BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 : KEUANGAN DAERAH"

Transkripsi

1 BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya persentase realisasi dimaksud lebih disebabkan oleh menurunnya realisasi Belanja Langsung terutama Belanja Modal. Sementara untuk realisasi penerimaan APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan terutama Dana Perimbangan. Pada triwulan I-2012, kenaikan penerimaan kurang diimbangi oleh penyerapan belanja Pemerintah Provinsi sehingga mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang beredar di masyarakat. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Pada triwulan I-2012, persentase realisasi pendapatan meningkat pada Dana Perimbangan dan Pendapatan lain-lain sementara untuk Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan I-2012 sebesar Rp 271,09 Miliar dengan capaian 29,75% dari target anggaran APBD Capaian tersebut meningkat apabila dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp 161,09 Miliar dengan capaian 25,30% dari target anggaran APBD Realisasi DAU dan DAK lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan I-2012, realisasi DAU telah mencapai 33,33% sementara Dana Bagi Hasil Bukan Pajak realisasinya mencapai 28,07%. Pendapatan Asli Daerah pada triwulan I-2012 mengalami penurunan, karena Pemerintah Provinsi selama semester I-2012 menerapkan kebijakan pembebasan BBN (Bea Balik Nama) dan Pajak kendaraan selama setahun untuk mobil/motor dari luar wilayah yang melakukan mutasi ke nomor polisi Gorontalo. Melalui penerapan kebijakan tersebut, tercatat realisasi penghimpunan pajak hanya mencapai 24,65% dari target anggaran 2012 sementara untuk periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 31,48%. Hasil liaison Bank Indonesia yang dilakukan kepada dealer utama kendaraan bermotor di Gorontalo menyatakan bahwa angka penjualan mobil/motor di showroom mengalami penurunan selama kebijakan tersebut dijalankan. Namun pengiriman kendaraan bermotor terutama mobil yang berasal dari luar Provinsi Gorontalo seperti dari Surabaya, Jakarta dan Manado justru mengalami peningkatan. Hal tersebut cenderung menarik perhatian masyarakat mengingat harga perolehan yang lebih rendah serta insentif pembebasan pajak kendaraan selama setahun yang cukup menguntungkan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

2 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo I-2011 I-2012 Pendapatan Daerah APBD 2011 Pencapaian APBDP 2012 Pencapaian Nominal Nominal (%) (%) Pendapatan Asli Daerah , ,17 Pajak daerah , ,65 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,06 Dana Perimbangan , ,86 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,07 Dana Alokasi Umum , ,33 Dana Alokasi Khusus , Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ,20 Jumlah Pendapatan , ,75 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan I-2012 sebesar 73,89% lebih rendah dibandingkan pangsa dana perimbangan pada triwulan I-2011 sebesar 76,84%. Sementara pangsa pembiayaan mandiri dari PAD tercatat 14,38% menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 23,15%. Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) I-2011 I-2012 Pendapatan Daerah APBD 2011 Nominal Komposisi (%) APBDP 2012 Nominal Komposisi (%) Pendapatan Asli Daerah , ,38 Pajak daerah , ,61 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,77 Dana Perimbangan , ,89 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,48 Dana Alokasi Umum , ,42 Dana Alokasi Khusus , Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,73 Jumlah Pendapatan , ,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 4.2 BELANJA DAERAH Menurunnya penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi triwulan I-2012 terutama pada Belanja Langsung. Penyerapan hampir seluruh komponen penyusun Pos Belanja Langsung mengalami penurunan persentase realisasi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 147,07 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 15,67%, lebih rendah dibandingkan penyerapan belanja triwulan I-2011 yang mencapai Rp 118,21 Miliar (17,62%). Pada Pos Belanja Langsung, penyerapan anggaran tercatat sebesar Rp 40,54 Miliar atau sebesar 8,59% dari target anggaran Kondisi tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 59,90 Miliar atau sebesar 16,67% dari target anggaran. Penurunan persentase realisasi terbesar terjadi pada Belanja Modal yang 40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 BANK INDONESIA

3 BAB 4 KEUANGAN DAERAH realisasinya hanya mencapai Rp 4,36 Miliar atau hanya sebesar 2,9% dari target anggaran. Kondisi ini terjadi karena realisasi pelaksanaan proyek infrastruktur belum berjalan optimal sehingga penyerapan anggaran terhambat. Sementara Belanja Tidak Langsung, realisasi persentase penyerapannya meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat penyerapan Belanja Tidak Langsung sebesar Rp 106,52 Miliar atau sebesar 22,84% dari target anggaran Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 58,31 Miliar atau sebesar 18,71% dari target anggaran Peningkatan penyerapan belanja terbesar terjadi pada Belanja Pegawai dan Belanja Hibah. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo I-2011 I-2012 Belanja Daerah APBD 2011 Pencapaian APBDP 2012 Pencapaian Nominal Nominal (%) (%) Belanja Tidak Langsung , ,00 18, , ,00 22,84 Belanja Pegawai , ,00 21, , ,00 20,74 Belanja Subsidi , , Belanja Hibah , ,00 9, , ,00 29,70 Belanja Bantuan Sosial , ,00 31, , ,00 18,93 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 15, , ,00 22,63 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D , ,00 21, , ,00 9,72 Belanja Tidak Terduga , ,00 1, , Belanja Langsung , ,00 16, , ,09 8,59 Belanja Pegawai , ,00 9, , ,00 8,86 Belanja Barang dan Jasa , ,00 17, , ,09 11,37 Belanja Modal , ,00 16, , ,00 2,99 Jumlah Belanja , ,00 17, , ,09 15,67 Kualitas APBD Gorontalo triwulan I-2012 lebih diarahkan pada kepentingan konsumsi sementara untuk kegiatan investasi relatif minimal. Pada triwulan laporan, komposisi belanja konsumsi mencapai 97,02% sementara untuk belanja investasi hanya mencapai 2,99%. Kondisi tersebut jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana 15,24% anggaran direalisasikan untuk kepentingan investasi. Keterlambatan proses tender dinilai sebagai salah satu pendorong lambatnya belanja investasi Pemerintah Provinsi. Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo I-2011 I-2012 Belanja Daerah APBD 2011 Nominal Komposisi (%) APBDP 2012 Nominal Komposisi (%) Belanja Tidak Langsung , ,00 49, , ,00 72,43 Belanja Pegawai , ,00 37, , ,00 34,06 Belanja Subsidi , , Belanja Hibah , ,00 3, , ,00 28,24 Belanja Bantuan Sosial , ,00 1, , ,00 0,72 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 5, , ,00 8,41 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D , ,00 1, , ,00 1,01 Belanja Tidak Terduga , ,00 0, , Belanja Langsung , ,00 50, , ,09 27,57 Belanja Pegawai , ,00 2, , ,00 2,22 Belanja Barang dan Jasa , ,00 32, , ,09 22,38 Belanja Modal , ,00 15, , ,00 2,97 Jumlah Belanja , ,00 100, , ,09 100,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

4 BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Realisasi anggaran konsumsi pemerintah pada triwulan I-2012 memberikan pangsa 5.73%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,18%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan I-2011 terutama untuk belanja rutin. Stimulus fiskal untuk kepentingan investasi masih sangat kecil, hal ini dikarenakan pelaksanaan proyek investasi belum berjalan secara optimal. Sementara apabila dilihat dari sisi anggaran masih terdapat surplus penerimaan sebesar Rp 124 Miliar dimana surplus tersebut lebih disebabkan karena realisasi belanja modal masih dibawah target anggaran. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBD 2011 I-2011 I-2012 APBDP 2012 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah , ,73 Belanja Pegawai , ,14 Belanja Subsidi Belanja Hibah , ,67 Belanja Bantuan Sosial , ,04 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,50 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D , ,06 Belanja Tidak Terduga , Belanja Barang dan Jasa , ,32 Pembentukan Modal Tetap Bruto , ,18 Belanja Modal , ,18 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan I-2012 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD. Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD APBD 2011 I-2011 I-2012 APBDP 2012 Nominal %PDRB Realisasi %PDRB Pendapatan , ,26 7, , ,64 10,91 Pendapatan Asli Daerah , ,26 1, , ,64 1,57 Dana Perimbangan , ,00 5, , ,00 8,06 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,00 0, , ,00 0,27 Dana Alokasi Umum , ,00 5, , ,00 7,79 Dana Alokasi Khusus , ,00 0, , Dana Darurat - - Dana Penyesuaian ,00 0, , ,00 1,28 Belanja , ,00 5, , ,09 5,90 Belanja Pegawai , ,00 2, , ,00 2,14 Belanja Subsidi , , Belanja Hibah , ,00 0, , ,00 1,67 Belanja Bantuan Sosial , ,00 0, , ,00 0,04 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 0, , ,00 0,50 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D , ,00 0, , ,00 0,06 Belanja Tidak Terduga , ,00 0, , Belanja Barang dan Jasa , ,00 1, , ,09 1,32 Belanja Modal , ,18 Surplus/Defisit ( ) ,99 ( ) ,00 Pembiayaan Netto ( ) - - ( ) - - Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo 42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 BANK INDONESIA

5 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2012 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Pada triwulan laporan juga sudah terdapat temuan uang palsu sebanyak enam lembar uang kertas. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai transaksi kliring dan transaksi RTGS mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan volume transaksi dalam sistem pembayaran tersebut diperkirakan akibat dari menurunnya transaksi ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya yang merupakan siklus awal tahun. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2012 mengalami net inflow sebesar Rp 218,21 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan. Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.1 Grafik 5.2 Netflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan Kondisi net inflow pada triwulan laporan didominasi pada bulan Januari yang mencapai Rp171,39 miliar. Net inflow yang terjadi pada bulan Januari 2012 merupakan arus balik aliran uang kartal pasca akhir tahun Net inflow tersebut juga menggambarkan lambatnya aktivitas ekonomi pada awal tahun karena minimnya kegiatan-kegiatan (event) daerah yang masih belum berjalan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

6 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan I-2012 sebesar Rp90,26 miliar lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp72,48 miliar. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp90,25 miliar untuk uang kertas dan Rp18,92 juta untuk uang logam. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas titipan pada triwulan laporan sebesar Rp18,92 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp2000,- merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp1000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak lembar. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu) Jenis Pecahan (Rp) Tw. III 2011 Tw. IV 2011 Tw. I 2012 Jumlah (ribu) Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Jumlah (ribu) Uang Kertas 100,000 60,400,000 7,500,000 67,900,000 35,900,000 1,000,000 36,900,000 38,800,000 6,000,000 44,800,000 50,000 51,900,000 7,000,000 58,900,000 15,000,000 2,000,000 17,000,000 35,000,000 9,000,000 44,000,000 20,000 4,500,000 4,200,000 8,700,000 6,240, ,000 7,140,000 5,160,000 1,200,000 6,360,000 10,000 5,400,000 2,000,000 7,400,000 5,420,000 1,000,000 6,420,000 4,850,000 1,000,000 5,850,000 5,000 2,880,000 2,300,000 5,180,000 4,515, ,000 4,765,000 2,030, ,000 2,930,000 2,000 3,320,000 1,300,000 4,620,000 4,962, ,000 5,562,000 4,404, ,000 5,104,000 1,000 16, , , , , ,000 5, , ,000 Total 128,416,000 24,700, ,116,000 72,459,000 5,885,000 78,344,000 90,249,000 18,920, ,169,000 Uang Logam ,000 25,000 20,000 5, ,000 2,000 2,000 Total 27,000 27,000 20,000-20,000 7,000-7,000 TOTAL UANG 128,443,000 24,700, ,143,000 72,479,000 5,885,000 78,364,000 90,256,000 18,920, ,176,000 Sumber : Bank Indonesia UANG PALSU Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo Periode Jan-Maret 2012 Pecahan / Tahun Emisi Temuan Uang Palsu / / / / / / / Jumlah 6 Sumber: Bank Indonesia Pada periode Januari Maret 2012, telah teridentifikasi enam lembar uang palsu yaitu uang kertas pecahan Rp tahun emisi Sementara itu, belum terdapat temuan uang palsu untuk pecahan lainnya. 44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

7 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp396,15 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 5,12% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 4,43% (q.t.q). Adapun jumlah warkat sebanyak lembar dengan pertumbuhan sebesar 1.12% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2012 sebesar Rp6,29 miliar atau mengalami kontraksi 3,58% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 281 lembar atau tumbuh sebesar 2,72% (q.t.q). Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Grafik 5.4 Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal warkat yang dikliringkan pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 1,57% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,27%. Sementara itu, rata-rata rasio warkat Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,16% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,08%. Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo Sumber : Bank Indonesia BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

8 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan I-2012 secara nominal sebesar Rp472 miliar atau terkontraksi 32,17% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,26% (q.t.q). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan selama triwulan I-2012 tercatat sebanyak transaksi atau mengalami kontraksi secara triwulanan sebesar 22,55% (q.t.q). Perlambatan perkembangan transaksi RTGS diperkirakan karena pergerakan aktivitas ekonomi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Siklus pada awal tahun ditandai dengan lesunya transaksi RTGS dibandingkan akhir tahun. Diperkirakan transaksi-transaksi besar yang menggunakan fasilitas RTGS diantaranya transaksi untuk proyek pembangunan infrastruktur pemerintah belum direalisasikan pada awal tahun. Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo FROM TO FROM + TO Bulan Nilai Nilai Nilai Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Volume Januari Februari Maret Rata-rata tw I Pertumbuhan (qtq) % % % % % % April Mei Juni Rata-rata tw II Pertumbuhan (qtq) 16.26% 26.69% -1.57% 18.76% 4.34% 22.86% Juli Agustus September Rata-rata tw III Pertumbuhan (qtq) 14.54% 13.82% 30.27% 9.87% 24.46% 11.98% Oktober November Desember Rata-rata tw IV Pertumbuhan (qtq) 27.60% 5.38% -3.21% -7.12% 7.26% -0.34% Januari Februari Maret Rata-rata tw I Pertumbuhan (qtq) % % % % % % Sumber : Bank Indonesia 46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

9 BAB 6 KESEJAHTERAAN BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Gorontalo menunjukkan tendensi penurunan sebagaimana tercermin dari salah satu indikatornya yaitu pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka tercatat mengalami peningkatan dari 4,26% pada bulan Agustus 2011 menjadi 4.81% pada Februari PENGANGGURAN Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo berdasarkan data Februari 2012 tercatat sebanyak jiwa atau meningkat dibanding angkatan kerja pada periode Agustus 2011 sebesar jiwa. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut bersumber dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dimana pada Februari 2012 mencapai jiwa atau naik jiwa dibanding posisi Agustus 2011 yang tercatat sebanyak jiwa. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Gorontalo pada Februari 2012 tercatat sebanyak 4,81%, mengalami peningkatan dibandingkan data Agustus 2011 sebesar 4,26%. Di sisi lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami kenaikan dari 64,12% pada Agustus 2011 menjadi 64,36% pada Februari Kenaikan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk Angkatan Kerja (1,31%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Bukan Angkatan Kerja (0,26%). Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Jenis Kegiatan Februari Agustus Februari Bekerja 437, , ,489 Pengangguran 21,120 19,817 22,639 Angkatan Kerja 458, , ,128 Sekolah 71,393 33,142 73,060 Mengurus Rumah Tangga 162, , ,867 Lainnya 24,979 55,270 26,966 Bukan Angkatan Kerja 259, , ,893 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Gorontalo Dilihat dari lapangan usaha, sebagian besar penduduk Gorontalo bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak orang (Februari 2012) atau sekitar 36,52% dari total jumlah penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut meningkat 3,04% jika dibandingkan BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

10 BAB 6 KESEJAHTERAAN dengan Agustus Di sisi lain, terjadi shifting tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor jasa kemasyarakatan yang ditandai oleh peningkatan persentase sebesar 0,38% dari jumlah penduduk yang menggeluti sektor tersebut jika dibandingkan dengan bulan Agustus Sementara itu pada sektor perdagangan, menempati posisi ketiga dengan persentase sebesar 13,62% pada Februari Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2011 Februari 2012 Februari 2011 Agustus 2011 Februari 2012 Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Pertanian 179, , , Industri 40, , , Perdagangan 64, , , Jasa Kemasyarakatan 87, , , Lainnya 40, , , Total 437, , , Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Grafik 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2011 Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari KEMISKINAN Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo berdasarkan data September 2011 tercatat sebanyak jiwa atau 18,02% dari jumlah penduduk Gorontalo. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,73% dibandingkan posisi Maret 2011 yang tercatat sebesar jiwa (18,75% dari jumlah penduduk Gorontalo). Penurunan jumlah penduduk miskin terbesar terjadi di perkotaan yang mencapai jiwa atau 1,31%, sedangkan di pedesaan penurunan hanya sebesar jiwa atau 0,44%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2011 sebesar Rp per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2011 yang tercatat sebesar Rp per kapita per bulan. 48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

11 BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) Periode Persentase Penduduk Miskin (%) Indikator Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Maret 2011 September 2011 Perubahan , , (5,874.00) Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Tabel 6.4 Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Menurut Wilayah Tahun 2012 Uraian Garis Kemiskinan (Rp) Maret 2011 September 2011 Perkotaan Pedesaan Total 194, , , , , ,685 Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2011, persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo terbesar masih berada di wilayah pedesaan yaitu sebanyak 92,33%, selebihnya 7,67% tinggal di wilayah perkotaan. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, diharapkan pembangunan infrastruktur dan program pengembangan wilayah pedesaan dapat lebih dioptimalkan RASIO GINI Rasio gini Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini. Pada tahun 2007, indeks gini tercatat 0,39 meningkat dibandingkan tahun 2005 yang lalu sebesar 0,36. Kondisi tersebut menunjukkan kesenjangan pendapatan antar lapisan penduduk semakin meningkat. Berdasarkan komposisi pendapatan penduduk, terlihat bahwa persentase 20% penduduk berpenghasilan tinggi justru semakin meningkat dari 44,38% pada tahun 2005 menjadi 47,67% pada tahun Begitu pula 40% penduduk dengan pendapatan rendah, mengalami peningkatan persentase pendapatan dari 19.87% pada tahun 2005 menjadi 28.64% pada tahun Sementara itu, 40% penduduk dengan pendapatan sedang justru mengalami penurunan persentase, dari 35,75% di tahun 2005 menjadi di tahun Hal inilah yang menyebabkan jurang kesenjangan kesejahteraan antar penduduk semakin lebar. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

12 BAB 6 KESEJAHTERAAN Provinsi 40% populasi dengan pendapatan rendah 40% populasi dengan pendapatan sedang Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo % populasi dengan Gini Ratio pendapatan tinggi 40% populasi dengan pendapatan rendah 40% populasi dengan pendapatan sedang 20% populasi dengan pendapatan tinggi Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Gini Ratio Gorontalo IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo pada tahun 2007 tercatat sebesar 68,98, meningkat 0,97 poin dibandingkan IPM tahun 2006 sebesar 68,01. Peningkatan ini ditunjang oleh kenaikan Angka Harapan Hidup dari 65,60 tahun pada tahun 2006 menjadi 66,19 tahun pada tahun Sementara itu, rata-rata lama sekolah mengalami kenaikan dari 6,80 tahun menjadi 6,91 tahun dan rata-rata pengeluaran riil juga mengalami kenaikan dari Rp.608,65 ribu menjadi Rp.615,94 ribu pada periode pengukuran yang sama. Peningkatan tersebut, salah satunya dipicu oleh kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Gorontalo yang dilakukan secara berkala. Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Komponen Pembentuk IPM Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Rata-rata Pengeluaran Riil (ribuan Rp) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Di sisi lain, ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan pembangunan infrastruktur yang terjadi sejak awal pemekaran wilayah menyebabkan perbedaan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara Provinsi dengan Kota/Kabupaten di Gorontalo. Angka IPM tertinggi sebesar 71,64 dimiliki oleh Kota Gorontalo, sedangkan IPM terendah sebesar 67,24 tercatat Kabupaten Boalemo (data tahun 2007). 50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

13 BAB 6 KESEJAHTERAAN BOKS 4 : MENGGUGAH KEMANDIRIAN MELALUI PELATIHAN WIRAUSAHA MUDA MAHASISWA 80 pemuda-pemudi Gorontalo antusias mengikuti kegiatan Pelatihan Wirausaha Muda. Pelatihan yang dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo itu bertujuan untuk menanamkan jiwa wirausaha kepada mahasiswa yang pada gilirannya dapat membentuk pengusaha-pengusaha baru yang ikut memberikan andil dalam pertumbuhan ekonomi Gorontalo. Pelatihan wirausaha muda berlangsung selama sembilan hari mulai tanggal 10 hingga 20 April Dalam pelatihan tersebut, dibagi dua kelompok besar yang masingmasing berjumlah 40 orang dengan beragam latar belakang pendidikan dan usaha yang akan digeluti. Berbagai materi seperti kiat memulai usaha, bagaimana membaca peluang dan memahami lingkungan usaha, etika bisnis hingga membuat dan mempresentasikan proposal usaha diusung guna memberikan pembekalan kepada peserta sebelum terjun ke dunia nyata. Pola pelatihan pun dibuat semenarik mungkin, dengan mengkombinasikan sistem klasikal, dinamika kelompok serta praktek kunjungan lapangan ke sentra-sentra usaha. Hal ini dilakukan agar para peserta tidak merasa jenuh dan senantiasa antusias dalam mengikuti pelatihan. Pengusaha lokal pun digandeng untuk menyampaikan success story-nya masingmasing. Disamping itu instansi teknis pemerintahan seperti Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Investasi Daerah juga diundang untuk memaparkan kebijakan pemerintah daerah khususnya terkait pengembangan sektor riil dan UMKM. Sebagai upaya mendukung program financial inclusion, dalam pelatihan tersebut juga dilibatkan perbankan Gorontalo yang memberikan informasi mengenai produk-produk dana maupun pembiayaan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha dalam mendukung pengembangan usahanya ke depan. Materi yang disampaikan perbankan memberikan warna tersendiri bagi para peserta, karena dengan hadirnya perbankan dapat membuka sekat-sekat birokrasi yag selama ini dirasakan oleh sebagian masyarakat. Pelatihan yang berjalan selama sembilan hari tersebut ditutup oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo. Dalam sambutannya, Wahyu Purnama A menyampaikan harapannya agar para peserta dapat mengambil intisari dari seluruh materi yang telah diberikan. Wahyu juga berharap agar pelatihan ini menjadi cikal bakal terciptanya kemandirian berusaha yang pada akhirnya akan dapat menekan angka pengangguran di Provinsi Gorontalo. Ketika kemandirian tercipta, tingkat pengangguran tergerus dan kesejahteraan masyarakat pun terwujud, imbuh Wahyu menutup sambutan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

14 BAB 6 KESEJAHTERAAN Halaman ini sengaja dikosongkan 52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

15 BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2012 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi menurunnya produksi pertanian selama triwulan II-2012 setelah mengalami puncak masa panen pada triwulan I Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2012 diproyeksikan pada kisaran 6,50% ± 1% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya Peningkatan inflasi tersebut tak lepas dari merangkak naiknya komoditas core inflation seiring dengan tingginya permintaan ekonomi daerah yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai. Aktivitas usaha perbankan diindikasikan mengalami peningkatan, pada triwulan II-2012 yang diperkirakan bersumber dari menguatnya aktivitas ekonomi masyarakat. 7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2012 Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2012 diperkirakan tumbuh 7,6 8,1 % y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2011 (8,42% y.o.y). Setelah memasuki masa panen pada triwulan I-2012, perkembangan produksi pertanian akan kembali menurun. Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, luas tanam periode Januari-Februari yang akan dipanen April-Mei relatif lebih rendah dibandingkan panen triwulan I-2012 baik untuk komoditas jagung maupun padi. Mulai melambatnya kinerja pertanian ditunjukkan pula oleh tingkat NTP yang mulai menurun pada bulan April Pertumbuhan NTP terkontraksi sebesar 1,37% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan kondisi Januari Maret BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

16 BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Grafik 7.2 Grafik 7.3 Perkembangan Luas Tanam Padi Perkembangan Luas Tanam Jagung Sampai dengan akhir tahun 2012, secara kumulatif tahunan perkembangan pertanian padi diperkirakan akan menurun namun untuk pertanian jagung diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM I-2012 memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2012 sebesar ton atau tumbuh 6,56 % (y.oy) melambat dibandingkan produksi padi tahun 2011 sebesar ton (tumbuh 8,03% y.o.y) sementara produksi jagung tahun 2012 diperkirakan mencapai ton atau tumbuh 15,37% (y.o.y) dibandingkan produksi jagung tahun 2011 sebesar ton. Cuaca dan iklim diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong. Grafik 7.4 Grafik 7.5 Survei Konsumen Bank Indonesia Indeks Tendensi Konsumen BPS Gorontalo Sementara itu kinerja konsumsi juga diperkirakan melemah. Survei Konsumen Bank Indonesia memperkirakan bahwa ekspektasi konsumsi berada pada level optimis namun relatif lebih rendah dibandingkan triwulan I Sementara hasil perkiraan Indeks Tendensi Konsumen BPS Gorontalo turut mengkonfirmasi hal dimaksud, dimana perkiraan nilai ITK di Provinsi Gorontalo pada Triwulan II 2011 sebesar 107,59, artinya kondisi ekonomi konsumen triwulan yang akan datang diperkirakan akan menurun (ITK TW I-2011 = ). 54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

17 BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Sementara itu kinerja dunia usaha selain sektor pertanian diperkirakan masih tumbuh lebih baik. Hasil survei kegiatan dunia usaha Bank Indonesia Gorontalo triwulan IV mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada triwulan II-2011 berada pada level optimis 19,59. Sektor-sektor yang diperkirakan memberikan dukungan pada pertumbuhan adalah sektor PHR dan sektor angkutan 7.2 OUTLOOK INFLASI Grafik 7.6 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Realisasi inflasi Gorontalo Triwulan-I 2012 sebesar 5,90% (yoy) berada pada batas atas proyeksi sebelumnya pada kisaran 5,00% ± 1% (yoy). Peningkatan inflasi tersebut tak lepas dari merangkak naiknya komoditas core inflation seiring dengan tingginya permintaan ekonomi daerah yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai. Pada Triwulan-II 2012, inflasi Gorontalo diproyeksikan berada pada kisaran 6,50% ± 1% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan inflasi diperkirakan akibat dari mulai naiknya harga komoditas bumbu-bumbuan karena berkurangnya stok. Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi diperkirakan dapat mendorong kenaikan ekspektasi inflasi. Hasil Rapat Paripurna DPR tanggal 30 Maret 2012 memberi keputusan untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah agar menyesuaikan harga BBM apabila harga minyak mentah mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 15% dalam waktu 6 bulan berjalan dibandingkan asumsi harga ICP dalam APBN-P 2012 (USD105/barrel). Dengan mempertimbangkan harga ICP pada bulan Maret 2012 yang mencapai sekitar USD128/barrel, dan jika pada April rata-rata ICP bertahan di USD135/barrel, maka rata-rata ICP 6 bulan terakhir dapat mencapai USD120,79/barrel (akan dilakukan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

18 Jawaban Responden (%) BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Perkembangan ini tetap membuka peluang yang cukup besar adanya kenaikan harga BBM pada Mei Apabila kebijakan ini diimplementasikan pada triwulan II-2012, tidak menutup kemungkinan realisasi inflasi akan jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya. 7.3 PROSPEK PERBANKAN Aktivitas usaha perbankan diindikasikan mengalami peningkatan, pada triwulan II yang diperkirakan bersumber dari menguatnya aktivitas ekonomi masyarakat. Meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat disinyalir karena menguatnya permintaan domestic maupun realisasi proyek pemerintah yang bersumber dari APBN dan APBD yang kecenderungannya dimulai pada triwulan II.Kondisi tersebut memberikan peluang ekspansi penyaluran kredit perbankan pada triwulan mendatang. Sementara itu, suku bunga perbankan gorontalo diperkirakan masih akan berada pada level stabil seiring dengan penetapan BI Rate di kisaran 5,75% (Maret 2012) dan himbauan Bank Indonesia untuk mendukung perkembangan sektor riil melalui penurunan suku bunga kredit. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-2012 mengkonfirmasi kondisi usaha sector keuangan dalam keadaan yang relative stabil, dimana persentase responden yang menjawab ekspektasi usaha pada sector tersebut relative tetap/stabil pada triwulan II-2012 mencapai 100% Meningkat Tetap Menurun Triwulan I Triwulan II Sumber: Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.7 Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan 56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Penghimpunan pendapatan dan penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo selama triwulan laporan meningkat secara nominal, namun dilihat dari persentase

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan II-2010 mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II-2009 sebesar 45,63%, sementara

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2010 mencapai 60,94%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III-2009 sebesar 57,85%, realisasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan III-2011 diwarnai oleh net inflow dan kenaikan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal dari kas titipan BI di Bank Mandiri Gorontalo pada periode laporan menunjukkan net outflow sebesar Rp.48,387 miliar. Sementara itu pada

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Dinamika Sistem Pembayaran di Gorontalo mengalami perubahan yang cukup dinamis dari waktu ke waktu. Pada posisi triwulan III-2012, perkembangan transaksi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y).

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 6 : KESEJAHTERAAN

BAB 6 : KESEJAHTERAAN BAB 6 KESEJAHTERAAN BAB 6 : KESEJAHTERAAN Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo tahun 2011 menunjukkan penurunan dari 23,19% menjadi 18,75% dibanding tahun 2010. Demikian pula dengan jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3. 1. Arah Kebijakan Ekonomi 3.1.1. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Peningkatan dan perbaikan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2009 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan LAMPIRAN BAB II. Inflasi PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI Prov/Kab/Kota Tingkat Inflasi (%) Keterangan Prov Maret 0 (YoY) Kabupaten Maret 0 (bulanan)

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol Jakarta sebesar 150 ton per hari atau 52.500 ton per tahun dimana 30%-40% berasal dari impor. Perkembangan produksi sapi di Provinsi NTT sendiri telah berkembang sejak tahun 2011 dengan dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI 217 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI MEI 217 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Periode November 2016

Periode November 2016 i Periode November ii Periode November 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN II 2015 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Lebih terperinci