Statistika Matematika II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Statistika Matematika II"

Transkripsi

1 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman 2017

2 Referensi: Hogg, R.V., McKean, J.W., dan Craig, A.T. (2013). Introduction to Mathematical Statistics, Edisi ke tujuh. New York: Pearson. Penilaian: tugas, UAS, dan kehadiran (min. 80%).

3 Konsep Monte Carlo Mengulang Kembali Misalkan A 1 dan A 2 masing-masing adalah kejadian tertentu. Jika A 1 dan A 2 adalah kejadian yang saling lepas, maka Namun jika A 1 A 2, maka P(A 1 A 2 ) = P(A 1 ) + P(A 2 ) P(A 1 ) P(A 2 )

4 Konsep Monte Carlo Peluang Bersyarat Misalkan jumlah semua mahasiswa/i UNMUL yang sedang mengambil mata kuliah StatMat II adalah 15 pria dan 25 wanita. Diketahui bahwa terdapat 20 mahasiswi yang mengenakan jilbab. Jika dilakukan penyebutan nama yang ada pada absensi kelas secara acak, maka 1. peluang bahwa seseorang mahasiswa/i akan terpanggil adalah peluang bahwa mahasiswa/i dengan nomor urut pertama yang terpanggil adalah peluang bahwa yang terpanggil mengenakan jilbab adalah peluang yang terpanggil mengenakan jilbab, jika penyebutan nama hanya dilakukan kepada mahasiswi-mahasiswinya saja adalah...

5 Konsep Monte Carlo Konsep Peluang Bersyarat Peluang bersyarat dari kejadian A jika kejadian B sudah terjadi adalah jika P(B) > 0. P(A B) = Dari persamaan (1), maka P(A B) = P(A B)P(B). P(A B), (1) P(B)

6 Konsep Monte Carlo Perhatikan persamaan berikut: P(A B) = P(A)P(B A). (2) Jika A = A 1 A 2 dan B = A 3, maka ruas kanan persamaan (2) menjadi P(A 1 A 2 )P(A 3 A 1 A 2 ). Karena P(A 1 A 2 ) = P(A 1 )P(A 2 A 1 ), maka persamaan (2) bisa ditulis ulang menjadi: P(A 1 A 2 A 3 ) = P(A 1 )P(A 2 A 1 )P(A 3 A 1 A 2 ).

7 Konsep Monte Carlo Soal Latihan Misalkan Ω = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Diketahui Kejadian-kejadian berikut: Maka A B = Berarti P(A B) = A ={1, 2, 3, 4, 5} B ={2, 4, 6} C ={1, 2, 3, 4} D ={2, 3, 4}.

8 Konsep Monte Carlo Soal Latihan Misalkan Ω = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Diketahui Kejadian-kejadian berikut: Maka A B = Berarti P(A B) = A ={1, 2, 3, 4, 5} B ={2, 4, 6} C ={1, 2, 3, 4} D ={2, 3, 4}. P(C B) =

9 Konsep Monte Carlo Soal Latihan Misalkan Ω = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Diketahui Kejadian-kejadian berikut: Maka A B = Berarti P(A B) = A ={1, 2, 3, 4, 5} B ={2, 4, 6} C ={1, 2, 3, 4} D ={2, 3, 4}. P(C B) = P(D B) =.

10 Konsep Monte Carlo Hukum Peluang Total Misalkan A 1, A 2, A 3 merupakan partisi dari ruang sampel Ω atau dapat ditulis sebagai dan P(A i ) > 0, i = 1, 2, 3. A 1 A 2 A 3 = Ω, Kemudian ada kejadian lain, katakanlah B, B = B (A 1 A 2 A 3 ) = (B A 1 ) (B A 2 ) (B A 3 ), dengan P(B) > 0.

11 Konsep Monte Carlo Karena B A i, i = 1, 2, 3 adalah kejadian saling lepas, maka P(B) = P(B A 1 ) + P(B A 2 ) + P(B A 3 ). Selanjutnya untuk setiap i = 1, 2, 3; P(B A i ) = P(A i )P(B A i ). Sehingga P(B) =P(A 1 )P(B A 1 ) + P(A 2 )P(B A 2 ) + P(A 3 )P(B A 3 ) 3 = P(A i )P(B A i ). (3) i=1

12 Konsep Monte Carlo Teorema Bayes Perhatikan persamaan berikut: P(A j B) = P(A j B), j = 1, 2,..., k. P(B) Dengan menggunakan hukum peluang total, maka P(A j B) = P(A j B) P(B) Persamaan (4) dikenal juga dengan Teorema Bayes. = P(A j )P(B A j ) k j=1 P(A j)p(b A j ). (4)

13 Konsep Monte Carlo Dua Kejadian Yang Saling Bebas Misalkan diketahui suatu kejadian A namun tidak mengubah nilai peluang kejadian B, dengan P(A) > 0, P(B A) = P(B). Maka dalam kasus ini, kejadian A dan B saling bebas. Sehingga menghasilkan aturan perkalian berikut: Sebaliknya ketika P(B) > 0, maka P(A B) = P(A)P(B A) = P(A)P(B). (5) P(A B) = P(A B) P(B) = P(A)P(B) P(B) = P(A).

14 Konsep Monte Carlo Dengan kata lain, jika P(A) > 0 dan P(B) > 0, serta berlaku: P(A B) = P(A)P(B), maka kejadian A dan kejadian B saling bebas.

15 Konsep Monte Carlo Dengan kata lain, jika P(A) > 0 dan P(B) > 0, serta berlaku: P(A B) = P(A)P(B), maka kejadian A dan kejadian B saling bebas. Bagaimana jika P(A) = 0 atau P(B) = 0?

16 Konsep Monte Carlo Dengan kata lain, jika P(A) > 0 dan P(B) > 0, serta berlaku: P(A B) = P(A)P(B), maka kejadian A dan kejadian B saling bebas. Bagaimana jika P(A) = 0 atau P(B) = 0? Maka ruas kanan bernilai 0. Ruas kiri juga bernilai 0 karena A B A dan A B B.

17 Konsep Monte Carlo Soal Latihan 1. Misalkan A j, j = 1, 2, 3, 4, 5 merupakan partisi dari ruang sampel Ω dengan P(A j ) = j 15 dan P(B A j) = 5 j 15, j = 1, 2, 3, 4, 5. Tentukan P(A j B), j = 1, 2, 3, 4, 5!

18 Konsep Monte Carlo Soal Latihan 2. Misalkan disediakan 10 cangkir kopi dan 2 diantaranya mengandung sinida. Untuk mendapatkan secangkir kopi yang mengandung sinida, dilakukan pengujian di Laboratorium Stastistika Kimia dengan cara mengambil dan menguji satu per satu secara acak tanpa pengembalian. Berapakah peluang diperoleh 2 cangkir kopi sinida pada dua pengujian yang pertama?

19 Konsep Monte Carlo Soal Latihan 2. Misalkan disediakan 10 cangkir kopi dan 2 diantaranya mengandung sinida. Untuk mendapatkan secangkir kopi yang mengandung sinida, dilakukan pengujian di Laboratorium Stastistika Kimia dengan cara mengambil dan menguji satu per satu secara acak tanpa pengembalian. Berapakah peluang diperoleh 2 cangkir kopi sinida pada dua pengujian yang pertama? Misalkan S 1 dan S 2 masing-masing adalah kejadian diperoleh sinida pada pengujian pertama dan kedua. Maka P(S 1 ) = P(S 2 S 1 ) = Sehingga P(S 1 S 2 ) =

20 Konsep Monte Carlo Soal Latihan 3. Ayu dan Ting Ting secara bersamaan menembak sasaran tertentu. Peluang tembakan Ayu mengenai sasaran adalah 0, 7; sedangkan peluang tembakan Ting Ting (bebas dari tembakan Ayu) mengenai sasaran adalah 0, 4. Jika sebuah tembakan mengenai sasaran, berapa peluang bahwa itu tembakan Ayu?

21 Konsep Monte Carlo Soal Latihan 3. Ayu dan Ting Ting secara bersamaan menembak sasaran tertentu. Peluang tembakan Ayu mengenai sasaran adalah 0, 7; sedangkan peluang tembakan Ting Ting (bebas dari tembakan Ayu) mengenai sasaran adalah 0, 4. Jika sebuah tembakan mengenai sasaran, berapa peluang bahwa itu tembakan Ayu? Misalkan A= kejadian Ayu menembak sasaran, T= kejadian Ting Ting menembak sasaran, K=kejadian tembakan mengenai (kena) sasaran. Maka, P(A K) P(A K) = = P(K)

22 Konsep Monte Carlo 4. Direktur perusahaan mengundang para karyawan yang memiliki setidaknya satu anak laki-laki (L) ke acara syukuran khitanan. Seorang karyawan memiliki dua anak. Berapa peluang bahwa kedua anak karyawan adalah laki-laki, jika karyawan tersebut diundang ke acara syukuran?

23 Konsep Monte Carlo 4. Direktur perusahaan mengundang para karyawan yang memiliki setidaknya satu anak laki-laki (L) ke acara syukuran khitanan. Seorang karyawan memiliki dua anak. Berapa peluang bahwa kedua anak karyawan adalah laki-laki, jika karyawan tersebut diundang ke acara syukuran? Misalkan L kejadian memiliki anak laki-laki; LK kejadian memiliki dua anak laki-laki; dan U kejadian diundang ke acara syukuran. Jadi, P(LK U) P(LK U) = P(U) = P({{LL} {LL, LLc, L c L}}) P({LL, LL c, L c L}) =

24 Konsep Monte Carlo Studi Kasus Bayesian Misalkan dihadapkan dua parameter yaitu θ 1 dan θ 2. Perhatian terfokus pada θ 1 yang mengandung θ 2, namun θ 2 merupakan suatu peubah acak. Apakah hal ini bisa dimodelkan menggunakan konsep Bayesian?

25 Konsep Monte Carlo Mengenang Kembali Konsep Monte Carlo Membangkitkan pengamatan-pengamatan sampel dari suatu distribusi spesifik disebut pembangkitan Monte Carlo. Teknik pembangkitan ini untuk menyimulasikan proses-proses yang sulit dan meneliti sifat-sifat sampel tersebut.

26 Konsep Monte Carlo Sebagai contoh, misalkan X adalah peubah acak yang bernilai 1 jika nilai angka sebuah dadu yang muncul adalah 1 atau 2. Namun jika tidak, maka X bernilai 0. Perhatikan bahwa µ(x) = 1/3. (Kenapa?) Jika U Uniform(0, 1), maka X dapat dinyatakan sebagai { 1, jika 0 < U 1/3 X = 0, jika 1/3 < U 1.

27 Konsep Monte Carlo Sintaks Octave n=10; u=unifrnd(n); x=zeros(n,1); for i=1:n if (u(i)<=1/3) x(i)=1; x

28 Konsep Monte Carlo Tabel: Contoh Hasil Output u i x i u i x i Berdasarkan pengamatan dari sampel-sampel acak berdistribusi X, bahwa dari 10 pengamatan nilai realisasi statistik X adalah x = 0, 3.

29 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Properti Fungsi Gamma 0 Γ(z) = 0 x z 1 e x dx jika z C, Re(z) 0 Γ(n) = (n 1)! jika n Z, n 1 x n e ax dx = Γ(n + 1) a n+1 jika n > 1, a > 0.

30 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Intuisi Bayesian Perhatikan kembali distribusi Poisson berikut: P(X = x θ) = e θ θ x x!, x = 1, 2,... E(X) = θ, σ 2 (X) = θ. θ > 0.

31 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Misalkan suatu sampel berasal dari distribusi Poisson. Lalu berdasarkan penilaian subjektif, bahwa parameternya ada dua kemungkinan, yaitu θ = 2 atau θ = 3, dengan peluang prior: P(Θ = 2) = 1 3, P(Θ = 3) = 2 3. Namun ternyata ketika diambil sampel acak berukuran n = 2, diperoleh pengamatan x 1 = 4 dan x 2 = 2.

32 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Diberikan dua pengamatan tersebut, maka peluang posterior bahwa Θ = 2 adalah P(Θ = 2 x 1 = 4, x 2 = 2) = P(Θ = 2 dan {x 1 = 4, x 2 = 2}) P(x 1 = 4, x 2 = 2) ( 1 e 3) = ( 1 e 3) ! = 0, ! e ! + ( 2 3 e ! ) e ! e !

33 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Diberikan dua pengamatan tersebut, maka peluang posterior bahwa Θ = 2 adalah P(Θ = 2 x 1 = 4, x 2 = 2) = P(Θ = 2 dan {x 1 = 4, x 2 = 2}) P(x 1 = 4, x 2 = 2) ( 1 e 3) = ( 1 e 3) ! = 0, ! e ! + ( 2 3 e ! ) e ! e ! Lalu peluang posterior bahwa Θ = 3, jika diberikan dua pengamatan tersebut adalah P(Θ = 3 x 1 = 4, x 2 = 2) = 1 P(Θ = 2 x 1 = 4, x 2 = 2) = 1 0, 245 = 0, 755.

34 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior P(Θ = 2 x 1 = 4, x 2 = 2) > P(Θ = 2 x 1 = 4, x 2 = 2), maka berdasarkan dua pengamatan tersebut maka parameter Θ lebih mendekati nilai 3 dibanding nilai 2. Sehingga intuisinya x = 3.

35 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Mengenal lebih dekat lagi Misalkan X 1, X 2,..., X n iid Bernoulli (θ). Maka, MLE untuk θ adalah θ =. Namun, estimator apa yang cocok jika parameter θ juga berdistribusi tertentu?

36 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Mengenal lebih dekat lagi Misalkan X 1, X 2,..., X n iid Bernoulli (θ). Maka, MLE untuk θ adalah θ =. Namun, estimator apa yang cocok jika parameter θ juga berdistribusi tertentu? Misalkan θ Beta(α, β) dengan nilai α dan β yang telah ditentukan, maka θ =.

37 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Secara umum dapat ditulis sebagai berikut: X θ f (x θ) Θ h(θ). Misalkan θ adalah nilai yang mungkin dari peubah acak Θ. Maka fungsi peluang h(θ) disebut fungsi peluang prior dari Θ.

38 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Secara umum dapat ditulis sebagai berikut: X θ f (x θ) Θ h(θ). Misalkan θ adalah nilai yang mungkin dari peubah acak Θ. Maka fungsi peluang h(θ) disebut fungsi peluang prior dari Θ. Misalkan X 1, X 2..., X n adalah sampel acak dari distribusi X diberikan (bersyarat) Θ = θ dengan fungsi peluang f (x θ). Fungsi peluang bersama untuk X = (X 2, X 2,..., X n ) diberikan Θ = θ dapat ditulis menjadi L(x θ) = f (x 1 θ)f (x 2 θ) f (x n θ). Maka fungsi peluang bersama dari X dan Θ adalah g(x, θ) = L(x θ)h(θ).

39 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Jika Θ adalah peubah acak kontinu, maka fungsi peluang bersama dari X adalah g 1 (x) = Fungsi peluang bersyarat dari Θ diberikan X adalah g(x, θ) k(θ x) = g 1 (x) = L(x θ)h(θ). g 1 (x) Fungsi k(θ x) disebut fungsi peluang posterior. g(x, θ)dθ. (6) Distribusi prior mengambarkan keyakinan subjektif dari Θ sebelum sampel digunakan, sementara distribusi posterior adalah distribusi bersyarat dari Θ setelah sampel digunakan.

40 Perhatikan persamaan berikut: k(θ x) = L(x θ)h(θ) g 1 (x) k(θ x) L(x θ)h(θ). Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Seandainya terdapat statistik cukup Y = u(x) untuk parameter sedemikian sehingga L(x θ) = g[u(x) θ]h(x), maka k(θ x) g[u(x) θ]h(θ).

41 Perhatikan persamaan berikut: k(θ x) = L(x θ)h(θ) g 1 (x) k(θ x) L(x θ)h(θ). Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Seandainya terdapat statistik cukup Y = u(x) untuk parameter sedemikian sehingga L(x θ) = g[u(x) θ]h(x), maka k(θ x) g[u(x) θ]h(θ). Selanjutnya jika statistik cukup Y ada, maka k(θ y) g[y θ]h(θ). (7) Dalam kasus statistik cukup Y, fungsi g 1 (y) dapat digunakan untuk menyatakan fungsi peluang marginal dari Y: g 1 (y) = g(y θ)h(θ)dθ.

42 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Latihan Soal 1. Misalkan X θ Binomial (20, θ). Peluang prior untuk Θ adalah P(θ = 0, 3) = 2/3 dan P(θ = 0, 5) = 1/3. Jika x = 9, tentukan peluang posterior untuk θ = 0, 3 dan θ = 0, 5!

43 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Latihan Soal 2. Misalkan X 1, X 2,..., X n λ iid Poisson(λ), dengan Λ Gamma(α, β). a. Tentukan distribusi posterior dari Λ b. Hitung mean dan variansi dari posterior.

44 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Latihan Soal Jawab: Perhatikan bahwa Y = n X i λ Poisson(nλ). i=1 a. Fungsi peluang massa marginal Y adalah (nλ) y e nλ g 1 (y) = 0 y! n y = y!γ(α)β α λ (y+α) 1 e = n y Γ(y + α) y!γ(α)βα 0 1 Γ(α)β α λα 1 e λ/β dλ λ β/(nβ+1) dλ ( ) y+α β. nβ + 1

45 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Latihan Soal Sehingga k(λ y) = L(y λ)h(λ) g 1 (y) = λ(y+α) 1 e λ β/(nβ+1) Γ(y + α) ( β nβ+1 ) y+α Gamma ( ) β y + α,. nβ + 1

46 Distribusi Prior dan Distribusi Posterior Latihan Soal b. Karena λ y Gamma (y + α, β nβ+1 ) maka β E(λ y) = (y + α) nβ + 1 = β nβ + 1 y + 1 nβ + 1 (αβ) β 2 Var(λ y) = (y + α) (nβ + 1) 2.

47 Misalkan δ adalah sejumlah fungsi untuk memilih sedemikian sehingga δ(x) adalah nilai θ yang diprediksi (nilai eksperimental dari peubah acak Θ), ketika nilai x yang dihitung dan pdf bersyarat k(θ x) diketahui.

48 Misalkan Θ adalah peubah acak kontinu, maka suatu estimator Bayes adalah fungsi keputusan δ yang meminimalkan E {L[Θ, δ(x)] X = x} = dengan L adalah fungsi kerugian. Artinya, δ(x) = arg min L[θ, δ(x)]k(θ x)dθ, L[θ, δ(x)]k(θ x)dθ.

49 Peubah acak terkait δ(x) disebut estimator Bayes dari θ. Ada dua fungsi kerugian yang biasa digunakan, yaitu [θ δ(x)] 2 dan θ δ(x).

50 Peubah acak terkait δ(x) disebut estimator Bayes dari θ. Ada dua fungsi kerugian yang biasa digunakan, yaitu [θ δ(x)] 2 dan θ δ(x). Jika fungsi kerugian dinyatakan dengan L[θ, δ(x)] = [θ δ(x)] 2, maka estimasi Bayesnya adalah δ(x) = E(Θ x). Perhatikan bahwa E[(W b) 2 ] (jika ada) menjadi minimum ketika b = E(W).

51 Peubah acak terkait δ(x) disebut estimator Bayes dari θ. Ada dua fungsi kerugian yang biasa digunakan, yaitu [θ δ(x)] 2 dan θ δ(x). Jika fungsi kerugian dinyatakan dengan L[θ, δ(x)] = [θ δ(x)] 2, maka estimasi Bayesnya adalah δ(x) = E(Θ x). Perhatikan bahwa E[(W b) 2 ] (jika ada) menjadi minimum ketika b = E(W). Jika fungsi kerugian dinyatakan sebagai L[θ, δ(x)] = θ δ(x), maka median dari distribusi Θ bersyarat X = x menjadi solusi Bayes.

52 Peubah acak terkait δ(x) disebut estimator Bayes dari θ. Ada dua fungsi kerugian yang biasa digunakan, yaitu [θ δ(x)] 2 dan θ δ(x). Jika fungsi kerugian dinyatakan dengan L[θ, δ(x)] = [θ δ(x)] 2, maka estimasi Bayesnya adalah δ(x) = E(Θ x). Perhatikan bahwa E[(W b) 2 ] (jika ada) menjadi minimum ketika b = E(W). Jika fungsi kerugian dinyatakan sebagai L[θ, δ(x)] = θ δ(x), maka median dari distribusi Θ bersyarat X = x menjadi solusi Bayes. Namun jika L[θ, δ(x)] = a(ˆθ θ) + b(ˆθ θ) +, maka estimator Bayesnya adalah kuantil ke dari F(θ X). a a+b

53 Untuk fungsi kerugian L, estimator Bayes dari l(θ) adalah fungsi keputusan δ yang meminimumkan E{L[l(Θ), δ(x)] X = x} = L[l(θ), δ(x)]k(θ x)dθ. Ekspektasi bersyarat dari fungsi kerugian diberikan X = x dinotasikan sebagai { } L[θ, δ(x)]k(θ x)dθ g 1 (x)dx { } = L[θ, δ(x)]l(x θ)dx h(θ)dθ.

54 Contoh Soal Pandang model distribusi berikut: X i θ iid Binomial(1, θ), untuk i = 1, 2,..., n Θ Beta(α, β), dengan α dan β diketahui. Maka pdf priornya { Γ(α+β) h(θ) = Γ(α)Γ(β) θα 1 (1 θ) β 1 ; 0 < θ < 1 0; lainnya, dengan α dan β konstanta positif.

55 Contoh Soal Pandang model distribusi berikut: X i θ iid Binomial(1, θ), untuk i = 1, 2,..., n Θ Beta(α, β), dengan α dan β diketahui. Maka pdf priornya { Γ(α+β) h(θ) = Γ(α)Γ(β) θα 1 (1 θ) β 1 ; 0 < θ < 1 0; lainnya, dengan α dan β konstanta positif. Ingat, estimator untuk distribusi prior ini adalah θ = α/(α + β). Selanjutnya dicari fungsi keputusan δ yang menjadi solusi Bayes.

56 Perhatikan bahwa statistik cukupnya adalah Y = n i=1 X i θ yang berdistribusi Binomial(n, θ). Fungsi peluang bersyarat Y diberikan Θ = θ adalah { ( n ) g(y θ) = y θ y (1 θ) n y ; y = 0, 1,..., n 0; untuk lainnya.

57 Berdasarkan hukum Bayes (jika statistik cukup Y ada): maka Sehingga k(θ y) = k(θ y) g[y θ]h(θ), k(θ y) θ y (1 θ) n y θ α 1 (1 θ) β 1, 0 < θ < 1. dengan y = 0, 1,..., n. Γ(n + α + β) Γ(α + y)γ(n + β y) θα+y 1 (1 θ) β+n y 1, 0 < θ < 1,

58 Berdasarkan hukum Bayes (jika statistik cukup Y ada): maka Sehingga k(θ y) = k(θ y) g[y θ]h(θ), k(θ y) θ y (1 θ) n y θ α 1 (1 θ) β 1, 0 < θ < 1. Γ(n + α + β) Γ(α + y)γ(n + β y) θα+y 1 (1 θ) β+n y 1, 0 < θ < 1, dengan y = 0, 1,..., n. Oleh karena itu, distribusi untuk posterior adalah Beta(α + y, β + n y). Selanjutnya, pilih fungsi kerugian error kuadrat, L[θ, δ(y)] = [θ δ(y)] 2. Maka estimator Bayes dari θ adalah mean dari pdf Beta, δ(y) = α + y α + β + n.

59 Estimator Bayes tersebut dapat ditulis menjadi ( ) n y δ(y) = α + β + n n + ( α + β α + β + n ) α α + β, yang merupakan rata-rata terboboti dari maksimum likelihood yang mengestimasi parameter distribusi Binomial dan estimator prior yang berdistribusi Beta. Untuk n yang besar maka estimator Bayes mendekati nilai MLE θ, sehingga δ(y) merupakan estimator yang konsisten.

60 Estimator Bayes tersebut dapat ditulis menjadi ( ) n y δ(y) = α + β + n n + ( α + β α + β + n ) α α + β, yang merupakan rata-rata terboboti dari maksimum likelihood yang mengestimasi parameter distribusi Binomial dan estimator prior yang berdistribusi Beta. Untuk n yang besar maka estimator Bayes mendekati nilai MLE θ, sehingga δ(y) merupakan estimator yang konsisten. Perhatikan bahwa α dan β seharusnya dipilih sedemikian sehingga tidak hanya mean prior α/(α + β) yang diinginkan, tetapi juga penjumlahan α + β mengindikasikan nilai opini prior tergantung pada ukuran sampel n. Misalkan opini prior bahwa ukuran sampelnya 20, maka α + β = 20. Jadi, jika mean priornya 3/4, maka yang dipilih adalah α = 15 dan β = 5.

61 Contoh Soal Pandang model berikut: X i θ iid N(θ, σ 2 ), (σ 2 diketahui) Θ N(θ 0, σ 2 0), (θ 0 dan σ 2 0 diketahui). a. Tentukan distribusi posterior dari Θ b. Hitung mean dan variansi dari posterior.

62 Misalkan Y = X adalah statistik cukup, maka Lalu Y θ N(θ, σ 2 /n), (σ 2 diketahui) Θ N(θ 0, σ 2 0), (θ 0 dan σ 2 0 diketahui). k(θ y) g[y θ]h(θ) 1 1 (y θ)2 exp [ 2πσ/ n 2πσ0 2(σ 2 /n) (θ θ 0) 2 ] 2σ 0 ( θ yσ2 0 + θ 0(σ 2 ) 2 /n) exp σ0 2 + (σ2 /n) 2(σ 2 /n)σ0 2. [σ0 2 + (σ2 /n)]

63 TUGAS 1 Misalkan X 1, X 2,..., X n λ iid Poisson(λ), dengan Λ Gamma(α, β). a. Tentukan distribusi posterior dari Λ b. Hitung mean dan variansi dari posterior.

64 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Fungsi Peluang Bersama (Marginal) Misalkan X = (X 1, X 2,..., X n ) menyatakan sampel acak dengan fungsi likelihood L(x θ) dan peluang prior h(θ). Maka, fungsi peluang bersama dari X adalah g 1 (x) = L(x θ)h(θ)dθ, yang dikenal juga sebagai distribusi prediktif dari X, karena mengandung fungsi likelihood dan peluang prior.

65 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Definisi Keluarga Distribusi Konjugat Definisi Distribusi prior dan posterior disebut distribusi konjugat jika fungsi peluang posterior memiliki keluarga distribusi yang sama dengan prior. Lalu priornya disebut prior konjugat.

66 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Contoh Keluarga Distribusi Konjugat 1. Misalkan X 1, X 2,..., X n λ iid Poisson(λ), dengan Λ Gamma(α, β). Selanjutnya Y = n i=1 X i λ Poisson(nλ). Sehingga diperoleh k(λ y) Gamma ( y + α, β nβ + 1 ).

67 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Contoh Keluarga Distribusi Konjugat 2. Pandang model berikut: Maka X i θ iid N(θ, σ 2 ), (σ 2 diketahui) Θ N(θ 0, σ 2 0), (θ 0 dan σ 2 0 diketahui). Y = X θ N(θ, σ 2 /n), (σ 2 diketahui) Lalu k(θ y) Normal. Sehingga posterior juga berdistribusi Normal.

68 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Contoh Keluarga Distribusi Konjugat 3. Pandang model distribusi berikut: iid X i θ Binomial(1, θ), untuk i = 1, 2,..., n Θ Beta(α, β), dengan α dan β diketahui. Lalu Y = n X i θ Binomial(n, θ). Sehingga i=1 k(θ y) Beta (α + y, β + n y).

69 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Secara intuisi, bahwa prior konjugat (secara transparan) menunjukkan bagaimana fungsi likelihood memperbaharui distribusi prior.

70 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Prior Non-Informatif Pandang kembali model distribusi berikut: iid X i θ Binomial(1, θ), untuk i = 1, 2,..., n Θ Beta(α, β), dengan α dan β diketahui.

71 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Prior Non-Informatif Pandang kembali model distribusi berikut: iid X i θ Binomial(1, θ), untuk i = 1, 2,..., n Θ Beta(α, β), dengan α dan β diketahui. Thomas Bayes (1763) mencoba nilai α = β = 1, maka diperoleh h(θ) = 1 untuk 0 < θ < 1. Artinya beliau mengatakan bahwa tidak punya banyak pengetahuan tentang θ.

72 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Prior Non-Informatif Pandang kembali model distribusi berikut: iid X i θ Binomial(1, θ), untuk i = 1, 2,..., n Θ Beta(α, β), dengan α dan β diketahui. Thomas Bayes (1763) mencoba nilai α = β = 1, maka diperoleh h(θ) = 1 untuk 0 < θ < 1. Artinya beliau mengatakan bahwa tidak punya banyak pengetahuan tentang θ. Lalu diperoleh ( ) ( n y α + β δ(y) = α + β + n n + α + β + n ( ) ( ) n y 2 1 = 2 + n n n 2. ) α α + β Sehingga terjadi penyusutan karena estimator y/n ditarik ke arah rata-rata prior 1/2.

73 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Lalu Haldane (1948) mencoba prior Beta jika α = β = 0, maka penyusutan estimator akan berkurang ke MLE y/n. Dan tentu saja fungsi peluang Beta(0,0) bukanlah suatu fungsi peluang.

74 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Lalu Haldane (1948) mencoba prior Beta jika α = β = 0, maka penyusutan estimator akan berkurang ke MLE y/n. Dan tentu saja fungsi peluang Beta(0,0) bukanlah suatu fungsi peluang. Kemudian diambillah h(θ) 1 θ(1 θ), 0 < θ < 1. Ketika prior digunakan, lalu dikombinasikan dengan likelihood diperoleh fungsi peluang posterior yang proper. Sehingga dipadukan dengan konstanta positif, menghasilkan fungsi peluang posterior berikut. f (θ y) θ y 1 (1 θ) n y 1, n > y > 0. Dalam hal ini, mean posterior adalah y/n.

75 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Definisi Improper Definisi Misalkan X = (X 1, X 2,..., X n ) sampel acak dari suatu distribusi dengan fungsi peluang f (x θ). Suatu prior h(θ) 0 dikatakan improper jika bukan suatu fungsi peluang, namun membuat k(θ x) L(x θ)h(θ) proper.

76 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Prior Non-Informatif Suatu prior dapat dikatakan prior non-informatif jika θ memiliki kesempatan yang sama (secara uniform) untuk semua kemungkinan. Praktisnya, prior improper digunakan sebagai prior non-informatif.

77 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Misalkan distribusi N(θ 1, θ 2 ) dengan θ 1, θ 2 > 0 tidak diketahui.

78 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Misalkan distribusi N(θ 1, θ 2 ) dengan θ 1, θ 2 > 0 tidak diketahui. Lalu prior informatif untuk θ 1 adalah h 1 (θ 1 ) = 1, < θ 1 <. Jelas ini bukan fungsi peluang. Kemudian prior improper untuk θ 2 adalah Dalam hal ini, < log θ 2 <. h 2 (θ 2 ) = c 2 /θ 2, 0 < θ 2 <.

79 Prior Konjugat Prior Non-Informatif Misalkan distribusi N(θ 1, θ 2 ) dengan θ 1, θ 2 > 0 tidak diketahui. Lalu prior informatif untuk θ 1 adalah h 1 (θ 1 ) = 1, < θ 1 <. Jelas ini bukan fungsi peluang. Kemudian prior improper untuk θ 2 adalah Dalam hal ini, < log θ 2 <. h 2 (θ 2 ) = c 2 /θ 2, 0 < θ 2 <. Selanjutnya jika diasumsikan bahwa kedua parameter tersebut saling bebas, maka prior bersama juga improper: h 1 (θ 1 )h 2 (θ 2 ) 1/θ 2, < θ 1 <, 0 < θ 2 <.

80 Prior Konjugat Prior Non-Informatif TUGAS 2 1. Tunjukkan bahwa X 1, X 2,..., X n θ iid Eksponensial(θ) adalah keluarga distribusi konjugat! Θ Gamma(α, β), (α dan β diketahui),

81 Prior Konjugat Prior Non-Informatif TUGAS 2 2. Tentukan distribusi posterior, jika diketahui model Bayesian berikut. X 1, X 2,..., X n θ iid Bernoulli(θ), 0 < θ < 1 Θ h(θ) = 1.

82 Prior Konjugat Prior Non-Informatif INFO TUGAS Kumpulkan TUGAS 1 dan TUGAS 2, paling lambat tanggal 27 November 2017 jam

83 Pendahuluan Integrasi menggunakan Monte Carlo Misalkan ingin menghitung dibawa kurva y = x ketika dibatasi x = 0 dan x = 1. Sintaks Octave % integrasi Monte Carlo clc; clear all; N=10000; x1=0; x2=1; y1=0; y2=1; x=unifrnd(x1,x2,n,1); y=unifrnd(y1,y2,n,1); hitung di bawah kurva=zeros(n,1); 1 0 x dx. Dalam hal ini, yang dihitung adalah luas

84 Pendahuluan Sintaks Octave (Lanjutan) for i=1:n if y(i)<x(i) hitung di bawah kurva(i)=1; endif; endfor; peluang luas=sum(hitung di bawah kurva)/n; luas di bawah kurva=peluang luas*(x2-x1)*(y2-y1); luas di bawah kurva

85 Contoh ke 2: Konsep Dasar Bayesian 2 2 x 2 dx Pendahuluan Sintaks Octave % integrasi Monte Carlo (2) close all; clc; clear all; N=10000; x1=-2; x2=2; y1=0; y2=max(x1ˆ2,x2ˆ2); x=unifrnd(x1,x2,n,1); y=unifrnd(y1,y2,n,1); hitung di bawah kurva=zeros(n,1); for i=1:n if y(i)<x(i)*x(i) hitung di bawah kurva(i)=1; endif; endfor;

86 Pendahuluan Sintaks Octave (Lanjutan) peluang luas=sum(hitung di bawah kurva)/n; luas di bawah kurva=peluang luas*(x2-x1)*(y2-y1); luas di bawah kurva xxx=x1:0.01:x2; yyy=xxx.ˆ2; plot(x,y, b.,xxx,yyy, r-, linewidth,2); title( Integrasi Monte Carlo pada kurva y=xˆ2 ); xlabel( x ); ylabel( y );

87 Pendahuluan Gambar: Sampling pada kurva y = x 2

88 Pendahuluan Tabel: Simulasi Integrasi Menggunakan Teknik Monte Carlo N a f (x) = x 0,4700 0,4890 0,5074 0,4982 1/2 f (x) = x 2 4,4800 5,4240 5,2976 5, /3 Ket: a = 0, b = 1 a = 2, b = 2. b f (x)dx

89 Pendahuluan Integrasi Monte Carlo Misalkan g adalah fungsi tertutup dan terbatas pada interval [a, b]. Maka b a b g(x)dx = (b a) a 1 g(x) dx = (b a)e[g(x)], b a dengan X U(a, b). Selanjutnya menggunakan teknik Monte Carlo: 1 bangkitkan sampel acak X 1, X 2,..., X n dari U(a, b) 2 hitung Y i = (b a)g(x i ) untuk i = 1, 2,..., n 3 hitung Ȳ yang merupakan estimator tak bias dari b a g(x)dx.

90 Pendahuluan Model Bayesian Teknik integrasi memainkan peranan penting dalam inferensi Bayesian. Teknik Monte Carlo dapat digunakan untuk integrasi dalam inferensi Bayesian.

91 Pendahuluan Misalkan sampel acak berasal dari distribusi N(θ, σ 2 ), dengan parameter σ 2 diketahui. Misalkan juga Y = X adalah suatu statistik cukup. Lalu pandang model Bayes berikut: Y θ N(θ, σ 2 /n) Θ h(θ) 1 b dengan a, b > 0 yang diketahui. exp{ (θ a) b }, < θ <, (1 + exp{ (θ a) b }) 2

92 Pendahuluan Karena prior Θ berdistribusi Logistik, maka fungsi peluang posteriornya yaitu { } 1 2πσ/ n exp 1 (y θ) 2 2 b 1 e (θ a)/b /(1 + e [(θ a)/b] ) 2 σ k(θ y) = 2 /n { }. 1 2πσ/ n exp 1 2 b 1 e (θ a)/b /(1 + e [(θ a)/b] ) 2 dθ (y θ) 2 σ 2 /n Selanjutnya dengan asumsi kerugian error kuadrat, maka estimator Bayes adalah mean dari distribusi posterior. Namun perhitungannya melibatkan dua integral, yang tidak dapat dipecahkan solusinya secara eksplisit.

93 Pendahuluan Solusinya? Teknik Integrasi Monte Carlo? Karena fungsi likelihood f (y θ) juga merupakan fungsi dari θ maka dapat dimisalkan bahwa { 1 w(θ) = f (y θ) = exp 1 (y θ) 2 } 2πσ/ n 2 σ 2. /n Sehingga diperoleh estimator Bayes δ(y) = θw(θ)b 1 e (θ a)/b /(1 + e [(θ a)/b] ) 2 dθ w(θ)b 1 e (θ a)/b /(1 + e [(θ a)/b] ) 2 dθ = E[Θw(Θ)] E[w(Θ)].

94 Pendahuluan Langkah selanjutnya adalah mengestimasi menggunakan Monte Carlo. Hal ini dilakukan dengan cara membangkitkan Θ 1, Θ 2,..., Θ m dari distribusi Logistik yang berfungsi peluang h(θ). Lalu gunakan metode transformasi invers. Adapun invers dari fungsi kumulatif Logistik, yaitu: { } u a + b log, 0 < u < 1. 1 u Kemudian dibentuk peubah acak baru, T m = m 1 m i=1 m 1 m i=1 Θ i w(θ i ). w(θ i )

95 Pendahuluan δ(y) = E[Θw(Θ)] E[w(Θ)], 1 m Θ i w(θ i ) m i=1 T m = 1 m w(θ i ) m Dengan hukum lemah dari bilangan besar dan Teorema Slutsky, bahwa i=1 T m P δ(y). Dengan menggunakan bootstrap, maka dapat diperoleh interval kepercayaan untuk E[Θw(Θ)]/E[w(Θ)].

96 Pendahuluan Teorema Teorema Misalkan dibangkitkan peubah acak dengan mengikuti algoritma berikut: 1. bangkitkan Y f Y (y) 2. bangkitkan X f X Y (x Y). Maka X memiliki fungsi peluang, yaitu f X (x).

97 Pendahuluan Teorema Teorema Misalkan dibangkitkan peubah acak dengan mengikuti algoritma berikut: 1. bangkitkan Y f Y (y) 2. bangkitkan X f X Y (x Y). Maka X memiliki fungsi peluang, yaitu f X (x). Bukti: Untuk menghindari kesalahpahaman, misalkan T adalah peubah acak yang dibangkitkan oleh algoritma tersebut. Maka akan dibuktikan bahwa T memiliki fungsi peluang, yaitu f X (x).

98 Bukti Teorema Konsep Dasar Bayesian Pendahuluan t R, P(T t) = E[F X Y (t)] = = = t t t t = f X (x)dx. Sehingga f X (x) adalah fungsi peluang dari T. f X Y (x y)dx f Y (y)dy f X Y (x y)f Y (y)dy dx f X,Y (x, y)dy dx

99 Pendahuluan Ketika ingin menentukan nilai E[W(X)] untuk beberapa fungsi W(x), dimana E[W 2 (X)] <. Maka dapat dibangkitkan pasangan secara bebas (Y 1, X 1 ), (Y 2, X 2 ),..., (Y m, X m ), dengan Y i berasal dari f Y (y) dan X i berasal dari f X Y (x Y). Lalu dengan menggunakan hukum lemah dari bilangan besar, W = 1 m m W(X i ) P i=1 W(x)f X (x)dx = E[W(X)].

100 Pendahuluan Dengan Teorema Limit Pusat, m( W E[W(X)]) D N(0, σ 2 W), dimana σ 2 W = Var(W(X)), atau diperoleh interval kepercayaan untuk E[W(x)] yaitu w ± z α/2 s W m, dimana s 2 W = (m m 1) 1 (w i w) 2. i=1

101 Pendahuluan Soal Latihan Diketahui: { 2e f X (x) = x (1 e x ), 0 < x < 0, untuk x yang lainnya { 2e f Y (y) = 2y, 0 < y < 0, untuk y yang lainnya { e f X Y (x y) = (x y), y < x < 0, untuk kondisi lainnya Misalkan cara membangkitkan peubah acaknya, mengikuti algoritma:

102 Pendahuluan Soal Latihan Diketahui: { 2e f X (x) = x (1 e x ), 0 < x < 0, untuk x yang lainnya { 2e f Y (y) = 2y, 0 < y < 0, untuk y yang lainnya { e f X Y (x y) = (x y), y < x < 0, untuk kondisi lainnya Misalkan cara membangkitkan peubah acaknya, mengikuti algoritma: 1. Bangkitkan Y f Y (y) 2. Bangkitkan X f X Y (x Y)

103 Pendahuluan Soal Latihan Diketahui: { 2e f X (x) = x (1 e x ), 0 < x < 0, untuk x yang lainnya { 2e f Y (y) = 2y, 0 < y < 0, untuk y yang lainnya { e f X Y (x y) = (x y), y < x < 0, untuk kondisi lainnya Misalkan cara membangkitkan peubah acaknya, mengikuti algoritma: 1. Bangkitkan Y f Y (y) 2. Bangkitkan X f X Y (x Y) F 1 Y (u) = F 1 X Y (u) =

104 Pendahuluan F Y (t) = F X Y (t) = t 0 t F 1 Y (u) = F 1 X Y (u) =. y f Y (y)dy = f X Y (x y)dx =

105 Pendahuluan Algoritma sebelumnyalah yang memotivasi untuk menggunakan algoritma lainnya yang disebut. Misalkan pasangan peubah acak (X, Y) memiliki fungsi peluang bersama f (x, y). Tujuannya adalah membangkitkan peubah-peubah acak yang iid, masing-masing yaitu X dan Y.

106 Pendahuluan Algoritma Misalkan m dan X 0 masing-masing menyatakan bilangan bulat positif dan nilai inisial (yang diberikan). Maka untuk i = 1, 2,..., m, 1. Bangkitkan Y i X i 1 f (y x) 2. Bangkitkan X i Y i f (x y).

107 Pendahuluan Algoritma (Lanjutan) Maka untuk i Y i X i D Y fy (y) D X fx (x) dan untuk m 1 m m W(X i ) P E[W(X)]. i=1

108 Pendahuluan Perhatikan bahwa untuk menghitung pasangan (X k+1, Y k+1 ) hanya memerlukan pasangan (X k, Y k ), tanpa pasangan-pasangan dari 1 sampai ke k 1. Dalam proses stokastik, rangkaian ini disebut Rantai Markov.

109 Pendahuluan Soal Latihan Misalkan (X, Y) memiliki fungsi peluang yang merupakan campuran dari diskrit dan kontinu berikut f (x, y) = Maka { 1 1 Γ(α) x! yα+x 1 e 2y, α > 0; y > 0; x = 0, 1, 2,... 0, kondisi lainnya. f (y x) f (x y)

110 Pendahuluan Maka algoritma nya adalah, untuk i = 1, 2,..., m, 1. Bangkitkan Y i X i 1 Γ(α + X i 1, 2) 2. Bangkitkan X i Y i Poi(Y i ). Sehingga dengan membesarnya nilai m dan n > m, Ȳ = 1 n m X = 1 n m n i=m+1 n i=m+1 Y i X i P E(Y) P E(X).

111 Pendahuluan Dalam hal ini, dapat dibuktikan bahwa Y Γ(α, 1) X Binomial Negatif(α, 1/2). Dapat dibuktikan juga nilai ekspektasi untuk X dan Y adalah E(Y) = E(X) = α.

112 Pendahuluan Sintaks R gibbser2 = function(alpha,m,n){ x0 = 1 yc = rep(0,m+n) xc = c(x0,rep(0,m+n-1)) for(i in 2:(m+n)){ yc[i] = rgamma(1,alpha+xc[i-1],2) xc[i] = rpois(1,yc[i]) } y1=yc[1:m] y2=yc[(m+1):(m+n)] x1=xc[1:m] x2=xc[(m+1):(m+n)] list(y1 = y1,y2=y2,x1=x1,x2=x2) }

113 Pendahuluan Sintaks R (Lanjutan) library(stats) n<-10000; alpha<-8; coba simulasi<-gibbser2(alpha,5000,n); y topi<-mean(coba simulasi$y2) x topi<-mean(coba simulasi$x2) sigma2 y<-var(coba simulasi$y2) sigma2 x<-var(coba simulasi$x2) ba y<-mean(coba simulasi$y2)+1.64*sd(coba simulasi$y2)/sqrt(n) bb y<-mean(coba simulasi$y2)-1.64*sd(coba simulasi$y2)/sqrt(n) ba x<-mean(coba simulasi$x2)+1.64*sd(coba simulasi$x2)/sqrt(n) bb x<-mean(coba simulasi$x2)-1.64*sd(coba simulasi$x2)/sqrt(n) dibuat tabel y<-data.frame(alpha,y topi,sigma2 y,bb y,ba y) dibuat tabel x<-data.frame(alpha,x topi,sigma2 x,bb x,ba x)

114 Pendahuluan Tabel: Interval Kepercayaan 99% untuk Peubah Acak X dan Y Parameter Estimasi sampel Variansi sampel Interval kepercayaan E(Y) = α = 8 ȳ = s 2 (y) = ( , ) E(X) = α = 8 x = s 2 (x) = ( , ) E(Y) = α = 10 ȳ = s 2 (y) = ( , ) E(X) = α = 10 x = s 2 (x) = ( , ) E(Y) = α = 30 ȳ = s 2 (y) = ( , ) E(X) = α = 30 x = s 2 (x) = ( , ) Parameter α = 8 tidak berada di dalam interval interval 99%.

115 Pendahuluan Simulasi Histogram

116 Pendahuluan Tabel: Simulasi Interval Kepercayaan 99% ketika α = 8 n Estimasi sampel Variansi sampel Interval kepercayaan ȳ = s 2 (y) = ( , ) x = s 2 (x) = ( , ) ȳ = s 2 (y) = ( , ) x = s 2 (x) = ( , ) ȳ = s 2 (y) = ( , ) x = s 2 (x) = ( , )

117 Pendahuluan Soal Latihan 1. Misalkan Y Γ(1, 1) dan { e f (x y) = (x y), 0 < y < x < 0, kondisi lainnya. a. Buatlah algoritma untuk membangkitkan pengamatan iid dengan fungsi peluang f X(x)! b. Berikan prosedur untuk mencari E[X]!

118 Pendahuluan Jawab: Perhatikan bahwa F 1 X Y (u) = y log(1 u). Sehingga a. Bangkitkan U 1 dan U 2 yang iid Uniform(0,1) Bangkitkan Y = log(1/(1 U 1 )) Bangkitkan X = Y + log(1/(1 U 2 )). b. Untuk n, X = n x/n E(X). i=1

119 Pendahuluan Sintaks Octave function [kumpulkan] = simulasikan(n) kumpulkan=zeros(n,1); for i=1:n y=-log(1-unifrnd(0,1,1)); kumpulkan(i)=y-log(1-unifrnd(0,1,1)); end; endfunction x=simulasikan(1000); mean(x);

120 Pendahuluan Soal Latihan 2. Misalkan { ( n ) f (x, y) x y x+α 1 (1 y) n x+β 1, x = 0, 1,..., n; 0 < y < 1 0, untuk kondisi lainnya, dengan α, β > 0. a. Tentukan f (x y) dan f (y x)! b. Buatlah algoritma Gibbs sampler untuk membangkitkan peubah acak X dan Y!

121 Pendahuluan Jawab: a. f (x y) ( n x) y x (1 y) n x ; sehingga X Y BIN(n, Y).

122 Pendahuluan Jawab: a. f (x y) ( n x) y x (1 y) n x ; sehingga X Y BIN(n, Y). f (y x) y x+α 1 (1 y) n x+β 1 ; sehingga Y X beta(x + α, n x + β)

123 Pendahuluan Jawab: a. f (x y) ( n x) y x (1 y) n x ; sehingga X Y BIN(n, Y). f (y x) y x+α 1 (1 y) n x+β 1 ; sehingga Y X beta(x + α, n x + β) b. untuk i = 1, 2,..., m Bangkitkan Y i X i 1 beta(x i 1 + α, n X i 1 + β) Bangkitkan X i Y i BIN(n, Y i ).

124 Fungsi peluang prior memiliki pengaruh penting dalam kesimpulan Bayesian.

125 Fungsi peluang prior memiliki pengaruh penting dalam kesimpulan Bayesian. Lebih lanjut, prior juga dapat dipengaruhi oleh peubah acak lain. Perhatikan model Bayesian hirarki berikut. X θ f (x θ) Θ γ h(θ γ) Γ ψ(γ). Parameter γ dapat dikatakan sebagai parameter pengganggu atau hyperparameter.

126 Misalkan fungsi g adalah fungsi peluang secara umum, maka g(x, θ, γ) = g(x θ, γ)g(θ, γ) = f (x θ)h(θ γ)ψ(γ) (karena f (x θ) tidak bergantung pada γ). Sehingga fungsi peluang posteriornya adalah k(θ x) = = g(x, θ, γ)dγ g(x, θ, γ)dγdθ f (x θ)h(θ γ)ψ(γ)dγ. f (x θ)h(θ γ)ψ(γ)dγdθ

127 Dengan mengasumsikan kerugian error kuadrat, maka estimator Bayesian untuk W(θ) adalah δ W (x) = W(θ)f (x θ)h(θ γ)ψ(γ)dγd(θ) f (x θ)h(θ γ)ψ(γ)dγdθ.

