BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pandangan Umum Tentang Turbn Uap Turbn uap termasuk mesn tenaga atau mesn knvers energ dmana hasl energnya dmanfaatkan mesn lan untuk menghaslkan daya. D dalam turbn terjad perubahan energ ptensal uap menjad eneg knetk yang kemudan dubah kembal menjad energ mekank pada prs turbn, selanjutnya energ mekank dubah menjad energ lstrk pada generatr. Energ mekans yang d haslkan dalam bentuk putaran prs turbn dapat secara langsung atau dengan bantuan rda gg reduks dhubungkan dengan mekansme yang dgerakkan. Turbn uap dgunakan sebaga penggerak mula PLTU, sepert untuk menggerakkan pmpa, cmpressr dan lan-lan. Jka d bandngkan dengan penggerak generatr lstrk yang lan, turbn uap mempunya kelebhan lan antara lan: Penggunaan panas yang lebh bak. Pengntrlan putaran yang lebh mudah Tdak menghaslkan lncatan bunga ap lstrk Uap bekasnya dapat dgunakan kembal untuk prses. Sklus yang terjad pada turbn uap adalah sklus Reankne, yatu berupa sklus tertutup, dmana uap bekas dar turbn d manfaatkan lag dengan cara mendngnkanya kembal d kndensr, kemudan dalrkan lag d pmpa dan seterusnya sehngga merupakan sklus tertutup.. Analss Thermdnamka Sklus pada turbn uap adalah sklus Rankne, yang terdr dar jens sklus yatu: Sklus terbuka, dmana ssa uap dar turbn langsung d paka untuk keperluan prses.

2 Sklus tertutup, dmana uap bekas dar turbn dmanfaatkan kembal dengan dara mendngnkanya d kndensr, kemudan d alrkan kembal ke pmpa dan seterusnya sehngga merupakan sklus tertutup. Uap menurut keadaanya ada 3 jens (lt. hal 95) yatu : a) Uap basah, dengan kadar uap 0<X< b) Uap jenuh (saturated vapr), dengan kadar uap X = c) Uap kerng (Super heated vapr) Dagram alr sklus Rankne dapat dlhat sebaga berkut: Gambar. Gambar sederhana sklus Rankne

3 Gambar. Dagram T-S sklus Rankne sederhana Sklus Rankne sederhana terdr dar beberapa prses sebaga berkut: : Prses pemmpaan sentrpc pada pmpa. 3 : Prses pemasukan kalr atau pemanasan pada tekanan knstan dalam ketel uap. 3 4 : Prses pans sentrpk d dalam turbn. 4 : Prses pengeluaran kalr pada tekanan knstan. Untuk mempermudah penganalsaan thermdnamka sklus n, prsesprses datas dapat d sederhanakan dalam dagram berkut: ) Kerja pmpa (Wp) = h h = v (P P ) ) Penambahan kalr pada ketel (Q n ) = h 3 h 3) Kerja turbn (W T ) = h 3 h 4 4) Kalr yang d lepaskan dalam kndensr (Q ut ) = h 4 h 5) Efesens Thermal sklus th W Q net n WT W Q n P th ( h 3 h ) ( h 4 ( h 3 h ) h ).3 Mdfkas sklus Rankne pada PLTU Mdfkas sklus Rankne bertujuan untuk menngkatkan efsens sklus, dalam hal n d buat taks uap yang bertujuan untuk memanaskan ar pengsan ketel, sehngga kerja ketel berkurang dan kebutuhan bahan baker juga berkurang. Dalam perancangan n dbuat mdfkas sklus Rankne dengan empat taks uap. Adapun mdfkas sklus Rankne tersebut dapat dlhat pada gambar berukut: (sumber : data survey pada PLN Se Canang)

4 Gambar.3 Dagram alr sklus Rankne Mengunakan HPH dan LPH Uap kerng dar hasl pembakaran dar ketel memasuk turbn, setelah melewat bebrapa tngkatan sudu turbn, sebagan uap d trakskan ke empat pemanas awal yatu sebuah Hght Pressure Heater (HPH) dan tga buah Lw Pressure Heater (LPH), sedangkan ssanya masuk ke kndensr. Selanjutnya ar dar kndensr d pmpakan melewat tga LPH dan satu HPH untuk masuk ke ketel. Dar ketel ar dubah menjad uap kerng untuk d supla ke turbn. Tujuan uap d trakskan ke pemanas atau heater adalah untuk membuang gas yang tdak terknsendasas sehngga pemanasan d ketel dapat berlangsung efektf ketel dan menngkatkan efsens sklus. Untuk mempermudah pemanasan sklus termdnamka n, prses-prses tersebut datas dapat kta sederhanakan dalam bentuk dagram berkut :

5 Gambar.4 Dagram T-S sklus Renkne dengan empat tngkat traks.4 Prnsp Dasar Turbn Uap Turbn uap merupakan satu penggerak mula yang mengubah energ ptensal uap menjad energ knetk dan energ knetc n selanjutnya dubah menjad energ mekans dalam bentu putaran prs turbn. Prs turbn, langsung atau dengan bantuan rda gg reduks, dhubungkan dengan mekansme yang d gerakkan. Tergantung kepada mekansme yang dgerakkan, turbn uap d paka dalam beberapa bdang ndustr, untuk pembangkt tenaga lstrk, dan untuk transprtas. Dalam perancangan n, turbn uap dgunakan untuk menggerakkan generatr tenaga lstrk pada PLTU sepert tampak pada gambar.3 datas. Untuk mengubah energ ptensal uap menjad energ mekans dalam bentuk putaran prs dlakukan dengan berbaga cara, sehngga secara umum turbn uap dbag menjad tga jens utama, yatu: turbn uap mpulus, reaks dan gabungan (mpulus-reaks). Selama prses pans uap d dalam turbn juga terjad beberapa kerugan utama yang dkelmpkkan menjad dua jens kerugan utama, yatu kerugan dalam dan kerugan luar. Hal n mengakbatkan terjadnya kehlangan energ, penrunan kecepatan dan penurunan kecepatan dar uap tersebut

6 yang pada akhrnya akan mengurang efsens sklus dan penurunan daya generatr yang akan dhaslkan leh generatr lstrk..5 Klasfkas Turbn Uap Turbn uap dapat d klasfkaskan ke dalam katege yang berbeda yang tergantung pada jumlah tngkat tekanan, arah alran uap, prses penurunan kalr, knss-knds uap pada masuk turbn dan pemakaanya d bdang ndustr. Adapun klasfkasnya antara lan:. Menurut jumlah tngkat tekanan, terdr dar: a) Turbn satu tngkat, atau satu atau lebuh tngkat kecepatan, yatu turbn yang basanya berkapastas kecl dan turbn n kebanyakan dpaka untuk menggerakkan kmpresr sentrfugal. b) Turbn mpulus dan reaks nekatngkat, yatu turbn yang dbuat dalam jangka kapastas yang luas mula dar yang kecl sampa yang besar.. Menurut arah alran uap, terdr dar: a) Turbn aksal, yatu turbn yang uapnya mengalr dalam arah yang sejajar terhadap sumbu turbn. b) Turbn radal, yatu turbn yang uapnya mengalr dalam arah yang tegak lurus terhadap sumbu turbn. 3. Menurut jumlah slnder, terdr dar: a) Turbn slnder tunggal b) Turbn selnder ganda c) Turbn tga slnder d) Turbn empat slnder Turbn nekatngkat yang rtrnya d pasang pada prs yang sama dan yang d kpel dengan generatr tungal d kenal dengan turbn prs nekatunggal ; turbn dengan prs yang terpsah untuk masng-masng slnder yang dpasang sejajar satu dengan yang lanya dkenal dengan turbn neka-aksal. 4. Menurut metde pengaturan, terdr dar:

7 a) Turbn dengan pengaturan pengaturan pencekkan (thrttlng), dalam hal n uap panas lanjut yang keluar dar ketel masuk melalu satu atau lebh saluran pencekk yang d peraskan serempak. b) Turbn dengan pengaturan nzel yang uap segarnya masuk melalu dua atau lebh pengatur pembuka yang berurutan. c) Turbn dengan pengaturan langkah (by-pass gvernng), dmana uap panas lanjut yang keluar dar ketel dsampng untuk dalrkan ke tngkat pertama juga langsung d alrkan ke satu, dua, atau bahkan tga tngkat menengah turbn tersebut. d) Menurut prnsp aks uap, terdr dar: a) Turbn mpulus, yang energ ptensal uapnya d ubah menjad energ knetc d dalam nzel atau laluan yang d bentuk leh sudu-sudu yang berdekatan, dan d dalam sudu gerak, energ knetk uap d ubah menjad energ mekans. b) Turbn reaks aksal yang pans uapnya d antara laluan sudu, bak sudu pengarah maupun sudu gerak. c) Turbn reaks radal tanpa sudu pengarah yang dam. d) Turbn reaks radal dengan sudu pengarah yang dam.6. Analsa Kecepatan Alran Uap Analsa kecepatan alran uap yang melewat suatu sudu dapat dgambarkan sebaga berkut : \ Gambar.5. Varas kecepatan uap pada sudu-sudu gerak turbn mpuls.

8 (Sumber : Lt.7, hal 33). Kecepatan aktual keluar dar nsel (C) adalah: (Sumber : Lt.7, hal 80) C 9,5 H ' (m/det) O dmana : H = besar jatuh kalr (entalph drp) (kkal/kg) = kefsen gesek pada dndng nsel (0,9 s/d 0,98). Kecepatan uap keluar terts (Ct) (Sumber : Lt.7, hal 4) C C t (m/det) 3. Kecepatan tangensal sudu (U) (Sumber : Lt.7, hal 85). d. n U (m/det) 60 dmana : d = dameter pada turbn (m) n = Putaran prs turbn 4. Kecepatan uap memasuk sudu gerak pertama (w) (Sumber : Lt.7, hal 33) C U UC cs w (m/det) 5. Kecepatan mutlak radal uap keluar sudu gerak bars pertama (Cu) (Sumber : Lt.7, hal 76) C u C (m/det). cs 6. Kecepatan mutlak radal uap keluar sudu gerak bars kedua (Cu) (Sumber : Lt.7 hal 76 ) C u C (m/det) cs 7. Sudut relatf masuk sudu gerak bars pertama (β)

9 (Sumber : Lt.7, hal 34) C sn w 8. Sudut relatf uap sudu keluar sudu gerak pertama (β) (Sumber : Lt.7, hal 34) (3 5 ) 9. Kecepatan relatf uap keluar sudu gerak pertama (w) (Sumber : Lt.7, hal 34) w (m/det).w 0. Kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak pertama (C) (Sumber : Lt.7, hal 34) C w U. U. w cs (m/det). Kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak kedua (C ) (Sumber : Lt.7, hal 85) ' C.C (m/det). gb.7 Kerugan Energ pada Turbn Uap Kerugan energ pada turbn adalah pertambahan energ kalr yang dbutuhkan untuk melakukan kerja mekans pada praktek aktual dbandngkan dengan nla terts yang prses pansnya terjad benar-benar sesua dengan prses adabatk. Pada suatu tngkat turbn, jumlah penurunan kalr yang benarbenar dknvers menjad kerja mekans pada prs turbn adalah lebh kecl darpada nla-nla yang dhtung untuk tngkat turbn yang deal. Semua kerugan yang tmbul pada turbn aktual dapat dbag menjad dua kelmpk utama, yatu :. Kerugan-kerugan dalam (Internal lsses)

10 . Kerugan kerugan Luar.7. Kerugan-kerugan dalam (Internal lsses). Kerugan kalr pada katub pengatur Alran uap melalu katup-katup penutup dan pengatur dserta leh kerugan energ akbat prses pencekkan (thrtlng), kerugan n yang dsebut dengan kerugan katup pengatur. Jka tekan uap masuk adalah P maka akan terjad penurunan tekanan menjad tekan awal masuk turbn P. Penurunan tekan awal (ΔP) dperkrakan sebesar ( 3 5 ) % dar P [ Menurut Lt.7 hal. 59 ]. Dmana ΔP = P P, pada perencanaan n dambl kerugan pada katup pengatur sebesar 5% dar tekan masuk turbn atau dapat d tulskan (Sumber : Lt.7 hal 60) : ΔP = 5%P Kerugan energ yang terjad pada katup pengatur dtentukan dengan (Sumber : Lt.7 hal 59) : ΔH = H H dmana: H = nla penurunan kalr ttal turbn H = nla penurunan kalr setelah mengalam prses penurunan tekanan akbat pengaturan melalu katup pengatur dan katup penutup yang dtetapkaqn sebesar 3 5% dar P. jad tujuan perencanaan kerugan tekanan yatu sebesar ΔP = 5%P. Adapun gambar.6. menunjukkan prses pans uap melalu mekansme pengatur beserta kerugan-kerugan yang lannya yang dakbatkan pencekkan (thrttlng). Dsebabkan leh prses pencekkkan yang terjad pada katub pengatur, penurunan kalr yang terseda pada turbn akan berkurang dar H menjad H dengan kata lan ada kehlangan energ yang terseda sebesar H = H - H.Besarnya kerugan tekanan akbat perncekkan dengan katub pengatur terbuka

11 lebar dapat dandakan sebesar 5 % dar tekanan uap segar P ( Sumber : Lt. hal 59 ). Gambar.6. Prses pans uap dalam turbn beserta kerugan-kerugan akbat Pencekkan.. Kerugan kalr pada nzel (hn) Kerugan energ dalam nzel adalah dalam bentuk kerugan energ knets dmanan besarnya adalah : Kerugan energ pada nsel dsebabkan leh adanya gesekan uap pada dndng nzel, turbulens, dan lan-lan. Kerugan energ pada nsel n dcakup leh kefsen kecepan nzel ( ) yang sangat tergantung pada tngg nzel. Kerugan energ kalr pada nzel dalam bentuk kalr (Sumber : Lt.7 hal 5) : h n C t C 000 kj kg dmana : hn = besarnya kerugan pada nzel Ct = kecepatan uap masuk nzel terts

12 ϕ = kefsen kecepatan pada dndng nzel (0,93 s/d 0,98) C = kecepatan aktual uap keluar dar nzel Untuk tujuan perancangan, nla-nla kefsen kecepatan nzel dapat dambl dar grafk yang dtunjukkan pada gambar dbawah n : Gambar.7. Grafk untuk Menentukan Kefsen ϕ sebaga fungs tngg nzel (sumber : Lt.7, hal 6) 3. Kerugan kalr pada sudu gerak Kerugan pada sudu gerak dpengaru beberapa faktr yatu : kerugan akbat tlakan pada ujung belakang sudu. Kerugan akbat tubrukan. Kerugan akbat kebcran uap melalu ruang melngkar. Kerugan akbat gesekan. Kerugan akbat pembelkan semburan pada sudu. Semua kerugan datas dsmpulkan sebaga kefsen kecepatan sudu gerak (ϕ). Akbat kefsen n maka kecepatan relatf uap keluar dar sudu W lebh kecl dar kecepatan relatf uap masuk sudu W. Kerugan kalr pada sudu gerak pertama (Sumber : Lt.7, hal 85) : ' h b w w (kj/kg) 000 Kerugan pada sudu gerak bars kedua (Sumber : Lt.7, hal 86) :

13 '' h b ' ' w w (kj/kg) 000 dmana : w = kecepatan relatf uap masuk sudu gerak I w = kecepatan relatf uap keluar sudu gerak I w = kecepatan relatf uap masuk sudu gerak II w = kecepatan relatf uap keluar sudu gerak II Untuk keperluan rancangan maka faktr ψ dapat dambl dar grafk berkut dbawah n: Gambar.8. kefsen kecepatan untuk sudu gerak turbn mpuls untuk berbaga panjang dan prfl sudu (Sumber : Lt.7, hal 6) 4. Kerugan kalr akbat kecepatan keluar Uap mennggalkan ss keluar sudu gerak dengan kecepatan mutlak C, sehngga kerugan energ knetk akbat kecepatan uap keluar C untuk tap kg uap dapat dtentukan sama dengan C /00 kj/kg. Jad sama dengan kehlangan energ sebesar (Sumber : Lt.7, hal 63) : C h c (kj/kg) Kerugan Kalr Pada Sudu Pengarah

14 (Sumber : Lt.7, hal 64) h gb C C (kj/kg) Kerugan kalr akbat gesekan cakram Kerugan gesekan terjad dantara cakram turbn yang berputar dengan uap yang menyelubungnya. Cakram yang berputar tu menark pertkel-pertkel yang ada ddekat permukaannya dan member gaya searah dengan putaran. Sejumlah kerja mekans dgunakan untuk mengatas pengaruh gesekan daqn pemberan kecepatan n. Kerja yang dgunakan untuk melawan gesekan dan percepatanpercepatan partkel uap n pun akan d knverskan menjad kalr, jad akan mnemperbesar kalr kandungan uap. Kerugan akbat gesekan cakram dan ventlas dalam satu kalr dapat dtentukan dar persamaan berkut (Sumber : lt.7, hal 64): hg ca 0 Ng ca (kj/kg) 47G Dmana: G = massa alran uap melalu tngkatan turbn (kg/s) Ng ca = daya gesek dar ventlas cakram (kw) Adapun penentu daya gesek dar ventlas cakram n serng dlakuakn dengan memaka rumus berkut (Sumber : Lt.7 hal 64) : Ng ca d. n. l. (kw) dmana : β = kefsen yang sama dengan,06 untuk cakram bars ganda d = dameter cakra yang dukur pada tngg rata-rata sudu A(m) n = putaran prs turbn (rpm) l = tngg sudu (m) ρ = Massa jens uap dmana cakram tersebut berputar (kg/m3) = /ν, dmana ν = vlume spesfk uap pada knds tersebut (m3/kg) 7. Kerugan Ruang Bebas pada Turbn Impuls

15 Ada perbedaan tekanan d antara kedua ss cakram nsel yang dpasang pada statr turbn, sebaga akbat pans uap d dalam nsel. Dafragma yang mempunya sudu sudu gerak adalah dalam keadaan berputar, sementara cakramcakram adalah dalam keadaan dam sehngga selalu ada ruang bebas yang sempt antara cakram-cakram putar dan dafragma. Tekanan sebelum melewat dafragma adalah p dan tekanan sesudah cakram yang mempunya sudu-sudu gerak adalah p. Oleh sebab tu, seluruh penurunan tekanan yang terjad pada perapat labrn dar p hngga ke p ddstrbuskan dantara ruang-ruang A, B, C, D, E, dan F. Adanya perbedaan tekanan menyebabkan adanya kebcran melalu celah n, yang besarnya : h kebcran Gkebcran ( 0 ) (kj/kg) (Sumber : Lt.7, hal 64) G Dmana G kebcran dtentukan berdasarkan tekanan krts (Sumber : lt.7. hal 67), yatu : p kr 0,85. p z.5 Gambar.9. Celah kebcran Uap tngkat tekanan pada turbn mpuls

16 (sumber : Lt., hal 6) Bla tekanan krts lebh rendah dar p, maka kecepatan uap d dalam labrn adalah lebh rendah darpada kecepatan krts dan massa alr kebcran dtentukan dengan persamaan (Sumber : Lt.7, hal 67) : G kebcran g ( p p 00 fs (kg/det) zp v sebalknya, bla tekanan krts lebh tngg dar p, maka kecepatan uap adalah lebh tngg dar kecepatan krtsnya dan massa alr kebcran dhtung (Sumber Lt.7, hal 6) : G kebcran 00 fs g p z.5 v 8. Kerugan Akbat Kebasahan Uap Dalam hal turbn kndensas, beberapa tngkat yang terakhr basanya berperas pada knds knds uap basah yang menyebabkan terbentuknya tetesan ar. Tetesan ar n leh pengaruh gaya sentrfugal akan terlempar ke arah kellng. Pada saat bersamaan tetesan ar n menerma gaya percepatan dar partkel-partkel uap searah dengan alran, jad sebagan energ knetk uap hlang dalam mempercepat tetesan ar n. Kerugan akbat kebasahan uap dapat dtentukan dengan persamaan (Sumber : Lt.7, hal 69): h kebasahan ( x) h Dmana : x = fraks kekerngan rata-rata uap d dalam tngkat turbn yatu sebelum nsel (sudu pengarah) dan sesudah sudu gerak tngkat tersebut. h = penurunan kalr yang dmanfaatkan pada tngkat turbn dengan memperhtungkan semua kerugan kecual akbat kebasahan uap

17 9. Kerugan Pempaan Buang Kerugan pempaan buang terjad karena kecepatan alran pada ppa buang besar (00-0) m/s yang basanya terjad pada turbn kndensas. Besarnya kerugan tekanan dalam pempaan buang turbn-turbn kndensas dapat dtentukan (Sumber : Lt.7, hal 70), yatu : Cs p pk pk Dmana : 00 p = tekanan uap sesudah sudu (bar) p k = tekanan uap d dalam pempaan buang (bar) = kefsen yang nlanya dar 0,07-0, C s = kecepatan uap pada pempaan buang (m/s)..7. Kerugan kerugan Luar Kerugan Mekans Kerugan mekans dsebabkan leh energ yang dgunakan untuk mengatas tahanan yang dberkan leh bantalan luncur dan drng termasuk bantalan luncur generatr atau mesn yang dhubungkan dengan prs turbn. Untuk tujuan perancangan, kerugan mekans, generatr dan turbn (Menurut lt. 4, hal. 88) dapat dtentukan dengan mempergunakan grafk efsens mekans turbn..8 Efsens dalam Turbn Uap. Efsens relatf sudu Hubungan antara kerja satu klgram uap Lu pada kellng cakram yang mempunya sudu-sudu gerak terhadap kerja terts yang dapat dlakukannya adalah (Sumber : Lt.7, hal 7): L u L u 0 A. Lu u

18 . Efsens nternal Hubungan antara kerja yang bermanfaat yang dlakukan leh sudu dengan kg uap pada tngkat atau d dalam turbn terhadap kerja terts yang terseda adalah (Sumber : Lt.7, hal 7) : L L A Lu H. u H 3. Efsens termal Hubungan antara penurunan kalr adabatk terts d dalam turbn dan kalr yang terseda dar ketel adalah (Sumber : Lt.7, hal 7): H 0 t q t q 4. Efsens relatf efektf Hubungan antara efsens mekans dengan efsens nternal turbn adalah (Sumber : Lt.7, hal 7) :. re m Besarnya efsens mekans dtentukan dar gambar datas sedangkan efsens efektf relatf dapat dtentukan berdasarkan grafk (lt. 7, hal. 88) Daya dalam turbn dapat dtulskan sebaga berkut : Daya dalam turbn 47. G0 H (kw) (Sumber : Lt.7, hal 7) 0 Daya efektf yang dhaslkan pada turbn adalah :. N (Sumber : Lt.7, hal 7) ef m Daya efektf turbn dapat juga dperleh dar hubungan anatara daya yang dbangktkan pada termnal generatr Ne dan effsens generatr g, (Sumber : Lt.7, ha 7) yatu :

19 N g N e efektf.9 Perhtungan Fraks Massa pada Tap Ekstraks Dar gambar. sebelumnya telah dketahu, bahwa untuk sklus PLTU n drancang empat buah tngkatan traks dar turbn uap, sehngga fraks massa pada tap traks dapat dtentukan. Berkut n dtentukan fraks massa dar traks pertama hngga traks keempat sebaga berkut (Sumber : Lt.7, hal 37) : Fraks massa pada traks pertama (α ) I I. 4 IV fw s III fw. Fraks massa pada traks kedua ( ). 3 III fw II fw II I fw I s II fw 3 Fraks massa pada traks ketga ( 3 ) 3 II I. fw fw III I s 4. Fraks massa pada raks keempat ( 4 ) 4 I I III IV. fw knd. 3 s s IV VI. s Dmana :,, 3 dan 4 adalah efsens pemanas ar pengsan bler yang dakbatkan leh kehlangan kalr ke medum d sektarnya..0 Perhtungan Jumlah Uap yang Mengalr Melalu Turbn dan Ekstraks Jumlah uap yang mengalr melalu turbn uap dapat dtentukan sebaga berkut:

20 D h I 860. P II III IV h h h 3 N 3 4 h V (Sumber Lt.7, hal 37) Dmana : G 0 = jumlah uap yang mengalr melalu turbn uap (Kg/s) P N = daya nett yang harus dsupla turbn uap ke generatr lstrk (kw) I II III IV V h, h, h, h, h penurunan kalr yang dmanfaatkan pada turbn antara ttkttk traks (kj/kg). Kemudan jumlah uap yang dcerat dar setap ttk traks dapat dtentukan sebaga berkut : I. G. G penurunan kalr yang dmanfaatkan pada turbn antara ttk-ttk traks (kj/kg). II. G. G jumlah uap yang dcerat dar ttk traks yang kedua III 3. G. G 3 jumlah uap yang dcerat dar ttk traks yang ketga IV 4. G. G jumlah uap yang dcerat dar ttk traks yang 4 keempat Sehngga jumlah uap yang mengalr melalu turbn antara berbaga ttk traks, menjad :. G = jumlah uap yang mengalr melalu ruang pertama sampa ke ttk traks yang pertama G = jumlah uap yang mengalr antara ttk traks I G G yang pertama dan kedua G G G G = jumlah uap yang mengalr sesudah ttk I traks kedua. I II G G G G G = jumlah uap yang mengalr antara ttk II III traks yang ketga dan keempat. G G G G G G = jumlah uap yang mengalr sesudah I II III IV ttk traks yang keempat.

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II ENERGI ANGIN t (sec)

BAB II ENERGI ANGIN t (sec) BAB II ENERGI ANGIN II. 1. Umum [] Angn merupakan udara yang berhembus dar suhu tngg ke suhu rendah akbat adanya perbedaan temperatur atmosfer. Perbedaan temperatur pada lokas yang berbeda (gars lntang)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB II KONDUKSI ALIRAN STEDI SATU DIMENSI

BAB II KONDUKSI ALIRAN STEDI SATU DIMENSI BB II KONDUKSI LIRN SEDI SU DIMENSI Dndng Datar Persamaan alr : (5- Harga ndutvtas termal dasumsan nstan, tebal dndng, dan dan adalah temperatur permuaan dndng. Ja ndutvtas termal bervaras arena temperatur

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa Termodinamika Siklus Rankine adalah siklus teoritis yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit daya uap Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau

Lebih terperinci

Dasar-dasar Aliran Fluida

Dasar-dasar Aliran Fluida Dasar-dasar Alran Fluda Konsep pentng dalam alran fluda Prnsp kekealan massa, sehngga tmbul persamaan kontnutas Prnsp energ knetk, persamaan persamaan alran tertentu Prnsp momentum, persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Medan Elektromagnetik

Medan Elektromagnetik Medan Elektromagnetk Kulah 1 Medan Magnet 19 Me 009 Dr. r Poernomo ar, T, MT 1. Medan magnet d sektar arus lstrk Oersted menentukan adanya medan magnet d sektar kawat yang berarus lstrk. Percobaan Oersted

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

(Total Suspended Solid) dan Kekeruhan (Turbidity) dapat dilihat pada beberapa tabel

(Total Suspended Solid) dan Kekeruhan (Turbidity) dapat dilihat pada beberapa tabel 8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasl Peneltan Hasl dar beberapa peneltan penglahan ar permukaan selkan Mataram dengan menggunakan Flter bermeda pasr, zelt, kerkl, dengan parameter TSS (Ttal Suspended

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME)

BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME) Yosef Agung Cahyanta : Termodnamka I 43 BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME) 4.1 ANALISIS TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA Dalam persoalan yang menyangkut adanya alran massa ke/dar

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Solusi Termodinamika Bab VIII

Solusi Termodinamika Bab VIII Solus ermodnamka Bab VIII 8. Art Proses, proses kuasstatk, dspas kalor dan sat proses reversbel: a. Art Proses dan Proses Kuasstatk Proses: Perubahan koordnat dar suatu sstem Proses Kuasstatk: Perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Teorema Gauss. Garis Gaya Listrik Konsep fluks. Penggunaan Teorema Gauss

Teorema Gauss. Garis Gaya Listrik Konsep fluks. Penggunaan Teorema Gauss Teorema Gauss Gars Gaya Lstrk Konsep fluks Teorema Gauss Penggunaan Teorema Gauss Medan oleh muatan ttk Medan oleh kawat panjang tak berhngga Medan lstrk oleh plat luas tak berhngga Medan lstrk oleh bola

Lebih terperinci

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB 18. ARUS LISTRIK

BAB 18. ARUS LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI...1 BB 18. RUS LISTRIK... 18.1 Sumber-Sumber rus Lstrk... 18. Hukum Ohm...4 18. Hambatan Jens Bahan...5 18.4 Daya Lstrk...6 18.5 rus Bolak-Balk...7 18.6 Qus 18...8 1 BB 18. RUS LISTRIK

Lebih terperinci

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku 13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 KUT US LISTIK HUKUM OHM ESISTO/HMBTN NGKIN ESISTO SEI NGKIN ESISTO PEL NGKIN ESISTO SEGITIG-BINTNG LT UKU JEMBTN WHETSTONE LT UKU GLVNOMETE LT UKU VOLTMETE ENEGI LISTIK DY LISTIK GY GEK LISTIK (GGL) NGKIN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK Dktat Rekayasa Trafk BB II PDKT PROBBILITS D MODL TRFIK 2. Pendahuluan Trafk merupakan perstwa-perstwa kebetulan yang pada dasarnya tdak dketahu kapan datangnya dan berapa lama akan berlangsung. Maka untuk

Lebih terperinci

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER mpermeter, oltmeter dan vometer KEGITN BELJ 1. LNDSN TEOI MPEMETE-OLTMETE-OMETE Dalam Fska Dasar II pada pokok bahasan gaya magnetk dan momen gaya magnetk, telah dbahas mengena bagamana kumparan berarus

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadllah Cjantung Jakarta Tmur Telp. 80078, Fax 877978 REMEDIAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PAAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Spersa stantna. SCREENING: MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL Mater: Cara-cara menentukan ukuran partkel. Analss data ukuran partkel menggunakan screen shaker. Evaluas

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa campur belerang memperoleh hasil berupa

Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa campur belerang memperoleh hasil berupa BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN Pengujan yang telah dlakukan d Laboratorum Mekanka Tanah. Fakultas Teknk Spl dan Perencanaan. Unverstas Islam Indonesa, untuk tanah gambut Ambarawa dan tanah gambut Ambarawa

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KONDENSOR PIPA KONSENTRIK

STUDI EKSPERIMENTAL KONDENSOR PIPA KONSENTRIK STUDI EKSPERIMENTAL KONDENSOR PIPA KONSENTRIK Sartn Putr Jurusan Teknk Mesn Fakultas Teknk Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Ktak Ps 1 Pabelan Surakarta emal: sartn_putr@ums.ac.d ABSTRAK Kndensr

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car

Lebih terperinci

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan

Lebih terperinci