persamaa xm 0 da mx 0 memiliki jawab bilaga bulat yag sama, yaitu m. Kita kataka bahwa m memiliki balika terhadap pejumlaha bilaga bulat, yaitu m. Hal seperti ii tidak terjadi pada perkalia. Diberika bilaga bulat m, persamaa x m 1 da persamaa mx 1 tidak selalu memiliki jawab bilaga bulat, da bahka dalam hal m 0 kedua persamaa tidak memiliki jawab sama sekali. Perhatika bahwa kedua persamaa memiliki jawab bilaga bulat haya dalam hal m 1 atau m 1. Kedua bilaga ii memiliki balika terhadap perkalia bilaga bulat, yaitu diriya sediri. Himpua yag dilegkapi dega satu atau lebih operasi membetuk suatu sistem matematika. Bila kita haya memperhatika operasi pejumlaha, sistem matematika yag terbetuk kita yataka dega simbol,. Sebalikya, bila kita haya memperhatika operasi perkalia, sistem matematika yag terbetuk kita yataka sebagai, atau,. Bila kita memperhatika kedua operasi pejumlaha da perkalia, sistem matematika yag terbetuk kita yataka dega otasi,, atau,,. Belakaga dalam kuliah ii kita aka melihat bahwa operasi peguraga adalah operasi yag dituruka dari operasi pejumlaha. Diberika suatu pasaga terurut bilaga bulat m,, kita dapat mecoba megaitka pasaga tersebut kepada sesuatu bilaga bulat dega cara-cara lai. Sebagai cotoh adalah dega pembagia. Kita megalami kegagala dalam hal ii, 1,2 misalya kita kaitka kepada 12 yag buka bilaga bulat. Kalau kita batasi bahwa m da haya boleh 1 atau 1 secara formal kita yataka m, 1, 1, maka hasil pembagia m adalah bilaga bulat. Lebih dari itu, hasil pembagia tersebut adalah 1 atau 1. Pegamata ii dapat kita ugkapka sebagai m1, 1, utuk setiap m, 1, 1. Perhatika bahwa peryataa tersebut ekivale

6 1.6 Aljabar 1 dega implikasi jika m, 1, 1, maka 1, 1 bahwa himpua 1, 1 bahwa operasi pembagia tertutup dalam 1, 1 m. Kita kataka tertutup terhadap pembagia. Kita kataka pula. Di lai pihak, tidak tertutup terhadap pembagia. Sebearyalah, himpua 1, 1 tidak dapat kita perbesar dega memasukka bilaga bulat maa pu ke dalamya sambil mempertahaka sifat ketertutupa terhadap pembagia. Berikut ii alasa bagi peryataa di atas. Pertama-tama, kita tidak dapat memasukka bilaga 0, karea pasaga terurut 1,0 tidak dapat dikaitka oleh pembagia kepada bilaga bulat maa pu. Selajutya, kita juga tidak dapat memasukka bilaga asli lai, misalya m, karea 1, m dikaitka oleh pembagia ke 1 m yag buka bilaga bulat. Dega alasa serupa kita juga tidak dapat memasukka bilaga bulat egatif lai. Sebagai cotoh lai, kita padag pemagkata m dega m, bilaga-bilaga bulat. Jika m, adalah bilaga-bilaga asli, maka hasil pemagkata tersebut juga bilaga asli, tidak haya sekedar bilaga bulat. Karea itu kita kataka bahwa himpua semua bilaga asli tertutup terhadap pemagkata da bahwa operasi pemagkata tertutup dalam. Himpua ii tidak dapat kita perbesar dega memasukka bilaga bulat tidak positif ke dalamya sambil mempertahaka sifat ketertutupa terhadap pemagkata. 0, 1,, 1 di maa 1. Sekarag padag himpua Himpua ii tidak tertutup terhadap operasi pejumlaha bilaga bulat. Kita perkealka sekarag operasi pejumlaha baru pada sebagai berikut: utuk ab,, kita kaitka ab, dega sisa pembagia a b oleh. Sisa pembagia ii merupaka usur. Sebagai cotoh, dega 5 4,4 kita kaitka dega 3, yaitu sisa pembagia 44 8 oleh 5., Operasi baru ii kita amaka pejumlaha modulo. Selama koteksya jelas, kita lazim megguaka otasi pejumlaha biasa utuk operasi ii. Pada cotoh di atas, kita aka meuliska 44 3 dega megigat bahwa kita melakuka pejumlaha pada 5. Dega cara serupa kita dapat medefiisika operasi perkalia modulo pada. Sebagai cotoh, pada 5 kita memperoleh 44 1.

7 MATA4321/MODUL Agar tidak meimbulka keracua dega usur-usur Z, kita tuliska usur-usur dega garis di atas bilaga. Dega demikia, kita mempuyai 0, 1,, 1. Notasi ii juga memugkika kita utuk meuliska, sebagai cotoh, di 5. Secara umum, utuk setiap bilaga bulat ak,, kita mempuyai a k a di. LATIHAN Utuk memperdalam pemahama Ada megeai materi di atas, kerjakalah latiha berikut! 1) Himpua 0 tidak tertutup terhadap pemagkata. Megapa? 2) Dapatka suatu himpua bagia dari yag tertutup terhadap pegaita m, m. Apakah himpua yag Ada dapatka masih dapat diperbesar? Catata: x meyataka bilaga bulat terbesar yag lebih kecil atau sama dega x. Sebagai cotoh, , 6 6, da ) Ulagi soal omor 2, kali ii dega pegaita m Catata: x, m. meyataka bilaga bulat terkecil yag lebih besar atau sama dega x. Sebagai cotoh, , 6 6, da ) Jelaska megapa 44 1 pada 5. Petujuk Jawaba Latiha 1) Himpua 0 tidak tertutup terhadap pemagkata karea tidak terdefiisi. 2) Himpua yag tertutup terhadap operasi pembagia (biasa) juga tertutup terhadap operasi yag sedag dibicaraka. Karea itu 1,1 0 0

8 1.8 Aljabar 1 adalah satu cotoh. Misalka C tertutup. Haruslah 1 C karea mm 1, utuk sembarag m, sedagka 0 C, karea tidak ada pembagia oleh 0. Tidak ada bilaga bulat positif lai di dalam C karea 1 m 0, utuk setiap m, m1. Jika bilaga bulat m 0 ada dalam C, maka 1 C karea 1 m 1. Akibatya jika bilaga m ada dalam C, maka m m 1 bulat 1, yag merupaka bilaga bulat positif yag lebih besar dari 1, ada dalam C. Hal terakhir ii tidak bisa terjadi. Dega demikia 1,1 adalah himpua tertutup yag terbesar. 3) Seperti pada soal sebelum ii, 1,1 adalah satu cotoh. Misalka D tertutup. Dega alasa serupa, 1D da 0 D. Jika bilaga bulat egatif m 1 usur D, maka 1 m 0, sehigga bilaga bulat egatif yag dapat dimuat D hayalah 1. Jika 1 D, maka tidak ada usur D selai 1 da 1. Ii diperoleh karea jika bilaga bulat positif m 1 usur D, maka 1 m 0. Di lai pihak, jika 1 D, maka D dapat memuat semua bilaga asli (perhatika bahwa m 1, utuk semua bilaga asli m)., Jadi himpua tertutup terbesar adalah 1,1 da. 4) Perhatika bahwa di kita puyai , yaitu sisa pembagia 44 oleh 5 adalah 1. Jadi 44 1 di 5. RANGKUMAN 1. Pada himpua semua bilaga bulat kita megeal operasioperasi pejumlaha, peguraga da perkalia. 2. Operasi pejumlaha da perkalia bersifat asosiatif da komutatif, sedagka operasi peguraga tidak bersifat asosiatif da tidak bersifat komutatif.

9 MATA4321/MODUL Operasi pejumlaha da perkalia memiliki usur idetitas, yaitu berturut-turut 0 da 1, sedagka operasi peguraga memiliki usur idetitas kaa, yaitu Setiap bilaga bulat memiliki balika terhadap pejumlaha, tetapi haya bilaga 1 da 1 yag memiliki balika terhadap perkalia. 5. Himpua 1, 1 tertutup terhadap pembagia da dapat dikataka juga operasi pembagia tertutup dalam 1, 1, tidak tertutup terhadap pembagia. 6. Himpua semua bilaga asli tertutup terhadap pemagkata da operasi pemagkata tertutup dalam. TES FORMATIF 1 Jawablah pertayaa-pertayaa di bawah ii dega tepat! 1) Apakah pegetahua 2 2 m, m memberika suatu operasi pada? Jika ya, apakah bersifat asosiatif? Komutatif? Memiliki usur idetitas? 2) Berika subhimpua S dari sehigga pegaita m, memberika suatu operasi pada S. Dapatkah S diperbesar? m 2 3) Lakuka seperti pada soal omor 2 utuk pegaita m, m. Cocokkalah jawaba Ada dega Kuci Jawaba Tes Formatif 1 yag terdapat di bagia akhir modul ii. Hituglah jawaba yag bear. Kemudia, guaka rumus berikut utuk megetahui tigkat peguasaa Ada terhadap materi Kegiata Belajar 1. Tigkat peguasaa = Jumlah Jawaba yag Bear 100% Jumlah Soal

10 1.10 Aljabar 1 Arti tigkat peguasaa: % = baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurag Apabila mecapai tigkat peguasaa 80% atau lebih, Ada dapat meeruska dega Kegiata Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Ada harus megulagi materi Kegiata Belajar 1, terutama bagia yag belum dikuasai.

11 MATA4321/MODUL P Kegiata Belajar 2 Operasi ada pasal terdahulu telah kita lihat pejumlaha, peguraga da perkalia bilaga bulat adalah pemetaa-pemetaa dari ke. Kita kataka pula bahwa ketiga-tigaya adalah operasi pada. Sekarag kita berika pegertia operasi yag lebih umum. Defiisi 1.1 Misalka S adalah himpua tak kosog. Setiap pemetaa dari S S ke S adalah operasi pada S. Dalam Defiisi 1.1 di atas S S a, b : a, b S. Cotoh Pejumlaha da perkalia adalah operasi-operasi pada, pada, pada himpua semua bilaga rasioal, da pada himpua semua bilaga real. 2. Peguraga adalah operasi pada, pada da pada, tetapi peguraga buka operasi pada. 3. Pembagia adalah operasi pada 1, Pemagkata adalah operasi pada. 5. Pembagia adalah operasi pada \ 0 da pada \ Pejumlaha da perkalia modulo adalah operasi-operasi pada. 7. Dari kalkulus, pejumlaha da perkalia fugsi adalah operasi-operasi D pada himpua dari semua fugsi berilai real dega daerah asal D D, D 0. Igat kembali bahwa jika f, g, maka f g da

12 1.12 Aljabar 1 f g adalah fugsi-fugsi yag memetaka sebarag usur x D, berturut-turut, kepada usur-usur f x g x da f. x g x 8. Dari kalkulus, komposisi fugsi adalah operasi pada himpua dari semua fugsi berilai real dega daerah asal. Igat kembali bahwa komposisi fugsi f g di usur x kepada usur adalah fugsi yag memetaka sebarag. f g x 9. Pejumlaha vektor adalah operasi pada 2 da pada Perkalia silag (cross product) vektor adalah operasi pada Pejumlaha da perkalia matriks adalah operasi-operasi pada 22 himpua dari semua matriks berukura 2 2 dega kompoe bilaga real. 12. Misalka himpua. Gabuga da irisa adalah operasi-operasi pada himpua kuasa dari, yaitu himpua semua subhimpua dari. Himpua kuasa dari kita tuliska sebagai 2. Utuk himpua S yag berhigga, khususya bila S memuat sedikit usur, operasi pada S dapat kita sajika dalam suatu tabel Cayley (megikuti ama matematikawa Iggeris Arthur Cayley yag hidup dalam masa ). Pada tabel Cayley utuk operasi pada S, sel di sebelah kaa a S da di bawah b S diisi dega usur a b. Cotoh Tabel Cayley utuk operasi pembagia pada 1, 1 adalah

13 MATA4321/MODUL Tabel Cayley utuk operasi pejumlaha modulo 4 adalah Di lai pihak, suatu operasi dapat didefiisika melalui tabel Cayley, seperti ditujukka dalam cotoh berikut. Cotoh 1.3 # medefiisika suatu operasi # pada himpua 0,1, 2,3, 4 di maa a# b adalah usur pada sel di sebelah kaa a da di bawah b, utuk setiap ab, 0,1,2,3,4. Sebagai cotoh, 2 # 1 4 da 4 # 3 2. Sekalipu operasi adalah pemetaa, kita lazim megguaka simbol utuk meyataka suatu operasi. Kita sudah biasa megguaka simbol + utuk pejumlaha, utuk peguraga da utuk perkalia. Sebagai pemetaa, operasi pejumlaha pada kita yataka dega :. Perhatika bahwa operasi haya melibatka dua usur. Dalam berbagai situasi kita mugki perlu melakuka operasi lebih dari satu kali dega melibatka lebih dari dua usur. Sebagai cotoh, dalam meetuka volum sebuah balok kita megalika pajag, lebar da tiggi balok. Hasil yag diperoleh dega megalika pajag da lebar lalu megalika hasilya dega tiggi akakah berbeda dega hasil megalika lebar da tiggi lalu megalika hasilya kepada pajag?

14 1.14 Aljabar 1 Defiisi 1.2 Operasi pada S bersifat asosiatif jika berlaku Cotoh 1.4 a b c a b c, utuk semua a, b, c S. 1. Pejumlaha da perkalia pada,,, semuaya bersifat asosiatif. 2. Pejumlaha da perkalia modulo pada bersifat asosiatif. D 3. Pejumlaha da perkalia fugsi pada bersifat asosiatif. Sifat asosiatif kedua operasi ii adalah warisa dari sifat asosiatif pejumlaha da perkalia pada. 4. Komposisi fugsi pada bersifat asosiatif. 5. Pejumlaha vektor pada 2 3 da bersifat asosiatif. 6. Pejumlaha da perkalia matriks pada 22 bersifat asosiatif. 7. Operasi-operasi gabuga da irisa himpua pada 2 bersifat asosiatif. 8. Pemagkata pada tidak bersifat asosiatif, karea Perkalia silag vektor di 3 tidak bersifat asosiatif. Utuk operasi yag bersifat asosiatif, kita aka dapat meuliska a b c atau bahka a1 a2 a tapa meimbulka keracua atau keragua tetag makaya. Sifat asosiatif meyataka bahwa dalam melakuka operasi lebih dari satu kali, uruta operasi tidak mempegaruhi hasil. Defiisi 1.3. Operasi pada S bersifat komutatif jika berlaku a b b a, utuk semua a b S.

15 MATA4321/MODUL Cotoh Pejumlaha da perkalia pada,,, semuaya bersifat komutatif. 2. Pejumlaha da perkalia modulo pada keduaya bersifat komutatif. D 3. Pejumlaha da perkalia fugsi pada bersifat komutatif. Sifat komutatif kedua operasi ii juga adalah warisa dari sifat komutatif pejumlaha da perkalia pada. 4. Pejumlaha vektor pada 2 3 da bersifat komutatif. 5. Operasi-operasi gabuga da irisa himpua pada 2 bersifat komutatif. 6. Komposisi fugsi pada tidak bersifat komutatif. Perhatika bahwa 2 2 utuk f : x x da g : x x kita peroleh f g : x x, sedagka g f x x 2 : Pejumlaha matriks pada bersifat komutatif, tetapi perkalia 22 matriks pada tidak. Cotoh peyagkal utuk peryataa terakhir ii adalah sedagka Pemagkata pada juga tidak bersifat komutatif, karea Perkalia silag vektor di juga tidak bersifat komutatif. u v v u, utuk semua uv, 3. Sebearyalah,

16 1.16 Aljabar 1 Sifat komutatif meyataka bahwa dalam melakuka satu operasi, uruta usur tidak mempegaruhi hasil. Sifat komutatif dapat dikeali pada tabel Cayley dega memeriksa apakah tabel tersebut, sebagai matriks, simetri terhadap diagoal utamaya. Dega demikia operasi-operasi pada Cotoh 1.2 bersifat komutatif, semetara operasi pada Cotoh 1.3 tidak. Defiisi 1.4. Misalka suatu operasi pada S. Usur e S diamaka usur idetitas operasi jika berlaku ae a e a, utuk semua a S. Cotoh Usur 0 adalah usur idetitas pejumlaha pada,,. Pejumlaha pada tidak memiliki usur idetitas. 2. Usur 1 adalah usur idetitas perkalia pada,,,. 3. Usur 0 adalah usur idetitas pejumlaha modulo pada, sedagka 1 adalah usur idetitas perkalia modulo pada. 4. Fugsi ol, yaitu fugsi yag memetaka setiap usur di D ke 0, adalah D usur idetitas pejumlaha fugsi pada. Sedagka fugsi yag memetaka setiap usur di D ke 1 adalah usur idetitas perkalia fugsi D pada. 5. Fugsi idetitas, yaitu fugsi yag memetaka setiap usur di kepada diriya sediri, adalah usur idetitas komposisi fugsi pada. 6. Vektor 0,0 adalah usur idetitas pejumlaha vektor pada sedagka vektor pada 3. 2, 0,0,0 adalah usur idetitas pejumlaha vektor

17 MATA4321/MODUL Matriks ol da matriks kesatua adalah usur-usur idetitas berturutturut pejumlaha da perkalia matriks pada Himpua kosog adalah usur idetitas operasi gabuga himpua pada Himpua adalah usur idetitas operasi irisa himpua pada Perkalia silag vektor pada tidak memiliki usur idetitas. 3 Perhatika bahwa tidak ada x yag memeuhi da tidak ada pula y a x a, a 3 yag memeuhi y a a, a 11. Pembagia pada \ 0 tidak memiliki usur idetitas. Dalam hal ii x 1 x, x \ 0 berlaku, tetapi 1 x x, x \ 0 tidak berlaku. Berikut ii suatu sifat elemeter usur idetitas. Hedakya Ada memahami betul bukti yag diberika. Teorema 1.1. Usur idetitas setiap operasi selalu tuggal. Bukti: Misalka e da f adalah usur-usur idetitas operasi. Karea e usur idetitas, maka ef f, da karea f usur idetitas, maka e f e. Jadi f e f e. 3 3 Ii meujukka bahwa usur idetitas operasi tuggal. Ketika membicaraka operasi peguraga pada, kita kataka bahwa 0 adalah usur idetitas kaa operasi tersebut. Secara umum, usur e S adalah usur idetitas kaa operasi pada S jika utuk setiap x S berlaku x e x 1 \ 0 adalah usur idetitas. Dega demikia, usur kaa operasi pembagia pada Cotoh di atas.

18 1.18 Aljabar 1 Dega cara serupa kita defiisika usur idetitas kiri operasi pada S sebagai usur e S yag memeuhi e x x, x S. Sebagai cotoh, 2 operasi pada yag didefiisika melalui ab a b mempuyai usurusur idetitas kiri 1 da 1. [Ii merupaka cotoh bahwa usur idetitas kiri (atau kaa) tidak harus tuggal. Badigka dega Teorema 1.1]. Berdasarka defiisiya, setiap usur idetitas adalah usur idetitas kaa da usur idetitas kiri sekaligus. Sudah tetu, jika operasiya bersifat komutatif, maka usur idetitas kiri da usur idetitas kaa adalah usur yag sama yag, dega demikia, merupaka usur idetitas. Secara umum, operasi yag memiliki usur-usur idetitas kiri da kaa secara bersamaa mestilah memiliki usur idetitas, da ketiga macam usur idetitas tersebut sama. Hal ii diyataka dalam teorema berikut. Teorema 1.2. Misalka operasi pada S dega usur idetitas kaa e S da usur idetitas kiri f S. Maka e f, da dega demikia usur tersebut adalah usur idetitas operasi. Bukti: Misalka e da f seperti diyataka di atas. Karea e idetitas kaa, maka f e f. Sebalikya, karea f idetitas kiri, maka f e e. Jadi e f e f. Selajutya, utuk sebarag x S berlaku xe x f x e x. Jadi e f adalah usur idetitas operasi. Defiisi 1.5. Misalka suatu operasi pada S dega usur idetitas e. Usur a S dikataka mempuyai balika jika terdapat usur b S yag memeuhi ab e b a. Dikataka pula bahwa b adalah balika dari a. [Dega meukar pera a da b, kita medapatka a adalah balika dari b.] Perhatika bahwa meurut defiisi di atas, sebelum kita berbicara tetag usur balika, operasi yag sedag kita tijau harus mempuyai usur idetitas. Perhatika pula bahwa usur idetitas seatiasa memiliki balika, yaitu diriya sediri.

19 MATA4321/MODUL Cotoh Setiap usur x di,, atau mempuyai balika terhadap operasi pejumlaha. Dalam hal ii balika dari x adalah x. 2. Setiap usur x di mempuyai balika terhadap operasi pejumlaha modulo. Dalam hal ii balika dari x adalah x. 3. Terhadap operasi perkalia modulo, tidak semua usur memiliki balika. Usur x mempuyai balika jika da haya jika, sebagai usur-usur, x da relatif prima. [Bilaga-bilaga bulat a da b relatif prima jika pembagi sekutu keduaya hayalah 1 da 1.] 4. Terhadap operasi perkalia, setiap usur x 0 di atau mempuyai balika, yaitu 1 x. Sedagka di haya usur-usur 1 da 1 yag mempuyai balika, yaitu diriya sediri, semetara di haya usur Terhadap operasi pejumlaha fugsi, setiap fugsi f di mempuyai balika, yaitu fugsi yag memetaka setiap usur x D ke f x. Sedagka terhadap operasi perkalia fugsi, tidak D D semua fugsi di mempuyai balika. Fugsi f yag daerah ilaiya tidak memuat 0 mempuyai balika berupa fugsi yag memetaka setiap usur x D ke 1 f x. D 6. Setiap vektor di vektor. da 2 3 memiliki balika terhadap pejumlaha 7. Terhadap operasi pejumlaha matriks, semua matriks A mempuyai balika berupa matriks yag setiap kompoeya adalah egatif dari kompoe matriks A pada posisi yag bersesuaia. Terhadap 22 operasi perkalia matriks, haya matriks-matriks tak sigulir di yag mempuyai balika, yaitu berupa matriks iversya. 22

20 1.20 Aljabar 1 8. Terhadap operasi gabuga maupu irisa himpua, haya usur idetitas masig-masig yag memiliki balika. Apakah usur balika itu tuggal? Jawaba utuk pertayaa ii diberika dalam teorema berikut. Teorema 1.3. Misalka operasi pada S dega usur idetitas e da a S mempuyai balika terhadap. Jika juga bersifat asosiatif, maka balika dari a tuggal. Bukti: Misalka b da c adalah balika-balika dari a terhadap. Maka ab ba e ac c a. Jadi b a b b a c b a c e c c. b eb b a b Serupa dega usur idetitas, kita dapat medefiisika balika kaa atau balika kiri. Sekali lagi kita megasumsika operasi pada S yag memiliki usur idetitas e. Balika kaa dari a S adalah usur b S yag memeuhi ab e, sedagka balika kiri dari a adalah usur c S yag memeuhi ca e. Kita aka berbicara lebih jauh tetag balika dalam Pasal 1.3. Perhatika kembali operasi pejumlaha. Operasi ii kita dapati atara lai pada da pada. Perhatika pula bahwa kedua himpua tersebut memeuhi hubuga. Sekalipu bekerja pada himpua-himpua yag berbeda, kedua operasi pejumlaha tersebut adalah operasi yag sama. Dega ugkapa tersebut kita maksudka hal berikut. Misalka ab,. Karea adalah himpua bagia dari, maka a da b pu usur di. Ada dua cara mejumlahka keduaya: yag pertama dega pejumlaha sebagai operasi di, sedagka yag kedua dega pejumlaha sebagai operasi di. Aka tetapi kedua cara tersebut aka memberika hasil yag sama. Sekarag kita padag pejumlaha semata-mata sebagai operasi di. Kalau operasi ii kita keaka haya pada pasaga-pasaga terurut di

21 MATA4321/MODUL , maka semua hasil operasi adalah usur-usur. Kalimat terakhir tidak lai meyataka bahwa tertutup terhadap operasi pejumlaha. Hal serupa juga aka kita peroleh kalau kita gati pada uraia di atas dega atau. Pegamata di atas membawa kita kepada defiisi berikut. Defiisi 1.6 Misalka suatu operasi pada S. Misalka pula S S Himpua S dikataka tertutup terhadap operasi jika setiap pasaga terurut di S Sdipetaka oleh ke S. Secara rigkas peryataa terakhir kita tulis sebagai S S S. Padag operasi pejumlaha pada. Dega defiisi di atas, ketiga himpua, da tertutup terhadap operasi pejumlaha ii. Pegertia tertutup sudah diperkealka pada akhir Pasal 1.1. Di saa diberika dua cotoh. Salah satuya adalah himpua 1, 1 tertutup terhadap pembagia. Dega sifat ketertutupa ii da sesuai dega Defiisi 1.1, pembagia adalah suatu operasi pada himpua 1, 1. Pada bagia tersebut juga diyataka bahwa tidak tertutup terhadap pembagia. Supaya pembagia dapat mejadi operasi yag megaitka pasaga terurut bilaga bulat, pertama-tama kita harus megeluarka 0 utuk medapatka \ 0. Kemudia kita mesti megimbuhka bilagabilaga yag merupaka hasil pembagia dua bilaga bulat utuk medapatka \ 0 1, 1 tertutup. Sebagai akibatya kita peroleh bahwa \ 0. terhadap operasi pembagia di Berikut ii beberapa cotoh lai. Cotoh Himpua a b : ab, b a tertutup terhadap operasi pejumlaha da perkalia matriks.

