PERCOBAAN V REFRAKTOMETRI (INDEKS BIAS)
|
|
- Suharto Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERCOBAAN V REFRAKTOMETRI (INEKS BIAS I. Tujua Percobaa 1. Meigkatka kemampua melakuka prosedur kerja laboratorium yag sederhaa dega baik da efisie.. Meigkatka kemampua megumpulka data, melakuka pegamata, da pegukura, serta membuat perhituga secara sistematis.. Utuk memahami cara kerja refraktometer da pembacaa ideks bias 4. Utuk meetuka ideks bias dari zat-zat cair yag diujika II. asar Teori Pada proses pematula da pembiasa, cahaya dapat terpolarisasi sebagia atau seluruhya oleh refleksi. Perbadiga itesitas cahaya yag dipatulka dega cahaya yag datag disebut reflektasi (R, sedagka perbadiga itesitas cahaya yag ditrasmisika dega cahaya datag disebut trasmitasi (T. Fresel meyelidiki da merumuska suatu persamaa koefisie refleksi da koefisie trasmisi yag dihasilka oleh pematula da pembiasa Pembiasa cahaya adalah pembeloka cahaya ketika berkas cahaya melewati bidag batas dua medium yag berbeda ideks biasya. Ideks bias mutlak suatu baha adalah perbadiga kecepata cahaya di ruag hampa dega kecepata cahaya di baha tersebut. Ideks bias relatif merupaka perbadiga ideks bias dua medium berbeda. Ideks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbadiga ideks bias atara medium kedua dega ideks bias medium pertama. Pembiasa cahaya meyebabka kedalama semu da pematula sempura. Hukum Sellius adalah rumus matematika yag memerika hubuga atara sudut datag da sudut bias pada cahaya atau gelombag laiya yag melalui batas atara dua medium isotropik berbeda, seperti udara da gelas. Nama hukum ii diambil dari matematikawa Belada Willebrord Sellius, yag merupaka salah satu peemuya. Hukum ii juga dikeal sebagai Hukum escartes atau Hukum Pembiasa. 1
2 Hukum ii meyebutka bahwa isbah sius sudut datag da sudut bias adalah kosta, yag tergatug pada medium. Perumusa lai yag ekivale adalah isbah sudut datag da sudut bias sama dega isbah kecepata cahaya pada kedua medium, yag sama dega kebalika isbah ideks bias. Perumusa matematis hukum Sellius adalah atau atau Lambag θ 1,θ merujuk pada sudut datag da sudut bias, v 1 da v pada kecepata cahaya siar datag da siar bias. Lambag 1 merujuk pada ideks bias medium yag dilalui siar datag, sedagka adalah ideks bias medium yag dilalui siar bias. Hukum Sellius dapat diguaka utuk meghitug sudut datag atau sudut bias, da dalam eksperime utuk meghitug ideks bias suatu baha. Pada tahu 1678, dalam Traité de la Lumiere, Christiaa Huyges mejelaska hukum Sellius dari peurua prisip Huyges tetag sifat cahaya sebagai gelombag. Hukum Sellius dikataka, berlaku haya pada medium isotropik atau
3 "teratur" pada kodisi cahaya mookromatik yag haya mempuyai frekuesi tuggal, sehigga bersifat reversibel. Hukum Sellius dijabarka kembali dalam rasio sebagai berikut: Alat pegukur ideks bias adalah refraktometer. Pada refraktometer, siar koverge memotog atar muka dari sampel yag tidak diketahui dari ideks bias da prisma dega ideks bias yag telah diketahui, dimaa >. sebagia besar dari siar haya meyetuh permukaa sehigga aka Nampak berkas siar dega batas daerah gelap da terag yag jelas. Refraktometer yag umumya diguaka di dalam pegukura ideks bias adalah refraktometer Abbe. alam hal ii, siar putih dipatulka meuju system prisma yag diletakka pada garis Natrium utuk mempertajam batas garis gelap da terag dega besar pajag gelombag sekitar 589, m. Siar yag masuk ke dalam prisma aka dideviasika, lalu disatuka kembali oleh pesawat focal teleskop T sehigga sejajar dega permukaa atas sisi prisma yag terlihat. ega pegaruh sejumlah siar total yag masuk, aka mejadi seberkas siar yag terputus dega batas terag da gelap yag tajam akibat memasuki kisi sempit di atara kedua permukaa prisma. Lesa pada teleskop dapat diatur agar mempertajam peglihata yag ditampakka pada output teleskop sehigga dapat dega jelas kita melihat gambar da juga skala ideks bias yag ditujukka oleh refraktometer atiya. a setiap jeis zat cair aka memiliki besar ideks bias yag berbeda pada keadaa suhu tertetu. Hai ii disebabka oleh pegukura ideks bias juga terpegaruhi oleh suhu di saat kita melakuka pegukura. Oleh karea itu, suhu juga perlu dilaporka ketika megukur ideks bias di laboratorium. III. Alat da Baha Refraktometer Gelas beaker Pipet tetes Alcohol
4 Tissue Aquades Laruta Sukrosa,5% Laruta Glukosa,5% Laruta Glukosa 5% Miyak (Zat A Etaol (Zat B IV. Prosedur Kerja Pegoperasia dari refraktometer Abbe, yaitu: 1. Air dari bak thermostat diuji bahwa sedag disirkulasi melalui prisma da temperature kosta ( 5± C. Prisma yag ilumiasi da refraksi digatug bersama sama sepajag satu sisi da di klep pada sisi yag berlawaa. Klem dibuka da prisma dipisahka. Kedua permukaa prisma dibersihka dega hati hati megguaka tissue yag telah dibasuh alcohol terlebih dahulu. Bila permukaa prisma sudah bersih da kerig, kedua permukaa prisma dibawa bersama sama da klem ditutup. Yakika bahwa permukaa prisma bebas dari debu atau pasir ( yag dapat meyebabka kerusaka bila prisma diklem dega rapat. 1 tetes sampel diteteska pada lubag isia dega pipet tetes ( yag seharusya sudah terag sepajag persimpga diatara dua prisma yag di klem. 4. Prisma yag terpasag sepajag sumbu horizotal dapat diputar dega kop logam kurled (dibawah skala dega tetap mejaga posisi dari cermi teleskop.prisma diputar sampai batas aatar meda terag da meda gelap terlihat jelas pada teleskop ( jika pegatura kopesator Abbe tidak tepat maka aka terlihat seberkas siar berwara yag tersebar pada perbatasa meda gelap dega terag. 5. Cermi diatur utuk dapat mematulka siar sepajag sumbu teleskop. Posisi terbaik dapat diperoleh dega mecoba bila zat cair sudah diberika, da suatu saat tidak perlu diadaka perubaha setela itu utuk medapatka sumber cahaya yag matap. 6. Pada ujug bawah dari teleskop, terdapat kop logam kurled yag berfugsi megatur kompesator Abbe. Pegatur diaggap bear jika terlihat batas yag tajam atar meda gelap da meda terag. 4
5 7. Prisma diputar higga batas gelap da terag tepat berhimpita dega titik potog dari garis silag (lesa mata pada teleskop dapat diatur dega memutarya utuk membuat garis silag berada pada focus yag tajam. 8. Setelah batas gelap da terag tepat berhimpita dega titik potog dari garis silag, ideks bias dari sampel tersebut dibaca dari skala (diberi tada suatu saat pegatura yag selajutya telah dibuat. Lesa mata dari pembacaa skala teleskop dapat diatur utuk membuat skala mejadi focus yag tajam. 9. Utuk meyelesaika pegukura, permukaa prisma dibersihka da dikerigka kemudia prisma diklem mejadi satu. Peutup protetktif peralata dilepaska. 1. Prisma, teleskop da cermi yag jelas dapat diputar sebagai uit tuggal sepajag sumbu horizotal. ega cara ii memugkika utuk membuat permukaa prisma yag jelas mejadi posisi horisotal. Sehigga sebagai alterative sampai pada lagkah tiga, setetes zat cair dapat ditrasfer secara lagsug ke permukaa prisma. Prosedur ii diperluka utuk pegukura ideks bias zat cair yag ketal.. V. Hasil Pegamata Aquades Suhu ( C Ideks Bias ( I II III Sukrosa,5% I II III Glukosa,5% I II III 9 9 Suhu ( C 9,5 Suhu ( C 9,5 9,5 1, 1, 1, Ideks Bias ( 1,5 1,5 1,5 Ideks Bias ( 1,5 1,5 1,5 5
6 Glukosa 5% I II III Miyak (Zat A I II III Zat B I II III Suhu ( C 9,5 Suhu ( C Suhu ( C Ideks Bias ( 1,81 1,81 1,81 Ideks Bias ( 1,467 1,467 1,467 Ideks Bias ( 1, 1, 1, Suhu rata-rata = 9,7 C VI. Perhituga 1. Aquades r Ideks Bias rata-rata utuk zat cair Aquades Aquadest 1 1,1,1, 1, ( 1, 1, 1, 1, 6
7 1, 1, r = ( 1 1 r 1, Jadi Aquades pada suhu 9,7 C adalah 1, ± RalatKerag ua r 1, = % 1% 1% Kebeara Praktikum = 1 % - % = 1%. Sukrosa,5 % r Ideks bias rata-rata Sukrosa,5% sukrosa,5% 1 1,51,51,5 1,5 ( 1,5 1,5 7
8 1,5 1,5 1,5 1,5 r = ( 1 1 r 1,5 Jadi Sukrosa,5% pada suhu 9,7 C adalah 1,5 ± RalatKerag ua r 1,5 = % 1% 1% Kebeara Praktikum = 1 % - % = 1%. Glukosa,5 % r Ideks Bias rata-rata Gluosa,5% glukosa,5% 1 1,51,51,5 1,5 8
9 ( 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 r = ( 1 1 r 1,5 Jadi Glukosa,5% pada suhu 9,7 C adalah 1,5 ± RalatKerag ua r 1,79 = % 1% 1% Kebeara Praktikum = 1 % - % = 1% 4. Glukosa 5% r Ideks Bias rata-rata utuk Glukosa 5% glukosa5% 1 9
10 1,811,811,81 1,81 ( 1,81 1,81 1,81 1,81 1,81 1,81 r = ( 1 1 r 1,81 Jadi Glukosa 5% pada suhu 9,7 C adalah 1,81 ± RalatKerag ua r 1,81 = % 1% 1% Kebeara Praktikum = 1 % - % 5. Miyak (Zat A r = 1% Ideks Bias rata-rata utuk Zat A 1
11 ZatA 1 1,467 1,467 1,467 1,467 ( 1,467 1,467 1,467 1,467 1,467 1,467 r = ( 1 1 r 1,467 Jadi Zat A pada suhu 9,7 C adalah 1,467 ± RalatKerag ua r 1,467 = % 1% 1% Kebeara Praktikum = 1 % - % = 1% 6. Zat B 11
12 r Ideks Bias rata-rata utuk Zat B ZatB 1 1, 1, 1, 1, ( 1, 1, 1, 1, 1, 1, r = ( 1 1 r 1, Jadi Zat B pada suhu 9,7 C adalah 1, ± RalatKerag ua r 1, = % 1% 1% Kebeara Praktikum = 1 % - % 1
13 = 1% VII. Pembahasa Pada percobaa refraktometri ii, sebelum refraktometer diguaka, terlebih dahulu alat refraktometer dikalibrasi dega cara meetuka ideks bias dari zat cair aquades. Hal ii dimaksudka utuk megetahui bahwa refraktometer dalam keadaa/ kodisi terkalibrasi da dicek terhadap stadar (air muri. Ideks bias juga dipegaruhi oleh suhu. Saat meguji ideks bias aquades dalam megkalibrasi refraktometer, perlu diperhatika kecocoka atara hasil ideks bias dari pegukura dega temperature yag ditujukka. ari hasil pegukura utuk kalibrasi refraktometer, ideks bias air yag ditujukka adalah 1, pada suhu 9,7 C. Hal ii meujukka bahwa refraktometer yag diguaka dalam kodisi yag baik. Selajutya dilakuka pegukura utuk zat cair sukrosa,5%. Pegukura diawali dega membersihka prisma dega tissue yag sudah dibasahi alcoho. Setelah kedua permukaa prisma kerig, caira sukrosa,5% diteteska sebayak 1 tetes saja, lalu kedua prisma direkatka (diklem da dikuci. Melalui teleskop dapat dilihat ketepata batas daerah gelap da terag pada titik potog garis silag dega focus yag tajam (artiya tidak ada bayag-bayag di perbatasa daerah gelap da terag. a melalui teleskop juga dapat kita lihat di bagia bawah focus daerah gelap da terag terdapat skala pembacaa ideks bias caira. Pada skala tersebut dapat kami baca da diukur ilai ideks bias dari zat cair yag diujika. ari hasil kali pegukura berulag yag telah dilakuka pada suhu 9,7 C, diperoleh hasil utuk zat cair sukrosa,5% ilai ideks bias rata-rataya sebesar 1,5±. Nilai kebeara praktikumya adalah 1%. Sedagka utuk ideks bias rata-rata dari glukosa,5% adalah 1,5±, dega kebeara praktikum sebesar 1%. a utuk ilai ideks bias rata-rata dari glukosa 5% adalah 1,81± dega kebeara praktikum sebesar 1%. Selai itu, dilakuka pula pegujia terhadap Zat A berupa miyak goreg da Zat B yaitu etaol. Utuk miyak diperoleh ideks bias pada suhu rata-rata 9,7 C sebesar 1, dega kebeara praktikum 1%. Sedagka ideks bias rata-rata utuk etaol pada suhu 9,7 C adalah 1,± dega kebeara praktikum 1%. 1
14 Uruta keaika ilai ideks bias dari sampel-sampel yag diujika, yaitu: Air = (Zat B Etaol < Sukrosa,5% = Glukosa,5% < Glukosa 5% < Glukosa 5% < (Zat B Miyak. Laruta sampel yag diujika teryata memiliki ilai ideks bias yag lebih besar dibadigka dega ilai ideks bias dari aquades. Hal ii disebabka karea pada laruta sampel seperti: sukrosa,5 % ; glukosa,5% ; glukosa 5% ; da miyak megalami keaika besar sudut kritis. Karea, semaki besar ilai ideks bias suatu zat cair, maka sudut kritis yag terbetuk semaki besar. Besarya sudut kritis yag ditimbulka bisa disebabka karea bayakya siar yag dipatulka caira tersebut ketika berada diatara kedua permukaa prisma. Utuk caira yag memiliki ketebala caira yag sama aka memiliki besar ideks bias yag berbeda bila kosetrasi total zat padat terlarutya (derajat brix berbeda. Pada caira yag mempuyai kosetrasi zat terlarut kecil, aka mempuyai ideks bias yag kecil, begitupula sebalikya. Sedagka utuk caira yag memiliki kosetrasi zat terlarut besar, meadaka bahwa bayak partikel zat terlarut didalamya sehigga bayak meyerap cahaya da itesitas cahaya yag melewati caira tersebut berkurag. Oleh karea itu si i mejadi kecil, da ideks bias mejadi kecil. Pada sukrosa,5% da glukosa,5% megarahka bahwa terdapat sukrosa da glukosa,5 gram di dalam 1 gram laruta. Sedagka glukosa 5% meujukka bahwa terdapat glukosa sebayak 5 garm di dalam 1 gram berat total laruta. Ii berarti glukosa,5% memiliki kosetrasi zat terlarut yag lebih kecil daripada glukosa 5%. Karea kosetrasi zat terlarutya lebih kecil, seharusya memiliki ideks bias yag lebih kecil, karea semaki bayak itesitas cahaya yag melewatiya da dipatulka. Namu dari hasil pegukura diperoleh bahwa glukosa 5% memiliki ideks bias yag besar. Hal ii meyebabka muculya peyebab baru yag patut ditelusuri lebih lajut. Peelusura lebih lajut meujukka bahwa dari rumus 1.si i =.si r dega ilai si i > si r, maka / 1 1. Hal ii meujukka bahwa cepat rambat gelombag cahaya dalam meembus caira di atara kedua prisma lebih kecil dibadigka cepat rambat gelombag cahaya di ruag hampa. ari siilah diperoleh bahwa besarya ideks bias ii dipegaruhi oleh sudut kritis, karea besarya si θ c = / 1. Karea adaya perbedaa cepat rambat berkas siar yag melewati film tipis caira berbeda, maka itesitas cahaya yag terpatulka juga berbeda da mempegaruhi besar kecilya ideks bias yag dihasilka saat pegukura. 14
15 VIII. Kesimpula Adapu kesimpula yag didapatka dari pembahasa diatas, atara lai: 1. Refraktometer diguaka utuk meetuka besar ideks bias dari zat cair.. Ideks bias dari: - Air muri (9,7 C = 1, - Sukrosa,5% (9,7 C = 1,5 - Glukosa,5 % (9,7 C = 1,5 - Glukosa 5% (9,7 C = 1,81 - Miyak goreg (Zat A (9,7 C = 1,467 - Etaol (Zat B (9,7 C = 1,. Semaki bayak kosetrasi zat terlarut di dalam caira, aka semaki bayak cahaya yag diserap da meyebabka itesitas cahaya mejadi meuru. 4. Ideks bias aka kecil, bila kosetrasi zat terlarutya besar. 5. Kecepata cahaya dalam medium caira lebih kecil dibadigka kecepata cahaya di ruag hampa, dibuktika dega besar ilai ideks bias caira yag lebih dari 1. 15
16 aftar Pustaka Buleti Pealara Mahasiswa UGM Vol., No. Agustus 1997, hlm.9-97 Foster, B.. Fisika SMU Jilid B utuk Kelas. Erlagga: Jakarta id.wikipedia.org/wiki/hukum_seillus Kagia, M Seribu Pea Fisika SMU Kelas. Erlagga: Jakarta
BAB 5 OPTIK FISIS. Prinsip Huygens : Setiap titik pada muka gelombang dapat menjadi sumber gelombang sekunder. 5.1 Interferensi
BAB 5 OPTIK FISIS Prisip Huyges : Setiap titik pada muka gelombag dapat mejadi sumber gelombag sekuder. 5. Iterferesi - Iterferesi adalah gejala meyatuya dua atau lebih gelombag, membetuk gelombag yag
Lebih terperinciKIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P)
KIMIA KELAS XII IA - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN Sifat Koligatif (Bagia II) Iteraksi atara pelarut da zat megakibatka perubaha fisik pada kompoekompoe peyusu laruta. Salah satu sifat yag diakibatka
Lebih terperinciOleh: Bambang Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta
Oleh: Bambag Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta PETA KONSEP Prisip Superposisi Liier Sefase π π beda faseya : 0,2, 4,. beda litasa : 0,,2, 3,. terjadi iterferesi Kostruktif/ salig meguatka, amplitudo
Lebih terperinciMeetuka Parameter Model Cauchy utuk A (1,587) Kosta Baha Polistirea Dzarril Maulidiyah 1, D. J. Djoko H Satjojo 1, Mauludi A Pamugkas 1, Ubaidillah 1 1) Jurusa Fisika FMIPA Uiv. Brawijaya Email: mdzarril@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuha Sistem Sebelum melakuka deteksi da trackig obyek dibutuhka peragkat luak yag dapat meujag peelitia. Peragkat keras da luak yag diguaka dapat dilihat pada Tabel
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu
Lebih terperinciREGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan
REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k
Lebih terperinciBab 3 Metode Interpolasi
Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28
5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.
Lebih terperinciLEVELLING 1. Cara pengukuran PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR (PPD) Poliban Teknik Sipil 2010LEVELLING 1
LEVELLING 1 PENGUKURAN SIPAT DATAR Salmai,, ST, MS, MT 21 PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR (PPD) Jika dua titik mempuyai ketiggia yag berbeda, dikataka mempuyai beda tiggi. Beda tiggi dapat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur
0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia
Lebih terperinciSOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA
Lampira 1. Prapembelajara SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA Satua Pedidika : SMK Mata Pelajara : Fisika Kelas/ Semester
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasa Atropometri merupaka salah satu metode yag dapat diguaka utuk meetuka ukura dimesi tubuh pada setiap mausia. Data atropometri yag didapat aka diguaka utuk
Lebih terperinciModel Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika
Prosidig Semirata FMIPA Uiversitas Lampug, 0 Model Pertumbuha BeefitAsurasi Jiwa Berjagka Megguaka Deret Matematika Edag Sri Kresawati Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Sriwijaya edagsrikresawati@yahoocoid
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada
Lebih terperinciPOSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan
POSITRON, Vol. II, No. (0), Hal. -5 ISSN : 30-4970 Peetua Eergi Osilator Kuatum Aharmoik Megguaka Teori Gaggua Iklas Saubary ), Yudha Arma ), Azrul Azwar ) )Program Studi Fisika Fakultas Matematika da
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT
Buleti Ilmiah Math. Stat. da Terapaya (Bimaster) Volume 02, No. 1(2013), hal 1-6. PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Demag, Helmi, Evi Noviai INTISARI Permasalaha di bidag tekik
Lebih terperinciBab III Metoda Taguchi
Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengertian
TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa
19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia ii adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Badar Lampug tahu pelajara 2009/2010 sebayak 279 orag yag terdistribusi dalam tujuh
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
9 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi da Objek Peelitia Peelitia ii dilakuka di RPH Tejo Petak 10i, BKPH Parug Pajag KPH Bogor, Perum Perhutai Uit III Jawa Barat da Bate. Objek peelitia adalah waktu kerja
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia adalah metode deskriptif, yaitu peelitia yag didasarka pada pemecaha masalah-masalah aktual yag ada pada masa sekarag.
Lebih terperinci= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik
Aalisis Sektor Kuci Dimaa : KLBj aij = Keterkaita lagsug ke belakag sektor j = Usur matriks koefisie tekik (b). Keterkaita Ke Depa (Forward Ligkage) Forward ligkage meujukka peraa suatu sektor tertetu
Lebih terperinciJl. Ganesha No. 10 Bandung, Telp. (022) , , Fax. (022) Homepage :
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA Jl. Gaesha No. 0 Badug, 4032 Telp. (022) 2500834, 253427, Fax. (022) 2506452 Homepage : http://www.fi.itb.ac.id
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Variabel da Defiisi Operasioal Variabel-variabel yag diguaka pada peelitia ii adalah: a. Teaga kerja, yaitu kotribusi terhadap aktivitas produksi yag diberika oleh para
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I
7 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Kotaagug Tahu Ajara 0-03 yag berjumlah 98 siswa yag tersebar dalam 3
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Lux meter dilengkapi sensor jarak berbasis arduino. : panjang 15,4 cm X tinggi 5,4 cm X lebar 8,7 cm
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat Nama Alat Tegaga Ukura Berat : Lux meter dilegkapi sesor jarak berbasis arduio : 5 V (DC) : pajag 15,4 cm tiggi 5,4 cm lebar 8,7 cm : 657 gram 4.. Gambar
Lebih terperinciPerancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Prit) 1 Peracaga Reflektor utuk Sistem Pecahayaa Alami Berbasis Optik Geometri Joko Nugroho, Gatut Yudoyoo, da Suyato Fisika, Fakultas
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
BAB II METODOLOGI PEELITIA 2.1. Betuk Peelitia Betuk peelitia dapat megacu pada peelitia kuatitatif atau kualitatif. Keragka acua dalam peelitia ii adalah metode peelitia kuatitatif yag aka megguaka baik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat terapi ini menggunakan heater kering berjenis fibric yang elastis dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat Alat terapi ii megguaka heater kerig berjeis fibric yag elastis da di bugkus dega busa, pasir kuarsa, da kai peutup utuk memberi isolator terhadap kulit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga Peelitia 1. Pedekata Peelitia Peelitia ii megguaka pedekata kuatitatif karea data yag diguaka dalam peelitia ii berupa data agka sebagai alat meetuka suatu keteraga.
Lebih terperinciMata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4
Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika
Lebih terperinciI. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT
I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam
Lebih terperinciPertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd
Pertemua Ke- Komparasi berasal dari kata compariso (Eg) yag mempuyai arti perbadiga atau pembadiga. Tekik aalisis komparasi yaitu salah satu tekik aalisis kuatitatif yag diguaka utuk meguji hipotesis tetag
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka di Kota Bogor Pemiliha lokasi peelitia berdasarka tujua peelitia (purposive) dega pertimbaga bahwa Kota Bogor memiliki jumlah peduduk yag
Lebih terperinci2 BARISAN BILANGAN REAL
2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu da Tempat Peelitia Peelitia dilaksaaka dari bula Agustus-September 03.Peelitia ii dilakuka di kelas X SMA Muhammadiyah Pekabaru semester gajil tahu ajara 03/04. B. Subjek
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas I MIA SMA Negeri 5 Badar Lampug Tahu Pelajara 04-05 yag berjumlah 48 siswa. Siswa tersebut
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.
9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi Da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di MTs Muhammadiyah Natar Lampug Selata. Populasiya adalah seluruh siswa kelas VIII semester geap MTs Muhammadiyah Natar Tahu Pelajara
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan
BAB LANDASAN TEORI. Pegertia Regresi Statistika merupaka salah satu cabag peegtahua yag palig bayak medapatka perhatia da dipelajari oleh ilmua dari hamper semua bidag ilmu peegtahua, terutama para peeliti
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan
47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodelogi Peelitia Keberhasila dalam suatu peelitia sagat ditetuka oleh ketepata pegguaa metode peelitia. Oleh karea itu, metode yag aka diguaka haruslah sesuai dega data
Lebih terperinciPENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI
Halama Tulisa Jural (Judul da Abstraksi) Jural Paradigma Ekoomika Vol.1, No.5 April 2012 PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Oleh : Imelia.,SE.MSi Dose Jurusa Ilmu Ekoomi da Studi Pembagua,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jeis da Sumber Data Data yag diguaka pada peelitia ii merupaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik (BPS) Provisi NTB, Bada Perecaaa Pembagua Daerah (BAPPEDA)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi da Waktu Pegambila Data Pegambila data poho Pius (Pius merkusii) dilakuka di Huta Pedidika Guug Walat, Kabupate Sukabumi, Jawa Barat pada bula September 2011.
Lebih terperinciMata Kuliah: Statistik Inferensial
PENGUJIAN HIPOTESIS SAMPEL KECIL Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id DEFINISI Pegertia Sampel Kecil Sampel kecil yag jumlah sampel kurag dari 30, maka ilai stadar deviasi (s)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya
5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap
Lebih terperincisimulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalankan, animasi akan muncul pada dijalankan, ProModel akan menyajikan hasil laporan statistik mengenai
37 Gambar 4-3. Layout Model Awal Sistem Pelayaa Kedai Jamoer F. Aalisis Model Awal Model awal yag telah disusu kemudia disimulasika dega waktu simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalaka, aimasi
Lebih terperinciMODUL MATEMATIKA SMA IPA Kelas 11
SMA IPA Kelas BARISAN DAN DERET ARITMATIKA. Betuk umum: a, ( a b), ( a b) ( a b). Rumus suku ke- ( ) a ( ) b a : suku pertama b : beda. Jumlah suku pertama (S ) S ( a ) atau S (a ( ) b) Dega S dapat juga
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika. Meurut Arikuto (99 :
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011
III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega
Lebih terperinci6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi
6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga da Jeis Peelitia Racaga peelitia ii adalah deskriptif dega pedekata cross sectioal yaitu racaga peelitia yag meggambarka masalah megeai tigkat pegetahua remaja tetag
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh
Lebih terperinciBAB IV PENELITIAN Gambar Alat Untuk gambar alat dapat dilihat pada gambar 4.1. dibawah ini: Gambar 4.1. Modul Alat Tugas Akhir
43 BAB IV PENELITIAN 4.1. Spesifikasi Alat Nama Alat : Had dryer Dilegkapi Dega UV Steril da Pompa Caira Sabu Otomatis. Tegaga : 0 V Frekuesi : 50-60 Hz Daya : 350 Watt 4.. Gambar Alat Utuk gambar alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 4.1 Meetuka udara masuk (efisiesi volumetrik) da efisiesi pegirima pada hasil uji 4.1.1 Rumus udara masuk (efisiesi volumetrik) da efisiesi pegirima Jumlah volume
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MIA SMA Negeri 1 Kampar,
45 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat da Waktu Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kelas I MIA MA Negeri Kampar, pada bula April-Mei 05 semester geap Tahu Ajara 04/05 B. ubjek da Objek Peelitia ubjek dalam
Lebih terperinciSOAL-SOAL HOTS. Fungsi, komposisi fungsi, fungsi invers, dan grafik fungsi.
SOL-SOL HOTS. LJBR Pagkat Bulat Positif, Betuk kar, da Logaritma 1. Jumlah bakteri pada saat mula-mula adalah M 0. Karea suatu hal, setiap selag satu hari jumlah bakteri aka leyap r%. Jika M0 1.0 da r
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.
BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode peelitia diartika sebagai cara ilmiah utuk medapatka data dega tujua da keguaa tertetu. Cara ilmiah berarti kegiata peelitia itu didasarka pada ciri-ciri keilmua,
Lebih terperinciREGRESI DAN KORELASI
REGRESI DAN KORELASI Pedahulua Dalam kehidupa sehari-hari serig ditemuka masalah/kejadia yagg salig berkaita satu sama lai. Kita memerluka aalisis hubuga atara kejadia tersebut Dalam bab ii kita aka membahas
Lebih terperinciUkuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus
-Mar- Ukura Pemusata Pertemua STATISTIKA DESKRIPTIF Statistik deskripti adalah pegolaha data utuk tujua medeskripsika atau memberika gambara terhadap obyek yag diteliti dega megguaka sampel atau populasi.
Lebih terperinciPENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:
PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.
Lebih terperinciBAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL
BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu da Lokasi Peelitia Peelitia ii megguaka data primer da sekuder. Data primer diambil dari kegiata peelitia skala laboratorium. Peelitia dilakuka pada bula Februari-Jui 2011.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung
42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Peelitia Pada bab ii aka dijelaska megeai sub bab dari metodologi peelitia yag aka diguaka, data yag diperluka, metode pegumpula data, alat da aalisis data, keragka
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN
III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika, meurut Arikuto (998:73)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Jeis peelitia yag aka diguaka oleh peeliti adalah jeis peelitia Deskriptif. Dimaa jeis peelitia deskriptif adalah metode yag diguaka utuk memperoleh
Lebih terperinciBAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan
BAB III METODE PENELITAN. Tempat Da Waktu Peelitia Peelitia dilakuka di SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo dega subject Peelitia adalah siswa kelas VIII. Pemiliha SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo. Adapu
Lebih terperinciKarakteristik Dinamik Elemen Sistem Pengukuran
Karakteristik Diamik Eleme Sistem Pegukura Kompetesi, RP, Materi Kompetesi yag diharapka: Mahasiswa mampu merumuskaka karakteristik diamik eleme sistem pegukura Racaga Pembelajara: Miggu ke Kemampua Akhir
Lebih terperinciBAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL)
BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL) Setiap peelitia selalu berkeaa dega sekelompok data. Yag dimaksud kelompok disii adalah: Satu orag mempuyai sekelompok data, atau sekelompok orag mempuyai satu
Lebih terperinciPedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai
PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
96 BAB I KESIPUAN AN SARAN I1 Kesimpula Berdasarka hasil pegujia, aalisis, da studi kasus utuk megetahui kekuata da desai pelat komposit beto-dek metal diperoleh kesimpula sebagai berikut: 1 Jika meurut
Lebih terperinciBAB IV PENILITIAN. Gambar 4.1. Alat pengatur infus dengan scroll elektronik.
BAB IV PENILITIAN 4.1. Spesifikasi Alat Nama Alat : Pegatur Ifus Dega Scroll Elektroik Tegaga : 0 V Motor DC : 4 V 4.. Gambar Alat Utuk gambar alat dapat dilihat pada Gambar 4.1. di bawah ii: Gambar 4.1.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
31 Flowchart Metodologi Peelitia BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 31 Flowchart Metodologi Peelitia 18 311 Tahap Idetifikasi da Peelitia Awal Tahap ii merupaka tahap awal utuk melakuka peelitia yag
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Permasalaha Matematika merupaka Quee ad servat of sciece (ratu da pelaya ilmu pegetahua). Matematika dikataka sebagai ratu karea pada perkembagaya tidak tergatug pada
Lebih terperinciIII BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar
BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari
Lebih terperinciPENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM DAN KONSENTRASI CAMPURAN MENGGUNAKAN DUA JENIS SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Lapora Praktikum Aalisis Istrumetal 2014 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM DAN KONSENTRASI CAMPURAN MENGGUNAKAN DUA JENIS SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Norma Nur Azizah 1, Wula Suci P, Mohamad Rafi 1 Departeme
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 20 Bandar Lampung, dengan populasi
5 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di SMPN 0 Badar Lampug, dega populasi seluruh siswa kelas VII. Bayak kelas VII disekolah tersebut ada 7 kelas, da setiap kelas memiliki
Lebih terperinciBAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS
BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada
Lebih terperinciInflasi dan Indeks Harga I
PERTEMUAN 1 Iflasi da Ideks Harga I 1 1 TEORI RINGKAS A Pegertia Agka Ideks Agka ideks merupaka suatu kosep yag dapat memberika gambara tetag perubaha-perubaha variabel dari suatu priode ke periode berikutya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagai hasil peelitia dalam pembuata modul Racag Bagu Terapi Ifra Merah Berbasis ATMega8 dilakuka 30 kali pegukura da perbadiga yaitu pegukura timer/pewaktu da di badigka
Lebih terperinciANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH
Lapora Praktikum Hari/taggal : Rabu 7 Oktober 2009 HIDROLOGI Nama Asiste : Sisi Febriyati M. Yohaes Ariyato. ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH Lilik Narwa Setyo Utomo J3M108058 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
Lebih terperinciA. Pengertian Hipotesis
PENGUJIAN HIPOTESIS A. Pegertia Hipotesis Hipotesis statistik adalah suatu peryataa atau dugaa megeai satu atau lebih populasi Ada macam hipotesis:. Hipotesis ol (H 0 ), adalah suatu hipotesis dega harapa
Lebih terperinciBAB IV PEMECAHAN MASALAH
BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecaha Masalah Dalam ragka peigkata keakurata rekomedasi yag aka diberika kepada ivestor, maka dicoba diguaka Movig Average Mometum Oscillator (MAMO). MAMO ii
Lebih terperinciBAB IV. METODE PENELITlAN. Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua
BAB IV METODE PENELITlAN 4.1 Racaga Peelitia Racaga atau desai dalam peelitia ii adalah aalisis komparasi, dua mea depede (paired sample) yaitu utuk meguji perbedaa mea atara 2 kelompok data. 4.2 Populasi
Lebih terperinciREGRESI LINIER SEDERHANA
REGRESI LINIER SEDERHANA REGRESI, KAUSALITAS DAN KORELASI DALAM EKONOMETRIKA Regresi adalah salah satu metode aalisis statistik yag diguaka utuk melihat pegaruh atara dua atau lebih variabel Kausalitas
Lebih terperinciPengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)
Prosidig Statistika ISSN: 2460-6456 Pegedalia Proses Megguaka Diagram Kedali Media Absolute Deviatio () 1 Haida Lestari, 2 Suliadi, 3 Lisur Wachidah 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas Matematika da Ilmu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII (delapan) semester ganjil di
4 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia ii adalah siswa kelas VIII (delapa) semester gajil di SMP Xaverius 4 Badar Lampug tahu ajara 0/0 yag berjumlah siswa terdiri dari
Lebih terperincii adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.
4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Peelitia dilakuka di bagia spiig khususya bagia widig Pabrik Cambrics Primissima (disigkat PT.Primissima) di Jala Raya Magelag Km.15 Slema, Yogyakarta. Peelitia
Lebih terperinciPenyelesaian: Variables Entered/Removed a. a. Dependent Variable: Tulang b. All requested variables entered.
2. Pelajari data dibawah ii, tetuka depede da idepede variabel serta : a) Hitug Sum of Square for Regressio (X) b) Hitug Sum of Square for Residual c) Hitug Meas Sum of Square for Regressio (X) d) Hitug
Lebih terperinci