BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis
|
|
- Yanti Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki Tuberculosis paling banyak dan paling mudah melalui udara, oleh karena iu organ yang perama kali diserang adalah organ pernapasan. Selain menular penyaki ersebu juga bisa menyebabkan kemaian. Individu baru dapa masuk ke dalam populasi karena adanya kelahiran dan individu dapa dikaakan keluar dari populasi karena kemaian. Jumlah populasi adalah semua individu yang seha aau renan erhadap penyaki Tuberculosis, individu yang erinfeksi Tuberculosis, dan individu yang elah sembuh seelah erinfeksi Tuberculosis. Individu yang renan akan mengalami kemungkinan, yaiu akan meninggal aaupun akan erinfeksi Tuberculosis. Kemudian individu yang erinfeksi juga mengalami kemungkinan, yaiu individu akan sembuh aau individu akan meninggal. Model maemaika pada penyebaran penyaki Tuberculosis, populasi manusia erbagi menjadi 3 subpopulasi, yaiu individu yang renan (Suscepible), individu yang erinfeksi Tuberculosis (Infecious), dan individu yang sembuh dari penyaki Tuberculosis (Recovered). Individu yang masuk ke dalam subpopulasi Suscepible adalah semua individu yang belum pernah menderia penyaki Tuberculosis. Individu yang ermasuk dalam subpopulasi Infecious adalah semua individu yang menderia Tuberculosis. Sedangkan individu yang ermasuk dalam 39
2 subpopulasi Recovered ialah semua individu yang benar-benar sudah sembuh dari penyaki Tuberculosis. B. Model Maemaika Penyebaran Penyaki Tuberculosis Dalam menyederhanakan model maemaika penyebaran penyaki Tuberculosis, diberikan asumsi-asumsi sebagai beriku : 1. Populasi penduduk bersifa eruup yang arinya perambahan aau pengurangan penduduk hanya dikarenakan oleh kelahiran dan kemaian, sedangkan perambahan dan pengurangan yang disebabkan oleh fakor lain diabaikan.. Populasi bersifa homogen yang arinya seiap individu mempunyai kemungkinan yang sama unuk dapa erjangki penyaki Tuberculosis. 3. Kemaian yang disebabkan oleh fakor lain selain erinfeksi Tuberculosis dianggap sebagai kemaian alami. 4. Individu yang belum erserang penyaki ermasuk ke dalam kelas suscepible. 5. Individu pada kelas recovered idak akan kembali lagi menjadi individu pada kelas infecious. 6. Terjadi kemaian akiba erinfeksi Tuberculosis. Tabel 3.1. Variabel dan parameer yang digunakan dalam model Simbol Definisi Syara N Jumlah populasi pada suau daerah pada saa. N S () Banyaknya individu yang seha dan renan ehadap penyaki Tuberculosis pada saa. S ( ) 4
3 I () R () (Suscepible) Banyaknya individu yang erinfeksi dan dapa menularkan Tuberculosis kepada individu lain. (Infecious) Banyaknya individu yang sembuh seelah erinfeksi Tuberculosis. (Recovered) I ( ) R ( ) Laju kelahiran populasi. Laju kemaian alami. Laju kemaian yang disebabkan oleh penyaki Tuberculosis. b Laju penularan penyaki Tuberculosis. b c Laju individu sembuh seelah erinfeksi c Tuberculosis. Berdasarkan masalah-masalah yang diasumsikan dan parameer yang digunakan maka dapa dibua skema pada penyebaran penyaki Tuberculosis seperi beriku : 41
4 Gambar 3.1. Diagram Alir Model Maemaika Tuberculosis Berdasarkan diagram alir pada Gambar 3.1. akan dibenuk model SIR unuk penyebaran penyaki Tuberculosis adalah : a. Perubahan banyaknya individu suscepible erhadap waku Pada populasi kelas suscepible S erjadi perambahan dan pengurangan jumlah individu. Perambahan banyaknya individu pada kelas ini erjadi karena kelahiran individu, sedangkan pengurangan banyaknya individu erjadi karena kemaian alami individu per sauan waku. Oleh karena iu diperoleh persamaan diferensial sebagai beriku : ds d I b S S. (3.1) N b. Perubahan banyaknya individu yang erinfeksi (infecious) erhadap waku Perubahan banyaknya individu kelas infecious dipengaruhi oleh berambahnya individu yang erlular penyaki Tuberculosis dan berkurangnya individu karena kemaian yang disebabkan oleh fakor lain per sauan waku sera kemaian individu karena penyaki Tuberculosis per sauan waku. 4
5 Selain iu, berkurangnya individu pada kelas infecious juga dipengaruhi oleh individu yang sembuh seelah erjangki penyaki Tuberculosis dengan laju c. Sehingga didapakan persamaan diferensial sebagai beriku : di d I b S I I ci N I = b S ( c) I. N (3.) c. Perubahan banyaknya individu yang sembuh (recovered) erhadap waku Individu pada kelas infecious yang elah sembuh dari penyaki Tuberculosis selanjunya akan masuk ke dalam kelas recovered dengan laju kesembuhan c. Oleh karena iu, diperoleh persamaan diferensial sebagai beriku : dr ci R. (3.3) d Berdasarkan deskripsi dari Persamaan (3.1), (3.), dan (3.3) maka diperoleh sisem persamaan diferensial sebagai beriku : ds I b S S d N di I = b S ( c) I d N dr ci R d (3.4) dengan N S I R. 43
6 C. Analisis Model Penyebaran Penyaki Tuberculosis 1. Tiik Ekuilibrium Pada model maemaika penyebaran penyaki Tuberculosis selanjunya akan dicari iik ekuilibrium dengan cara membua sisem ersebu dalam kondisi ds konsan erhadap waku, yaiu kondisi dimana, d di d, dr dan. d Sehingga dari sisem Persamaan (3.4) diperoleh iik ekuilibrium yang disajikan dalam Teorema 3.1. sebagai beriku : Teorema 3.1. (Eksisensi Tiik Ekuilibrium) a. Jika I, maka Sisem Persamaan (1.4) memiliki iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),,. b. Jika I, maka Sisem Persamaan (1,4) memiliki iik ekuilibrium endemik : b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b dengan syara b c. Buki : ds Sisem Persamaan (3.4) akan mencapai iik ekuilibrium apabila, d di d, dr dan. Sehingga Sisem (3.4) dapa diulis : d I b S S (3.5) N 44
7 I b S ( c) I (3.6) N ci R. (3.7) Berdasarkan Persamaan (3.6), diperoleh : I b S ( c) I N bs I ( c) N I. (3.8) Dan jika I bs N ( c) ( c) S N b ( c)( S I R) S b ( c) S ( c)( I R) S b b b c ( c)( I R) S b b ( c)( I R) S. b c (3.9) a. Dari Persamaan (3.8) dan Persamaan (3.7) diperoleh : ci R 45
8 R R. (3.1) Dari Persamaan (3.5), (3.8) dan (3.1) diperoleh: I b S S N S S. (3.11) Oleh karena iu, diperoleh iik ekuilibrium E ( S, I, R),, sehingga erbuki sisem Persamaan (1.4) memiliki iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),,. b. Unuk seiap I arinya I maka pada Persamaan (3.7) diperoleh : R I. (3.1) c Subsiusikan Persamaan (3.1) pada Persamaan (3.9) diperoleh : c R c ( c) S. b c (3.13) Subsiusikan Persamaan (3.13) pada Persamaan (3.5) diperoleh : R R c ( c) c b N cn b c b c 46
9 c 1 c b c R c c b R c b c cb c cb R. (3.14) Subsiusikan Persamaan (3.14) pada Persamaan (3.1) diperoleh : I cb c c c b I b c cb, I. (3.15) Supaya I maka diperoleh : b c cb b c b b c b c 1 b c 1 b b c 47
10 b c. Subsiusikan Persamaan (3.14) pada Persamaan (3.13) diperoleh : c b c c ( c) S c b cb c ( c) S. b (3.16) Berdasarkan Persamaan (3.14), (3.15), dan (3.16) diperoleh iik ekuilibrium sebagai beriku : b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b dengan syara b c. Jadi erbuki jika I, maka Sisem Persamaan (3,4) memiliki iik ekuilibrium endemik : b b ( c) c c c E1 S, I, R,,. b c b c b. Bilangan Reproduksi Dasar R Bilangan reproduksi dasar R adalah jumlah raa-raa dari kasus sekunder yang disebabkan oleh individu yang erinfeksi selama masa erinfeksinya dalam suau populasi individu renan. Jika R 1 penyaki idak 48
11 menyerang populasi aau erbebas dari infeksi, namun jika R 1 maka seiap penderia sanga mungkin unuk menyebarkan penyaki kepada lebih dari 1 penderia baru, sehingga dapa menyebabkan endemik. Bilangan reproduksi dasar R dapa dienukan menggunakan meode nex generaion marix dari Sisem Persamaan (3.4). Pada model maemaika ersebu, kelas erinfeksi adalah Infecious (I) sehingga persamaan diferensial yang digunakan sebagai beriku: di I = b S ( c) I (3.17) d N maka diperoleh: I b S dan = c I. N Selanjunya dan dilinearisasi, diperoleh hasil linierisasi sebagai beriku: bs bsi F dan V c N N Kemudian akan dicari 1 V diperoleh: V c 1 1 Nex generaion marix diperoleh dari hasil perkalian F dan 1 V sebagai beriku: 49
12 K bs bsi bs bsi 1 N N. 1 FV N N c c (3.18) Pada awal kemunculan penyaki pada populasi, hampir semua individu renan erhadap penyaki, sehingga S pada Persamaan (3.18) dapa didekai dengan menggunakan iik ekuilibrium bebas penyaki. Sehingga langkah selanjunya, yaiu mensubsiusi E ( S, I, R),, pada Persamaan (3.18), diperoleh: K b. (3.19) c Dari Persamaan (3.19) diperoleh nilai eigen, yaiu b. Sehingga bilangan c reproduksi dasar R dari Sisem Persamaan (3.4) sebagai beriku: R b c. (3.) 3. Analisis Kesabilan Nilai eigen berfungsi unuk mencari kesabilan dari iik ekuilibrium pada sisem. Nilai eigen dapa dienukan menggunakan mariks Jacobian MJ unuk seiap iik ekuilbrium. Kesabilan iik ekuilibrium dari Sisem Persamaan (3.4) disajikan dalam Teorema 3.. dan Teorema 3.3. sebagai beriku : 5
13 Teorema 3.. a. Jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, sabil asimoik lokal b. Jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, idak sabil Buki: Hasil linearisasi Sisem (3.4) akan diperoleh mariks Jacobian: f f f bi bsi bs bsi bsi S I R N N N N N g g g bi bsi bs bsi bsi MJ c S I R N N N N N h h h c S I R (3.1) Subsiusikan E pada Persamaan (3.1) diperoleh: b MJ1 MJ b c,, c Selanjunya akan dicari persamaan karakerisiknya unuk, yaiu: de( MJ I) 1 b b c c 51
14 b c Sehingga nilai eigen unuk iik ekuilibrium E adalah: 1,, 3 b c (3.) a. Akan diunjukkan jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, sabil asimoik lokal. Jika R 1 maka : b 1 c b c b c Oleh karena iu, Persamaan (3.) semuanya bernilai negaif. Sehingga erbuki jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, sabil. b. Akan diunjukkan jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, idak sabil. Jika R 1 maka : b c 5
15 Jadi jika R 1 membua Persamaan (3.) idak semuanya bernilai negaif karena nilai 3. Sehingga erbuki jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, idak sabil. Teorema 3.3. a. Jika R 1 maka iik ekuilibrium b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b idak sabil b. Jika R 1 maka iik ekuilibrium b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b sabil asimoik lokal. Buki: Subsiusikan E 1 pada Persamaan (3.1) diperoleh: MJ MJ ( c) b b, c c, c b cb cb MJ A A A L A MA LM LM L LM LM, A A A c 53
16 dengan J c, K b, L b c, M c, dan A b c. Selanjunya akan dicari persamaan karakerisiknya unuk, yaiu: de MJ I A A A L A A MA LM LM L LM A LM A A A c. Sehingga nilai eigen unuk iik ekuilibrium E 1 adalah : L A L M A L M A A A L MA L M L M A A A L A LM A LMc L MA LM LMc L 3 M AL L 3 Mc AL M A ALMc L MA L 3 M L 3 Mc AL ALM A 54
17 ALMc L MA A L LM A LMc L M Selanjunya diperoleh:. (3.3) 1 dan L LM A LMc L M L L M LM A A LMc L M A L LM A L M LMc L M A L L M A LM L c A Lb bj LM L K L A b L J LMK A b b LMK Persamaan (3.4) dapa diulis menjadi (3.4) a a a (3.5) 1 dengan a A a b b 1 a LMK. 55
18 Menuru krieria Rouh Hurwiz, semua nilai eigen Persamaan (3.5) bagian realnya bernilai negaif sehingga a, a1, dan a. Berdasarkan Persamaan (3.5), nilai a A sudah pasi bernilai posiif karena a A b c. Selanjunya akan diselidiki a 1 dan a harus bernilai posiif, yaiu: dan sehingga diperoleh b a1 b b (3.6) a LMK b c cb b cb b dan b c. (3.7) Buki: a. Akan dibukikan bahwa Jika R 1 maka iik ekuilibrium b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b idak sabil 56
19 Berdasarkan Persamaan., unuk R 1 diperoleh b 1 c b c. (3.8) Pada Persamaan (3.8) erliha bahwa persamaan ersebu berlawanan dengan Persamaan (3.7), sehingga erbuki unuk R 1 maka iik ekuilibrium E 1 idak sabil. b. Akan diunjukkan bahwa iik ekuilibrium E 1 akan sabil asimoik lokal jika R 1 Berdasarkan Persamaan 3., unuk R 1 diperoleh b 1 c b c. (3.9) Persamaan (3.9) sama dengan Persamaan (3.7) sehingga erbuki jika R 1 maka iik ekuilibrium E 1 sabil asimoik lokal. D. Analisis Numerik Model SIR pada Penyebaran Penyaki Tuberculosis Analisis numerik menggambarkan lebih jelas mengenai model penyebaran penyaki Tuberculosis dengan menggunakan parameer-parameer dan nilai awal erenu. Pada subbab ini akan membahas mengenai analisis numerik jika R 1 dan R 1 dengan nilai awal dan parameer erenu. 57
20 Pada ahun 14, menuru profil kesehaan ahun 15 di koa Yogyakara erdapa penemuan kasus penderia Tuberculosis sebanyak 491 jiwa. Jumlah penduduk koa Yogyakara pada saa iu sebanyak jiwa dengan.96 jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan permasalahan nyaa yang erjadi di koa Yogyakara diperoleh nilai awal unuk S 4135, I 491, dan R 4. Selain iu juga diperoleh banyaknya kelahiran sebesar Banyaknya kemaian yang disebabkan oleh penyaki Tuberculosis adalah 1 orang dalam 1 ahun, sehingga x , x1. Selanjunya diasumsikan bahwa raaraa usia hidup seseorang adalah 7 ahun aau 84 bulan, sehingga diperoleh , x1. 1. Simulai R 1 Unuk R 1, diberikan nilai-nilai parameer supaya memenuhi syara R 1, yaiu b,15 dan c,7 (Fredlina, K. Queen, dkk, 1). Jika nilai-nilai parameer disubsiusikan pada Persamaan (3.) maka diperoleh nilai R, Dari nilai awal dan parameer-parameer ersebu, dengan demikian diperoleh simulasi R 1 yang diunjukkan pada Gambar 3.. sebagai beriku: 58
21 Gambar 3.. Grafik Simulasi unuk R, Pada Gambar 3.. erliha perubahan populasi S, I, dan R erhadap waku. Populasi I dan R mendekai nilai nol aau bahkan bisa menuju nol, sedangkan populasi S mengalami peningkaan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku solusi semakin lama akan menuju iik E aau dapa dikaakan bahwa pada saa R 1 maka semakin lama penyaki Tuberculosis akan hilang dari populasi. Nilai numerik unuk E adalah S* , ; I* ; dan R*.. Simulasi R 1 Unuk R 1, diberikan nilai-nilai parameer supaya memenuhi syara R 1, yaiu b,97 dan c,3 (K. Queena Fredlina, dkk, 1). Jika 59
22 nilai-nilai parameer disubsiusikan pada Persamaan (3.) maka diperoleh nilai R 3, Nilai-nilai parameer ersebu memberikan simulasi unuk R 1 sebagai beriku: Gambar 3.3. Grafik Simulasi unuk R 3, Berdasarkan Gambar 3.3. menunjukkan bahwa populasi suscepible semakin menurun sedangkan populasi infecious semakin meningka dan melebihi populasi suscepible kurang lebih seelah 15. Walaupun populasi recovered semakin meningka, namun populasi infecious mengalami peningkaan yang cukup cepa karena ingka kesembuhan penyaki Tuberculosis yang masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa jika parameer yang erbenuk memenuhi syara R 1 maka penyaki Tuberculosis akan menjadi endemik. Nilai numerik 6
23 unuk E 1 yang dihasilkan dari parameer-parameer yang memenuhi syara R 1 adalah S* 6968, ; I* , ; dan R* 9713, Selanjunya diberikan simulasi dengan nilai awal dan parameer yang sama, namun dengan nilai b, 8 dan c,3. Jika nilai parameer disubsiusikan pada Persamaan (3.) maka diperoleh nilai R Gambar 3.4. Grafik Simulasi unuk R Pada Gambar 3.4. erliha bahwa populasi suscepible semakin menurun kurang lebih seelah 5 dan populasi infecious meningka melebihi populasi suscepible keika kurang lebih 1. Pada Gambar 3.4. populasi recovered juga erliha meningka, namun hal ersebu idak mempengaruhi populasi 61
24 suscepible karena populasi infecious meningkanya sanga cepa sehingga peenyaki Tuberculosis akan menjadi endemik. Nilai numerik yang dihasilkan adalah S* 7794, ; I* , ; dan R* 35953, Pada Gambar 3.5. menunjukkan grafik simulasi dengan nilai awal dan parameer yang sama, namun dengan nilai b, 97 dan c,15 sehingga diperoleh R 3, Gambar 3.5. Grafik Simulasi unuk R 3,19313 Berdasarkan Gambar 3.5. populasi suscepible akan semakin menurun seelah mencapai puncaknya, yaiu kurang lebih 6 dan populasi infecious akan 6
25 semakin meningka bahkan akan melebihi populasi suscepible pada kurang lebih seelah 14. Populasi recovered idak ampak begiu jelas peningkaannya, sehingga penyaki Tuberculosis dapa dikaakan menjadi endemik. Nilai numerik yang dihasilkan adalah S* 6147, ; I* , ; dan R* 15866,
x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.
Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.
Lebih terperinciBAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan
BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi
Lebih terperinciFaradina GERAK LURUS BERATURAN
GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang
Lebih terperinciANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M )
ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH Winarno (M49) Virus merupakan salah sau conoh organisme yang sering mengganggu perumbuhan sel Akhirakhir ini keberadaan virus dirasa sanga mengganggu kehidupan
Lebih terperinciRANK DARI MATRIKS ATAS RING
Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias
Lebih terperinciMODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)
Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di
Lebih terperinciHUMAN CAPITAL. Minggu 16
HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.
Lebih terperinciSuatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond
Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)
MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang
Lebih terperinciKINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI
KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan
Lebih terperinciBAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN
PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan
BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan
Lebih terperinciBAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun
43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C
Lebih terperinciBAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI
BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan
Lebih terperinci1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu
.4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan
Lebih terperinciMODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang
MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE Firsy Nur Hidayai Sunarsih Djuwandi Program Sudi Maemaika F.MIPA Universias Diponegoro Jl. Prof. H. Soedaro S.H. Tembalang Semarang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa
BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agusus 22, ISSN : 4-858 PENGEFEKTIFAN USAHA MEDIS DALAM MEMBATASI EPIDEMI DENGAN KONTROL BANG-BANG Heru Cahyadi dan Ponidi Jurusan Maemaika FMIPA UI
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan
Lebih terperinci3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu
daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan
Lebih terperinciAljabar Linear Elementer
Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan
Lebih terperinciPERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1
PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis
Lebih terperinciLIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1
LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP
Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs
Lebih terperinciPenyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet
JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan
Lebih terperinciBAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF
BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. matematika, age-structured epidemic model, basic reproduction rate, teori interaksi
BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penyaki demam berdarah, pemodelan maemaika, age-srucured epidemic model, basic reproducion rae, eori ineraksi manusia dan kompuer, rekayasa perangka
Lebih terperinciGERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL
Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap
Lebih terperinciBAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt
BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)
Lebih terperinciMUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR
MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN NUMERIK
BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah
Lebih terperinciBAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)
K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan
Lebih terperinciBAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan
BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan
Lebih terperinciIntegral dan Persamaan Diferensial
Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih
Lebih terperinciBAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai
BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI
PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode
20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya
III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju
Lebih terperinciBAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.
BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi
Lebih terperinciBab II Dasar Teori Kelayakan Investasi
Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.
Lebih terperinciPENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.
PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar
Lebih terperinciARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK
AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah
37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah
Lebih terperinciPekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)
FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber
Lebih terperinciSIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK
Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY
ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY Luluk Ianaul Afifah 1, Usman Pagalay 1, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail:
Lebih terperinciAnalisis Model dan Contoh Numerik
Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*
PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor
Lebih terperinciPENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI
PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI Muhammad Hajarul Asad Moh. Isa Iraan Mardlijah 3 E-mail : as_ad8@yahoo.co.id mii@is.ac.id mardlijah@maemaika.is.ac.id
Lebih terperinciAPLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND
APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciKontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan
Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,
Lebih terperinciPELATIHAN STOCK ASSESSMENT
PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju
Lebih terperinciDrs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS
Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai
Lebih terperinci=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus
A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik
Lebih terperinciOleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto
Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber
Lebih terperinciPERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI
PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa
Lebih terperinciFisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang
Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley
9 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Poensial Aksi Membran Hodgkin-Huley Hasil yang didapa dengan banuan bahasa pemrograman kompuer Sofware Mahemaica 7. dari Wolfram Research unuk plo poensial aksi berdasarkan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan
Lebih terperinciPENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI
PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI Muhammad Hajarul Aswad, Moh. Isa Irawan 2, Mardlijah 3 Saf Pengajar MAN Kendari, Jurusan Maemaika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI
I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi
Lebih terperinciPERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)
Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias
Lebih terperinciANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan
Lebih terperinciMODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber
Lebih terperinciDINAMIKA MODEL EPIDEMIK SVIRS TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT INFLUENZA DENGAN STRATEGI VAKSNINASI KONTINU ARTIKEL ILMIAH. Oleh: SALMAH NIM.
DNAMKA MODEL EPDEMK R TERHADAP PENYEBARAN PENYAKT NFLUENZA DENGAN TRATEG AKNNA KONTNU ARTKEL LMAH Oleh: ALMAH NM. 11130004 PROGRAM TUD MATEMATKA FAKULTA KEGURUAN DAN LMU PENDDKAN UNERTA PAR PENGARAAN PAR
Lebih terperinciBAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,
BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciPercobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)
Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non
Lebih terperinciPENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA
PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus
Lebih terperinciIR. STEVANUS ARIANTO 1
GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan
Lebih terperinciADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI
ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.
Lebih terperinci