22 1.22 Aljabar 1 2. Himpua a b : a, b, d 0 d tertutup terhadap operasi pejumlaha da perkalia matriks. [Matriks yag merupaka usur himpua ii dikeal dega ama matriks segitiga atas.] 3. Misalka pada S terdefiisi suatu operasi asosiatif yag memiliki usur idetitas. Misalka S himpua semua usur di S yag memiliki balika. Maka S tertutup terhadap operasi tersebut. LATIHAN Utuk memperdalam pemahama Ada megeai materi di atas, kerjakalah latiha berikut! 1) Diberika himpua tak kosog S dega operasi di maa ab b, a, b S. Periksa sifat asosiatif da komutatif operasi. Apakah ia memiliki usur idetitas? Idetitas kaa? Idetitas kiri? 2) Pada himpua S u, v, w, z didefiisika operasi berikut. u v w z u u v w z v v v u v w w u v u z z z u v Apakah usur idetitas operasi tersebut? Apakah w memiliki balika? Apakah sifat asosiatif berlaku? 3) Tujukka bahwa operasi pemagkata di tidak memiliki usur idetitas. Apakah ia memiliki usur idetitas kaa? Idetitas kiri? 4) Buktika Cotoh 1.8.3

23 MATA4321/MODUL ) Diberika himpua tak kosog S dega operasi. Bilakah operasi tidak komutatif? Petujuk Jawaba Latiha 1) Utuk setiap a, b, c S berlaku abc bc c ac ab c. Jadi sifat asosiatif berlaku. Secara umum, ab b da ba a, sehigga sifat komutatif tidak berlaku, kecuali dalam hal S 1. Setiap usur adalah usur idetitas kiri. Tidak ada usur idetitas kaa, kecuali dalam hal S 1. 2) Usur idetitas adalah u. Usur w memiliki dua balika, yaitu v da z, karea vw u w v da z w u w z. Sifat asosiatif tidak vw z u z z v vu v w z. berlaku karea Catata: Ketidakberlakua sifat asosiatif dapat dituruka dari Teorema 1.3 jika sifat asosiatif berlaku, usur w tidak aka memiliki dua balika. 3) Usur 1 adalah usur idetitas kaa karea 1 a a, a. Aka tetapi a 1 buka idetitas kiri karea 1 1, a. Tidak ada usur idetitas b kiri karea jika terdapat a yag memeuhi a b, b, maka a buka idetitas kiri. 1 a 1 (dega memilih b = 1), tetapi sudah kita ketahui bahwa 1 4) Misalka x, y S. Maka a, b S demikia, sehigga xa e a x da y b e b y. Kita peroleh da x yba x yba xea xa e bax y ba x y be y b y e. Dega demikia b a adalah balika dari x y, sehigga xy S. Jadi S tertutup.

24 1.24 Aljabar 1 5) Terdapat a, b S demikia, sehigga ab b a. RANGKUMAN Misalka S adalah himpua berhigga, S memuat sedikit usur maka operasi pada S dapat disajika dalam suatu tabel Cayley. Apabila diberika Operasi pada S maka bersifat: asosiatif jika berlaku abc abc,utuk semua a, b, c S. komutatif jika berlaku ab ba, utuk semua a, b S. mempuyai usur idetitas e S jika berlaku ae a e a, utuk semua a S. Usur idetitas setiap operasi selalu tuggal. Usur e S adalah usur idetitas kaa operasi pada S jika utuk setiap x S berlaku xe x. Apabila diberika operasi peguraga pada himpua bilaga bulat maka dapat dikataka bahwa 0 adalah usur idetitas kaa operasi tersebut. Usur e S adalah usur idetitas kiri operasi pada S jika utuk setiap x S berlaku ex x. Operasi pada yag didefiisika 2 melalui ab a b mempuyai usur idetitas kiri 1 da 1. Misalka suatu operasi pada S dega usur idetitas e. Usur a S dikataka mempuyai balika jika terdapat usur b S yag memeuhi ab e b a. Misalka diberika operasi pada S yag memiliki usur idetitas e. Balika kaa dari a S adalah usur b S yag memeuhi ab e, sedagka balika kiri dari a adalah usur c S yag memeuhi ca e. Misalka suatu operasi pada S, misalka pula S S. Himpua S dikataka tertutup terhadap operasi jika setiap pasaga terurut di S S dipetaka oleh ke S. Himpua, da tertutup terhadap operasi pejumlaha.

25 MATA4321/MODUL TES FORMATIF 2 Jawablah pertayaa-pertayaa di bawah ii dega tepat! 1) Ada berapa operasi yag dapat dibuat pada himpua S dega 2 usur? Berapa bayak yag memiliki usur idetitas? 2) Diberika himpua tak kosog S dega operasi. Bilakah operasi tidak asosiatif 3) Diberika himpua tak kosog S dega operasi. Bilakah S tidak memiliki usur idetitas? 4) Misalka MUU 2 meyataka himpua semua matriks segitiga atas berukura 2 2 dega kedua kompoe diagoal berilai 1, yaitu MUU 2 1 a : 0 1 a Tujukka bahwa perkalia matriks adalah operasi MUU 2. Cocokkalah jawaba Ada dega Kuci Jawaba Tes Formatif 2 yag terdapat di bagia akhir modul ii. Hituglah jawaba yag bear. Kemudia, guaka rumus berikut utuk megetahui tigkat peguasaa Ada terhadap materi Kegiata Belajar 2. Tigkat peguasaa = Jumlah Jawaba yag Bear 100% Jumlah Soal Arti tigkat peguasaa: % = baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurag Apabila mecapai tigkat peguasaa 80% atau lebih, Ada dapat meeruska dega modul selajutya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Ada harus megulagi materi Kegiata Belajar 2, terutama bagia yag belum dikuasai.

26 1.26 Aljabar 1 P Kegiata Belajar 3 Komposisi Sebagai Operasi ada pasal ii kita aka membicaraka suatu kelas operasi yag merupaka sumber yag kaya bagi cotoh-cotoh operasi, terutama yag tidak komutatif. Aka diberika beberapa defiisi. Demi kelegkapa, defiisi-defiisi yag diberika bersifat umum. Sebelum itu dua otasi da sebuah fakta. Misalka, Y dua himpua tak kosog. Kita tuliska himpua semua pemetaa dari ke Y sebagai Y. Selajutya, jika Y da A, kita tuliska himpua semua peta dari A oleh sebagai A. Jadi A x : x A. Defiisi 1.6. Misalka, Y, U himpua-himpua tak kosog. Misalka Y pula Y, yaitu suatu pemetaa dari ke Y, da U, yaitu suatu pemetaa dari Y ke U. Maka komposisi da adalah pemetaa dari ke U yag memetaka setiap usur x ke usur ax. Komposisi da kita tuliska dega otasi. Jadi U Defiisi 1.7 (i) Pemetaa Y dikataka pada jika utuk setiap y Y terdapat x yag memeuhi x y. (ii) Pemetaa berakibat x y. Y dikataka satu-satu jika x, y Y, x y Sekarag misalka suatu himpua berhigga yag terdiri dari usur s1, s2,, s, Peta dari usur-usur oleh Y adalah s1, s2,, s. Secara umum, peta dari usur tersebut boleh ada

27 MATA4321/MODUL yag sama. Ii berarti bahwa bayakya usur tidak lebih dari bayakya usur, yaitu. Dalam hal satu-satu, mestilah s s s semuaya berbeda, sehigga.,,, 1 2 Kita mempuyai sifat berikut. Sifat 1.1. Misalka Y (yaitu da Y terdiri dari berhigga bayakya usur). Pemetaa Y pada jika da haya jika satu-satu. Bukti: Misalka Y, s1, s2,, s. Misalka pada. Maka Y. Dega demikia Ii megharuska s s s satu-satu. Y. 1, 2,, semuaya berbeda, sehigga Misalka satu-satu. Maka Y. Aka tetapi Adaika Y. Maka terdapat t Y, tetapi t Y \ t, sehigga Y Y \ t Y 1 Jadi haruslah Y Y. Akibatya, kotradiksi. yaitu pada. Misalka himpua tak kosog. Perhatika himpua yag terdiri dari semua pemetaa dari ke diriya sediri. Karea komposisi dua pemetaa dari ke adalah juga pemetaa dari ke, maka komposisi adalah suatu operasi pada. Selajutya aka kita lihat beberapa sifat dari operasi komposisi pada. Pertama, operasi komposisi pada seatiasa bersifat asosiatif. Dapat kita lihat dega mudah bahwa utuk setiap,, da setiap x berlaku x x x x da dega demikia x.

28 1.28 Aljabar 1 Operasi komposisi pada seatiasa memiliki usur idetitas. Misalka adalah pemetaa yag megaitka setiap usur di dega diriya sediri, yaitu x x, x. Merupaka latiha bagi pembaca utuk meujukka bahwa adalah usur idetitas di terhadap komposisi. Kita kataka bahwa adalah pemetaa idetitas. Selajutya, secara umum operasi komposisi pada tidak komutatif. 2 Sebagai cotoh, ambil. Pilih x x 1 da x x. Maka x x 2 x 2 1 semetara 2 x x 1 x 1. Bagaimaa tetag balika usur di? Misalka adalah balika kiri dari. Maka kita peroleh bahwa da dega demikia, utuk x yag tertetu, x x x megembalika x ke x. Misalka y x usur lai x yag memeuhi x y. Ii megataka bahwa adalah pemetaa yag. Sekiraya terdapat, kita megalami kesulita utuk meetuka ke maa kita megembalika y. Supaya kesulita ii tidak mucul haruslah bersifat satu-satu. Di lai pihak, misalka bersifat satu-satu. Kita aka megkostruksi sebagai berikut. Misalka x x, terdapat tepat. Dalam hal satu y yag memeuhi x y x y. Dalam hal x, defiisika x x x x x. Dalam hal ii defiisika x. Maka. Kesamaa terakhir kita peroleh karea. Jadi yag kita kostruksi merupaka balika kiri bagi. Dega demikia kita mempuyai sifat berikut. Sifat 1.2. Pemetaa bersifat satu-satu. memiliki balika kiri jika da haya jika Pembuktia sifat berikut merupaka latiha bagi Ada. Sifat 1.3. Pemetaa memiliki balika kaa jika da haya jika bersifat pada.

29 MATA4321/MODUL Sebagai akibat kedua sifat di atas, kita memiliki teorema berikut. Teorema 1.4. Pemetaa bersifat satu-satu pada. Himpua semua pemetaa di sebagai memiliki balika jika da haya jika yag memiliki balika kita tuliska. Sim. Jadi Sim : satu-satu pada Berdasarka Sifat 1.1, teorema ii memberika akibat bahwa jika adalah himpua higga, maka tidak ada pemetaa di yag memiliki balika kiri, tetapi tidak memiliki balika kaa, atau sebalikya. Berikut ii sebuah cotoh pemetaa yag memiliki balika kiri yag buka balika kaa. x Cotoh 1.9 Padag f dega f x e. Balika kiri dari f adalah g dega l x, x 0 gx x, x 0. Perhatika bahwa utuk setiap x berlaku l x g f x e x. Aka tetapi g buka balika kaa dari f karea f gx x haya berlaku utuk x yag positif. Sesugguhya, f tidak mempuyai balika kaa. Utuk mejadika g balika kaa dari f, kita harus medefiisika gx utuk x 0 sehigga memeuhi f gx x. Aka tetapi ii mustahil karea ruas kiri adalah gx e f g x tidak positif. yag seatiasa positif, semetara ruas kaa adalah x yag LATIHAN Utuk memperdalam pemahama Ada megeai materi di atas, kerjakalah latiha berikut! 1) Misalka a, b. Maka terdiri dari 4 usur. (a) Berika tabel Cayley utuk operasi komposisi pada.

30 1.30 Aljabar 1 (b) Tetuka semua usur di 2) Misalka, dega x Tujukka bahwa. yag memiliki balika. x, x. Y 3) Berika cotoh Y, U yag memeuhi tetapi tidak pada? U pada, Petujuk Jawaba Latiha 1) Misalka,,,, di maa a a, b a a a, b b, a b, b a, a b, b b. Maka a a da b a a a alpha a da b b, sehigga Dega pula a a da a a a b sehigga.,. Dega demikia., Dega cara serupa data kita perlihatka,,,,,,,,,,,, da. (a) Tabel Cayley utuk adalah (b) Dari tabel kita peroleh bahwa usur idetitas adalah. Jadi usur yag memiliki balika adalah da.. Dega megambil x y y y, sehigga y y 2) Misalka y kita peroleh. Demikia pula, dega

31 MATA4321/MODUL megambil x y kita peroleh y y y y. Jadi y y y y. Jadi., sehigga, utuk semua 3) Pilih Y U. Kemudia pilih, da x ta x, dega x l utuk setiap x. Maka tidak pada, sedagka pada. x RANGKUMAN Misalka, Y, U himpua-himpua tak kosog. Misalka pula Y Y, yaitu suatu pemetaa dari ke Y,da U, yaitu suatu pemetaa dari pemetaa dari x ke Y. Maka komposisi da adalah ke U yag memetaka setiap usur x ke usur. Komposisi da kita tuliska dega otasi. Jadi U. Misalka himpua tak kosog. Himpua terdiri dari semua pemetaa dari ke sediriya sediri. Karea komposisi dua pemataa dari ke adalah juga pemetaa dari ke, maka komposisi adalah suatu operasi pada. Beberapa sifat dari operasi komposisi pada atara lai: operasi komposisi pada bersifat asosiatif yaitu utuk setiap,, da x. berlaku operasi komposisi pada memiliki usur idetitas. Misalka i adalah pemetaa yag megaitka setiap usur di dega diriya sediri, yaitu ix x, x maka i adalah pemetaa idetitas. operasi komposisi pada tidak komutatif. Pemetaa memiliki balika kiri jika da haya jika bersifat satu-satu. Pemetaa memiliki balika kaa jika da haya jika bersifat pada. Pemetaa memiliki balika jika

32 1.32 Aljabar 1 da haya jika bersifat satu-satu pada. Himpua semua pemataa di Sim, atau dapat juga ditulis yag memiliki balika ditulis Sim : satu-satu pada. TES FORMATIF 3 Jawablah pertayaa-pertayaa di bawah ii dega tepat! 1) Misalka. Buktika bahwa jika A 2 da A, maka A tidak memiliki balika terhadap operasi irisa himpua. 2) Buktika Sifat 1.3 di atas. 3) Misalka : 0 a F f f a. Buktika bahwa komposisi fugsi adalah operasi pada F a jika da haya jika a 0. Cocokkalah jawaba Ada dega Kuci Jawaba Tes Formatif 3 yag terdapat di bagia akhir modul ii. Hituglah jawaba yag bear. Kemudia, guaka rumus berikut utuk megetahui tigkat peguasaa Ada terhadap materi Kegiata Belajar 2. Tigkat peguasaa = Jumlah Jawaba yag Bear 100% Jumlah Soal Arti tigkat peguasaa: % = baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurag Apabila mecapai tigkat peguasaa 80% atau lebih, Ada dapat meeruska dega modul selajutya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Ada harus megulagi materi Kegiata Belajar 3, terutama bagia yag belum dikuasai.

33 MATA4321/MODUL Kuci Jawaba Tes Formatif Tes Formatif 1 1) Pegaita ii memberika operasi yag asosiatif da komutatif, tetapi tidak memiliki usur idetitas. [Pembaca hedakya memberika ricia bukti.] 2) Ada tak higga bayakya himpua tertutup, yaitu S S a a, utuk setiap a. Setiap himpua ii tidak dapat diperbesar. [Pembaca hedakya memberika ricia bukti.] 3) Di sii juga ada tak higga bayakya himpua tertutup, yaitu S S a a a 0. Berbeda dega Soal 2, di, utuk setiap sii setiap himpua dapat diperbesar. [Pembaca hedakya memberika ricia bukti.] Tes Formatif 2 S 1) Misalka a, b. Suatu operasi ditetuka oleh peta-peta dari empat pasaga terurut a, a, a, b, b, a, b, b. Karea ada dua piliha bagi peta dari setiap pasaga terurut, yaitu a atau b, maka ada operasi yag dapat dibuat pada S. Misalka a usur idetitas operasi pada S. Maka a, a a, b b, b, a b, sedagka peta dari, a, bb boleh a atau b. Dega demikia ada 2 operasi dega usur idetitas a. Dega alasa serupa, ada 2 operasi dega usur idetitas b. Jadi ada 4 operasi pada S yag memiliki usur idetitas. 2) Terdapat a, b, c S demikia, sehigga abc ab c. 3) Utuk setiap a S, terdapat b S demikia, sehigga ab b atau ba b. 1 a 1 b 4) Misalka A, B MUU 2. Maka A, B , utuk suatu ab,. Perkalia kedua matriks adalah

34 1.34 Aljabar 1 1 a 1 b 1 a b AB yag juga merupaka usur MUU 2. Jadi MUU 2 tertutup terhadap operasi perkalia matriks, atau dega kata lai, perkalia MUU. matriks adalah operasi pada 2 Tes Formatif 3 1) Misalka B 2. Maka A B A. Karea A 2 da A, maka A. Akibatya AB, sehigga A B. Karea adalah usur idetitas 2 utuk operasi irisa, maka A tidak memiliki balika terhadap operasi ii. 2) Misalka memiliki balika kaa. Maka kita peroleh bahwa. Dega demikia, utuk setiap x, x x x, yag berarti bahwa terdapat sehigga x y. Jadi pada. y x Di lai pihak, misalka bersifat pada. Kita aka megkostruksi sebagai berikut. Misalka x. Padag himpua P x y y x satu usur. Karea pada, maka Px. Pilih tepat Px, kataka z. Kaitka x dega z. Pegaita ii x z. memberika pemetaa pada dega Utuk setiap x, kita mempuyai x x x karea x P x (berdasarka kostruksi di atas). 3) Misalka f g F f a g,. Maka 0 0. Aka ditujukka bahwa a f g F a jika da haya jika a 0. Misalka 0 a. Maka f g F a. Sekarag misalka a 0 memeuhi f a 2 a. f g f g f a f a. Jadi. Kita dapat memilih f yag

35 MATA4321/MODUL Utuk f yag demikia berlaku f f 0 f f 0 f a 2a. Aka tetapi, karea a 0, maka 2a a. Dega demikia f f 0 a. Jadi f f Fa.

