ANALISA KARAKTERISTIK MATERIAL SPOKE WHEEL DENGAN CAST WHEEL PADA PELEK SEPEDA MOTOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA KARAKTERISTIK MATERIAL SPOKE WHEEL DENGAN CAST WHEEL PADA PELEK SEPEDA MOTOR"

Transkripsi

1 ANALISA KARAKTERISTIK MATERIAL SPOKE WHEEL DENGAN CAST WHEEL PADA PELEK SEPEDA MOTOR Sasi Kirono, Adi Purnomo Universias Muhammadiyah Jakara, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAK Pelek merupakan komponen yang pening pada sebuah kedaraan sepeda moor, pelek adalah bagian dari roda yang berfungsi unuk menerima bera dan semua beban (gaya) yang diimbulkan oleh kondisi jalan. Sehingga diperlukan analisa perbandinga pelek jari jari aau dengan pelek racing. Berdasarkan pada hasil komposisi kimia pada benda uji pelek jari-jari dan pelek racing, pada maerial pelek jari jari ersebu diklarifikasikan ermasuk baja karbon menengah jika diliha pada nilai karbonnya, dikarenakan nilai karbonnya berkisar anara,35% -,5% C, sedangkan pada pelek racing lebih banyak menggunakan Alumunium.Pada pelek jari-jari,4% C dan,4% Si,unsure silicon dalam baja karbon menengah dapa meningkakan kekerasan, kemampuan diperkeras secara menyeluruh, ahan panas, ahan aus sera ahan kara, menurunkan kemampuan empa dan las. Kemudian unsure nikel (Ni) sebesar,5% idak begiu efekif dalam meningkakan keahanan panas saa bergesekan dengan ranai. Unsur khrom (Cr) sebesar,4% dapa mengonrol srukur buiran pada saa bergesekan, api dalam mengonrol srukur buirannya idak sebagus pelek racing, karena unsur Cr pada pelek racing lebih rendah dari pelek jari-jari. Selanjunya unsur Mn dan Fe dengan kandungan,35% Mn dan 99,48% Fe.Pada penggunaannya pelek jari-jari lebih ahan lama dibandingkan dengan pelek racing, diliha dari hasil uji kekerasannya yang memiliki nilai lebih inggi pelek jari-jari. Kaa Kunci : Pelek jari-jari, Pelek racing, Beban gaya. PENDAHULUAN Perkembangan dunia oomoif yang semakin pesa, sehingga menunu indusri-indusri oomoif unuk selalu mengedepankan kemajuan eknologinya masing-masing, Pemakaian alumunium dan baja paduan khusus pada dunia oomoif juga erus meningka, seiring meningkanya kendaraan bermoor di indonesia, banyak komponen oomoif yang memakai baja paduan dan alumunium. Dianaranya adalah pelek pada sepeda moor. Penggunaan alumunium dan baja paduan pada komponen oomoif memiliki kekuaan dan kekerasan yang baik. Agar aluminium mempunyai kekuaan yang baik biasanya logam amuminium dipadukan dengan unsur-unsur seperi : Cu, Si, Mg, Zn, Mn, Ni, dan sebagainya. Agar besi mempunyai kekuaan yang baik sering diambahkan paduan, biasanya paduan yang di pakai adalah unsur-unsur seperi : C, Cr, Mg, Si, Mn, Ni, Al, Co dan sebagainya. Pengembangan lebih banyak memakai unsur karbon, karbon memegang peranan pening karena karbon memiliki sifa yang dapa meningkakan kekerasan, kekuaan dan kekuaan arik. Pelek moor merupakan buaan dari baja paduan menengah di karenakan dia Mengandung karbon,35%-,55%c. Akan eapi baja karbon menengah yang digunakan unuk pembuaan pelek idak lah bersifa permanen 7

2 kekuaannya, karena di dalam kerjanya di dalam komponen kendaraan sepeda moor, pelek selalu berkaian dengan gear unuk meneruskan daya dari moor dan menahan beban dari jalan. Dan apabila di gunakan erus menerus dan selalu erkena beban yang selalu bera di pasikan pelek ersebu akan mengalami kerusakan pada jalan yang kasar aau perubahan benuk di dalam ukuran bagian-bagian pelek iu sendiri.. LANDASAN TEORI Pelek ( Wheel Rim ) Pelek merupakan salah sau komponen yang pening dalam kendaraan moor roda dua, yang berguna unuk menerima bera dan semua beban (gaya) yang diimbulkan oleh kondisi jalan. Pelek merupakan lingkaran luar desain logam yang epi bagian dalam pada ban sudah erpasang pada kendaraan seperi moor. Sebagai conohnya, pada roda sepeda di epi lingkaran yang besar menempel pada ujung luar dari jari-jari roda yang memegang ban dan abung.kegunaannya adalah sebagai empa menempelnya ban pada ujung luar dari jari-jari roda agar ban dapa mengesek keika berpuar sera pelek ini dapa menghasilkan lebih banyak gearan dan kurang nyaman karena dinding samping ban idak cukup kelengkungan yang fleksibel mengemudi dengan benar di aas permukaan yang kasar. Komposisi Kimia Alumunium Uji komposisi kimia dilakukan unuk mengeahui kandungan unsur kimia paduan dalam grinding ball. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin specromeer. Dalam pelaksanaan pengujian sinar radioakif dan gas argon diembakkan erhadap specimen, kemudian dari hasil penembakan didapa prin ou yang erbaca pada layar kompuer. Daa yang dihasilkan pada uji komposisi kimia menunjukan adanya beberapa unsur kimia. Analisa komposisi kimia ini dapa dikeahui pengaruh dari masing-masing unsur kimia yang erkandung dalam grinding ball. Tabel. Komposisi paduan Aluminium menuru Sandar JIS H53 JIS ISO Cu Si Mg Zn Fe Mn Ni Sn Pb Ti Al C Z Al- SilCuFe Al- SilFe <.3 < < 3 <.3 5 < < < < < < < < Al- Si5Fe Al- Si6Cu4Fe Al- Si8Cu3Fe <. <.. o 3.. o o o.4 o o 5 < o 4.5 o o o 3 <. 5.. o o 3 <. 4.. o o 3 <3. 4.,5 o o 3 <

3 Z.5 o o o. 9.6 o. 3 <. 3 <3. < < Baja Berdasarkan Komposisi Kimianya Besi dan baja merupakan logam yang paling banyak digunakan dalam paduan anara elemen besi (fe) dengan unsur-unsur lain yang selalu ada seperi: Mangan, Silikon, Phospor, Belerang dan lain-lain. Besi dan baja dapa dibedakan menuru kadar karbonnya. Baja memilki baja karbon lebih kecil dari,7%, sedangkan besi mamiliki kadar karbon lebih besar dari,7%. Baja mempunyai unsur-unsur lain sebagai pemadu yang dapa mempengaruhi sifa dari baja. Penambahan unsur-unsur dalam baja karbon dengan sau unsur aau lebih, eganung pada karakerisik baja karbon yang akan dibua, jenis-jenis baja karbon berdasarkan komposisi kimianya anara lain: a. Baja karbon rendah b. Baja karbon menengah c. Baja karbon inggi Beriku dibawah ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis baja karbon a) Baja Karbon Rendah Baja karbon rendah (Low Carbon Seel) adalah baja yang mengandung karbon anara,5%-,35%, seiap sau on baja karbon rendah mengandung -3 Kg karbon. Baja karbon rendah dalam perdagangan dibua dalam benuk pla baja, baja srip dan baja baangan aau profil. Berdasarkan jumlah karbon yang erganung dalam baja, maka baja karbon rendah dapa digunakan aau dijadikan baja-baja sebagai beriku: Baja karbon rendah (Low Carbon Seel) yang mengandung,4%-,%c unuk dijadikan baja-baja pal aau srip. Baja karbon rendah mengandung,5%c, digunakan unuk kerperluan badan kendaraan. Baja karbon rendah mengandung,5%-,% C digunakan unuk konruksi jembaan,bangunan, membua bau aau dijadikan baja konruksi. b) Baja karbon menengah Baja karbon menengah (medium karbon seel) adalah baja yang mengandung karbon anara,35%-,55%c dan sau on baja karbon mengandung anara 3-6 kg. Baja karbon menengah ini banyak digunakan unuk keperluan ala-ala perkakas pada bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang erkandung dalam baja, maka baja karbon menengah dapa digunakan unuk berbagai keperluan seperi keperluan indusri kendaraan, roda gigi sprocke. () c. Baja karbon inggi Baja karbon inggi (high Carbon Seel) adalah baja yang mengandung kadar karbon anara,56%-,7% C dan seiap sau on baja karbon inggi mengandung karbon anara 7-3 kg. Baja ini mengandung egangan arik paling inggi dan paling banyak digunakan ools. Salah sau aplikasi dari baja ini adalah pembuaan kawa baja dari kabel baja.berdasarkan jumlah karbon yang erganung dalam baja maka baja karbon ini banyak digunakan pembuaan pegas, ala-ala perkakas seperi: palu, gergaji aau paha poong. Selain iu baja jenis ini banyak 9

4 digunakan unuk kerperluan indusri lain seperi pembuaan kikir, pisau cukur, maa gergaji, dan lain-ldengan demikian pembagian paduan baja menuru komposisi kimianya pada abel ini: Tabel. Klasifikasi Baja Paduan Baja. Baja Karbon Rendah Baja Karbon Rendah Baja Karbon Sedang Baja Karbon Tinggi. Baja Paduan Baja Paduan Rendah Baja Paduan Sedang BajaPaduan Tinggi 3. Baja Spesial Baja Sainles Baja Perkakas Komposisi Kimia (dalam%),5-,35% C +,35-,5% Mn,35-,5% C +,5-,8% Si,5-,7%C+,4% P (maks),5 S (maks) Seperi pada baja paduan rendah unsur-unsur paduan kuarang dari 4% seperi Cr, Ni, Mo, Al dan lain-lain. Cr, Ni, Mo Al, Ti, V, dan elemen lain seperi halnya pada baja paduan rendah, eapi jumlah elemen paduan anara 5-%. Dengan oal elemen-elemen lebih dari %. Feriik (-3% Cr dan kadar karbon rendah). Marensiik (-7% Cr dan,-% C) Auseniik (7-5% Cr dan *-% Ni) Presipiasi (seperi halnya auseniic, diambah elemen pemadu Cu, Ti, Al, Mo, Nb aau N. General purpose ool seel High speed seel (,85-,5% C,,5-% W ), 4-9,5% Mo, 3-4,5% Cr, -4% V, 5-% Cu). 3. METODOLOGI PENELITIAN MULAI Persiapan Bahan Pelek jari jari dan pelek racing. Die Casing Pelek jari jari Pelek racing. Uji Banding. Uji Kekerasan. Uji Komposisi Kimia 3. Uji Srukur Mikro 3

5 Daa Hasil pengujian Pembahasan Selesai 4. DATA DAN HASIL PEMBAHASAN Tabel 3. Daa Hasil Pengujian Komposisi Kimia No unsur (Elemen) Kadar % (Pelek Jari-jari) Kadar % (Pelek Racing) C.54 - Si S.3-4 P.3-5 Mn Ni Cr Mo.5-9 V. - Cu.6.9 W. - Ti..7 3 Sn. - 4 Al Pb Nb.4-7 Zr.4-8 Zn Fe Mg -.97 Daa Hasil Uji Kekerasan (Brinell) Dari hasil pengujian kekerasan brinell seelah diambil iik penekan menggunakan piramid dengan beban penekanan 6,5 Kgf dapa diperoleh daa sebagai beriku: Tabel 4. Daa Hasil Pungujian Kekerasan Brinell Kekerasan Brinell (HB ) No Uji Veleg Jari Velg Racing Keerangan jari 7.4. Pogram HB : Beban : 6,

6 Kgf Indenor : bola Ø,5 mm Veleg Jari jari ( baja koing) Velg Racing ( Paduan Al Si) Raaraa Gbr 4 Grafik Pengujian Kekerasan Pada Bagian Tread Pada Pelek Jari-Jari Pembahasan Hasil Uji Kekerasan Brinell Pada pengujian kekerasan daa hasil nilai kekerasan dengan meode brinell yang sudah diraa raakan pada iap iap benda uji. Unuk maerial pelek jari-jari nilaikekerasan raa raa 63,3 HB, sedangkan pelek racing nilai kekerasan raa raa 4,7 HB. Jadi nilai kekerasan padapelek jari-jari lebih inggi dibandingkan dengan pelek racing dikarenakan pada pelek jari-jari komposisi kimia kadar karbon dan silikonnya lebih besar dibandingkan dengan pelek racing. Kadar karbon yang inggi pada baja dapa menaikan kekuaan dan kekerasan maerial. Sedangkan unsure silicon mempunyai sifa keahanan aus, dan keahanan erhadap panas dan kara. Daa Hasil Pengujian Meallografi Pada pengujian mealografi dimaksudkan unuk mengeahui fasa - fasa yang erdapa pada Pelek jari-jari dan pelek racing yang sudah di esakalling reagen dengan menggunakan microskopopik dengan pembesaran 5X. Pada pelek erdapa beberapa bagian bagian seperi bagian spo welding, daerah coaing, daerah penyangga, daerah read. - Pengujian Mealografi pada pelek jari jari Feri Perli Gambar 5. Foo Srukur Mikro Pelek Jari-Jari Pembesaran 5x Pada Dareah Tread 3

7 Gambar 6 Foo Srukur Mikro Pelek Jari-Jari Pembesaran 5x Pada Dareah Coaing Perli feri Gambar. 7 Foo Srukur Mikro Pelek Jari-Jari Pembesaran 5x Pada Dareah Spo Welding Pengujian Mealografi Pada Pelek Racing Gambar 8 Foo Srukur mikro Pelek Racing Pembesaran 5x Bagian Tempering 33

8 Gambar 9 Foo Srukur mikro Pelek Racing Pembesaran 5x Bagian Spo Welding Gambar Foo Srukur mikro Pelek Racing Pembesaran 5x Bagian Cohing Pembahasan Hasil Pengujian Meallografi Pada foo srukur mikro pada pelek jari-jari seperi erliha pada gambar erliha srukur yang erbenuk adalah srukur ferri (berwarna agak erang aau puih) dengan buiran-buiran yang besar dan paling dominan. Srukur perlie (berwarna agak gelap) juga erliha dalam srukur ini, dengan buiran-buiran yang agak besar dan sediki. Kemudian srukur semeni (berwarna abuabu agak erang) juga erbenuk dalam fasa ini, dengan buiran-buiran yang kecil dan banyak, eapi idak bagiu dominan.pada foo srukur mikro pada pelek racing seperi erliha pada gambar erliha srukur yang erbenuk adalah srukur ferri (berwarna agak gelap kecoklaan) dengan buiran-buiran yang besar dan paling dominan. Srukur perlie (berwarna agak gelap) juga erliha dalam surkur ini, dengan buiran-buiran agak besar dan sediki. Kemudian srukur semeni (berwarna abu-abu agak erang) juga erbenuk dalam fasa ini, dengan buiran-buiran agak besar dan banyak, eapi idak begiu dominan.pada gambar surkur mikro diaas, srukur ferri erbenuk, karena kandungan unsur logam Fe yang sanga banyak dan srukur ini bersifa lunak sera ule. Berikunya pada fasa srukur perlie erbenuk oleh perpaduan srukur anara srukur ferri dan semeni, sera fasa srukur ini memiliki yang ule dan kekerasan yang cukup kua. Kemudian surkur mikro semeni pada srukur diaas erjadi, karena adanya pendinginan yang agak cepa dan srukur ersebu bersifa keras. 34

9 5. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil peneliian yang dilakukan, maka dapa diarik beberapa kesimpulan :. Berdasarkan pada hasil komposisi kimia pada benda uji pelek jari-jari dan pelek racing, pada maerial pelek jari-jari ersebu diklarifikasikan ermasuk baja karbon menengah jika diliha pada nilai karbonnya, dikarenakan nilai karbonnya berkisaranara,35% -,5% C. unsure silicon dalam baja karbon menengah dapa meningkakan kekerasan, kemampuan diperkeras secara menyeluruh, ahan panas, ahan aus sera ahan kara, menurunkan kemampuan empa dan las.kemudian unsure nikel (Ni) sebesar,5% idak begiu efekif dalam meningkakan keahanan panas saa bergesekan dengan ranai. Unsur khrom (Cr) sebesar,4% dapa mengonrol srukur buiran pada saa bergesekan, api dalam mengonrol srukur buirannya idak sebagus pelek racing, karena unsur Cr pelek racing lebih rendah dari pelek jari-jari. Selanjunya unsur Mn dan Fe dengan kandungan,35% Mn dan 99,48% Fe. Pada maerial berpengaruh dalam pencegahan erbenuknya grafi dan mampu mensabilkan semeni sera dapa mengurangi penyusuan aau caca maerial. Penambahan unsur Zn pada maerial sebesar,3% Zn dapa meningkakan sifa-sifa mekanik pada saa bergesekan dengan ranai. Pada pelek racing. unsur % C dan 6,67% Si dapa meningkakan kekerasan pada maerial dan mampu menahan gesekan secara baik. Kemudian unsur khrom (Cr) sebesar,5% Cr pada maerial mampu mengonrol srukur buiran pada saa bergesekan. Unsur nikel (Ni) sebesar,4% pada maerial berfungsi meningkakan keahanan panas saa mengalami gesekan dengan ranai. Unsur Fe sebesar.45% dan Mn sebesar,96% pada maerial berfungsi sebagai pencegah erbenuknya grafi dan mensabilkan semeni sera dapa mengurangi penyusuan aaucaca maerial.. Pada pengujian kekerasan daa hasil nilai kekerasan dengan meode brinell yang sudah diraa raa kan pada iap iap benda uji. Unuk maerial pelek jari jari nilai kekerasan raa raa 63.3 HVN, sedangkan pelek racing nilai kekerasan raa raa 4.7 HVN. Jadi nilai kekerasan pada pelek jari jari lebih inggi dibandingkan dengan pelek racing 3. Pada foo srukur mikro pelek jari-jari erliha pada gambar erliha srukur yang erbenuk adalah srukur ferri (berwarna agak erang aau puih) dengan buiran-buiran yang besar dan paling dominan. Srukur perlie (berwarna agak gelap) juga erliha dalam srukur ini, dengan buiran-buiran yang agak besar dan sediki. Kemudian srukur semeni (berwarna abu-abu agak erang) juga erbenuk dalam fasa ini, dengan buiran-buiran yang kecil dan banyak, eapi idak bagiu dominan. Pada penggunaannya pelek jari-jari lebih ahan lama dibandingkan dengan pelek racing, diliha dari hasil uji kekerasannya yang memiliki nilai lebih inggi pelek jari DAFTAR PUSTAKA. Apa, Iu, Pelek Moor, Hp://sudiosau.wordpress.com,8. Amsead B. H, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriai Djaprie, Erlangga, Jakara, George E Dieer, Sriai Djafri. Mealurgi Mekanik, Erlangga, Jakara Herry Seiawan, FT UI 8, Pengaruh logam 5. Sularso. Ms. Me. 4, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, P Pradaya Paramia, Jakara 6. Produc.Php., Acion, Hp:// 7. Suraman, M servis sepeda moor pusaka grafika 3 35

10 8. Surdia, Taa M. S. Me. E And Saio, Shiinroku 5. Pengeahuan Bahan Teknik. Jakara : P. Pradnya Paramia 9. Tabloid Moor plus edisi 3, Perawaan pelek moor. Tabloid Oomoif edisi 4, Jenis pelek sepeda moor. Surdia, Taa M. S. Me. E. 97. Ilmu Logam. Insiu Teknologi Bandung.. Surdia, Taa M. S. Me. E. dan Kenji Chijiwa, Teknik Pengecoran Logam, Jakara, Zeren, M., 7,The effec of hea reamen on aluminium based pison alloys, Maerial and Design, 8,

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH Nurul Widyano Jurusan Teknik Mesin Fakulas Teknologi Indusri

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK

STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK STUDI PENELITIAN KOMPOSISI BETON BERPORI DENGAN VARIASI JENIS DAN PERSENTASE BAHAN ADMIXTURE TERKAIT NILAI KUAT TEKAN PADA APLIKASI SIDEWALK Frandy Ferdian, Amelia Makmur, S.T., M.T. Binus Universiy, Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR Masyrukan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta JL. A.Yani Tromol Pos I Pabelan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda logam yang keras dan kuat (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Sedangkan menurut Setiadji

Lebih terperinci

PERILAKU PENGUJIAN TARIK PADA POLIMER POLISTIREN DAN POLIPROPILEN

PERILAKU PENGUJIAN TARIK PADA POLIMER POLISTIREN DAN POLIPROPILEN PERILAKU PENGUJIAN TARIK PADA POLIMER POLISTIREN DAN POLIPROPILEN Sumaryono Saf Pengajar Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Oomoif IKIP Veeran Semarang Absraksi Banyak ragam cara unuk mengeahui sifa dan keangguhan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT Delni Sriwia, Asui Jurusan Fisika FMIPA Universias Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan terhadap identasi, tahan terhadap penggoresan,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C Adi Dermawan 1, Mustaqim 2, Fajar Shidiq 3 1. Mahasiswa, Universitas Pancasakti, Tegal 2. Staf Pengajar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Spesimen Dalam melakukan penelitian uji dilaboratorium bahan teknik Universitas Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Komposisi Bahan Hasil uji komposisi menunjukan bahwa material piston bekas mempunyai unsur paduan utama 81,60% Al dan 13,0910% Si. Adapun hasil lengkap pengujian

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita MODUL 2 MODUL 2 Gerak Berbagai Benda di Sekiar Kia i Kaa Penganar Dafar Isi Pendidikan kesearaan sebagai pendidikan alernaif memberikan layanan kepada mayaraka yang karena kondisi geografis, sosial budaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS NASKAH PUBLIKASI STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE STANDARD ASTM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI PENDINGINAN AIR DAN UDARA PADA STAINLESS STEEL 304 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN UJI IMPACT Agus Sudibyo

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB VI SUHU DAN KALOR

BAB VI SUHU DAN KALOR BAB VI SUHU DAN KALOR STANDAR KOMPETENSI : 5. Meneapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi dan suber energi dengan berbagai perubahannya dala esin kalor. Kopeensi Dasar : 5.1 Melakukan percobaan

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN AWAL DAN KEMAMPUAN NUMERIK DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP Halima Rosida 1, Widha Sunarno 2, Supurwoko 3 Program Sudi Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UNS Surakara, 57126, Indonesia

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala Berdasarkan hasil peneliian W.C Rongen, Henry Becquerel pada ahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, eapi secara kebeulan ia menemukan gejala keradioakifan. Pada peneliiannya ia menemukan bahwa garam-garam

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

TI-2121: Proses Manufaktur

TI-2121: Proses Manufaktur Deparemen eknik Indusri FI-IB I-2121: Proses Manufakur Perimbangan Desain dan Ekonomi pada Proses Pemesinan Laboraorium Sisem Produksi www.lspib lspib.org 2003 Deparemen eknik Indusri FI-IB 1. Hasil Pembelajaran

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN RESAPAN PADA PEMBUATAN PAVING BLOK

PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN RESAPAN PADA PEMBUATAN PAVING BLOK PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN RESAPAN PADA PEMBUATAN PAVING BLOK Randi Nugraha Pura 1306 030 048 Dosen Pembimbing : Prof.Dra. Susani Linuwih.,M.Sa,PhD PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA 3.1 Gambaran Umum Robo Meode naik angga yang dierapkan pada model robo ugas akhir ini, yaiu meode karol dan rasio diameer roda-inggi anak angga/undakan. Gambar 3.1 Ilusrasi

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci