BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. PT. Indomobil Suzuki International yang pada tahun 2008 berubah nama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. PT. Indomobil Suzuki International yang pada tahun 2008 berubah nama"

Transkripsi

1 Tugas Akhir 38 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Indomobil Suzuki International yang pada tahun 2008 berubah nama menjadi PT. Suzuki Indomobil Motor, merupakan sebuah perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang berdiri dengan kekuatan 5 (lima) buah perusahaan. Perusahaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. PT Indohero Steel & Engineering Co. 2. PT Indomobil Utama. 3. PT Suzuki Indonesia Manufacturing. 4. PT Suzuki Engine Industry. 5. PT First Chemical Industry. Lima perusahaan tersebut bergabung (merger) dengan persetujuan dari Presiden Republik Indonesia melalui surat pemberitahuan tentang persetujuan Presiden dari Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPN) nomor 05 / I /

2 Tugas Akhir 39 PMA / 90 tertanggal 1 Januari 1991, dan diperingati sebagai tanggal berdirinya PT. Indomobil Suzuki International yang bergerak dalam bidang usaha Industri Komponen dan Perakitan kendaraan bermotor Merk SUZUKI roda dua (sepeda motor) dan roda empat (mobil). Pusat perakitan kendaraan merk SUZUKI berkapasitas produksi unit mobil dan unit sepeda motor pertahunnya. Pusat perakitannya tersebar di lima penjuru kota, dan terbagi menjadi 6 lokasi : 1. Kantor Pusat Kantor pusat PT. Suzuki Indomobil Motor berada di Wisma Indomobil di Jalan MT. Haryono, Kav. 8, Jakarta Timur. 2. Plant Cakung Plant Cakung sebelumnya dikenal dengan nama PT. Suzuki Indonesia Manufacturing, PT. Suzuki Engine Industri dan PT. First Chemical Industri berada di Jalan Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Berdiri di areal tanah seluas M Plant Pulogadung Plant Pulogadung sebelumnya dikenal dengan nama PT. Indomobil Utama, berada di Jalan Raya. Bekasi Km.19, Jakarta Timur. Berdiri di areal tanah seluas M 2. PT. Indomobil Utama pada awal berdirinya menggunakan nama PT. Suzuki Indonesia yang didirikan berdasarkan Akte Notaris No. 38 tertanggal 26 Maret 1973 dihadapan Notaris Khairul Bakhri dan disyahkan oleh Menteri

3 Tugas Akhir 40 kehakiman tanggal 9 Juni 1973, No. YA / 5 / 1973, serta di umumkan dalam berita Negara RI tanggal 7 September 1976 N Saat ini Plant Pulogadung dipergunakan sebagai tempat Service dan Sales untuk kendaraan Suzuki R4. 4. Plant Tambun I Plant Tambun I sebelumnya dikenal dengan nama PT Indohero Steel & Engineering Co. Berada di Jalan Raya. Diponegoro Km.38,2 Bekasi. Di lokasi ini tempat pemrosesan, produksi, dan perakitan berbagai komponen kendaraan roda dua (sepeda motor) merk Suzuki, dan di sinilah lahir berbagai tipe mutakhir dari sepeda motor Suzuki. 5. Plant Tambun II Plant Tambun II merupakan proyek baru khusus untuk kendaraan roda empat Suzuki. Di lokasi ini tempat pengepresan/stamping, pengelasan, pengecatan, serta perakitan kendaraan roda empat dengan menggunakan berbagai peralatan teknologi tinggi, dan yang terbesar di Asia Tenggara untuk saat ini. Plant Tambun II berdiri di area tanah seluas m 2, dengan luas bangunan seluas M 2. Plant Tambun II diresmikan pada tanggal 14 Mei 1991 oleh Menteri Perindustrian RI (pada saat itu) Bapak Ir. Hartarto. 6. Plant Spare Part Guna memberikan pelayanan purna jual bagi pemilik kendaraan bermotor merk Suzuki roda 4 maupun roda 2, PT. Indomobil Suzuki Internatioanl memindahkan tempat penyediaan suku cadang dari Plant Sunter

4 Tugas Akhir 41 ke Spare Part yang berlokasi di Jl. P. Diponegoro Km. 38,2 Tambun Bekasi (Jl. Toyo Giri). Di lokasi baru tersebut tersedia berbagai suku cadang asli untuk kendaraan bermotor merk Suzuki, serta menjual berbagai souvenir Suzuki. 4.2 Investasi Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bersifat penanaman modal Asing (PMA) yaitu kerja sama antara Indonesia dengan Jepang. Karena statusnya permodalan PMA maka pemilikan saham juga terbagi antara dua belah pihak. Dengan pemegang saham masing-masing, untuk Indonesia 51 % dan Jepang 49 % dengan perincian sebagai berikut : PT SUMBER ARTHA PERDANA : 50 % (Indonesia) PT SERASI TUNGGAL KARYA : 1 % (Indonesia) SUZUKI MOTOR CORPORATION : 49 % (Jepang) Modal awal terdiri dari : Authorized Capital sebesar US $ 31,000, Paid Up Capital sebesar US $ 20,000, Kepegawaian (Jumlah Tenaga Kerja) Karyawan PT Suzuki Indomobil Motor terdiri dari karyawan tetap dan outsourcing, dimana jumlah karyawan baik tetap maupun outsource antara lain:

5 Tugas Akhir 42 Tabel 4.1. Jumlah Karyawan PT. Suzuki Indomobil Motor Lokasi Jumlah Karyawan Kantor Pusat 314 Plant Cakung 634 Plant Pulogadung 98 Plant Tambun I 1128 Plant Tambun II 1424 Plant Spare Part Logo Perusahaan Gambar 4.1. Logo Perusahaan 4.5 Struktur Organisasi Perusahaan PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR menggunakan struktur organisasi garis dan bentuknya adalah menyamping. Susunan struktur organisasi perusahaan ini disesuaikan dengan menggunakan struktur organisasi Jepang, yaitu dari samping kiri ke kanan. Struktur organisasi ini mengandung arti bahwa tidak ada pembatasan atau perbedaan antara pimpinan dengan bawahan, semua jabatan adalah sama saja, yang berbeda adalah tugas dan wewenang masing-masing

6 Tugas Akhir 43 jabatan itu. Ini bertujuan untuk menciptakan hubungan dan suasana kerja yang baik dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Selain itu juga akan terjalin hubungan yang erat antara pimpinan dengan bawahan juga antara sesama karyawan. PT SIM/SIS ORGANIZATION STRUCTUR BOARD OF DIRECTOR & DIRECTORATE HEAD LEVEL Gambar 4.2. PT SIM/SIS ORGANIZATION STRUCTURE

7 Tugas Akhir Visi & Misi Perusahaan a. To be the most outstanding company within Suzuki global operation Menjadi Perusahaan yang terkemuka di dalam Suzuki global operation. b. To be the most reliable and admirable automotive company in Indonesia Menjadi Perusahaan otomotif yang dihargai dan terkemuka di Indonesia. 4.7 Motto Suzuki Group 5S 5P 1. SEIRI = PEMILAHAN 1. PERSATUAN / KESATUAN 2. SEITON = PENATAAN 2. PERBAIKAN/IMPROVMENT 3. SEISO = PEMBERSIHAN 3. PATUH 4. SEIKETSU = PEMANTAPAN 4. PERJUANGAN 5. SHITSUKE = PEMBIASAAN 5. PENGHEMATAN 4.8 Program-Program Perusahaan 1. 5S 6. Usulan 2. 5P 7. Kaizen 3. GDS ( Gerakan Disiplin Suzuki ) 8. CS ( Customer Satisfaction ) 4. GKM ( Gugus Kendali Mutu ) 5. K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) 4.9 Lokasi dan Tata Letak

8 Tugas Akhir 45 Penentuan lokasi Plant Tambun II R-4 didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: 1. Lokasi pabrik berdekatan dengan jalan raya dan jalan tol Cikampek sehingga memudahkan transportasi, berkaitan dengan pengangkutan dan pengiriman barang. 2. Letaknya cukup strategis yaitu dekat dengan supplier, seperti PT Vuteq, PT AAA sehingga memudahkan pengiriman komponen / part yang dibutuhkan oleh Plant Tambun II R-4 3. Jarak antar plant dan kantor pusat PT Suzuki Indomobil Motor tidak jauh sehingga memudahkan koordinasi dan pengiriman barang dari atau ke plant lain atau kantor pusat. 4. Fasilitas-fasilitas dan infrastruktur telah tersedia seiring pembangunan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengingat banyaknya perusahaan manufaktur yang berdiri di sekitar Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II R-4 Tata letak merupakan salah satu masalah penting yang harus diperhatikan. Dengan tata letak yang tepat maka akan tercapai keseimbangan lintasan dan aliran bahan sehingga akan terhindar adanya penumpukan ( bottle neck ) maupun idle time. Tata letak fasilitas yang ada di Suzuki Indomobil Motor telah mempertimbangkan layout fasilitas yang efisien dan efektif. Perusahaan ini mempunyai lima stasiun kerja yaitu: a. Stasiun kerja pertama berupa proses pressing b. Stasiun kerja kedua berupa proses welding

9 Tugas Akhir 46 c. Stasiun kerja ketiga berupa proses painting d. Stasiun kerja keempat berupa proses assembling e. Stasiun kerja kelima berupa proses final inspection Gambar tata letak fasilitas produksi di PT Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II R-4 dapat dilihat pada lampiran Sistem Informasi Sistem informasi yang digunakan oleh PT Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II R-4 berupa sistem komputerisasi. Pada bagian office produksi digunakan whiteboard dan mainboard digital sebagai media penyampaian informasi kepada staff. Untuk sistem informasi pada bagian line produksi digunakan papan atau mading Pemasaran PT Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II R-4 melalui direktorat marketing melakukan survey pasar dan mempublikasikan produk yang telah dihasilkan. Target PT Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II R-4 adalah memberikan kepuasan produk bagi konsumen Limbah Industri Dalam setiap perusahaan yang melakukan proses produksi, sisa dari pemrosesannya akan menghasilkan limbah industri yang biasanya mengandung racun. Untuk menghindari pencemaran lingkungan dan menjaga hal-hal yang

10 Tugas Akhir 47 tidak diinginkan, yang bertolak belakang dari fungsi sosial perusahaan maka harus dilakukan penanganan yang intensif. Di perusahaan ini yang menangani masalah limbah industri adalah divisi power maintenance bekerja sama dengan general affair. Limbah tersebut mengalir melalui water treatment yaitu tempat penjernihan air lalu dibuang ke kolam. Kemudian di dalam kolam ini dimasukkan beberapa ikan untuk dijadikan bahan percobaan. Apabila ikan itu mati maka limbah itu masih mengandung racun, tetapi bila ikan tersebut tidak mati maka limbah itu tidak mengandung racun lagi. Jadi limbah industri yang sebelumnya mengandung racun menjadi berguna bagi ekosistem di sekitarnya Proses Produksi Berikut ini gambar proses produksi pada Plant Tambun II R-4 PT. Suzuki Indomobil Motor.

11 Tugas Akhir 48 Gambar 4.3. Alur Proses Produksi Plant Tambun II R-4 Pada dasarnya proses pembuatan mobil / kendaraan bermotor roda 4 (empat) melalui beberapa tahapan yang saling berhubungan antara proses yan satu

12 Tugas Akhir 49 dengan proses selanjutnya. Proses ini saling berurutan dimana setiap proses harus menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga menjadi satu produk yang siap pakai dan mampu bersaing di pasaran. Secara garis besar proses pembuatan mobil yang ada di PT. Suzuki Indomobil Motor pembentukan komponen / part dari material Steel Sheet menjadi komponen atau part yang sudah terbentuk dengan bantuan mesin press. Setelah komponen terbentuk komponen tersebut masuk ke proses welding yaitu proses penyatuan komponen dengan jalan pengelasan sampai terbentuk komponen white body (body kosong), dari white body masuk ke proses painting (pengecatan) sehingga body mobil sudah mempunyai warna sesuai yang diinginkan. Dari proses painting dilanjutkan ke proses Assembling, yaitu proses penggabungan semua komponen body dengan komponen-komponen yang lain seperti pemasangan roda, engine, kaca seat (jok) dan komponen lainnya sampai menjadi mobil yang siap pakai. Proses terakhir pada pembuatan mobil adalah proses Final Inspection dimana mobil yang sudah jadi harus melalui tahap pemeriksaan dan test sehingga mobil benar-benar lulus uji dan siap dipasarkan ke konsumen. Berikut ini gambaran proses pembuatan mobil dari bagian Pressing sampai bagian Final Inspection : 1. Proses Pressing Proses pressing adalah proses pembentukan komponen / part dari material steel sheet menjadi bentuk part/komponen dengan menggunakan mesin press.

13 Tugas Akhir 50 Secara garis besar proses pressing meliputi beberapa proses yaitu: a. Drawing Proses drawing adalah proses pembentukan material steel sheet mengikuti dies/cetakan, dimana material steel sheet (lembaran baja) dipasang pada dies (cetakan) yang selanjutnya dengan bantuan mesin press diadakan penekanan sehingga terbentuk komponen yang kita inginkan. b. Trimming Adalah proses pemotongan tepi material yang sudah mengalami proses drawing. c. Piercing (PC) Adalah proses membuat lubang pada material setelah material mengalami proses drawing. d. Bending Adalah proses pembengkokan material. e. Restriking Adalah proses merapikan bentuk menjadi lebih sempurna (proses pembentukan lekukan yang lebih sempurna). 2. Proses Welding Proses welding adalah proses pembuatan white body (mobil kosong) dengan cara menggabungkan komponen/part melalui proses pengelasan. Proses ini meliputi :

14 Tugas Akhir 51 a. Proses Front Floor Adalah proses pembentukan (penyatuan) komponen mobil bagian depan b. Proses Rear Floor Adalah proses pembentukan komponen bagian belakang c. Proses Side Body Proses pembentukan mobil bagian samping d. Proses Main Body Proses penyambungan dari masing-masing inti di atas menjadi satu kesatuan (white body). 3. Proses Painting Proses Painting adalah proses pemberian warna pada unit mobil, dan tujuan dari proses pewarnaan adalah untuk melindungi permukaan unit mobil dari elemen-elemen yang bisa merusak mobil, untuk memberikan keindahan pada mobil dan juga memberikan petunjuk khusus. Pengecatan dapat memberikan proteksi terhadap karat, sinar ultraviolet, pasir, dan udara yang mengandung garam, juga dari penampilan dapat memberikan dimensi efek, kehalusan, kilauan (luster) dan efek dari sebuah warna (dilihat dari penampilan). Dalam industri otomotif pengecatan dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Cat Stoving

15 Tugas Akhir 52 Yaitu cat yang digunakan untuk pengecatan material dari logam, dan untuk cat ini pengeringan harus pada suhu tertentu dan biasanya pengeringan menggunakan oven. b. Cat Poliurethane Yaitu cat yang digunakan untuk pengecatan material dari bahan plastik, dan pengeringannya tidak memerlukan suhu tinggi. Secara garis besar proses painting pada industri otomotif meliputi : a. Pre Treatment System Yaitu proses perlakuan terhadap permukaan untuk menghindari karat dan pembersihan permukaan untuk persiapan proses painting. b. CED Coat (cat dasar) Yaitu proses pemberian cat dasar dengan menggunakan sistem elektrodeposition, fungsi dari CED ini yang utama adalah sebagai anti karat. c. Intermediate Coat Yaitu untuk pemberian warna kedua sebelum body dilapisi cat utama, agar dalam proses pemberian warna utama didapatkan hasil yang bagus. d. Top Coat (cat utama) Cat ini yang biasa kita sebut cat utama dan secara visual warna yang sebenarnya telah terlihat dengan sempurna.

16 Tugas Akhir Proses Assembling Engine ( Proses ini berlangsung di Plant Cakung ). Proses Assembling Engine adalah proses pengabungan part-part engine menjadi satu unit engine, dan proses ini terpisah dari proses di atas karena proses ini berjalan pada line sendiri dan berjalan secara paralel dengan proses lain. Proses Assembling engine terdiri dari beberapa proses yaitu : 1. Proses Casting Yaitu proses pengecoran atau penuangan dari komponen-komponen melalui proses casting. 2. Proses Machining Yaitu proses pengerjaan mesin dari material yang dicasting untuk mendapatkan ukuran sesuai yang diinginkan. 3. Sub Assembling Yaitu proses assembling dari part-part engine sebelum masuk ke line assembling. 4. Assembling Yaitu proses penggabungan komponen-komponen dari proses machining dan proses sub assembling hingga dapat unit engine. 5. Quality Yaitu proses pengecekan dari hasil assembling, dan disini dapat ditentukan apakah engine layak diteruskan ke proses assembling body. 5. Assembling

17 Tugas Akhir 54 Adalah proses penggabungan unit body yang sudah dipainting dengan engine dan komponen-komponen lain, seperti roda, jok, dasboard, interior, dalam dan juga interior luar menjadi satu unit mobil. Proses assembling ini meliputi : 1. Chasis Yaitu proses assembling pada bagian-bagian mobil yang berhubungan dengan chasis. 2. Triming Yaitu proses assembling pada bagian atas mobil atau pemasangan interior dan eksterior mobil. 3. Sub Assembling Yaitu proses assembling part-part mobil sebelum diassembling ke unit mobil. 4. Final Assembling Yaitu proses assembling untuk kelengkapan mobil sesudah proses triming dan chasis. 6. Final Inspection Yaitu proses pemeriksaan unit mobil sesudah proses assembling, dan proses ini memeriksa komponen dan part yang terbagi menurut fungsi dan tampilan (Appearance) apakah unit mobil layak untuk di jual. Final Inspection Section menggunakan ISIS (Indomobil Suzuki Inspection Standards) sebagai standarisasi pemeriksaan unit mobil. Hasil pengujian unit mobil dimasukkan ke dalam komputer yang tersedia dan dicatat di dalam check sheet yang

18 Tugas Akhir 55 kemudian disahkan oleh inspector yang melakukan pengujian. Tujuan input hasil pengujian unit mobil tersebut adalah sebagai bukti pengujian unit mobil. Dalam pengujian ini terdapat beberapa tahapan sebelum dilepas ke bagian marketing, sesuai dengan urutannya adalah Toe-In tester, Turning Radius&Headlight tester, Drum tester, Side Slip, Brake Tester, Engine Room&Under Pit, Appearance. Selain itu masih ada satu lagi pengujian yang harus dilalui diluar Final Inspection Line process ini, yakni Shower test. Proses tahapan pengujian tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Toe-In Tester Toe tester adalah pengujian terhadap kelurusan roda. Didahului dengan proses pra toe-in, dimana pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap nomor vin, nomor engine, warna kendaraan, label pressure, nomor key, dan menyamakan sudut putar steering. Setelah itu dilakukan tahapan berikutnya yaitu toe-in tester. Di bagian ini dilakukan test terhadap kelurusan roda. Setelah kendaraan berada di atas toe tester maka layar monitor akan menampilkan besarnya penyimpangan roda terhadap kelurusannya. Untuk penyetelan, operator akan mengadjust kekencangan baut pada tie-rod dengan keadaan engine unit harus running, sambil terus mengamati layar monitor. Tester ini dilengkapi dengan switch khusus yang bisa diatur untuk menyesuaikan model yang akan ditest. Untuk Futura (PU/CHS) dipakai huruf A, Karimun memakai huruf B, Baleno dan Aerio memakai

19 Tugas Akhir 56 huruf C, Grand Vitara memakai huruf D, Escudo 2.5 XL-7 memakai huruf E, Escudo 1.6 dan 2.0 memakai huruf F, APV (Truck/Van) memakai huruf G, dan Futura (FPB) memakai huruf K. Bagian yang harus diamati saat melalui toe-in tester adalah roda depan. Untuk Grand Vitara harus roda depan dan belakang. 2. Turning Radius & Headlight Tester Turning radius tester adalah pemeriksaan sudut belok dari unit mobil sedangkan head light tester adalah pemeriksaan posisi atau sinar head light. Besarnya standar sudut belokan untuk masing-masing model berbeda, sehingga perlu dipakai switch. Kode huruf yang dipakai adalah A untuk Futura (CHS, FD, WD, FPB), B untuk karimun, C untuk Baleno dan Aerio, D untuk Grand Vitara, E untuk Escudo 2.5 XL-7, F untuk Escudo 1.6 dan 2.0, G untuk APV steer kanan LF, H APV steer kanan WL, I APV steer kiri LF, dan J APV steer kiri WL. Cara pengujiannya adalah sebagai berikut : Setelah kendaraan masuk ke pit (alat test), segera dipilih switch sesuai dengan model yang akan ditest. Kemudian steering wheel diputar penuh ke kiri/kanan penuh. Besarnya sudut belokan ditunjukkan oleh dua buah pointer pada panel yang diletakkan di depan alat uji. Kemudian steering wheel diputar dengan arah terbalik (sampai penuh). Untuk mengecek posisi/arah sinar headlight, maka lampu harus dihidupkan dulu. Pengaturan posisi headlight dilakukan secara manual. Jika sudah sesuai maka lampu pada Headlight Tester akan menyala pada

20 Tugas Akhir 57 bagian OK, tetapi jika belum sesuai lampu akan menyala pada NG. Untuk menentukan posisi headlight ini dipakai referensi lampu dekat. 3. Drum Tester Di Drum tester kendaraan akan mengalami pengecekan beberapa instrumennya, antara lain : air wiper, blade wiper, head lamp, turn signal, AC, blower AC, elektrik, lampu ruangan, seat belt, dan pemeriksaan kecepatan unit mobil. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kecepatan kendaraan untuk tiap-tiap tingkat kecepatan serta kemampuan akselerasinya sesuai dengan standard. Drum tester ini berupa drum (dapat berputar) yang dipasang di 2 tempat (depan dan belakang) yang nantinya dipakai untuk menempatkan roda depan dan belakang kendaraan. Pada drum tester ini, dilengkapi dengan stopper yang berjumlah 3 buah dengan fungsi untuk safety. Jarak keduanya dapat diatur sesuai dengan model kendaraan yang diuji. Untuk menentukan jarak drum tadi, maka sebelum kendaraan melewati alat ini operator harus memilih switch yang sesuai dengan kendaraan yang akan dicek. Untuk drum tester ini kode huruf yang dipakai adalah sama dengan kode huruf di Toe-In tester, yaitu sebagai berikut : Untuk Futura (PU/CHS/FPB) dipakai huruf A, Karimun memakai huruf B, Baleno dan Aerio memakai huruf C, Grand Vitara memakai huruf D, Escudo 2.5 XL-7 memakai huruf E, Escudo 1.6 dan 2.0 memakai huruf F, APV (Truck/Van) memakai huruf G

21 Tugas Akhir 58 Drum tester ini juga dilengkapi dengan pintu hisap gas buang (exhaust) yang berfungsi untuk menghisap gas dari muffler kendaraan sehingga tidak menimbulkan gangguan pernafasan. Penghisapan gas ini dilakukan dengan sebuah blower yang ditempatkan di bawah drum tester. Urutan pengujian dilakukan sesuai dengan perintah yang tertera pada layar monitor, hasil dari tes ini dapat dilihat pada layar monitor. 4. Side Slip Tester Tester ini digunakan untuk mengetahui apakah kelurusan roda sudah memenuhi batas yang diijinkan atau belum. Caranya adalah kendaraan dijalankan melewati slip side tester dengan kondisi rem terbuka penuh dan roda kemudi (steering wheel) tidak dipegang dengan kecepatan kendaraan 2 ~ 3 km/jam. Jika alarm pada slip side tester berbunyi untuk line 1, maka kendaraan harus menjalani test ulang di toein tester. Jika tidak berbunyi maka dapat dilanjutkan untuk test berikutnya. Sedangkan pada line 2 cukup hanya melihat display pada monitor untuk meyatakan OK / NG. 5. Brake Tester Di brake tester dilakukan 2 tahap pengujian yaitu rem untuk roda depan (LH/RH) dan rem untuk roda belakang (LH/RH) yang dilakukan secara bergantian. Pada saat rem ditekan maka pada layar monitor akan menunjukkan besarnya gaya pengereman, perbedaan gaya pengereman antara roda kanan dengan kiri untuk roda depan. Setelah roda depan sudah dilakukan pengujian, maka berganti ke roda belakang.

22 Tugas Akhir Engine Room & Under Pit Test ini dilakukan untuk semua unit kendaraan yang sedang diproduksi oleh PT. Suzuki Indomobil Motor. Yaitu: Futura, APV, dan Grand Vitara, SX4 Crossover, Swift a. Engine Room Pemeriksaan pada engine room meliputi: 1. Pemeriksaan kecocokan nomor frame dan nomor engine yang tertera pada check sheet dengan ID plate unit mobil dan pada mesin dan chasis unit mobil tersebut. 2. Pemeriksaan kadar CO dan HC yang terdapat pada gas buang kendaraan. Cara pengujiannya adalah dengan memasukkan ujung tester ke dalam pipa muffler (kendaraan dalam kondisi hidup) dan ditunggu beberapa saat. Hasil pengukuran kadar CO-HC dapat dilihat pada panel (digital). Sebagai acuan, dibuat standar untuk kadar CO, HC maksimum yang diizinkan. Untuk CO kadar maksimum yang diijinkan adalah 0 0,3 %. Jika hasil pengukuran menunjukkan lebih dari itu maka harus dilakukan penyetelan pada engine. 3. Pemeriksaan MPI dan ISC Duty MPI (Multi Point Injection) adalah penunjuk putara mesin per menit yang diijinkan. Setiap mobil memiliki MPI yang berbeda-beda sesuai ISIS. Sedangkan ISC Duty (Idle Speed Control) adalah control putaran mesin per menit pada saat unit mobil dalam keadaaan diam. Pemeriksaan MPI dan ISC Duty dilakukan dengan cara:

23 Tugas Akhir 60 a. Kabel DLC (Data Link Conector) sebagai sensor dipasang pada terminal DLC yang tersedia di mobil. b. Ikuti perintah yang ditampilkan oleh monitor c. Catat hasil pengukuran yang ditampilkan monitor pada check sheet. 4. Pemeriksaan air bag system Air bag system hanya tersedia pada beberapa unit mobil seperti Grand Vitara dan APV untuk pasar ekspor. Cara pemeriksaan antara lain: a. Kabel DLC sebagai sensor dipasang di terminal DLC yang tersedia pada unit mobil. b. Hasil dari bekerjanya fungsi air bag system ditampilkan monitor dengan sandi OK dan NG c. Catat hasil yang ditampilkan monitor pada check sheet b. Under Pit Inspection Di bagian ini dilakukan pengecekan terhadap 4 komponen utama yaitu: - brake system, - fuel system, - bolt, piping, wiring harness (pemasangan komponen), dan - kebocoran oli transmisi, oli rem, oli engine ditambah dengan pemasangan cover untuk bagian bawah kendaraan 7. Appearance Inspection Di bagian ini dilakukan cek terhadap penampilan kendaraan baik dari luar maupun dalam, antara lain: pemeriksaan terhadap kemungkinan

24 Tugas Akhir 61 terjadinya penyok atau benjol pada body, cat yang tidak kuat atau sudah mengelupas, pemasangan interior, jarak (gap) antar body mobil. Penampilan unit mobil dibagi 4 zona, yaitu: 1. Zona S Merupakan bagian kendaraan yang paling mencolok mata dimana kualitas penampilan mutlak diperlukan. 2. Zona A Merupakan zona dimana kualitas penampilan diperlukan. 3. Zona B Kualitas penampilan pada zona ini sedikit diperlukan. 4. Zona C Merupakan bagian unit mobil yang tertutup oleh part lain. 8. Shower Test 8a. Shower test Test ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran ruang/kabin kendaraan terhadap semburan air dari luar. Cara pengujiannya sebagai berikut : Kendaraan diatas conveyor line masuk kedalam area booth shower test. Ruangan di dalam shower test ini dilengkapi dengan nossel-nossel yang dapat menyemburkan air. Sirkulasi air dilakukan menggunakan sebuah pompa utama untuk untuk setiap line dimana di proses ini terdapat dua line. Test dilakukan selama 3 menit atau lebih. Semburan air tidak hanya

25 Tugas Akhir 62 dari atas saja tetapi juga dari depan, belakang, samping dan bawah. Dari test ini akan diketahui ada tidaknya kebocoran pada ruangan kendaraan. Pada ujung lintasan area booth shower test terdapat blower yang menghembusakan angin untuk mengeringkan body unit mobil. Setelah unit mobil keluar dari area shower test. Maka operator melakukan pemeriksaan kebocoran, jika ada maka bagian-bagian yang bocor akan ditandai oleh operator pada check sheet pemeriksaan unit dan selanjutnya kendaraan akan dikirim ke bagian repair untuk diperbaiki. Baru kemudian diuji lagi ke shower test. Setelah pemeriksaan kebocoran, untuk unit yang dilengkapi dengan airbag operator bertugas memasang dan mengencangkan bolt modul airbag pada steering wheel. 8b. Dinamic Test Test ini adalah test terakhir pada bagian Final Inspection. Test ini dimaksudkan untuk mendeteksi masalah yang timbul jika unit mobil dilakukan test jalan melewati jalan kasar bergelombang, manuver, saat akselerasi, saat mundur dan kondisi pada saat pengereman. Getaran / vibrasi dan bunyi noise yang abnormal saat kendaraan digunakan diharapkan dapat dideteksi diproses ini, sehingga unit mobil yang dijual ke konsumen bebas dari masalah yang dapat mengganggu kenyamanan saat berkendara Produk Yang Dihasilkan

26 Tugas Akhir 63 Tabel 4.2 Produk PT. Suzuki Indomobil Motor Plant Cakung Plant Pulogadung dan Tambun II R4 Plant Tambun I R2 -Komponen dan part R4 -Forsa Esteem 1300 cc -RGR 150 dan R2 -Forsa Esteem 1600 cc -RC 100 Bravo -Peralatan transmisi dan -Carry 1000 cc -Tornado 110 R4 dan R2 -Carry Futura 1500 cc -Shogun 110 -Vitara -Satria 120 -Side Kick -Thunder 125 -Escudo -Thunder 250 -Katana -Smash 110 -Baleno -Shogun 125 -Karimun -Satria 150 -Aerio -Escudo 1.6 -Spin-R -Komponen R2 -Escudo 2.0 -Grand Escudo -APV -Grand Vitara -SX4 ( Crossover ) -Swift Sumber: PT Suzuki Indomobil Motor 4.15 Pengolahan Data

27 Tugas Akhir Analisa P-FMEA pada proses Fitting dan Tightening Bolt Modul Airbag. Misi setiap proses manufaktur adalah memberikan kepuasan kepada customer, definisi customer pada PFMEA pada umunya adalah Pengguna akhir / end user. Dimana customer disini dalam arti luas adalah proses selanjutnya dari proses pertama adalah customer atau proses assembly, servis, peraturan pemerintah. PFMEA adalah analisa teknik dengan asumsi bahwa design produk sudah baik akan tetapi proses produksi gagal memenuhi tuntutan/persyaratan pada design. Stasiun Shower test adalah proses yang selain bertugas memriksa kebocoran pada unit mobil juga bertugas memasang dan mengencangkan bolt modul airbag pada steering wheel pada unit yang dilengkapi airbag. Pada stasiun Shower test ini ada tahapan yang perlu mendapat perhatian khusus karena terdapat proses pemasangan komponen yang mempunyai tingkat safety tinggi. PFMEA diawali dengan pembuatan list apa yang diharapkan dari suatu proses, dengan merunut pada flow proses. Tahapan proses yang harus diperhatikan adalah di stasiun Shower test Final inspection adalah : Tabel 4.3 Tahapan proses yang harus diperhatikan pada stasiun Shower test

28 Tugas Akhir 65 No Proses Nama Proses KARAKTERISTIK Produk (Faktor yang dituntut dari produk) Proses (proses yang harus diperhatikan) 8 Pemasangan dan pengencangan Bolt Modul Airbag Bolt harus terpasang dan ke kencangkan Fitting & tightening bolt 9 Penulisan pada check sheet Harus sesuai aktual Sumber: Pengolahan data Adapun flow proses kerja di stasiun shower test adalah seperti dibawah: Gambar 4.4. Flow proses Shower test

29 Tugas Akhir 66 Dari Flow proses diatas proses fitting & tightening bolt modul airbag adalah tahapan proses yang berpeluang terjadi kegagalan (error) kemudian yang harus dilakukan adalah menentukan potensi kegagalan dari proses Fitting & tightening bolt modul airbag. POTENTIAL FAILURE >< REQUIREMENT REQUIREMENT/ KARAKTERISIK PRODUK Bolt Modul Airbag harus terpasang dan harus dikencangkan. POTENTIAL FAILURE Bolt lupa tidak terpasang dan atau tidak dikencangkan. Gambar List potensi kegagalan Kemudian menentukan efek kegagalannya, efek yang ditimbulkan jika bolt modul airbag tidak dipasang dan atau tidak dikencangkan berakibat pada kegagalan fungsi dari system Airbag : 1. Sitem airbag tidak berfungsi ketika terjadi insiden kecelakaan, sehingga pengendara mobil mengalami cidera parah bahkan meninggal dunia. 2. Sistem airbag yang seharusnya berfungsi untuk mengurangi efek cidera akibat insiden ketika terjadi kecelakaan, tetapi justru menciderai pengendara, karena modul airbag dapat terlempar lepas karena tidak adanya bolt dan atau tidak dikencangkannya bolt. Dari efek yang dapat ditimbulkannya, terlihat bahwa tingkat severitynya tinggi. Hal ini dapat juga dilihat pada tabel tingkat severity dibawah.

30 Tugas Akhir 67 Tabel 4.4 Tingkat severity sebelum improvement Sumber: Quality improvement in haemodialysis process using FMEA.,A.D. Oolkalkar( ASQC & AIAG ;2001). Memprediksi penyebab penyebab utama yang mungkin menyebabkan bolt modul airbag tidak terpasang dan atau tidak dikencangkan. Dengan mencari penyebab utama dari kegagalan atau potential failure untuk mencegah mengobati gejala hal ini dapat dilakukan dengan diagram fishbone. Gambar 4.6. Diagram fishbone defect bolt modul Airbag

31 Tugas Akhir 68 Dengan analisa 5Why Problem : Bolt modul airbag tidak terpasang dan atau tidak dikencangkan Analisa Masalah manusia : Why 1 : Operator lupa Why 2 : Operator salah judment Why 3 : Tidak ada tanda visual Why 4 :Tidak ada perbedaan unit dari luar Masalah metode Why 1 : Tidak ada inspeksi setelah pemasangan bolt Masalah mesin Why 1 : Mesin tidak stop ketika terjadi defect Why 2 : Tidak ada error proofing pada mesin Setelah ditemukan akar penyebab masalah nya kemudian memprediksi seberapa sering kegagalan proses bolt airbag tidak terpasang/tidak dikencangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan merujuk kepada tabel Occurrence.

32 Tugas Akhir 69 Tabel 4.5 Tingkat Occurrence sebelum improvement PROBABILITY KEGAGALAN Sangat tinggi : Kegagalan yang terus menerus KEMUNGKINAN TINGKAT KEGAGALAN Per 1000 kendaraan/item Per 1000 kendaraan/item NILAI 10 9 Tinggi : Kegagalan sering terjadi Per 1000 kendaraan/item Per 1000 kendaraan/item 8 7 Sedang : Kegagalan yg terjadi kadang-kadang 5 2 Per 1000 kendaraan/item Per 1000 kendaraan/item 6 5 Rendah : Relatif sedikit kegagalan 1 Per 1000 kendaraan/item 4 Sangat rendah : Kegagalan hampir bisa diidentifikasi Per 1000 kendaraan/item Per 1000 kendaraan/item 3 2 Hampir tidak pernah terjadi 0.01 Per 1000 kendaraan/item 1 Sumber: Quality improvement in haemodialysis process using FMEA.,A.D. Oolkalkar( ASQC & AIAG ;2001). Saat ini pemeriksaan atau inspeksi khusus terhadap pemasangan dan pengencangan bolt modul Airbag tidak ada, sedangkan next proses yaitu proses Dinamic test, tidak melakukan pemeriksaan khusus terhadap pemasangan dan pengencangan bolt modul airbag, kemampuann deteksi proses Dinamic test kemungkinan hanya pada suara bising (noise) yang dapat ditimbulkan jika bolt tidak terpasang atau kendor. Oleh karena itu kemampuan deteksi disini bisa disimpulkan bahwa pengecheckkan pada proses Dinamik test mempunyai peluang rendah untuk mendeteksi, hal ini dapat merujuk dengan tabel deteksi dibawah.

33 Tugas Akhir 70 Tabel 4.6. PFMEA Detection sebelum improvement Sumber: Quality improvement in haemodialysis process using FMEA.,A.D. Oolkalkar( ASQC & AIAG ;2001). Langkah langkah yang sudah dilakukan diatas kemudian dimasukkan dalam form PFMEA untuk mengetahui besarnya RPN (Risk Priority Number). Untuk menilai prioritas dari problem dinilai melalui nilai RPN, RPN adalah hasil dari : (Perkalian dari severity x occurrence x detection) Skala rating occurrence,detection,dan severity merujuk pada table-table diatas. Dari langkah langkah diatas diperoleh : Class part : Maru A Nilai RPN awal Severity : 10 Occurrence : 2 Detection : 8 Sehingga RPN ; (10x2x8) = 160

34 Tugas Akhir 71 Sebelum perbaikan nilai RPN nya 160, dengan severity 8, Occurence 2 & detection 8. Karena nilai RPN & severity nya tinggi dan class part tersebut adalah safety part atau maru A part, maka harus secepatnya dilakukan corective action. Tindakan corective pertama yang diambil adalah dengan : Merevisi LIK (lembar instruksi kerja) dengan menambah poin pemberian tanda (marking putih) pada kepala bolt modul airbag setelah tightening dilakukan. Merevisi LIK pada saat inspeksi Dinamic test, dengan penambahan item pemeriksaan secara visual tanda marking pada kepala bolt modul air bag. Dengan tindakan tersebut telah sedikit menurunkan kemampuan deteksinya karena ada double check secara visual (lihat tabel detection) oleh operator Dinamic test, sehingga nilai Detection turun dari 8 menjadi 7, sehingga nilai RPN menjadi 140 (lihat form PFMEA dibawah), namun nilai tersebut masih tinggi, oleh karena itu perlu di meningkatkan kemampuan mendeteksi masalah untuk menurunkan rangking dari detection. Metode yang digunakan adalah dengan mistake proofing (Pokayoke). Dengan menggunakan pokayoke maka kemampuan deteksinya diharapkan dan diprediksi mencapai rangking 1.

35 Tugas Akhir 72 Sumber: FMEA from Theory to Execution, 2 nd ed., D.H. Stamatis (Omdhal; ASQC 1983) Gambar 4.7. Form PFMEA awal yang sudah diisi Langkah Rancangan system Pokayoke 1. Langkah 1 ( Identifikasi defect yang akan terjadi ) Rancangan system pokayoke ini dirancang atau dibuat untuk menanggulangi defect karena kesalahan manusia ( operator ) dalam usaha menuju zero defect quality di operasi pemasangan bolt modul airbag, area proses shower test section Final Inspection PT. Suzuki Indomobil Motor. Dalam sebuah unit kendaraan banyak sekali komponen komponen yang terpasang untuk mempermudah dalam penanganan maka part atau komponen komponen tersebut di bedakan berdasarkan kelas part. Kelas kelas part atau komponen yang dipasang pada unit kendaraan ( mobil ), dalam hal ini mobil merk

36 Tugas Akhir 73 Suzuki. Dalam kelas part kendaraan merk Suzuki dibagi dalam tiga kelas, yaitu : 1. Maru A part atau safety part : Yaitu part penting yang terpasang pada unit kendaraan yang berhubungan dengan keselamatan, bila mana part tersebut tidak terpasang atau salah dalam pemasangan akan mengakibatkan kebakaran, kecelakaan dan kematian pada pengemudi atau pengguna kendaraan. 2. Function part : part fungsi merupakan part yang berhubungan dengan power engine dan motor penggerak. 3. General part : part umum yang terpasang pada unit kendaraan, merupakan kelengkapan kendaran berupa ekterior dan interior. Bolt modul air bag dalam struktur golongan part diatas masuk kedalam kategori safety part atau sering disebut Maru A part. Sesuai dengan dokumen yang digunakan sebagai pedoman penanganan kualitas di PT. Suzuki Indomobil Motor, Indomobil Suzuki Inspection Standard ( ISIS ) Manufacturing division/standar class A/page 6/pemeriksaan steering system/sub part Air bag (dok lampiran). Karena sangat penting kedudukan part tersebut maka pencegahan defect atas part tersebut, baik berupa kelolosan dan kesalahan pemasangan part harus dilakukan selain dengan membuat standard operasional prosedur ( SOP ), juga dibuat system untuk mencegah error tersebut terjadi, system pokayoke berupa pencegahan terjadinya defect pada prosesnya.

37 Tugas Akhir Langkah 2 ( Identifikasi area implementasi pokayoke ) Area yang berpotensi menyebabkan defect adalah lokasi pemasangan dan tightening bolt modul airbag di proses shower test area appearance proses. Seperti digambarkan lay out dibawah. Titik pemasangan dan tightening bolt modul air bag Gambar 4.8. Lay out proses Final Inspection 4W PT. SIM

38 Tugas Akhir 75 Gambar 4.9. Flow chart proses Shower test dan peluang timbul masalah. 3. Langkah 3 ( Identifikasi Standard yang digunakan ) Standard atau dokumen yang digunakan sebagai acuan dalam pemeriksaan unit di section Final Inspection PT. Suzuki Indomobil Motor adalah Drawing (dok. lampiran) Lembar Instruksi Kerja ( LIK ). LIK ini berisi sequence atau urutan poin pekerjaan yang dilakukan di suatu station kerja. Di proses Shower test, Final Inspection sequence tentang pemasangan dan tightening bolt modul airbag ini ada di halaman 2 ~ 3 ( dok. lampiran ), selain itu dokumen ISIS Manufacturing division/standar class A/page 6/pemeriksaan steering system/sub part Air bag (dok. lampiran).

39 Tugas Akhir Langkah 4 ( identifikasi antara standard dengan kenyataan yang mungkin terjadi ). Dari hasil penelusuran dokumen yang ada yang digunakan sebagai pedoman dalam bekerja, masih mungkin terjadi defect bolt modul airbag tidak terpasang atau tidak dikencangkan, hal ini dapat terjadi antara lain karena : 1. Salah judgment ; operator mengira bahwa unit yang sedang diperiksa adalah unit tanpa airbag, karena bila dilihat dari luar, tidak ada tandaidentitas yang membedakan antara unit yang dilengkapi airbag dengan unit tanpa dilengkapi airbag. 2. Operator lupa tidak memasang dan atau mengencangkan bolt ; manusiawi ( human error ), operator lebih terkonsentrasi pada pemeriksaan kebocoran unit sehingga proses fitting & tightening bolt terlewat. 3. Tidak inspeksi setelah fitting dan tightening bolt ; setelah proses fitting dan tightening bolt airbag tidak ada next proses yang bertugas memeriksa, sehingga memungkinkan defect terjadi di proses ini. Dengan merujuk pada dokumen LIK proses Shower test, urutan yang harus dikerjakan masih mungkin terjadi poin pekerjaan yang terlewat hal ini karena section Final Inspection merupakan section terakhir di jalur produksi. Dari pengamatan operator sudah melakukan pekerjaan sesuai LIK ( SOP ), namun masih dimungkinkan terjadi kelolosan defect.

40 Tugas Akhir 77 Gambar Area fitting & tightening bolt modul airbag Gambar Proses pemasangan bolt modul airbag dengan electrical impact. 5. Langkah 5 ( identifikasi defect yang terjadi ) Langkah untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi adalah dengan menggali semua penyebab masalah dan kemudian mencari akar penyebab utama, sehingga diperoleh perbaikan yang optimal, selain itu berfungsi menghindari jebakan mengobati/memperbaiki gejala. Untuk itu digunakan metode 4M+1E dan bertanya 5 kali mengapa atau yang lebih dikenal dengan 5 why.

41 Tugas Akhir 78 Dalam perancangan sistem ini pokok permasalahanya adalah mencegah terjadinya defect bolt modul airbag tidak terpasang dan atau tidak dikencangkan, dengan metode penelusuran masalah ( root cause analysis ) adalah sebagai berikut : Metode 4M+1E : Problem : Bolt modul airbag tidak terpasang dan atau tidak dikencangkan Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab Man : Operator lupa, operator salah judgment Material : - Method : Tidak ada inspeksi setelah proses fitting & tightening bolt modul airbag. Machine : Belum ada system pencegah kesalahan pada mesin ( error proofing ). Environment : - Dengan diagram tulang ikan (fishbone digram) Gambar Diagram fishbone untuk mencari akar penyebab masalah

42 Tugas Akhir 79 Analisa 5Why Problem : Bolt modul airbag tidak terpasang dan atau tidak dikencangkan Analisa Masalah manusia : Why 1 : Operator lupa Why 2 : Operator salah judment Why 3 : Tidak ada tanda visual Why 4 :Tidak ada perbedaan unit dari luar Masalah metode Why 1 : Tidak ada inspeksi setelah pemasangan bolt Masalah mesin Why 1 : Mesin tidak stop ketika terjadi defect Why 2 : Tidak ada error proofing pada mesin Dari root cause analysis didapatkan penyebab penyebab yang memungkinkan terjadinya, sehingga disimpulkan bahwa penyebab utama terjadi karena proses tidak dapat mendeteksi sendiri ketika terjadi kesalahan, atau sumber utamanya adalah sistem tidak dapat stop ketika terjadi kesalahan, karena operator ( manusia ) tidak dapat terus memberikan perhatian yang berlebihan pada satu proses. 6. Langkah 6 ( identifikasi tipe pokayoke yang mampu menghilangkan defect ). Untuk mendapatkan manfaat penggunaan pokayoke, semua anggota tim harus terlibat dalam menemukan gagasan alat atau sistem anti salah ini. Hal

43 Tugas Akhir 80 ini dapat juga dilakukan dengan melihat referensi tentang alat atau sistem error proofing. Dari penyebab penyebab yang mungkin menimbulkan defect terjadi diatas maka didapatkan tindakan perbaikan yang bisa dilakukan untuk mencegah defect terjadi seperti dibawah. Problem resolve : 1. Dibuat tanda peringatan atau alarm jika operator lupa tidak melakukan suatu pekerjaan atau operator melakukan kesalahan dalam hal ini salah menentukan, menafsirkan bahwa unit yang di periksa dilengkapi airbag atau tidak. 2. Operator Shower test diberi tambahan item pekerjaan pengecheckkan bolt modul airbag dengan memberi tanda marking pada bolt dan operator Dinamic test diberi tambahan item pekerjaan memeriksa tanda marking tersebut. Dalam hal ini diperlukan revisi LIK pada proses shower dan dinamik test. 3. Dibuat sistem pencegah kesalahan pada mesin ( pokayoke ), yang secara automatis dapat mendeteksi jika terjadi kesalahan pada proses, sehingga hasil akhirnya adalah mencegah produk bermasalah sampai ketangan konsumen (end user). Perancangan sistem pokayoke ini akan rencananya akan diterapkan pada proses shower test dibagian Final Inspection.

44 Tugas Akhir 81 Perancangan sistem pokayoke ini menggabungkan beberapa sistem yang telah ada, yaitu sistem data base yang menggunakan aplikasi oracle, Quality Gate System (QGS) yang digunakan untuk mengontrol kualitas, dimana data-data unit produksi tersebut didapatkan dari komputer entry data yang dipasang di masing masing proses, data unit tersebut di entry dengan scaning barcode identitas unit produksi (frame number, kode varian & destination) yang sudah diterapkan di PT. Suzuki Indomobil Motor. Pokayoke yang akan digunakan pada proses pemasangan bolt airbag adalah Pokayoke Torque, yaitu suatu alat bantu untuk menjaga kwalitas hasil Tightening Torque dan mencegah Lolos Torque dalam pekerjaan. Dengan mekanisme, ketika suatu posisi terjadi Lolos Torque atau lupa terjadi, maka dengan suatu sistem akan mengingatkan dan memberhentikan proses pekerjaan (Warning, Stop & Recover). Problem utama kasus ini adalah Operator Lupa sehingga menyebabkan hasil produksi tidak standard (NG), efek akhirnya adalah produk (unit mobil) yang dihasilkan dapat mengakibatkan kecelakaan dan menurunkan mutu produk / hasil kerja. Oleh karena itu hal ini harus dapat ditemukan dan harus dicegah dengan menggunakan suatu alat bantu yang langsung dikerjakan oleh operator yang alat bantu tersebut sama sekali tidak membebani operator atau memerlukan konsentrasi khusus terhadap alat tersebut, operator hanya konsentrasi pada standard kerja yang dilakukan secara konstan dan benar. Target utama perancangan pokayoke ini adalah mencegah unit bermasalah sampai ketangan konsumen. Berikut rancangan alternatif yang bisa digunakan :

45 Tugas Akhir 82 Alternatif 1 Garis besar proses untuk pokayoke alternatif 1 yaitu, ketika unit masuk ke conveyor di proses Appearance, setelah proses pemeriksaan appearance unit selesai maka operator akan melakukan scan/input (data entry) identitas unit yang ada pada lembar check sheet yang ada di setiap kendaraan kedalam komputer data base (Quality Gate System) yang terkoneksi ke Oracle system sebagai data base utama, pada proses scaning data ini sekaligus digunakan sebagai Input setting sequence unit (seperti flowchart dibawah). Input sequence unit secara manual dilakukan sekali pada saat awal jam kerja oleh operator Shower test. Gambar Flow chart pokayoke airbag alternatif 1

46 Tugas Akhir 83 Sebuah limit switch dipasang pada titik/operasi pemasangan bolt modul air bag. Kondisi normal (unit dengan airbag) tightening dilakukan. Ketika limit switch (terjadi contact), maka limit switch mengirimkan signal yang diterima microcontroller maka lewat microcontroller data tersebut dikirim ke PC melalui kabel RS232, oleh software pokayoke, akan digunakan sebagai triger untuk memanggil data Oracle, (ketika unit current sudah dilakukan) dan oracle akan memberikan data identitas unit oleh software pokayoke data tersebut digunakan untuk memanggil data base acess ( yang berisi data unit yang memakai airbag dan jumlah bolt/tightening yang harus dilakukan) yang akan ditampilkan di display pada shower test dan jumlah tightening yang harus dilakukan operator. Ketika operator melakukan tightening maka transmitter pada torque akan mengirimkan signal ke receiver, dari receiver data dikirimkan ke PC dengan sofware pokayoke, jumlah angka pada display akan berkurang, dan setelah angkanya nol/kosong ( jumlah tightening yg harus dilakukan sudah dikerjakan operator ). Maka display akan menampilkan Process OK. Kondisi NG (unit dengan airbag) tightening tidak dilakukan. Ketika tightening tidak dilakukan, dan limit switch on karena terjadi contact karena unit dibelakangnya sudah masuk, maka limit switch akan mengirimkan data melalui microcontroller ke PC (software pokayoke) melalui kabel RS-232. Kemudian software pokayoke akan memerintahkan conveyor stop melalui control relay yang terhubung ke PLC conveyor dan buzzer peringatan akan

47 Tugas Akhir 84 Gambar Diagram pokayoke airbag alternatif-1 berbunyi. Setelah tightening bolt dilakukan maka transmitter pada torque akan mengirimkan sinyal ke receiver, dari receiver data dikirimkan ke PC dengan sofware pokayoke, jumlah angka pada display akan berkurang, dan setelah angkanya nol/kosong ( jumlah tightening yg harus dilakukan sudah dikerjakan operator ). Maka display akan menampilkan OK. Kondisi unit tanpa airbag Ketika unit tanpa airbag masuk maka data dari oracle akan mengirimkan id unit ke PC melalui kabel RS232 kemudian sofware pokayoke yang terkoneksi ke database acces, karena di database acess id unit tersebut tidak ada maka display monitor akan menampilkan NOT FOUND. Alternatif 2 Garis besar sistem kerja alternatif 2 yaitu dimulai ketika unit masuk ke jalur conveyor proses Appearance, setelah proses pemeriksaan unit selesai dan operator melakukan scan/input (data entry) identitas unit yang ada pada

48 Tugas Akhir 85 lembar check sheet yang ada di setiap kendaraan kedalam komputer data base (Quality Gate System) yang terkoneksi ke Oracle system sebagai data base utama, pada proses scaning data ini sekaligus digunakan sebagai Input setting sequence unit pada awal jam kerja. Alternatif 2 ini menggunakan sistem waktu (delay 1 takt time) atau 1 unit, karena itu ketika tightening bolt terjadi miss pada titik operasi atau station maka line tidak langsung stop. Ketika Proses Normal (unit dengan Airbag) tightening dilakukan. Setiap delay 1 takttime maka akan digunakan sebagai triger oleh software pokayoke akan meminta data id unit dari database oracle (unit yang sedang dicek diarea tightening bolt modul airbag), data id unit tersebut selanjutnya akan digunakan untuk memanggil data pada database access berupa data unit dan part serta jumlah tightening yang harus dilakukan. Display pada layar monitor akan menampilkan tipe unit, part, serta tightening yang harus dilakukan. Ketika operator melakukan tightening maka transmitter pada torque akan mengirimkan signal ke receiver, dari receiver data dikirimkan ke PC melalui kabel RS232, dengan sofware pokayoke, jumlah angka pada display akan berkurang, dan setelah angkanya nol/kosong ( jumlah tightening yg harus dilakukan sudah dikerjakan operator ). Maka display akan menampilkan OK. Ketika Proses NG (unit dengan Airbag tightening tidak dilakukan) Ketika proses tightening bolt tidak dilakukan maka jumlah angka tightening yang harus dilakukan pada display tidak berkurang/hilang, setelah delay 1 tact time maka display pada monitor akan menyala merah dan sofware pokayoke

49 Tugas Akhir 86 akan memerintahkan id unit pada data base oracle untuk di kunci (lock) pada gate FC OK (atau proses scaning FC OK, tidak bisa dilakukan) sehingga karena id unit belum di scan pada gate FC OK, maka gate CBU tidak bisa scan unit (unit tidak boleh/tidak bisa keluar dari warehouse). Setelah proses tightening dilakukan maka gate FC OK baru bisa melakukan proses scaning id unit (FC OK complete/meluluskan unit). Untuk lebih jelas sistem pokayoke alternatif 2, seperti diperlihatkan flow chart dibawah. Gambar Flow chart pokayoke airbag alternatif 2

50 Tugas Akhir 87 Pada alternatif 2 ini conveyor masih terus berjalan hanya proses scan identitas unit sebagai tanda finish inspection tidak bisa dilakukan. Kondisi unit tanpa airbag Ketika unit tanpa airbag masuk maka data dari oracle akan mengirimkan id unit ke PC melalui kabel RS232 kemudian sofware pokayoke yang terkoneksi ke database acces, karena di database acess id unit tersebut tidak ada maka display monitor akan menampilkan NOT FOUND. Berikut di bawah ini merupakan gambar diagram pokayoke airbag alternatif2. Gambar Diagram pokayoke airbag alternatif 2 Seleksi konsep alternatif perancangan Pokayoke Penyaringan konsep didasarkan pada metode yang dikembangkan Stuart Pugh th Sering disebut seleksi konsep Pugh (Pugh, 1990), dalam perancangan ini dipergunakan untuk menyeleksi/memilih dari perbedaan

51 Tugas Akhir 88 beberapa konsep alternatif, dimana penilaian ini adalah dari anggota tim. Untuk memilih kedua konsep alternatif, yang akan digunakan, maka dilakukan seleksi yang bertujuan untuk menentukan alternatif mana yang sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Seleksi konsep alternatif menggunakan matrik seleksi, seperti dibawah. Tabel 4.7.Tabel Matrik seleksi konsep pokayoke Sumber: seleksi konsep Pugh (Pugh, 1990) Dari telusur permasalahan yang ada menggunakan analisa sebab akibat(diagram fishbone), analisa 5W dan dari seleksi matrik diatas diperoleh gambaran bahwa konsep pokayoke Alternatif1 lebih mendekati dengan kebutuhan pada proses produksi, atau lebih menjawab masalah-masalah yang ada, khususnya pada proses pengencangan bolt modul Airbag di stasiun Shower test Section Final Inspection. 7. Langkah 7 ( prediksi penerapan pokayoke ). Pokayoke yang akan digunakan pada proses fitting dan tightening bolt airbag ini adalah tipe automatis tipe torque. Dengan penerapan pokayoke ini diprediksi :

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perekonomian didunia ini, secara tidak langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perekonomian didunia ini, secara tidak langsung 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya perekonomian didunia ini, secara tidak langsung persaingan akan semakin banyak dan beragam. Dengan demikian kemajuan pembangunan, teknologi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Terhadap Rancangan Sistem Pokayoke. pihak akan sangat berpengaruh terhadap hasil penerapan, karena pokayoke disini

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Terhadap Rancangan Sistem Pokayoke. pihak akan sangat berpengaruh terhadap hasil penerapan, karena pokayoke disini Tugas Akhir 90 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Terhadap Rancangan Sistem Pokayoke Dalam perancangan sistem pokayoke di tempat kerja, peran serta dari semua pihak akan sangat berpengaruh terhadap hasil

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM POKAYOKE BOLT MODUL AIRBAG ( STUDI KASUS ) DI PROSES SHOWER TEST FINAL INSPECTION 4W PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR

PERANCANGAN SISTEM POKAYOKE BOLT MODUL AIRBAG ( STUDI KASUS ) DI PROSES SHOWER TEST FINAL INSPECTION 4W PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM POKAYOKE BOLT MODUL AIRBAG ( STUDI KASUS ) DI PROSES SHOWER TEST FINAL INSPECTION 4W PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dibidang industri otomotif yang memproduksi, memasarkan, dalam melayani para pelanggan Suzuki.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dibidang industri otomotif yang memproduksi, memasarkan, dalam melayani para pelanggan Suzuki. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Suzuki Indonesia merupakan kelompok usaha yang bergerak dibidang industri otomotif yang memproduksi, memasarkan, memperniagakan motor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis Tugas Akhir 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis dan maksimal diperlukan motodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Suzuki Indomobil Motor adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri otomotif. Perusahaan ini merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Suzuki adalah salah satu perusahaan asal Jepang yang mengembankan sayap di Indonesia. PT Suzuki Indomobil Motor merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mesin Toe Tester misalnya, penyetelan seperti ini banyak sekali digunakan umumya pada pabrik

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA 1. Sudah berapa lama APP berdiri? APP sudah berdiri selama 16 tahun, didirikan pada tanggal 25 April 1997 yang dibuat di hadapan notaris Rachmat Santoso, S.H agar dapat memproduksi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai macam barangbarang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat ini, manusia menggunakan mobil sebagai alat transportasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini menganalisa bagaimana pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian. Obyek penelitiannya adalah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Suzuki Indomobil Motor PT. Indomobil Suzuki Internasional (ISI) adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri produksi, perakitan,

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi berdampak pada persaingan yang semakin tajam baik di bidang jasa maupun manufaktur. Persaingan menyangkut kualitas produk kepada konsumen. Untuk

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PERSEDIAAN BAHAN BAKU ALUMUNIUM INGOT AC4B DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PABRIK CAKUNG

MEMPELAJARI PERSEDIAAN BAHAN BAKU ALUMUNIUM INGOT AC4B DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PABRIK CAKUNG MEMPELAJARI PERSEDIAAN BAHAN BAKU ALUMUNIUM INGOT AC4B DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PABRIK CAKUNG Disusun Oleh: Nama : Anda Daniel Siallagan NPM : 30412733 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing berusaha untuk mencari suatu metode yang lebih baik untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan jaman yang semakin pesat, dunia industri semakin berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk memperbaiki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bengkel Pioneer Motor merupakan bengkel umum di Bandung yang menawarkan jasa cuci mobil, body repair, dan perbaikan mesin mobil. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan bagian perbaikan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam produksi dan manufaktur sepeda motor setiap proses saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam produksi dan manufaktur sepeda motor setiap proses saling berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam produksi dan manufaktur sepeda motor setiap proses saling berkaitan antara satu proses dengan proses yang lain. Mulai dari raw material sampai dengan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar perusahaan meningkat pesat, era globalisasi semakin menambah ketatnya persaingan. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

MELAKUKAN PERBAIKAN RINGAN PADA RANGKAIAN/SISTEM KELISTRIKAN OTO.KR

MELAKUKAN PERBAIKAN RINGAN PADA RANGKAIAN/SISTEM KELISTRIKAN OTO.KR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR OTOMOTIF SUB SEKTOR KENDARAAN RINGAN MELAKUKAN PERBAIKAN RINGAN PADA RANGKAIAN/SISTEM KELISTRIKAN BUKU KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT

Lebih terperinci

PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA. Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : Kelas : 4 IC 04

PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA. Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : Kelas : 4 IC 04 PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : 21410394 Kelas : 4 IC 04 ABSTRAKSI Front chassis merupakan salah satu komponen utama pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma 2016 Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma 2016 LATAR BELAKANG Perusahaan Pengelasan Rangka Mobil Kualitas PT. Suzuki Indomobil Motor PERUMUSAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif antar industri-industri didalamnya. Diantaranya dengan adanya peluncuran berbagai

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA Disusun Oleh: Nama : Asep Darwis Zatnika NPM : 31412199 Kelas : 4ID05 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS 4.1. Tujuan Perawatan Perawatan dan perbaikan merupakan suatu hal yang sangat penting agar suatu alat atau mesin dapat bekerja dengan baik. Karena dengan sistem perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi

BAB I PENDAHULUAN. kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri baik industri produk maupun jasa, kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA LINE PRIMER TOP COAT PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURE INDONESIA PLANT 2 KARAWANG

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA LINE PRIMER TOP COAT PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURE INDONESIA PLANT 2 KARAWANG MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA LINE PRIMER TOP COAT PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURE INDONESIA PLANT 2 KARAWANG Nama : Feldy Dwi Anugrah NPM : 33413393 Jurusan Pembimbing : Teknik Industri : Nanih Suhartini,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2.1.1 Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasikan, dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem dimana faktor-faktor semacam tenaga kerja dan modal/kapital (mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem dimana faktor-faktor semacam tenaga kerja dan modal/kapital (mesin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas pada dasarnya berkaitan erat dengan sistem produksi, yaitu sistem dimana faktor-faktor semacam tenaga kerja dan modal/kapital (mesin, peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing perusahaan berupaya untuk menguasai pangsa pasar sebesar-besarnya guna memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan latar belakang masalah dan pembahasan masalah yang telah dirumuskan melalui fokus permasalahan serta hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

Lebih terperinci

Engine Tune Up Engine Conventional

Engine Tune Up Engine Conventional Kualifikasi Tipe Mobil Spesifik Engine Tune Up Nama No. Reg TUK Tanggal Lembar : Peserta Engine Tune Up Engine Conventional OTO.KR-01-001.01 Pelaksanaan pemeliharaan/service komponen OTO.KR-01-009.01 Pembacaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alat transportasi sekarang ini merupakan kebutuhan yang sangat penting sehingga tanpa alat transportasi banyak kegiatan yang tidak dapat berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Belum pulihnya kondisi perekonomian yang melanda bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Belum pulihnya kondisi perekonomian yang melanda bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belum pulihnya kondisi perekonomian yang melanda bangsa Indonesia mengakibatkan harga kebutuhan bahan baku produksi langsung maupun tidak langsung belum stabil bahkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. indoor yang digunakan untuk memetakan letak slot parkir dan memberitahukan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. indoor yang digunakan untuk memetakan letak slot parkir dan memberitahukan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Pengertian Umum Mapping Parking System merupakan suatu sistem pada bangunan area parkir indoor yang digunakan untuk memetakan letak slot parkir dan memberitahukan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik, berdampak pula dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah industri sepeda motor.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat PT. Astra Daihatsu Motor meningkatkan kapasitas produksi di beberapa jalur produksinya, diantaranya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Kerja praktik di laksanakan di PT. Hino Motor Sales Indonesia Tangerang, perusahaan ini bergerak dalam bidang Sales, Service, Spare parts

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Gambaran Umum Perusahaan.. Sejarah Singkat Perusahaan Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis mengadakan penelitian di

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Fishbone & FMEA Hub Front Brake Tipe KCJS G a m b a r 4 Gambar 4-1 Fishbone hub front brake tipe KCJS Dari fishbone diatas dapat diketahui bahwa harus ada perbaikan

Lebih terperinci

Nama : Dandi Yudha Aditya NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT

Nama : Dandi Yudha Aditya NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT Mempelajari Peringkat Kinerja Operator Pada Perakitan Komponen Out Side View Mirror (kaca spion) dan Opening Trim Pada Kendaraan Colt Diesel Maru-T tipe 304 TD di PT. Krama Yudha Ratu Motor Nama : Dandi

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama : Syaiful Ma arif NPM : 37412250 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Pada saat itu PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara menjelaskan fakta yang ada dilapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kualitas adalah suatu faktor penting yang sangat mempengaruhi eksistensi pelaku bisnis di era globalisasi. Pentingnya kualitas dapat dijelaskan dari dua sudut pandang,

Lebih terperinci

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1.

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1. V-6 Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG Lampiran 1. V-7 Lampiran 2. Kuesioner Penentuan Nilai Severity, Occurrence dan Detection dari Modus Potensi Kegagalan pada FMEA KUESIONER Nama Responden :

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KWM adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur aksesoris garmen yang terbuat dari timah dan menerima pesanan pewarnaan metal. Berdasarkan hasil pengamatan, permasalahan yang paling

Lebih terperinci

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK 24.1 Sistem EPS (ELEKTRONIK POWER STEERING) Elektronik Power Steering merupakan sistem yang membantu pengoperasian stering waktu dibelokkan dengan menggukan motor

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Nama : Aan Andri Yana NPM : 30411004 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: XX/XX/XXXX No. Polisi: B XXX XX Warna Eksterior/Interior: Hitam/Abu-abu Merk: MercedesBenz Bahan Interior: Kulit Model/Tipe: E240 2.6 Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian dalam negeri, baik itu industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Astra Honda Motor sebagai satu-satunya perusahaan manufacturing

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Astra Honda Motor sebagai satu-satunya perusahaan manufacturing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Astra Honda Motor sebagai satu-satunya perusahaan manufacturing dan Distributor resmi sepeda motor merk Honda sejak didirikan pada tahun 1971, sampai saat ini

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN

BAB II SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan BAB II SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN PT.Krama Yudha Ratu Motor Persetujuan usaha patungan (Joint Venture) terjadi pada tanggal 18 Januari 1973 antara PT. Krama Yudha (KY), Mitsubishi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 51 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini berisi mengenai hasil pengujian mesin Auto Loading menggunakan Robo Cylinder pada mesin Power Press PP 60. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa pembuatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif, karena analisis

Lebih terperinci

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN Metode Training ISO/TS 16949 Sentral Sistem TIDAK SEKEDAR MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO/TS 16949 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO/TS 16949, HUBUNGAN ANTARA PERSYARATAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat 29 BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara lebih rinci mengenai perencanaan dan pembuatan dari alat UV Room Sterilizer. Akan tetapi sebelum melakukan pembuatan alat terlebih dahulu

Lebih terperinci

Cindy Puspita Sari / 4ID01

Cindy Puspita Sari / 4ID01 Mempelajari Manajemen Perawatan Mesin Injeksi Plastik pada Produksi Kaca Spion Tipe KZRA di PT Astra Komponen Indonesia Cindy Puspita Sari 31413929 / 4ID01 Latar Belakang Permasalahan Solusi Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya dibidang industri, PT. PAKOAKUINA bergerak dalam bidang industri

Lebih terperinci

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna Muhammad Ihsan dan I Made Londen Batan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PART TRANSMISI MACHINING DI PT. MITSUBISHI KRAMA YUDHA MOTORS AND MANUFACTURING

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PART TRANSMISI MACHINING DI PT. MITSUBISHI KRAMA YUDHA MOTORS AND MANUFACTURING MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PART TRANSMISI MACHINING DI PT. MITSUBISHI KRAMA YUDHA MOTORS AND MANUFACTURING Disusun Oleh: Imam Sri Ediyasa 39411234 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA PRESS RELEASE TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA 10 August 2011 Image not found or type unknown JAKARTA - Hari Raya Lebaran kian dekat dan para pemudik pun siap-siap mudik untuk merayakannya bersama keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 08/02/2017

Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 08/02/2017 Laporan Kondisi Kendaraan Tanggal inspeksi: 08/02/2017 No. Polisi: B 1553 SOZ Warna Eksterior/Interior: Ungu/Coklat Merk: Ford Bahan Interior: Kulit Model/Tipe: Fiesta Sport Bahan bakar: Bensin Transmisi:

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan II. PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah bagian dari perusahaan besar yaitu Toyota Motor Corporation (TMC), Jepang. Diawali dengan berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan tiap tahunnya (Dirjen, 2014). Transportasi ini sebagian besar terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. signifikan tiap tahunnya (Dirjen, 2014). Transportasi ini sebagian besar terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan transportasi di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan tiap tahunnya (Dirjen, 2014). Transportasi ini sebagian besar terdiri dari kendaraan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS DI PT DENSO INDONESIA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS DI PT DENSO INDONESIA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS DI PT DENSO INDONESIA Disusun Oleh: Dadang Pujo Prastyawan 38412352 LATAR BELAKANG Teknologi yang canggih untuk memproduksi barang secara massal Pengendalian kualitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup signifikan. Mengacu pada data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), sepanjang

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Tri Dharma Wisesa yang beralamatkan di Jl. Pegangsaan Dua blok A1, km 1.6, Kelapa Gading, Jakarta Utara adalah salah satu perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Suzuki

Lebih terperinci