36 1.36 Aljabar 1 Daftar Pustaka J.R. Durbi. (1985). Moder Algebra: A Itroductio, 2d Editio, Joh Wiley. K. Meyberg. (1980). Algebra, Teil 1, 2. Auflage, Haser.

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Sistem Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sistem Bilaga Real Prof. R. Soematri D PENDAHULUAN alam modul ii aka dibahas sifat-sifat pokok bilaga real. Meskipu pembaca sudah akrab bear dega bilaga real amu modul ii aka membahasya lebih cermat

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3 PERTEMUAN VEKTOR dalam R Pegertia Ruag Vektor Defiisi R Jika adalah sebuah bilaga bulat positif, maka tupel - - terorde (ordered--tuple) adalah sebuah uruta bilaga riil ( a ),a,..., a. Semua tupel - -terorde

Lebih terperinci

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Deret Fourier Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDAHULUAN ada modul ii dibahas masalah ekspasi deret Fourier Sius osius utuk suatu fugsi periodik ataupu yag diaggap periodik, da dibahas pula trasformasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 < II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterbagia Secara umum apabila a bilaga bulat da b bilaga bulat positif, maka ada tepat satu bilaga bulat q da r sedemikia sehigga : = +, 0 < dalam hal ii b disebut hasil bagi

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Struktur alabar adalah suatu himpua yag di dalamya didefiisika suatu operasi bier yag memeuhi aksioma-aksioma tertetu. Gelaggag ( Rig ) merupaka suatu struktur

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS REAL LANJUT. a b < a + A. b + B < A B.

TUGAS ANALISIS REAL LANJUT. a b < a + A. b + B < A B. TUGAS ANALISIS REAL LANJUT NOVEMBER 207 () (a) Jika b > 0, B > 0, da a b < A, buktika ab < ba. Kemudia buktika B a b < a + A b + B < A B. (b) Buktika [ 2 (a + b)] 2 2 (a2 + b 2 ). Kemudia tujukka bahwa

Lebih terperinci

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,...

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,... SISEM PERSAMAAN LINIER DAN MARIKS. SISEM PERSAMAAN LINIER Secara umum, persamaa liier dega variabel ( x, x,..., x ) didefiisika sebagai persamaa yag dapat diyataka dalam betuk: a x a x a x b... dega a,

Lebih terperinci

Ruang Vektor. Modul 1 PENDAHULUAN

Ruang Vektor. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Ruag Vektor Dr. Irawati D PENDAHULUAN alam buku materi okok Aljabar II ii kita secara erlaha-laha mulai megubah edekata kita dari edekata secara komutasi mejadi edekata yag lebih umum. Yag dimaksud

Lebih terperinci

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI Fiboacci Matematikawa terbesar pada abad pertegaha adalah Leoardo dari Pisa, Italia (80 0). Ia lebih dikeal dega ama Fibo-acci. Artiya, aak Boaccio. Meara Pisa yag terkeal

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT) BARISAN DAN DERET Nurdiitya Athari (NDT) BARISAN Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) = a Fugsi tersebut dikeal sebagai barisa bilaga

Lebih terperinci

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR Nur Aei Prodi Matematika, FST-UINAM uraeiatullah@gmail.com Ifo: Jural MSA Vol. 3 No. 2 Edisi: Juli Desember

Lebih terperinci

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Pediferesiala Prof R Soematri D PENDAHULUAN alam modul ii dibahas fugsi berilai real yag didefiisika pada suatu iterval Defiisi derivatif suatu fugsi dimulai dega derivatif di suatu titik, kemudia

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret Program Perkuliaha Dasar Umum Sekolah Tiggi Tekologi Telkom Barisa da Deret Barisa Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) a Fugsi tersebut

Lebih terperinci

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR Nur Aei Prodi Matematika, FST-UINAM uraeiatullah@gmail.com Ifo: Jural MSA Vol. 3 No. 2 Edisi: Juli Desember

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0.

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 03/04 Mata Ujia : Aalisis Real Tipe Soal : REGULER Dose : Dr. Jula HERNADI Waktu : 90 meit Hari, Taggal : Selasa,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT Vol. 6. No., 97-09, Agustus 003, ISSN : 40-858 METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT Robertus Heri Jurusa Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Tulisa ii membahas peetua persamaa ruag

Lebih terperinci

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada

Lebih terperinci

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual Pedekata Nilai Logaritma da Iversya Secara Maual Moh. Affaf Program Studi Pedidika Matematika, STKIP PGRI BANGKALAN affafs.theorem@yahoo.com Abstrak Pada pegaplikasiaya, bayak peggua yag meggatugka masalah

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR Dose Pegampu : Darmadi, S.Si, M.Pd Disusu : Kelas 5A / Kelompok 5 : Dia Dwi Rahayu (084. 06) Hefetamala (084. 4) Khoiril Haafi (084. 70) Liaatul Nihayah (084. 74)

Lebih terperinci

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu Secara umum persamaa rekursif liier tigkat-k bisa dituliska dalam betuk: dega C 0 0. C 0 x + C 1 x 1 + C 2 x 2 + + C k x k = b, Jika b = 0 maka persamaa rekursif tersebut diamaka persamaa rekursif liier

Lebih terperinci

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B. Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari A ke B kita meuliska f : A

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI 1 MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 BAB XII. SUKU BANYAK A = a Pegertia: f(x) = a x + a x + a x + + a x +a adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a, a,.,a, a, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ARTIKEL Meetuka rumus Jumlah Suatu Deret dega Operator Beda Markaba 191115198801005 Maret 015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kekeliruan dalam Perhitungan Numerik dan Selisih Terhingga Biasa

Kekeliruan dalam Perhitungan Numerik dan Selisih Terhingga Biasa Modul 1 Kekelirua dalam Perhituga Numerik da Selisih Terhigga Biasa D PENDAHULUAN Dr. Wahyudi, M.Pd. i dalam pemakaia praktis, peyelesaia akhir yag diigika dari solusi suatu permasalaha (soal) dalam matematika

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 SUKU BANYAK A Pegertia: f(x) x + a 1 x 1 + a 2 x 2 + + a 2 +a 1 adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a 1, a 2,.,a 2, a 1, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Barisan dan Deret. Modul 1 PENDAHULUAN

Barisan dan Deret. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Barisa da Deret Reto Wika Tyasig Ada P PENDAHULUAN okok bahasa dalam modul ii terdiri atas dua kegiata belajar. Yag pertama tetag barisa, yag kedua tetag deret da cotoh-cotoh pemakaia deret. Pembahasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruag Vektor Defiisi 2.1.1 (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif da (F,,. ) lapaga dega eleme idetitas 1. V disebut ruag vektor (vector space) atas F jika ada operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS Prosidig Semiar Nasioal Peelitia, Pedidika da Peerapa MIPA, Fakultas MIPA, Uiversitas Negeri Yogyakarta, 4 Mei 0 SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS Musthofa Jurusa Pedidika Matematika FMIPA

Lebih terperinci

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama Solusi Soal OSN Matematika SMA/MA Hari Pertama Soal 1. Buktika bahwa utuk sebarag bilaga asli a da b, bilaga adalah bilaga bulat geap tak egatif. = F P B (a, b) + KP K (a, b) a b Solusi. Pertama aka dibuktika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Prosidig Semiar Nasioal Matematika da Terapaya 06 p-issn : 0-0384; e-issn : 0-039 PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Liatus

Lebih terperinci

Galat dan Perambatannya

Galat dan Perambatannya Modul 1 Galat da Perambataya Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDHULUN ada Modul 1 ii dibahas masalah galat atau derajat kesalaha da perambataya, dega demikia para peggua modul ii diharapka telah memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ii aka dituliska beberapa aspek teoritis berupa defiisi, teorema da sifat-sifat yag berhubuga dega aljabar liear, struktur aljabar da teori kodig yag diguaka sebagai

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Iduksi Matematika Pertemua VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusa Tekik Iformatika UPN Vetera Yogyakarta Metode pembuktia utuk peryataa perihal bilaga bulat adalah iduksi matematik. Cotoh

Lebih terperinci

Homomorfisma Pada Semimodul Atas Aljabar Max-Plus

Homomorfisma Pada Semimodul Atas Aljabar Max-Plus Homomorfisma Pada Semimodul Atas Aljabar Max-Plus A 14 Oleh : Musthofa Jurusa Pedidika Matematika FMIPA UNY Abstrak Kosep homorfisma telah bayak dibahas pada beberapa struktur aljabar yaitu pada ruag vektor

Lebih terperinci

Induksi Matematik dan Teorema Binomial

Induksi Matematik dan Teorema Binomial Modul Iduksi Matematik da Teorema Biomial Sukirma I PENDAHULUAN duksi matematik merupaka salah satu metode pembuktia dari bayak teorema dalam Teori Bilaga maupu dalam mata kuliah matematika laiya. Sedagka

Lebih terperinci

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B. Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari A ke B kita meuliska f : A

Lebih terperinci

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25 head office : Kompleks Sawaga Permai Blok A5 No.1A, Sawaga, Depok 16511 Telp.01-951 1160. cotact perso : 0-878787-1-8585 / 081-8691-10 Bidag Studi Kode Berkas Waktu : Matematika : MA-L01 (solusi) : 90

Lebih terperinci

ANALISIS REAL I. Disusun Oleh : La Ode Muhammad Agush Salam. Dipergunakan untuk Mahasiswa S1 Prog. Studi Pend. Matematika Jurusan PMIPA

ANALISIS REAL I. Disusun Oleh : La Ode Muhammad Agush Salam. Dipergunakan untuk Mahasiswa S1 Prog. Studi Pend. Matematika Jurusan PMIPA Had Out MATA KULIAH ANALISIS REAL I Disusu Oleh : La Ode Muhammad Agush Salam Diperguaka utuk Mahasiswa S Prog. Studi Ped. Matematika Jurusa PMIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA MODUL BEBAS DENGAN MODUL DILIHAT DARI SIFAT-SIFAT HOMOMORFISME MODUL

KETERKAITAN ANTARA MODUL BEBAS DENGAN MODUL DILIHAT DARI SIFAT-SIFAT HOMOMORFISME MODUL KETERKAITAN ANTARA MODUL BEBAS DENGAN MODUL DILIHAT DARI SIFAT-SIFAT HOMOMORFISME MODUL Khusul Afifa 1, Abdussakir 2 1 Mahasiswa Jurusa Matematika UIN Maulaa Malik Ibrahim Malag 2 Dose Jurusa Matematika

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 1, 41-48, April 2003, ISSN : MATRIKS STOKASTIK GANDA DAN SIFAT-SIFATNYA

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 1, 41-48, April 2003, ISSN : MATRIKS STOKASTIK GANDA DAN SIFAT-SIFATNYA JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No., 4-48, April 00, ISSN : 40-858 MATRIKS STOKASTIK GANDA DAN SIFAT-SIFATNYA Suryoto Jurusa Matematika F-MIPA Uiversas Dipoegoro Semarag Abstrak Suatu matriks tak

Lebih terperinci

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4007 Matematika III Fugsi Kompleks (Pertemua XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusa Tekik Sipil Fakultas Tekik Uiversitas Brawijaya Pedahulua Persamaa x + 1 = 0 tidak memiliki akar dalam himpua bilaga real. Pertayaaya,

Lebih terperinci

Bab 2. Sistem Bilangan Real Aksioma Bilangan Real Misalkan adalah himpunan bilangan real, P himpunan bilangan positif dan fungsi + dan.

Bab 2. Sistem Bilangan Real Aksioma Bilangan Real Misalkan adalah himpunan bilangan real, P himpunan bilangan positif dan fungsi + dan. Bab Sistem Bilaga Real.. Aksioma Bilaga Real Misalka adalah himpua bilaga real, P himpua bilaga positif da fugsi + da. dari ke da asumsika memeuhi aksioma-aksioma berikut: Aksioma Lapaga Utuk semua bilaga

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS. Abstrak

SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS. Abstrak Prosidig Semiar Nasioal Peelitia, Pedidika da Peerapa MIPA, Fakultas MIPA, Uiversitas Negeri Yogyakarta, 4 Mei 0 SISTEM PERSAMAAN LINEAR PADA ALJABAR MIN-PLUS Musthofa Jurusa Pedidika Matematika FMIPA

Lebih terperinci

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar 1 0 Himpua Kritis Pada Graph Caterpillar Chairul Imro, Budi Setiyoo, R. Simajutak, Edy T. Baskoro {imro-its,budi}@matematika.its.ac.id, {rio,ebaskoro}@ds.math.itb.ac.id Ues, Semarag, 4 7 Juli 006 Abstrak

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET Pertemua 7. BAHAN AJAR ANALISIS REAL Matematika STKIP Tuaku Tambusai Bagkiag 5. da kekovergeaya 5. DERET Diberika sebuah barisa a, dapat didefeisika barisa bilaga real S N dega S N := N a = a + a 2 +...

Lebih terperinci

ANALISIS RIIL I. Disusun oleh Bambang Hendriya Guswanto, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si.

ANALISIS RIIL I. Disusun oleh Bambang Hendriya Guswanto, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si. ANALISIS RIIL I Disusu oleh Bambag Hedriya Guswato, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab IV. Penderetan Fungsi Kompleks

Bab IV. Penderetan Fungsi Kompleks Bab IV Pedereta Fugsi Kompleks Sebagaimaa pada fugsi real, fugsi kompleks juga dapat dideretka pada daerah kovergesiya. Semua watak kajia kovergesi pada fugsi real berlaku pula pada fugsi kompleks. Secara

Lebih terperinci

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada 8 BAB III RUANG HAUSDORFF Pada bab ii aka dibahas megeai ruag Hausdorff, kekompaka pada ruag Hausdorff da ruag regular legkap. Pembahasa diawali dega medefiisika Ruag Hausdorff da beberapa sifatya kemudia

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

BAB 4 LIMIT FUNGSI Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah

BAB 4 LIMIT FUNGSI Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah BAB LIMIT FUNGSI Stadar Kompetesi Megguaka kosep it ugsi da turua ugsi dalam pemecaha masalah Kompetesi Dasar. Meghitug it ugsi aljabar sederhaa di suatu titik. Megguaka siat it ugsi utuk meghitug betuk

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN KOMPLEKS

BAB I BILANGAN KOMPLEKS BAB I BILANGAN KOMPLEKS Di dalam bab ii, kita aka meelidiki struktur aljabar da geometri dari sistim bilaga kompleks. Kita aggap bahwa berbagai sifat ag berhubuga dega bilaga real sudah diketahui.. PENJUMLAHAN

Lebih terperinci

Modul Kuliah statistika

Modul Kuliah statistika Modul Kuliah statistika Dose: Abdul Jamil, S.Kom., MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA Bab 2 Populasi da Sampel 2.1 Populasi Populasi merupaka keseluruha pegamata

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT SEMIGRUP SIMETRIS INTERVAL

SIFAT-SIFAT SEMIGRUP SIMETRIS INTERVAL SIFAT-SIFAT SEMIGRUP SIMETRIS INTERVAL Riza Febri Yusma Sri Gemawati Asli Sirait *riza_febri@yahoo.com Mahasiswa Program S Matematika Dose Jurusa Matematika Fakultas Matematika da Ilmu Pegetahua Alam Uiveritas

Lebih terperinci

GRUP TERURUT PARSIAL PADA MATRIKS SIMETRI BERUKURAN 2 2

GRUP TERURUT PARSIAL PADA MATRIKS SIMETRI BERUKURAN 2 2 Jural LOG!K@, Jilid 7, No, 7, Hal 46-5 ISSN 978 8568 GRU ERURU ARSIAL ADA MARIKS SIMERI BERUKURAN Irmatul Hasaah Uiversitas Islam Negeri Sulta Maulaa Hasauddi Bate Email: irmatulhasaah@uibateacid Abstract:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi suatu ring serta

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi suatu ring serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ii aka dibahas megeai defiisi suatu rig serta beberaa sifat yag dierluka dalam embahasa oliomial ermutasi Pejelasa megeai rig dimulai dega defiisi dari suatu sistem matematika

Lebih terperinci

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari.

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari. Selag Kepercayaa Cotoh Besar Jika ukura cotoh (sample size) besar, maka meurut Teorema Limit Pusat, bayak statistik megikuti/mempuyai sebara yag medekati ormal (dapat diaggap ormal). Artiya jika adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1 Barisa Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 9/0/06 Matematika Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka susua dari bilaga bilaga yag urutaya berdasarka bilaga

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN JURAL MATEMATKA DA KOMPUTER Vol. 6. o., 77-85, Agustus 003, SS : 40-858 DSTRBUS WAKTU BERHET PADA PROSES PEMBAHARUA Sudaro Jurusa Matematika FMPA UDP Abstrak Dalam proses stokhastik yag maa kejadia dapat

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT Jural Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 12 22 ISSN : 2303 2910 c Jurusa Matematika FMIPA UNAND SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT ENIVA RAMADANI

Lebih terperinci

ANALISIS REAL I DAN II

ANALISIS REAL I DAN II Catata Selama Kuliah ANALISIS REAL I DAN II Sebuah terjemaha dari sebagia buku Itroductios to Real Aalysis karaga Robert G. Bartle Drs. Jafar., M.Si Prited by: Abu Musa Al Khwarizmi KOMUNITAS STUDI AL

Lebih terperinci

ANALISIS REAL I PENGANTAR. (Introduction to Real Analysis I) M. Zaki Riyanto, S.Si DIKTAT KULIAH ANALISIS

ANALISIS REAL I PENGANTAR. (Introduction to Real Analysis I) M. Zaki Riyanto, S.Si DIKTAT KULIAH ANALISIS DIKTAT KULIAH ANALISIS PENGANTAR ANALISIS REAL I (Itroductio to Real Aalysis I) M Zaki Riyato, SSi e-mail: zaki@mailugmacid http://zakimathwebid COPYRIGHT 008-009 Pegatar Aalisis Real I HALAMAN PERSEMBAHAN

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar (pengertian) yang akan digunakan dalam. pembahasan penelitian. 2.

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar (pengertian) yang akan digunakan dalam. pembahasan penelitian. 2. II. LANDASAN TEORI Pada bab ii aka diberika beberapa kosep dasar (pegertia) yag aka diguaka dalam pembahasa peelitia 2.1 Ruag Vektor Defiisi 3.1.1 (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif da

Lebih terperinci

RING MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF. Achmad Abdurrazzaq, Ari Wardayani, Suroto Universitas Jenderal Soedirman

RING MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF. Achmad Abdurrazzaq, Ari Wardayani, Suroto Universitas Jenderal Soedirman JMP : Volume 7 Nomor 1, Jui 2015, hal 11-18 RING MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Achmad Abdurrazzaq, Ari Wardayai, Suroto razzaqgaesha@gmailcom Uiversitas Jederal Soedirma ABSTRACT This paper discusses a matrices

Lebih terperinci

Matematika Terapan Dosen : Zaid Romegar Mair, ST., M.Cs Pertemuan 3

Matematika Terapan Dosen : Zaid Romegar Mair, ST., M.Cs Pertemuan 3 Matematika Terapa Dose : Zaid Romegar Mair ST. M.Cs Pertemua 3 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Jl. Koloel Wahid Udi Lk. I Kel. Kayuara Sekayu 30711 web:www.polsky.ac.id mail: polsky@polsky.ac.id Tel.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang 2 LANDASAN TEORI Ruag Cotoh, Kejadia, da Peluag Percobaa acak adalah suatu percobaa yag dapat diulag dalam kodisi yag sama, yag hasilya tidak dapat diprediksi secara tepat tetapi dapat diketahui semua

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH Pertemuan I: Pengenalan Matematika Ekonomi dan Bisnis

CATATAN KULIAH Pertemuan I: Pengenalan Matematika Ekonomi dan Bisnis CATATAN KULIAH Pertemua I: Pegeala Matematika Ekoomi da Bisis A. Sifat-sifat Matematika Ekoomi 1. Perbedaa Matematika vs. Nomamatematika Ekoomi Keutuga pedekata matematika dalam ilmu ekoomi Ketepata (Precise),

Lebih terperinci

Solusi Pengayaan Matematika

Solusi Pengayaan Matematika Solusi Pegayaa Matematika Edisi 11 Maret Peka Ke-, 2007 Nomor Soal: 101-110 101. Bilaga desimal 0,7777 diyataka dalam hasil bagi bilaga rasioal sebagai a b, dega a da b relatif prima. Nilai dari ab A.

Lebih terperinci

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika BARISAN DAN DERET BILANGAN Peyusu: Atmii Dhoruri, MS Kode: Jejag: SMP T/P: / A. Kompetesi yag diharapka. Meetuka suku ke- barisa aritmatika da barisa geometri. Meetuka jumlah suku pertama deret aritmatika

Lebih terperinci

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI Oleh: Sutopo Jurusa Fisika FMIPA UM sutopo@fisika.um.ac.id Ditulis pada sekitar bula Maret 2011. Diuggah pada 3 Desember 2011 PROBLEM Gambar di bawah ii meyataka

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 0 Prestasi itu diraih buka didapat!!! SOLUSI SOAL Bidag Matematika Disusu oleh : Eddy Hermato, ST Olimpiade Matematika Tk

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang II. LANDASAN TEORI Pada bab ii aka diberika beberapa istilah, defiisi serta kosep-kosep yag medukug dalam peelitia ii. 2.1 Kosep Dasar Teori Graf Berikut ii aka diberika kosep dasar teori graf yag bersumber

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-3 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-3 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini Aritmetika odular da Aritmetika Sosial ARITETIKA ODULAR DAN ARITETIKA SOSIAL podul p p3p p p PENDAHULUAN odul ii adalah modul ke-3 dalam mata kuliah atematika. Isi modul ii membahas tetag aritmetika modular

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 14 Februari 2014

Hendra Gunawan. 14 Februari 2014 MA20 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 203/204 4 Februari 204 Sasara Kuliah Hari Ii 9. Barisa Tak Terhigga Memeriksa kekovergea suatu barisa da, bila mugki, meghitug limitya 9.2 Deret Tak Terhigga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. , membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan operasi pergandaan matriks baku. Himpunan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. , membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan operasi pergandaan matriks baku. Himpunan bagian dari BB I PENDHULUN. Latar Belakag Masalah Struktur rig (gelaggag) R adalah suatu himpua R yag kepadaya didefiisika dua operasi bier yag disebut pejumlaha da pergadaa yag memeuhi aksioma-aksioma tertetu, yaitu:

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2013/2014 12 Februari 2014 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 82 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg

Lebih terperinci

DISTRIBUSI KHUSUS YANG DIKENAL

DISTRIBUSI KHUSUS YANG DIKENAL 0 DISTRIBUSI KHUSUS YANG DIKENAL Kita sudah membahas fugsi peluag atau fugsi desitas, baik defiisiya maupu sifatya. Fugsi peluag atau fugsi desitas ii merupaka ciri dari sebuah distribusi, artiya fugsi

Lebih terperinci

Selang Kepercayaan (Confidence Interval) Pengantar Penduga titik (point estimator) telah dibahas pada kuliah-kuliah sebelumnya. Walau statistikawan

Selang Kepercayaan (Confidence Interval) Pengantar Penduga titik (point estimator) telah dibahas pada kuliah-kuliah sebelumnya. Walau statistikawan Selag Kepercayaa (Cofidece Iterval) Pegatar Peduga titik (poit estimator) telah dibahas pada kuliah-kuliah sebelumya. Walau statistikawa telah berusaha memperoleh peduga titik yag baik, amu hampir bisa

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b.

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b. Didowload dari ririez.blog.us.ac.id HALAMAN 36 37 5. Dega defiisi limit barisa buktika limit berikut ii : a. lim = 0 lim 1 2 + 3 = 0 > 0 h 1 = 2 + 3 0 = 1 2 + 3 1 2 1 2 1 2 < jadi terbukti bahwa lim =

Lebih terperinci

Kalkulus Rekayasa Hayati DERET

Kalkulus Rekayasa Hayati DERET Kalkulus Rekayasa Hayati DERET 1 Isi Bab Pedahulua Barisa tak-higga Deret tak-higga Deret Positif : Uji kekovergea Deret Gati Tada Deret Pagkat Deret Taylor da Maclauri 2 Kompetesi Dasar Setelah megikuti

Lebih terperinci

Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma untuk Menghitung Bilangan Fibonacci

Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma untuk Menghitung Bilangan Fibonacci Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma utuk Meghitug Bilaga Fiboacci Gregorius Roy Kaluge NIM : 358 Program Studi Tekik Iformatika, Istitut Tekologi Badug Jala Gaesha, Badug e-mail: if8@studets.if.itb.ac.id,

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013 IfiityJural Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwagi Badug, Vol 2, No.1, Februari 2013 KEKONTINUAN FUNGSI PADA RUANG METRIK Oleh: Cece Kustiawa Jurusa Pedidika Matematika FPMIPA UPI, cecekustiawa@yahoo.com

Lebih terperinci