ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAF TERBOBOTI DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN DIPSACUS SYLVESTRIS DESI DWI WIRAYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAF TERBOBOTI DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN DIPSACUS SYLVESTRIS DESI DWI WIRAYANTI"

Transkripsi

1 ALORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIRAF TERBOBOTI DENAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN DIPSACUS SYLVESTRIS DESI DWI WIRAYANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOOR BOOR 212

2 ABSTRAK DESI DWI WIRAYANTI. Algoritma untuk Dekomposisi Digraf Terboboti dengan Aplikasi Analisis Siklus Kehidupan Dipsacus sylvestris. Dibimbing oleh SISWANDI dan NUR ALIATININTYAS. Analisis siklus kehidupan sering dilakukan oleh para ahli ekologi. Siklus kehidupan dapat digambarkan dengan digraf (graf berarah), dengan node menyatakan tahapan hidup dan edge menyatakan kontribusi yang diberikan dari tahapan hidup satu ke tahapan hidup yang lain. Kemudian, digraf tersebut dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori graf algoritmik. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mendekomposisi digraf terboboti, yaitu dengan cara menentukan cycle kemudian menghapus edge yang memiliki bobot terkecil pada cycle tersebut. Digraf ini akan terurai menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah himpunan cycle yang tidak memuat arah bertentangan. Bagian kedua adalah sebuah subgraf yang tidak terdapat cycle. Algoritma ini menjamin cycle yang dihasilkan, tidak memuat arah bertentangan ketika diterapkan pada analisis siklus kehidupan. Kata kunci: Digraf terboboti, Siklus kehidupan, Algoritma dekomposisi digraf.

3 ABSTRACT DESI DWI WIRAYANTI. Application of Decomposition Algorithm for Weighted Digraph in Life Cycle Analysis of Dipsacus sylvestris. Supervised by SISWANDI and NUR ALIATININTYAS. Life cycle analysis is often carried out by ecologists. Life cycle can be described by digraph (directed graph), which consists of nodes as the stages of life cycle and the edges as the contribution of one life stage to another life stage. Further, the digraph was analyzed using algorithmic graph theory. This approach is done by decomposing weighted digraph by determining the cycle and then remove the edge with the smallest weight in the cycle. This digraph consist of two parts. The first part contains cycles that do not contain contradictory directions. The second contains no cycle. This algorithm ensures that the resulting cycle does not lead the contrary, when applied to the analysis of the life cycle. Keywords: Weighted digraph, Life cycle, Decomposition algorithms digraph.

4 ALORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIRAF TERBOBOTI DENAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN DIPSACUS SYLVESTRIS DESI DWI WIRAYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOOR BOOR 212

5 Judul Nama NRP : Algoritma untuk Dekomposisi Digraf Terboboti dengan Aplikasi Analisis Siklus Kehidupan Dipsacus sylvestris : Desi Dwi Wirayanti : Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Drs. Siswandi, M.Si. Dra. Nur Aliatiningtyas, MS. NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Matematika Dr. Berlian Setiawaty, MS. NIP Tanggal Lulus :

6 KATA PENANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penyusunan karya ilmiah ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluargaku tercinta: Ibu, Bapak dan Mas Adi Sumarsono yang tiada henti memberikan doa, motivasi dan kasih sayang. Puput dan keluarga di egana: Bude, Mba Santi, Mas Yul, eo dan Sasha yang telah memberikan doa dan motivasinya. 2. Drs. Siswandi, M.Si. sebagai dosen pembimbing I, terima kasih atas semua ilmu, kesabaran, motivasi dan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. 3. Dra. Nur Aliatiningtyas, MS. sebagai dosen pembimbing II, terimakasih atas semua ilmu, saran dan motivasinya. 4. Drs. Ali Kusnanto, M.Si. sebagai dosen penguji, terima kasih atas semua ilmu dan sarannya. 5. Semua dosen Departemen Matematika, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan. 6. Staf Departemen Matematika: Bu Susi, Pak Yono, Pak Acep, Mas Deni, Mas Heri, Bu Ade, Pak Bono, terima kasih atas bantuannya selama ini. 7. Bu Utut Suharso, terima kasih atas bantuan dan wawasan yang telah diberikan. 8. Teman-teman di Departemen Matematika khususnya Nur Aziezah, Sunarsih, Slamet Riyadi, Ecka Asnizar, Ace Suhendar, Kak Ibrahim Amin, Rizky SN, Rizky NS, Dandi, Andrew, Lilis, Aqil, Ikhsan Dika, Ima, Selvi, Kak Iput dan Kak Lia terima kasih atas ilmu, motivasi dan bantuannya selama ini. 9. Teman-teman: Lina Najawatur Rusydi dan Fajar Santiabudi, terima kasih atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Kang Iswah dan Dede Rahmat sebagai teknisi komputer terima kasih karena telah meyelesaikan masalah-masalah dengan komputer. 1. Smart Eduplace crew: Bu Ernie, Pak Ruskam, Miss Leona, Miss Nur, Miss Dewi dan Mas Doni, terima kasih atas kerja sama dan dukungannya selama pengerjaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya Matematika dan inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Bogor, Juni 212 Desi Dwi Wirayanti

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Desember 1988 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, anak dari pasangan Sumarto dan Yatinah. Tahun 2 penulis lulus dari SD Negeri Leuwiliang 1, Bogor. Kemudian pendidikan penulis dilanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Leuwiliang, Bogor dan lulus pada tahun 23. Tahun 26 penulis lulus dari SMAN 1 Leuwiliang, Bogor, dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti perkuliahan, penulis tidak mengikuti kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan di kampus. Penulis bekerja freelance sebagai guru les di Lembaga Bimbingan Belajar SIMPLE selama 1 bulan (September 29 Juli 21) dan guru les privat di SMART EDUPLACE mulai Bulan Oktober 211 sampai dengan sekarang.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR AMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... ix I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 1 II LANDASAN TEORI Matriks dan Nilai Eigen raf... 2 III PEMBAHASAN Algoritma Dekomposisi Digraf Terboboti Definisi Kondisi Flow Konservasi Contoh Ilustrasi untuk Algoritma Dekomposisi Digraf Terboboti Algoritma Dekomposisi Digraf pada Siklus Kehidupan Dipsacus sylvestris Jumlah Cycle... 1 IV SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 18

9 DAFTAR AMBAR 1 raf raf D raf H Loop u Union 2 graf K L Digraf Null graf Tree pada digraf Digraf F Subgraf F 1 dari digraf F Subgraf F 2 dari digraf F Subgraf F 3 dari digraf F Subgraf F 4 dari digraf F Digraf Subgraf 1 dari digraf Subgraf 2 dari digraf Subgraf 3 dari digraf Subgraf 4 dari digraf Subgraf 5 dari digraf Subgraf 1* dari digraf Subgraf 2* dari digraf Subgraf 5* dari digraf Digraf yang merepresentasikan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris Spanning tree T Digraf D yang merepresentasikan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris memenuhi kondisi flow konservasi Cycle L 1 = { } Subgraf D 1 dari digraf D Cycle L 2 = { } Subgraf D 2 dari digraf D Cycle L 3 = { } Subgraf D 3 dari digraf D Cycle L 4 = { } Subgraf D 4 dari digraf D Cycle L 5 = { } Subgraf D 5 dari digraf D Cycle L 6 = { } Subgraf D 6 dari digraf D Cycle L 7 = {4 6 4} Subgraf D 7 dari digraf D Cycle L 8 = {5 6 5} Subgraf D 8 dari digraf D Cycle L 9 = {3 3} Subgraf D 9 dari digraf D Cycle L 1 = {4 4} Subgraf D 1 dari digraf D Cycle L 11 = {5 5} Subgraf D 11 dari digraf D... 16

10 DAFTAR TABEL 1 Data kontibusi yang diberikan oleh Dipsacus sylvestris dari satu tahapan hidup ke tahapan hidup lainnya (%) Bobot siklus kehidupan Dipsacus sylvestris yang memenuhi kondisi flow konservasi Cycle pada Dipsacus sylvestris DAFTAR LAMPIRAN 1 Matriks dekomposisi siklus kehidupan Dipsacus sylvestris Pembuktian Teorema Pembuktian Teorema

11 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori graf merupakan cabang ilmu matematika yang membahas mengenai permasalahan penyusunan objek-objek dan hubungan antara objek-objek tersebut. Teori graf ini banyak diterapkan pada berbagai bidang ilmu pengetahuan lain seperti kimia, fisika, biologi dan bidang ilmu pengetahuan lainnya. Banyak permasalahan yang dapat digambarkan dengan graf seperti bentukbentuk molekul kimia, jaringan listrik, siklus kehidupan suatu makhluk hidup dan berbagai permasalahan lainnya. Siklus kehidpan merupakan rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh individu-individu dalam populasi yang berkaitan dengan perubahan tahap-tahap dalam kehidupan. Sebagai contoh, pada permasalahan siklus kehidupan tumbuhan Dipsacus sylvestris, tanaman yang perbungaannya mirip dengan lavender hanya saja berbentuk silinder berduri. Siklus kehidupan tersebut dapat digambarkan dengan graf dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori graf algoritmik. Sebuah digraf (graf berarah) siklus kehidupan merupakan gambaran siklus kehidupan dari suatu populasi yang dapat direpresentasikan dalam sebuah digraf yang terdiri dari node dan edge. Node pada digraf merupakan tahapan hidup dan edge atau garis berarah penghubung antar node merupakan kontribusi yang diberikan dari suatu tahapan satu ke tahapan lainnya. Representasi lain dari digraf siklus kehidupan tersebut adalah matriks. Entri matriks menunjukkan bobot edge dari tahapan hidup satu ke tahapan hidup berikutnya. Sebelumnya, Wardle (1998) menemukan metode pendekatan sistematik untuk menganalisis siklus kehidupan yaitu metode spanning tree. Mulai dengan tree yang memiliki n node dan dihubungkan dengan (n 1) edge. Cycle dibentuk dengan menambahkan edge pada tree tersebut. Hanya saja metode ini menimbulkan masalah yaitu untuk digraf yang cukup rumit biasanya sulit bahkan hampir tidak mungkin untuk menemukan suatu tree yang span-nya memuat sekumpulan cycle tanpa arah yang berlawanan. Wardle sendiri menyatakan jika cycle memuat arah yang berlawanan maka tidak mewakili siklus kehidupan individuindividu organisme, yang artinya hal tersebut bertentangan dengan interpretasi secara biologi (Sun dan Wang, 27). Oleh karena itu Sun dan Wang menentukan metode lain untuk menganalisis siklus kehidupan yaitu algoritma dekomposisi digraf terboboti. Analisis suatu digraf dengan pendekatan teori graf algoritmik ini dilakukan dengan mendekomposisikan digraf terboboti yaitu dengan cara menghapus edge yang memiliki bobot terkecil pada cycle yang terdapat pada digraf tersebut. Secara biologi, dekomposisi menggambarkan dan mengkuantifikasi kontribusi dari siklus kehidupan yang berbeda dari individu untuk laju pertumbuhan populasi. Karya ilmiah ini merupakan pembahasan ulang dari jurnal yang berjudul An algorithm for a decomposition of weighted digraphs: with applications to life cycle analysis in ecology (Sun & Wang, 27). Pembahasan ini lebih ditekankan pada analisis algoritma dekomposisi digraf siklus kehidupan populasi Dipsacus sylvestris. 1.2 Tujuan Penulisan karya ilmiah ini bertujuan menggunakan pendekatan teori graf algoritmik untuk merepresentasikan algoritma dekomposisi digraf pada siklus kehidupan suatu populasi. II LANDASAN TEORI Dalam landasan teori akan dipaparkan teoriteori yang berkaitan dengan pembahasan karya ilmiah. 2.1 Matriks dan Nilai Eigen Definisi 1 (Matriks) Matriks adalah susunan segi empat sikusiku dari bilangan-bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks. (Anton 1997)

12 2 Matriks berukuran m n menyatakan banyaknya m baris dan n kolom. Definisi 2 (Nilai Eigen) Misalkan A adalah matriks n n. Suatu skalar λ disebut nilai eigen atau nilai karakteristik dari A jika terdapat suatu vektor tak nol x sehingga Ax = λx. (Horn dan Johnson 1985) Persamaan Ax = λx dapat ditulis dalam bentuk (A λi)x = (1) Jadi λ adalah nilai eigen dari A jika dan hanya jika persamaan (1) memiliki suatu penyelesaian nontrivial. Persamaan (1) akan mempunyai penyelesaian nontrivial jika dan hanya jika A λi singular atau secara ekuivalen det(a λi) = (2) Persamaan (2) dapat disebut juga persamaan karakteristik. Definisi 3 (Incident dan Adjacent) Misalkan diberikan graf = (V, E). Jika e = {u, v} E() dengan u, v V maka u dan v dikatakan adjacent di dan e dikatakan incident dengan u dan v. (Chartrand & Oellermann 1993) Definisi 4 (Walk) Walk W pada suatu graf adalah barisan berhingga antara node dan edge bergantian dimulai dari node dan diakhiri dengan node yang lain. Suatu walk W dapat dinyatakan sebagai W = v i e j v i+1 e j+1 e k v m atau W = v i v i+1 v m, sehingga setiap edge di dalam barisan harus incident dengan node sebelum dan sesudahnya. (Chartrand & Zhang 29) Ilustrasi walk pada suatu graf bisa dilihat pada ambar 2 berikut. W = u v w u x adalah walk. 2.2 raf Definisi 3 (raf) Suatu graf adalah pasangan terurut (V, E) dengan V adalah himpunan berhingga dan takkosong dari elemen graf yang disebut simpul (node) dan E adalah himpunan pasangan takterurut (mungkin saja himpunan kosong) dari simpul-simpul berbeda di V yang disebut sisi (edge). (Chartrand & Oellermann 1993) Misalkan graf maka {u, v} E() (dengan u, v V() ) disebut sisi (edge). Sisi {u, v} biasa dituliskan dengan uv atau vu. ambar 2 raf D Definisi 5 (Path) Path adalah walk dengan setiap node yang berbeda. (Chartrand & Oellermann 1993) Ilustrasi path bisa dilihat pada ambar 2. P = u v w x adalah path. Definisi 6 (Subgraf) raf H disebut suatu subgraf dari graf jika V(H) V() dan E(H) E(). (Chartrand & Oellermann 1993) Pada ambar 3, graf H adalah subgraf dari graf. ambar 1 raf = (V, E) Pada ambar 1 diperlihatkan graf dengan himpunan node V = {v, w, x, y, z} dan himpunan edge E = {v, w}, {w, x}, {x, y}, {x, z}. ambar 3 raf H

13 3 Definisi 7 (Spanning Subgraf) Sebuah subgraf H dari graf adalah sebuah spanning subgraf dari jika V(H) = V() (Chartrand & Oellermann 1993) Definisi 8 (Cycle) Cycle adalah walk v v 1 v n dengan n 2, v = v n, dan semua simpulnya berbeda. (Chartrand & Oellermann 1993) Ilustrasi cycle bisa dilihat pada ambar 2. C = u v w u adalah cycle. Definisi 9 (Loop) Edge yang menghubungkan suatu node dengan simpul itu sendiri disebut loop. (Chartrand & Oellermann 1993) Ilustrasi loop pada suatu graf dapat dilihat pada ambar 4 di bawah ini. L = {u u} ambar 4 Loop u Definisi 1 (Union dari 2 raf) Misalkan 1 dan 2 adalah graf dengan himpunan simpul yang disjoint, maka union dari 1 dan 2 dituliskan 1 2, adalah graf yang memiliki V( 1 2 ) = V( 1 ) V( 2 ) dan E( 1 2 ) = E( 1 ) E( 2 ). (Chartrand & Oellermann 1993) Ilustrasi Union dari 2 graf, K L, dapat dilihat pada ambar 5 berikut. ambar 6 Digraf Definisi 12 (Digraf berbobot) Digraf D = (V, A) dikatakan berbobot jika terdapat sebuah fungsi w: A R (dengan R adalah himpunan bilangan real) yang memberikan sebuah bilangan real pada setiap sisi berarah di A yang disebut bobot. Setiap bobot w(uv) dengan uv A sering dinotasikan dengan w u,v. (Foulds 1992) Definisi 13 (null graf) Null graf adalah graf yang tidak memiliki edge. (Wilson & Watkins 199) Null graf dapat digambarkan pada ambar 7 berikut. ambar 7 Null graf Definisi 14 (Walk berarah) Walk berarah pada suatu digraf D adalah walk yang sesuai dengan arah sisinya atau tidak berlawanan arah. (Vasudev 26) Ilustrasi walk berarah pada suatu digraf bisa dilihat pada ambar 6. W = v, u, w adalah walk berarah. ambar 5 Union 2 graf K L Definisi 11 (Digraf) raf berarah (digraf) D adalah pasangan terurut (V, A) dengan V himpunan takkosong yang hingga, dan A himpunan pasangan terurut yang menghubungkan elemen-elemen di V. Elemen-elemen dari A disebut edge berarah (arc). Edge berarah (u, v) dinyatakan dengan garis berarah dari u ke v. (Chartrand & Zhang 29) Definisi 15 (Tree pada Digraf) Suatu digraf terhubung yang tidak memiliki cycle disebut tree pada digraf. (Chartrand & Zhang 29) Ilustrasi tree untuk digraf dapat dilihat pada ambar 8 berikut.

14 4 Definisi 17 (Co-tree) Co-tree T dari sebuah spanning tree T pada digraf adalah subgraf dari yang hanya memuat edge-edge pada dan tidak terdapat di T. (Harary 1994) ambar 8 Tree pada digraf Definisi 16 (Spanning tree) Sebuah tree yang merupakan sebuah spanning subgraf dari graf terhubung adalah sebuah spanning tree. (Chartrand & Zhang 29) Definisi 18 (raf sisa) raf sisa adalah subgraf yang dihasilkan dari algoritma dekomposisi dan tidak memuat cycle. (Sun & Wang 27) III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas tentang digraf terboboti yang dapat direpresentasikan dalam sebuah matriks. Selanjutnya akan dibahas algoritma dekomposisi digraf terboboti beserta contoh ilustrasinya, dan aplikasi algoritma tersebut pada siklus kehidupan Dipsacus sylvestris. Digraf dengan bobot sebesar w i,j, bobot edge berarah dari node v j ke node v i, yang ditandai pada setiap edge berarah dinotasikan dengan, w i,j. Setiap bobot pada edge berarah dapat direpresentasikan dalam sebuah matriks berikut. W i,j = nxn v 1 v 2 v n v 1 v 2 v n w 11 w 12 w 21 w 22 w n1 w n2 w 1n w nn 3.1 Algoritma Dekomposisi Digraf Terboboti Jika diberikan suatu matriks dari suatu digraf dengan edge terboboti dan memuat suatu cycle atau loop, maka matriks tersebut dapat didekomposisi. Cara pendekomposisiannya mengikuti algoritma dekomposisi matriks adalah sebagai berikut: 1. Diketahui sebuah digraf yang terhubung dengan banyaknya edge adalah E(), dan memiliki bobot. w 2n 2. Pilih cycle yang dimulai dan diakhiri pada node yang sama. Proses ini dapat diilustrasikan sebagai berikut: Misal v 1 memenuhi kondisi bahwa bobot w i,1 > untuk i 1 (setidaknya ada satu edge dari v 1 ), dan w 1,j > untuk j 1 (setidaknya ada satu edge yang menuju v 1 ). Langkah selanjutnya: 2.a Pilih i 1 sebagai indeks node yang akan dikunjungi, v i1 {v 2,, v n }, dengan syarat w i1,1 > (edge v 1 v i1 ada). 2.b Jika w 1,i1 > (edge v i1 v 1 ada), maka suatu cycle telah ditemukan yaitu v 1 v i1 v 1. Selainnya, cari node lain yang akan dikunjungi berikutnya dari node tersisa {v 2,, v n }\v i1 (semua node kecuali v i1 ) yaitu v i2 sehingga w i2,i 1 >. 2.c Jika w 1,i2 >, maka suatu cycle ditemukan yaitu v 1 v i1 v i2 v 1. Selainnya, ulangi langkah 2.b untuk mencari node yang akan dikunjungi berikutnya dari node tersisa {v 2,, v n }\ v i1, v i2, yaitu v i3 sehingga w i3,i 2 >, dan langkah ini berlaku untuk i 4, i 5,, i n. 2.d Jika w j,1 >, v j maka cycle ada. Jika cycle tidak dapat dilengkapi untuk semua j sehingga w j,1 >, tidak ada cycle yang memulai dan mengakhiri pada v Dari langkah 2 sebuah cycle telah diperoleh dan diberi nama L 1, setiap edge

15 5 akan diberikan bobot yang sama untuk yaitu bobot terkecil diantara semua edge pada L telah didekomposisi untuk = 1 L 1, dan E( 1 ) < E(). Persamaan matriks terboboti dari graf sebagai berikut: w ij = w 1 L nxn ij + w 1 nxn ij nxn dimana w ij, w 1 L ij, w 1 ij merupakan masingmasing edge terboboti dari node j ke node i pada graf, 1, L Ulangi langkah 1 pada 1 dan mendapatkan cycle L 2 di Pada akhir algoritma ini = r L i r i=1 dimana L i adalah cycle sederhana tanpa arah bertentangan, dan r adalah subgraf yang diperoleh tanpa cycle Definisi Kondisi Flow Konservasi Suatu digraf terboboti memenuhi kodisi flow konservasi jika i, n w i,j = w j,i j=1 n j=1 dimana w i,j adalah jumlah bobot yang masuk ke node i, dan w j,i adalah jumlah bobot keluar dari node i. Definisi ini menunjukkan bahwa jumlah bobot yang masuk haruslah sama dengan jumlah bobot yang keluar. Ada dua teorema yang berkaitan dengan definisi tersebut. Teorema 1 Jika memenuhi kondisi flow konservasi, maka graf sisanya r = (null graf). (Sun & Wang 27) Bukti: (Lampiran 2) Teorema 2 Jika memenuhi kondisi flow konservasi, untuk sisa graf r, semua nilai eigen dari matriks terboboti, w r i,j nxn adalah nol, (Sun & Wang 27) Bukti: (Lampiran 3) Contoh Ilustrasi untuk Algoritma Dekomposisi Digraf Terboboti Contoh Dekomposisi Digraf Terboboti yang memenuhi Kondisi Flow Konservasi. Perhatikan digraf F pada ambar 9 di bawah ini, ambar 9 Digraf F Dapat dilihat pada digraf F kondisi flow konservasi terpenuhi n j=1 w i,j = n j=1 w j,i. Dari digraf tersebut dapat dibuat matriks representasinya sebagai berikut Dari [1] [2] [3] [1] 2 1 Ke [2] [3] 25 3 Kemudian digraf tersebut dapat didekomposisi dengan menggunakan algoritma berikut. 1. Mulai dengan node 1 ditemukan suatu cycle C 1 = {1 2 1}. 2. Pilih bobot terkecil dari semua edge di C 1, yaitu w F 12 = Hapus edge pada cycle C 1 yang memiliki bobot terkecil. Sedangkan bobot edge yang lain dikurangkan dengan bobot edge terkecil tersebut, w F 12 = 12. Sehingga didapat subgaf F 1 ditampilkan pada ambar 1 berikut ini. ambar 1 Subgraf F 1 dari digraf F 4. Dari subgraf F 1 terdapat cycle C 2 = { }. 5. Pilih bobot edge terkecil yaitu F w 1 13 = 1 di C 2 sebagai bobot untuk semua edge dalam cycle. 6. Hapus edge pada cycle C 2 yang memiliki bobot terkecil. Sedangkan bobot edge yang lain dikurangkan

16 6 dengan bobot edge terkecil tersebut, F w 1 13 = 1. Sehingga didapat subgaf F 2 yang ditampilkan pada ambar 11 berikut. ambar 11 Subgraf F 2 dari digraf F 7. Dari subgraf F 2 terdapat cycle C 3 = {2 3 2}. 8. Pilih bobot edge terkecil di C 3 yaitu F w 2 23 = 15 sebagai bobot untuk semua edge dalam cycle. F 9. Karena bobot edge w 2 F 23 = w 2 32 = 15, maka edge yang berada pada cycle tersebut dihapuskan sehingga didapat subgraf F 3 yang ditampilkan pada ambar 12 berikut. ambar 12 Subgraf F 3 dari digraf F 1. Hapus loop C 4 dari node 3, sehingga didapat subgraf F 4 yang ditampilkan pada ambar 13 berikut. ambar 13 Subgraf F 4 dari digraf F 11. Subgraf F 4 tidak berisi cycle dan loop (cycle sederhana) sehingga proses berhenti. Jadi digraf F dapat didekomposisi menjadi empat cycle dan sebuah graf sisanya, F 4 dan dapat ditulis sebagai berikut. 4 F = F 4 C i ; C i = cycle ke i i=1 F = F 4 {1 2 1} { } {2 3 2} {3 3} Matriks F adalah matriks representasi dari algoritma dekomposisi digraf F dapat ditulis sebagai berikut. Untuk mendekomposisi C 1 dari F 2 1 F = = = C 1 + F Untuk mendekomposisi C 2 dari F F = = = C 1 + C 2 + F 2 Untuk mendekomposisi C 3 dari F F = = = C 1 + C 2 + C 3 + F 3 Untuk mendekomposisi C 4 dari F F = = = C 1 + C 2 + C 3 + C 4 + F 4 Dari hasil matriks dekomposisi di atas diperoleh persamaan karakteristik dari matriks F 4 adalah sebagai berikut. det(λi F 4 ) = λi F 4 = 1 λ 1 = λ 1 λ = λ 3 = λ Jika digraf tidak memenuhi kondisi flow konservasi, maka algoritma masih dapat berlaku. Perhatikan digraf pada gambar 14 di berikut,

17 7 yang lain dikurangkan dengan bobot edge terkecil tersebut, w 1 12 = 14. Sehingga didapat subgaf 2 pada ditampilkan pada ambar 16 berikut. ambar 14 Digraf dapat dilihat pada digraf diatas bahwa kondisi n flow konservasi tidak dipenuhi j=1 w i,j n j=1 w j,i. Dari digraf tersebut dapat dibuat matriks representasinya sebagai berikut. [1] Ke [2] [3] Dari [1] [2] [3] ambar 16 Subgraf 2 dari digraf 7. Dari subgraf 2 terlihat tidak terdapat cycle. Selanjutnya hapus loop dari masingmasing node sembarang yang terdapat loop. 8. Hapus loop L 3 dari node 1 sehingga didapat subgraf 3 yang ditampilkan pada ambar 17. Kemudian digraf tersebut didekomposisikan dan hasil pendekomposisiannya dapat direpresentasikan dalam sebuah matriks. Dengan algoritma berikut akan didapat matriks dekomposisi: 1. Mulai dengan node 1 pada graf, terdapat cycle L 1 = {1 2 1}. 2. Pilih bobot terkecil dari semua edge pada cycle L 1 yaitu w 12 = Hapus edge pada cycle L 1 yang memiliki bobot terkecil. Sedangkan bobot edge yang lain dikurangkan dengan bobot edge terkecil tersebut, w 12 = 12. Sehingga didapat subgaf 1 ditampilkan pada ambar 15 berikut. ambar 17 Subgraf 3 dari digraf 9. Hapus loop L 4 dari node 2 sehingga didapat subgraf 4 yang ditampilkan pada ambar 18. ambar 18 Subgraf 4 dari digraf ambar 15 Subgraf 1 dari digraf 4. Dari subgraf 1 terdapat cycle L 2 = { }. 5. Pilih bobot edge terkecil yaitu w 1 21 = 14 di L 2 sebagai bobot untuk semua edge dalam cycle. 6. Hapus edge pada cycle L 2 yang memiliki bobot terkecil. Sedangkan bobot edge 1. Hapus loop L 5 dari node 3. Sehingga didapat subgraf 5 yang ditampilkan pada ambar 19. ambar 19 Subgraf 5 dari digraf

18 8 11. Subgraf 5 tidak berisi cycle dan loop (cycle sederhana) sehingga proses berhenti. Jadi digraf dapat didekomposisi menjadi lima cycle dan sebuah graf sisanya, 5 dan dapat ditulis sebagai berikut. 5 = 5 L i ; L i = cycle ke i i=1 Semua nilai eigen (λ) dari matriks 5 adalah nol. Pendekomposisian digraf bersifat tidak unik. Sebagai contoh dari digraf sebelumnya dapat dilakukan dekomposisi cycle yang berbeda. Misal pilih cycle lain sebagai cycle awal pendekomposisian yaitu { } lalu pilih bobot edge terkecil yaitu 15. Dari sini didapat subgraf 1 yang ditampilkan pada ambar 2. = 5 {1 2 1} { } {1 1} {2 2} {3 3} Matriks adalah hasil dekomposisi dari digraf dapat ditulis sebagai berikut: Untuk mendekomposisi L 1 dari, = = = L Untuk mendekomposisi L 2 dari = = = L 1 + L Jadi, matriks dekomposisinya adalah = = = L 1 + L 2 + L 3 + L 4 + L Dari hasil matriks dekomposisi di atas diperoleh persamaan karakteristik dari sisa digraf r = 5 adalah sebagai berikut. det(λi 5 ) = λi 5 = 1 1 λ 1 = λ λ = λ 3 = λ ambar 2 Subgraf 1* dari digraf Selanjutnya dekomposisi siklus {1 2 1}, pilih edge dengan bobot 11. Sehingga didapat subgraf 2 yang ditampilkan pada ambar 21. ambar 21 Subgraf 2* dari digraf Selanjutnya hilangkan loop dari node masing-masing. Sehingga didapat subgraf 5 yang ditampilkan pada ambar 22. ambar 22 Subgraf 5* dari digraf Setelah tidak terdapat cycle atau loop pada digraf proses berhenti. Jadi digraf dapat didekomposisi menjadi lima cycle dan sebuah graf sisanya, 5 dan dapat ditulis sebagai berikut. 5 = 5 L i ; L i = cycle ke i i=1 = 5 { } {1 2 1} {1 1} {2 2} {3 3} Matriks dekomposisi yang sesuai dengan graf di atas adalah = =

19 = L 1 + L 2 + L 3 + L 4 + L Persamaan karakteristik yang diperoleh dari graf sisa, r = 5. λi 5 = 1 1 λ 1 = λ 1 1 λ = λ λ 3 = Jadi, semua nilai eigen r adalah nol. Dari contoh dapat dilihat dengan memilih cycle awal {1 2 1} didapat nilai eigen (λ) sama dengan nol. Dan dengan memilih cycle awal { } diperoleh nilai eigen (λ) sama dengan nol. Hal ini menunjukkan dengan memilih cycle awal yang berbeda didapat nilai eigen (λ) yang sama. 3.2 Algoritma Dekomposisi Digraf pada Siklus Kehidupan Dipsacus sylvestris Dalam karya ilmiah ini akan dibahas kasus siklus kehidupan Dipsacus sylvestris yang memiliki enam tahapan hidup yaitu: benih dorman tahun pertama, benih dorman tahun kedua, kuncup kecil, kuncup sedang, kuncup besar, dan perbungaan. Siklus kehidupan Dipsacus sylvestris dapat direpresentasikan oleh digraf terboboti dengan node mewakili tahapan hidup dari siklus kehidupan dan edge dari node j ke node i menunjukkan bahwa individu dari tahap j pada waktu t dapat memberikan kontribusi untuk individu dalam tahap j pada waktu t+1. Kontribusi tersebut dapat ditulis dalam matriks berordo n, w ij nxn, dimana n merupakan banyaknya tahapan hidup dalam siklus kehidupan. Siklus kehidupan tanaman tersebut direpresentasikan pada ambar 22 dan kontribusi edge terdapat dalam tabel 1. Tabel 1 Data kontribusi yang diberikan oleh Dipsacus sylvestris dari satu tahapan hidup ke tahapan hidup lainnya (%) Tahapan Tahapan Kehidupan Total Kehidupan baris Total kolom (Wardle 1998) Ket: 1 = benih dorman tahun pertama; 2 = benih dorman tahun ke-2; 3 = kuncup kecil; 4 = kuncup sedang; 5 = kuncup besar; 6 = perbungaan. Dari Tabel 1 dapat direpresentasikan dalam sebuah digraph siklus kehidupan seperti pada ambar 23 di bawah ini. ambar 23 Digraf yang merepresentasikan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris Digraf dari siklus kehidupan Dipsacus sylvestris rumit, sehingga sulit didapatkan sebuah spanning tree yang tidak memuat cycle dengan arah yang tidak bertentangan. Wardle memilih sebuah spanning tree yang memuat cycle dengan arah bertentangan, dengan menggunakan spanning tree { } pada ambar 24. Spanning tree terbentuk dari n 1 edge, dimana n menyatakan banyaknya node dari suatu graf dan co-tree yang terdiri dari E() (n 1) edge yang tidak digunakan oleh spanning tree.

20 1 ambar 24 Spanning tree T Cycle dibentuk dengan menambahkan edge pada co-tree ke spanning tree. Misal, menambahkan edge 1 3 ke spanning tree sehingga menghasilkan cycle { }, dimana panah ganda merupakan edge berarah pada spanning tree dan panah tunggal merupakan edge berarah co-tree yang ditambahkan pada spanning tree. Bobot edge dari co-tree merupakan karakteristik elastisitas cycle. Elastisitas cycle adalah hasil kali karakteristik elastisitas cycle dengan panjang cycle (banyaknya edge pada cycle). Oleh karena itu, cycle { } memiliki karakteristik elastisitas cycle.79 dan elastisitas cycle.79 5 =.395. Edge pada co-tree yang berbeda-beda menghasilkan cycle yang unik pada spanning tree. Cycle bermasalah ketika edge 4 6 ditambahkan pada spanning tree. Cycle yang terbentuk adalah Cycle ini memiliki arah yang bertentangan. Tidak ada interpretasi biologis untuk cycle tersebut, dan tidak ada individual dalam suatu populasi yang mengikuti jalan dari cycle tersebut sebagai siklus kehidupan. L. Sun dan M. Wang mengusulkan suatu algoritma dekomposisi matriks untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tapi untuk menggunakan algoritma tersebut, matriks elastisitas harus memenuhi kondisi flow konservasi. Sehingga elemen (3,6), (4,6), dan (5,6) harus dimodifikasi pembulatan angka dibelakang koma yang diperlihatkan pada tabel 2. Tabel 2 Bobot siklus kehidupan Dipsacus sylvestris yang memenuhi kondisi flow konservasi Tahapan Tahapan Kehidupan Total Kehidupan baris Total kolom Ket: 1 = benih dorman tahun pertama; 2 = benih dorman tahun ke-2; 3 = kuncup kecil; 4 = kuncup sedang; 5 = kuncup besar; 6 = perbungaan. 3.3 Jumlah Cycle Jumlah cycle dirumuskan sebagai berikut, L = b n + c dimana, b didefinisikan sebagai jumlah edge (transisi) dalam graf, n adalah jumlah node, dan c merupakan komponen yang nilainya selalu 1 (Chen 1976). Jumlah cycle yang dimiliki oleh Dipsacus sylvestris sebanyak = 11. Dengan kata lain Dipsacus sylvestris memiliki 11 variasi siklus kehidupan. Tabel 3 berikut menunjukkan satu himpunan yang tercantum dalam urutan pencarian.

21 Pilih 11 Tabel 3 Cycle pada Dipsacus sylvestris Cycle Edge yang dihilangkan dari bobot minimum Bobot minimum elastisitas karakteristik L 1 = { } (2,1).25 L 2 = { } (3,1).79 L 3 = { } (4,1).75 L 4 = { } (5,1) 5.74 L 5 = { } (4,3).152 L 6 = { } (5,4) L 7 = {4 6 4} (6,4) L 8 = {5 6 5} (6,5),(5,6) 4.45 L 9 = {3 3} (3,3).15 L 1 = {4 4} (4,4) L 11 = {5 5} (5,5) Total Langkah-langkah pendekomposisian digraf siklus kehidupan Dipsacus sylvestris sebagai berikut: 1. Digraf terboboti berikut merupakan digraf siklus kehidupan Dipsacus sylvestris. ambar 26 Cycle L 1 = { } ambar 25 Digraf D merepresentasikan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris yang memenuhi kondisi flow konservasi Bobot setiap edge dalam contoh ini dapat dilihat pada table Pilih node 1 sebagai node awal sekaligus node akhir, diperoleh satu himpunan cycle L 1 = { }. T bobot terkecil dari semua edge pada cycle L 1, yaitu w D 2,1 =.25. Cycle yang ditunjukkan ambar 26 ini menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris melewati enam tahap dalam kehidupannya, yaitu mulai dari benih dorman tahun pertama berlanjut ke tahapan benih dorman tahun kedua kemudian berkecambah menjadi kuncup kecil lalu kuncup sedang lalu kuncup besar hingga berubah menjadi bunga dan kembali menjadi benih. Selanjutnya dekomposisi cycle L 1 dari digraf D diperoleh subgraf D 1 yang ditunjukkan pada ambar 27.

22 12 ambar 27 Subgraf D 1 dari digraf D ambar di atas menunjukkan bahwa Dipsacus sylvestris tidak melalui tahap kehidupan yang kedua atau benih dorman tahun kedua. 3. Cycle lain masih dipilh dari node 1, diperoleh satu himpunan cycle L 2 = { }. pilih bobot terkecil dari semua edge pada cycle L 2, yaitu w D 3,1 =.79. ambar 29 Subgraf D 2 dari digraf D ambar 29 di atas menunjukkan bahwa siklus kehidupan Dipsacus sylvestris yang tidak melalui tahapan benih dorman tahun kedua dan kuncup kecil. 4. Cycle berikutnya masih dipilih dari node 1, diperoleh satu himpunan cycle L 3 = { }. Pilih bobot terkecil, yaitu w D 4,1 =.75. ambar 28 Cycle L 2 = { }. Cycle L 2 menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris menjalani tahap hidupnya tanpa melalui benih dorman tahun ke-2. Selanjutnya dekomposisi cycle L 2 dari subgraf D 1 sehingga diperoleh subgraf D 2 diperlihatkan ambar 29. ambar 3 Cycle L 3 = { }. Cycle L 3 menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris menjalani hidupnya melalui tahap Selanjutnya dekomposisi L 3 dari D 2 sehingga diperoleh subgraf D 3 yang ditunjukkan pada gambar 31.

23 13 ambar 31 Subgraf D 3 dari digraf D Subgraf D 3 merepresentasikan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris dari tahapan pertama (benih dorman tahun pertama) kemudian langsung ke tahapan ke-5 (kuncup besar). 5. Cycle berikutnya masih dipilih dari node 1, diperoleh satu himpunan cycle L 4 = { }. Pilih bobot terkecil, yaitu w D 5,1 = ambar 33 Subgraf D 4 dari digraf D Subgraf D 4 menggambarkan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris secara vegetatif yang dimulai dari tahapan hidup yang ke-3, kuncup kecil. 6. Cycle dipilih dari node 3 sehingga diperoleh satu himpunan cycle L 5 = { }. Pilih bobot terkecil yaitu w D 4,3 =.152. ambar 34 Cycle L 5 = { }. ambar 32 Cycle L 4 = { }. Cycle L 4 menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris menjalani hidupnya melalui tahap Selanjutnya dekomposisi cycle L 4 dari subgraf D 3 sehingga diperoleh subgraf D 4 yang ditunjukkan pada ambar 33. Cycle L 5 menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris menjalani hidupnya melalui tahap , kuncup kecil kemudian kuncup sedang lalu kuncup besar kemudian perbungaan dan kembali menjadi kuncup kecil. Selanjutnya dekomposisi cycle L 5 dari subgraf D 4 sehingga diperoleh subgraf D 5 yang ditunjukkan pada ambar 35.

24 14 ambar 35 Subgraf D 5 dari digraf D Subgraf D 5 menggambarkan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris secara vegetatif yang dimulai dari tahapan ke-4 (kuncup sedang). 7. Cycle selanjutnya dimulai dari node 4. diperoleh satu himpunan cycle L 6 = { }. Pilih bobot terkecil, yaitu w D 5,4 = ambar 37 Subgraf D 6 dari digraf D ambar 37 menunjukkan bahwa tahapan hidup Dipsacus sylvestris secara vegetatif dimana dari tahapan hidup ke-4 tidak melalui tahapan hidup ke-5 (kuncup besar). 8. Cycle selanjutnya masih dimulai dari node 4. diperoleh satu himpunan cycle L 7 = {4 6 4}. Pilih bobot terkecil, yaitu w D 6,4 = ambar 36 Cycle L 6 = { }. Cycle L 6 menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris menjalani hidupnya melalui tahap Selanjutnya dekomposisi cycle L 6 dari subgraf D 5 sehingga diperoleh subgraf D 6 yang diperlihatkan pada ambar 37. ambar 38 Cycle L 7 = {4 6 4}. Cycle L 7 menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris menjalani hidupnya melalui tahap Selanjutnya dekomposisi cycle L 7 dari subgraf D 6 sehingga diperoleh subgraf D 7 yang ditunjukkan pada ambar 39.

25 15 ambar 41 menunjukkan bahwa Dipsacus sylvestris bertahan pada satu tahapan hidup. 1. Setelah semua cycle didekomposisi, kemudian dekomposisi loop dari node 3, 4, dan 5. Pertama dekomposisi loop dari node 3, L 9 = {3 3}, dengan bobot w D 3,3 =.15. ambar 39 Subgraf D 7 dari digraf D Subgraf D 7 merepresentasikan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris secara vegetative yang dimulai dari tahapan hidup ke-5 (kuncup besar). 9. Cycle selanjutnya masih dimulai dari node 4. diperoleh satu himpunan cycle L 8 = {5 6 5}. Pilih bobot terkecil, yaitu w D 6,5 = ambar 42 Loop L 9 = {3 3}. Loop L 9 = {3 3} menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris bertahan hidup pada tahap ke-3 (kuncup kecil). Selanjutnya dekomposisi cycle L 9 dari subgraf D 8 sehingga diperoleh subgraf D 9 yang dtunjukkan pada ambar 43. ambar 4 Cycle L 8 = {5 6 5}. Cycle L 8 menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris menjalani hidupnya melalui tahap Selanjutnya dekomposisi cycle L 8 dari subgraf D 7 sehingga diperoleh subgraf D 8 yang diperlihatkan pada ambar 41. ambar 43 Subgraf D 9 dari digraf D Subgraf D 9 merepresentasikan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris bertahan pada tahap ke-4 dan ke Kemudian dekomposisi loop dari node 4, L 1 = {4 4}, dengan bobot w 4,4 = ambar 41 Subgraf D 8 dari digraf D

26 16 ambar 44 Loop L 1 = {4 4}. Loop L 1 = {4 4} menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris bertahan hidup pada tahap ke-4 (kuncup sedang). Selanjutnya dekomposisi cycle L 1 dari subgraf D 9 sehingga diperoleh subgraf D 1 yang ditunjukkan pada ambar 45. ambar 46 Loop L 11 = {5 5}. Loop L 11 = {5 5} menyatakan kemampuan Dipsacus sylvestris bertahan pada tahap ke-5 (kuncup besar). Selanjutnya dekomposisi L 11 dari D 1 sehingga diperoleh D 11 yang ditunjukka pada ambar 47. ambar 45 Subgraf D 1 dari digraf D Subgraf D 9 merepresentasikan siklus kehidupan Dipsacus sylvestris bertahan pada tahap ke Terakhir dekomposisi loop dari node 5, L 11 = {5 5}, dengan bobot w 5,5 = ambar 47 Subgraf D 11 dari digraf D Matriks representasi dari algoritma pendekomposisian di atas secara lengkap tertulis pada lampiran 1. Pendekomposisian tersebut menghasilkan nilai eigen (λ) yang sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan populasi tersebut konstan. Partisi dari elastisitas matriks digunakan untuk menghitung kontribusi terpisah dari cycle (siklus kehidupan) yang berbeda. Dan partisi tersebut ekuivalen dengan dekomposisi dari suatu digraf siklus kehidupan.

27 17 IV SIMPULAN Teori graf dapat diterapkan untuk menganalisis suatu siklus kehidupan. Digraf atau graf berarah digunakan untuk merepresentasikan suatu siklus kehidupan yang terdiri atas node yang menggambarkan tahapan kehidupan dan edge yang menggambarkan arah dari satu node ke node yang lain atau kontribusi yang diberikan oleh satu tahapan ke tahapan yang lain. Siklus kehidupan Dipsacus sylvestris dapat direpresentasikan oleh digraf. Selanjutnya dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori graf yaitu algoritma dekomposisi untuk digraf terboboti yang diperkenalkan oleh L. Sun dan M. Wang (27). Algoritma ini dapat diaplikasikan dengan baik pada siklus kehidupan Dipsacus sylvestris karena algoritma ini menjamin bahwa cycle yang dihasilkan tidak terdapat arah bertentangan. DAFTAR PUSTAKA Anton H Aljabar Linear Elementer. Alih Bahasa: Pantur Silaban, Ph.D. dan Drs. I Nyoman Susila, M.Sc. Jakarta: Erlangga. Chartrand and Oellermen OR Applied and Algorithmic raph Theory. New York: Mcraw-Hill. Chartrand and Zhang P. 29. Chromatic raph Theory. London: CRC Pr. Foulds LR raph Theory Applications. New York: Springer- Diestel. Harary F raph Theory. Reading, MA: Addison-Wesley. Horn RA and Johnson CR Matrix Analysis. Cambridge: Cambridge University Press. Sun L and Wang M. 27. An Algorithm for a Decomposition of Weighted Digraphs: with Applications to Life Cycle Analysis in Ecology. J. Math. Biol 54: Vasudev C. 26. raph Theory with Application. New Delhi: New Age International. Wardle M A raph Theory Approach to Demographic Loop Analysis. Ecology 79: Wilson RJ and Watkins JJ raphs An Introductory Approach. Canada: John Wiley &Sons, Inc.

28 LAMPIRAN

29 19 Lampiran 1 (Matriks siklus hidup Dipsacus sylvestris) D * = = = D 1 + L 1 D = D 1 L 1 (= { }) D * = = D 2 + L 2 D 1 = D 2 L 2 (= { }) D * = = D 3 + L 3 (= { }) D 2 = D 3 L 3 (= { })

30 2 D * = = D 4 + L 4 D 3 = D 4 L 4 (= { }) D * = = D 5 + L 5 D 4 = D 5 L 5 (= { }) D * 5.15 = = D 6 + L 6 D 5 = D 6 L 6 (= { }) D * 6.15 = = D 7 + L 7 D 6 = D 7 L 7 (= {4 6 4})

31 21 D * 7.15 = = D 8 + L 8 D 7 = D 8 L 8 (= {5 6 5}) D 8 terdiri dari tiga loop: *.15 D8 = D 8 = D r + L 9 + L 1 + L 11 D 8 = D r L 9 ({3 3}) L 1 ({4 4}) L 11 ({5 5}) Oleh karena itu 11 D = L i i=1

32 22 Lampiran 2 (Pembuktian Teorema 1) Teorema 1: Jika memenuhi kondisi flow konservasi, maka graf sisa r = (null graf) Bukti: Diketahui: memenuhi kondisi flow konservasi n n j=1 w ij = j=1 w ji Akan dibuktikan: graf sisa r = Bukti: Ada dua kondisi yang perlu diperhatikan 1. Ada cycle sederhana L dari dengan bobot edge yang sama memenuhi kondisi flow konservasi pada setiap node v i. Asumsikan L memiliki path v i1 v i2 v ik v i1 dimana i m, m = 1, 2,, k berbeda dan setiap edge pada L berbobot sama w. L Misal w ij merupakan bobot edge dari node j ke node i untuk digraph L yang terboboti, maka v i, L L L w im,i m 1 = w = w im,i m+1 = w ji L j w ij = L j = w ji j jikav i = v im L jikav i L dimana secara umum digunakan, jika i m = i 1 maka i m 1 = i k jika i m = i k maka i m+1 = i 1 w ij L = jika edge yang berarah yang saling berhubungan tidak berada di L. Jumlah keseluruhan meliputi semua v j. Perhatikan bahwa persamaan masih berlaku jika jumlah tersebut berakhir di v j L. Dengan kata lain kondisi flow konservasi terpenuhi oleh L yang berkaitan dengan dan sebaliknya. 2. \L memenuhi kondisi flow konservasi pada setiap node v i. Diberikan w ij sebagai edge berbobot untuk, w ij merupakan edge berbobot untuk \L, w L ij = w merupakan edge berbobot untuk L. Dari data tersebut didapat untuk setiap v i, w ij w = w ji w = w ji jikav i = v im L j j j w ij = j w ij = w ji = w ji jikav i L j j j r Akibat dari (1) dan (2), r = \ i=1 L memenuhi kondisi flow konservasi. w r ij menunjukkan edge berbobot untuk graf sisa r. r merupakan graf yang tidak mengandung satupun cycle dan loop yang mengakibatkan w r ij = jika w r ji. Anggap bahwa w r ij. Asumsikan pengganti bahwa ada setidaknya satu w r ij > pada r. Diberikan w = w r r2,r 1 = min w r i j ij : w r ij > merupakan bobot takkosong terkecil pada r, dimana w o = w r2,r 1 berarti bahwa edge terhubung dari node v r1 ke node v r2 v r1 sama dengan w o. Karena r memenuhi kondisi flow konservasi pada node v r2, w r j,r2 j = w r r2,j j w r r2,r 1 = wo >

33 23 Pasti ada sebuah node v r3 sehingga w r r3,r 2 wo > sebagai contoh ada sebuah edge dengan bobot w r r3,r 2 dari node vr2 ke node v r3 dan v r1, v r2, v r3 berbeda karena r tidak mengandung cycle. Pada node v r3, r memenuhi kondisi flow konservasi, w r j,r3 j = w r r3,j j w r r3,r 2 = wo > dan demikian seterusnya. Karena tidak terdapat cycle dari r, prosedur ini akan membangun path v r1 v r2 v rm berakhir di v rm untuk beberapa m > 1 dengan n edge dalam path. Ini mengakibatkan w r j,rm j = w r rm,j j w r rm,r m 1 wo > Kondisi flow konservasi tidak dapat terpenuhi pada akhir node v rm. Ini kontradiksi sehingga haruslah ada w ij r. Terbukti r =. Lampiran 3 (Pembuktian Teorema 2) Teorema 2: untuk graf sisa r, semua nilai eigen dari matriks berbobot w ij r nxn adalah nol. Bukti: Untuk kasus tak-trivial r. Sebuah nilai eigen λ dari w r ij didapat dari fungsi nxn karakteristik yang sama dengan nol. det λi n w r ij = nxn dimana I n merupakan matrik identitas yang berorde n. Anggap ekspansi fungsi karakteristik det λi n w r ij = λ n + c 1 λ n 1 + c 2 λ n c n nxn c 1 = w r 11 + w r w r nn c 2 = sign i 1 i 2 w r j 1 j i1,j 2 1 w r i2,j 2 c 3 = sign i 1 j 1 i 2 j 2 i 3 w r j i1,j 3 1 w r i2,j 2 w r i3,j 3 c n = sign i 1 i 2 i n j 1 j 2 j n w i1,j 1 r w r i2,j 2 r win,j n Dimana sign i 1 i 2 i n j 1 j 2 j n merupakan permutasi σ dari n bilangan adalah (-1) atau (+1) bergantung banyaknya transposisi atau pasangan yang saling bertukar posisi pada {1, 2,, n}. Tanda -1 untuk permutasi ganjil, +1 untuk permutasi genap. Karena tidak ada cycle di r dan tidak terdapat loop. Oleh karena itu, w ii r i = 1,, n yang berimplikasi c 1 = akibatnya, jika maka bentuk yang sesuai i m = j m, 1 m k di i 1 i 2 i k j 1 j 2 j k, 1 < k n w r i1,j 1 w r i2,j 2 r wik,j k =. Untuk k = 2, pernyataan di atas berimplikasi bahwa bentuk di c 2 haruslah

34 24 c 2 = sign i 1 i 2 w r i 2 i i1,i 1 2 w r i2,i 1 karena w r i1,i 2 w r i2,i 2 sesuai dengan permutasi i 1 i 2 i 1 i 2 adalah nol. Selain itu, tidak terdapat cycle v i1 v i2 v i1 di r, sehingga yang berimplikasi Dan dengan konsekuensi, jika w r i1,i 2 w r i2,i 1 i1, i 2 = 1,, n c 2 = i m = j m ; i m = j m ; 1 m, m k di i 1 i m i m j1 jm j m i k jk maka bentuk yang bersesuaian w r i1,j 1 r wim,j m r wim,j m wik,j k r = r wi1,j 1 r wim,j m r wim,j m r wik,j k = Argumen yang sama pada k-cycle memberikan Untuk k = 3, 4,, n yang berimplikasi Oleh karena itu fungsi karakteristik Sehingga diperoleh λ =. Hal ini melengkapi bukti teorema 2 w r i1,i k w r ik,i k 1 r wi2,j 1 c k =, k = 3, 4,, n λ n + c 1 λ n 1 + c 2 λ n c n = λ n =

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dalam melakukan penelitian ini dan akan mempermudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Siklus kehidupan adalah suatu rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Siklus kehidupan adalah suatu rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus kehidupan adalah suatu rangkaian aktivitas secara alami yang dialami oleh individu-individu dalam populasi berkaitan dengan perubahan tahap-tahap dalam kehidupan.

Lebih terperinci

merupakan himpunan sisi-sisi tidak berarah pada. (Yaoyuenyong et al. 2002)

merupakan himpunan sisi-sisi tidak berarah pada. (Yaoyuenyong et al. 2002) dari elemen graf yang disebut verteks (node, point), sedangkan, atau biasa disebut (), adalah himpunan pasangan tak terurut yang menghubungkan dua elemen subset dari yang disebut sisi (edge, line). Setiap

Lebih terperinci

SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI KOMPLIT ( ) DENGAN

SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI KOMPLIT ( ) DENGAN PROSIDING ISBN : 978 979 6353 3 SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI OMPLIT ( ) A. DENGAN Oleh Imam Fahcruddin Mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE. Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema

BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE. Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian ini dan akan mempermudah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf didefinisikan sebagai pasangan terurut himpunan dimana: 1. adalah sebuah himpunan tidak kosong yang berhingga yang anggotaanggotanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf (Graph) Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E) yang dinotasikan dalam bentuk G = {V(G), E(G)}, dimana V(G) adalah himpunan vertex (simpul) yang tidak kosong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Beberapa konsep dasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sebelum memulai pembahasan lebih lanjut, pertama-tama haruslah dijelaskan apa yang dimaksud dengan traveling salesman problem atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai persoalan

Lebih terperinci

OPERASI PADA GRAF FUZZY

OPERASI PADA GRAF FUZZY OPERASI PADA GRAF FUZZY Budi Setiawan, Prof. Dr. Dwi Juniati, M.Si. Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya Jalan Ketintang Surabaya 60231 Email: b_diset@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Definisi Graf Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) ditulis dengan notasi G = (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS ALL CYCLES Nur Rohmah Oktaviani Putri

SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS ALL CYCLES Nur Rohmah Oktaviani Putri SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS

Lebih terperinci

PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI. Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G

PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI. Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G PENENTUAN PATH TERPENDEK DENGAN ALGORITME DEKOMPOSISI JARVIS-TUFEKCI Oleh: DWI ADE RACHMA PUTRI G00000 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Kruskal yang Diperluas untuk Mencari Semua Minimum Spanning Tree Tanpa Konstren dari Suatu Graf

Penggunaan Algoritma Kruskal yang Diperluas untuk Mencari Semua Minimum Spanning Tree Tanpa Konstren dari Suatu Graf Penggunaan Algoritma Kruskal yang Diperluas untuk Mencari Semua Minimum Spanning Tree Tanpa Konstren dari Suatu Graf Narwen, Budi Rudianto Jurusan Matematika, Universitas Andalas, Padang, Indonesia narwen@fmipa.unand.ac.id

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graf Definisi Graf Suatu graf G terdiri atas himpunan yang tidak kosong dari elemen elemen yang disebut titik atau simpul (vertex), dan suatu daftar pasangan vertex

Lebih terperinci

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2 PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2 1,2 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 6 II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada sub bab ini akan diberikan

Lebih terperinci

ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAPH BERBOBOT DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN PADA BIOTA SKRIPSI SRI RAFIQOH

ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAPH BERBOBOT DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN PADA BIOTA SKRIPSI SRI RAFIQOH ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAPH BERBOBOT DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN PADA BIOTA SKRIPSI SRI RAFIQOH 060803003 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A = NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN >> DEFINISI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor taknol x pada R n disebut vektor eigen (vektor karakteristik) dari A jika Ax adalah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini.. Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf, graf pohon dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini 2.1 KONSEP DASAR GRAF Konsep

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana M. Faisal Baehaki Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, Bandung 40135 e-mail: faisal.baihaki@comlabs.itb.ac.id Intisari Metode untuk

Lebih terperinci

BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS

BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS BASIS RUANG VEKTOR EIGEN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS oleh PUNDRA ANDRIYANTO M0109057 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA KRUSKAL PADA JARINGAN LISTRIK PERUMAHAN KAMPOENG HARMONI DI UNGARAN BARAT

PENERAPAN ALGORITMA KRUSKAL PADA JARINGAN LISTRIK PERUMAHAN KAMPOENG HARMONI DI UNGARAN BARAT UJM 2 (1) (2013) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm PENERAPAN ALGORITMA KRUSKAL PADA JARINGAN LISTRIK PERUMAHAN KAMPOENG HARMONI DI UNGARAN BARAT Angreswari Ayu Damayanti,

Lebih terperinci

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS oleh ANNISA RAHMAWATI M0112010 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

KAITAN SPEKTRUM KETETANGGAAN DARI GRAF SEKAWAN

KAITAN SPEKTRUM KETETANGGAAN DARI GRAF SEKAWAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 1 5 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KAITAN SPEKTRUM KETETANGGAAN DARI GRAF SEKAWAN DWI HARYANINGSIH Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PELABELAN SUPER VERTEX MAGIC RAHMALIA YULIARNI

PELABELAN SUPER VERTEX MAGIC RAHMALIA YULIARNI 0 PELABELAN SUPER VERTEX MAGIC RAHMALIA YULIARNI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 1 ABSTRAK RAHMALIA YULIARNI. Pelabelan Super Vertex

Lebih terperinci

PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL

PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL Setia Endrayana 1, Bayu Surarso 2, Siti Khabibah 3 1,2,3 Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soedarto, SH Tembalang

Lebih terperinci

EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS

EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS Sulistyo Unggul Wicaksono NIM : 13503058 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail: if13058@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Pewarnaan Total Pada Graf Outerplanar

Pewarnaan Total Pada Graf Outerplanar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Pewarnaan Total Pada Graf Outerplanar Prihasto.B Sumarno Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

2. Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan berurut V V yang tak harus berbeda dari semua titik, elemen dari E disebut arc dari digraf D.

2. Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan berurut V V yang tak harus berbeda dari semua titik, elemen dari E disebut arc dari digraf D. BAB 2 DIGRAF DWI-WARNA PRIMITIF Pada Bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. konsep dasar yang dimaksud adalah yang berkaitan

Lebih terperinci

GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS. Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS. Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MATRIKS KUASIDEFINIT SUGENG MULYADI

MATRIKS KUASIDEFINIT SUGENG MULYADI MATRIKS KUASIDEFINIT SUGENG MULYADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK SUGENG MULYADI. Matriks Kuasidefinit. Dibimbing oleh FARIDA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Teori Graph 2.1.1 Graph Tak Berarah dan Digraph Suatu Graph Tak Berarah (Undirected Graph) merupakan kumpulan dari titik yang disebut verteks dan segmen garis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H G R A P H Graf adalah : Himpunan V (Vertex) yang elemennya disebut simpul (atau point atau node atau titik) Himpunan E (Edge) yang merupakan pasangan tak urut dari simpul, anggotanya disebut ruas (rusuk

Lebih terperinci

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf Marvin Jerremy Budiman / 13515076 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 1(A) 14103 Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift Yuli Andriani Jurusan Matematika FMIPA,

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Tri Anggoro Putro, Siswanto, Supriyadi Wibowo Program Studi Matematika FMIPA UNS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 1 6 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT AIDILLA DARMAWAHYUNI, NARWEN Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Part II SPL Homogen Matriks

Part II SPL Homogen Matriks Part II SPL Homogen Matriks SPL Homogen Bentuk Umum SPL homogen dalam m persamaan dan n variabel x 1, x 2,, x n : a 11 x 1 + a 12 x 2 + + a 1n x n = 0 a 21 x 1 + a 22 x 2 + + a 2n x n = 0 a m1 x 1 + a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, maka perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat, begitu pula dengan ilmu matematika. Salah satu cabang ilmu matematika yang memiliki

Lebih terperinci

Graf dan Analisa Algoritma. Pertemuan #01 - Dasar-Dasar Teori Graf Universitas Gunadarma 2017

Graf dan Analisa Algoritma. Pertemuan #01 - Dasar-Dasar Teori Graf Universitas Gunadarma 2017 Graf dan Analisa Algoritma Pertemuan #01 - Dasar-Dasar Teori Graf Universitas Gunadarma 2017 Who Am I? Stya Putra Pratama, CHFI, EDRP Pendidikan - Universitas Gunadarma S1-2007 Teknik Informatika S2-2012

Lebih terperinci

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK Mulyono Jurusan Matematika FMIPA UNNES Email:

Lebih terperinci

LIPATAN GRAF DAN KAITANNYA DENGAN MATRIKS INSIDENSI PADA BEBERAPA GRAF

LIPATAN GRAF DAN KAITANNYA DENGAN MATRIKS INSIDENSI PADA BEBERAPA GRAF LIPATAN GRAF DAN KAITANNYA DENGAN MATRIKS INSIDENSI PADA BEBERAPA GRAF Septian Adhi Pratama 1, Lucia Ratnasari 2, Widowati 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

Lebih terperinci

Penerapan Teori Graf untuk Mencari Eksentrik Digraf dari Graf Star, Graf Double Star dan Graf Komplit Bipartit

Penerapan Teori Graf untuk Mencari Eksentrik Digraf dari Graf Star, Graf Double Star dan Graf Komplit Bipartit Penerapan Teori Graf untuk Mencari Eksentrik Digraf dari Graf Star, Graf Double Star dan Graf Komplit Bipartit Ivan Saputra 13505091 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Minggu Ke XIV Uraian dan Contoh

Minggu Ke XIV Uraian dan Contoh Minggu Ke XIV 4. Uraian dan Contoh Suatu graf berarah (directed graph) D atau digraph terdiri dari dua komponen : (i) Himpunan V yang elemen-elemennya disebut titik-titik, (ii) Himpunan A dari pasangan-pasangan

Lebih terperinci

ALGORITMA RUTE TERPENDEK BERBASIS TEORI GRAPH

ALGORITMA RUTE TERPENDEK BERBASIS TEORI GRAPH ALGORITMA RUTE TERPENDEK BERBASIS TEORI GRAPH PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 6680

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Suatu graf G adalah suatu himpunan berhingga tak kosong dari objek-objek yang disebut verteks (titik/simpul) dengan suatu himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n. Oleh : Yogi Sindy Prakoso ( ) JURUSAN MATEMATIKA. Company

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n. Oleh : Yogi Sindy Prakoso ( ) JURUSAN MATEMATIKA. Company DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n Oleh : Yogi Sindy Prakoso (1206100015) JURUSAN MATEMATIKA Company FAKULTAS MATEMATIKA Click to DAN add ILMU subtitle PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI BARANG VERSI 2 DENGAN SIRKUIT HAMILTON PADA DIGRAF 2-ARAH BERBOBOT DINAMIK (STUDI KASUS DIGRAF D2K5)

SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI BARANG VERSI 2 DENGAN SIRKUIT HAMILTON PADA DIGRAF 2-ARAH BERBOBOT DINAMIK (STUDI KASUS DIGRAF D2K5) SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI BARAN VERSI 2 DENAN SIRKUIT HAMILTON PADA DIRAF 2-ARAH BERBOBOT DINAMIK (STUDI KASUS DIRAF D2K5) Taufan Mahardhika, M.Si. Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung taufansensei@yahoo.com

Lebih terperinci

GRAF DIVISOR CORDIAL

GRAF DIVISOR CORDIAL GRAF DIVISOR CORDIAL Deasy Bunga Agustina 1, YD. Sumanto 2, Bambang Irawanto 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Decy.bunga@gmail.com ABSTRACT.A

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelum sampai pada pendefenisian masalah lintasan terpendek, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan mengenai konsep-konsep dasar dari model graph dan

Lebih terperinci

POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan POLINOMIAL KARAKTERISTIK MATRIKS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Maryatun, Siswanto, dan Santoso Budi Wiyono Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak Polinomial dalam aljabar maks-plus dapat dinotasikan sebagai

Lebih terperinci

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada bagian ini

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG oleh MIRA AMALIA M0113030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PELABELAN D-LUCKY PADA JARINGAN HYPERCUBE, JARINGAN KUPU-KUPU, DAN JARINGAN BENES

PELABELAN D-LUCKY PADA JARINGAN HYPERCUBE, JARINGAN KUPU-KUPU, DAN JARINGAN BENES i PELABELAN D-LUCKY PADA JARINGAN HYPERCUBE, JARINGAN KUPU-KUPU, DAN JARINGAN BENES HALINI NORMA LIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

x 6 x 5 x 3 x 2 x 4 V 3 x 1 V 1

x 6 x 5 x 3 x 2 x 4 V 3 x 1 V 1 . PENGANTAR TEORI GRAF Definisi : Secara umum merupakan kumpulan titik dan garis. NET terdiri atas : 1. Himpunan titik (tidak boleh kosong) 2. Himpunan garis (directed line) 3. Setiap directed line menentukan

Lebih terperinci

TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA

TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA Eddy Djauhari Departemen Matematika Fmipa Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21, tlp./fax. : 022-7794696, Jatinangor, 45363 Email : eddy.djauhari@unpad.ac.id

Lebih terperinci

PATH KUAT TERKUAT DAN JARAK KUAT TERKUAT DALAM GRAF FUZZY. Lusia Dini Ekawati 1, Lucia Ratnasari 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

PATH KUAT TERKUAT DAN JARAK KUAT TERKUAT DALAM GRAF FUZZY. Lusia Dini Ekawati 1, Lucia Ratnasari 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang PATH KUAT TERKUAT DAN JARAK KUAT TERKUAT DALAM GRAF FUZZY Lusia Dini Ekawati, Lucia Ratnasari, Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl Prof H Soedarto, S H, Tembalang, Semarang Abstract Fuzzy graph is a graph

Lebih terperinci

PELABELAN EDGE MAGIC PADA GRAF BUKU DAN SUPER EDGE MAGIC PADA GRAF MERGE HESTY NUGRAHENI

PELABELAN EDGE MAGIC PADA GRAF BUKU DAN SUPER EDGE MAGIC PADA GRAF MERGE HESTY NUGRAHENI PELABELAN EDGE MAGIC PADA GRAF BUKU DAN SUPER EDGE MAGIC PADA GRAF MERGE HESTY NUGRAHENI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMBERIAN NOMOR VERTEX PADA TOPOLOGI JARINGAN GRAF WHEEL, GRAF HELM DAN GRAF LOLLIPOP

PEMBERIAN NOMOR VERTEX PADA TOPOLOGI JARINGAN GRAF WHEEL, GRAF HELM DAN GRAF LOLLIPOP PEMBERIAN NOMOR VERTEX PADA TOPOLOGI JARINGAN GRAF WHEEL, GRAF HELM DAN GRAF LOLLIPOP Oleh : MUHAMAD SIDIQ NIM. M0108095 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memeperoleh gelar

Lebih terperinci

SPECTRUM DETOUR GRAF n-partisi KOMPLIT

SPECTRUM DETOUR GRAF n-partisi KOMPLIT SPECTRUM DETOUR GRAF n-partisi KOMPLIT Desy Norma Puspita Dewi Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail:phyta_3@yahoo.co.id ABSTRAK Matriks detour dari graf G adalah matriks yang elemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diberikan beberapa materi yang akan diperlukan di dalam pembahasan, seperti: matriks secara umum; matriks yang dipartisi; matriks tereduksi dan taktereduksi; matriks

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 467 Teknik Numerik Sistem Linear Trihastuti Agustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF 2 3 CONTOH 4 SIMPULAN

Lebih terperinci

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER TEORI GRAF ILHAM SAIFUDIN Selasa, 13 Desember 2016 Universitas Muhammadiyah Jember Pendahuluan 1 OUTLINE 2 Definisi Graf

Lebih terperinci

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana Muhammad Amrimirza 13506003 Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 4013, email: if16003@students.if.itb.ac.id Abstract Metode untuk menghitung kelas-kelas

Lebih terperinci

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK RIDWAN IDHAM. Model

Lebih terperinci

GRAF-GRAF BERORDE n DENGANN BILANGAN KROMATIK LOKASI n - 1 SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH YOGI DARVIN AGUNG BP:

GRAF-GRAF BERORDE n DENGANN BILANGAN KROMATIK LOKASI n - 1 SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH YOGI DARVIN AGUNG BP: GRAF-GRAF BERORDE n DENGANN BILANGAN KROMATIK LOKASI n - 1 SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH YOGI DARVIN AGUNG BP: 06 134 042 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LOGIKA DAN ALGORITMA

LOGIKA DAN ALGORITMA LOGIKA DAN ALGORITMA DASAR DASAR TEORI GRAF Kelahiran Teori Graf Sejarah Graf : masalah jembatan Königsberg (tahun 736) C A D B Gbr. Masalah Jembatan Königsberg Graf yang merepresentasikan jembatan Königsberg

Lebih terperinci

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL NISA RACHMANI G

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL NISA RACHMANI G NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL NISA RACHMANI G54103051 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRACT NISA RACHMANI.

Lebih terperinci

PEMECAHAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT SKRIPSI ADE MAHENDRA PUTRA NASUTION

PEMECAHAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT SKRIPSI ADE MAHENDRA PUTRA NASUTION PEMECAHAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT SKRIPSI ADE MAHENDRA PUTRA NASUTION 070823017 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Vol. 8, No.1, 1-11, Juli 2011 Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Nur Erawati, Azmimy Basis Panrita Abstrak Teorema Cayley-Hamilton menyatakan bahwa setiap matriks bujur sangkar memenuhi persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf G adalah pasangan (V,E) dengan V adalah himpunan yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Aplikasi Matriks Circulant Untuk Menentukan Nilai Eigen Dari Graf Sikel (Cn)

Aplikasi Matriks Circulant Untuk Menentukan Nilai Eigen Dari Graf Sikel (Cn) Aplikasi Matriks Circulant Untuk Menentukan Nilai Eigen Dari Graf Sikel (Cn) T 24 Siti Rahmah Nurshiami dan Triyani Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal soedirman, Purwokerto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Terminologi graf Tereminologi termasuk istilah yang berkaitan dengan graf. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa definisi yang sering dipakai terminologi. 2.1.1 Graf Definisi

Lebih terperinci

SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK

SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK Faktor Exacta 10 (2): 154-161, 2017 SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK NONI SELVIA noni.selvia@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik,Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN

AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN Reni Tri Damayanti Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Matematika Universitas Brawijaya Email: si_cerdazzz@rocketmail.com ABSTRAK Salah satu topik yang menarik untuk

Lebih terperinci

TOTAL EDGE IRREGULARITY STRENGTH DARI GABUNGAN GRAF RODA. Oleh : Moh. Nurhasan NIM

TOTAL EDGE IRREGULARITY STRENGTH DARI GABUNGAN GRAF RODA. Oleh : Moh. Nurhasan NIM TOTAL EDGE IRREGULARITY STRENGTH DARI GABUNGAN GRAF RODA Oleh : Moh. Nurhasan NIM. 070210101116 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF

BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF Pada bab ini akan dibahas teorema, definisi dan landasan teori pada penelitian ini. Berikut akan dibahas mengenai digraf, digraf dwiwarna dan hubungan keduanya dengan primitifitas,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Konvek Definisi 2.1.1. Suatu himpunan C di R n dikatakan konvek jika untuk setiap x, y C dan setiap bilangan real α, 0 < α < 1, titik αx + (1 - α)y C atau garis penghubung

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH LINTASAN TERPENDEK FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CHUANG KUNG DAN ALGORITMA FLOYD

PENYELESAIAN MASALAH LINTASAN TERPENDEK FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CHUANG KUNG DAN ALGORITMA FLOYD PENYELESAIAN MASALAH LINTASAN TERPENDEK FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CHUANG KUNG DAN ALGORITMA FLOYD 1 Anik Musfiroh, 2 Lucia Ratnasari, 3 Siti Khabibah 1.2.3 Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia MEMBANDINGKAN ALGORITMA D SATUR DENGAN ALGORITMA VERTEX MERGE DALAM PEWARNAAN GRAF TAK BERARAH Daratun Nasihin 1 Endang Lily 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan definisi graf,

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB PADA GRAF PETERSEN IKHWAN AL AMIN

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB PADA GRAF PETERSEN IKHWAN AL AMIN PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB PADA GRAF PETERSEN IKHWAN AL AMIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 04 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

APLIKASI PEWARNAAN SIMPUL GRAF UNTUK MENGATASI KONFLIK PENJADWALAN MATA KULIAH DI FMIPA UNY

APLIKASI PEWARNAAN SIMPUL GRAF UNTUK MENGATASI KONFLIK PENJADWALAN MATA KULIAH DI FMIPA UNY APLIKASI PEWARNAAN SIMPUL GRAF UNTUK MENGATASI KONFLIK PENJADWALAN MATA KULIAH DI FMIPA UNY Latar belakang Masalah Pada setiap awal semester bagian pendidikan fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas

Lebih terperinci

KLASIFIKASI GRAF PETERSEN BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT ATAU LIMA

KLASIFIKASI GRAF PETERSEN BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT ATAU LIMA KLASIFIKASI GRAF PETERSEN BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT ATAU LIMA (Tesis) Oleh : Devriyadi Saputra S NPM. 1427031001 MAGISTER MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 90 96 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP AFIFAH DWI PUTRI, NARWEN Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK IHDA ANISSA INDRIASTUTI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK IHDA ANISSA INDRIASTUTI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK IHDA ANISSA INDRIASTUTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

MENENTUKAN PERPANGKATAN MATRIKS TANPA MENGGUNAKAN EIGENVALUE

MENENTUKAN PERPANGKATAN MATRIKS TANPA MENGGUNAKAN EIGENVALUE MENENTUKAN PERPANGKATAN MATRIKS TANPA MENGGUNAKAN EIGENVALUE Rini Pratiwi 1*, Rolan Pane 2, Asli Sirait 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi graf sebagai landasan teori dari penelitian ini... Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan diberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Sejarah Graf Lahirnya teori graf pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler seorang matematikawan berkebangsaan Swiss pada Tahun 1736 melalui tulisan Euler yang berisi tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dipaparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan para peneliti sebelumnya, pengertian dasar graf, operasi-operasi pada graf, kelas-kelas graf dan dimensi partisi

Lebih terperinci

Part III DETERMINAN. Oleh: Yeni Susanti

Part III DETERMINAN. Oleh: Yeni Susanti Part III DETERMINAN Oleh: Yeni Susanti Perhatikan determinan matriks ukuran 2x2 berikut: Pada masing-masing jumlahan dan Terdapat wakil dari setiap baris dan setiap kolom. Bagaimana dengan tanda + (PLUS)

Lebih terperinci