ANALISIS PENERBITAN OBLIGASI TANPA JATUH TEMPO OLEH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERBITAN OBLIGASI TANPA JATUH TEMPO OLEH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 ANALISIS PENERBITAN OBLIGASI TANPA JATUH TEMPO OLEH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Hinsa Siahaan 1 Abstak Pendanaan untuk kegiatan utin dan kegiatan pembangunan di manca negaa, banyak dilakukan dengan mengeluakan suat utang pemeintah. Atinya pemeintah meminjam uang dai akyatnya sendii dengan menjual bebagai macam suat utang ( Govenment bond, Teasuy bill., dan sebagainya) Didalam mengatasi kisis pebankan yang tejadi selama lima tahun teakhi ini, pemeintah Indonesia juga telah mencoba menggunakan suat utang yaitu obligasi ekapitalisasi sebagai salah satu solusi. Tetapi konsekuensi penggunaan obligasi ekapitalisasi tesebut, pemeintah haus membaya bunga melalui APBN, dan apabila hal ini tidak segea diatasi akan mengancam likuiditas pemeintah yang beakibat buuk kepada kegiatan ekonomi secaa keseluuhan. Kemudian untuk mengatasi masalah penggunaan obligasi ekapitalisasi tesebut, konon kabanya telah timbul gagasan untuk untuk menebitkan obligasi tanpa jatuh tempo. Tujuan penebitan tesebut adalah untuk menguangi tekanan kehausan membaya pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Pada dasanya penebitan Obligasi tanpa jatuh tempo atau pepetual bond telah penah dilakukan di negaa Inggeis, yang disebut sebagai consol. Disebut consol kaena obligasi tesebut khusus digunakan untuk mengkonsolidasikan seluuh obligasi yang ditebitkan pemeintah Inggeis, yang ketika itu digunakan membiayai pepeangan yang tak kunjung selesai. Dasa pemikian pemeintah Inggeis pada waktu itu adalah bahwa ; dai pada epot epot teus meneus haus mengadministasikan obligasi bau dan/atau obligasi yang sudah beeda, obligasi yang belum dan atau segea jatuh tempo, akan lebih semua obligasi tesebut diganti dengan obligasi tanpa jatuh tempo. Administasinya cukup sekali saja sehingga lebih sedehana. Beanjak dai lata belakang pengalaman Inggeis tesebut diatas, tulisan ini mencoba menganalisa secaa deskiptif gagasan untuk menebitkan obligasi tanpa jatuh tempo sebagai sumbe pendanaan pemeintah. Selain itu, sebagaimana kita sadai, suat utang pemeintah yang dijual kepada peoangan bukan kepada investo lembaga yang meupakan pedagang besa sepeti bank, peusahaan efek, peusahaan asuansi, dana pensiun, eksa dana, dan bank komesil, sudah pasti dapat dijadikan sumbe pinjaman pemeintah. Dengan demikian secaa pasti, lambat atau cepat, pemeintah Indonesia akan dapat menguangi ketegantungan atau ketagihannya untuk meminjam ke lua negei, atau meminjam ke negaa asing. 1. PENDAHULUAN Adanya encana pemeintah untuk mengeluakan obligasi tanpa jatuh tempo atau pepetual bond kelihatannya cukup banyak dipetanyakan masyaakat. Sebagian masyaakat bepasangka bahwa hal itu hanya akal akalan untuk mengalihkan pehatian masyaakat dai kebuukan kongomeat hitam yang telah menyalah gunakan kedit Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yang selama lima tahun teakhi ini tidak kunjung teselesaikan secaa tuntas. Paa tesangka penyalahguna BLBI memang ada yang telah dihukum beat, tetapi ada juga yang dihukum ingan bahkan ada yang dibebaskan. Hukuman yang dijatuhkan kepada 1 Peneliti Madya Badan Kebijakan Fiskal Depatemen Keuangan R.I. Bedomisili di Jakata. 1

2 paa penyalahguna BLBI tesebut sesungguhnya membuat masyaakat semakin betanya tanya, dan kondisi sekaang ini masih belum memulihkan kembali kepecayaan masyaakat tehadap pebankan. Padahal masalah kepecayaan adalah meupakan nyawa pebankan. Peihal data tentang Suat Utang pemeintah Indonesia pe Agustus 00 dapat dilihat pada Kotak 1. Kotak 1 : Jumlah dan Jenis Suat Utang Negaa RI. Suat Utang Negaa, tedii dai : 1. Suat Utang yang ditebitkan kepada bank Indonesia sebesa Rp18,3 tiliun (nominal) untuk membiayai Pogam Penjaminan (temasuk BLBI) dan Pogam Kedit sebesa Rp9,97 tiliun.. Obligasi Negaa yang ditebitkan dalam angka membiayai Pogam Rekapitalisasi Pebankan sebesa Rp47,98 tiliun, tedii dai: a. Sei FR (fixed ate) sebesa Rp154,0 tiliun b. Sei VR (vaiable ate) sebesa Rp41,54 tiliun c. Sei HB(hedge bond) sebesa Rp3,4 tiliun (belum di indeks) Suat Utang kepada BI tidak dipedagangkan di pasa sekunde, sedangkan Obligasi Negaa (kecuali sei HB) dipedagangkan di pasa sekunde. Namun HB pada saat jatuh tempo dapat dibaya dengan obligasi negaa sei lainnya. Suat Utang kepada BI mulai ditebitkan sejak tanggal 5 Septembe 1998, sedangkan Obligasi Negaa untuk ekapitalisasi pebankan mulai diebitkan sejak tanggal 8 Mei Tujuan tulisan ini bukanlah semata mata hanya untuk menjelaskan hakekat obligasi tanpa jatuh tempo tanpa bunga, tetapi juga untuk melakukan analisis untuk menjawab petanyaan apakah penebitan pepetual bond oleh pemeintah adalah solusi yang layak (feasible) memecahkan pesoalan BLBI dan apakah dapat dihaapkan membantu memecahkan masalah penyediaan anggaan negaa untuk membaya suat utang ekapitalisasi sebesa Rp 47,98 tiliun kotak 1) saat jatuh tempo, atau apakah seluuh utang ekapitalisasi tesebut dapat digantikan dengan obligasi tanpa jatuh tempo? Dengan membaca tulisan ini, dihaapkan pengetahuan paa pembaca tentang obligasi pada umumnya akan betambah, demikian pula pengetahuan tentang obligasi tanpa jatuh tempo atau pepetual bonds akan semakin betambah, sehingga pada akhinya tuut bepatisipasi di dalam mendukung pogam penjualan pepetual bond yang dilakukan pemeintah, dan sekaligus membantu pengembangan pasa keuangan yang efisen yang pada akhinya akan menyehatkan peekonomian Indonesia secaa keseluuhan.. METODOLOGI Data kualitatif beupa konsep dan penyataan penyataan dalam tulisan ini dipeoleh dai bebagai liteatu yang dianggap elevan. Sementaa data kuantitatif didapatkan dai lembaga lembaga tekait sepeti Pusat Manajemen Obligasi Negaa dan Bank Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam analisis adalah desciptive analysis atau mengungkapkan fakta fakta apa adanya. Tujuannya DR. A.Fuad Rahmany Sosialisasi Suat Utang Negaa Sebagai Instumen Fiskal dan Investasi Masyaakat Pusat Manajemen Obligasi Negaa Depatemen Keuangan RI. Agustus 00.

3 adalah aga pembaca akan bepatisipasi di dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pemeintah didalam menebitkan obligasi tanpa jatuh tempo sehingga pada akhinya akan membantu menyehatkan peekonomian nasional. 3. KERANGKA TEORI 3.1. Hakekat Obligasi Obligasi secaa umum didefinisikan sebagai suat pengakuan utang dengan kesanggupan untuk mengembalikan pokok utang pada waktu yang telah ditentukan (saat jatuh tempo) dan kewajiban membaya bunga (kupon) secaa peiodik sampai jatuh tempo. Sedangkan obligasi pemeintah adalah suat pengakuan utang yang ditebitkan oleh pemeintah untuk membiayai bebagai kepeluan pemeintah, misalnya membiayai defisit anggaan belanja negaa, pembiayaan pembangunan, instumen fiskal, dan membiayai pogam ekapitalisasi pebankan sepeti yang dialami Indonesia sekaang ini. Lihat definisi obligasi negaa dalam Kotak. Kotak : OBLIGASI NEGARA 3 a. Obligasi Negaa adalah suat pengakuan utang oleh pemeintah pusat yang menjanjikan pembayaan bunga secaa peiodik dan pembayaan pokok pada saat jatuh tempo; b. Komponen Obligasi Negaa: Kupon adalah tingkat bunga yang dijanjikan oleh pemeintah pusat untuk dibaya kepada investo secaa bekala; Nilai Nominal adalah nilai pokok yang dibaya oleh pemeintah pusat pada saat obligasi jatuh tempo; Jatuh Tempo adalah tanggal pelunasan pokok obligasi sebesa nilai nominal; c. Nilai Pasa adalah haga beli obligasi di pasa sekunde yang dibaya oleh investo; biasanya disebutkan dalam pesentase tehadap nilai nominal (pa value) Di dalam dunia peekonomian, obligasi adalah alat yang lazim digunakan pelaku ekonomi defisit (sepeti: peusahaan dagang, pabik, peusahaan tanspotasi, eal estate, peusahaan pemasok kebutuhan umum, badan badan pemeintah pusat, lokal, dan kanto walikota) untuk mendapatkan modal (kapital). Pada sisi lain pemilik modal sebagai pelaku ekonomi suplus misalnya investo peoangan biasanya menggunakan obligasi atau suat suat utang tesebut sebagai wahana investasi (pianti investasi). Selain investo peoangan ada juga peusahaan yang membeli obligasi (jangka pendek atau jangka panjang) untuk tujuan investasi. Obligasi dalam blok besa pada umumnya dikuasai/dimiliki oleh investo lembaga, peusahaan asuansi, bank, peusahaan efek (investment tust), lembaga pendidikan dan lembagalembaga amal. Salah satu cii penting setiap obligasi adalah adanya jangka waktu jatuh tempo atau adanya tahun tahun tetentu, dimana sepanjang tahun tahun 3 Tim Sosialisasi Suat Utang Negaa, Pusat Manajemen Obligasi Negaa, Depatemen Keuangan Republik Indonesia, Agustus 00. 3

4 tesebut peminjam uang atau emiten, bejanji akan memenuhi semua pejanjian utang yang dituangkan dalam kontak. A key featue of any bond is its tem to matuity, the numbe of yeas duing which the boowe has pomised to meet the conditions of debt (which ae contained in the bond s indentue) 4 Baik Obligasi maupun wesel baya jangka panjang sesuai dengan bunyi kontak, haus membaya bunga setiap akhi inteval atau setiap akhi peiode dan juga membaya pokok obligasi apabila sudah sampai pada tanggal jatuh tempo. Jika penebit obligasi tesebut tidak dapat memenuhi kewajibannya tepat waktu atau dinyatakan default, penebit dapat dituntut untuk dinyatakan pailit di pengadilan. Fluktuasi haga obligasi selama ditahan atau dimiliki investo, pada umumnya lebih kecil dibandingkan dengan fluktuasi haga saham, tetapi penghasilan yang diteima beupa bunga dan pokok obligasi lebih teatu dan tejamin dibandingkan dengan saham yang penuh isiko. Kaena penghasilannya yang dihaapkan (expected etun) dai obligasi elatif pasti, biasanya obligasi dinggap sebagai fixed income secuities atau sekuitas bepenghasilan pasti. Dilihat dai sudut isiko, obligasi disebut juga sebagai suat utang bebas isiko (iskfee), teutama jika penebitnya pemeintah. 3.. Jenis Obligasi a. Obligasi yang hanya didasakan pada kontak antaa kelompok peusahaan yang meminjam (emiten) dengan investo (pembeli obligasi) tanpa dilandaskan pada jaminan aktiva tetap tetentu disebut sebagai indentue. Satuan atau denominasi obligasi biasanya dipecah atas lembaan lembaan dengan nilai nominal $1000. Pembayaan cicilan bunga obligasi dilakukan emiten atau dilakukan agen pembaya yang ditunjuk khusus, dilakukan tiap inteval tetentu, biasanya selang waktu setengah tahun. Jadi pembayaannya tengah tahunan. Apabila seluuh obligasi jatuh tempo sekaligus pada satu tanggal tetentu, obligasi disebut tem bonds; dan obligasi yang jatuh temponya secaa beangsu angsu disebut sebagai seial bonds. 5 b. Obligasi yang ditebitkan oleh kopoasi swasta dapat dikelompokkan atas obligasi dengan jaminan (secued bonds) dan obligasi tanpa jaminan (unsecued bonds). Secued bonds menyediakan pelindungan kepada investo beupa hipotik (eal estate) milik emiten dan aktiva tetap lainnya, atau menggadaikan aktiva sebagai kolateal. Obligasi hipotik petama (the fist motgage bonds) mendapat kesempatan utama untuk dilunasi dai penjualan aset peusahaan jika peusahaan tidak mampu membaya bunga dan pokok obligasi. Sedangkan obligasi hipotik kedua (a second motgagebond) memiliki peingkat kedua untuk dilunasi yakni setelah obligasi hipotik petama dilunasi seluuhnya. Jenis lain adalah a collateal tust bond yang biasanya dijamin dengan saham dan obligasi peusahaan lain yang milik emiten. Sekuitas semacam ini 4 5 Fank J.Fabozzi, The Handbook of Fixed Income Secuities Iwin Pofessional Publishing, Hay Simons, Jay M.Smith, Intemediate Accounting South Westen Publishing Co. 197 p.389 4

5 biasanya ditansfe kepada waliamanat (tustee) yang menyimpannya sebagai kolateal atas nama pemilik obligasi dan, jika tepaksa dijual untuk memenuhi tuntutan pemegang obligasi. c. Debentue bond. Obligasi yang tidak dilindungi dengan menggadaikan popety (aktiva tetap) tetentu biasanya disebut sebagai debentue bonds. Pemilik obligasi ini sama sepeti keditu umum atau oang yang meminjamkan uangnya kepada emiten. Risiko obligasi ini tegantung pada keuangan emiten. Atinya debentues yang dikeluakan oleh emiten aksasa atau peusahaan kuat isikonya elatif kecil; sebaliknya jika emiten yang mengeluakan debentues lemah dimana kebanyakan popetinya sudah digadaikan, isikonya elatif besa. d. Guaanteed bonds. Apabila ada pihak tetentu bejanji melunasi obligasi manakala emiten gagal memenuhi kewajibannya (melunasi bunga dan pokok obl;igasi), obligasi semacam ini disebut guaanteed bonds. Sebagai contoh, sebuah peusahaan induk menjamini pelunasan obligasi yang dikeluakan anak peusahaan. Atinya jika si anak peusahaan mengalami default atau cidea janji tidak sanggup membaya obligasi, si peusahaan induk akan menanggulangi pembayaan obligasi tesebut. Bank Indonesia menjamin obligasi Bank bemasalah yang dalam peawatan BPPN beati obligasi ini adalah temasuk guaanteed bonds. e. Income bonds, yaitu obligasi yang ditebitkan manakala sebuah peusahaan mengalami kegagalan usaha dan tepaksa di eoganisasi. Bunga income bonds dilunasi hanya jika mempunyai penghasilan atau pemasukan. Sifat income bonds ada dua, yaitu kumulatif dan nonkumulatif. Jika sifatnya kumulatif, bunga obligasi yang tidak dapat dibaya pada tahun bejalan, akan dilunasi pada tahun beikut scaa kumulatif, dengan catatan bahwa tahun beikutnya peusahaan menghasilkan keuntungan. Jika obligasi adalah nonkumulatif, seandainya pada tahun bejalan peusahaan tidak mempunyai penghasilan untuk membaya bunga, maka bunga tahun bejalan dianggap tidak ada, tidak ada utang bunga yang haus dibaya pada tahun beikutnya. Dalam hal ini, tidak ada tuntutan atas ketidak mampuan peusahaan membaya bunga tahun bejalan. f. Revenue bond. Seingkali investo membeli obligasi pemeintah kaena pecaya kepada otoitas pemeintah didalam pemungutan pajak, dan pecaya bahwa pemeintah senantiasa mampu mendapatkan dana untuk membaya utangnya. Obligasi pemeintah dapat di identifikasi dengan obligasi yang ditebitkan oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negaa), pelunasan bunga dan pokok obligasi dilakukan dengan pendapatan hasil opeasi badan usaha. g. Convetible bond. Obligasi sangat mungkin dikonvesi menjadi sekuitas lain tegantung pada opsi yang dimiliki pemegang obligasi. Obligasi sepeti ini lazimnya disebut convetible bonds. Cii obligasi ini adalah bahwa pemiliknya boleh menukakannya menjadi saham biasa. Jadi pemilik obligasi boleh menuka haknya atas pembayaan bunga dengan hak sebagai pemilik, kaena melihat opeasi peusahaan 5

6 behasil baik dan konvesi obligasi menjadi saham menjadi ataktif (menguntungkan); sementaa hak khusus sebagai keditu tetap dipetahankan. h. Callable bonds. Sifat lain obligasi yang diancang untuk memenuhi kepentingan emiten (penebit obligasi) adalah bahwa obligasi dapat ditaik kembali (ditebus kembali) sebelum jatuh tempo. Sebagai contoh didalam akte obligasi biasanya dimuat pasal (klausula) yang mengatu bahwa peusahaan behak membeli atau melunasi obligasi sebelum tiba jatuh tempo. Teminologinya adalah disebut callable bonds. Ketika kopoasi/badan usaha ingin menguangi suat utangnya yang beeda (outstanding), pemegang obligsi akan dibeitahukan posi obligasi yang akan ditebus kembali, dan akan dibaya sesuai dengan call povision (pasal dalam akte obligasi yang mengatu pembelian kembali obligasi oleh emiten). Setelah tanggal penebusan kembali tidak ada lagi tambahan bunga yang haus dibaya emiten. i. Registeed bonds vs Beae o coupon bonds. Kadang kala obligasi dapat juga diklasifikasikan atas; (1) egisteed bonds atau obligasi yang nama pemiliknya didaftakan pada pembukuan emiten (peusahaan yang mengeluakan obligasi); Pengalihan kepemilikan obligasi ini sama dengan tansfe kepemilikan saham biasa. Ketika obligasi dijual, agen pemindah bukuan kopoasi membatalkan setifikat obligasi yang dilepas penjual dan menebitkan setifikat bau atas nama pembeli teakhi. Cek pembayaan bunga dikiim lewat pos secaa peiodik kecatatan (pembukuan) pembeli, dan () beae o coupon bonds atau obligasi yang pemiliknya tidak tecatat pada pembukuan emiten. Setiap obligsi disetai dengan kupon untuk pembayaan bunga obligasi sampai dengan jatuh tempo. Kupon akan diobek oleh pemilik obligasi dan diseahkan kepada bank untuk di depositokan atau ditagih. Penebitan beae bonds menghilangkan kehausan mencatat setiap peubahan pemilik dan menyiapkan dan mengiimkan cek pembayaan bunga secaa peiodik. Tetapi coupon bonds gagal untuk melindungi pemilik obligasi sepeti pada egisteed bonds, jika obligasi hilang atau dicui oang Bond Yield Besanya yield yang ditawakan kepada pembeli obligasi bevaiasi sesuai dengan tingkat keamaman investasi pada obligasi. Apabila kondisi keuangan dan tingkat penghasilan kopoasi (badan usaha) atau emiten yang akan membaya bunga dan pokok obligasi tejamin atau dijamin, tingkat bunga yang ditawakan elatif muah atau lebih endah. Biasanya semakin tinggi fakto isiko, semakin tinggi tingkat pengembalian obligasi aga menaik bagi investo. Tingkat bunga yang dicantumkan pada obligasi disebut contact ate atau nominal ate atau bunga nominal. 6 Meskipun obligasi menyediakan atau membaya bunga pada tingkat tetentu (pasti), namun tingkat bunga tesebut mungkin tidak sama dengan bunga pasa yang belaku untuk obligasi yang seupa, manakala obligasi dijual petama kali. Lagi pula tingkat bunga yang belaku di pasa selalu naik tuun. Fakto fakto tesebut 6 Hay Simons, Jay M.Smith Intemediate Accounting South Westen Publishing Co. 197 p

7 menyebabkan adanya pebedaan antaa nilai nominal obligasi dengan haga obligasi ketika dijual di pasa. Pembelian obligasi pada nilai nominal beati tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga yang belaku di pasa (tingkat bunga pasa). Jika tingkat bunag obligasi pada saat dijual lebih tinggi dai tingkat bunga pasa beati obligasi tesebut dijual dengan pemium. Pemi atau diskonto adalah nilai diskonto selisih nilai kontak dengan angkaian bunga yang dibayakan obligasi. Penuunan tingkat bunga di pasa akan menyebabkan naiknya haga pasa obligasi; sebaliknya naiknya tingkat suku bunga di pasa akan membuat nilai pasa obligasi tuun. Tingkat bunga nominal yang telah dikoeksi dengan pemium atau diskonto disebut tingkat bunga efektif (effective ate). Dengan menetapkan besanya yield obligasi yang diinginkan, seseoang dapat menggunakan Tabel Obligasi untuk menghitung haga waja obligasi. Sebagai ilustasi dapat digunakan Tabel 1. Misalkan saudaa ingin membeli Obligasi benominal Rp dengan jatuh tempo (teno) 10 Tahun; bunga 5% petahun, caa pembayaan tiap tengah tahunan, dan Yield minimal yang diinginkan atau minimum equied of etun sebesa 4,50 % beati haga wajanya adalah Rp1.039,91 atau lihat angka pada pepotongan kolom 10 tahun dan bais yield 4,50%. Apabila obligasi ini akan dibeli tetapi dengan Yield yang dikehendaki minimal 5,50% pe tahun, maka haga wajanya adalah Rp961,93 atau lihat pepotongan kolom 10 tahun dengan bais yield 5,50% pada Tabel 1. Tabel 1 : Nilai Obligasi Nominal Rp1,000,000, Bunga 5% Pembayaan Bunga Tiap Tengah Tahun Yield 8 Tahun 8 ½ Tahun 9 Tahun 9 ½ Tahun 10 Tahun 4, , , , , ,17 4, , , , , ,60 4, , , , , ,8 4, , , , , , , , , , ,00 5, , , 98.50, , ,68 5, , , , , ,87 5, , , , , ,1 6, , , , , ,63 6,5 9.38, , , , ,35 6, , , , , ,90 6, , , , , ,08 7, , , , , ,97 Tabel 1. dapat juga digunakan untuk menetapkan tingkat bunga obligasi yang efektif untuk atau pada setiap haga obligasi tetentu. Sebagai contoh misalkan diketahui adanya Obligasi:10 Tahun, Nominal Rp1.000, dijual pada haga diskonto Rp975. Dengan mengacu kepada kolom 10 Tahun dan yield 5,50% besa investasi adalah Rp 961,93. Tetapi untuk tingkat pengembalian sebesa 5,5% investasinya adalah Rp 980,74. Oleh kaena itu, untuk mendapatkan tingkat pengembalian aktual (actual yield) haus dilakukan intepolasi. Apabila bunga tuun sebesa 0,5% akan tejadi kenaikan haga sebesa Rp18,18 (yaitu dai Rp 961,93 naik menjadi 7

8 Rp980,74). Pembayaan Rp975,00 atau Rp13,07 sebagai kelebihan Rp961,93. menguangi tingkat pengembalian 5,50% sebesa 13,07/18.81 atau 0,174%. Sehingga yield yang efektif adalah 5,50% 0,174% = 5,36%. 3.4.Penilaian Obligasi Secaa Matematis Untuk menilai obligasi, baik untuk obligasi dengan tanggal jatuh tempo tetentu, maupun untuk obligasi tanpa jatuh tempo atau yang disebut pepetual bond atau konsol pada dasanya dapat dilakukan secaa matematis. Pendekatan penilaian matematis untuk obligasi dengan dua macam jatuh tempo tesebut dapat dilihat pada uaian beikut ini. a. Obligasi Dengan Jatuh Tempo Tetentu Jika obligasi yang mempunyai jatuh tempo (matuity) tetentu misalnya 1 tahun, dan investo atau pemilik obligasi menahannya hingga oligasi tesebut jatuh tempo, maka pada akhi peiode, investo yang besangkutan akan meneima hasilnya yang disebut sebagai yield to matuity (YTM). Caa menentukan besanya yield sama dengan menentukan besanya tingkat diskonto yang membuat nilai sekaang (pesent value) uang yang dihasilkan obligasi (atau bunga kupon nilai nominal) sama dengan haga pasa obligasi. Sebagai contoh, jika bunga obligasi dibaya setiap akhi peiode (akhi tahun) dan nilai nominal (face value) adalah $1000, akan dapat ditentukan tingkat pengembalian,, atau yield to matuity sebagai beikut: 7 I I P = ( 1 ) ( 1 ) I n n ( 1 ) ( 1 ).. (1) dimana P = pice, haga pasa belaku. I = inteest, tingkat bunga atau kupon obligasi pe tahun. n = banyaknya tahun hingga obligasi jatuh tempo. Sebagai ilustasi, misalkan jatuh tempo Obligasi XYZ adalah 10 tahun dengan kupon(bunga) 8% pe tahun. Haga pasa obligasi sekaang ini (saat di analisa) adalah $950. Dengan demikian yield (hasil investasi pada obligasi ini) adalah : = ( 1 ) ( 1 ) ( 1 ) ( 1 ).. ( Dengan menggunakan pesamaan () sepeti diatas dapat dihitung Yield Obligasi XYZ adalah 8.77%. Seandainya contoh soal diatas dibalik dan kita ingin mengetahui haga pasa Obligasi XYZ, 10 tahun, bunga 8 %, dan yield to matuity ditagetkan 7 %, haga obligasi adalah: 7 James C. Van Hone Financial Management and Policy Pentice Hall of India Pivate Limited, Thid Edition, 1975, p

9 80 80 P = ( ) ( ) ( ) ( ) Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa PV (pesent value) aus kas $80 pe tahun, selama kuun waktu 10 tahun dengan tingkat diskonto 7% adalah $561.89, dan PV $1000 pokok obligasi yang diteima pada akhi tahun 10 adalah $ Dengan demikian haga waja Obligasi: 10 tahun, kupon atau inteest 7% Nominal $1000 adalah $1, Seandainya pembayaan bunga dua kali setahun (semi anually) umus () haus dimodifikasi sepeti umus(3) beikut ini; I / I / I / P =.. 3 ( 1 ) ( 1 ) ( 1 ) ( 1 I / ) n 1000 ( 1 ) n (3) Jika Obligasi XYZ jatuh tempo 10 tahun, bunganya 7% pe tahun, haga pasa obligasi $1040, pesamaan (3) beubah menjadi pesamaan (4): 1040 = ( 1 35 ) ( 1 35 ) ( 1 35 ) 3... ( 1 35 ) 0 ( ) 0 (4) Untuk menyelesaikan pesamaan dan mendapatkan besanya maka yield to matuity obligasi adalah 6.64 %. Apabila bunga be bunga obligasi m kali pe tahun, pesamaannya adalah : P = ( 1 I / m m ) I / m ( 1 ) m I / m 3 ( 1 ) m I / m... ( 1 ) m mn 1000 ( 1 ) m mn (5) Sesuai dengan umus atau pesamaan, jika tedapat empat vaiabel yang saling behubungan, tiga vaiabel diketahui, maka vaiabel keempat akan dapat dicai/dihitung. Dengan tesedianya tabel nilai obligasi sepeti Tabel 1 atau sepeti Tabel sangat membantu masyaakat investo didalam menghitung nilai obligasi dan selanjutnya menggunakannya dalam memutuskan investasi. Tabel pada halaman 10 adalah dibentuk pesis sama dengan tabel pesent value. Pebedaannya hanya pada petimbangan besanya kupon beseta fakta bahwa nilai nominal obligasi pasti dibaya pada tanggal jatuh tempo. Tabel adalah tabel yield obligasi dengan kupon 5% yang caa pembayaan setiap tengah tahun (semi annual). Kolom pada tabel mewakili masa jatuh tempo dan bais mewakili yield to matuity atau penghasilan obligasi jika ditahan investo hingga jatuh tempo. Angka di dalam kotak 9

10 pepotongan kolom dan bais mewakili haga obligasi atau pesent value untuk nilai nominal obligasi $100. Sebagai contoh, haga obligasi bekupon 5%, jatuh tempo 19 tahun, denganyield 5.5 % adalah $97.0. Tabel : Yield Obligasi Bedasakan Matuity Dengan Bunga 5% Pe Tahun Tahun dan Bulan Matuity Yield ,60 100,60 100,61 100,61 100,61 100,61 100,61 100, ,99 99,99 100, Tesedianya tabel Yield Obligasi telah mempemudah caa menentukan besanya yield to matuity, tetapi dengan asumsi haga pasa obligasi, kupon, dan tanggal jatuh tempo telah diketahui sebelumnya. Sudah pasti atau given. Secaa aljaba, apabila salah satu vaiabel dai empat vaiabel fungsi tidak diketahui, sudah pasti vaiabel tidak diketahui tesebut dapat dicai. Contohnya seandainya haga pasa waja obligasi belum diketahui dan akan dicai, akan mudah dicai jika yield, coupon ate, dan matuity date obligas telah diketahui. b. Obligasi Tanpa Jatuh Tempo (Pepetual Bond) 8 Secaa teoitis sangat mungkin kita dihadapkan dengan kesempatan investasi tanpa batas atau investasi tanpa tanggal jatuh tempo. Dengan peiode tanpa batas besanya aus kas yang diteima tetap (pasti) untuk setiap inteval yang tidak ada batasnya. Salah satu contoh adalah kasus Bitish Consul yang dikeluakan oleh pemeintah Inggis yang pada hakekatnya adalah obligasi tanpa tanggal jatuh tempo; dan untuk itu pemeintah Inggeis haus membaya kupon yang besanya tetap (pasti) selama peiode yang tidak tebatas, dan dengan demikian obligasi ini meupakan obligasi abadi. Seandainya initial investment atau investasi mula mula haus mengeluakan kas pada titik 0 sebesa A o maka pada setiap akhi peiode (akhi tahun) yang tidak tebatas dihaapkan menghasilkan (membaya) sebesa A*, hasilnya atau yield adalah sebesa tingkat diskonto,, yang menyamakan nilai sekaang (pesent value) semua aus kas yang akan datang sama dengan aus kas yang ditanamkan pada awal peiode. Secaa aljaba atau seca matematis pesamaannya adalah sepeti Pesamaan 6 beikut: 8 James C. Van Hone Financial Management and Policy Pentice Hall of India Pivate Limited,Thid Edition P

11 A * A * A 0 = ( 1 ) ( 1 ) A * ( 1 ) n Pesamaan 6. Misalkan Ao adalah haga pasa obligasi dan A* adalah pembayaan bunga yang besanya tetap setiap akhi inteval (mis. setiap akhi tahun) selama peiode tanpa batas. Apabila kedua sisi kii dan kanan Pesamaan 6. Dikalikan dengan (1), akan dipeoleh pesamaan sebagai beikut: A * A * A * A 0 (1) = A*.... n 1 ( 1 ) ( 1 ) ( 1 ) Pesamaan 7. Dengan menguangkan Pesamaan 7 dengan Pesamaan 6 akan dipeoleh pesamaan bau sepeti beikut: A o ( 1 ) A o = A* A * ( 1 ) n Pesamaan 8. Oleh kaena n mendekati tidak tehingga (infinity) beati mendekati 0. Jadi A 0 = A* Pesamaan 9 A * ( 1 ) n akan dan A* = Ao Pesamaan 10 Didalam umus tesebut diatas adalah yield atau tingkat pengembalian Ao (initial outlay) dengan peiode tanpa batas, dan imbalan sebesa A* pada setiap akhi tahun. Contoh : Seandainya saudaa dihadapkan pada investasi beupa pembelian obligasi tanpa jatuh Rp1000 dan Obligasi tesebut dihaapkan akan membaya Rp70 setiap akhi tahun untuk selama lamanya. Beapakah yield obligasi tesebut? Jawabnya : yield adalah sebesa 7%. Yield sebesa 7% dipeoleh bedasakan pesamaan 10 : = A*/A o atau = Rp 70 = 7% Rp 1000 Untuk menentukan haga waja obligasi yang mempunyai matuity tetentu, misalnya 3 hingga 30 tahun dengan tingkat bunga tetentu misalnya 5 % pe tahun, sebagai dasa untuk mempedagangkan obligasi di pasa sekunde dapat digunakan pesamaan 1 5; dan untuk Obligasi tanpa jatuh tempo atau 11

12 yang lazim disebut pepetual bond atau obligasi abadi, secaa matematik dapat digunakan pesamaan 6 s/d 10. Yield To Matuity (YTM) Obligasi Tanpa Jatuh Tempo Secaa matematis YTM obligasi pepetual dapat juga ditentukan sebagai beikut: P m = I/K d K d = I/P m P m adalah haga pasa pe saham ; I = bunga atau kupon ; K d = Cost of debt. Contoh : Beapakah YTM Rp 1.000, Obligasi Pepetual, 7% jika haga yang belaku di pasa Rp500? Jawab: I = 70 (Rp1.000 x 7%) P = Rp500 (haga pasa) YTM = Rp70/Rp500 =14% 3.3. Pedagangan Obligasi Di Pasa Sekunde Obligasi mungkin saja dipeoleh/didapatkan langsung dai emiten (badan yang menebitkannya) atau dibeli di pasa tebuka melalui busa efek atau melalui peusahaan efek (investment bankes). Investasi pada obligasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang, telebih dahulu dicatatkan sesuai dengan biaya untuk mendapatkan dana dai hasil penjualannya (poceeds) temasuk biaya atau komisi boke dan biaya biaya lain yang timbul keena penjualan obligasi. Obligasi yang dibeli di busa efek atau melalui pialang dicatat menuut nilai pasa yang waja. Jika obligasi atau sekuitas lain dipeoleh (dibeli) secaa lump sum (dalam jumlah bulat), biaya tesebut pelu dialokasikan atas masing masing sekuitas secaa adil. Pembelian obligasi secaa kedit dibukukan pada sisi aktiva dan liability. Apabila pembelian atau penjualan obligasi, dilakukan ditengah tengah peiode pembayaan bunga, accued inteest haus dihitung dan ditambahkan pada haga obligasi. Jumlah yang dipehitungkan sebagai accued inteest pada pembelian dikuangkan dai tagihan bunga beikut, ketika menghitung pendapatan bunga; jumlah accued inteest yang diteima dai penjualan diakui sebagai pendapatan bunga sesuai posi peiode pemilikan obligasi. Bedasakan penilaian Obligasi pepetual yang tenyata dapat dilakukan secaa matematis sebagaimana telah dipapakan diatas, dan dengan bebagai tabel nilai obligasi yang tesedia, seta pasa pedana dan pasa sekunde obligasi yang dapat dibuat teang bendeang alias tanspaan (lihat Kotak 3), kelihatannya encana pemeintah Indonesia untuk menjual pepetual bonds adalah cukup feasible. Tentunya dengan pesyaatan bahwa semua pasaana pedaganganyang dipelukan dilengkapi, senantiasa tanspaan, hemat biaya, dan hasil penjualan obligasi tesebut poduktif. Sebab setiap akhi tahun, selama jangka waktu tidak tebatas, obligasi haus membeikan imbalan kepada pemiliknya beupa bunga (kupon). Pembayaan sejumlah uang yang dijanjikan obligasi setiap akhi tahun (untuk selama lamanya) tesebut haus senantiasa dipetahankan atau dijamin pemeintah (Sesuai dengan Undang 1

13 Kotak 3: Dimana Tansaksi Pedagangan Obligasi Dilakukan? PASAR PERDANA Adalah kegiatan penawaan dan penjualan obligasi untuk petama kali Metode penebitan (penjualan): Public offeing melalui lelang (auction) Penjaminan oleh sindikat Penawaan langsung (pivate placement) PASAR SEKUNDER Adalah kegiatan pedagangan obligasi yang telah dijual di pasa pedana BURSA EFEK OVER THE COUNTER MARKET Pedagangan di Lua Busa Efek Catatan : Pada umumnya pedagangan obligasi dilakukan di lua busa efek (ove thecounte maket).tansaksi di OTC dilakukan secaa langsung antaa pihak pihak bekepentingan (emiten,peantaa,investo) melalui telepon, media elektonik, pialang,dsb. Sumbe : Pusat Manajemen Obligasi Negaa Dep. Keu. RI. Undang Suat Utang Negaa Tahun 00). Hasil penjualan obligasi haus dimanfaatkan secaa behasil guna, sehingga mampu menyediakan/menghasilkan uang tunai yang dibayakan kepada pemilik obligasi pepetual setiap akhi tahun. Dengan telah disyahkannya Undang Undang Suat Utang Negaa, sudah pasti bahwa pemeintah menjamin pembayaan kewajiban setiap suat utang negaa melalui APBN, dan masyaakat investo tidak pelu takut bunga obligasi tidak dibaya. Pepetual bond yang dikeluakan oleh pemeintah sebagai suat utang negaa haus meupakan investasi bebas isiko atau isk fee investment. 4. ANALISIS PENERBITAN OBLIGASI TANPA JATUH TEMPO OLEH PEMERINTAH Obligasi sebagai suat utang adalah salah satu instumen keuangan yang dapat dipegunakan oleh emiten ( kopoasi, BUMN, BUMD, Pemeintah Pusat, Pemeintah Daeah, Kanto walikota, dsb) untuk mendapatkan uang, dana, atau modal. Sebagai suat utang, obligasi haus didukung oleh akte yang dibuat secaa notaiil. Akte obligasi selalu memuat peatuan peatuan atau pasal pasal yang menjelaskan hak dan kewajiban si penebit dan si investo yang membeli obligasi. Khusus Suat Utang negaa, setiap suat utang negaa haus mencantumkan, sekuang kuangnya; nilai nominal, tanggal jatuh tempo, tanggal pembayaan bunga, tingkat bunga atau kupon, fekuensi pembayaan bunga, caa pehitungan pembayaan bunga, ketentuan tentang hak unuk 13

14 membeli Suat Utang Negaa sebelum jatuh tempo, dan ketentuan tentang pengalihan kepemilikan (lihat Kotak ). Obligasi negaa sudah pasti bebas isiko atau isk fee kaena dalam Undang undang Suat Utang Negaa 00 disebutkan bahwa ; Suat Utang Negaa adalah suat behaga yang beupa suat pengakuan utang dalam mata upiah maupun dalam valuta asing yang dijamin pembayaan bunga dan pokoknya oleh Negaa Republik Indonesia, sesuai dengan masa belakunya (pasal 1 ayat 1), dan Pemeintah wajib membaya bunga dan pokok setiap Suat Utang Negaa pada saat jatuh tempo (pasal 8 ayat ). Oleh kaena itu, walaupun pemeintah mengeluakan Suat Utang Negaa, tiga tahun hingga tigapuluh tahun, dan tanpa batas jatuh tempo sekalipun, sepanjang penggunaannya menguntungkan akyat kaena untuk memajukan pembangunan ekonomi, dan investo pembelinya juga telindungi dai isiko default, penjualan obligasi tanpa jatuh tempo tidak pelu diagukan. Sebab obligasi yang ditebitkan pemeintah tidak mungkin jidea janji di dalam pembayaan bunga dan pokoknya. Pada dasanya tujuan penebitan Suat Utang Negaa adalah; (a) membiayai defisit Anggaan Pendapatan dan belanja negaa; (b) menutup kekuangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antaa aus kas peneimaan dan pengeluaan dai Rekening Kas Negaa dalam satu tahun anggaan; dan (c) mengelola potfolio negaa (Pasal 4 UU SUN). Untuk menilai haga waja pepetual bonds kalangan investo dapat menggunakan umus umum yang belaku univesal sebagaimana telah dipapakan pada halaman halaman tedahulu. Atinya dengan bantuan tabel yang telah tesedia, kalangan investo dengan mudah dapat mengevaluasi sendii haga waja obligasi sesuai dengan pekembangan tingkat suku bunga yang belaku di pasa. Sehingga pada akhinya investo yang besangkutan dapat memutuskan untuk membeli (buy),menjual (sell), dan mempetahankan obligasi didalam potofolio (hold). Dilihat dai sudut pemeintah sebagai penebit (issue), tujuan pemeintah untuk menebitkan Suat Utang Negaa adalah untuk; (a) membiayai defisit Anggaan Pendapatan dan Belanja Negaa; (b) menutup kekuangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antaa aus kas peneimaan dan pengeluaan dai Rekening Kas Negaa dalam satu tahun anggaan; dan (c) mengelola potfolio negaa. Atinya baik dai segi tujuan maupun dai sudut legalitas penebitannya sehausnya tidak mengalami kendala atau hambatan. Dilihat dai sudut investo, obligasi tanpa jatuh tempo, yang ditebitkan oleh pemeintah adalah tanpa isiko (isk fee). Oleh kaena itu dapat dibeli/dijual kembali/dipetahankan sebagai pilihan investasi sesuai dengan tujuan investasi paa investo Indonesia maupun investo asing. Oleh kaena fomula penilaian haga waja obligasi tanpa jatuh tempo secaa matematika juga tesedia, maka dai sudut investo penebitan obligasi tanpa jatuh tempo adalah meupakan altenatif investasi yang dapat dipetimbangkan untuk dimasukkan dalam potofolio. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa kebijaksanaan pemeintah dalam penjualan obligasi tanpa jatuh tempo, manakala defisit, meupakan sesuatu kebijaksanaan yang positif untuk pendanaan kegiatan pemeintah dan untuk menyehatkan peekonomian nasional. Defisit sebagai fakto stimulan ekonomi yang diencanakan pemeintah, dapat di danai sebagian dai pepetual bond. Obligasi sebagai altenatif investasi bagi investo yang dapat 14

15 dipetimbangkan untuk dibeli, dijual, atau ditahan, dapat dikaji secaa ilmiah. Investo juga tidak pelu haus membeli kucing dalam kaung ketika membeli obligasi tanpa jatuh tempo, sebab pembeliannya selalu didasakan pada petimbangan asional. 5. KESIMPULAN Upaya pemeintah untuk menebitkan bebagai suat utang negaa, temasuk obligasi tanpa jatuh tempo (pepetual bond) pelu didukung dan disambut baik oleh paa pelaku ekonomi, teutama pelaku pelaku yang telibat di pasa keuangan. Sebab dengan betambahnya agam instumen keuangan akan mempebanyak altenatif sumbe dana bagi unit unit ekonomi yang memelukan, dan pada saat yang sama juga menambah pilihan investasi bagi paa investo, dan pada akhinya akan membuat pasa keuangan Indonesia semakin efisien. Semakin efisien pasa keuangan Indonesia, semakin kecil isiko investasi di pasa keuangan, akan semakin kecil biaya modal atau cost of capital di Indonesia. Kondisi sepeti ini akan kondusip untuk penaikan modal lua negei atau modal asing masuk ke Indonesia. Atinya akan tejadi capital inflow yang sangat dipelukan untuk petumbuhan ekonomi Indonesia. Jika pemeintah pemeintah poaktif mengembangkan instumen keuangan sepeti pepetual bond sebagai sumbe dana pembangunan dan membiayai kebutuhan utin, suatu saat, lambat atau cepat Indonesia pasti tidak pelu tegantung pada utang lua negei, atau paling tidak dapat menguangi utang lua negei. Baca lebih lanjut : DR. A. Fuad Rahmany ( Agustus 00) : Suat Utang Sebagai Instumen Fiskal dan Investasi Masyaakat Pusat Manajemen Obligasi Negaa, Depatemen Keuangan Republik Indonesia. (Tidak ditebitkan). D. Tamiden Sitous (Agustus 00) : Peanan Bank Indonesia dalam Kegiatan Penatausahaan Suat Utang Negaa Diektu Pengelolaan Monete Bank Indonesia. (Tidak Ditebitkan) Fank Fabozzi, 1995:The Handbook of Fixed Income Secuities Stigum s, 3 RD Edition : The Money Makets James C. Van Hone : Financial management and Policy Robet Zipf, 1995 : How The Municipal Bonds Wok Hunt,Tey, 199 : Financial Instuments and Makets Tim S.Campbell, 1988 : Money and Capital Makets Weston,Copeland,199: Manageial Finance Undang undang Suat Utang Negaa,RI. Tahun 00. Undang undang Pasa Modal Indonesia No.8 Tahun 1995 HS. Jakata, 8 Oktobe 00 15

16 16

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif?

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif? Fiskal vs Monete Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif? Oleh : Pemeintah bau saja mengumumkan encana peubahan defisit PN 2009 dai 1,0% tehadap PD menjadi 2,5% tehadap PD. Pada kesempatan yang sama Pemeintah

Lebih terperinci

Matematika Keuangan Dan Ekonomi. Indra Maipita

Matematika Keuangan Dan Ekonomi. Indra Maipita Matematika Keuangan Dan Ekonomi Inda Maipita TINGKAT DISKON DAN DISKON TUNAI Diskon dan Tingkat Diskon Diskon meupakan penguangan jumlah dai yang sehausnya dibayakan, yang dilakukan di muka. Konsep diskon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih jauh lagi, sebenarnya pasar keuangan (financial market) bersama lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih jauh lagi, sebenarnya pasar keuangan (financial market) bersama lembaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sistem Keuangan dan Pasar Obligasi Berbicara tentang pasar obligasi tentunya tidak akan lepas dari suatu payung yang lebih besar menaunginya, yaitu pasar

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti

XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti PPA Univ. Trisakti XXI Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10 Tugas Mata Kuliah : Manajemen Keuangan dan Pasar Modal Dosen Pengajar : Ibu Susi Muchtar Mahasiswa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51 http://www.deden08m.wordpress.com OVERVIEW Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. 1/51 OBLIGASI PERUSAHAAN Obligasi perusahaan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

MATERI 7.  TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 7 http://www.deden08m.com TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi Produk Investasi Deposito SBI Pendek (< 1 Tahun) Jangka Waktu Investasi Menengah (1-5 Thn) Panjang (>5 Thn) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi 2 INSTRUMEN INVESTASI JANGKA PENDEK 3 Dipergunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan A. HUTANG OBLIGASI Hutang jangka panjang memiliki definisi sebagai suatu pengorbanan ekonomi dengan kemungkinan yang sangat besar terjadi di masa depan akibat dari kewajiban masa kini yang belum dibayarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I .~;,1 PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH ' DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I BUPATI SIDOARJO, Menimbang: a. bahwa Pajak Ai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh 44 BAB III RACAGA PEELITIA.. Tujuan Penelitian Bedasakan pokok pemasalahan yang telah diuaikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mempeoleh jawaban atas

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL 6/1/21 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHI, SE., MM DEFINISI Kebijakan dengan mengatu jumlah uang beeda. Instumen kebijakan monete: Open Maket Opeation Melalui suat behaga milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Pada penelitian yang dilakukan (Sulystari, 2013),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/51. Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi.

OVERVIEW 1/51. Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. OVERVIEW 1/51 Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI Obligasi adalah wesel jangka panjang yang diterbitkan oleh unit perusahaan dan pemerintah Penerbit obligasi menerima uang dalam pertukaran untuk melakukan pembayaran

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM E-Junal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 64-74 ISSN: 2303-175 PERHITUNGAN DA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM I GUSTI AYU KOMANG KUSUMA WARDHANI 1, I NYOMAN WIDA

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT Sudianto Manullang Yasifati Hia Abstak Pengelolaan dana pensiun dapat menentukan dan mendoong peningkatan poduktivitas angkatan keja.

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN I SALINAN I fi~@?~{5]f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG C' PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998: BAB II KAJIA PUSTAKA. Pengetian Bank Menuut Undang-Undang RI nomo 7 Tahun 99 tentang pebankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI nomo 0 Tahun 998: bank adalah: Bank adalah badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

The Production Process and Cost (I)

The Production Process and Cost (I) The Poduction Pocess and Cost (I) Yang dimaksud dengan Input (Kobanan) misalnya Mesin sebagai Kapital (Capital) dan Tenaga Keja sebagai Labou (L), sedangkan Q = Tingkat Output (Poduksi) yang dihasilkan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 643 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINCIAL PROJECT IMPLEMENTATION UNIT UNTUK PROGRAM SANITASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Obligasi Korporasi Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG .,, ' [ SALINAN I fff~~~!jf~~..f~j~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA Auditorium Sabang Kantor Pusat DJBC, 2 November 2017 Subhan Noor Direktorat Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan OUTLINE 1 2 Mengenal

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE COST PRORATE TIPE CONSTANT DOLLAR PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI

PENGGUNAAN METODE COST PRORATE TIPE CONSTANT DOLLAR PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAAT PASTI Buletin Ilmiah Math Stat dan eapanna (Bimaste) Volume 02, No 2 (2013), hal 147-154 PENGGUNAAN MEODE COS PRORAE IPE CONSAN DOLLAR PADA PROGRAM PENDANAAN PENSIUN MANFAA PASI Agus Joko Sujono, Dadan Kusnanda,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga merupakan salah satu variable ekonomi yang sering dipantau oleh para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga dipandang

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai agen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumtifnya masyarakat Indonesia terlihat dari pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Konsumtifnya masyarakat Indonesia terlihat dari pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsumtifnya masyarakat Indonesia terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang selama ini banyak ditopang oleh konsumsi. Untuk itu, sudah sepatutnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejaah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia Adapun sejaah Badan Pusat Statistik di Indonesia tejadi empat masa pemeintahan di Indonesia, antaa

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Definisi Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH TABUNGAN SIMPEDA PADA PT BANK SUMUT KANTOR CABANG MEDAN ISKANDAR MUDA PERIODE 2011 s/d 2013

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH TABUNGAN SIMPEDA PADA PT BANK SUMUT KANTOR CABANG MEDAN ISKANDAR MUDA PERIODE 2011 s/d 2013 PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH TABUNGAN SIMPEDA PADA PT BANK SUMUT KANTOR CABANG MEDAN ISKANDAR MUDA PERIODE 011 s/d 013 TUGAS AKHIR Ditulis untuk Memenuhi Syaat Menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti JUNAL ILMIAH ANGGAGADING Volume 4 No., Oktobe 004 : 99 104 PENGAUH MODEL PODUK TEHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selula Meek Nokia Pada PT. Bimasakti Oleh: Maju L. Tobing Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab.

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab. PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA (Studi pada Desa Sumbegede Kec. Sekampung Kab. Lampung Timu) Wahyu Widodo Dosen Tetap STISIPOL Dhama Wacana Meto ABSTRACT

Lebih terperinci

pekerjaan atap (rangka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian

pekerjaan atap (rangka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian BAB IV RANGKA KUDA-KUDA DAN PENUTUP ATAP 4.1. Pengetian Atap Dalam studi analisis nilai pada tugas akhi ini, obyek yang diambil adalah pekejaan atap (angka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama bulan Januari hingga Agustus 2008, bursa saham dunia mengalami penurunan yang berdampak pada pelaku lantai bursa, dunia usaha, dan perekonomian di berbagai negara

Lebih terperinci

CONTOH PENGHITUNGAN MENGENAI TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA OBLIGASI

CONTOH PENGHITUNGAN MENGENAI TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA OBLIGASI 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PMK.011/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN Asuni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjamasin Jl. A Yani Km. 5,5 Banjamasin,

Lebih terperinci

MAKALAH TINGKAT BUNGA DAN NILAI OBLIGASI

MAKALAH TINGKAT BUNGA DAN NILAI OBLIGASI MAKALAH TINGKAT BUNGA DAN NILAI OBLIGASI D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 8 NAMA : SHERYN FLORENSKA (163304020824) AYUGINA SINAGA (163304020826) RUANGAN : 415 (PAGI F) SEMESTER 3 UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Lebih terperinci

PROSPEK INVESTASI SURAT UTANG NEGARA

PROSPEK INVESTASI SURAT UTANG NEGARA PROSPEK INVESTASI SURAT UTANG NEGARA Aula Ged B Lt.5, Sekretariat BPPK, 9 November 2017 Subhan Noor Direktorat Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko OUTLINE 1 2 Mengenal Instrumen

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara SUN Ritel Jakarta, 30 November 2017 Pembicara: SANDI ARIFIANTO Kepala Seksi Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 BAGI STAF BPKD PEMPROF DKI JAKARTA DI GEDUNG DIKLAT 23 27 MEI 2011 OBLIGASI PEMERINTAH RILYA ARYANCANA Topik KARAKTERISTIK OBLIGASI PEMERINTAH JENIS OBLIGASI

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Volume 1, Nomo : 79 90 Mei 015 HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 01/013 Faisal 1, Razali 1, Yeni Malina 1 1 Pogam Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI Junal Teknik Sipil ISSN 30-053 Pogam Pascasajana Univesitas Syiah Kuala Pages pp. 4-35 PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN

Lebih terperinci

ririkyunita@yahoo.co.id Beberapa Istilah Dalam Nilai nominal ( nominal value atau face value ) atau nilai pari ( par value ) Besarnya nilai rupiah obligasi yang diterbitkan tertera pada lembaran obligasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

FIXED INCOME TREASURY MANAGEMENT

FIXED INCOME TREASURY MANAGEMENT FIXED INCOME TREASURY MANAGEMENT PENGERTIAN Fixed Income: Produk investasi dengan tingkat pendapatan tetap (stabil) Financial Market Money market Capital market Maturity 1th Debt Instrument

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci