Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Melalui Poster Dengan Partisipasi Siswa di Kabupaten Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

Indah Nursuprianah, Darsono

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM BERBANTUAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TERPROGRAM DALAM PEMBENTUKAN MINAT BELAJAR SISWA

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

IV. METODE PENELITIAN

PENERAPAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA

III. METODOLOGI PENELITIAN

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Eviani Damastuti-Penerapan Strategi KWL untuk..

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

IV. METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

Jl. Tamansari No.1 Bandung

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 7-11

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

UJI BREDENKAMP, HILDEBRAND, KUBINGER DAN FRIEDMAN

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR LOKASI DAN PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PRODUK

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

Unnes Science Education Journal

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

III METODE PENELITIAN

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

B a b 1 I s y a r a t

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sukoharjo. Permasalahan yang dibahas pada penelitian yang dilakukan Yuri

IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Transkripsi:

Beria Kedokeran Masyaraka Vol. 28, No. 1, Mare 2012 Peningkaan Pengeahuan dan Sikap Terhadap Bahaya Rokok Bagi Kesehaan Melalui Poser Dengan Parisipasi Siswa di Kabupaen Goronalo The Increased of Knowledge and Aiude Toward he Danger of Smoking on Healh Through Poser Wih Sudens Paricipaion a Disric of Goronalo Famawai Mohamad 1, Yayi Suryo Prabandari 2, Agus Priyano 3 1 Polieknik Kesehaan Goronalo 2 Program Sudi Perilaku dan Promosi Kesehaan, FK UGM, Yogyakara 3 Dinas Kesehaan Provinsi Daerah Isimewa Yogyakara ABSTRACT Background: Smoking can bring serious impac on human s healh. The habi of smoking from eenage period has he probabiliy 50:50 o die a young age due o diseases associaed wih smoking. Therefore effors o promoe healh on he danger of smoking are direced more o eenagers since hey are he main arge of cigaree indusry. Los of media ha deliver healh massages are currenly no disribued. I is necessary o have paricipaion of he arge in developing media of healh messages such as poser o overcome his problem. Objecive: To idenify impac of healh educaion mehod hrough paricipaory posers o increase knowledge and aiude of sudens oward he danger of smoking for healh, and find ou he differen impac of healh educaion mehod using paricipaory posers and wihou poser in increasing knowledge and aiude of sudens oward he danger of smoking on healh. Mehod: The sudy was quasi experimen ha used pre-es pos-es wih conrol group design. Paricipans of he sudy were sudens of SMP Negeri 1 Limboo Bara, SMP Negeri 2 Telaga and SMP Negeri 3 Limboo. Samples were aken purposively. Daa were obained hrough quesionnaire of knowledge and aiude and analyzed using paired -es and independen -es. Resul: Average increase of knowledge and aiude was significan found among hree groups. The highes increase of knowledge was found in he paricipaory poser group and he highes increase of aiude was found in he sicking poser group. Difference in average knowledge of he hree groups was significan, bu no in average aiude (p>0.05). Conclusion: Paricipaory poser mehod was more effecive in improving knowledge of sudens abou he danger of smoking han aiude. This mehod could be an alernaive in he socializaion of he danger of smoking for healh. Keywords: knowledge, aiude, smoking, poser, healh educaion Pendahuluan Rokok merupakan barang yang berbahaya unuk dikonsumsi oleh manusia karena dapa membahayakan kesehaan. Konsumsi rokok di Indonesia menempai posisi keiga eringgi di dunia. 1 Dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, Provinsi Goronalo menduduki keiga besar prevalensi perokok umur 10 ahun ke aas. 2 Di anara lima kabupaen/koa yang ada di Provinsi Goronalo, Kabupaen Goronalo adalah daerah yang persenase usia mulai merokok pada remaja yang paling inggi. 2 Beberapa program besar pencegahan merokok di sekolah menunjukkan hasil yang baik pada percobaan awal, eapi efekivias program-program ini ampak menurun dengan cepa sesudah percobaan ersebu selesai (khususnya karena kekurangan dana, pelaihan berkelanjuan yang lemah, dan menurunnya mina). Terdapa buki yang kua bahwa sekolah dapa membua perbedaan, bahkan sekalipun hanya dalam menunda umur memulai merokok. 3 Dalam penyampaian pesan kesehaan, penggunaan meode dan media pendidikan harus sesuai dan mudah dierima oleh sasaran. 4 Bahan ceak seperi pamfle, leafle, dan poser merupakan program pendidikan kesehaan dengan jenis perminaan yang inggi selama berahun-ahun 5, eapi banyak diemui yang hanya menempai rakrak dan papan bulein anpa disribusi yang memadai ke sasaran. Permasalahan ini perlu diupayakan sraegi promosi kesehaan. Salah sau sraegi promosi kesehaan adalah pemberdayaan masyaraka. Harapan dari upaya ini adanya parisipasi sasaran 20 Beria Kedokeran Masyaraka, Vol. 28, No. 1, Mare 2012

Peningkaan Pengeahuan dan Sikap Terhadap Bahaya Rokok, Famawai Mohamad, dkk. agar dapa mengaasi masalah dalam pengadaan media promosi kesehaan. Elemen pening dari promosi kesehaan adalah parisipasi akif dari masyaraka. 6 Poser adalah salah sau jenis media promosi kesehaan yang dapa dikombinasikan dengan meode parisipasi siswa. Poser merupakan media grafis yang ermasuk salah sau media visual 7, yang eknik pembuaannya unik sehingga dapa mengembangkan kreaivias siswa dalam membua media kesehaan unuk mensosialisasikan bahaya rokok bagi kesehaan di lingkungan sekolah. Berdasarkan uraian ersebu, penulis merumuskan permasalahan peneliian ini sebagai beriku: Apakah pendidikan kesehaan dengan melibakan parisipasi dalam membua media poser enang bahaya rokok, akan lebih meningkakan pengeahuan dan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan di Kabupaen Goronalo dibandingkan dengan pendidikan kesehaan diambah dengan poser empel aau pendidikan kesehaan saja (anpa poser)?. Tujuan peneliian adalah: 1) mengeahui pengaruh pendidikan kesehaan dengan melibakan parisipasi remaja dalam pembuaan media poser enang bahaya rokok dalam meningkakan pengeahuan dan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan, 2) mengeahui perbedaan pengaruh meode pendidikan kesehaan dan poser parisipaori, dibandingkan dengan meode pendidikan kesehaan dan poser empel dalam meningkakan pengeahuan dan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan, 3) mengeahui perbedaan pengaruh meode pendidikan kesehaan dan poser parisipaori dibandingkan dengan meode pendidikan kesehaan dalam meningkakan pengeahuan dan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Bahan dan Cara Peneliian Peneliian ini merupakan peneliian eksperimen semu (quasi experimenal) dengan rancangan pre es pos es. Peneliian dilakukan pada sekolah menengah perama (SMP) di daerah Kabupaen Goronalo yang memiliki persenase paling inggi unuk usia mulai merokok pada remaja. Dari 115 SMP yang ada di Kabupaen Goronalo, dipilih iga sekolah yang mempunyai karakerisik sama sesuai dengan eknik pengambilan sampel secara purposive. Keiga sekolah yang erpilih adalah SMP Negeri 1 sebagai kelompok pendidikan kesehaan dengan poser parisipaori, SMP Negeri 2 sebagai kelompok pendidikan kesehaan dengan poser empel, dan SMP Negeri 3 sebagai kelompok pendidikan kesehaan. Sampel dalam peneliian ini adalah siswa kelas 2 yang memenuhi krieria inklusi dengan jumlah 48 responden pada kelompok pendidikan kesehaan dengan poser parisipaori, 42 responden pada kelompok pendidikan kesehaan dengan poser empel dan 40 responden pada kelompok pendidikan kesehaan. Variabel bebas peneliian adalah pendidikan kesehaan, poser parisipaori, dan poser empel. Variabel erika adalah pengeahuan dan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Variabel erkendali adalah umur dan jenis kelamin. Pengumpulan daa dilakukan dengan pemberian pre es sebelum inervensi dan pos es seelah inervensi unuk meliha peningkaan pengeahuan dan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Daa dianalisis dengan uji paired es dan uji independen es unuk meliha peningkaan dan perbandingannya pada kelompok eksperimen dan konrol. Hasil Peneliian dan Pembahasan Karakerisik responden dan uji homogenias Responden yang menjadi objek peneliian adalah laki-laki dan perempuan dengan persenase yang hampir sama pada keiga kelompok, semenara umur juga memiliki persenase yang hampir sama dengan usia anara 12-16 ahun. Dari karakerisik responden dilakukan uji homogenias. Hasil analisis uji homogenias umur dan jenis kelamin pada keiga kelompok idak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Pengeahuan dan sikap siswa sebelum diberikan inervensi juga idak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05), sehingga dapa dikaakan bahwa keiga kelompok berangka dari iik olak yang sama. Secara jelas karakerisik dan homogenias pada keiga kelompok erliha pada Tabel 1. Peningkaan pengeahuan dan sikap Analisis pengeahuan pada masing-masing kelompok menunjukkan bahwa erdapa peningkaan yang signifikan (p < 0,05). Reraa, simpangan baku pengeahuan siswa sebelum dan seelah inervensi pada keiga kelompok peneliian disampaikan pada Tabel 2. Beria Kedokeran Masyaraka, Vol. 28, No. 1, Mare 2012 21

Beria Kedokeran Masyaraka Vol. 28, No. 1, Mare 2012 Tabel 1. Karakerisik dan Homogenias Penkes & poser Penkes & poser Pendidikan parisipaori empel kesehaan Kararakerisik (n = 48) (n = 42) (n = 40) 2 p N % N % N % (mean±sd) (mean±sd) (mean±sd) Umur 13,58 ±,846 13,55 ±,739 13,8 ±,822 0,83 0,66 Jenis kelamin - laki-laki - perempuan 22 26 45,83 54,17 22 20 22 20 23 17 57,5 42,5 1,21 0,55 Pengeahuan 12,92 ± 2,11 13,93 ± 2,06 12,45 ± 1,63 3,07 0,22 Sikap 56,67 ± 4,99 50,69 ± 7,08 51,43 ± 6,33 5,38 0,07 Tabel 2. Pengeahuan siswa sebelum dan sesudah inervensi Pre es Pos es Selisih (mean±sd) (mean±sd) reraa (CI) Penkes & poser parisipaori Penkes & poser empel Pendidikan Kesehaan 12,92 ± 2,11 16,96 ± 1,61 4,04 (3,22-4,86) 13,93 ± 2,06 16,74 ± 1,19 2,81 (3,52-2,09) 12,45 ± 1,63 14,47 ±1,35 2,025 (1,35-2,69) 9,87 0,00 7,96 0,00 6,08 0,00 Hasil uji variabel sikap siswa sebelum inervensi (pre es) dan seelah inervensi (pos es) pada seluruh kelompok juga menunjukkan peningkaan yang signifikan (p < 0,05). Reraa dan simpangan baku sikap siswa sebelum dan seelah inervensi pada keiga kelompok peneliian disajikan pada Tabel 3. Analisis aas variabel pengeahuan dan sikap pada Tabel 2 dan 3 erliha bahwa pada kelompok eksperimen dengan pendidikan kesehaan dan poser parisipaori dapa meningkakan pengeahuan dan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Unuk iu, hasil ersebu menjawab hipoesis 1, yaiu pendidikan kesehaan dengan melibakan parisipasi siswa dalam pembuaan poser bahaya rokok dapa meningkakan pengeahuan dan sikap erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Pengeahuan dan sikap siswa pada kelompok pendidikan kesehaan dengan poser parisipaori meningka karena informasi pendidikan kesehaan dan keikuseraan siswa dalam pembuaan poser enang bahaya rokok bagi kesehaan. Meode poser parisipaori yang digunakan dalam peneliian ini dapa dikelompokkan ke dalam meode pembelajaran konsrukivisme. Konsrukivisme adalah belajar dengan proses akif dan erjadi di lingkungan luar kelas, bekerja dengan eman dalam konsruksi sosial yang berari bagi dirinya. 8 Keikuseraan siswa dalam pembuaan poser parisipaori melalui pencarian maeri erkai dengan bahaya rokok memberi informasi pendidikan kesehaan pada siswa yang secara idak langsung meningkakan pengeahuan dan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan dalam proses pembuaan poser parisipaori. Peningkaan ini dapa membawa dampak pada upaya pencegahan perilaku merokok pada siswa. Beberapa program besar pencegahan merokok di sekolah elah banyak dilakukan dan menunjukkan Penkes & poser parisipaori Penkes & poser empel Pendidikan Kesehaan Tabel 3. Sikap siswa sebelum dan sesudah inervensi Pre es Pos es Selisih Mean Mean reraa (SD) (SD) (CI) 56,67 ± 4,99 60,42 ± 7,32 3,75 2,79 0,00 (1,06-6,44) 50,69 ± 7,08 56,90 ± 6,16 6,21 5,04 0,00 (3,72-8,71) 51,43 ± 6,33 53,55 ± 5,04 2,125 1,91 0,03 (1,35-2,69) 22 Beria Kedokeran Masyaraka, Vol. 28, No. 1, Mare 2012

Peningkaan Pengeahuan dan Sikap Terhadap Bahaya Rokok, Famawai Mohamad, dkk. hasil yang baik pada percobaan awal, eapi efekivias program-program ini menurun dengan cepa sesudah percobaan ersebu selesai (khususnya karena kekurangan dana, pelaihan berkelanjuan yang lemah dan menurunnya mina). Di anara iga inervensi yang diberikan pada keiga kelompok, pendidikan kesehaan dan poser parisipaori memiliki ingka efisiensi dan efekivias yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan kesehaan dan poser empel, dan pendidikan kesehaan karena proses pembuaannya murah dan erbuki efekif meningkakan pengeahuan dan sikap siswa enang bahaya rokok bagi kesehaan. Perbedaan peningkaan pengeahuan dan sikap pada kelompok pendidikan kesehaan kelompok pendidikan kesehaan dan poser empel Hasil analisis menunjukkan bahwa erdapa perbedaan besaran selisih reraa anara kelompok pendidikan dengan kelompok pendidikan kesehaan dan poser empel. Perbedaan peningkaan skor pengeahuan anara kedua kelompok ersebu disajikan pada Tabel 4. Peningkaan pengeahuan anara kelompok pendidikan dengan kelompok pendidikan kesehaan dan poser empel memiliki perbedaan selisih reraa 1,23 (p < 0,05), dengan peningkaan eringgi erjadi pada kelompok pendidikan kesehaan dan poser parisipaori. Hasil ini menjawab hipoesis kedua dierima, yaiu meode pendidikan kesehaan dengan poser parisipaori (poser akif) lebih meningkakan pengeahuan siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan dibandingkan dengan meode pendidikan kesehaan dengan poser empel. Nilai selisih reraa yang lebih inggi pada kelompok pendidikan kesehaan dan poser parisipaori disebabkan oleh keikuseraan, ineraksi siswa dan kerja sama dalam proses pembuaan poser parisipaori yang anpa disadari meningkakan pengeahuan siswa iu sendiri enang bahaya rokok. Ineraksi siswa melalui diskusi dan kerja sama dalam pembuaan poser parisipaori merupakan benuk sisem belajar kelompok. Belajar kelompok mengembangkan cara orang berineraksi dengan orang lain melalui cara-cara yang berbeda. 9 Ini lebih baik dari belajar individu yang mempunyai keerbaasan individu. Keikuseraan siswa secara akif dalam mencari informasi bahaya rokok lebih baik dalam meningkakan pengeahuan dibandingkan dengan kelompok pendidikan kesehaan dengan poser empel yang hanya berperan secara pasif dalam menerima pesan enang bahaya rokok pada poser empel yang disediakan penelii. Dengan demikian, dapa disimpulkan bahwa, orang akan dapa belajar dengan baik bila mereka erliba secara akif dalam proses belajar dan bukan hanya erliba mendengarkan aau meliha secara pasif. 10 Semenara, pada variabel sikap juga menunjukkan perbedaan peningkaan pada kelompok pendidikan dengan kelompok pendidikan kesehaan dan poser empel. Perbedaan selisih reraa ini, disampaikan pada Tabel 5. Tabel 5 memperlihakan bahwa kelompok pendidikan kesehaan dan poser empel memiliki pe- Tabel 4. Perbedaan selisih reraa pengeahuan kelompok pendidikan kesehaan kelompok pendidikan kesehaan dan poser empel Selisih reraa Perbedaan selisih reraa (SD) (CI) Pendidikan kesehaan & poser parisipaori 4,04 ± 2,83 1,23 Pendidikan kesehaan & poser empel 2,81 ± 2,28 (0,143-2,32) 2,25 0,01 Tabel 5. Perbedaan selisih reraa sikap kelompok pendidikan kesehaan kelompok pendidikan kesehaan dan poser empel Selisih reraa Perbedaan selisih reraa (SD) (CI) Pendidikan kesehaan & poser parisipaori 3,75 ± 9,28-2,46 Pendidikan kesehaan & poser empel 6,21 ± 7,99 (-6,119-1,191) -1,34 0,91 Beria Kedokeran Masyaraka, Vol. 28, No. 1, Mare 2012 23

Beria Kedokeran Masyaraka Vol. 28, No. 1, Mare 2012 ningkaan yang lebih inggi dibandingkan dengan kelompok pendidikan kesehaan dan poser parisipaori. Berdasarkan hasil ini maka, hipoesis kedua yang menyaakan meode pendidikan kesehaan dan poser parisipaori (poser akif) lebih meningkakan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan dibandingkan dengan meode pendidikan kesehaan dengan poser empel diolak. Namun demikian, secara saisik perbedaan selisih reraa anara kelompok pendidikan kesehaan kelompok pendidikan kesehaan dengan poser empel idak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Hasil ini menyimpulkan bahwa poser parisipaori memiliki kemampuan yang sama dalam meningkakan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Perubahan sikap berganung pada sejauh mana pesan yang disampaikan diperhaikan, dipahami, dan dierima. 11 Pada kelompok poser empel, media yang digunakan merupakan media yang eknik pembuaannya menggunakan program dengan eknik disain yang profesional, semenara poser parisipaori eknik pembuaannya hanya menggunakan disain yang sederhana. Walaupun demikian, dampak pesan yang disampaikan pada poser ersebu idak menunjukkan perbedaan pada peningkaan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Hal ini dapa erliha pada perbedaan selisih reraa yang idak signifikan pada kedua kelompok. Dengan kaa lain, poser parisipaori memiliki kemampuan yang hampir sama dalam meningkakan sikap walaupun menggunakan eknik dan desain sederhana. Poser harus menarik perhaian dan kesederhanaan biasanya yang erbaik. 12 Namun, dalam proses pembuaan poser parisipaori ada kelemahan yang erliha dan mendukung peningkaan sikap yang lebih rendah pada kelompok poser parisipaori dibandingkan dengan kelompok poser empel. Saa diskusi pembuaan poser, anara kelompok sau dan lainnya idak mau berbagi hasil maeri yang didapakan dengan kelompok lain karena adanya kekhawairan diconoh/dijiplak oleh kelompok lain. Kelemahan ini yang membaasi sharing informasi anarkelompok, sehingga sau kelompok hanya memahami aspek erenu dari bahaya rokok sesuai dengan opik poser yang dipilih, dan idak mendapakan informasi lain dari opik bahaya rokok dari kelompok lainnya. Adanya keerbaasan sharing informasi anarkelompok berdampak pada peningkaan sikap yang lebih rendah pada kelompok pendidikan kesehaan kelompok pendidikan kesehaan dan poser empel. Kelemahan ini sebenarnya dapa menjadi kekuaan dalam meningkakan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Melalui keerbukaan sharing maeri anara kelompok, siswa dapa lebih erpapar dengan maeri lain di luar konsep yang dipilih kelompoknya, dan siswa dapa saling melengkapi maeri poser pada kelompoknya masing-masing. Meliha hal ini maka pendidikan kesehaan dengan poser parisipaori dapa direkomendasikan sebagai inervensi yang baik dalam meningkakan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan, selama ineraksi sharing maeri di anara kelompok dilakukan. Dengan demikian, meode pendidikan kesehaan dan poser parisipaori dapa dijadikan sebagai media alernaif dalam mengaasi keerbaasan media penyampaian pesan kesehaan enang bahaya rokok bagi kesehaan. Parisipaif dapa mengembangkan kesadaran masyaraka dan meningkakan pengeahuan, sera memupuk kebersamaan dalam menghadapi masalah dan memikirkan solusi masalah ersebu. 13 Perbedaan peningkaan pengeahuan dan sikap pada kelompok pendidikan kesehaan kelompok pendidikan kesehaan Perbandingan peningkaan pengeahuan anara kelompok pendidikan kesehaan dan poser parisipaori dengan kelompok pendidikan kesehaan menunjukkan bahwa erdapa perbedaan selisih reraa. Perbedaan selisih reraa pada kedua kelompok disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Perbedaan selisih reraa pengeahuan kelompok pendidikan kesehaan dan poser parisipaori dibandingkan dengan kelompok pendidikan kesehaan Selisih reraa Perbedaan selisih reraa (SD) (CI) Pendidikan kesehaan & poser parisipaori 4,04 ± 2,83 2,02 Pendidikan kesehaan 2,02 ± 2,11 (0,939-3,09) 3,72 0,02 24 Beria Kedokeran Masyaraka, Vol. 28, No. 1, Mare 2012

Peningkaan Pengeahuan dan Sikap Terhadap Bahaya Rokok, Famawai Mohamad, dkk. Hasil analisis pada Tabel 6 menunjukkan erdapa perbedaan peningkaan pengeahuan yang signifikan pada kedua kelompok (p < 0,05), dengan selisih reraa eringgi pada kelompok pendidikan kesehaan dan poser parisipaori (4,04). Hasil ini menjawab hipoesis keiga, yaiu meode pendidikan kesehaan dan poser parisipasi (poser akif) lebih meningkakan pengeahuan siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan dibandingkan dengan meode pendidikan kesehaan. Reraa peningkaan sikap pada kelompok pendidikan dengan kelompok pendidikan kesehaan idak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Analisis perbedaan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 memperlihakan bahwa walaupun idak erdapa perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok, eapi kelompok pendidikan kesehaan dan poser parisipaori memiliki peningkaan yang lebih inggi dibandingkan dengan kelompok pendidikan kesehaan. Unuk iu, hipoesis keiga yang menyaakan meode pendidikan kesehaan dan poser parisipaori (poser akif) lebih meningkakan sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan dibandingkan dengan meode pendidikan kesehaan, dierima. Pemberian pendidikan kesehaan dikenal dua meode yang sering digunakan, yaiu meode didakik dan meode sokraik. 14 Meode didakik merupakan meode yang didasarkan aau dilakukan secara sau arah aau one way mehod. Tingka keberhasilan meode didakik suli dievaluasi karena pesera didik bersifa pasif dan hanya pendidik yang akif. Ceramah merupakan salah sau conoh meode ini. Meode ceramah pada kelompok anpa poser idak memberikan peningkaan pengeahuan dan sikap yang cukup baik dibandingkan dengan kelompok poser parisipaori. Hal ini erjadi karena siswa hanya menjadi pesera pasif dalam menerima pendidikan kesehaan yang disampaikan. Meode sokraik merupakan jenis meode yang ke dua dalam pemberian pendidikan kesehaan. Meode ini dilakukan secara dua arah aau wo ways mehod. Melalui meode ini, anara pendidik dan pesera didik bersikap akif dan kreaif. Adanya poser parisipaori, siswa dapa akif mencari informasi erulis mengenai bahaya rokok erhadap kesehaan. Pada pembuaan poser, siswa dibenuk dalam kelompok sudi kecil yang ermasuk dalam meode sokraik. Meode ini dilakukan dengan membagi kelompok sasaran yang lebih besar menjadi kelompokkelompok kecil yang membahas suau ugas erenu. Keunungan meode ini, selain dapa memberi variasi pada proses belajar, juga dapa digunakan bersama meode lain, misalnya ceramah/penyuluhan. Pendidikan kesehaan dengan eknik kombinasi anara ceramah dan poser parsipaori erbuki dapa meningkakan pengeahuan siswa. Pengeahuan akan memberikan nilai yang lebih unuk sikap siswa erhadap bahaya rokok bagi kesehaan. Pembenukan dan perubahan sikap dapa disebabkan oleh siuasi ineraksi kelompok dan siuasi komunikasi media, semua kejadian ersebu mendapakan pengalaman dan pada akhirnya akan membenuk keyakinan, perasaan, sera kecenderungan berperilaku. 12 Sikap juga dapa erbenuk dari adanya ineraksi sosial yang dialami individu, ineraksi di sini idak hanya berupa konak sosial, eapi melipui juga hubungan anarpribadi sebagai anggoa kelompok sosial. 12 Berdasarkan hasil peningkaan pengeahuan dan sikap yang lebih inggi pada kelompok pendidikan dengan kelompok pendidikan kesehaan, membukikan kebenaran Cogniive Consisency Theory yang menyaakan bahwa pengeahuan yang dimiliki oleh individu akan berpengaruh erhadap erbenuknya sikap. 5 Upaya melibakan parisipasi siswa dalam menghasilkan media promosi berari uru memupuk usaha bersama dalam meningkakan promosi kesehaan di sekolah. Pada koneks pendekaan promosi kesehaan di sekolah, parisipasi siswa dipandang perlu dalam mempromosikan kesehaan di sekolah. 15 Tabel 7. Perbedaan selisih reraa sikap kelompok pendidikan kesehaan kelompok pendidikan kesehaan Selisih reraa (SD) Perbedaan selisih reraa (CI) Pendidikan kesehaan & poser parisipaori 3,75 ± 9,28 1,63 Pendidikan kesehaan 2,13 ± 7,05 (-1,925-5,175)? 0,909 0,18 Beria Kedokeran Masyaraka, Vol. 28, No. 1, Mare 2012 25

Beria Kedokeran Masyaraka Vol. 28, No. 1, Mare 2012 Kesimpulan Pendidikan kesehaan dengan melibakan parisipasi siswa dalam pembuaan poser bahaya rokok dapa meningkakan pengeahuan dan sikap remaja enang bahaya rokok bagi kesehaan. Unuk pengambil kebijakan di Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehaan Kabupaen Goronalo, dapa bekerja sama dan memperimbangkan meode poser parisipasi siswa sebagai media dalam mensosialisasikan bahaya rokok bagi kesehaan dan upaya sosialisasi lainnya pada remaja melalui kurikulum muaan lokal. Bagi sekolah diharapkan dapa memediasi pengembangan wawasan siswa melalui kegiaan, lomba dan penyediaan fasilias penunjang kegiaan pengembangan ersebu. Bagi penelii yang bermina melanjukan peneliian enang poser parisipasi siswa sebagai meode dalam penyampaian pendidikan kesehaan, pengaruh meode ersebu erhadap siswa dapa dijadikan opik unuk peneliian selanjunya. Dafar Pusaka 1. WHO. The Global Tobacco Crisis, WHO Repor on he Global Tobacco Epidemic, Tobacco- Global Agen of Deah, 2008. hp://www.who.in/ obacco/mpower/mpower_repor_obacco_ crisis_2008_pdf. Diakses pada anggal 29 Agusus 2010. 2. Depkes. Rise Kesehaan Dasar (RISKESDAS) 2007, Badan Peneliian dan Pengembangan Kesehaan Deparemen Kesehaan R. CV. Kia Nusa. Jakara, 2008. 3. Crofon J. & Simpson, D. Tembakau Ancaman Global. Jakara: Penerbi PT Ele. Media Kompuindo, Jakara, 2009. 4. Dignan MB and Carr PA. Program Planning Healh Educaion and Promoion. Second Ediion. Lea & Febinger. USA, 1995. 5. Moron SBG, Greene WH, & Golieb NH. Inroducion o Healh Educaion and Healh Promoion, Waveland Press Inc. Lilionis. USA, 1995. 6. Laverack G, Sakyi BE, Hubley J. Paricipaory Learning Maerials for Healh Promoion in Ghana Case Sudy, Healh Promoion Inernaional. Oxford Universiy Press, Prined in Grea Briain, 1997;12(1). 7. Sadiman ASR, Rahardjo, dan Anung H. Media Pendidikan, Pengerian, Pengembangan dan Pemanfaaannya, Raja Grafindo. Jakara, 2003. 8. Subanji. Model-Model Pembelajaran, 2009. hp://www.docsoc.co./docs/3545336. Diakses pada anggal 20 Januari 2011. 9. Ali, Z. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehaan Masyaraka dan Promosi Kesehaan. Trans Info Media. Jakara, 2010. 10. Ewless L. dan Simne I. Promosi Kesehaan Peunjuk Prakis. Gadjah Mada Universiy Press. Yogyakara, 1994. 11. Nooamodjo, S, Promosi Kesehaan Teori dan Ilmu Perilaku Penerbi. PT. Rineka Cipa, Jakara, 2007. 12. Dallen VJ, Gubbels H, Engel C, and Mfenyana K. Effecive Poser Design [Inerne], 2002;79-83. Pracical Advice. Diakses pada anggal 10 April, 2011. 13. Khanlou NB and Peera E. Paricipaory Acion Research: Consideraions for Ehical Review, [Inerne], 2005:2333-40, available from: www.elseiver.com/locae/socscimed. Diakses pada anggal 20 April, 2010) 14. Maulana HDJ. Promosi Kesehaan. Buku Kedokeran EGC. Jakara, 2009. 15. Simovska V. The Changing Meanings of Paricipaion in School-based Healh Educaion and Healh Promoion: The Paricipans Voices, (inerne). 2007:864-78. Available from: hp:// her.oxfordjournals.org. Diakses pada anggal 23 Juli 2010. 26 Beria Kedokeran Masyaraka, Vol. 28, No. 1, Mare 2012