128 Selanjutnya adalah menggunakan algoritma. Untuk i = 1, 2,..., m: Kemudian untuk i, Θ i x, γ i 1 g(θ x, γ i 1 ) Γ i x, θ i g(γ x, θ i ). Θ i Γ i D k(θ x) D g(γ x). Lebih lanjut, untuk m, 1 m m W(Θ i ) P E[W(Θ) x] = δ W (x). i=1

129 Contoh Soal Perhatikan kembali model Bayesian berikut. X i θ iid N(θ, σ 2 ), (σ 2 diketahui) Θ N(0, σ 2 0), (σ 2 0 diketahui). Misalkan Y = X adalah statistik cukup, maka Lalu Y θ N(θ, σ 2 /n), (σ 2 diketahui) Θ N(0, σ 2 0), (σ 2 0 diketahui). k(θ y) exp ( θ yσ 2 0 σ (σ2 /n) 2(σ 2 /n)σ 2 0 [σ (σ2 /n)] ) 2.

130 Namun ketika σ 2 0 merupakan peubah acak (sebutlah τ 2 ), maka model dapat berubah menjadi Y θ N(θ, σ 2 /n), (σ 2 diketahui) Θ τ 2 N(0, τ 2 ) 1 Γ(a, b), (a dan b diketahui). τ 2 Sehingga diperlukan fungsi peluang bersyarat g(θ y, τ 2 ) dan g(τ 2 y, θ). Perhatikan bahwa ( berdistribusi N g(θ y, τ 2 ) f (y θ)h(θ τ 2 )ψ(τ 2 ) yτ 2 τ 2 +(σ 2 /n), (σ 2 /n)τ 2 [τ 2 +(σ 2 /n)] ).

131 ( ) 1 g τ 2 y, θ f (y θ)g(θ τ 2 )ψ(1/τ 2 ) 1 { τ exp 1 θ 2 } ( ) a 1 { 1 2 τ 2 τ 2 exp 1 } 1 τ 2 b ( ) a+(1/2) 1 { 1 τ 2 exp 1 [ θ 2 τ ]}, b yang diketahui berdistribusi Γ { a + (1/2), [(θ 2 /2) + (1/b)] 1}.

132 Sehingga untuk model ini adalah ( ) Θ y, τi 1 2 yτi 1 2 N τi (σ2 /n), (σ2 2 /n)τi 1 [τi (σ2 /n)] ( 1 τ 2 y, Θ i Γ a + 1 [ θ 2 2, i ] 1 ), b untuk i = 1, 2,..., m.

133 Dengan menentukan bilangan m yang besar dan n > m, maka diperoleh himpunan pasangan {(Θ m, τ m ), (Θ m+1, τ m+1 ),..., (Θ n, τ n )}. Jika diasumsikan kerugian error kuadrat, maka ˆθ = 1 n m n i=m+1 Θ i.

134 Karena diketahui distribusi bersyarat ( ) Θ y, τi 1 2 yτi 1 2 N τi (σ2 /n), (σ2 2 /n)τi 1 [τi 1 2 +, (σ2 /n)] maka θ juga dapat diestimasi oleh ˆθ = 1 n m n i=m+1 τ 2 i τ 2 i + (σ 2 /n) x.

135 Latihan Soal Perhatikan kembali model Bayesian berikut. X 1, X 2,..., X n λ iid Poisson(λ) Λ Gamma(α, β). Perhatikan bahwa Y = n X i λ Poisson(nλ). Sehingga i=1 k(λ y) Gamma ( ) β y + α,. nβ + 1

136 Namun jika β = b merupakan peubah acak dan diberikan model Bayesian berikut Maka X λ Poisson(λ) Λ b Γ(1, b) B g(b) = τ 1 b 2 exp a. tentukan posterior g(λ x, b)! b. tentukan g(b x, λ)! { 1 } ; b > 0, τ > 0. bτ

137 Perhatikan bahwa fungsi peluang bersama Diperoleh g(x, λ, b) = f (x λ)h(λ b)ψ(b). λ λx 1 g(λ x, b) e x! b e λ/b λ x+1 1 e λ[1+(1/b)], yang merupakan fungsi peluang dari distribusi Γ(x + 1, b/[b + 1]).

138 Lalu g(b x, λ) 1 b e λ/b τ 1 b 2 e 1/(bτ) { b 3 exp 1 [ ]} 1 b τ + λ

139 Misalkan y = 1/b, maka berdasarkan Jacobian db dy = y 2. Sehingga diperoleh { g(b x, λ) b 3 exp 1 [ ]} 1 b τ + λ { [ ]} 1 g(y x, λ) y 3 exp y τ + λ y 2 { [ ]} 1 y 2 1 exp y τ + λ, yang merupakan fungsi peluang dari distribusi Γ(2, τ/[λτ + 1]).

140 Sehingga diperoleh algoritma, yakni untuk i = 1, 2,..., m Λ i x, b i 1 Γ(x + 1, b i 1 /[1 + b i 1 ]) B i = Y 1 i dengan Y i x, λ i Γ(2, τ/[λ i τ + 1]).

141 Pandang model Bayesian hirarki berikut. X θ f (x θ) Θ γ h(θ γ). Lalu bagaimanakah distribusi posterior untuk θ?

142 Pandang model Bayesian hirarki berikut. X θ f (x θ) Θ γ h(θ γ). Lalu bagaimanakah distribusi posterior untuk θ? Perhatikan bahwa g(x, θ γ) = g(x, θ, γ) ψ(γ) = f (x θ)h(θ γ)ψ(γ) ψ(γ) = f (x θ)h(θ γ).

143 Pandang model Bayesian hirarki berikut. X θ f (x θ) Θ γ h(θ γ). Lalu bagaimanakah distribusi posterior untuk θ? Perhatikan bahwa g(x, θ γ) = g(x, θ, γ) ψ(γ) Diperoleh fungsi likelihood berikut. = f (x θ)h(θ γ)ψ(γ) ψ(γ) = f (x θ)h(θ γ). m(x γ) = f (x θ)h(θ γ)dθ. Fokus perhatian tertuju pada bagaimana cara mengestimasi parameter γ?

144 Untuk memperoleh estimator ˆγ = ˆγ(x), diperoleh melalui fungsi peluang m(x γ) dengan metode maksimum likelihood. Nilai ˆγ inilah yang akan digunakan untuk melakukan prosedur Bayes empirik melalui fungsi peluang posterior k(θ x, ˆγ).

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 3: Estimasi Titik dengan Metode Bayes Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Dalam pendekatan klasik, parameter θ adalah besaran tetap yang tidak diketahui Sampel random X 1, X 2,..., X n diambil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Estimasi Bayes Definisi 1 Estimasi Bayes yang paling mungkin dari suatu nilai kebenaran θ 0 yang tidak diketahui pada parameter θ adalah nila ˆθ yang meminimumkan

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 3: Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Bila sampling berasal dari populasi yang digambarkan melalui fungsi peluang f X (x θ), pengetahuan tentang θ menghasilkan karakteristik mengenai keseluruhan

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar Statistika Matematika II Distribusi Sampling Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia March 20, 2017 atinaahdika.com Bila sampling berasal dari populasi yang

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar Statistika Matematika II Estimasi Titik dengan Metode Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia May 9, 2017 atinaahdika.com Dalam pendekatan klasik, parameter

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

Teorema Newman Pearson

Teorema Newman Pearson pengujian terbaik Andi Kresna Jaya andikresna@yahoo.com Jurusan Matematika October 6, 2014 Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk mean 3 Teorema Neyman-Pearson Back Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 2: Sifat-Sifat Estimator Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Statistik Cukup Dalam kondisi real, kita tidak mengetahui parameter dari populasi data yang akan kita teliti Informasi dalam sampel

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar a Matematika II - Estimator Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi a FMIPA Universitas Islam Indonesia April 17, 2017 atinaahdika.com Dalam kondisi real, kita tidak mengetahui parameter dari populasi

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 2015 Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu. Ruang

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 1: a FMIPA Universitas Islam Indonesia Parameter adalah karakteristik dari populasi (misal θ) adalah karakteristik dari sampel Akan dibahas konsep statistik dan distribusi sampling Parameter Misalkan

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Daftar Isi 1 Peubah Acak

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Daftar Isi 1 Peubah Acak

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar a Matematika II Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi a FMIPA Universitas Islam Indonesia March 20, 2017 atinaahdika.com t F Parameter adalah karakteristik dari populasi (misal θ) adalah karakteristik

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Percobaan adalah kegiatan

Lebih terperinci

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu

Peubah Acak dan Distribusi Kontinu BAB 1 Peubah Acak dan Distribusi Kontinu 1.1 Fungsi distribusi Definisi: Misalkan X peubah acak. Fungsi distribusi (kumulatif) dari X adalah F X (x) = P (X x) Contoh: 1. Misalkan X Bin(3, 0.5), maka fungsi

Lebih terperinci

Model Poisson. Inferensi likelihood. Andi Kresna Jaya November 19, Jurusan Matematika

Model Poisson. Inferensi likelihood. Andi Kresna Jaya November 19, Jurusan Matematika Review Poisson dengan overdispersi Inferensi likelihood Andi Kresna Jaya andikresna@yahoo.com Jurusan Matematika November 19, 2014 Review Poisson dengan overdispersi Outline 1 Review 2 3 Poisson dengan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi

MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi Orang Biologi Tidak Anti Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Konsep peubah acak, fungsi peluang (probability density function), fungsi distribusi

Lebih terperinci

CNH3E3 PROSES STOKASTIK Peubah Acak & Pendukungnya

CNH3E3 PROSES STOKASTIK Peubah Acak & Pendukungnya CNH3E3 PROSES STOKASTIK Peubah Acak & Pendukungnya Dosen: Aniq A Rohmawati, M.Si TELKOM UNIVERSITY JALAN TELEKOMUNIKASI 1, BANDUNG, INDONESIA Ruang Sampel dan Kejadian PEUBAH ACAK (P.A) Fungsi yang memetakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL Vania Mutiarani 1, Adi Setiawan, Hanna Arini Parhusip 3 1 Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW, 3 Dosen

Lebih terperinci

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES Hartayuni Saini 1 1 Jurusan Matematika, FMIPA-UNTAD. e-mail: yunh3_chendist@yahoo.co.id Abstrak Untuk menaksir nilai µ dari N(µ, ) umumnya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor. Pada umumnya analisis regresi

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN Karima Puspita Sari, Respatiwulan, dan Bowo Winarno Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak. Model regresi zero-inflated

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembicaraan statistik, jawaban yang diinginkan adalah jawaban untuk ruang lingkup yang lebih luas, yakni populasi. Tetapi objek dari studi ini menggunakan sampel

Lebih terperinci

STATISTIKA UNIPA SURABAYA

STATISTIKA UNIPA SURABAYA MATEMATIKA STATISTIKA (MATHEMATICAL STATISTICS) GANGGA ANURAGA Materi : Distribusi variabel random Teori Himpunan Fungsi Himpunan Fungsi Himpunan Peluang Variabel Random Fungsi Kepadatan Peluang Fungsi

Lebih terperinci

STATISTIK PERTEMUAN VI

STATISTIK PERTEMUAN VI STATISTIK PERTEMUAN VI 1. TEORI PENDUKUNG 1.1 Pendahuluan 1. Variabel acak 1.3 Distribusi variabel acak diskrit 1.4 Distribusi variabel acak kontinu 1.5 Distribusi multivariat 1.1 Pendahuluan Definisi

Lebih terperinci

ESTIMASI INTERVAL. (INTERVAL ESTIMATION) Minggu ke Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada

ESTIMASI INTERVAL. (INTERVAL ESTIMATION) Minggu ke Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada ESTIMASI INTERVAL (INTERVAL ESTIMATION) Minggu ke 8-10 Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada 2014 Outline 1 Metode Kuantitas Pivotal 2 3 Outline 1 Metode Kuantitas Pivotal 2 3 Outline

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 6: Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Inferensi Statistik Pendahuluan Inferensi Statistik Inferensi statistik adalah metode untuk menarik kesimpulan mengenai suatu populasi. Inferensi statistik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan beberapa definisi sebagai landasan dalam penelitian ini. Konsep dasar ini berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

Lebih terperinci

MA5181 PROSES STOKASTIK

MA5181 PROSES STOKASTIK Catatan Kuliah MA5181 PROSES STOKASTIK disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Tentang MA5181 Proses Stokastik A. Jadwal kuliah:

Lebih terperinci

Peubah Acak dan Distribusi

Peubah Acak dan Distribusi BAB 1 Peubah Acak dan Distribusi 1.1 ILUSTRASI (Ilustrasi 1) B dan G secara bersamaan menembak sasaran tertentu. Peluang tembakan B mengenai sasaran adalah 0.7 sedangkan peluang tembakan G (bebas dari

Lebih terperinci

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF Adi Setiawan Program Studi Matematika Industri dan Statistika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Linear Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai berikut : Y i = β 0 + X i1 β 1 + X i2 β 2 + + X ip β p +ε i ; i = 1,2,, n bila dirinci

Lebih terperinci

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Dist

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Dist BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi Orang Biologi Tidak Anti Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Konsep peubah acak, fungsi peluang (probability density function), fungsi distribusi

Lebih terperinci

INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT. Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E SKRIPSI

INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT. Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E SKRIPSI INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E 006 002 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: Distribusi Samp

MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: Distribusi Samp MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: We love Statistics Pengantar Parameter adalah... ...suatu karakteristik dari populasi. Statistik adalah... ...suatu karakteristik dari sampel. Statistik adalah fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendugaan Area Kecil Secara umum metode pendugaan area kecil dibagi menjadi dua bagian yaitu metode penduga langsung (direct estimation) dan metode penduga tak langsung (indirect

Lebih terperinci

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI INVERS MAXWELL UKURAN BIAS SAMPEL MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN. Rince Adrianti 1, Haposan Sirait 2 ABSTRACT ABSTRAK

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI INVERS MAXWELL UKURAN BIAS SAMPEL MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN. Rince Adrianti 1, Haposan Sirait 2 ABSTRACT ABSTRAK PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI INVERS MAXWELL UKURAN BIAS SAMPEL MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN Rince Adrianti, Haposan Sirait Mahasiswa Program Studi S Matematika Dosen Matematika, Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

A. Distribusi Gabungan

A. Distribusi Gabungan HANDOUT PERKULIAHAN Mata Kuliah : Statistika Matematika Pertemuan Ke : 5 Pokok Bahasan : Distibusi Dua peubah Acak URAIAN POKOK PERKULIAHAN A. Distribusi Gabungan Definisi 1: Peubah Acak Berdimensi Dua

Lebih terperinci

STK 203 TEORI STATISTIKA I

STK 203 TEORI STATISTIKA I STK 203 TEORI STATISTIKA I V. SEBARAN FUNGSI PEUBAH ACAK V. Sebaran Fungsi Peubah Acak 1 Sebaran Fungsi Peubah Acak Dalam banyak kasus untuk melakukan inferensi terhadap suatu parameter kita lebih banyak

Lebih terperinci

Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah

Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah BAB 1 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat 1.1 EKSPEKTASI Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah E(X) x x p X (x) dan E(X)

Lebih terperinci

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI STATISTIKA Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI 1 Daftar Isi Bab 1 Peluang Bab Peubah Acak Bab 3 Distribusi Peluang Diskret Bab 4 Distribusi Peluang Kontinu Bab 5 Fungsi Peubah Acak Bab 6 Teori Penaksiran

Lebih terperinci

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV 4.1 State dan Proses Observasi Semua proses didefinisikan pada ruang peluang (Ω, F, P). Misalnya X = {X : k N} adalah rantai Markov dengan state berhingga yang bersifat homogen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga distribusi generalized gamma dengan metode generalized moment ini, penulis menggunakan definisi, teorema dan konsep dasar

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. sєs (S ruang sampel) dengan sebuah bilangan real. Salah satu peubah acak adalah

II. LANDASAN TEORI. sєs (S ruang sampel) dengan sebuah bilangan real. Salah satu peubah acak adalah II. LANDASAN TEORI Peubah acak X(s) merupakan sebuah fungsi X yang menetapkan setiap anggota sєs (S ruang sampel) dengan sebuah bilangan real. Salah satu peubah acak adalah peubah acak diskrit, yaitu banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, penyajian, analisis dan interpretasi data. Statistika

Lebih terperinci

A. Distribusi Gabungan

A. Distribusi Gabungan HANDOUT PERKULIAHAN Mata Kuliah Pokok Bahasan : Statistika Matematika : Distibusi Dua peubah Acak URAIAN POKOK PERKULIAHAN A. Distribusi Gabungan Definisi 1: Peubah Acak Berdimensi Dua Jika S merupakan

Lebih terperinci

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi Bab 5 Peubah Acak Kontinu 5.1 Pendahuluan Definisi 5.1. Peubah acak adalah suatu fungsi dari ruang contoh S ke R (himpunan bilangan nyata) Peubah acak X bersifat diskret jika F (x) adalah fungsi tangga.

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

INDEKS KEMAMPUAN PROSES BERDASARKAN PROPORSI PERSESUAIAN UNTUK DISTRIBUSI NON NORMAL

INDEKS KEMAMPUAN PROSES BERDASARKAN PROPORSI PERSESUAIAN UNTUK DISTRIBUSI NON NORMAL J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 7, No. 2, November 2010, 47 55 INDEKS KEMAMPUAN PROSES BERDASARKAN PROPORSI PERSESUAIAN UNTUK DISTRIBUSI NON NORMAL Laksmi P Wardhani 1, Resty Z Fahrida, Nur

Lebih terperinci

MA5181 PROSES STOKASTIK

MA5181 PROSES STOKASTIK Catatan Kuliah MA5181 PROSES STOKASTIK We do love uncertainty disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Tentang MA5181 Proses Stokastik

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 4: Metode Evaluasi Estimator Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Penggunaan metode estimasi yang berbeda dapat menghasilkan estimator yang sama maupun berbeda Dari hasil estimator yang berbeda,

Lebih terperinci

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari. 6.. Proses Kelahiran Murni Dalam bab ini, akan dibahas beberapa contoh penting dari waktu kontinu, state diskrit, proses Markov. Khususnya, dengan kumpulan dari variabel acak {;0 } di mana nilai yang mungkin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Regresi Regresi adalah suatu studi statistik untuk menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan. Salah satu variabel merupakan variabel

Lebih terperinci

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada Estimasi Titik (Point Estimation) Minggu ke 1-3 Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada 2014 Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. (UGM) Daftar Isi 2014 1 / 33 DAFTAR ISI 1 Minggu 1 Pertemuan 1

Lebih terperinci

6. Teori Estimasi. EL2002-Probabilitas dan Statistik. Dosen: Andriyan B. Suksmono

6. Teori Estimasi. EL2002-Probabilitas dan Statistik. Dosen: Andriyan B. Suksmono 6. Teori Estimasi EL2002-Probabilitas dan Statistik Dosen: Andriyan B. Suksmono Pendahuluan Inferensi statistik adalah metoda untuk menarik inferensi atau membuat generalisasi dari suatu populasi. Ada

Lebih terperinci

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture Vol. 4, No., Oktober 04 Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture Tomy Angga Kusuma ), Suparman ) ) Program Studi Matematika FMIPA UAD ) Program Studi Pend. Matematika UAD

Lebih terperinci

Sampling dengan Simulasi Komputer

Sampling dengan Simulasi Komputer Modul Sampling dengan Simulasi Komputer PENDAHULUAN Sutawanir Darwis M etode statistika merupakan alat untuk menyelesaikan masalah apabila solusi analitik tidak mungkin diperoleh. Dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dari buku referensi karya ilmiah. Karya ilmiah yang digunakan adalah hasil penelitian serta

Lebih terperinci

Distribusi Probabilitas : Gamma & Eksponensial

Distribusi Probabilitas : Gamma & Eksponensial Distribusi Probabilitas : Gamma & Eksponensial 11 Debrina Puspita Andriani E-mail : debrina.ub@gmail.com / debrina@ub.ac.id 2 Outline Distribusi Gamma Distribusi Eksponensial 3 Distribusi Gamma Tidak selamanya

Lebih terperinci

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk! Catatan Kuliah MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk! disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 Tentang MA4183 Model Risiko A. Jadwal

Lebih terperinci

STATISTIKA MATEMATIKA

STATISTIKA MATEMATIKA Diktat Kuliah STATISTIKA MATEMATIKA Adi Setiawan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2006 i Contents Pendahuluan. Sifat Kecukupan.............................2 Sifat Kelengkapan...........................

Lebih terperinci

PENGANTAR PROBABILITAS STATISTIKA UNIPA SBY

PENGANTAR PROBABILITAS STATISTIKA UNIPA SBY PENGANTAR PROBABILITAS GANGGA ANURAGA POKOK BAHASAN Konsep dasar probabilitas Teori himpunan Permutasi Kombinasi Koefisien binomial Koefisien multinomial Probabilitas Aksioma probabilitas Probabilitas

Lebih terperinci

Distribusi Peluang Kontinyu STATISTIK INDUSTRI 1. Distribusi Peluang Kontinyu. Distribusi Diskrit Uniform. Distribusi Diskrit Uniform 13/11/2013

Distribusi Peluang Kontinyu STATISTIK INDUSTRI 1. Distribusi Peluang Kontinyu. Distribusi Diskrit Uniform. Distribusi Diskrit Uniform 13/11/2013 3//203 STATISTIK INDUSTRI Agustina Eunike, ST., MT., MBA Rata-rata dan Variansi Rumus Umum: Distribusi Peluang Diskrit dan Kontinyu UNIFORM Distribusi Diskrit Uniform Distribusi Diskrit Uniform Contoh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman sekarang, kemajuan sains dan teknologi sangat berkembang pesat. Salah satu ilmu yang berkembang adalah matematika yang merupakan induk dari semua ilmu

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko Catatan Kuliah MA4183 Model Risiko Forecast and control your risk Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 1 Tentang MA4183 Model Risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 \ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi-informasi faktual yang diperoleh berdasarkan hasil observasi maupun penelitian sangatlah beragam. Informasi yang dirangkum sedemikian rupa disebut dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai beberapa teori dan metode yang mendukung serta mempermudah dalam melakukan perhitungan dan dapat membantu di dalam pembahasan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM INFERENSI PARAMETER POPULASI SERAGAM

PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM INFERENSI PARAMETER POPULASI SERAGAM PENGGUNAAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF DALAM INFERENSI PARAMETER POPULASI SERAGAM Adi Setiawan Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-6

Lebih terperinci

Bab 9 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat: Harapan Tanpa Syarat

Bab 9 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat: Harapan Tanpa Syarat MA38 Teori Peluang - Khreshna Syuhada Bab 9 Bab 9 Peluang dan Ekspektasi Bersyarat: Harapan Tanpa Syarat Ilustrasi 9. Misalkan banyaknya kecelakaan kerja rata-rata per minggu di suatu pabrik adalah empat.

Lebih terperinci

28/09/2012 SAMPLE SPACE, SAMPLE POINTS, EVENTS. ω Ω

28/09/2012 SAMPLE SPACE, SAMPLE POINTS, EVENTS. ω Ω SAMPLE SPACE, SAMPLE POINTS, EVENTS Sample space,ω, Ω adalah sekumpulan semua sample points,ω, ω yang mungkin; dimana ω Ω Contoh 1. Melemparkan satu buah koin:ω={gambar,angka} Contoh 2. Menggelindingkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Peubah Acak dan Distribusinya.1.1 Peubah Acak Definisi.1: Peubah acak adalah suatu fungsi yang menghubungkan sebuah bilangan real dengan setiap unsur di dalam ruang contoh, (Walpole

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk! Catatan Kuliah MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk! disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 Tentang MA4183 Model Risiko A. Jadwal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita mempunyai data yang terdiri dari dua atau lebih variabel maka sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat berhubungan, hubungan

Lebih terperinci

MA4081 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Cerdas dan Stokastik

MA4081 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Cerdas dan Stokastik Catatan Kuliah MA4081 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Cerdas dan Stokastik disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Tentang MA4081 (Pengantar)

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH SIMULASI (KB) KODE / SKS : KK / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH SIMULASI (KB) KODE / SKS : KK / 3 SKS KODE / SKS : KK-01333 / 3 SKS 1 Pengertian dan tujuan 1. Klasifikasi Model 1 Simulasi. Perbedaan penyelesaian problem Dapat menjelaskan klasifikasi model dari matematis secara analitis dan numeris suatu

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. MA4283 Teori Risiko dan Kredibilitas Forecasting Risk: Precise and Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. MA4283 Teori Risiko dan Kredibilitas Forecasting Risk: Precise and Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA4283 Teori Risiko dan Kredibilitas Forecasting Risk: Precise and Prospective Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2018

Lebih terperinci

DISTRIBUSI STASIONER RANTAI MARKOV UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI WILAYAH JAWA BARAT

DISTRIBUSI STASIONER RANTAI MARKOV UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI WILAYAH JAWA BARAT DISTRIBUSI STASIONER RANTAI MARKOV UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI WILAYAH JAWA BARAT Firdaniza, Nurul Gusriani, Emah Suryamah Departemen Matematika Universitas Padjadjaran firdaniza@unpad.ac.id Abstrak:

Lebih terperinci

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA VARIABEL RANDOM Misalkan (Ω, A, P) ruang probabilitas dan R = {x < x < } dan B : Borel field pada R. Andaikan X : Ω R dan untuk setiap A R, kita definisikan

Lebih terperinci

INFERENSI PARAMETER SIMPANGAN BAKU POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF

INFERENSI PARAMETER SIMPANGAN BAKU POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF INFERENSI PARAMETER SIMPANGAN BAKU S - POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF Adi Setiawan Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl Diponegoro

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROBABILITAS

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISTRIBUSI PROBABILITAS DISTRIBUSI PROBABILITAS Peluang terjadinya nilai variabel random X yang meliputi semua nilai ditentukan melalui distribusi peluang. Distribusi peluang suatu variabel random X adalah

Lebih terperinci

STATISTICS. WEEK 5 Hanung N. Prasetyo TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. WEEK 5 Hanung N. Prasetyo TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS WEEK 5 Hanung N. Prasetyo Kompetensi 1. Mahasiswa memahamikonsep dasar distribusi peluang kontinu khusus seperti uniform dan eksponensial 2. Mahasiswamampumelakukanoperasi hitungyang berkaitan

Lebih terperinci

Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi

Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi ESTIMASI TITIK Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi sampel. Statistik merupakan bentuk dari

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL INAR(1) MENGGUNAKAN METODE BAYES

ESTIMASI PARAMETER MODEL INAR(1) MENGGUNAKAN METODE BAYES ESTIMASI PARAMETER MODEL INAR(1) MENGGUNAKAN METODE BAYES oleh NURMALITASARI M0106054 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika JURUSAN

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI MULTIVARIAT BAYESIAN DENGAN DISTRIBUSI PRIOR INFORMATIF 1. PENDAHULUAN

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI MULTIVARIAT BAYESIAN DENGAN DISTRIBUSI PRIOR INFORMATIF 1. PENDAHULUAN ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI MULTIVARIAT BAYESIAN DENGAN DISTRIBUSI PRIOR INFORMATIF Dina Ariek Prasdika, Dewi Retno Sari Saputro, Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit Fungsi probabilitas dari variabel random diskrit dapat dinyatakan dalam formula matematik tertentu yang dinamakan fungsi

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH PENGANTAR PROSES STOKASTIK

CATATAN KULIAH PENGANTAR PROSES STOKASTIK CATATAN KULIAH PENGANTAR PROSES STOKASTIK Oleh Atina Ahdika, S.Si, M.Si PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2016 Daftar Isi Daftar Isi iv

Lebih terperinci

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 4 Hal. 9 ISSN : 33 9 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA MARNISYAH ANAS Program Studi Magister Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 53 61 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA OLIVIA ATINRI,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel 5 II. LANDASAN TEORI 2.1 Model Regresi Poisson Analisis regresi merupakan metode statistika yang populer digunakan untuk menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel prediktor

Lebih terperinci

PEMODELAN BAYESIAN KONSUMSI RUMAH TANGGA AGREGAT MENGGUNAKAN PRIOR ZELLNER. Muhammad Fajar Staf BPS Kabupaten Waropen. Abstrak

PEMODELAN BAYESIAN KONSUMSI RUMAH TANGGA AGREGAT MENGGUNAKAN PRIOR ZELLNER. Muhammad Fajar Staf BPS Kabupaten Waropen. Abstrak PEMODELAN BAYESIAN KONSUMSI RUMAH TANGGA AGREGAT MENGGUNAKAN PRIOR ZELLNER Muhammad Fajar Staf BPS Kabupaten Waropen Abstrak Dalam perkembangan statistika terdapat dua pandangan terhadap parameter, yaitu

Lebih terperinci

PENAKSIR RATA-RATA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERPOTONG. Agustinus Simanjuntak ABSTRACT

PENAKSIR RATA-RATA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERPOTONG. Agustinus Simanjuntak ABSTRACT PENAKSIR RATA-RATA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERPOTONG Agustinus Simanjuntak Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru

Lebih terperinci

STATISTIKA MATEMATIKA

STATISTIKA MATEMATIKA Praktikum STATISTIKA MATEMATIKA Adi Setiawa Uiversitas Kriste Satya Wacaa Salatiga 2006 i Cotets : Statistik Cukup 2 Latiha Soal Statistik Cukup 6 3 : Estimasi Titik 7 4 Latiha Soal Estimasi Titik 37 5

Lebih terperinci