BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo"

Transkripsi

1 BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2010

2 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi Bank Indonesia : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan Tugas Bank Indonesia : 1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank. Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada Redaksi : Kelompok Kajian dan Survey Bank Indonesia Gorontalo Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo Telp : Fax : Web :

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian periode triwulan I-2010 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI Gorontalo sebagai economic intelligent and research unit yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo. Gorontalo, 30 April 2010 BANK INDONESIA GORONTALO Dudung C. Setyadi Deputi Pemimpin

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i BAB 1. BAB 2 BAB 3 BAB 4 BAB 5 PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL 1.1. Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor-Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Bangunan Sektor Industri Pengolahan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor Lainnya Box KER I 19 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan III Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) Box KER II 29 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi Perkembangan Bank Penyerapan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Stabilitas Sistem Perbankan Resiko Kredit Resiko Likuiditas Resiko Pasar Box KER III 40 KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah Belanja Daerah Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Perkembangan Keuangan Daerah SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Kliring Non BI di Gorontalo 48

5 5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS) 49 BAB 6 BAB 7 KESEJAHTERAAN 6.1. Pengangguran Kemiskinan Rasio Gini IPM 53 OUTLOOK EKONOMI 7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional Outlook Inflasi Outlook Perbankan 58 LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 1 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas ke Luar Negeri 6 Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Negara Tujuan 7 Tabel 1.4 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo 7 Tabel 1.5 Pertumubuhan Ekonomi Sisi Penawaran 8 Tabel 1.6 Defisit Energi Listrik PLN 17 Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 25 Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan (yoy) 26 Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa 27 Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 43 Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 44 Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 44 Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 45 Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 45 Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 46 Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo 48 Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo 49 Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan 51 Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 52 Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kota Tahun Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 54 Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo 54 Tabel 6.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kab/Kota Tahun Tabel 7.1 ARAM Pertanian 56 Tabel 7.2 Harga Eceran Tertinggi Pupuk 58

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Survei Konsumen 2 Grafik 1.2 NTP Pertanian 2 Grafik 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi 3 Grafik 1.4 Realisasi Belanja Pegawai 3 Grafik 1.5 Realisasi Konsumsi Pemerintah 3 Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Investasi 4 Grafik 1.7 Realisasi Belanja Modal 4 Grafik 1.8 Impor Semen Gorontalo 7 Grafik 1.9 Survei Kegiatan Dunia Usaha 8 Grafik 1.10 Realisasi Panen Pertanian Tabama 8 Grafik 1.11 Realisasi Produksi Jagung 9 Grafik 1.12 Perkembangan Luas Panen Jagung Per Kab/Kota 9 Grafik 1.13 Realisasi Produksi Padi 10 Grafik 1.14 Perkembangan Luas Panen Padi Per Kab/Kota 10 Grafik 1.15 Realisasi Kredit Pertanian 10 Grafik 1.16 NPL Kredit Pertanian 10 Grafik 1.17 Perkembangan Angkutan Udara 11 Grafik 1.18 Perkembangan Kargo Udara 11 Grafik 1.19 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor 12 Grafik 1.20 Realisasi Penjualan BBM Transportasi 12 Grafik 1.21 Perkembangan Angkutan Laut 13 Grafik 1.22 Perkembangan Kargo Laut 13 Grafik 1.23 Volume Bongkar Pelabuhan Laut 14 Grafik 1.24 Volume Bongkar Pelabuhan Udara 14 Grafik 1.25 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis 14 Grafik 1.26 Tingkat Penghunian Hotel 14 Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen Gorontalo 15 Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Konstruksi 16 Grafik 1.29 Realisasi Belanja Modal APBD 16 Grafik 1.30 Penggunaan BBM Industri 16 Grafik 1.31 Penggunaan Listrik Industri 16 Grafik 1.32 NIM Perbankan 17 Grafik 1.33 Pendapatan/Beban Bunga 17 Grafik 1.34 Penjualan Energi Listrik 17 Grafik 1.35 Realisasi Kredit Jasa-Jasa 18 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 23 Grafik 2.2 Realisasi Kapasitas Produksi 24 Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen 24 Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD 24 Grafik 2.5 Harga Minyak Dunia 25 Grafik 2.6 HPP Pembelian Beras 25 Grafik 2.7 Perkembangan Harga Cabe 26

8 Grafik 2.8 Perkembangan Harga Beras 27 Grafik 2.9 Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam 28 Grafik 2.10 Perkembangan Harga Gula Pasir 28 Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 34 Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga 34 Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan 35 Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan 35 Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral 35 Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral 35 Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM 36 Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM 36 Grafik 3.9 Perkembangan NPL 37 Grafik 3.10 NPL per Sektor 37 Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit 37 Grafik 3.12 Perkembangan Protofolio DPK 38 Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 38 Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate 39 Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 47 Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan 47 Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 48 Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 48 Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 49 Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 55 Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%) 56 Grafik 7.3 Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 57 Grafik 7.4 Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan 58

9 Halaman ini sengaja dikosongkan...

10 RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2010 melambat 7,43% (y.o.y). Kinerja ekspor dan konsumsi yang melemah mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi sisi permintaan Pada triwulan I-2010, perekonomian Gorontalo diperkirakan tumbuh sebesar 7,43% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2009 sebesar 7,66% (y.o.y). Melambatnya ekonomi Gorontalo didorong oleh melemahnya kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan serta kinerja pertanian di sisi penawaran. Melemahnya daya beli masyarakat yang tercermin pada menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) serta stagnasi pertumbuhan belanja pegawai mendorong tingkat konsumsi masyarakat menurun selama triwulan I Menurunnya NTP diperkirakan sebagai dampak dari merosotnya produksi pertanian di Bulan Januari dan Februari Tekanan pertumbuhan ekonomi juga dirasakan disisi ekspor, dimana nilai ekspor komoditas jagung selama triwulan I-2010 terkontraksi hingga 77%, dibandingkan nilai ekspor pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Namun perlambatan ekonomi yang terjadi sedikit diredam oleh membaiknya kinerja investasi dan impor. Peningkatan peran serta swasta dalam mendorong kegiatan investasi daerah tumbuh secara signifikan ditengah menurunnya pembiayaan investasi pemerintah daerah. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kredit investasi perbankan yang mencapai 121,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 35,12% (y.o.y). Sementara itu penurunan pembiayaan pemerintah nampak dari nilai realisasi belanja modal yang terkontraksi hingga 79,18% (y.o.y). Peningkatan kegiatan investasi di Gorontalo selama triwulan I-2010 memberikan dorongan yang positif bagi peningkatan kegiatan impor. Realisasi impor semen meningkat tajam hingga 69,50% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi 22,04% (y.o.y) BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 i

11 Di sisi penawaran, perlambatan didorong oleh menurunnya kinerja sektor pertanian Disisi penawaran, kinerja pertanian diperkirakan melambat akibat menurunnya luas tanam lahan pertanian pada bulan September November 2009 yang mempengaruhi produksi Januari Februari Penurunan luas tanam pada periode tersebut akibat pengaruh musim kering yang terjadi dibeberapa kabupaten di Gorontalo. Dalam periode tersebut kandungan air tanah merosot hingga 60% sehingga selama triwulan I-2010 Pemerintah Daerah telah mengupayakan optimalisasi sumur bor untuk mempertahankan produksi pertanian Gorontalo. Sementara itu kinerja sektor utama lainnya masih tumbuh dengan baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja sektor bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I sebesar 10,54% (y.o.y) Inflasi tahunan Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Penurunan tekanan inflasi tersebut tercermin pada perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Perbaikan ekonomi daerah berupa peningkatan produksi pada akhirnya mampu menjaga pasokan kebutuhan barang dan jasa masyarakat dengan baik, sebaliknya permintaan cenderung melemah sehingga menggerakkan output gap ke arah positif. Sementara itu, ekspektasi harga jangka pendek cenderung menurun seiring dengan kondisi kelancaran pasokan barang/jasa. Secara triwulanan, inflasi triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. ii KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

12 Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM memberi pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM memberi pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo. Kebijakan penurunan harga BBM telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan inflasi Namun, pada awal tahun 2010 harga minyak internasional menunjukkan tren meningkat. Komitmen pemerintah untuk tetap mempertahankan kestabilan harga BBM domestik hingga triwulan I-2010 memberikan pengaruh positif pada perkembangan harga-harga. Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat kebijakan pemerintah yang berpotensi memberikan tekanan inflasi yaitu kebijakan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras oleh Bulog per 1 Januari Kenaikan HPP beras sebesar 10% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp4.600/kg pada tahun 2009 menjadi Rp5.060/kg pada tahun PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan I menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Dana pihak ketiga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan dana pihak ketiga terutama didorong oleh berkurangnya penempatan dana deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara itu, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan kredit terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi seiring dengan menurunnya keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat keterlambatan musim panen. Sementara itu secara sektoral kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup signifikan sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 iii

13 Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang tidak wajar mencapai lebih dari 145% sehingga berpotensi menganggu ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulani I-2010 meningkat dibandingkan capaian triwulan I-2009 Pengaruh realisasi fiskal pemerintah provinsi terhadap uang beredar selama triwulan I-2010 bersifat ekspansif. Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 mencapai 13,97%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan I-2009 sebesar 19,02%. Pos belanja modal mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Rp 28,25 Miliar pada triwulan I-2009 menjadi Rp 5,88 Miliar di triwulan I Belum terlaksananya tender proyek pemerintah 2010 sampai dengan bulan Maret mendorong penyerapan belanja modal terkesan lambat. Kondisi ini perlu disikapi oleh Pemerintah Daerah mengingat pembiayaan investasi yang bersumber dari APBD merupakan sumber pembiayaan investasi terbesar kedua setelah dana pinjaman perbankan. Realisasi fiskal Pemerintah Provinsi selama triwulan I-2010 cenderung ekspansif, hal ini tercermin dari nilai realisasi belanja lebih besar daripada nilai realisasi pendapatan daerah. Kebijakan ekspansif dimaksud dinilai tepat ditengah perlambatan ekonomi Gorontalo pada triwulan I-2010 namun akselerasinya terkesan masih lambat dan jauh dibawah nilai realisasi belanja daerah tahun 2009 lalu. iv KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

14 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan I-2010 diwarnai oleh net inflow dan penurunan uang lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS. Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan I-2010 diwarnai oleh net inflow dan penurunan uang lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS. Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2010 mencatat net inflow sebesar Rp135,05 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari Khasanah kas titipan. Sementara itu, pada triwulan laporan tidak terdapat uang lusuh di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Hal ini terjadi karena pada periode laporan dilakukan kegiatan clean money policy oleh Bank Indonesia. Disisi lain, Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp294,61 miliar dengan pertumbuhan sebesar 10,69% (y.o.y). Sedangkan perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan I-2010 secara nominal sebesar Rp429 miliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 4,78% (y.o.y). Transaksi RTGS masih mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat kesejahteraan sedikit mengalamai penurunan. Jumlah pengangguran di Gorontalo pada Agustus 2009 menurun. Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang meningkat. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi. Pada Bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 v

15 pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009 Persentase penduduk miskin di Maret 2009 meningkat. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36 Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan (data Bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%), dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%) Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Hal ini tercermin pula dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2007 tercatat 68,98 meningkat dibanding IPM 2006 yang sebesar 68,01. PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Gorontalo triwulan I diperkirakan tumbuh 7,3-7,8% (y.o.y) lebih baik dibandingkantriwulan I Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2010 diperkirakan tumbuh 7,6 8,1% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II Mulai membaiknya kondisi pertanian Gorontalo pada akhir Maret 2010 dengan dukungan cuaca dan musim diperkirakan mampu mendorong peningkatan produksi pertanian hingga akhir semester II BMKG memperkirakan musim kemarau di kawasan Sulawesi bagian Utara akan terjadi di bulan Juni 2010 sementara curah hujan bulan Maret sampai dengan Mei 2010 diperkirakan cukup. Perkembangan sektor pertanian untuk tumbuh lebih baik pada triwulan II-2010 juga didukung vi KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

16 proyeksi Dinas Pertanian Prov. Gorontalo sesuai dengan Angka Ramalan I-2010 bahwa produksi Jagung akan mencapai 665 Ribu Ton atau meningkat 16,87% dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 24,48%. Meningkatnya pendapatan masyarakat seiring pertumbuhan produksi sektor pertanian diperkirakan mendorong konsumsi swasta meningkat pada triwulan II-2009 Peningkatan produksi pertanian diperkirakan mampu mendorong peningkatan kinerja konsumsi dan ekspor luar negeri. Meningkatnya pendapatan masyarakat seiring pertumbuhan produksi sektor pertanian diperkirakan mendorong konsumsi swasta meningkat pada triwulan II Disisi lain konsumsi pemerintah diperkirakan masih melambat terkait anggaran APBD 2010 yang lebih rendah dibandingkan anggaran APBD Sementara itu kinerja dunia usaha secara keseluruhan diperkirakan masih tumbuh baik. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Gorontalo triwulan I-2010 mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada triwulan II-2009 berada pada level optimis 16,46. Sektor bangunan dan perdagangan diperkirakan menjadi sektor potensial yang akan memberikan sumbangan bagi pertumbuhan triwulan II Hal ini sejalan dengan volume impor komoditas semen pada akhir Maret 2010 yang menunjukkan peningkatan secara signifikan 116,62% (y.o.y) dibandingkan kondisi Maret Optimisme permintaan masyarakat yang disertai adanya policy shock inflation mendorong inflasi triwulan II-2010 berkisar 3,5 5,5% (y.o.y) Optimisme permintaan masyarakat yang disertai adanya policy shock inflation mendorong inflasi triwulan II-2010 berkisar 3,25 5,25% (y.o.y). Berbagai kegiatan ekonomi domestik kedepan yang meliputi persiapan pemilihan bupati di Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone-Bolango akan menyumbang peningkatan permintaan masyarakat yang dapat mendorong tekanan inflasi. Sementara itu, periode tahun ajaran baru dan liburan sekolah pada triwulan II-2010 juga memicu tingginya permintaan masyarakat. Sedangkan, faktor yang dapat memperlemah tekanan inflasi adalah dimulainya masa panen pada triwulan II-2010 sehingga menambah jumlah pasokan barang terutama pada kelompok bahan makanan. Di sisi lain, faktor eksternal yaitu penguatan nilai tukar rupiah pada BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 vii

17 Policy Shock Inflation dapat mendorong tekanan inflasi pada triwulan II-2010 Kegiatan usaha perbankan diperkirakan meningkat seiring dengan bergairahnya kegiatan ekonomi pada triwulan II triwulan II-2010 diperkirakan tidak akan terlalu mempengaruhi perkembangan inflasi daerah karena pada umumnya pergerakan inflasi daerah disebabkan oleh faktor distribusi. Policy Shock Inflation dapat mendorong tekanan inflasi pada triwulan II Kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk oleh pemerintah pada 1 April 2010 diperkirakan dapat memberi tekanan pada perkembangan harga-harga komoditas pertanian. Pupuk merupakan salah satu komponen utama dalam kegiatan produksi komoditas pertanian, dengan adanya kenaikan harga pupuk akan berimbas pada kenaikan biaya produksi kemudian dapat menekan harga jual. Sementara itu, isu kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada pertengahan tahun 2010 juga diperkirkan dapat meningkatkan ekspektasi inflasi kedepan. Kegiatan usaha perbankan diperkirakan meningkat seiring dengan bergairahnya kegiatan ekonomi pada triwulan II Kegiatan pemilihan bupati di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone-Bolango diperkirakan ikut meningkatkan kinerja ekspansi kredit perbankan. Sementara itu, diperkirakan suku bunga perbankan di Gorontalo akan cenderung stabil seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI-rate pada tingkat yang mendukung perkembangan sektor riil dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi kedepan. viii KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

18 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Pada triwulan I-2010, perekonomian Gorontalo diperkirakan tumbuh melambat 7,43% (y.o.y) dibandingkan triwulan I-2009 (7,66% y.o.y). Melemahnya ekonomi regional diperkirakan sebagai dampak menurunnya kinerja sektor pertanian sebagai sektor dominan di Gorontalo. Akibat kekeringan, luas lahan tanam pada periode September November 2009 menurun, kondisi ini mengakibatkan produksi pertanian di bulan Januari dan Februari 2010 merosot. Tanda-tanda meningkatnya produksi pertanian diperkirakan mulai terjadi di akhir Maret 2010, namun secara kumulatif jumlah produksi yang dihasilkan selama triwulan laporan masih dibawah produksi pertanian pada triwulan I Disisi permintaan,melambatnya ekonomi Gorontalo tercermin pada kinerja konsumsi dan ekspor. Melemahnya Nilai Tukar Petani serta menurunnya produksi pertanian di awal triwulan I-2010 memberikan dampak yang signifikan bagi menurunnya kinerja konsumsi masyarakat dan ekspor luar negeri Gorontalo. Namun perlambatan yang terjadi sedikit diredam oleh peningkatan kinerja investasi dan impor yang tercermin dari peningkatan nilai penyaluran kredit investasi dan peningkatan volume impor pelabuhan. Disisi penawaran, perkembangan sektor pertanian masih terkendala namun kinerja sektor utama lainnya tumbuh baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja sektor bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I SISI PERMINTAAN Perekonomian Gorontalo sisi permintaan pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 7,43% y.o.y, melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (7,76%). Perlambatan pertumbuhan ini lebih didorong melemahnya kinerja konsumsi dan ekspor sementara kegiatan investasi dan impor diperkirakan meningkat. *) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan KOMPONEN I II III IV I II III IV I* Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,09 7,97 9,09 2,93 11,66 12,57 11,11 8,17 9,99 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 25,14 26,00 28,99 13,42 14,48 21,69 21,43 19,64 10,09 Pembentukan Modal Tetap Bruto 22,73 15,67 19,55 25,01 23,85 27,52 18,88 13,26 28,14 Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 (6,18) (2,24) 5,69 (4,43) (1,74) Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 23,81 42,34 10,13 5,15 25,90 Pertumbuhan Ekonomi 7,11 7,09 9,16 7,56 7,66 7,22 6,60 8,78 7,43 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

19 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL KONSUMSI Pada triwulan I-2010, konsumsi tumbuh 9,99%, melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009 (11,66%). Melemahnya kondisi makroekonomi regional yang didorong oleh melambatnya kinerja sektor pertanian diperkirakan berpengaruh cukup signifikan terhadap tingkat pendapatan masyarakat karena 45% angkatan kerja di Gorontalo terserap pada sektor usaha pertanian. Menurunnya tingkat pendapatan masyarakat mendorong melemahnya tingkat daya beli masyarakat selama triwulan laporan. Disisi lain kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan turut melambat dibandingkan triwulan I Kondisi tersebut sebagai dampak menurunnya pagu anggaran APBD 2010 dibandingkan pagu anggaran APBD Perlambatan pertumbuhan sisi konsumsi dikonfirmasikan oleh hasil survei konsumen Bank Indonesia serta diperkuat oleh data-data prompt indikator konsumsi. Perlambatan konsumsi masyarakat selama triwulan I-2010 tercermin dari menurunnya realisasi kredit konsumsi, penurunan nilai tukar petani, stagnasi realisasi belanja pegawai, serta menurunnya tingkat konsumsi bahan bakar minyak rumah tangga. Sementara itu perlambatan konsumsi pemerintah tercermin dari menurunnya realisasi APBD Non Belanja Modal. Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Prov. Gorontalo Grafik 1.1 Grafik 1.2 Survei Konsumen NTP Pertanian Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo mencatat bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I-2010 menurun. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang mencapai level 120,25, lebih rendah dibandingkan IKE triwulan IV-2009 yang mencapai 131,58. IKE merupakan cerminan daya beli konsumen Gorontalo. Penurunan IKE terutama didorong oleh menurunnya faktor ketersediaan lapangan kerja selama triwulan I Menurunnya lapangan kerja diperkirakan sebagai implikasi melambatnya kinerja sektor pertanian selama bulan Januari dan Februari Analisis tersebut didukung pula oleh nilai tukar petani selama periode 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

20 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Januari dan Februari 2010 yang menunjukkan penurunan. Sementara itu pendapatan kelompok non petani selama triwulan I-2010 diperkirakan mengalami stagnasi. Realisasi belanja pegawai tumbuh 16,46% (y.o.y) hampir sama dengan pertumbuhan triwulan I-2009 sebesar 15,01% (y.o.y). Perkembangan searah ditunjukkan pula oleh pembiayaan kredit konsumsi selama triwulan I-2010 yang menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan I Tingkat outstanding kredit konsumsi tumbuh sebesar 37,64% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 52,00% (y.o.y). Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Provinsi Grafik 1.3 Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi Realisasi Belanja Pegawai Sementara itu menurunnya tingkat konsumsi pemerintah tercermin dari melambatnya nilai realisasi APBD triwulan I Realisasi konsumsi pemerintah selama triwulan I-2010 hanya tumbuh 0,09%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan konsumsi pemerintah triwulan I-2009 sebesar 19,73%. Sumber : Badan Keuangan Provinsi Grafik 1.5 Realisasi Konsumsi Pemerintah BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

21 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL INVESTASI Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 28,14 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 23,85 % (y.o.y). Peran serta sektor swasta menunjukkan peningkatan selama selama triwulan I Kondisi ini tentu saja memberikan harapan yang baik mengingat dalam beberapa triwulan sebelumnya belanja modal pemerintah daerah selalu menjadi prime mover investasi di Gorontalo. Meningkatnya partisipasi swasta dalam kegiatan investasi tercermin dari penyaluran kredit investasi perbankan yang meningkat sementara nilai realisasi belanja modal APBD mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini karena pekerjaan investasi fisik pemerintah masih melanjutkan proyek multiyears yang telah dijalankan sebelumnya sementara tender proyek baru masih belum berjalan. Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Provinsi Grafik 1.6 Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Investasi Realisasi Belanja Modal Kredit investasi pada triwulan I-2010 tumbuh sebesar 51,68% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 16,51% (y.o.y). Pertumbuhan kredit investasi ini lebih didorong oleh kredit konstruksi yang tumbuh mencapai 121,12% (y.o.y) selama triwulan I Sementara itu realisasi belanja modal pemerintah daerah terkontraksi sebesar 79,18%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,76%. Proyek swasta skala besar yang saat ini masih terus berjalan adalah pembangunan Gorontalo Business Park yang ditargetkan selesai pada tahun KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

22 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Proyek Pembangun Infrastruktur (multiyears) di Gorontalo : - Pembangunan Jalan Akses Agropolitan di lima kabupaten telah mencapai 302,25 km (kondisi akhir 2009) - Pembangunam Jalan Gorontalo by Pass dengan total anggaran mencapai Rp (sumber pendanaan APBN dan APBD). Sampai dengan akhir 2009 realisasi pelaksanaan baru sekitar 30% dan masih membutuhkan tambahan dana sebesar US$ ,-. Program ini telah dimasukkan dalam Blue Book Bappenas, dimana bantuan Pemerintah Korea akan menjadi satu pilihan untuk penyelesaian jalan tersebut. - Pembangunan Bendungan Paguyaman sejak tahun 2005 dengan luas areal irigasi mencapai ha. Total anggaran anggaran yang terealisasi hingga tahun 2009 mencapai Rp. 97 Miliar sementara progres fisik pekerjaan bendungan mencapai 96,3%, pekerjaan Jaringan Kiri mencapai 90,5% dan pekerjaan Jaringan Kanan mencapai 49%. - Pembangunan Kanal Banjir Tamalate seluas m 2 dengan total kebutuhan anggaran mencapai Rp ,-. Saat ini progres fisik sudah mencapai 70 % dengan alokasi dana yang terealisasi sebesar Rp 29 Miliar. Untuk penyelesaian proyek masih membutuhkan dana sebesar Rp 34 Miliar (Anggaran sudah dimasukkan dalam RPJMN ). - Peningkatan Bandara Djalaluddin Gorontalo menjadi Bandara Embarkasi Haji Penuh tahun 2010 dengan meningkatkan sarana dan prasarana ( runway, apron, turning area, fillet, VIP room, dll). Diharapkan bandara dapat difungsikan untuk didarati pesawat jenis Boeing dan ER. Pemda Provinsi Gorontalo dalam tiga tahun terakhir telah melakukan langkah strategis untuk mewujudkan embarkasih haji berupa perluasan tanah, pembangunan Jalan By Pass menuju bandara dan pembangunan asrama haji dan sebagai penyelenggara EHA 3 kali dengan baik. Saat pembangunan dilaksanakan untuk penambahan lapisan runway, pembuatan apron dan taxiway baru serta peralatan penunjang dengan total anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 150 Miliar. - Menjadikan Pelabuhan Anggrek sebagai pelabuhan ekspor/impor dan pusat kargo di kawasan Pantai Utara Sulawesi dengan fasilitas gudang penyimpanan, lapangan penumpukan dan fasilitas penunjang lainnya. Setiap tahunnya terjadi peningkatan kegiatan bongkar muat yang mencapai ton/m 3 untuk Bongkar dan ton/m 3 untuk Muat (akhir 2008). Total anggaran pembangunan pelabuhan tiga tahun terakhir mencapai Rp. 27 Miliar dengan pendanaan APBN. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

23 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL - Pembangunan Dermaga III kota Gorontalo terus di tingkatkan dan diharapkan sebagai pelabuhan pengumpul dan pendistribusian 9 bahan pokok dikawasan teluk Tomini. Dengan jumlah dermaga yang ada saat ini jumlah antrian cukup panjang mencapai 35 kapal/bulan berlabuh dengan jumlah penumpang mencapai sekitar orang/tahun. - Pembangunan jaringan listrik 150 KV Interkoneksi se-sulawesi, pembangunan PLTU Anggrek dengan daya 2 x 25 MW, PLTU Molotabu 2x10 MW sedang untuk menjamin ketersediaan listrik dalam jangka panjang sekaligus mendukung kegiatan investasi. Selain itu dilakukan juga pembangunan Gardu Induk (GI) untuk menunjang pembangunan PLTU Anggrek yaitu GI Anggrek 20 MVA, GI Paguat 20 MVA, GI Isimu 30 MVA dan GI Boluontala 30 MVA. Sumber : BAPPEDA Prov. Gorontalo EKSPOR IMPOR Kinerja ekspor selama triwulan I-2010 secara keseluruhan diperkirakan melambat. Ekspor luar negeri selama triwulan I-2009 terkontraksi 46,5% (y.o.y) dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 3,5% (y.o.y). Menurunnya kinerja ekspor didorong oleh penurunan produksi pertanian jagung sebagai komoditas utama. Ekspor luar negeri untuk keseluruhan komoditas barang tercatat US$ , lebih rendah dibandingkan capaian ekspor luar negeri triwulan I-2009 sebesar US$ Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas ke Luar Negeri. Keterangan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Negara Tujuan 1. Jepang China Singapura Hongkong Taiwan Malaysia Philipina India Rep. Korea Vietnam NILAI EKSPOR KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

24 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Negara Tujuan. Keterangan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Jenis Barang 1. Ikan dan Udang/Kepiting Jagung Kayu, Barang dari Kayu Bungkil Kopra Rotan Poles Lemak&Minyak Hewan/nabati Gula & Kembang Gula Mutiara & batu permata Binatang Hidup Tembakau NILAI EKSPOR Sementara itu kinerja impor antar pulau menunjukkan peningkatan, impor diperkirakan tumbuh sebesar 25,90% lebih tinggi dibandingkan kinerja impor pada triwulan I-2009 sebesar 23,81%. Peningkatan impor selama triwulan I-2010 diantaranya didorong kenaikan impor barang modal terutama untuk kepentingan konstruksi bangunan.hal tersebut dikonfirmasikan oleh data pengadaaan semen Gorontalo yang meningkat cukup signifikan pada bulan Februari dan Maret Tabel 1.4 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo Pelabuhan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 BONGKAR BARANG Gorontalo Kwandang Anggrek Tilamuta Total gbongkar BARANG (yoy) 67,50 89,23 20,71 73,95-7,99-8,41-10,97 3,45 36,89 Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen Grafik 1.8 Impor Semen Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

25 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2 SISI PENAWARAN Disisi sektoral, kinerja pertanian diperkirakan melambat akibat menurunnya luas tanam lahan pertanian pada bulan September November 2009 yang mempengaruhi produksi Januari Februari Penurunan luas tanam pada periode tersebut akibat pengaruh musim kering yang terjadi dibeberapa kabupaten di Gorontalo, dalam periode tersebut kandungan air tanah merosot hingga 60%. Sementara itu kinerja sektor utama lainnya masih tumbuh baik. Meningkatnya kegiatan investasi dan impor mendorong kinerja sektor bangunan, perdagangan dan angkutan meningkat selama triwulan I Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran KOMPONEN I II III IV I II III IV I* 1. PERTANIAN 7,70 5,68 11,17 7,23 7,74 5,42 (2,89) 5,18 5,06 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 5,04 9,46 11,55 14,17 9,23 12,91 20,17 14,82 11,23 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 6,38 2,32 4,76 1,48 7,36 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH (2,66) (2,70) (0,49) 2,72 7,51 6,53 7,85 4,30 5,85 5. BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 9,78 12,86 18,91 15,87 10,66 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 8,08 6,36 6,45 6,66 7,60 8,20 10,35 8,46 7,85 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,39 8,46 5,16 6,69 8,56 9,82 11,01 7,29 10,10 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6,75 7,58 7,48 6,99 6,92 7,23 10,95 11,00 7,20 9. JASA-JASA 6,86 9,63 10,65 6,36 7,00 7,49 11,82 13,60 8,12 PERTUMBUHAN EKONOMI 7,11 7,09 9,16 7,56 7,66 7,22 6,60 8,78 7,43 *) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo SEKTOR PERTANIAN Kinerja sektor pertanian di Gorontalo pada triwulan I-2010 masih menunjukkan penurunan. Sektor Pertanian diperkirakan tumbuh sebesar 5,06%, melambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan I-2009 sebesar 7,74%. Menurunnya kondisi pertanian di Gorontalo selama triwulan I-2010 tercermin dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) dimana Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi sektor pertanian triwulan I terkontraksi hingga mencapai -7,12%. Sumber : Bank Indonesia Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo Grafik 1.9 Grafik 1.10 Survei Kegiatan Dunia Usaha Realisasi Panen Pertanian Tabama 8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

26 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Produksi pertanian pada triwulan I-2010 diperkirakan masih terpengaruh kondisi pertanaman periode September November 2009, dimana pada saat itu Gorontalo dilanda musim kering. Pertanian jagung di Gorontalo merupakan pertanian lahan kering dimana kondisi pengairan sangat tergantung dari hujan. Pada akhir Maret 2010, pertanian jagung mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah sebelumnya menurun secara dratis pada triwulan III dan IV Luas panen jagung pada triwulan I mencapai Hektar masih lebih rendah dibandingkan luas panen triwulan I-2009 yang mencapai Hektar. Penurunan luas lahan panen jagung terbesar terjadi pada Kab. Pohuwato yang merosot sebesar 47% dibandingkan luas panen pada triwulan I Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo Grafik 1.11 Grafik 1.12 Realisasi Produksi Jagung Perkembangan Luas Panen Jagung Per Kab/Kota Sementara itu pertanian padi masih menunjukkan produksi yang cukup baik terkait irigasi teknis yang telah dilakukan pada hampir sebagian besar lahan pertanian di Gorontalo. Selama triwulan I-2010 penurunan luas panen padi terbesar terjadi pada kab. Boalemo. Hal ini terjadi karena debit air tanah merosot hingga 60% dari debit air normal. Upaya strategis dilakukan pemerintah daerah melalui perbaikan irigasi teknis dan bantuan cadangan bibit nasional sehingga produksi pertanian di bulan Maret 2010 mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan. Selama triwulan I-2010, beberapa lahan pertanian tabama banyak yang dialihfungsikan oleh petani menjadi lahan pertanian palawija. Hal ini dilakukan untuk mensiasati berkurangnya cadangan air tanah. Pemerintah kabupaten di Gorontalo mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 20 Miliar untuk menanggulangi kebutuhan air tanah selama bulan Januari Februari 2010 dengan mengoptimalkan penggunaan sumur bor. Sementara itu untuk meningkatkan produksi pertanian padi, jagung dan cabe di Gorontalo, Pemerintah Daerah mengucurkan anggaran bantuan senilai Rp 6,75 Miliar dengan alokasi anggaran (i) pengelolaan tanaman terpadu, (ii) peningkatan frekuensi pertemuan satgas dan kelompok tani, (iii) pemberian insentif bagi satgas dan tim penyuluh pertanian di kab/kota, BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

27 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL (iv) peningkatan pembinaan dan konsultasi pertanian, (v) pengadaan lahan penangkar benih, dan (vi) pencanangan tanaman panen. Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo Grafik 1.13 Grafik 1.14 Realisasi Produksi Padi Perkembangan Luas Panen Padi Per Kab/Kota Menurunnya kinerja pertanian di Gorontalo juga tercermin dari sisi pembiayaan. Tren pengucuran pembiayaan perbankan disektor pertanian menunjukkan penurunan dengan resiko kredit yang meningkat. Outstanding kredit di sektor pertanian pada bulan Maret 2010 mencapai Rp 47,04 Miliar terkontraksi 41,23% dibandingkan triwulan I Sementara itu tingkat NPL s mencapai 4,12%, meningkat dibandingkan NPL s triwulan I-2009 sebesar 3,32%. Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.15 Grafik 1.16 Realisasi Kredit Pertanian NPL Kredit Pertanian 10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

28 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL SEKTOR PENGANGKUTAN Pada triwulan I-2010, sektor pengangkutan diperkirakan tumbuh sebesar 10,10%, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (8,56%). Peningkatan kinerja di sektor ini terutama disumbang oleh peningkatan kinerja sub sektor angkutan udara dan angkutan darat sementara kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry cenderung melambat. Perbaikan kinerja pada sektor ini semakin ditunjang oleh perbaikan sarana infrastruktur seperti jalan dan bandara yang telah dilakukan pemerintah daerah demi menunjang kemudahan transportasi barang/manusia dari dan menuju Gorontalo. Peningkatan pertumbuhan sub sektor pengangkutan udara tercermin dalam peningkatan jumlah penumpang dan angkutan kargo udara. Jalur transportasi Manado Gorontalo yang selama ini ditempuh dengan jalur darat telah dilayani jalur penerbangan maskapai nasional yakni WINGS Air dan EXPRESS Air. Tercatat selama triwulan I-2010 jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani sebanyak orang atau tumbuh sebesar 25,38% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2009 (15,19%). Sementara itu disisi kargo udara juga mengalami peningkatan, volume bongkar/muat kargo udara pada triwulan I-2010 mencapai ton atau tumbuh sebesar 11,20% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (0,32%). Semakin strategisnya fungsi transportasi udara bagi masyarakat Gorontalo mendorong Pemerintah Daerah melakukan pembangunan penebalan landasan pacu di Bandara Djalaludin. Diharapkan melalui proyek penebalan landasan pacu tersebut pesawat Boeing ER dapat dimuati penumpang full capacity pada September 2010 nanti. Sementara itu proyek pembangunan jalan bypass Bandara yang memasuki tahap akhir penyelesaian diharapkan turut memperlancar arus penumpang/barang dari dan menuju Bandara Djalaludin di Gorontalo. Sumber : Bandara Djalaludin Gorontalo Grafik 1.17 Grafik 1.18 Perkembangan Angkutan Udara Perkembangan Kargo Udara Kinerja sektor angkutan darat pada triwulan I-2010 diperkirakan mendorong peningkatan kinerja sektor angkutan secara keseluruhan. Beberapa prompt indikator BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

29 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL untuk sub sektor ini menunjukkan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I Tingkat konsumsi bahan bakar transportasi darat mencapai kiloliter atau meningkat sebesar 17,19%(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,92%. Sementara itu prompt indikator penghimpunan pajak kendaraan bermotor turut mengalami peningkatan. Penghimpunan pajak kendaraan bermotor mencapai Rp tumbuh 32,64% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 19,79%. Meningkatnya kebutuhan angkutan darat direspon pemerintah kota Gorontalo dengan memperbaiki sarana transportasi yang ada. Busway Hulotalangi mulai resmi beroperasi melayani transportasi masyarakat diseputar kota Gorontalo pada bulan Maret Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Sumber : PERTAMINA Gorontalo Grafik 1.19 Grafik 1.20 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor Realisasi Penjualan BBM Transportasi Sementara itu kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan I-2010 menunjukkan sedikit penurunan khususnya dalam hal pengangkutan penumpang namun untuk pengangkutan barang masih menunjukkan peningkatan. Kondisi ini diperkirakan karena masyarakat mulai beralih dari mode transportasi laut menuju moda transportasi udara terkait sarana dan prasarana angkutan udara yang baik dengan tingkat harga yang semakin bersaing. Jumlah penumpang kapal laut tercatat sebesar orang dengan laju terkontraksi 15,84% (y.o.y) sementara angkutan ferry selama triwulan I-2010 melayani penumpang dengan laju terkontraksi sebesar 10,30% (y.o.y). Namun arus barang melalui laut terus mengalami peningkatan dengan didukung kinerja sub sektor perdagangan yang semakin baik. Jumlah kargo laut mencapai ton atau tumbuh sebesar 33,88% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 4,78%. Infrastruktur dermaga III yang saat ini dalam tahap penyelesaian diharapkan mampu mendukung kelancaran bongkar muat barang di pelabuhan Gorontalo. Namun disisi lain, permasalahan lain timbul pada ketersediaan pergudangan. Beberapa pengusaha mengeluhkan tidak seimbangnya jumlah pergudangan 12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

30 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL terhadap volume bongkar/muat barang sehingga beberapa barang mengalami kerusakan karena tidak tertampung gudang penyimpanan. Sumber : Pelabuhan Se-Gorontalo Grafik 1.21 Grafik 1.22 Perkembangan Angkutan Laut Perkembangan Kargo Laut SEKTOR PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 7,85% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (7,60%). Peningkatan pertumbuhan disektor ini diindikasikan oleh meningkatnya pertumbuhan pada beberapa prompt indikator seperti arus bongkar di beberapa pelabuhan di Gorontalo, konsumsi listrik kelompok bisnis, dan tingkat penghunian hotel. Pada sub sektor perdagangan, pertumbuhan tercermin pada peningkatan volume bongkar barang di beberapa pelabuhan Gorontalo. Volume bongkar selama triwulan I-2010 mencapai ton atau meningkat sebesar 36,89% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 7,99%. Selama triwulan I-2010 impor barang elektronik yang berasal dari China menunjukkan peningkatan seiring diberlakukannya ACFTA. Namun perdagangan barang elektronika China di Gorontalo sempat terkendala operasi pasar yang dilaksanakan pemerintah daerah bekerjasama dengan kepolisian Standard Nasional Indonesia (SNI). pada bulan Januari 2010 terkait kepatuhan produk China terhadap Peningkatan kinerja sub sektor perdagangan diindikasikan pula oleh meningkatnya konsumsi listrik kelompok bisnis turut yang turut meningkat sebesar 17,22% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan peningkatan triwulan I-2009 sebesar 10,61% (y.o.y). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

31 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Sumber : Pelabuhan se-gorontalo Sumber : Bandara Jalaluddin Grafik 1.23 Grafik 1.24 Volume Bongkar Pelabuhan Laut Volume Bongkar Pelabuhan Udara Pada sub sektor perhotelan, pertumbuhan nampak pada tingkat hunian hotel di Gorontalo. Tingkat penghunian hotel pada triwulan I-2010 sebesar 37,68 meningkat lebih tinggi dibandingkan tingkat penghunian pada triwulan I-2009 sebesar 29,97. Semakin meningkatnya sarana dan prasarana transportasi di Gorontalo diperkirakan turut meningkatkan kegiatan pariwisata di Gorontalo sehingga berdampak pada meningkatnya kinerja sub sektor perhotelan. Hal tersebut dikonfirmasi dengan semakin banyaknya pembangunan rumah penginapan baru dan hotel kelas melati dikawasan kota Gorontalo. Sumber : PLN Gorontalo Sumber : BPS Gorontalo Grafik 1.25 Grafik 1.26 Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis Tingkat Penghunian Hotel 14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

32 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL SEKTOR BANGUNAN Sektor bangunan pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 10,66% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (9,78%). Perkembangan sektor properti khususnya ruko dan rumah tinggal semakin menunjukkan peningkatan di Gorontalo. Hal tersebut dikonfirmasi oleh pertumbuhan pembiayaan konstruksi dan realisasi penjualan semen di Gorontalo. Realisasi penjualan semen di Gorontalo meningkat sebesar 69,50% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan penjualan semen triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 22,04%. Beberapa proyek infrastruktur saat ini masih dalam proses pengerjaan antara lain : pembangunan PLTU Anggrek, pembangunan embarkasi haji untuk bandara Jalaluddin, pembangunan banjir kanal timur Bone Bolango, pembangunan jalan by pass Bandara Kantor Gubernur, pembangunan jalan by pass Molu-Molingkapoto. Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen Gorontalo Disisi pembiayaan konstruksi, peran swasta mulai tumbuh selama triwulan I Hal ini tecermin dari semakin meningkatnya pertumbuhan kredit konstruksi sementara realisasi belanja modal APBD menunjukkan penurunan. HIPMI, Perumnas dan Pemkab. Gorontalo telah menandatangani MoU pembangunan 500 unit rumah baru bagi PNS di Kab. Gorontalo. Kondisi tersebut diharapkan menjadi pemicu pembangunan real estate diluar kawasan kota, sehingga pertumbuhan sektor bangunan kedepan semakin meningkat. Disisi pembiayan kredit konstruksi tumbuh sebesar 121,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 35,12% (y.o.y). Sementara itu belanja modal APBD selama triwulan I-2010 terkontraksi 79,18% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan realisasi belanja modal APBD triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 6,76%. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

33 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Sumber : Bank Indonesia Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Grafik 1.28 Grafik 1.29 Perkembangan Kredit Konstruksi Realisasi Belanja Modal APBD SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 7,36 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,38 % (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan seiring dengan meningkatnya perdagangan di Gorontalo. Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Grafik 1.30 Penggunaan BBM Industri Sumber : PLN Gorontalo Grafik 1.31 Penggunaan Listrik Industri Masih optimisnya kondisi sektor industri dikonfirmasi oleh tumbuhnya konsumsi BBM kelompok industri sebesar 22,79% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 14,95% (y.o.y). Sementara itu peningkatan sektor industri juga dikonfirmasi oleh tumbuhnya konsumsi listrik kelompok industri sebesar 1,33% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 19% (y.o.y) SEKTOR KEUANGAN Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 7,20% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 (6,92%). Pertumbuhan sektor keuangan ini terutama didorong pertumbuhan Net Interet Margin (NIM) perbankan yang menunjukkan 16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

34 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL peningkatan. Sampai dengan bulan Maret 2010, NIM perbankan telah mencapai Rp 107 Miliar atau tumbuh 57,55%, lebih tinggi dibandingkan NIM periode Maret 2009 yang tumbuh 28,33%. Peningkatan NIM ini didorong oleh pendapatan bunga perbankan yang tumbuh signifikan selama triwulan I-2010 sementara beban bunga relatif sama dengan periode sebelumnya. Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.32 NIM Perbankan Grafik 1.33 Pendapatan/Beban Bunga SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 5,85% (y.o.y) melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (7,51%) khususnya pada sub sektor listrik. Melambatnya sub sektor kelistrikan disebabkan oleh faktor defisit energi listrik yang belum dapat teratasi sampai dengan triwulan laporan. Menurunnya kondisi tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan data penjualan energi listrik yang tumbuh melambat. PT. PLN telah melakukan serangkaian upaya untuk meningkatkan kapasitas kelistrikan di Gorontalo melalui program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang (terlampir dalam box KER). Sumber : PLN Gorontalo Grafik 1.34 Penjualan Energi Listrik Rencana Realisasi Selisih Frekuensi (kw) (kw) (kw) (kali) Jan Siang Malam Feb Siang Malam Mar Siang Malam Tabel 1.6 Defisit Energi Listrik PLN Sementara itu kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I diperkirakan tumbuh 11,23% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (9,23% y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang semakin menunjukkan peningkatan. Namun tingginya permintaan akan bahan galian C di Gorontalo mengakibatkan upaya penambangan seringkali menimbulkan kerusakan BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

35 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL lingkungan. Pemerintah Kota Gorontalo dalam bulan Maret 2010 melarang penambangan bahan galian C disekitar kota yang berpotensi merusak lingkungan. Sementara beberapa potensi pertambangan telah ditemukan di wilayah Gorontalo antara lain potensi minyak bumi di Teluk Tomini, potensi pertambangan emas di kab. Bone Bolango, potensi pertambangan timah hitam di Atinggola dan potensi pertambangan tembaga di daerah Tapa. Potensi dimaksud diharapkan dapat dikembangkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 8,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (7,00%). Meningkatnya kinerja sektor jasa-jasa dikonfirmasikan oleh peningkatan realisasi kredit jasa-jasa perbankan yang tumbuh 47,45% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 yang terkontraksi sebesar 15,45% Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.35 Realisasi Kredit Jasa-jasa 18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

36 BOX 1 : Investasi dan Ketenagalistrikan Investasi di Gorontalo telah menjadi pekerjaan rumah yang belum menujukkan perkembangan yang cukup signifikan. Berbagai pihak berharap melalui investasi multiplier effect pembangunan ekonomi Gorontalo dapat dipacu lebih tinggi, namun permasalahan infrastruktur seringkali menjadi kendala terhambatnya aliran modal masuk ke Gorontalo. Dalam satu focus group discussion antara Bank Indonesia, Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo dan Bappeda Prov. Gorontalo melalui seminar tengah tahun 2009 terungkap lima kendala utama yang menghambat kinerja investasi di Gorontalo yaitu (i) kendala kelistrikan, (ii) ketersediaan air bersih (iii) kepemilikan lahan (iv) kualitas ketenagakerjaan serta (v) arus modal masuk. Dari kelima aspek dimaksud, masalah kelistrikan menjadi kendala mendesak yang perlu dipecahkan bersama, mengingat beberapa calon investor telah membatalkan rencana investasi dikarenakan pasokan listrik yang terbatas. Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo Sumber : BPS Prov. Gorontalo Untuk mengetahui keterkaitan antara investasi dan kelistrikan secara empirik digunakan tools uji kausalitas granger 1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan sub sektor kelistrikan secara signifkan mempengaruhi pertumbuhan kinerja investasi namun tidak berlaku sebaliknya, dimana pertumbuhan investasi yang terjadi belum mendorong pertumbuhan sektor kelistrikan secara signifikan. Analisis ini diperkirakan menggambarkan kondisi yang berkembang di Gorontalo bahwa terhambatnya arus investasi salah satunya dikarenakan ketersediaan daya listrik yang belum optimal. Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/10 Time: 17:14 Sample: 2000:1 2009:4 Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability INVEST does not Granger Cause LISTRIK LISTRIK does not Granger Cause INVEST Granger Causality Test 1 Uji kausalitas Granger ini pada intinya untuk mengetahui apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja. Pada uji Granger dilihat pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang digunakan adalah data time series. Untuk melakukan uji dimaksud digunakan data pertumbuhan riil sub sektor kelistrikan dan kinerja investasi berdasarkan PDRB Provinsi Gorontalo. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

37 Berdasarkan pemetaan kebutuhan listrik nasional yang telah dilakukan oleh Kementerian EDSM pada tahun 2009, Indonesia mengalami defisit daya listrik sebesar MW dimana Gorontalo sendiri merupakan daerah dengan defisit daya listrik yang cukup besar dikawasan Indonesia Timur setelah Provinsi Sulawesi Tengah. Per-September 2009 defisit daya listrik di Gorontalo tercatat sebesar MW. Kondisi dimaksud menyebabkan frekuensi pemadaman menjadi alternatif untuk pemenuhan daya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Data PT. PLN Wilayah Sulutenggo mencatat bahwa frekuensi pemadaman dari bulan Januari 2010 s/d Maret 2010 mengalami peningkatan terkait defisit daya pembangkit. Sumber : Kementerian ESDM dalam Sosialisasi Kebijakan Teknis Terkait Penanaman Modal 2009 Selama tahun PT. PLN telah melakukan serangkaian perbaikan jaringan dan penambahan daya listrik untuk memenuhi permintaan kelistrikan di Gorontalo. Pada tahun 2010 produksi energi listrik diproyeksikan mencapai KWh dengan target penjualan energi sebesar KWh. Surplus energi listrik tersebut diperkirakan mampu mengurangi frekuensi pemadaman listrik sehingga berdampak pada kinerja perekonomian secara luas. Tabel Frek. Pemadaman Listrik Tabel Proyeksi Produksi Listrik 2010 Rencana Realisasi Selisih Frekuensi (kw) (kw) (kw) (kali) Jan Siang Malam Feb Siang Malam Mar Siang Malam PRODUKSI ENERGI PENJUALAN ENERGI TAHUN % % KWH KWH Growth Growth , , , , , ,4 2010P , ,0 Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo 20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

38 Menyikapi hal tersebut, PT. PLN Wilayah Sulutenggo tengah menyiapkan langkah-langkah dalam meningkatkan pasokan listrik untuk wilayah Gorontalo melalui program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Diharapkan melalui program pembangunan dan perbaikan jaringan yang ada ketersediaan listrik di Gorontalo dapat segera tercukupi sehingga peluang investasi daerah dapat termanfaatkan dengan baik. USAHA JANGKA PENDEK - Mengatasi derating daya (penurunan kemampuan daya) mesin PLTD Telaga - Penambahan kapasitas pembangkit : o Sistem Telaga Sewa mesin MFO berdaya 7 MW dioperasikan bulan September 2010 dengan anggaran Rp7,5 Milyar/bulan IPP PLTM Taludaa berdaya 1 MW dioperasikan bulan Juni 2010 dengan anggaran Rp708 juta/bulan Perbaikan 1 unit mesin PLTMh Mongango berdaya 600 kw o Sistem Marisa-Tilamuta: Sewa Mesin HSD oleh PLN berdaya 2 MW dioperasikan bulan September 2010 dengan anggaran Rp 3 Milyar/bulan Pinjam Pakai Mesin Diesel HSD berdaya 1 MW oleh Pemda Pohuwato dioperasikan bulan September 2010 dgn anggaran Rp 1,5 Milyar/bulan - Pengiriman daya 5-10 MW dari PLTU Amurang melalui interkoneksi T/L 150 kv dari Sistem Minahasa ke Sistem, bila Sistem Minahasa tidak mengalami gangguan (Oktober 2010) - Menggeser jadwal pemeliharaan rutin mesin P0-P5 dari siang hari ke malam hari sesuai kondisi beban, untuk mencegah tidak terjadi pemadaman pada siang hari. USAHA JANGKA MENENGAH - Meningkatkan partisipasi swasta (IPP) dalam penyediaan tenaga listrik o PLTU Tenaga Listrik 2x10 MW o PLTU Gorontalo Energi 2x7 MW - Pembangunan PLTU Anggrek 2x25 MW (s/d 29 Maret 2010 : sudah tergali 969 titik untuk persiapan peledakan, menunggu keluarnya izin dari Mabes POLRI) USAHA JANGKA PANJANG - Penambahan kapasitas pembangkit melalui proyek MW tahap II o PLTP Kotamobagu 1s/d 4, 4x20 MW o PLTP Lahendong 5&6, 2x20 MW - Interkoneksi Sistem Gorontalo dengan sistem Palu melalui T/L 150 kv - Pembangunan pembangkit dengan energi primer terbarukan o PLTP Lombongo 9 MW (Status : Survey Site Investigation / SSI) o PLTP Pentadio 5 MW (Status : Survey Site Investigation / SSI) Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

39 Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

40 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Faktor fundamental membawa penurunan tekanan inflasi tahunan Provinsi Gorontalo triwulan I Inflasi tahunan Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Penurunan tekanan inflasi tersebut tercermin pada perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Perbaikan ekonomi daerah untuk meningkatkan produksi menyebabkan pasokan kebutuhan barang dan jasa masyarakat cenderung tersedia dengan baik, sebaliknya permintaan cenderung melemah sehingga menggerakkan output gap ke arah positif. Sementara itu, ekspektasi harga jangka pendek cenderung menurun yang didukung oleh kelancaran pasokan barang/jasa. Secara triwulanan, inflasi triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. 2.1 INFLASI GORONTALO TRIWULAN I-2010 Inflasi tahunan Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 dicerminkan oleh perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Pada triwulan I-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) mendekati nilai inflasi nasional sebesar 3,43% (y.o.y). Perkembangan tingkat inflasi ini cukup menggembirakan mengingat sepanjang tahun 2009 inflasi Gorontalo selalu jauh berada diatas tingkat inflasi nasional. Faktor fundamental yang menyebabkan melemahnya tekanan inflasi adalah perbaikan output gap dan menurunnya ekspektasi inflasi. Sumber : BPS Prov. Gorontalo Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo Perbaikan output gap sejalan dengan kecenderungan melemahnya demand sementara sisi supply menguat. Perbaikan ekonomi daerah untuk meningkatkan produksi menyebabkan pasokan kebutuhan barang dan jasa masyarakat cenderung BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

41 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI tersedia dengan baik. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Gorontalo yang menunjukkan perbaikan kapasitas produksi. Sementara itu, permintaan masyarakat menujukkan tanda-tanda pelemahan meskipun masih dalam tingkat optimisme yang tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan kenaikan realisasi kapasitas produksi dan Survei Konsumen yang menunjukkan penurunan optimisme pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Sumber : Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.2 Grafik 2.3 Realisasi Kapasitas Produksi Indeks Keyakinan Konsumen Optimisme ekspektasi harga dalam jangka pendek cenderung menurun yang didukung oleh kelancaran pasokan barang/jasa. Mulainya musim panen pada akhir triwulan I-2010 (Maret) mengakibatkan pasokan barang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kecukupan pasokan ini membawa ekspektasi harga dalam jangka pendek cenderung menurun. Penurunan optimisme ekspektasi harga dapat dikonfirmasi oleh indeks perubahan harga umum 3 bulan yang akan datang sebesar 172,5 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 173,3. Sumber : Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD 24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

42 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM memberi pengaruh positif pada perkembangan inflasi Gorontalo. Kebijakan penurunan harga BBM telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan inflasi Namun, pada awal tahun 2010 harga minyak internasional menunjukkan tren peningkatan. Komitmen pemerintah untuk tetap mempertahankan kestabilan tingkat harga BBM domestik hingga triwulan I-2010 memberikan pengaruh positif pada perkembangan harga-harga. Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat kebijakan pemerintah yang berpotensi memberikan tekanan inflasi yaitu kebijakan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras oleh Bulog per 1 Januari Kenaikan HPP beras sebesar 10% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp4.600/kg pada tahun 2009 menjadi Rp5.060/kg pada tahun Sumber : US Energy Information Administration Sumber : Departemen Pertanian Grafik 2.5 Grafik 2.6 Harga Minyak Dunia HPP Pembelian Beras 2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y) Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan I-2010 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,54% (y.o.y). Tendensi penurunan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang. Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y) Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Umum Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

43 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Penurunan inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan harga-harga pada sub-kelompok bumbu-bumbuan. Pada triwulan I-2010, inflasi tahunan kelompok bahan makanan sebesar 5,1% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,80% (y.o.y). Penyebab utama melemahnya tekanan inflasi pada kelompok ini karena perkembangan harga subsektor bumbu-bumbuan mengalami penurunan. Sub sektor bumbu-bumbuan pada triwulan I-2010 menglami deflasi sebesar % (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 18.49% (y.o.y). Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan (y.o.y) Kelompok / Sub kelompok MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC JAN FEB MAR BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Hasil konfirmasi Survei Pemantauan Harga (SPH) menunjukkan bahwa harga beberapa komoditas utama sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami penurunan. Harga cabe merah keriting pada triwulan-i 2009 sebesar Rp13.000/kg turun menjadi Rp8.500/kg pada triwulan I-2010, sedangkan Harga cabe merah biasa pada triwulan-i 2009 sebesar Rp16.500/kg turun menjadi Rp10.000/kg pada triwulan I Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.7 Perkembangan Harga Cabe 26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

44 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TRIWULANAN (QTQ) Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan I-2010 sebesar 1,59% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Kenaikan inflasi secara triwulanan didorong oleh tekanan harga pada sub kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (qtq) Permasalahan pasokan beras menjadi salah satu penyebab utama peningkatan inflasi triwulanan pada kelompok bahan makanan. Inflasi triwulanan kelompok bahan makanan sebesar 4,25% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,65% (qtq) Terlambatnya musim tanam padi triwulan IV-2009 mengakibatkan panen raya beras diperkirakan bergesar pada akhir triwulan I-2010 (Maret) dan awal triwulan II Sehingga, pada pertengahan triwulan I-2010 (Februari) pasokan komoditas beras menjadi berkurang dan menekan tingkat harga. Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk menaikkan HPP pembelian beras pada Januari 2010 juga turut memberi tekanan harga pada komoditas beras Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Umum Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.8 Perkembangan Harga Beras Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa harga komoditas beras mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga beras jenis dolog pada triwulan I-2010 mencapai Rp5.300/kg lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4.000/kg. Sementara itu, tekanan harga juga muncul dari komoditas sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya. Hasil SPH menunjukkan bahwa harga daging BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

45 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ayam broiler meningkat dari Rp17.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi Rp19.000/kg pada triwulan I-2010, sedangkan harga daging ayam kampung meningkat dari Rp43.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi Rp45.000/kg pada triwulan I Sementara itu, harga telur ayam ras mengalami peningkatan dari Rp14.000/kg pada triwulan IV-2009 menjadi Rp18.000/kg pada triwulan I Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.9 Perkembangan Harga Daging dan Telur Ayam Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau didorong oleh kenaikan harga gula. Kekurangan pasokan gula di Gorontalo diperkirakan akan mewarnai perkembangan harga pada triwulan I dan II Berdasarkan hasil diskusi rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diiformasikan bahwa permasalahan stok gula akan mewarnai hingga beberapa bulan kedepan karena Perusahaan Gula Gorontalo akan mengurangi aktivitas produksi sejak Januari hingga Mei Hal ini disebabkan karena adanya permasalahan bahan baku akibat kadar air yang tinggi pada rendeman tebu. Hasil SPH juga memperkuat indikasi dimaksud yang ditunjukkan dengan kenaikan harga gula pada triwulan I-2010 sebesar Rp11.000/kg menjadi Rp11.500/kg pada triwulan II Sumber : Diskoperindagkop Prov. Gorontalo Grafik 2.10 Perkembangan Harga Gula Pasir 28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

46 BOX 2 : Strategi Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Gorontalo 2010 Dalam rangka memperkuat koordinasi perumusan kebijakan ekonomi daerah, telah dilakukan rapat kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo pada 5 Maret Rapat dimaksud diikuti oleh anggota tim yang terdiri dari Bank Indonesia, Pemda, BUMN/D, dan stakeholders. Berbagai pokok bahasan yang meliputi potensi penyebab inflasi Provinsi Gorontalo 2010 adalah sebagai berikut: A. Pemetaan Sumber Tekanan Inflasi Gorontalo Inflasi dalam jangka pendek sejalan dengan geliat perekonomian daerah, namun dalam jangka panjang hal tersebut dapat mengganggu kualitas pertumbuhan dan menurunkan pendapatan riil masyarakat. Tingkat inflasi perlu dipertahankan pada tingkat yang rendah dan stabil agar perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta daya beli masyarakat terjaga. Inflasi di Gorontalo terutama bersumber dari kelompok bahan makanan khususnya beras, ikan cakalang, cabe rawit (rica), bawang, tomat, minyak goreng dan, gula pasir. Kondisi penetapan harga berdasarkan mekanisme pasar menjadi pemicu fluktuasi harga pada komoditas dimaksud. Hal ini tercermin dari tidak stabilnya pergerakan harga komoditi tersebut pada setiap periode. B. Kondisi Infrastruktur Akses transportasi terutama darat yang relatif terbatas ke daerah-daerah produksi mengakibatkan distribusi barang/jasa dari/ke sentra produksi kurang lancar atau memiliki biaya tinggi. Infrastruktur yang telah disediakan oleh pemerintah, belum termanfaatkan secara optimal antara lain Pelabuhan Anggrek. Infrastruktur lain yang penting dan masih menjadi kendala adalah masalah kelistrikan yang hingga saat ini masih menjadi keluhan bagi masyarakat dan dunia usaha di Gorontalo. C. Struktur Pasar Tingginya harga di level konsumen diakibatkan karena pedagang besar memiliki kekuatan untuk menentukan harga jual di pasar, sementara daya BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

47 tawar petani yang relatif rendah mengakibatkan harga kurang dinikmati pada level produsen. Komoditas pertanian memiliki karakter yang mudah rusak sehingga harus segera dijual. Hal ini memberi dampak pada rendahnya daya tawar petani terhadap pedagang besar. Beberapa rencana tindak lanjut pengendalian inflasi daerah yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah: A. Penguatan peran pemerintah daerah dalam mengendalikan harga melalui : Penetapan harga dasar komoditi pertanian khususnya yang diproduksi atau dihasilkan di wilayah Gorontalo dan sekitarnya sehingga tidak terjadi fluktuasi harga yang tidak stabil pada setiap periode. Operasi Pasar Terbuka (OPT) oleh BULOG dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya inflasi akibat tingginya permintaan yang diikuti oleh kekurangan pasokan di pasar misalnya terhadap komoditi beras dan gula. Namun demikian terdapat kendala untuk melakukan kegiatan dimaksud karena adanya jalur birokrasi yang cukup panjang yaitu harus melalui persetujuan Kementerian Perdagangan/Industri, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota hingga instansi teknis/pelaksana. Untuk itu diharapkan jalur birokrasi persetujuan Operasi Pasar dapat disederhanakan sehingga langkah-langkah antisipatif pengendalian inflasi dapat segera direalisasikan di lapangan. Koordinasi dan komunikasi lintas sektoral. Pengendalian inflasi tidak dapat dilakukan oleh satu instansi saja, namun perlu koordinasi dan komunikasi yang baik antar dinas/instansi termasuk perbankan dan legislatif (DPRD). DPRD diharapkan dapat mendukung tim dalam kapasitasnya sebagai mitra dalam memantau rekomendasi dan tindak lanjut hasil yang diperoleh dari TPID dan TPED. Koordinasi juga dilakukan dalam bentuk penyampaian informasi oleh seluruh dinas/instansi kepada masyarakat dalam rangka membentuk serta mengarahkan opini masyarakat terhadap pembentukan harga/inflasi di Gorontalo. Penguatan kelembagaan petani juga sangat penting dalam meningkatkan daya tawar petani terhadap harga komoditi pertanian yang mereka hasilkan. Penguatan dimaksud antara lain melalui pembentukan kelompok tani atau koperasi petani yang menjadi sarana tukar menukar informasi dan kekuatan dalam memasarkan produk pertanian mereka. 30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

48 B. Perbaikan infrastruktur khususnya jalan dan pelabuhan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari/ke Gorontalo dengan daerah-daerah sekitarnya termasuk provinsi yang menjadi pasar antar pulau dari komoditi pertanian Gorontalo. Saat ini beberapa hal yang telah, sedang dan akan dilakukan pemerintah Gorontalo dalam memberbaiki infrastruktur adalah : Mengalokasikan anggaran pembangunan/perbaikan infrastruktur yang meliputi pembangunan/perbaikan jalan, jembatan, dan pelabuhan. Hal tersebut diharapkan dapat direalisasikan seluruhnya pada tahun Untuk itu, diharapkan adanya dukungan dan koordinasi dari semua pihak, termasuk legislatif (DPRD). Kondisi Jalan Provinsi dan Jalan Negara di Gorontalo terus ditingkatkan. Panjang jalan nasional adalah 616,34 km dimana kondisi mantap sudah mencapai 87,88%, sedangkan Jalan Provinsi kondisi mantap baru mencapai 39,45% dari 408,36 km sehingga masih perlu peningkatan sepanjang 247, 02 km termasuk jalan yang belum terbuka sepanjang 93,75 km (ruas Tapa - Atingola, Marisa - Tolinggula dan Aladi Tulabolo). Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur yang telah tersedia diantaranya pelabuhan Anggrek dan Sarana Angkutan Perintis. Penambahan daya listrik sebesar 7 MW yang diharapkan dapat terealisasi pada bulan September 2010, untuk mengatasi defisit daya listrik di Gorontalo sebesar 3 MW. C. Mendorong peningkatan akses transportasi ke daerah-daerah yang menjadi sentra produksi yang selama ini relatif sulit untuk diakses. Selain kelancaran akses, juga diharapkan adanya kemungkinan untuk pemberian sejenis subsidi sehingga biaya transportasi ke daerah-daerah tersebut relatif lebih murah. D. Strategi kebijakan pertanian melalui penanaman secara bergilir untuk setiap jenis komoditi sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pasokan bahan makanan di pasar. Terkait dengan hal ini perlu dilakukan komunikasi dengan pemerintah daerah Kabupaten beserta instansi teknis serta masyarakat petani agar terdapat kesatuan pemahaman dan langkah demi keuntungan bersama. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

49 Beberapa rekomendasi yang dapat ditawarkan dari hasil rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah adalah: 1. Percepatan birokrasi/administrasi dalam mekanisme Operasi Pasar Terbuka (OPT) khususnya komoditas beras dan gula. 2. Optimalisasi penggunaan Pelabuhan Anggrek dan Sarana Angkutan Perintis guna memperlancar penyaluran distribusi barang dan jasa. 3. Menghilangkan gangguan aliran distribusi barang dari desa ke kota melalui perbaikan dan pembangunan infrastruktur. 4. Akselerasi dan koordinasi dengan pihak terkait untuk mendukung pembangunan PLTU Anggrek dan penambahan daya sebesar 7 MW di Gorontalo tahun Goverment Limited Intervention dan penguatan koordinasi antar pihak terkait untuk mencegah lonjakan kenaikan harga gula karena diperkirakan hingga bulan Mei 2010 Perusahaan Gula Gorontalo akan mengurangi kegiatan produksi. 32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

50 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan I-2010 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh perlambatan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Sementara itu stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga, tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena Loan Deposit Ratio (LDR) sudah mencapai nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 145% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. Dana pihak ketiga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan dana pihak ketiga terutama didorong oleh berkurangnya penempatan dana deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara itu, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan kredit terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi seiring dengan menurunnya keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat keterlambatan musim panen. Sementara itu secara sektoral kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup signifikan sejalan dengan menurunnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan PERKEMBANGAN BANK Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum Konvensional, 2 Bank Umum Syariah, dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 13 kantor cabang, 23 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas serta 21 kantor unit. Sedangkan, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor kas. Sementara itu, nilai total asset pada triwulan laporan sebesar Rp3,032 triliun atau tumbuh sebesar 21,18% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,11% (y.o.y). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

51 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Pada posisi akhir triwulan I-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,83 triliun, terkontraksi sebesar -0,80% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20,81% (y.o.y). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh kontraksi pada komponen deposito sebesar -15,93% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 47,63% (y.o.y). Melambatnya deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh sebesar 6,55% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,71% (y.o.y). Berkurangnya pendapatan masyarakat terutama para petani akibat terlambatnya musim panen menyebabkan kemampuan menabung masyarakat cenderung turun. Sebaliknya, giro mengalami pertumbuhan sebesar 8,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6.59% (y.o.y). Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Komposisi Dana Pihak Ketiga PENYALURAN KREDIT Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,78 triliun, tumbuh 32,59% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 38,17% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan total kredit terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 37,64% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 52,00% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi seiring dengan menurunnya keinginan konsumsi masyarakat terkait menurunnya pendapatan akibat keterlambatan musim panen. Sementara itu, kredit modal kerja juga mengalami perlambatan yaitu tumbuh sebesar 21,95% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 31,93% (y.o.y). Sebaliknya, kredit investasi tumbuh sebesar 51,68% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -16,51% (y.o.y). Perkembangan kredit investasi menunjukkan bahwa peran perbankan cukup besar dalam pendanaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan oleh 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

52 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH pemerintah dan swasta pada triwulan laporan. Perkembangan kredit investasi perlu terus ditingkatkan mengingat perannnya hanya sekitar 6% dari total kredit dibandingkan dengan kredit konsumsi yang mencapai 60% dari total kredit. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan Perlambatan kredit sektor produktif pada triwulan laporan seiring dengan perlambatan ekonomi daerah. Kredit pertanian mengalami perlambatan yang cukup signifikan yaitu terkontraksi sebesar -41,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,20% (y.o.y). Menurunnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mempengaruhi perkembangan kredit pertanian. Kontraksi perkembangan kredit juga dialami oleh sektor industri sebesar -40,44% (y.o.y) dan sektor angkutan sebesar -31,15% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja kredit perdagangan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 16,07% (y.o.y) namun masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 27,84% (y.o.y). Sementara itu, kinerja yang menggembirakan terdapat pada kredit sektor konstruksi yang mengalami pertumbuhan sebesar 121,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,12% (y.o.y). Peran perbankan dalam dukungan pendanaan proyek-proyek infrastruktur meningkatkan kinerja kredit konstruksi. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.5 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

53 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 46,17% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 24,93% (y.o.y). Kredit yang dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan menengah mencapai Rp1,99 triliun, dimana kredit usaha mikro sebesar Rp254,8 milyar, kredit usaha kecil sebesar Rp721,7miliar, dan kredit usaha menengah Rp1,02 triliun. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7 Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit UMKM Komposisi Kredit UMKM 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang tidak wajar mencapai lebih dari 145% sehingga berpotensi terhadap ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi RESIKO KREDIT Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit diindikasikan bahwa risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 2,38% (bruto). Nilai ini tergolong baik karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Namun, perbankan harus tetap waspada terhadap potensi risiko kredit kedepan mengingat nilai NPL saat ini sudah menunjukkan tren kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,25%. Adapun nilai NPLs tertinggi terdapat pada kredit industri yang mencapai 10,25%, diikuti oleh kredit jasa dunia usaha sebesar 4,41% dan kredit pertanian sebesar 4,15%. 36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

54 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL NPL per Sektor Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPLs, risiko kredit yang stabil-rendah disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki pangsa yang dominan sebesar 64%. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor PHR sebesar 27%. Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat risikonya memiliki pangsa kucuran kredit yang relatif kecil RESIKO LIKUIDITAS Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan laporan patut mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai 29.01% dari total dana pihak ketiga. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 70% dalam struktur dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 18,12% dan tabungan sebesar 52,77%. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

55 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.12 Perkembangan Protofolio DPK Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 151,19% menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan perbankan. Sementara itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 100%. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

56 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH RESIKO PASAR Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

57 BOX 2 : POTENSI KERAJINAN KERAWANG GORONTALO Kerawang adalah sebuah produk kerajinan tradisional yang sejak turun-temurun telah diwariskan menjadi sebuah keahlian kaum perempuan Gorontalo. Kerajinan kerawang mulai dikenal sejak abad ke 17 tepatnya tahun 1713 di wilayah Ayula. Nama sulaman kerawang berasal dari kata Mokarawo yang berarti mengiris atau melubangi. Penamaan ini sesuai dengan teknik pembuatan sulaman kerawang, dimana serat benang pada kain sebagai media sulaman akan diiris atau dilubangi dengan cara mencabut serat benang pada bidang tertentu di media kain yang akan digunakan. Proses pengirisan dan pencabutan benang tersebut disesuaikan dengan besaran bentuk atau motif yang diinginkan. Setelah proses pencabutan benang pada kain, proses sulaman dilakukan dengan mengikuti motif yang telah ditentukan. Desain Kerawang Gorontalo Secara keseluruhan teknik pembuatan sulaman kerawang, mulai dari pembuatan motif, pelubangan sampai penyulaman masih dilakukan secara manual. Pada awalnya hasil sulaman kerawang hanya dalam bentuk kecil dan sederhana dengan corak yang sewarna. Namun seiring dengan perkembangan zaman, mendorong para pengrajin usaha kerawang untuk menghasilkan hasil sulaman kain kerawang sebagai bahan pakaian siap jahit khususnya untuk busana perempuan dengan berbagai variasi bahan tekstil. Berbagai inovasi kreatif juga terus berkembang, dimana hasil sulaman kerawang juga telah ditemui dalam bentuk yang lebih siap pakai seperti kipas, tas tangan, dompet, busana muslim dan muslimah, mukena, kemeja, songkok, sandal, jas, sajadah, sprei, dan sarung bantal bahkan kaos dengan bahan baku yang lebih bervariasi serta motif sulaman yang lebih berwarna. Berbagai kreatifitas dan inovasi baru yang terus tumbuh tersebut, mendorong makin dikenalnya hasil sulaman kerawang sampai ke tingkat nasional serta makin banyaknya permintaan dari berbagai kalangan khususnya para pendatang yang berkunjung ke Gorontalo. Bahan baku sulaman kerawang adalah kain, biasanya jenis oxford (untuk sprei dan taplak), belini (untuk jas dan safari) dan sifon (untuk baju perempuan). Jenis kain lainnya 40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

58 yang biasa digunakan adalah santana, katun duyung, friendship, accura, claudy, tetron, dan ero. Saat ini, kain sutra sudah digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan sulaman dengan kualitas yang terbaik. Sebagai bahan pendukung digunakan benang, alas, motif, gabus, dan gagang kipas. Alat yang digunakan oleh pengrajin antara lain; jarum, silet, pamendangan (alat untuk menarik kain yang akan disulam), gunting dan mesin jahit. Kerajinan kerawang, tersebar secara merata di wilayah Provinsi Gorontalo. Berdasarkan data Industri Kecil dan Menengah (IKM) 2009 dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Provinsi Gorontalo, diperoleh informasi bahwa para pengrajin sulaman kerawang tersebar di seluruh wilayah (kota/kabupaten) yang ada di Provinsi Gorontalo, dengan jumlah unit usaha sebanyak 645 unit dan tenaga kerja yang terserap sebanyak orang Di Kabupaten Gorontalo, industri sulaman kerawang telah cukup berkembang dengan baik, dimana pusat atau sentra industri berada di Kecamatan Telaga Biru, dengan jumlah pengrajin ± 425 orang yang tersebar di 5 desa. Para pengrajin tersebut umumnya menerima dan mengerjakan pesanan dari beberapa pengusaha/pedagang lokal untuk diperdagangkan baik di dalam maupun luar wilayah Gorontalo. Pesanan lainnya datang dari beberapa kantor atau instansi pemerintah maupun swasta untuk dijadikan sebagai seragam kantor. Selain di Kabupaten Gorontalo, banyak pengrajin sulaman kerawang lainnya yang juga tersebar di Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Sementara untuk Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Boalemo memiliki jumlah pengrajin kerawang yang lebih sedikit. Secara umum, terdapat tiga pola usaha yang dapat dilakukan oleh pengusaha/pengrajin sulaman kerawang, yaitu; (1) pola makloon saja, (2) pola produksi lengkap dan (3) pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi lengkap. Pola makloon, seperti halnya industri pakaian jadi lainnya juga diterapkan dalam usaha kerawang dimana pengrajin melakukan usahanya dengan menerima pesanan dari konsumen dan hanya membuat sulaman kerawang sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam pola ini, bahan baku kain dan benang berasal dari konsumen, sedangkan bahan pendukung seperti benang, alas, motif, gabus, dan gagang kipas dan alat yang digunakan oleh pengrajin antara lain; jarum, silet, pamendangan (alat untuk menarik kain yang akan disulam), gunting dan mesin jahit disediakan sendiri oleh pengrajin. Model atau rancangan motif sulaman kerawang ditentukan oleh konsumen. Pendapatan pengrajin dengan pola makloon lebih besar berasal dari ongkos menyulam yang dibebankan ke konsumen. Selain pengrajin dengan pola makloon, terdapat pula pengrajin kerawang yang melakukan proses produksi secara lengkap, mulai dari merancang motif atau pola sulaman, menyulamnya sendiri, hingga menjualnya. Pada pola proses produksi lengkap Pengrajin membuat rancangan atau motif sendiri, membeli bahan baku kain, benang dan pamendangan serta menyulam sendiri untuk kemudian ditawarkan kepada konsumen untuk BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

59 dijual. Dengan demikian seluruh bahan (bahan baku maupun bahan pembantu) berasal dari pengrajin. Pendapatan pengrajin berasal dari harga jual yang dibebankan ke konsumen. Pada umumnya pengusaha menerapkan pola (1) dan (3) yaitu pola makloon saja atau pola kombinasi antara makloon dan produksi. Pengusaha yang menerapkan pola makloon saja adalah karena kebutuhan modalnya tidak sebesar modal yang dibutuhkan pada pola produksi lengkap (terutama modal yang diperlukan untuk bahan baku kain). Tetapi pola makloon ini tidak terlalu menguntungkan bagi pengusaha, karena pengusaha hanya mendapatkan ongkos kerja menyulam. Oleh karena itu untuk menyiasatinya, pengusaha menerapkan pola kombinasi atau gabungan antara makloon dan produksi. Dengan pola kombinasi ini kebutuhan modal tidak terlalu besar, tetapi keuntungan yang didapat lebih besar. Sehelai sulaman kerawang, dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu hingga dua bulan, tergantung jenis kain, benang serta tingkat kerumitan motifnya. Semakin baik kualitas kain dan benang yang digunakan, serta semakin rumit motif yang diinginkan, semakin lama pula waktu pengerjaannya, harganya pun semakin mahal tentunya. Harga sulaman kerawang untuk bahan baju perempuan berkisar Rp ,- hingga jutaan rupiah, sementara untuk baju laki-laki berkisar Rp95.000,- hingga Rp ,-. Untuk jas, tarif yang dikenakan minimal Rp ,-. Data Diskoperindag Provinsi Gorontalo tahun 2009 menunjukan total produksi sulaman kerawang sebanyak lembar, dengan nilai produksi mencapai Rp 23 miliar. Sulaman kerawang merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan. Berdasarkan penelitian Bank Indonesia mengenai baseline economic survei (BLS) pada tahun 2006, teridentifikasi sulaman kerawang sebagai salah satu komoditas unggulan provinsi Gorontalo. Penelitian lanjutan mengenai Identifikasi Potensi dan Profil Klaster Komoditas Unggulan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2009 yang lalu juga menunjukkan bahwa sulaman kerawang sebagai salah satu komoditas yang potensial dikembangkan menjadi sebuah klaster. Sebagai upaya pengembangan komoditas unggulan, khususnya sulaman kerawang, diperlukan keterlibatan dan keberpihakan semua pihak, khususnya pemerintah daerah, perbankan dan pelaku usaha sendiri. Pemerintah daerah berperan dalam penguatan kapasitas usaha dan penguatan kapasitas kelembagaan pelaku usaha. Perbankan tidak semata financial institution namun berperan sebagai agent of change dan agent of development, sudah saatnya terjun ke lapangan untuk melihat potensi unggulan yang ada. Pelaku usaha harus memiliki sense untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam pengembangan usahanya. Sinergitas tiga pihak diatas, hendaknya jangan hanya menjadi slogan semata, melainkan menciptakan langkah nyata dalam upaya pemberdayaan ekonomi daerah khususnya dalam pengembangan sulaman kerawang Gorontalo. 42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

60 BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan I-2010 mencapai 13,97%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan I-2009 sebesar 19,02%, sementara itu realisasi pendapatan menurun 10,91%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 28,99%. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan I-2010 menurun dibandingkan triwulan I Secara nominal, realisasi triwulan I-2010 sebesar Rp 60,21 Miliar dengan capaian 10,91% dari anggaran APBD 2010, capaian ini menurun secara persentase realisasi dan secara nominal dibandingkan triwulan I-2009 yang sebesar 28,99%. Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian di sisi realisasi Dana Perimbangan Pusat yang pencapaiannya menurun secara signifikan. Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo Pendapatan Daerah APBD 2009 I I-2010 APBD 2010 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Pendapatan Asli Daerah , ,00 Pajak daerah , ,89 Pajak Kendaraan Bermotor , ,34 Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor , ,67 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , ,34 Pajak Air Permukaan , ,98 Pajak Air Bawah Tanah , ,09 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,98 Dana Perimbangan , ,38 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , Dana Alokasi Umum , ,60 Dana Alokasi Khusus Dana Darurat Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan , ,91 Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan I-2010 sebesar Rp 33,39 Miliar dengan realisasi sebesar 7,38% dari anggaran induk, hal tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 130,78 Miliar dengan persentase realisasi 28,58%. Menurunnya realisasi dana perimbangan pada triwulan I-2010 lebih didorong menurunnya realisasi Dana Alokasi Umum yang hanya mencapai 8,60% sementara periode yang sama tahun sebelumnya terealisasi sebesar 33,33%. Sementara itu penghimpunan pajak daerah mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan penghimpunan pajak kendaraan bermotor. Pada triwulan I-2010, Pemerintah Daerah berhasil menghimpun pajak BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

61 BAB 4 KEUANGAN DAERAH daerah sebesar Rp 25,15 Miliar dengan pencapaian 29,89% melebihi penghimpunan pajak triwulan I-2009 sebesar Rp 20,35 Miliar dengan pencapaian 28,20%. Upaya pemerintah daerah meningkatkan self financing melalui peningkatan penghimpunan pajak daerah telah berjalan cukup baik. Komposisi PAD telah meningkat sebesar 44,54% sementara dana perimbangan mencapai 55,46%. Meningkatnya komposisi PAD terhadap total anggaran lebih didorong oleh menurunnya realisasi Dana Perimbangan pada triwulan laporan. Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) Pendapatan Daerah APBD 2009 I I-2010 APBD 2010 Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%) Pendapatan Asli Daerah , ,54 Pajak daerah , ,77 Pajak Kendaraan Bermotor , ,22 Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor , ,43 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , ,08 Pajak Air Permukaan , ,03 Pajak Air Bawah Tanah , ,01 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,77 Dana Perimbangan , ,46 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , Dana Alokasi Umum , ,46 Dana Alokasi Khusus Dana Darurat Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan , , BELANJA DAERAH Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan I-2010 lebih rendah dibandingkan triwulan I Pada triwulan laporan, tercatat Rp 79,35 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 13,97%, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 dengan pencapaian realisasi sebesar Rp 101,66 Miliar dengan persentase realisasi mencapai 19,02%. Kondisi ini terutama didorong oleh penurunan pos belanja modal secara signifikan, sementara pos belanja pegawai dan pos belanja barang dan jasa sedikit mengalami kenaikan. Pada APBD 2010, pemerintah meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 111 Miliar namun realisasi yang berjalan terkesan lambat. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah APBD 2009 I I-2010 APBD 2010 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Belanja Tidak Langsung , ,91 Belanja Pegawai , ,39 Belanja Subsidi , Belanja Hibah , ,83 Belanja Bantuan Sosial , ,78 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,50 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,13 Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung , ,59 Belanja Pegawai , ,97 Belanja Barang dan Jasa , ,46 Belanja Modal , ,26 Jumlah Belanja , ,97 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

62 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Kualitas APBD Gorontalo triwulan I-2010 lebih diarahkan pada kepentingan konsumsi sementara tujuan investasi relatif menurun. Komposisi pos belanja modal menurun secara signifikan dari 27,79% pada triwulan I-2009 menjadi hanya berkisar 7,41% pada triwulan I Sementara komposisi pos belanja konsumsi meningkat dari 73,21% pada triwulan I-2009 menjadi 92,59% pada triwulan I Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat kegiatan investasi lebih memberikan multiplier effect bagi pengembangan ekonomi daerah dibandingkan kegiatan konsumsi. Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah APBD 2009 I I-2010 APBD 2010 Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%) Belanja Tidak Langsung , ,13 Belanja Pegawai , ,98 Belanja Subsidi , Belanja Hibah , ,62 Belanja Bantuan Sosial , ,39 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,15 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,98 Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung , ,87 Belanja Pegawai , ,41 Belanja Barang dan Jasa , ,06 Belanja Modal , ,41 Jumlah Belanja , , KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama tahun 2010 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 3,87%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,31%. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBD 2009 Realisasi Q Realisasi Q1-2010* APBD 2010 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah , ,87 Belanja Pegawai , ,15 Belanja Subsidi , Belanja Hibah , ,15 Belanja Bantuan Sosial , ,06 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,13 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,08 Belanja Tidak Terduga Belanja Barang dan Jasa , ,30 Pembentukan Modal Tetap Bruto , ,31 Belanja Modal , ,31 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan I-2010 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena realisasi dari pengeluaran APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD. Kebijakan ekspansif yang telah diterapkan pemerintah daerah diperkirakan mampu memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

63 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD APBD 2009 Realisasi Q Realisasi Q1-2010* APBD 2010 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Pendapatan , ,56 9, , ,48 3,17 Pendapatan Asli Daerah , ,56 1, , ,48 1,41 Dana Perimbangan , ,00 7, , ,00 1,76 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,00 0, , Dana Alokasi Umum , ,00 7, , ,00 1,76 Dana Alokasi Khusus , , Dana Darurat - Dana Penyesuaian Belanja , ,00 6, , ,00 4,18 Belanja Pegawai , ,00 2, , ,00 2,15 Belanja Subsidi , ,00 0, , Belanja Hibah , ,00 0, , ,00 0,15 Belanja Bantuan Sosial , ,00 0, , ,00 0,06 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 0, , ,00 0,13 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 0, , ,00 0,08 Belanja Tidak Terduga , , Belanja Barang dan Jasa , ,00 1, , ,00 1,30 Belanja Modal , ,31 Surplus/Defisit ,23 ( ) ( ) (1,01) Pembiayaan Netto ( ) - - DAMPAK RUPIAH ,23 - ( ) (1,01) Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo , PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 2010 Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan anggaran tahun Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan kabupaten/kota masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Adapun perbandingan anggaran tahun 2009 terhadap anggaran tahun 2010 ditampilkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 APBD 2010 Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan yang sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/defisit ( ) ( ) - ( ) ( ) - ( ) Pembiayaan Netto ( ) ( ) SILPA ( ) ( ) APBD 2009 Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan yang sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/defisit ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) - ( ) Pembiayaan Netto ( ) SILPA Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di tahun KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

64 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan I-2010 diwarnai oleh net inflow dan penurunan uang lusuh serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2010 mencatat net inflow sebesar Rp 135,05 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari Khasanah kas titipan. Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.1 Grafik 5.2 Netflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan Kondisi net inflow pada triwulan laporan menunjukkan menurunnya penggunaan uang kartal oleh masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini merupakan efek balik karena pada triwulan sebelumnya penggunaan uang kartal sangat besar oleh masyarakat. Berbagai kegiatan pada triwulan IV-2009 diantaranya Idul Adha, Tahun Baru Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi meningkatkan penggunaan uang kartal. Sementara itu, melemahnya daya beli masyarakat pada triwulan I-2010 juga mengurangi penggunaan uang kartal oleh masyarakat. Terlambatnya musim panen mengakibatkan pendapatan masyarakat terutama para petani menjadi menurun PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Pada triwulan I-2010 tidak terdapat uang lusuh di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Hal ini terjadi karena pada periode laporan dilakukan kegiatan clean money policy oleh Bank Indonesia. Total jumlah uang kartal yang terdapat di kas titipan sebesar Rp 115,27 miliar dimana pecahan uang kertas mencapai Rp 115,21 miliar dan uang logam sebesar Rp 60 juta. Sementara itu, pecahan uang kertas Rp2000 emisi tahun 2009 juga BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

65 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN telah tersedia di kas titipan Gorontalo. Pada periode laporan terdapat pecahan uang Rp2000 sejumlah Rp 160 juta di kas titipan Gorontalo. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo Jenis Pecahan (Rp) Tw. IV 2009 Tw. I 2010 Jumlah Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Jumlah Uang Kertas ,600,000 5,000,000 14,600,000 32,500,000 32,500,000 50,000 15,400,000 5,000,000 20,400,000 64,200,000 64,200,000 20,000 9,940, ,000 10,300,000 9,440,000 9,440,000 10,000 5,470, ,000 5,670,000 4,470,000 4,470,000 5,000 4,345, ,000 4,460,000 3,935,000 3,935,000 2, , ,000 1, , , , , ,000 Total 44,937,000 11,376,000 56,313, ,205, ,205,000 Uang Logam , ,000 50,000 50, ,000 25,000 10,000 10,000 Total 125, ,000 60,000 60,000 TOTAL UANG 45,062,000 11,376,000 56,438, ,265, ,265,000 Sumber : Bank Indonesia 5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp 294,61 miliar dengan pertumbuhan sebesar 10,69% (y.o.y). Adapun jumlah warkat sebanyak lembar dengan pertumbuhan sebesar 19,24% (y.o.y). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2010 sebesar Rp 4,74 miliar atau tumbuh 9,24% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 196 lembar atau tumbuh sebesar 13,40% (y.o.y). Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.3 Grafik 5.4 Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari 48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2010 BANK INDONESIA

66 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,30% pada triwulan IV-2009 menjadi 0,12% pada triwulan I Penurunan rasio penolakan jumlah cek/bg kosong seiring dengan membaiknya kinerja sektor perdagangan. Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo FROM TO FROM + TO Bulan Nilai Nilai Nilai Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Volume Januari Februari Maret Rata-rata tw I April Mei Juni Rata-rata tw II Juli Agustus September Rata-rata tw III Oktober November Desember Rata-rata tw IV Januari Februari Maret Rata-rata tw I Pertumbuhan (yoy) % 25.28% 14.63% 13.48% 4.78% 19.15% Transaksi RTGS masih mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan I-2010 secara nominal sebesar Rp 429 miliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 4,78% (y.o.y). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS ratarata per bulan selama triwulan I-2010 tercatat sebanyak 732 transaksi atau tumbuh secara tahunan sebesar 19,15% (y.o.y). Perkembangan transaksi RTGS juga menunjukkan bahwa kativitas ekonomi di Provinsi Gorontalo semakin berkembang. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2009 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2009 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan I-2012 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Penghimpunan pendapatan dan penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo selama triwulan laporan meningkat secara nominal, namun dilihat dari persentase

Lebih terperinci

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo.

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian periode triwulan II-2009

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan II-2010 mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II-2009 sebesar 45,63%, sementara

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan IV-2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor sektor yang berkontribusi dalam triwulan laporan antara lain : pertanian,

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2010 mencapai 60,94%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III-2009 sebesar 57,85%, realisasi

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Grafik 1.22 Perkembangan Bongkar Barang

Grafik 1.22 Perkembangan Bongkar Barang Grafik 1.22 Perkembangan Bongkar Barang 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan II-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci