BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis"

Transkripsi

1 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki Tuberculosis paling banyak dan paling mudah melalui udara, oleh karena iu organ yang perama kali diserang adalah organ pernapasan. Selain menular penyaki ersebu juga bisa menyebabkan kemaian. Individu baru dapa masuk ke dalam populasi karena adanya kelahiran dan individu dapa dikaakan keluar dari populasi karena kemaian. Jumlah populasi adalah semua individu yang seha aau renan erhadap penyaki Tuberculosis, individu yang erinfeksi Tuberculosis, dan individu yang elah sembuh seelah erinfeksi Tuberculosis. Individu yang renan akan mengalami kemungkinan, yaiu akan meninggal aaupun akan erinfeksi Tuberculosis. Kemudian individu yang erinfeksi juga mengalami kemungkinan, yaiu individu akan sembuh aau individu akan meninggal. Model maemaika pada penyebaran penyaki Tuberculosis, populasi manusia erbagi menjadi 3 subpopulasi, yaiu individu yang renan (Suscepible), individu yang erinfeksi Tuberculosis (Infecious), dan individu yang sembuh dari penyaki Tuberculosis (Recovered). Individu yang masuk ke dalam subpopulasi Suscepible adalah semua individu yang belum pernah menderia penyaki Tuberculosis. Individu yang ermasuk dalam subpopulasi Infecious adalah semua individu yang menderia Tuberculosis. Sedangkan individu yang ermasuk dalam 39

2 subpopulasi Recovered ialah semua individu yang benar-benar sudah sembuh dari penyaki Tuberculosis. B. Model Maemaika Penyebaran Penyaki Tuberculosis Dalam menyederhanakan model maemaika penyebaran penyaki Tuberculosis, diberikan asumsi-asumsi sebagai beriku : 1. Populasi penduduk bersifa eruup yang arinya perambahan aau pengurangan penduduk hanya dikarenakan oleh kelahiran dan kemaian, sedangkan perambahan dan pengurangan yang disebabkan oleh fakor lain diabaikan.. Populasi bersifa homogen yang arinya seiap individu mempunyai kemungkinan yang sama unuk dapa erjangki penyaki Tuberculosis. 3. Kemaian yang disebabkan oleh fakor lain selain erinfeksi Tuberculosis dianggap sebagai kemaian alami. 4. Individu yang belum erserang penyaki ermasuk ke dalam kelas suscepible. 5. Individu pada kelas recovered idak akan kembali lagi menjadi individu pada kelas infecious. 6. Terjadi kemaian akiba erinfeksi Tuberculosis. Tabel 3.1. Variabel dan parameer yang digunakan dalam model Simbol Definisi Syara N Jumlah populasi pada suau daerah pada saa. N S () Banyaknya individu yang seha dan renan ehadap penyaki Tuberculosis pada saa. S ( ) 4

3 I () R () (Suscepible) Banyaknya individu yang erinfeksi dan dapa menularkan Tuberculosis kepada individu lain. (Infecious) Banyaknya individu yang sembuh seelah erinfeksi Tuberculosis. (Recovered) I ( ) R ( ) Laju kelahiran populasi. Laju kemaian alami. Laju kemaian yang disebabkan oleh penyaki Tuberculosis. b Laju penularan penyaki Tuberculosis. b c Laju individu sembuh seelah erinfeksi c Tuberculosis. Berdasarkan masalah-masalah yang diasumsikan dan parameer yang digunakan maka dapa dibua skema pada penyebaran penyaki Tuberculosis seperi beriku : 41

4 Gambar 3.1. Diagram Alir Model Maemaika Tuberculosis Berdasarkan diagram alir pada Gambar 3.1. akan dibenuk model SIR unuk penyebaran penyaki Tuberculosis adalah : a. Perubahan banyaknya individu suscepible erhadap waku Pada populasi kelas suscepible S erjadi perambahan dan pengurangan jumlah individu. Perambahan banyaknya individu pada kelas ini erjadi karena kelahiran individu, sedangkan pengurangan banyaknya individu erjadi karena kemaian alami individu per sauan waku. Oleh karena iu diperoleh persamaan diferensial sebagai beriku : ds d I b S S. (3.1) N b. Perubahan banyaknya individu yang erinfeksi (infecious) erhadap waku Perubahan banyaknya individu kelas infecious dipengaruhi oleh berambahnya individu yang erlular penyaki Tuberculosis dan berkurangnya individu karena kemaian yang disebabkan oleh fakor lain per sauan waku sera kemaian individu karena penyaki Tuberculosis per sauan waku. 4

5 Selain iu, berkurangnya individu pada kelas infecious juga dipengaruhi oleh individu yang sembuh seelah erjangki penyaki Tuberculosis dengan laju c. Sehingga didapakan persamaan diferensial sebagai beriku : di d I b S I I ci N I = b S ( c) I. N (3.) c. Perubahan banyaknya individu yang sembuh (recovered) erhadap waku Individu pada kelas infecious yang elah sembuh dari penyaki Tuberculosis selanjunya akan masuk ke dalam kelas recovered dengan laju kesembuhan c. Oleh karena iu, diperoleh persamaan diferensial sebagai beriku : dr ci R. (3.3) d Berdasarkan deskripsi dari Persamaan (3.1), (3.), dan (3.3) maka diperoleh sisem persamaan diferensial sebagai beriku : ds I b S S d N di I = b S ( c) I d N dr ci R d (3.4) dengan N S I R. 43

6 C. Analisis Model Penyebaran Penyaki Tuberculosis 1. Tiik Ekuilibrium Pada model maemaika penyebaran penyaki Tuberculosis selanjunya akan dicari iik ekuilibrium dengan cara membua sisem ersebu dalam kondisi ds konsan erhadap waku, yaiu kondisi dimana, d di d, dr dan. d Sehingga dari sisem Persamaan (3.4) diperoleh iik ekuilibrium yang disajikan dalam Teorema 3.1. sebagai beriku : Teorema 3.1. (Eksisensi Tiik Ekuilibrium) a. Jika I, maka Sisem Persamaan (1.4) memiliki iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),,. b. Jika I, maka Sisem Persamaan (1,4) memiliki iik ekuilibrium endemik : b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b dengan syara b c. Buki : ds Sisem Persamaan (3.4) akan mencapai iik ekuilibrium apabila, d di d, dr dan. Sehingga Sisem (3.4) dapa diulis : d I b S S (3.5) N 44

7 I b S ( c) I (3.6) N ci R. (3.7) Berdasarkan Persamaan (3.6), diperoleh : I b S ( c) I N bs I ( c) N I. (3.8) Dan jika I bs N ( c) ( c) S N b ( c)( S I R) S b ( c) S ( c)( I R) S b b b c ( c)( I R) S b b ( c)( I R) S. b c (3.9) a. Dari Persamaan (3.8) dan Persamaan (3.7) diperoleh : ci R 45

8 R R. (3.1) Dari Persamaan (3.5), (3.8) dan (3.1) diperoleh: I b S S N S S. (3.11) Oleh karena iu, diperoleh iik ekuilibrium E ( S, I, R),, sehingga erbuki sisem Persamaan (1.4) memiliki iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),,. b. Unuk seiap I arinya I maka pada Persamaan (3.7) diperoleh : R I. (3.1) c Subsiusikan Persamaan (3.1) pada Persamaan (3.9) diperoleh : c R c ( c) S. b c (3.13) Subsiusikan Persamaan (3.13) pada Persamaan (3.5) diperoleh : R R c ( c) c b N cn b c b c 46

9 c 1 c b c R c c b R c b c cb c cb R. (3.14) Subsiusikan Persamaan (3.14) pada Persamaan (3.1) diperoleh : I cb c c c b I b c cb, I. (3.15) Supaya I maka diperoleh : b c cb b c b b c b c 1 b c 1 b b c 47

10 b c. Subsiusikan Persamaan (3.14) pada Persamaan (3.13) diperoleh : c b c c ( c) S c b cb c ( c) S. b (3.16) Berdasarkan Persamaan (3.14), (3.15), dan (3.16) diperoleh iik ekuilibrium sebagai beriku : b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b dengan syara b c. Jadi erbuki jika I, maka Sisem Persamaan (3,4) memiliki iik ekuilibrium endemik : b b ( c) c c c E1 S, I, R,,. b c b c b. Bilangan Reproduksi Dasar R Bilangan reproduksi dasar R adalah jumlah raa-raa dari kasus sekunder yang disebabkan oleh individu yang erinfeksi selama masa erinfeksinya dalam suau populasi individu renan. Jika R 1 penyaki idak 48

11 menyerang populasi aau erbebas dari infeksi, namun jika R 1 maka seiap penderia sanga mungkin unuk menyebarkan penyaki kepada lebih dari 1 penderia baru, sehingga dapa menyebabkan endemik. Bilangan reproduksi dasar R dapa dienukan menggunakan meode nex generaion marix dari Sisem Persamaan (3.4). Pada model maemaika ersebu, kelas erinfeksi adalah Infecious (I) sehingga persamaan diferensial yang digunakan sebagai beriku: di I = b S ( c) I (3.17) d N maka diperoleh: I b S dan = c I. N Selanjunya dan dilinearisasi, diperoleh hasil linierisasi sebagai beriku: bs bsi F dan V c N N Kemudian akan dicari 1 V diperoleh: V c 1 1 Nex generaion marix diperoleh dari hasil perkalian F dan 1 V sebagai beriku: 49

12 K bs bsi bs bsi 1 N N. 1 FV N N c c (3.18) Pada awal kemunculan penyaki pada populasi, hampir semua individu renan erhadap penyaki, sehingga S pada Persamaan (3.18) dapa didekai dengan menggunakan iik ekuilibrium bebas penyaki. Sehingga langkah selanjunya, yaiu mensubsiusi E ( S, I, R),, pada Persamaan (3.18), diperoleh: K b. (3.19) c Dari Persamaan (3.19) diperoleh nilai eigen, yaiu b. Sehingga bilangan c reproduksi dasar R dari Sisem Persamaan (3.4) sebagai beriku: R b c. (3.) 3. Analisis Kesabilan Nilai eigen berfungsi unuk mencari kesabilan dari iik ekuilibrium pada sisem. Nilai eigen dapa dienukan menggunakan mariks Jacobian MJ unuk seiap iik ekuilbrium. Kesabilan iik ekuilibrium dari Sisem Persamaan (3.4) disajikan dalam Teorema 3.. dan Teorema 3.3. sebagai beriku : 5

13 Teorema 3.. a. Jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, sabil asimoik lokal b. Jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, idak sabil Buki: Hasil linearisasi Sisem (3.4) akan diperoleh mariks Jacobian: f f f bi bsi bs bsi bsi S I R N N N N N g g g bi bsi bs bsi bsi MJ c S I R N N N N N h h h c S I R (3.1) Subsiusikan E pada Persamaan (3.1) diperoleh: b MJ1 MJ b c,, c Selanjunya akan dicari persamaan karakerisiknya unuk, yaiu: de( MJ I) 1 b b c c 51

14 b c Sehingga nilai eigen unuk iik ekuilibrium E adalah: 1,, 3 b c (3.) a. Akan diunjukkan jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, sabil asimoik lokal. Jika R 1 maka : b 1 c b c b c Oleh karena iu, Persamaan (3.) semuanya bernilai negaif. Sehingga erbuki jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, sabil. b. Akan diunjukkan jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, idak sabil. Jika R 1 maka : b c 5

15 Jadi jika R 1 membua Persamaan (3.) idak semuanya bernilai negaif karena nilai 3. Sehingga erbuki jika R 1 maka iik ekuilibrium bebas penyaki E ( S, I, R),, idak sabil. Teorema 3.3. a. Jika R 1 maka iik ekuilibrium b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b idak sabil b. Jika R 1 maka iik ekuilibrium b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b sabil asimoik lokal. Buki: Subsiusikan E 1 pada Persamaan (3.1) diperoleh: MJ MJ ( c) b b, c c, c b cb cb MJ A A A L A MA LM LM L LM LM, A A A c 53

16 dengan J c, K b, L b c, M c, dan A b c. Selanjunya akan dicari persamaan karakerisiknya unuk, yaiu: de MJ I A A A L A A MA LM LM L LM A LM A A A c. Sehingga nilai eigen unuk iik ekuilibrium E 1 adalah : L A L M A L M A A A L MA L M L M A A A L A LM A LMc L MA LM LMc L 3 M AL L 3 Mc AL M A ALMc L MA L 3 M L 3 Mc AL ALM A 54

17 ALMc L MA A L LM A LMc L M Selanjunya diperoleh:. (3.3) 1 dan L LM A LMc L M L L M LM A A LMc L M A L LM A L M LMc L M A L L M A LM L c A Lb bj LM L K L A b L J LMK A b b LMK Persamaan (3.4) dapa diulis menjadi (3.4) a a a (3.5) 1 dengan a A a b b 1 a LMK. 55

18 Menuru krieria Rouh Hurwiz, semua nilai eigen Persamaan (3.5) bagian realnya bernilai negaif sehingga a, a1, dan a. Berdasarkan Persamaan (3.5), nilai a A sudah pasi bernilai posiif karena a A b c. Selanjunya akan diselidiki a 1 dan a harus bernilai posiif, yaiu: dan sehingga diperoleh b a1 b b (3.6) a LMK b c cb b cb b dan b c. (3.7) Buki: a. Akan dibukikan bahwa Jika R 1 maka iik ekuilibrium b b ( c) c c c E1 S, I, R,, b c b c b idak sabil 56

19 Berdasarkan Persamaan., unuk R 1 diperoleh b 1 c b c. (3.8) Pada Persamaan (3.8) erliha bahwa persamaan ersebu berlawanan dengan Persamaan (3.7), sehingga erbuki unuk R 1 maka iik ekuilibrium E 1 idak sabil. b. Akan diunjukkan bahwa iik ekuilibrium E 1 akan sabil asimoik lokal jika R 1 Berdasarkan Persamaan 3., unuk R 1 diperoleh b 1 c b c. (3.9) Persamaan (3.9) sama dengan Persamaan (3.7) sehingga erbuki jika R 1 maka iik ekuilibrium E 1 sabil asimoik lokal. D. Analisis Numerik Model SIR pada Penyebaran Penyaki Tuberculosis Analisis numerik menggambarkan lebih jelas mengenai model penyebaran penyaki Tuberculosis dengan menggunakan parameer-parameer dan nilai awal erenu. Pada subbab ini akan membahas mengenai analisis numerik jika R 1 dan R 1 dengan nilai awal dan parameer erenu. 57

20 Pada ahun 14, menuru profil kesehaan ahun 15 di koa Yogyakara erdapa penemuan kasus penderia Tuberculosis sebanyak 491 jiwa. Jumlah penduduk koa Yogyakara pada saa iu sebanyak jiwa dengan.96 jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan permasalahan nyaa yang erjadi di koa Yogyakara diperoleh nilai awal unuk S 4135, I 491, dan R 4. Selain iu juga diperoleh banyaknya kelahiran sebesar Banyaknya kemaian yang disebabkan oleh penyaki Tuberculosis adalah 1 orang dalam 1 ahun, sehingga x , x1. Selanjunya diasumsikan bahwa raaraa usia hidup seseorang adalah 7 ahun aau 84 bulan, sehingga diperoleh , x1. 1. Simulai R 1 Unuk R 1, diberikan nilai-nilai parameer supaya memenuhi syara R 1, yaiu b,15 dan c,7 (Fredlina, K. Queen, dkk, 1). Jika nilai-nilai parameer disubsiusikan pada Persamaan (3.) maka diperoleh nilai R, Dari nilai awal dan parameer-parameer ersebu, dengan demikian diperoleh simulasi R 1 yang diunjukkan pada Gambar 3.. sebagai beriku: 58

21 Gambar 3.. Grafik Simulasi unuk R, Pada Gambar 3.. erliha perubahan populasi S, I, dan R erhadap waku. Populasi I dan R mendekai nilai nol aau bahkan bisa menuju nol, sedangkan populasi S mengalami peningkaan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku solusi semakin lama akan menuju iik E aau dapa dikaakan bahwa pada saa R 1 maka semakin lama penyaki Tuberculosis akan hilang dari populasi. Nilai numerik unuk E adalah S* , ; I* ; dan R*.. Simulasi R 1 Unuk R 1, diberikan nilai-nilai parameer supaya memenuhi syara R 1, yaiu b,97 dan c,3 (K. Queena Fredlina, dkk, 1). Jika 59

22 nilai-nilai parameer disubsiusikan pada Persamaan (3.) maka diperoleh nilai R 3, Nilai-nilai parameer ersebu memberikan simulasi unuk R 1 sebagai beriku: Gambar 3.3. Grafik Simulasi unuk R 3, Berdasarkan Gambar 3.3. menunjukkan bahwa populasi suscepible semakin menurun sedangkan populasi infecious semakin meningka dan melebihi populasi suscepible kurang lebih seelah 15. Walaupun populasi recovered semakin meningka, namun populasi infecious mengalami peningkaan yang cukup cepa karena ingka kesembuhan penyaki Tuberculosis yang masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa jika parameer yang erbenuk memenuhi syara R 1 maka penyaki Tuberculosis akan menjadi endemik. Nilai numerik 6

23 unuk E 1 yang dihasilkan dari parameer-parameer yang memenuhi syara R 1 adalah S* 6968, ; I* , ; dan R* 9713, Selanjunya diberikan simulasi dengan nilai awal dan parameer yang sama, namun dengan nilai b, 8 dan c,3. Jika nilai parameer disubsiusikan pada Persamaan (3.) maka diperoleh nilai R Gambar 3.4. Grafik Simulasi unuk R Pada Gambar 3.4. erliha bahwa populasi suscepible semakin menurun kurang lebih seelah 5 dan populasi infecious meningka melebihi populasi suscepible keika kurang lebih 1. Pada Gambar 3.4. populasi recovered juga erliha meningka, namun hal ersebu idak mempengaruhi populasi 61

24 suscepible karena populasi infecious meningkanya sanga cepa sehingga peenyaki Tuberculosis akan menjadi endemik. Nilai numerik yang dihasilkan adalah S* 7794, ; I* , ; dan R* 35953, Pada Gambar 3.5. menunjukkan grafik simulasi dengan nilai awal dan parameer yang sama, namun dengan nilai b, 97 dan c,15 sehingga diperoleh R 3, Gambar 3.5. Grafik Simulasi unuk R 3,19313 Berdasarkan Gambar 3.5. populasi suscepible akan semakin menurun seelah mencapai puncaknya, yaiu kurang lebih 6 dan populasi infecious akan 6

25 semakin meningka bahkan akan melebihi populasi suscepible pada kurang lebih seelah 14. Populasi recovered idak ampak begiu jelas peningkaannya, sehingga penyaki Tuberculosis dapa dikaakan menjadi endemik. Nilai numerik yang dihasilkan adalah S* 6147, ; I* , ; dan R* 15866,

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M )

ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M ) ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH Winarno (M49) Virus merupakan salah sau conoh organisme yang sering mengganggu perumbuhan sel Akhirakhir ini keberadaan virus dirasa sanga mengganggu kehidupan

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE Firsy Nur Hidayai Sunarsih Djuwandi Program Sudi Maemaika F.MIPA Universias Diponegoro Jl. Prof. H. Soedaro S.H. Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agusus 22, ISSN : 4-858 PENGEFEKTIFAN USAHA MEDIS DALAM MEMBATASI EPIDEMI DENGAN KONTROL BANG-BANG Heru Cahyadi dan Ponidi Jurusan Maemaika FMIPA UI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. matematika, age-structured epidemic model, basic reproduction rate, teori interaksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. matematika, age-structured epidemic model, basic reproduction rate, teori interaksi BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penyaki demam berdarah, pemodelan maemaika, age-srucured epidemic model, basic reproducion rae, eori ineraksi manusia dan kompuer, rekayasa perangka

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY

ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY Luluk Ianaul Afifah 1, Usman Pagalay 1, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail:

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI

PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI Muhammad Hajarul Asad Moh. Isa Iraan Mardlijah 3 E-mail : as_ad8@yahoo.co.id mii@is.ac.id mardlijah@maemaika.is.ac.id

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Poensial Aksi Membran Hodgkin-Huley Hasil yang didapa dengan banuan bahasa pemrograman kompuer Sofware Mahemaica 7. dari Wolfram Research unuk plo poensial aksi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI

PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI Muhammad Hajarul Aswad, Moh. Isa Irawan 2, Mardlijah 3 Saf Pengajar MAN Kendari, Jurusan Maemaika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

DINAMIKA MODEL EPIDEMIK SVIRS TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT INFLUENZA DENGAN STRATEGI VAKSNINASI KONTINU ARTIKEL ILMIAH. Oleh: SALMAH NIM.

DINAMIKA MODEL EPIDEMIK SVIRS TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT INFLUENZA DENGAN STRATEGI VAKSNINASI KONTINU ARTIKEL ILMIAH. Oleh: SALMAH NIM. DNAMKA MODEL EPDEMK R TERHADAP PENYEBARAN PENYAKT NFLUENZA DENGAN TRATEG AKNNA KONTNU ARTKEL LMAH Oleh: ALMAH NM. 11130004 PROGRAM TUD MATEMATKA FAKULTA KEGURUAN DAN LMU PENDDKAN UNERTA PAR PENGARAAN PAR

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci