2-EKSPONEN DARI DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2-EKSPONEN DARI DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF TESIS"

Transkripsi

1 2-EKSPONEN DARI DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF TESIS Oleh TITIK NGATMINTARSIH /MT SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 2-EKSPONEN DARI DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Matematika pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh TITIK NGATMINTARSIH /MT SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

3 Judul Tesis : 2-EKSPONEN DARI DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF Nama Mahasiswa : Titik Ngatmintarsih Nomor Pokok : Program Studi : Matematika Menyetujui, Komisi Pembimbing (Dr. Saib Suwilo, M.Sc) Ketua (Drs. Opim Salim S, M.IKom, PhD) Anggota Ketua Program Studi Direktur (Prof. Dr. Herman Mawengkang) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa. B,M.Sc) Tanggal lulus : 6 Juni 2008

4 Telah diuji pada : Tanggal 6 Juni 2008 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Saib Suwilo, M.Sc Anggota : Drs. Opim Salim Sitompul, MI.Kom, PhD Dr. Tulus, M.Si Drs. Marihat Situmorang, M.Kom

5 2-EKSPONEN DARI DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF TESIS Saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, 20 Juni 2008 TITIK NGATMINTARSIH

6 ABSTRAK Suatu digraph dwiwarna adalah sebuah digraph dengan setiap arcnya terwarnai, merah atau biru. Sebuah digraph dwiwarna D dikatakan terhubung kuat bila ada bilangan tak negatif h dan k sehingga untuk setiap pasangan verteks u dan v ditemukan walk yang panjangnya h + k dengan h arc merah dan k arc biru. Bilangan bulat terkecil h + k dikatakan 2-eksponen dari D. Sebuah asimetrik digraph dwiwarna adalah sebuah simetrik digraph dwiwarna sedemikian bila (u, v) adalah arc merah maka (v,u) adalah arc biru, demikian sebaliknya. Sebuah digraph dwiwarna asimetrik yang mempunyai cycle primitif adalah sebuah digraph dwiwarna asimetrik dengan n verteks yang mempunyai cycle dengan panjang s dan path dengan panjang n s yang terhubung dengan cycle dan tidak terhubung dengan cycle. Dalam tulisan ini ditunjukkan bahwa, sebuah digraph dwiwarna asimetrik yang memuat cycle primitif dengan panjang s 3 dan merupakan bilangan ganjil, memiliki 2 exp(d) (s 2 1)/2+(s + 1)(n s). Kata Kunci : Digraph Dwiwarna, Primitif, 2-Eksponen. i

7 ABSTRACT A two-colored digraph is a digraph in which each of arc colored by either red or blue. A strongly connected two-colored digraph D is primitive provided there are nonnegative integers h and k such that for each pair of vertices u and v one can find a walk from u to v of length h + k consisting of h red arc and k blue arc. The smallest positive integer h + k among all such nonnegative h and k is the 2-exponent of D. An asymmetric two-colored digraph is a symmetric digraph such that (u, v) is a red arc if and only if (v,u) is a blue arc and vice versa. An asymmetric two-colored digraph consisting of a cycles of length s and a path of length n s connects a vertex on the cycle and a vertex not on the cycle. For an asymmetric two-colored digraph consisting of primitive cycle, odd length s 3, we show that 2 exp(d) (s 2 1)/2 +(s + 1)(n s) Keywords : Two-colored digraphs, primitive, 2-exponents. ii

8 KATA PENGANTAR Allhamdulillahirabbilalamin, segala Puji dan Syukur hanyalah untuk Allah SWT yang telah memberikan Rahamat dan Hidayah-Nya kepada seluruh makhluk- Nya. Oleh karena Rahmat-Nya pula penulis dapat menyelesaikan tulisan ini yang berjudul 2-Eksponen dari Digraph Dwiwarna Asimetrik yang Memuat Cycle Primitif. Tulisan ini sebagai salah satu mata kuliah wajib yang harus diselesaikan oleh seluruh mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : Kepala Bappeda Propinsi Sumatera Utara beserta stafnya yang telah memberikan beasiswa kepada penulis, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberi izin mengikuti perkuliahan Program Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.Ak selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara beserta Stafnya yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Angkatan ke II Program Educator Tahun Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Propinsi Sumatera Utara yang telah memberi beasiswa kepada penulis, Bapak Prof. Herman Mawengkang dan Bapak Dr. Saib Siwilo, M. Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi matematika di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Saib Suwilo, M Sc selaku dosen pembimbing I, dan Drs. Opim S. Sitompul, M Ikom, Ph.D, selaku dosen pembimbing II yang telah memberi dukungan, waktu, tenaga, motivasi dan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Seluruh Staf Pengajar di Program Studi matematika Sekolah Pascasarjana iii

9 Universitas Sumatera Utara. Dr. Tulus, MSi dan Drs. Marihat Situmorang, MKom selaku pembanding atas saran dan bantuannya untuk kesempurnaan penulisan tesis ini serta bimbingan selama perkuliahan berlangsung. Seluruh Staf Administrasi SPs USU, Ibu Misiani, S.Si, Saudari Sri Rayani Tanjung, S.Si, Indra Syahputra, S.Si, M. Idris, S.Si, Didi Febrian, S.Si dan Richad Albert Nasution, S.Si yang telah memberikan bantuan dan pelayanan yang baik kepada penulis. Juandi Sidabutar dan Fauziah Hasibuan selaku ketua kelas dan bendahara atas kebersamaan dan bantuan dalam mengatasi masalah selama perkuliahan berlangsung. Secara pribadi penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Suami Dr. Sumarno, M.Pd dan Ananda Ilman, Fadhil dan Farid tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis. Drs. Ramly selaku Kepala Sekolah SMAN 11 Medan yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada penulis hingga penulisan tesis ini selesai tepat waktu. Selain itu, penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Bapak, Ibu dan adik-adik yang telah memberikan doa dan motivasi, serta teman-teman setambuk dan seluruh rekan-rekan mahasiswa yang turut membantu penyelesaian tulisan ini. Semoga Allah SWT membalas semua jasanya. iv

10 Akhir kata penulis berharap bahwa tulisan ini bermanfaat terutama kepada penulis maupun para pembaca serta semua pihak yang berhubungan dengannya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan. Medan, 20 Juni 2008 Penulis, Titik Ngatmintarsih v

11 RIWAYAT HIDUP Titik Ngatmintarsih dilahirkan di Simpang Periuk (Lubuk Linggau) tanggal 11 Maret 1966 dan merupakan anak pertama dari Bapak Supangat dan Ibu Sri Suwati. Menamatkan Sekolah Dasar (SD) Negeri di Simpang Periuk pada tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Tugu Mulyo pada tahun 1982 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Lubuk Linggau jurusan IPA pada tahun Pada tahun 1985 memasuki perguruan tinggi Negeri FKIP UNSRI Jurusan Matematika dan memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada tahun Pada tahun 1993 penulis diangkat menjadi guru di SMA Negeri 1 Muara Keling. Pada tahun 1996 pindah tugas di SMA Negeri 11 Medan. Tahun 2001 sampai 2005 mengajar di SMA Negeri 7 Yogyakarta. Tahun 2005 sampai sekarang mengajar di SMA Negeri 11 Medan. Dan pada tahun 2006 diperkenankan mengikuti pendidikan Program Studi Magister Matematika di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan program beasiswa dari Bappeda Propinsi Sumatera Utara. vi

12 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii RIWAYAT HIDUP vi DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tinjauan Pustaka Tujuan Kontribusi Metode Penelitian BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF Digraph Digraph Dwi Warna Atau 2- Digraph Digraph Dwiwarna Asimetrik Eksponen dari Digraph Dwiwarna atau 2-Digraph BAB 3 2-EKSPONEN DARI DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF Batas atas dari 2-exp(D) vii

13 3.2 Digraph dwiwarna D yang memenuhi batas atas BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA viii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1 Representasi dari digraph (7,5)-lollipop Representasi Digraph Dwiwarna Representasi Digraph Dwiwarna 2 arc merah dan 3 arc biru Digraph Dwiwarna Terhubung kuat dan tidak Terhubung Kuat Digraph Dwiwarna Terhubung Kuat Yang Primitif (1,5,3)-Lollipop Dua Tangkai Digraph Dwiwarna dengan 3 verteks, 3 arc biru dan 3 arc merah 21 ix

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak situasi di dunia yang dapat digambarkan dengan memakai diagram yang terdiri atas sekumpulan titik-titik dan garis-garis, dimana garis-garis tersebut yang menghubungkan pasangan titik-titik. Misalnya, titik-titik tersebut mewakili seseorang, dengan garis-garis yang menghubungkan pasangan teman; atau titik-titik merupakan pusat-pusat komunikasi dengan garis mewakili hubungan komunikasi. Pada diagram di atas seorang terutama tertarik pada apakah dua titik yang ada dihubungkan dengan garis atau tidak; cara bagaimana mereka (orang, atau pusat komunikasi) berhubungan tidak jadi persoalan. Abstraksi matematika dari situasi seperti ini memunculkan konsep graph. Teori graph lahir pada tahun 1736 melalui tulisan Euler yang berisi tentang upaya pemecahan masalah jembatan Konigsberg di Eropa. Walaupun banyak formulasi graph secara teoritis, tetapi konsep-konsep graph kadang kala tidak cukup memadai untuk mengatasi masalah. Misalnya, berkenaan dengan problem arus lalu lintas. Pada tahun 1859 Sir W.R. Hamilton menemukan suatu permainan yang kemudian dijualnya ke sebuah pabrik mainan di Dublin. Permainan tersebut dari kayu berbentuk dodecahedron beraturan yakni berupa sebuah polihedron dengan 11 muka dan 20 pojok. Tiap muka berbentuk sebuah pentagon beraturan dan tiap pojoknya dibentuk oleh tiga sisi berbeda. Tiap pojok dari dodekahedron tersebut 1

16 2 dipasangkan dengan sebuah kota terkenal seperti London, New York, Paris, dll. Masalah dalam permainan ini adalah diminta untuk mencari suatu rute melalui sisi-sisi dari dodecahedron sehingga tiap kota dari 20 kota yang ada dapat dilalui tepat satu kali. Untuk mengatasi situasi seperti di atas graph tidak banyak berguna. Yang dibutuhkan adalah suatu graph yang masing-masing link mempunyai orientasi tetap/tertentu yang disebut dengan graph berarah (digraph). Digraph adalah salah satu disiplin ilmu dalam bidang matematika yang dapat digunakan untuk menganalisis dan memberikan hasil yang diharapkan guna mengatasi masalahmasalah seperti di atas. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkenaan dengan digraph, antara lain: Wielandt (1950) tentang digraph primitif (D) dengan n vertex. Dulmage dan Mendelsohn (1964) untuk digraph primitif (D) dengan n vertex dan panjang cycle terkecil s. Shao (1987) untuk digraph primitif simetrik dengan n vertex. Liu et al (1990) untuk digraph primitif simetrik tanpa loop (D) dengan n vertex. Suwilo dan Mardiningsih (2005) untuk digraph primitif simetrik D dan untuk (n, s)lollipop simetrik. Suwilo (2007) untuk (n, s)-lollipop asimetrik. Mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas, baik yang berkenaan dengan digraph primitif, digraph primitif simetrik maupun 2-digraph, khususnya tentang 2-eksponen dwiwarna asimetrik (n, s)-lollipop, masih diperlukan adanya penelitian lanjutan yang merupakan perluasan dari hasil pada lollipop dwiwarna, dalam menentukan batas atas dan batas bawah dari 2-eksponen. Pada tesis ini, penulis berkeinginan untuk meneliti 2-EKSPONEN DARI DI- GRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF.

17 3 1.2 Rumusan Masalah Misalkan D adalah digraph dwiwarna asimetrik untuk n verteks yang memuat cycle primitif dengan panjang s 3 merupakan bilangan ganjil, ditemukan batas atas dari 2-exp(D). 1.3 Tinjauan Pustaka Shader dan Suwilo (2003) memperlihatkan bahwa 2-eksponen terbesar dari 2-digraph primitif terletak di interval [{n 3 5n 2 }/2, {3n 3 +2n 2 2n}/2. Batas bawah pada interval tersebut ditemukan dengan menggunakan 2-digraph yang terdiri dari dua cycle dan batas atas ditemukan secara teoritis. Sehingga masih terdapat gap antara empiris dan batas teoritis. Suwilo (2001) memberikan definisi dari content matriks cycle M. Andaikan D suatu 2-digraph dan y = {γ 1,γ 2,...,γ t } merupakan himpunan semua cycle di D, suatu matriks cycle M dari D adalah matriks berukuran 2 t yang masingmasing kolomnya terdiri dari cycle-cycle di D. Yang dinyatakan oleh [ M = r(γ 1 ) r(γ 2 ) r(y t ) b(γ 1 ) b(γ 2 ) b(γ t ) content dari M dinotasikan dengan cont(m). Content(M) = 0 jika rank (M) = 1 dan Cont(M) sama dengan pembagi persekutuan terbesar dari determinasi submatriks berukuran 2 2 dari M bila, rank(m) = 2. Suwilo (2001) memberikan formula bagi 2-eksponen dari 2-digraph, yang terdiri atas cycle. Dan memperlihatkan bahwa untuk 2-digraph yang asimetrik komplit maka 2 exp 2 (D) 4.

18 4 1.4 Tujuan Penelitian ini bertujuan mencari batas atas dari 2-eksponen digraph dwiwarna asymetrik yang memuat cycle primitive. 1.5 Kontribusi Menemukan teorema baru dalam bidang digraph pada umumnya dan 2- eksponen dari digraph pada khususnya. 1.6 Metode Penelitian Metodologi penilitian ini bersifat literatur atau kepustakaan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Menggambar digraph dwiwarna asimetrik yang memuat cycle primitif dengan panjang s 3 merupakan bilangan ganjil, dimana warna arc dari masing-masing gambar berbeda. 2. Mengambil beberapa contoh gambar untuk ditentukan 2-Eksponennya. 3. Menguji rumusan yang telah diperoleh dengan software sederhana Twoexp. 4. Menentukan 2-Eksponen semua gambar dengan software sederhana Twoexp. 5. Mempelajari hubungan setiap gambar dengan 2-Eksponennya sehingga diperoleh kesimpulan. 6. Membuat sebuah teorema baru yang berkenaan dengan permasalahan yang diangkat 7. Memberikan pembuktian terhadap teorema yang telah dibuat.

19 BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian ini dan akan mempermudah dalam hal pembahasan hasil utama pada bab berikutnya. Adapun teori tersebut mencakup penjelasan digraph, digraph dwiwarna, serta eksponen dari digraph dan digraph dwiwarna. 2.1 Digraph Digraph adalah sekumpulan titik-titik yang dihubungkan oleh garis-garis berarah. Titik (O) disebut dengan verteks. Garis berarah ( ) disebut denga arc. Suatu digraph D (graph berarah) adalah suatu objek yang terdiri atas dua himpunan, yaitu himpunan hingga dan tak kosong V, bersama dengan himpunan bagian A dari himpunan pasangan berurut V V. Unsur dari himpunan V disebut verteks dari digraph D dan unsur dari himpunan A disebut arc dari digraph D. Pada sebuah arc (u, v) verteks u disebut verteks inisial dan verteks v disebut verteks terminal. Definisi 2.1 Sebuah graph berarah (directed graph) atau digraph D adalah suatu objek yang dibentuk oleh himpunan tak kosong V yang unsurnya disebut verteks dari digraph D, dan himpunan A V V yang unsurnya disebut arc dari D. 5

20 6 Jika diberikan a, b V dengan (a, b) A, maka terdapat arc dari verteks a ke verteks b di digraph D. Verteks a disebut sebagai verteks awal dan verteks b disebut sebagai verteks akhir. Contoh 2.1 Merupakan representasi dari digraph, gambarnya sebagai berikut: Gambar 2.1 : Representasi dari digraph : adalah path tertutup atau cycle 1 2 1: adalah path tertutup atau cycle : adalah path tertutup atau cycle : adalah walk tetapi bukan path karena ada pengulangan verteks 3 3: adalah sebuah loop Untuk memaparkan tentang digraph, penulis mengikuti notasi dan terminologi yang disampaikan oleh Brualdi dan Ryser (1991), dan digraph dwiwarna oleh Shader dan Suwilo (2003). Sebuah directed walk dengan panjang m dari u ke v adalah suatu barisan m arc dalam bentuk: (u = v 0,v 1 ), (v 0,v 2 ),...,(v m 2,v m 1 ), (v m 1,v m = v)

21 7 yang dinotasikan oleh (u, v)-walk atau w uv dan panjangnya dinotasikan oleh l(w uv ). Suatu (u, v)-walk adalah tertutup bila u = v dan terbuka untuk yang lainnya. Suatu directed path dari u ke v adalah (u, v)-walk dengan tidak ada pengulangan verteks, kecuali mungkin u = v. Suatu directed cycle adalah path tertutup. Suatu loop adalah cycle tertutup dengan panjang 1. Suatu digraph D adalah dikatakan terhubung kuat (strongly connected) bila untuk setiap pasangan verteks u dan v di D ada suatu (u, v)-walk dan (v, u)-walk. Suatu digraph terhubung kuat D dikatakan primitif bila terdapat bilangan bulat positif k sehingga untuk setiap pasangan verteks u dan v di D dapat ditemukan suatu (u, v)-walk dan (v, u)-walk dengan panjang k. Bilangan k terkecil demikian dikatakan eksponen dari D yang dinotasikan oleh exp(d). Suatu digraph terhubung kuat D adalah primitif jika dan hanya jika pembagi persekutuan terbesar dari panjang semua cycle di D adalah 1 (Dulmage dan Mendelsohn, 1964). Lemma 2.2 Andaikan D adalah suatu digraph dwiwarna terhubung kuat maka setiap verteks terletak pada cycle. Bukti. Ambil sebarang verteks v di D dan sebarang arc dari verteks u ke verteks v di D. Karena terhubung kuat, maka terdapat path dari verteks v dan u dan dari verteks u ke v, akibatnya diperoleh suatu path tertutup di D, yang dibentuk oleh arc dari verteks u ke v dan verteks v ke u di D. Oleh defenisi verteks v terletak pada suatu cycle. Suatu digraph dwiwarna terhubung kuat D dikatakan primitif jika terdapat bilangan bulat tak negatif h dan k sehingga untuk setiap pasangan verteks u dan v di D terdapat (h, k)-walk dari u ke v.

22 8 Andaikan himpunan C = {c 1,c 2,...,c t } adalah himpunan semua cycle di D. Misalkan M adalah suatu matriks baris dengan kolom ke-i untuk i =1, 2,...,t dari M adalah panjang cycle c i (l(c i )). Misalkan M sebagai subgroup dari grup bilangan bulat Z yang dibangun oleh kolom-kolom dari M yakni M = {z i l(c 1 )+z 2 l(c 2 )+ + z t l(c t ):z i Z,i=1, 2, 3,...,t} Andaikan D adalah digraph imprimitif dengan indeks imprimitifitas k, dan k = gcd {l(c 1 ),l(c 2 ),...,l(c t )} Suatu digraph dikatakan primitive jika k =1danimprimitif jika k 1 Teorema 2.3 Andaikan D adalah sebuah digraph terhubung kuat. Digraph D adalah primitif jika dan hanya jika pembagi persekutuan terbesar (gcd) dari panjang cycle-cycle di D adalah 1. Bukti. Andaikan D adalah primitif. Maka untuk setiap pasangan verteks u dan v di D, u v. Karena l(w uv ) H untuk setiap pasang verteks u dan v di D dan setiap walk w uv dari u ke v maka u v. Di ambil walk dengan panjang 1, maka 1 H, karena H = { gcd (l(γ 1 ),l(γ 1 ),...,l(γ i ))} maka pembagi persekutuan dari cycle-cycle di D haruslah sama dengan 1. Sebaliknya andaikan gcd(l(γ 1 ),l(γ 1 ),...,l(γ i )) = 1, maka H = Z sehingga untuk setiap pasangan verteks u dan v di D dan setiap walk w uv dari u dan v di D diperoleh l(w uv ) H. Sehingga masing-masing pasangan verteks di D adalah ekivalen. Akibatnya D adalah primitif. Sebuah simetrik digraph D adalah suatu digraph sedemikan hingga arc (u, v) dan arc (v,u) ada di D. Karena sebuah simetrik digraph mempunyai suatu cycle

23 9 dengan panjang 2, maka sebuah simetrik digraph adalah primitif jika dan hanya jika mengandung cycle dengan panjang ganjil. Suatu directed (n, s)-lollipop untuk n verteks merupakan digraph terhubung kuat simetrik terdiri atas directed cycle (1, 2), (2, 3),...,(s 1, s), (s, 1), dan (1,s), (s, s 1),...,(3, 2), (2, 1) untuk panjang s dan directed path (s, s +1), (s + 1,s+2),...,(n 1,n) dan (n, n 1), (n 1,n 2),...,(s +1,s) untuk panjang n s. Sebuah (n, s)-lollipop adalah contoh digraph terhubung kuat simetrik dengan n verteks terdiri atas cycle dengan panjang s dan sebuah path yang panjangnya n s. Contoh 2.2 Merupakan representasi dari (n, s)-lollipop dengan n = 7 dan s = 5, gambarnya sebagai berikut: Gambar 2.2 : (7,5)-lollipop 2.2 Digraph Dwi Warna Atau 2- Digraph Suatu digraph dwiwarna atau 2-digraph adalah suatu digraph yang masingmasing arcnya diberi warna misalnya merah atau biru. Dalam 2-digraph, walknya dibedakan oleh banyaknya arc yang merah atau biru. Dengan sebuah (h, k) T -walk dari u ke v,diartikan sebuah (u, v)-walk dengan panjang h + k yang terdiri dari h arc merah dan k arc biru. Sehingga walk (1, 3) T dapat berupa walk dengan

24 10 panjang 4 yang seluruh arcnya berwarna biru kecuali arc pertama, atau seluruh arcnya berwarna biru kecuali arc kedua, atau seluruh arcnya berwarna biru kecuali arc ketiga, atau seluruh arcnya berwarna biru kecuali arc keempat. Secara umum (r(w),b(w)) T -walk w diartikan suatu walk w yang terdiri dari r(w) arc merah dan b(w) arc biru. Vektor (r(w),b(w)) T disebut komposisi walk w. Contoh 2.3 Digraph dwiwarna, gambarnya sebagai berikut: Gambar 2.3 : Representasi Digraph Dwiwarna Berdasarkan gambar 2.3 dapat ditunjukkan bahwa: 1 m 2 m 3 b 3 adalah sebuah path tertutup atau cycle dari 1 ke 1 dengan komposisi m 2 b 1 adalah sebuah cycle dari 1 ke 1 dengan komposisi m 2 m 3 b 1 m 3 adalah walk dari 1 ke 3 dengan komposisi 3 tetapi 1 bukan suatu path karena path adalah walk tanpa melalui lebih dari satu verteks kecuali mungkin verteks awal dan akhir 1 m 3 b 1 1 adalah sebuah cycle dari 1 ke 1 dengan komposisi. 1

25 11 Suatu 2-digraph D terhubung kuat adalah primitif bila terdapat bilangan bulat tak negatif h dan k sehingga untuk setiap pasangan verteks u dan v terdapat walk dari u dan v dengan panjang h + k yang terdiri dari h arc berwarna merah dan k arc berwarna biru. Suwilo (2001) memberikan definisi dari content matriks cycle M. Andaikan D suatu 2-digraph dan y = {γ 1,γ 2,...,γ t } merupakan himpunan semua cycle di D, suatu matriks cycle M dari D adalah matriks berukuran 2 t yang masingmasing kolomnya terdiri dari cycle-cycle di D. Yang dinyatakan oleh M = [ r(γ 1 ) r(γ 2 ) r(y t ) b(γ 1 ) b(γ 2 ) b(γ t ). Content dari M dinotasikan dengan cont(m). Content(M) = 0 jika rank (M) = 1 dan Cont(M) sama dengan pembagi persekutuan terbesar dari determinasi submatiks berukuran 2 2 dari M bila, rank(m) = 2.Hasil berikut ini, menurut Fornasini dan Valcher (1997) memberikan syarat penting dan memadai untuk digraph dwiwarna primitif. Teorema 2.4 Misalkan D adalah digraph dwiwarna yang terhubung kuat dengan sedikitnya satu arc dari setiap warna. Digraph dwiwarna D adalah primitif jika dan hanya jika content matriks cycle adalah 1 Sebuah digraph dwiwarna D dengan n verteks dapat dinyatakan oleh matriks, yang entri dari matriks tersebut adalah bilangan 1 atau 0, matriks yang demikian disebut sebagai matriks adjacency, dinyatakan sebagai berikut.

26 12 Matriks adjacency merah, R =[r ij pada D adalah matriks n n dengan 1 jika arc (i, j) adalah arc merah r ij = 0 jika sebaliknya matriks adjacency biru B =[b ij pada D adalah matriks n n, dengan 1 jika arc (i, j) adalah arc biru b ij = 0 jika sebaliknya berikut ini akan diberikan sebuah digraph dwiwarna dan dipresentasikan ke dalam matriks adjacencynya. Contoh 2.4 Representasi lain dari sebuah digraph dwiwarna: Gambar 2.4 : Representasi Digraph Dwiwarna 2 arc merah dan 3 arc biru Dari representasi digraph dwiwarna diatas, dapat dibuat sebuah matriks adjacency merah (R) dan matriks adjacency biru (B) sebagai berikut: R = B =

27 13 Digraph dwiwarna D dikatakan terhubung kuat (strongly connected) jika untuk setiap pasangan verteks u dan v di D terdapat walk berarah dari verteks u ke v dan walk berarah dari verteks v ke u, dengan mengabaikan komposisi arc yang ada. Berikut ini diberikan contoh digraph dwiwarna yang terhubung kuat dan digraph dwiwarna yang tidak terhubung kuat. Contoh 2.5 Representasi dari 2 buah digraph dwiwarna. Gambar 2.5 : Digraph Dwiwarna Terhubung kuat dan tidak Terhubung Kuat Gambar 2.5 menunjukkan bahwa (a) adalah digraph dwiwarna terhubung kuat karena terdapat walk dari satu verteks ke verteks lainnya. Sedangkan (b) adalah diagrap dwiwarna tidak terhubung kuat, karena tidak terdapat walk dari 1ke2. Proposisi 2.5 Andaikan D adalah digraph dwiwarna terhubung kuat, dan misalkan u dan v adalah verteks di D dan misalkan w 1 dan w 2 adalah walk dari u ke v di D. Maka: [ r (w 1 ) b (w 1 ) [ r (w 2 ) b (w 2 ) M

28 14 Bukti. Karena D adalah digraph dwiwarna terhubung kuat, maka terdapat walk w vu dari v ke u. Misalkan w 1 adalah walk tertutup yang dibentuk oleh u w 1 v wvu u dan misalkan w 2 adalah walk tertutup yang dibentuk oleh u w 2 v wvu u. r (w Karena untuk setiap walk tertutup dapat dikomposisi menjadi cycle, 1) b (w 1 ), r (w 2 ) r (w M sehingga 1 ) r (w 2 ) r (w = 1 ) r (w 2 ) b (w 2) b (w 1 ) b (w 2 ) b (w 1) b (w 2) M. Diberikan D adalah sebuah digraph dwiwarna dan z adalah verteks di D. Dua vertks u dan v di D dikatakan ekivalen, di notasikan u 2 v, bila terdapat sebuah walk w zu dari z ke u dan sebuah walk w zv dari z ke v dengan komposisi yang sama. Dalam kasus verteks ekivalen, definisi dari ekivalen verteks adalah verteks di D yang dipilih secara bebas. Lebih lanjut, hal itu ditunjukkan oleh hubungan 2 adalah hubungan ekivalen dengan himpunan dari verteks di D dan partisi dari himpunan verteks di D ke dalam kelas ekivalen. Bilangan dari kelas ekivalen k 2 dari D disebut dengan index imprimitifitas dari D. Sebuah digraph dwiwarna terhubung kuat dikatakan primitif bila k 2 = 1 dan imprimitif bila sebaliknya. Contoh 2.6 Representasi dari digraph dwiwarna terhubung kuat yang primitif. Gambar 2.6 : Digraph Dwiwarna Terhubung Kuat Yang Primitif

29 15 Perhatikan gambar diatas, dimulai dari verteks 2. Walk 2 r 3 dan 2 r 1 adalah walk dari 2 ke 3 dan dari 2 ke 1 dengan komposisi yang sama. Sehingga Walk 2 r 1 b 2 r 2dan2 r 2 r 1 b 2 adalah walk dari 2 ke 3 dan dari 2 ke 2. Sehingga 3 2 2, dengan sifat transitif kita peroleh akibatnya, D adalah primitif. 2.3 Digraph Dwiwarna Asimetrik Sebuah digraph dwiwarna asimetrik D adalah digraph simetrik D sedemikian sehingga arc (u, v) merah bilamana arc (v, u) biru, dan sebaliknya. Sebuah digraph D adalah sebuah digraph komplit bila untuk masing-masing pasangan verteks yang berbeda u dan v keduanya (u, v) dan (v,u) adalah arc pada D. Sebuah digraph dwiwarna asimetrik komplit D adalah sebuah digraph asimetrik sedemikian sehingga digraph adalah komplit. Teorema 2.6 Andaikan D sebuah digraph dwiwarna asimetrik primitif komplit dengan verteks n 3, maka 2-exp(D) 4. Bukti: Misal u dan v adalah verteks di D. Akan ditunjukkan bahwa ada (2,2)- walk dari u ke v sehingga D mempunyai verteks n 3, ada sebuah verteks x di D dimana x u, v. Jika u = v, maka walk u x u x u adalah (2,2)-walk dari u ke u. Asumsi bahwa u u. Andaikan V R (u) ={x V : x v dan arc(u, x) adalah arc merah} dan V B (u) ={y V : y v dan arc(u, x) adalah arc biru}

30 16 Jika ada x V R (u) sehingga arc (x, v) adalah arc biru, maka walknya u r x b v r x b v walk diatas adalah (2,2)-walk dari u ke v di D. dengan cara yang sama jika ada y V B (u) sehingga arc (y,v) adalah arc merah, maka walknya u b y r v b y r v walk diatas adalah (2,2)-walk dari u ke v. Karena diasumsikan bahwa (x, y) merah untuk setiap x V R (u), dan (y,v) adalah biru untuk setiap y V B (u). Jika n 3,V R (u) atau V B (u) Berikut ini disajikan tiga kasus: Kasus 1: V R (u) = dan V B (u) = Andaikan x V R (u). Jika arc (u, v) merah, maka walknya u r v b x b u r v adalah (2, 2)-walk dari u ke v. Andaikan arc (u, v) biru. Cycle u x u, u v u, x v x, u [ x [ v [ [ u dan x [ u v x 1 mempunyai komposisi berturut-turut 1, 1, 3, 0 dan. Sehingga D [ adalah 2-primitif dan content dari adalah bukan 1, V R (u) > Andaikan x 1 dan x 2 verteks yang berbeda di V R (u). Jika arc (x 1,x 2 ) merah, maka u b v b x 1 r x 2 r v adalah (2,2)-walk dari u ke v. Jika arc (x 1,x 2 ) biru, maka u b v b x 2 r x 1 r v adalah (2,2)-walk dari u ke v. Kasus 2: V R (u) = dan V B (u). Sebuah argumen yang serupa dengan V R (u) = dan V B (u) = dari kasus 1 menunjukkan bahwa untuk masing-masing pasangan verteks u dan v di D ada (2,2)-walk dari u ke v.

31 17 Kasus 3 : V R (u) = dan V B (u) = Pilih x V R (u) dan y V B (u). Jika arc (u, v) merah maka walknya u r v b x b u r v adalah (2,2)-walk dari u ke v. Jika arc (u, v) biru maka walknya, maka walknya u b v r y r u b v adalah (2,2)-walk dari u ke v. Oleh karena itu, untuk masing-masing pasangan verteks u dan v, ada (2,2) walk dari u ke v. Catatan bahwa sebuah digraph dwiwarna terhubung kuat untuk n verteks yang terdiri atas sebuah loop merah dan sebuah loop biru pada verteks yang sama, maka 2-exp(D) 2n 2, menyatakan secara tidak langsung hasil tersebut tentang tipe khusus digraph dwiwarna primitif asimetrik. Proposisi 2.7 Andaikan sebuah digraph dwiwarna asimetrik terhubung kuat yang terdiri atas path 1 2 n 1 n, n n dan loop (n, n). Maka 2-exp(D) 2n 2. Andaikan digraph D pada proposisi diatas diwarnai sehingga 1 2 n 1 n adalah path merah dan dan path n n adalah path biru, maka 2-exp(D) 2n 2 dan dicapai dengan (n 1,n 1)-walk. Misalkan D adalah 2-primitif asimetrik dengan n cycle. Karena digraph D adalah primitif, n ganjil. Karena D simetriks, cycle di D mempunyai panjang 2 atau n. Selanjutnya D mempunyai tepat 2 cycle yang panjangnya n. Andaikan: γ 1 adalah cycle 1 2 n 1 n dan γ 2 adalah cycle n n Karena D asimetrik, komposisi masing-

32 18 masing cycle di D berturut-turut bulat tak negatif. 1 n a, 1 a atau a n a untuk a bilangan Sebuah (n 1,s,n 2 )-lollipop dua tangkai adalah digraph dwiwarna yang terdiri atas cycle dengan panjang s dan sebuah path yang panjangnya n s = n 1 +n 2. Contoh 2.7 Representasi (1,5,3)-Lollipop Dua Tangkai Gambar 2.7 : (1,5,3)-Lollipop Dua Tangkai Gambar di atas merupakan representsi digraph dwiwarna asimetriks dengan 9 verteks yang terdiri atas cycle dengan panjang 5 dan sebuah path yang panjangnya Eksponen dari Digraph Dwiwarna atau 2-Digraph Studi batas eksponen dari suatu digraph dimulai oleh Wielandt. Wielandt (1950) menyatakan, andaikan D adalah digraph terhubung kuat dan primitif dengan n verteks maka exp(d) (n 1) Sejak saat itu studi eksponen

33 19 pada suatu digraph dengan sifat-sifat khusus mulai dikembangkan. Secara khusus, Dulmage dan Mendelsohn (1964) memberikan batasan yang lebih umum untuk eksponen digraph primitif berdasarkan panjang cycle terkecilnya. Mereka memperlihatkan bahwa jika D adalah digraph primitif dengan n verteks dan cycle terkecil s, maka exp(d) n + s(n 2). Beasley dan Kirkland (1997) mendiskusikan suatu batas eksponen dari digraph primitif yang berkenaan eksponen dari subdigraph primitif. Untuk digraph simetrik primitif untuk n verteks, Shao (1987) membuktikan bahwa exp(d) 2n 2, dan menunjukkan bahwa eksponen 2n 2 dicapai jika dan hanya jika digraph D isomofik dengan simetrik digraph yang mengandung directed path (1, 2), (2, 3),...,(n 1,n) dan (n, n 1), (n 1,n 2),...,(2, 1), dan loop (1, 1). Andaikan D adalah digraph primitif dan simetrik tanpa loop untuk n verteks, Liu et. al. (1990) menunjukkan bahwa exp(d) 2n 4,dan membuktikan bahwa batas atas dicapai jika dan hanya jika D isomorfik dengan directed (n, 3)- lollipop. Dengan mengikuti Dulmage dan Mendelson (1964), Suwilo dan Mardiningsih (2005) memperlihatkan bahwa batas atas eksponen digraph primitif dan simetrik adalah (s 1)+2l dengan s adalah panjang cycle terkecil dan l adalah panjang path terpanjang yang menghubungkan pada cycle terkecil dan verteks di D tetapi bukan pada cycle terkecil. Secara khusus mereka memperlihatkan bahwa eksponen dari (n, s)-lollipop simetrik adalah 2n s 1 yang kemudian mengimplikasikan bahwa eksponen cycle yang simetrik dengan panjang ganjil n adalah (n 1). Pada digraph dwiwarna D, eksponen didefenisikan sebagai bilangan bulat terkecil h + k sehingga untuk setiap pasangan verteks u dan v di D terdapat walk

34 20 dari u ke v dengan panjang h + k yang terdiri dari h arc merah dan k arc biru. Eksponen dari digraph dwiwarna D dinotasikan oleh exp 2 (D). Misalkan D adalah digraph dwiwarna terhubung kuat pada n verteks. Misalkan R =(a ij ) adalah n n (0,1)-matriks dengan r ij = 1 jika dan hanya jika arc (i, j) did adalah arc merah, dan B = (b ij ) adalah matriks n n (0,1)- matriks dengan b ij = 1 jika dan hanya jika arc (i, j) arc biru di D. Matrik R dan B berturut-turut adalah matriks adjacency merah dan biru. Sebaliknya untuk pasangan (A, B) dari matriks tak negatif n n dapat ditemukan digraph dwiwarna D pada n verteks yang berhubungan dengan (A, B) sebagai berikut: Arc (i, j) pada D adalah arc merah jika dan hanya jika entri a ij > 0 dan arc (i, j) pada D adalah arc biru jika dan hanya jika b ij > 0. Untuk setiap pasangan matriks tak negatif (A, B) dan bilangan bulat tak negatif h dan k didefinisikan oleh (h, k)-hurwitz product, (A, B) (h,k) dari A dan B merupakan jumlah semua matriks dari perkalian A sebanyak h kali dan B sebanyak k kali. Lemma 2.8 Jika (R, B) adalah matriks adjacency dari 2-digraph D. Maka entri (i, j) dari (R, B) (h,k) adalah jumlah (h, k)-walk dari 2-digraph D. Bukti. Akan dibuktikan dengan induksi pada h + k, jika h + k =1,h = 0 dan k = 1 atau jika h = 1 dan k = 0. Jika h = 0 maka entri (i, j) dari (R, B) (0,1) = B 0 adalah walk dengan komposisi di 2-digraph D. Dengan cara yang sama, jika 1 k = 0 maka (R, B) (1,0) = R adalah walk dengan entri (i, j) menyatakan walk 1 dengan komposisi di 2-digraph D. 0

35 21 Andaikan lemma benar untuk semua bilangan bulat tak negative h dan k dengan h + k h + k akan diperlihatkan untuk h + k + 1 adalah benar, dengan catatan sebagai berikut: (R, B) (h+1,k) = R(R, B) (h,k) + B(R, B) (h+1,k 1) dengan induksi entri (i, j) pada R(R, B) (h,k) adalah walk dari i ke j diikuti dengan sebuah arc merah dan diikuti oleh sebuah (h, k)-walk dari entri (i, j) pada B(R, B) (h+1,k 1) adalah jumlah walk dari i ke j yang dimulai dengan sebuah arc biru dan diikuti oleh sebuah (h +1, k 1)-walk sedemikian hingga entri (i, j) dari (R, B) (h+1,k) adalah jumlah (h +1,k)-walk dari i ke j. Dari Lemma dapat diambil kesimpulan bahwa 2-eksponen digraph dwiwarna primitif dapat dihitung dengan mencari bilangan bulat positif terkecil h+k sehingga seluruh entri matriks (A, B) (h,k) adalah positif untuk bilangan bulat tak negatif h dan k. Contoh 2.8 Representasi grafis digraph dwiwarna asimetrik. Gambar 2.8 : Digraph Dwiwarna dengan 3 verteks, 3 arc biru dan 3 arc merah

36 22 Berdasarkan Gambar 2.8 diatas didapat matriks adjacency sebagai berikut: Matriks adjacency merah R = dan Matriks adjacency biru B = a. Untuk h + k =1 (a) (R, B) (1,0) = R = (b) (R, B) (0,1) = B = b. Untuk h + k = (a) (R, B) (2,0) = RR = (b) (R, B) (1,1) = RB + BR = (c) (R, B) (0,2) = BB = c. Untuk h + k =3 (a) (R, B) (3,0) = RR =

37 23 (b) (R, B) (2,1) = R(R, B) (1,1) + B(R, B) (2,0) = (c) (R, B) (1,2) = R(R, B) (0,2) + B(R, B) (1,1) = (d) (R, B) (0,3) = B = d. Untuk h + k =4 (a) (R, B) (4,0) = R 4 = R.R = (b) (R, B) (3,1) = R(R, B) (2,1) + B(R, B) (3,0) = (c) (R, B) (2,2) = R(R, B) (1,2) + B(R, B) (2,1) = Untuk h + k = 4 merupakan matriks positif dengan komposisi arc, 2 arc 2 merah dan 2 arc biru, artinya terdapat walk dari tiap pasangan verteks u dan v di digraph dwiwarna D, sehingga digraph dwiwarna pada contoh 7 diatas memiliki 2 eksponen 4 dengan komposisi arc, 2 arc merah dan 2 arc biru. 2 Penelitian tentang 2-eksponen digraph dwiwarna diawali oleh Shader dan Suwilo (2003). Mereka membuktikan bahwa 2-eksponen terbesar dari digraph dwiwarna primitif pada n verteks terletak pada interval [(n 3 5n 2 )/2, (3n 3 +2n 2

38 24 2n)/2. Sejak itu banyak paper telah dipublikasikan tentang subyek yang sama.lee dan Yang (2005) tentang 2-eksponen digraph extremal ministrong berada dalam interval [2n 2 8n +7, 2n 2 5n + 3. Suwilo (2001) tentang 2-eksponen digraph primitif asimetrik komplit berada dalam interval [2,4 dan ada tepat k dengan 2 k 4. Suwilo dan Shader (2006) tentang 2-eksponen digraph dwiwarna n verteks primitif berada dalam interval 2n 2 8n +7, 2n 2 7n + 6. Suwilo (2007) tentang 2-eksponen suatu (n, s)- lollipop dwiwarna primitif asimetrik 2 exp(d) (s 2 1)/2+(s + 1)(n s).

39 BAB 3 2-EKSPONEN DARI DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK YANG MEMUAT CYCLE PRIMITIF Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian ini yang diperoleh berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya. Pertamatama disini akan di tunjukkan bahwa 2-eksponen dari digraph dwiwarna yang memuat cycle primitif mempunyai batas atas (s 2 1)/2 +(s + 1)(n s) dan batasan tersebut dapat di representasikan sebagai (q,q) T -walk dengan t =(s 2 1)/4 +(s + 1)(n s)/2. Selanjutnya akan dibahas mengenai karakteristik atas batasan dari 2-eksponen dari digraph dwiwarna asimetrik yang memuat cycle primitif. 3.1 Batas atas dari 2-exp(D) Andaikan D adalah suatu digraph dwiwarna asimetrik (n 1,s,n 2 )-lollipop dua tangkai yang memuat cycle primitif dengan s 3 maka s harus ganjil. Karena D asimetrik, maka D mempunyai cycle yang panjangnya 2 dengan komposisi (1, 1) T dan juga mempunyai dua cycle γ 1 dan γ 2 yang panjangnya masing-masing n dengan γ 1 :1 2 3 s 1 dan γ 2 : s (s 1) 2 1. Sehingga D mempunyai komposisi cycle yang berbentuk (1, 1) T, (a, s a) T dan (s a, a) T, untuk suatu bilangan bulat tak negatif a. Akibat matriks cycle dari 25

40 26 D berbentuk [ a s a M = s a a Dari matriks M diatas menghasilkan matriks minor M, yaitu: [ a M 1 = s a Determinan matriks M 1 = s(2a s) s a a s a 1 M 2 = a 1 Determinan matriks M 2 = s 2a a 1 M 3 = s a 1 Determinan matriks M 3 =2a s Akibatnya Karena D primitif, maka oleh Teorema 2,1,1 content matriks M adalah 1. 1 = gcd(s(2a s),s 2a, 2a s) =±(s 2a) Dari 1 = ±(s 2a) diperoleh: s 2a = 1 maka a = (s 2a) = 1 maka a =(s 1)/2 Sehingga a =(s + 1)/2 atau a =(s 1)/2. Tanpa kehilangan keumumannya, dapat diasumsikan [ (s 1)/ M = (s 1)/

41 27 Teorema 3.1 Andaikan D adalah suatu digraph dwiwarna asimetrik (n, s) yang memuat cycle primitif dengan bilangan ganjil s 3 maka 2-exp(D) (s 2 1)/2+(s + 1)(n s) Bukti. Untuk setiap pasangan verteks u dan v ditunjukkan ada sebuah (q,q) T - walk dari u ke v dengan q =(s 2 1)/4 +(s + 1)(n s)/2. Karena D asimetrik, maka untuk setiap (h, k) T -walk dapat dibentuk menjadi (h + t, k + t) T -walk untuk suatu t 1. Akibatnya cukup ditunjukkan bahwa ada (e, e) T -walk dengan e q. Andaikan u dan v adalah dua verteks berbeda di D dan p uv adalah path terpendek dari u ke v. Tanpa kehilangan keumumannya, dapat diasumsikan bahwa r(p uv ) b(p uv ). Pertama diasumsikan bahwa path p uv tidak mempunyai verteks persekutuan dengan cycle γ 1 atau γ 2. Hal ini berakibat, walknya dimulai dengan verteks u, bergerak menuju x sepanjang path p u s dilanjutkan mengelilingi cycle γ 1 sebanyak (r(p uv b(p uv )) dan kembali ke x, serta berakhir di verteks v sepanjang path p sv. Perjalanan walk ini menghasilkan (e, e) T -walk terpendek dari u ke v, dengan komposisi walknya [ r(w uv ) b(w uv ) = [ r(p uv ) b(p uv ) +[r(p uv ) b(p uv ) [ (s 1)/2 + l uv [ dengan l uv = d(u, x) bila d(u, x) <d(v,x)) dan l uv = d(v,x) bila d(v,x) <d(u, x). Karena r(p uv )+b(p uv )+l uv n s maka 1 1

42 28 r(w uv ) r(p uv ) (s 1)/2 +[r(p uv ) b(p uv ) + l uv b(w uv ) b(p uv ) s =[r(p uv )+b(p uv )+l uv b(p uv ) (n s) s [ [(s 1)/2 +(n s) (s = 2 1)/4+(n s) (s 2 1)/4+(n s) Kedua diasumsikan bahwa path p uv mempunyai verteks persekutuan dengan cycle γ 1 atau γ 2. Hal ini berakibat, walknya dimulai dengan verteks u, bergerak path p uv menuju verteks v dan dilanjutkan dengan mengelilingi cycle γ 1 sebanyak (r(p uv ) b(p uv )). Perjalanan walk ini menghasilkan (e, e) T walk terpendek, dengan komposisi walknya r(w uv ) s =[r(p uv )+b(p uv ) b(p uv ) b(w uv ) s. Dalam kasus ini, dapat dipilih path p uv sehingga (r(p uv )+b(p uv )) (n s)+(s 1)/2 akibatnya (r(p uv ) b(p uv )) r(p uv ) (r(p uv )+b(p uv )) (n s)+(s 1)/2 Sehingga diperoleh r(w uv ) [(n s)+(s 1)/2 [(s 1)/2 +(n s) b(w uv ) [ (s = 2 1)/4+(n s). (s 2 1)/4+(n s) Ketiga diasumsikan bahwa path p uv mempunyai verteks persekutuan dengan cycle γ 1 atau γ 2. Hal ini walknya dimulai dengan verteks u bergerak menuju x sepanjang path p ux dilanjutkan dengan mengelilingi cycle γ 1 sebanyak (r(p uv ) b(p uv )). menuju verteks v. Perjalanan walk ini menghasilkan (e, e) T walk

43 29 terpendek, dengan komposisi walknya r(w uv ) r(p = ux ) (s 1)/2 r(p +[r(p uv ) b(p uv ) + xv ) b(w uv ) b(p ux ) b(p xv ) = r(p uv ) (s 1)/2 +[r(p uv ) b(p uv ) b(p uv ) =[r(p uv )+b(p uv ) s b(p uv ) (n s) s [ [(s 1)/2+(n s) (s = 1)/4+(n s) (s 2 1)/4+(n s) [ r(w uv ) (s 1)/4+(n s) b(w uv ) (s 2 1)/4+(n s). Keempat diasumsikan bahwa path p uv mempunyai verteks persekutuan dengan cycle γ 1 atau γ 2. Hal ini walknya dimulai dengan verteks u bergerak menuju x sepanjang path p ux menuju verteks vkemudian dilanjutkan mengelilingi cycle γ 1 sebanyak (r(p uv ) b(p uv )). Perjalanan walk ini menghasilkan (e, e) T -walk terpendek, dengan komposisi walknya r(w uv ) = r(p ux ) + r(p xv ) +[r(p uv ) b(p uv ) (s 1)/2 b(w uv ) b(p ux ) b(p xv ) = r(p uv ) +[r(p uv ) b(p uv ) (s 1)/2 b(p uv ) s =[r(p uv )+b(p uv ) b(p uv ) s [r(p uv )+b(p uv ).

44 30 Karena dapat dipilih path p uv sehingga (r(p uv )+b(p uv )) (n s) +(s 1)/2 maka r(w uv ) b(w uv ) [ r(w uv ) b(w uv ) [r(p uv )+b(p uv ) [ [(s 1)/2+(n s) = [ (s 2 1)/4+(n s) (s 2 1)/4+(n s). (s 2 1)/4+(n s) (s 2 1)/4+(n s) Kelima diasumsikan bahwa path p uv mempunyai verteks persekutuan dengan cycle γ 1 atau γ 2. Hal ini walknya dimulai dengan verteks u bergerak menuju y sepanjang path p uy kemudian ke x dilanjutkan mengelilingi cycle γ 1 sebanyak (r(p uv ) b(p uv )) dan berakhir di verteks v. Perjalanan walk ini menghasilkan (e, e) T -walk terpendek, dengan komposisi walknya r(w uv ) r(p = uy ) r(p + yx ) r(p + xv ) (s 1)/2 +[r(p uv ) b(p uv ) b(w uv ) b(p uy ) b(p yx ) b(p xv ) r(p = uv ) (s 1)/2 +[r(p uv ) b(p uv ) b(p uv ) s =[r(p uv )+b(p uv ) b(p uv ) s [r(p uv )+b(p uv ).

45 31 Karena dapat dipilih path p uv sehingga (r(p uv )+b(p uv )) (n s)+(s 1)/2, maka: r(w uv ) b(w uv ) [ r(w uv ) b(w uv ) [r(p uv )+b(p uv ) [ [(s 1)/2+(n s) = [ (s 2 1)/4+(n s) (s 2 1)/4+(n s). (s 2 1)/4+(n s) (s 2 1)/4+(n s) dengan menggunakan (1, 1) T -walk, walk w uv dapat diubah menjadi (q,q) T -walk dengan q = (s 2 1)/4 +(n s). Karena untuk setiap pasangan verteks u dan v dapat ditemukan sebuah (q,q) T -walk dari u ke v dengan q = (s 2 1)/4+(n s) maka 2-exp(D) (s 2 1) + (n s)(s + 1). 3.2 Digraph dwiwarna D yang memenuhi batas atas Pada bagian ini dibahas mengenai digraph dwiwarna asimetrik yang memuat cycle primitif dengan sifat 2-exp(D) =(s 2 1)+(n s)(s + 1). Teorema 3.2 Andaikan D adalah suatu digraph dwiwarna asimetrik yang memuat cycle primitif dengan bilangan ganjil s 3. Jika D mempunyai path merah dengan panjang +(n s) maka 2-exp(D) =(s 2 1)+(n s)(s +1) Bukti. Misalkan p uv adalah sebuah path merah dengan panjang (s+1)/2+(n s) di D, maka satu dari verteks u atau v berada pada cycle γ 1 atau γ 1. Karena D asimetrik maka D memiliki sebuah path biru dengan panjang +(n s). Karena s merupakan bilangan ganjil, maka ada sebuah path terpendek merah p uv

46 32 dari u ke v di D dengan panjang q =(s+1)/2+(n s). Karena D asimetrik, maka ada sebuah path terpendek biru dari v ke u dengan panjang q =(s+1)/2+(n s). Misalkan w uv dan w vu masing-masing merupakan walk dari u ke v dan walk dari v ke u dengan komposisi yang sama dan mempunyai bentuk r(w uv ) q = 1 1 (s 1)/2 + α + x 1 + x 2 + x 3 b(w uv ) (s 1)/2 dan r(w vu ) = 0 + β 0 + y y (s 1)/2 2 + y 3, b(w vu ) q 1 1 (s 1)/2 untuk suatu bilangan bulat tak negatif x 1,x 2,x 3,y1, y 2,y 3 dan α, β {0, 1} Bila α = 0 maka digunakan path merah dengan panjang q = +(n s) untuk mengkonstruksikan walk w uv. Bila α = 1, maka digunakan path merah dengan panjang +(n s) untuk mengkonstruksikan walk w uv. Dengan argumentasi yang sama untuk β. Jika α = β = 0, maka q 1 (s 1)/2 =(x 1 y 1 ) +(x 2 y 2 ) +(x 3 y 3 ) q 1 [ (s 1)/2. Dari persamaan di atas, diperoleh (x 2 y 2 )+(y 3 x 3 ) = 2q Sehingga x 2 + y 3 2q yang berakibat x 2 q atau y 3 q. Dengan cara yang sama, untuk α = 1 dan β = 0 atau untuk α = 0 dan β = 1 diperoleh x 2 q atau y 3 q. Terakhir untuk α = 1 dan β = 1 diperoleh x 2 q + 1 dan y 3 q + 1. Karena dari semua kasus, mengakibatkan [ r(w uv ) (s 2 1)/4 +(s + 1)(n s)/2 b(w uv ) (s 2 1)/4 +(s + 1)(n s)/2 maka 2-exp(D) (s 2 1)/2+(s + 1)(n s). Berdasarkan Teorema 3.1, diperoleh 2-exp(D) =(s 2 1)/2+(s + 1)(n s).

47 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Pada digraph dwiwarna asimetrik yang memuat cycle primitif D, untuk memperoleh batas atas dari 2-eksponennya dilakukan dengan peninjauan dua kasus. Pertama, path p uv tidak mempunyai verteks persekutuan dengan cycle γ 1 atau cycle γ 2. Pada kasus pertama dilakukan dengan peninjauan terhadap satu asumsi. Kedua, path p uv mempunyai verteks persekutuan dengan cycle γ 1 atau cycle γ 2. Pada kasus kedua dilakukan dengan peninjauan terhadap empat asumsi. Pada digraph dwiwarna asimetrik yang memuat cycle primitif D, batas atas dari 2-eksponennya dicapai bila D mempunyai path merah dengan panjang +(n s). 4.2 Saran Pada tulisan ini penulis hanya membahas mengenai batas atas pada digraph dwiwarna asismetrik yang memuat cycle primitif. Penelitian lanjutan diharapkan dapat menentukan 2-eksponen digraph dwiwarna primitif secara umum, yakni andaikan D adalah sebuah digraph dwiwarna n verteks primitif. Apa batas atas dan batas bawah dari 2-eksponennya?. 33

48 DAFTAR PUSTAKA Beasley, L.A and Kirkland,S On the exponent of primitive matrices containing primitive submatrices. Linier Algebra Appl. 261, Brualdi, R, A dan Ryser, H. J Combinational Matrix Theory. Cambridge: Cambridge University Press. Dulmage, A.L and Mendelsohn, N.S The Exponent of Incidence Matrices. Duke Math 31, Fornasini, E.and M. E. Valcher Directed graphs, 2D State Models, and charateristic polynomials of irreducible matrix pairs. Linear Algebra Appl., 263, Liu, B., McKay, B.D, Wormald, N. C dan Min, Z. K The exponent set of symmeteric primitive (0,1) matrices with zero trace. Linear Algebra Appl.,133, S.G Lee and J.M Yang Bound for 2-exponent of primitive extremal ministrong digraph, Commun. Korean. Math Schneider, H Wielandts proof of the exponent inequality for primitive nonnegative matrices. Linear Algebra Appl. 353, Shader, B.l and Suwilo,S Exponents of nonnegative matrices pairs. Linier Algebra Appl.363, Shao, J.Y The exponent set of symmetric primitive matrices. Scientia sinica Ser. A 30(4): Suwilo, S On 2-Exponents of 2-digraph. Disertasi, University of Wyoming. Suwilo, S Exponents of two-colored lollipops. Proceeding Icoms Suwilo dan Mardiningsih On exponent of primitive graphs. Mawengkang, Suwilo, Sutarman (ed.), Proceedings of the 1st IMT-GT Regional Conference on Mathematics, Statistics and Their Applications, Wielandt Unzerlegbare nicht negative Matrizen, Math. Z, 52,

VERTEX EXPONENT OF A TWO-COLOURED DIGRAPH WITH 2 LOOPS ABSTRACT

VERTEX EXPONENT OF A TWO-COLOURED DIGRAPH WITH 2 LOOPS ABSTRACT vi VERTEX EXPONENT OF A TWO-COLOURED DIGRAPH WITH 2 LOOPS ABSTRACT A digraph D in which each of its arcs is coloured by either red or blue is called two-coloured digraph. A strongly connected of two-coloured

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR GAMBAR BAB 1. PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR GAMBAR BAB 1. PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR i ii iii iv v vi viii BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 1.2. Perumusan Masalah 3 1.3.

Lebih terperinci

BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF

BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF Pada bagian ini akan diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan definisi sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan definisi

Lebih terperinci

EKSPONEN LOKAL MASUK DUA CYCLE DWIWARNA DENGAN PANJANG SELISIH 2

EKSPONEN LOKAL MASUK DUA CYCLE DWIWARNA DENGAN PANJANG SELISIH 2 EKSPONEN LOKAL MASUK DUA CYCLE DWIWARNA DENGAN PANJANG SELISIH 2 TESIS Oleh HARI SUMARDI 127021003/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 EKSPONEN LOKAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian diamati oleh suatu objek di matematika yang disebut dengan digraph.

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian diamati oleh suatu objek di matematika yang disebut dengan digraph. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar atau melihat sistem jalan satu arah, arus listrik, jaringan kerja dll. Biasanya hal-hal tersebut diatas

Lebih terperinci

BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF

BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF BAB 2 DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF Pada bab ini akan dibahas teorema, definisi dan landasan teori pada penelitian ini. Berikut akan dibahas mengenai digraf, digraf dwiwarna dan hubungan keduanya dengan primitifitas,

Lebih terperinci

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL SKRIPSI MERRYANTY LESTARI P

SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL SKRIPSI MERRYANTY LESTARI P SCRAMBLING INDEX DARI KELAS DIGRAF HAMILTON DWIWARNA DENGAN N TITIK GANJIL SKRIPSI MERRYANTY LESTARI P 110803067 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 2 DIGRAPH. Representasi dari sebuah digraph D dapat dilihat pada contoh berikut. Contoh 2.1. Representasi dari digraph dengan 5 buah verteks.

BAB 2 DIGRAPH. Representasi dari sebuah digraph D dapat dilihat pada contoh berikut. Contoh 2.1. Representasi dari digraph dengan 5 buah verteks. BAB 2 DIGRAPH Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori dasar tentang digraph yang meliputi definisi dua cycle, primitifitas dari digraph, eksponen, dan lokal eksponen. Dengan demikian, akan mempermudah

Lebih terperinci

BATAS ATAS UNTUK SCRAMBLING INDEX DARI GRAF PRIMITIF

BATAS ATAS UNTUK SCRAMBLING INDEX DARI GRAF PRIMITIF BATAS ATAS UNTUK SCRAMBLING INDEX DARI GRAF PRIMITIF TESIS Oleh SILVIA HARLENI 127021010/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 BATAS ATAS UNTUK SCRAMBLING

Lebih terperinci

2. Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan berurut V V yang tak harus berbeda dari semua titik, elemen dari E disebut arc dari digraf D.

2. Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan berurut V V yang tak harus berbeda dari semua titik, elemen dari E disebut arc dari digraf D. BAB 2 DIGRAF DWI-WARNA PRIMITIF Pada Bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. konsep dasar yang dimaksud adalah yang berkaitan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian mengenai eksponen digraf dwiwarna telah banyak dilakukan. Shader dan Suwilo (003) adalah yang pertama sekali melakukan penelitian tersebut. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Studi mengenai eksponen dari sebuah digraph menjadi pembahasan yang lebih sederhana setelah Wielandt (Schneider, H. 2002) mengemukakan sebuah gagasan mengenai

Lebih terperinci

2-EKSPONEN DARI 2-DIGRAPH DENGAN LOOP SKRIPSI RICHARD ALBERT NASUTION

2-EKSPONEN DARI 2-DIGRAPH DENGAN LOOP SKRIPSI RICHARD ALBERT NASUTION 2-EKSPONEN DARI 2-DIGRAPH DENGAN LOOP SKRIPSI RICHARD ALBERT NASUTION 010803013 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 2-EKSPONEN DARI

Lebih terperinci

2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN

2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN Bulletin of Matheatics Vol. 03 No. 0 (20) pp. 39 48. 2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN Mardiningsih Saib Suwilo dan Indra Syahputra Abstract. Let D asyetric two-coloured-digraph

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah graph G adalah sebuah objek yang terdiri atas sekumpulan titik yang disebut verteks dan garis yang menghubungkan dua buah verteks yang disebut sisi atau edge.

Lebih terperinci

EKSPONEN TITIK KELUAR DARI SEBUAH KELAS DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF DENGAN n-titik GANJIL SKRIPSI MARDHA TILLAH

EKSPONEN TITIK KELUAR DARI SEBUAH KELAS DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF DENGAN n-titik GANJIL SKRIPSI MARDHA TILLAH EKSPONEN TITIK KELUAR DARI SEBUAH KELAS DIGRAF DWIWARNA PRIMITIF DENGAN n-titik GANJIL SKRIPSI MARDHA TILLAH 090803044 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

POHON INTERVAL PADA PERSOALAN GRAPH INTERVAL

POHON INTERVAL PADA PERSOALAN GRAPH INTERVAL POHON INTERVAL PADA PERSOALAN GRAPH INTERVAL TESIS Oleh SITI AISYAH 117021046/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 POHON INTERVAL PADA PERSOALAN GRAPH

Lebih terperinci

SCRAMBLING INDEX DARI GRAF RING-STAR DAN VARIASINYA

SCRAMBLING INDEX DARI GRAF RING-STAR DAN VARIASINYA SCRAMBLING INDEX DARI GRAF RING-STAR DAN VARIASINYA SKRIPSI FITRIANA 100803027 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 SCRAMBLING INDEX

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan permasalahan, seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. 2.1 Graf Graf

Lebih terperinci

POHON INTERVAL PADA PERSOALAN GRAPH INTERVAL

POHON INTERVAL PADA PERSOALAN GRAPH INTERVAL POHON INTERVAL PADA PERSOALAN GRAPH INTERVAL TESIS Oleh SITI AISYAH 117021046/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 POHON INTERVAL PADA PERSOALAN GRAPH

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. Gambar 2.1. Contoh Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. Gambar 2.1. Contoh Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi graf, istilah-istilah dalam graf, matriks ketetanggaan, graf terhubung, primitivitas graf, dan scrambling index. 2.1 Definisi Graf

Lebih terperinci

EKSPONEN VERTEX DARI DIGRAPH DWI-WARNA DENGAN DUA LOOP SKRIPSI NURUL HIDAYATI

EKSPONEN VERTEX DARI DIGRAPH DWI-WARNA DENGAN DUA LOOP SKRIPSI NURUL HIDAYATI EKSPONEN VERTEX DARI DIGRAPH DWI-WARNA DENGAN DUA LOOP SKRIPSI NURUL HIDAYATI 060803032 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 EKSPONEN

Lebih terperinci

MODIFIKASI BARIS DARI MATRIKS SPARSE FAKTORISASI CHOLESKY

MODIFIKASI BARIS DARI MATRIKS SPARSE FAKTORISASI CHOLESKY MODIFIKASI BARIS DARI MATRIKS SPARSE FAKTORISASI CHOLESKY TESIS Oleh RAHAWARNI SRI RIZKI 117021028/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 MODIFIKASI BARIS

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada Bagian ini akan dijelaskan beberapa definisi dan teorema terkait graf, matriks adjency, terhubung, primitifitas, dan scrambling index sebagai landasan teori yang menjadi acuan

Lebih terperinci

MATRIKS KOVARIANSI DEKOMPOSISI DALAM MODEL GRAF GAUSS TAK BERARAH

MATRIKS KOVARIANSI DEKOMPOSISI DALAM MODEL GRAF GAUSS TAK BERARAH MATRIKS KOVARIANSI DEKOMPOSISI DALAM MODEL GRAF GAUSS TAK BERARAH TESIS Oleh DEWI SURYANI HANUM NASUTION 117021014/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN GURU MENGGUNAKAN GRAPH COLORING DENGAN ALGORITMA BEE COLONY

MODEL PENJADWALAN GURU MENGGUNAKAN GRAPH COLORING DENGAN ALGORITMA BEE COLONY MODEL PENJADWALAN GURU MENGGUNAKAN GRAPH COLORING DENGAN ALGORITMA BEE COLONY TESIS Oleh SETIAWAN TANADI 117021027/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Lebih terperinci

GENERALISASI METODE PENCABANGAN PADA PROGRAM INTEGER CAMPURAN

GENERALISASI METODE PENCABANGAN PADA PROGRAM INTEGER CAMPURAN GENERALISASI METODE PENCABANGAN PADA PROGRAM INTEGER CAMPURAN TESIS Oleh ALI KADIR LUBIS 117021002/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 GENERALISASI METODE

Lebih terperinci

RANCANGAN JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN POLA BANYAK ASAL KE BANYAK TUJUAN

RANCANGAN JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN POLA BANYAK ASAL KE BANYAK TUJUAN RANCANGAN JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN POLA BANYAK ASAL KE BANYAK TUJUAN TESIS Oleh PUTRI KHAIRIAH NASUTION 097021081/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Lebih terperinci

METODE BERBASIS KENDALA AKTIF DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN LOKASI FASILITAS BERKAPASITAS

METODE BERBASIS KENDALA AKTIF DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN LOKASI FASILITAS BERKAPASITAS METODE BERBASIS KENDALA AKTIF DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN LOKASI FASILITAS BERKAPASITAS TESIS Oleh LISBET MARBUN 097021060/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

MASALAH RANK MATRIKS DAN GRAPH ABDUL FATHIR

MASALAH RANK MATRIKS DAN GRAPH ABDUL FATHIR TUGAS AKHIR II MASALAH RANK MATRIKS DAN GRAPH ABDUL FATHIR 020803041 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 MASALAH RANK MATRIKS DAN GRAPH

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN DENGAN HARGA DAN KUALITAS TERGANTUNG PERMINTAAN

MODEL PERSEDIAAN DENGAN HARGA DAN KUALITAS TERGANTUNG PERMINTAAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN HARGA DAN KUALITAS TERGANTUNG PERMINTAAN TESIS Oleh DAME MELDARIA SIPAHUTAR 127021026/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 MODEL

Lebih terperinci

SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK

SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK Faktor Exacta 10 (2): 154-161, 2017 SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK NONI SELVIA noni.selvia@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik,Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU

PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU 060823001 PROGRAM STUDI SARJANA MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

POLA ANALISIS JARINGAN SOSIAL DINAMIS

POLA ANALISIS JARINGAN SOSIAL DINAMIS POLA ANALISIS JARINGAN SOSIAL DINAMIS TESIS Oleh MONALISA BR SEMBIRING 117021049/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 POLA ANALISIS JARINGAN SOSIAL DINAMIS

Lebih terperinci

METODE PENYELESAIAN UNTUK PERSOALAN PERTIDAKSAMAAN VARIASIONAL DENGAN KENDALA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

METODE PENYELESAIAN UNTUK PERSOALAN PERTIDAKSAMAAN VARIASIONAL DENGAN KENDALA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN METODE PENYELESAIAN UNTUK PERSOALAN PERTIDAKSAMAAN VARIASIONAL DENGAN KENDALA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN TESIS Oleh RUTH MAYASARI SIMANJUNTAK 117021050/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

MODEL UNTUK KEBERANGKATAN DAN RELOKASI FASILITAS AMBULAN

MODEL UNTUK KEBERANGKATAN DAN RELOKASI FASILITAS AMBULAN MODEL UNTUK KEBERANGKATAN DAN RELOKASI FASILITAS AMBULAN TESIS Oleh MUHAMMAD SOFYAN NASUTION 117021016/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 MODEL UNTUK

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN HASIL DAN PERMINTAAN TAK PASTI

PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN HASIL DAN PERMINTAAN TAK PASTI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN HASIL DAN PERMINTAAN TAK PASTI TESIS Oleh MUHAMMAD DALIANI 117021043/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PERENCANAAN PRODUKSI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI ALGORITMA DSATUR

PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI ALGORITMA DSATUR PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI ALGORITMA DSATUR DAN ALGORITMA PEWARNAAN HEURISTIK TABU SEARCH PADA PEWARNAAN GRAF TESIS JUNIDAR 117038020 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2 DIGRAF PRIMITIF

BAB 2 DIGRAF PRIMITIF 6 BAB 2 DIGRAF PRIMITIF Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan bahwa digraf k D n merupakan sebuah digraf primitif. Penjelasan tersebut diperkuat dengan memaparkan beberapa definisi digraf dan beberapa

Lebih terperinci

DISTRIBUSI MARKOV-BINOMIAL NEGATIF

DISTRIBUSI MARKOV-BINOMIAL NEGATIF DISTRIBUSI MARKOV-BINOMIAL NEGATIF TESIS Oleh RINA WIDYASARI 107021009/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 DISTRIBUSI MARKOV-BINOMIAL NEGATIF T E S I

Lebih terperinci

METODE BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM STOKASTIK INTEGER DENGAN ADANYA RESIKO

METODE BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM STOKASTIK INTEGER DENGAN ADANYA RESIKO METODE BRANCH AND BOUND UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM STOKASTIK INTEGER DENGAN ADANYA RESIKO TESIS Oleh ADIL H. PANGARIBUAN 087021052/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan definisi graf,

Lebih terperinci

PENGARUH KESALAHAN PEMBULATAN PADA METODE ITERASI

PENGARUH KESALAHAN PEMBULATAN PADA METODE ITERASI PENGARUH KESALAHAN PEMBULATAN PADA METODE ITERASI TESIS Oleh TOHOM PAHA MEI BANJARNAHOR 097021074/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 PENGARUH KESALAHAN

Lebih terperinci

MODEL MANAJEMEN PEROLEHAN HOTEL UNTUK MULTIPLE DAY STAY DENGAN ADANYA KETIDAKPASTIAN

MODEL MANAJEMEN PEROLEHAN HOTEL UNTUK MULTIPLE DAY STAY DENGAN ADANYA KETIDAKPASTIAN MODEL MANAJEMEN PEROLEHAN HOTEL UNTUK MULTIPLE DAY STAY DENGAN ADANYA KETIDAKPASTIAN TESIS Oleh RIMA APRILIA 097021077/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

DIMENSI METRIK KUAT PADA BEBERAPA KELAS GRAF

DIMENSI METRIK KUAT PADA BEBERAPA KELAS GRAF DIMENSI METRIK KUAT PADA BEBERAPA KELAS GRAF oleh FITHRI ANNISATUN LATHIFAH M0111038 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI UNTUK PERSOALAN PERSEDIAAN DETERMINISTIK DENGAN ADANYA BACKORDER PARSIAL

MODEL OPTIMASI UNTUK PERSOALAN PERSEDIAAN DETERMINISTIK DENGAN ADANYA BACKORDER PARSIAL MODEL OPTIMASI UNTUK PERSOALAN PERSEDIAAN DETERMINISTIK DENGAN ADANYA BACKORDER PARSIAL TESIS Oleh ERWINA AZIZAH HASIBUAN 127021028/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BUKTI DEDUKTIF FORMAL DALAM GEOMETRI DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGAJARAN

BUKTI DEDUKTIF FORMAL DALAM GEOMETRI DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGAJARAN BUKTI DEDUKTIF FORMAL DALAM GEOMETRI DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGAJARAN TESIS Oleh KHAIRANI HASIBUAN 117021032/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 BUKTI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Graf merupakan pokok bahasan matematika yang banyak mendapat perhatian karena aplikasinya sangat berguna untuk menyelesaikan persoalan kehidupan manusia.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA ITERATIF UNTUK MINIMISASI FUNGSI NONLINEAR

PENGEMBANGAN ALGORITMA ITERATIF UNTUK MINIMISASI FUNGSI NONLINEAR PENGEMBANGAN ALGORITMA ITERATIF UNTUK MINIMISASI FUNGSI NONLINEAR TESIS Oleh FADHILAH JULI YANTI HARAHAP 127021019/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Lebih terperinci

DIMENSI METRIK PADA GRAF LOLLIPOP, GRAF MONGOLIAN TENT, DAN GRAF GENERALIZED JAHANGIR

DIMENSI METRIK PADA GRAF LOLLIPOP, GRAF MONGOLIAN TENT, DAN GRAF GENERALIZED JAHANGIR DIMENSI METRIK PADA GRAF LOLLIPOP, GRAF MONGOLIAN TENT, DAN GRAF GENERALIZED JAHANGIR oleh ARDINA RIZQY RACHMASARI M0112013 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori graf adalah cabang kajian matematika yang mempelajari sifat-sifat graf. Secara sederhana, suatu graf adalah himpunan benda-benda yang disebut titik yang terhubung

Lebih terperinci

MODEL PENENTUAN HARGA DAN UKURAN LOT UNTUK PRODUK MUSIMAN

MODEL PENENTUAN HARGA DAN UKURAN LOT UNTUK PRODUK MUSIMAN MODEL PENENTUAN HARGA DAN UKURAN LOT UNTUK PRODUK MUSIMAN TESIS Oleh PUJI MULIATI 127021025/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 MODEL PENENTUAN HARGA

Lebih terperinci

STRATEGI KENDALA AKTIF DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN ALIRAN MULTI-KOMODITI

STRATEGI KENDALA AKTIF DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN ALIRAN MULTI-KOMODITI STRATEGI KENDALA AKTIF DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN ALIRAN MULTI-KOMODITI TESIS Oleh ZULHENDRI 107021017/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 STRATEGI

Lebih terperinci

OPTIMISASI DENGAN ADANYA BIG DATA PROBLEM

OPTIMISASI DENGAN ADANYA BIG DATA PROBLEM OPTIMISASI DENGAN ADANYA BIG DATA PROBLEM TESIS Oleh MUHAMMAD HUDA FIRDAUS 147021019/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 OPTIMISASI DENGAN ADANYA BIG

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAS MENGGUNAKAN BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE

ESTIMASI BIAS MENGGUNAKAN BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE ESTIMASI BIAS MENGGUNAKAN BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE TESIS Oleh SAFRINA SEMBIRING 127021030/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 ESTIMASI BIAS MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN TIME DELAY

MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN TIME DELAY MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN TIME DELAY TESIS Oleh FERDINAND SINUHAJI 127021034/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN TIME DELAY

Lebih terperinci

EVALUASI NUMERIK DARI METODE APROKSIMASI DALAM PROGRAM STOKASTIK

EVALUASI NUMERIK DARI METODE APROKSIMASI DALAM PROGRAM STOKASTIK EVALUASI NUMERIK DARI METODE APROKSIMASI DALAM PROGRAM STOKASTIK TESIS Oleh MUHAMMAD ISMAIL 127021006/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 EVALUASI NUMERIK

Lebih terperinci

ANALISIS TEORI GRAF PADA PERSOALAN KNIGHT S TOUR SKRIPSI ERWIN

ANALISIS TEORI GRAF PADA PERSOALAN KNIGHT S TOUR SKRIPSI ERWIN ANALISIS TEORI GRAF PADA PERSOALAN KNIGHT S TOUR SKRIPSI ERWIN 060803018 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 ANALISIS TEORI GRAF PADA

Lebih terperinci

Digraph eksentris dari turnamen transitif dan regular (Eccentric digraph of transitive and regular tournaments)

Digraph eksentris dari turnamen transitif dan regular (Eccentric digraph of transitive and regular tournaments) Digraph eksentris dari turnamen transitif dan regular (Eccentric digraph of transitive and regular tournaments) Oleh : Hazrul Iswadi Departemen Matematika dan IPA (MIPA) Universitas Surabaya (UBAYA), Jalan

Lebih terperinci

Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur

Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur Ma rifah Puji Hastuti, Kiki Ariyanti Sugeng, Denny Riama Silaban Departemen Matematika, FMIPA Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARAMETER MODEL DAN PARAMETER PERAMALAN

HUBUNGAN ANTARA PARAMETER MODEL DAN PARAMETER PERAMALAN HUBUNGAN ANTARA PARAMETER MODEL DAN PARAMETER PERAMALAN TESIS Oleh SALAMAT SIREGAR 097021068/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 HUBUNGAN ANTARA PARAMETER

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMUATAN CARGO CONTAINER DENGAN PERMINTAAN STOKASTIK

PERENCANAAN PEMUATAN CARGO CONTAINER DENGAN PERMINTAAN STOKASTIK PERENCANAAN PEMUATAN CARGO CONTAINER DENGAN PERMINTAAN STOKASTIK TESIS Oleh LOIDE NAIBORHU 087021061/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERENCANAAN PEMUATAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENCARIAN LAYAK SEKITAR UNTUK MENYELESAIKAN PENJADWALAN PREFERENSI

PENGEMBANGAN METODE PENCARIAN LAYAK SEKITAR UNTUK MENYELESAIKAN PENJADWALAN PREFERENSI PENGEMBANGAN METODE PENCARIAN LAYAK SEKITAR UNTUK MENYELESAIKAN PENJADWALAN PREFERENSI TESIS Oleh TAN KIM HEK 097021073/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR ALTERNATIF UNTUK MENGHINDARI KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan)

PENENTUAN JALUR ALTERNATIF UNTUK MENGHINDARI KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan) PENENTUAN JALUR ALTERNATIF UNTUK MENGHINDARI KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA (Studi Kasus: Simpang Empat Waspada Medan) SKRIPSI DIKY LAMHOT FRANS FELI SIAHAAN 100803070 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAPH BERBOBOT DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN PADA BIOTA SKRIPSI SRI RAFIQOH

ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAPH BERBOBOT DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN PADA BIOTA SKRIPSI SRI RAFIQOH ALGORITMA UNTUK DEKOMPOSISI DIGRAPH BERBOBOT DENGAN APLIKASI ANALISIS SIKLUS KEHIDUPAN PADA BIOTA SKRIPSI SRI RAFIQOH 060803003 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODEL PERSOALAN PENENTUAN LOKASI KOMPETITIF

MODEL PERSOALAN PENENTUAN LOKASI KOMPETITIF MODEL PERSOALAN PENENTUAN LOKASI KOMPETITIF TESIS Oleh DESI VINSENSIA 107021005/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 UNIVERSITAS UNIVERSITAS SUMATERA SIMATERA

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO 060803025 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SOCIOSCIENTIFIC DALAM MATA PELAJARAN SAINS DI SEKOLAH MENENGAH UMUM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SOCIOSCIENTIFIC DALAM MATA PELAJARAN SAINS DI SEKOLAH MENENGAH UMUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SOCIOSCIENTIFIC DALAM MATA PELAJARAN SAINS DI SEKOLAH MENENGAH UMUM TESIS Oleh HARIYANTO 127021023/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

ALGORITMA EKSAK UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN BIN COVERING

ALGORITMA EKSAK UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN BIN COVERING ALGORITMA EKSAK UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN BIN COVERING TESIS Oleh ERI SAPUTRA 097021080/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 ALGORITMA EKSAK UNTUK

Lebih terperinci

MODEL PERSOALAN RUTE TERBUKA KENDARAAN DENGAN KETERBATASAN WAKTU DAN ADANYA PERSINGGAHAN

MODEL PERSOALAN RUTE TERBUKA KENDARAAN DENGAN KETERBATASAN WAKTU DAN ADANYA PERSINGGAHAN MODEL PERSOALAN RUTE TERBUKA KENDARAAN DENGAN KETERBATASAN WAKTU DAN ADANYA PERSINGGAHAN TESIS Oleh AGHNI SYAHMARANI 107021008/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

APROKSIMASI PADA PEMROGRAMAN STOKASTIK LINIER

APROKSIMASI PADA PEMROGRAMAN STOKASTIK LINIER APROKSIMASI PADA PEMROGRAMAN STOKASTIK LINIER TESIS Oleh LIZA SETYANING PERTIWI 127021022/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 APROKSIMASI PADA PEMROGRAMAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diperlihatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dalam melakukan penelitian ini dan akan mempermudah

Lebih terperinci

DIMENSI METRIK PADA BEBERAPA KELAS GRAF

DIMENSI METRIK PADA BEBERAPA KELAS GRAF DIMENSI METRIK PADA BEBERAPA KELAS GRAF oleh DWI RIA KARTIKA M0112025 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

ESTIMASI HETEROSKEDASTIS TAK LINEAR MODEL DERET WAKTU

ESTIMASI HETEROSKEDASTIS TAK LINEAR MODEL DERET WAKTU ESTIMASI HETEROSKEDASTIS TAK LINEAR MODEL DERET WAKTU TESIS Oleh SINDAK SITUMORANG 097021069/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ESTIMASI HETERODKEDASTIS

Lebih terperinci

ESTIMASI MATRIKS KOVARIANSI BERUKURAN BESAR DAN JARANG (SPARSE)

ESTIMASI MATRIKS KOVARIANSI BERUKURAN BESAR DAN JARANG (SPARSE) ESTIMASI MATRIKS KOVARIANSI BERUKURAN BESAR DAN JARANG (SPARSE) TESIS Oleh HENDRA CIPTA 117021040/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 ESTIMASI MATRIKS

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI PADA TIGA HASIL OPERASI GRAF CYCLE DENGAN GRAF PATH

DIMENSI PARTISI PADA TIGA HASIL OPERASI GRAF CYCLE DENGAN GRAF PATH DIMENSI PARTISI PADA TIGA HASIL OPERASI GRAF CYCLE DENGAN GRAF PATH oleh HIDRA VERTANA M0112042 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas

Lebih terperinci

METODE UNTUK MENENTUKAN KONSENSUS RANKING PROBLEM

METODE UNTUK MENENTUKAN KONSENSUS RANKING PROBLEM METODE UNTUK MENENTUKAN KONSENSUS RANKING PROBLEM TESIS Oleh GIM TARIGAN 087021016/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 METODE UNTUK MENENTUKAN KONSENSUS

Lebih terperinci

PELABELAN ANTIPODAL PADA GRAF SIKEL

PELABELAN ANTIPODAL PADA GRAF SIKEL PELABELAN ANTIPODAL PADA GRAF SIKEL Puspa Novita Sari 1, Bambang Irawanto, Bayu Surarso 3 1,,3 Jurusan Matematika FS M Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang puspa.novita91@gmail.com

Lebih terperinci

ESTIMASI VARIANSI DALAM SAMPLING MULTI TAHAP

ESTIMASI VARIANSI DALAM SAMPLING MULTI TAHAP ESTIMASI VARIANSI DALAM SAMPLING MULTI TAHAP TESIS Oleh HUSOR SITANGGANG 117021003/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 ESTIMASI VARIANSI DALAM SAMPLING

Lebih terperinci

oleh BANGKIT JOKO WIDODO M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

oleh BANGKIT JOKO WIDODO M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika DIMENSI METRIK PADA GRAF SUN, GRAF HELM DAN GRAF DOUBLE CONES oleh BANGKIT JOKO WIDODO M0109015 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

MODEL MANAJEMEN ASSET-LIABILITY UNTUK DANA PENSIUN DENGAN ADANYA KETIDAKPASTIAN

MODEL MANAJEMEN ASSET-LIABILITY UNTUK DANA PENSIUN DENGAN ADANYA KETIDAKPASTIAN MODEL MANAJEMEN ASSET-LIABILITY UNTUK DANA PENSIUN DENGAN ADANYA KETIDAKPASTIAN TESIS Oleh NOVIANTI 107021013/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 MODEL

Lebih terperinci

5. Representasi Matrix

5. Representasi Matrix 5. Representasi Matrix Oleh : Ade Nurhopipah Pokok Bahasan : 1. Matrix Ketetanggaan 2. Walk Pada Graph dan Digraph 3. Matrix Insidensi Sumber : Aldous, Joan M.,Wilson, Robin J. 2004. Graph and Applications.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelum sampai pada pendefenisian masalah lintasan terpendek, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan mengenai konsep-konsep dasar dari model graph dan

Lebih terperinci

GRAF DIAMETER DUA DENGAN KOMPLEMENNYA DAN GRAF MOORE DIAMETER DUA

GRAF DIAMETER DUA DENGAN KOMPLEMENNYA DAN GRAF MOORE DIAMETER DUA GRAF DIAMETER DUA DENGAN KOMPLEMENNYA DAN GRAF MOORE DIAMETER DUA SKRIPSI Oleh : ASTRIA J2A 006 006 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA SECARA STATISTIKA DENGAN PENDEKATAN ANALISIS DISKRIMINAN LINIER 2-DIMENSI SIMETRIS SKRIPSI RINA WIDYASARI

PENGENALAN POLA SECARA STATISTIKA DENGAN PENDEKATAN ANALISIS DISKRIMINAN LINIER 2-DIMENSI SIMETRIS SKRIPSI RINA WIDYASARI PENGENALAN POLA SECARA STATISTIKA DENGAN PENDEKATAN ANALISIS DISKRIMINAN LINIER 2-DIMENSI SIMETRIS SKRIPSI RINA WIDYASARI 060803052 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

REPRESENTASI POHON DARI GRAF KORDAL BIPARTISI

REPRESENTASI POHON DARI GRAF KORDAL BIPARTISI REPRESENTASI POHON DARI GRAF KORDAL BIPARTISI TESIS Oleh DIAN YULIS WULANDARI 137021031/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 REPRESENTASI POHON DARI GRAF

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI DARI GRAF LOLLIPOP, GRAF GENERALIZED JAHANGIR, DAN GRAF C n 2 K m

DIMENSI PARTISI DARI GRAF LOLLIPOP, GRAF GENERALIZED JAHANGIR, DAN GRAF C n 2 K m DIMENSI PARTISI DARI GRAF LOLLIPOP, GRAF GENERALIZED JAHANGIR, DAN GRAF C n 2 K m oleh MAYLINDA PURNA KARTIKA DEWI M0112054 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE. Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema

BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE. Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema BAB 2 DEGREE CONSTRAINED MINIMUM SPANNING TREE Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti beberapa definisi dan teorema sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian ini dan akan mempermudah

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK HIRARKI UNTUK PERBANDINGAN MULTI SAMPEL

ANALISIS KELOMPOK HIRARKI UNTUK PERBANDINGAN MULTI SAMPEL ANALISIS KELOMPOK HIRARKI UNTUK PERBANDINGAN MULTI SAMPEL TESIS Oleh ELFITRA 127021012/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 ANALISIS KELOMPOK HIRARKI UNTUK

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PROGRAM LINIER STOKASTIK DENGAN MARKOV CHAIN

PENYELESAIAN PROGRAM LINIER STOKASTIK DENGAN MARKOV CHAIN PENYELESAIAN PROGRAM LINIER STOKASTIK DENGAN MARKOV CHAIN TESIS Oleh HINDRA 107021010/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENYELESAIAN PROGRAM LINIER

Lebih terperinci

INVERS SUATU MATRIKS TOEPLITZ MENGGUNAKAN METODE ADJOIN MATRIKS SKRIPSI BAKTI SIREGAR

INVERS SUATU MATRIKS TOEPLITZ MENGGUNAKAN METODE ADJOIN MATRIKS SKRIPSI BAKTI SIREGAR INVERS SUATU MATRIKS TOEPLITZ MENGGUNAKAN METODE ADJOIN MATRIKS SKRIPSI BAKTI SIREGAR 090803067 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Lebih terperinci

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF P m P n, K m P n, DAN K m K n

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF P m P n, K m P n, DAN K m K n Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 1 Hal. 14 22 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF P m P n, K m P n, DAN K m K n MARIZA WENNI Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

PENENTUAN PARAMETER PENTING DALAM PENYEBARAN MALARIA MELALUI ANALISIS SENSITIVITAS MODEL MATEMATIKA

PENENTUAN PARAMETER PENTING DALAM PENYEBARAN MALARIA MELALUI ANALISIS SENSITIVITAS MODEL MATEMATIKA PENENTUAN PARAMETER PENTING DALAM PENYEBARAN MALARIA MELALUI ANALISIS SENSITIVITAS MODEL MATEMATIKA TESIS Oleh RIKA AFRIANTI 117021008/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

MODEL ESTIMASI REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN METODE KERNEL

MODEL ESTIMASI REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN METODE KERNEL MODEL ESTIMASI REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN METODE KERNEL TESIS Oleh ARSYAD THALIB LAIA 137021005/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 MODEL ESTIMASI REGRESI

Lebih terperinci

MODEL PENENTUAN HARGA (PRICE) DINAMIS

MODEL PENENTUAN HARGA (PRICE) DINAMIS MODEL PENENTUAN HARGA (PRICE) DINAMIS TESIS Oleh ERNA LAILI 097021057/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 MODEL PENENTUAN HARGA (PRICE) DINAMIS TESIS

Lebih terperinci

BILANGAN TERHUBUNG TITIK PELANGI UNTUK GRAF THE RAINBOW VERTEX CONNECTION NUMBER OF STAR

BILANGAN TERHUBUNG TITIK PELANGI UNTUK GRAF THE RAINBOW VERTEX CONNECTION NUMBER OF STAR Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Desember 2016 Volume 10 Nomor 2 Hal. 77 81 BILANGAN TERHUBUNG TITIK PELANGI UNTUK GRAF LINGKARAN BINTANG (S m C n ) Ariestha Widyastuty Bustan Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE FUZZY SUGENO DAN METODE FUZZY MAMDANI DALAM PENENTUAN STOK BERAS PADA PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMUT SKRIPSI

PERBANDINGAN METODE FUZZY SUGENO DAN METODE FUZZY MAMDANI DALAM PENENTUAN STOK BERAS PADA PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMUT SKRIPSI PERBANDINGAN METODE FUZZY SUGENO DAN METODE FUZZY MAMDANI DALAM PENENTUAN STOK BERAS PADA PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMUT SKRIPSI DESMON GUNADI SIAGIAN 110803066 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SIFAT OPTIMAL DARI INFERENSI BAYES

SIFAT OPTIMAL DARI INFERENSI BAYES SIFAT OPTIMAL DARI INFERENSI BAYES TESIS Oleh NOVIN MEHWA SARI NAINGGOLAN 097021066/MT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 SIFAT OPTIMAL DARI INFERENSI BAYES

Lebih terperinci