BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo"

Transkripsi

1 BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2009

2 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi Bank Indonesia : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan Tugas Bank Indonesia : 1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank. Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada Redaksi : Kelompok Kajian dan Survey Bank Indonesia Gorontalo Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo Telp : Fax : Web :

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian periode triwulan IV-2009 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI Gorontalo sebagai economic intelligent and research unit yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo. Gorontalo, 4 Februari 2010 BANK INDONESIA GORONTALO Benny Siswanto Pemimpin

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i BAB 1. BAB 2 BAB 3 BAB 4 BAB 5 BAB 6 PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL 1.1. Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor-Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Bangunan Sektor Industri Pengolahan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor Lainnya Box KER I 14 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan IV Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) Box KER II 23 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi Perkembangan Bank Penyerapan Dana Masyarakat Stabilitas Sistem Perbankan Risiko Kredit Risiko Likuiditas Risiko Pasar Box KER III 34 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah Belanja Daerah Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Perkembangan Keuangan Daerah SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo 42 KESEJAHTERAAN 6.1. Pengangguran Kemiskinan 44

5 6.3 Rasio Gini IPM (Index Pembangunan Manusia) 45 BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional Outlook Triwulanan Outlook Inflasi 51 LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (y.o.y) 2 Tabel 1.2 Komposisi Investasi Gorontalo 4 Tabel 1.3 Jumlah PMA/PMDN aktif di Gorontalo 5 Tabel 1.4 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri 6 Tabel 1.5 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo 6 Tabel 1.6 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo 6 Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (y.o.y) 7 Tabel 1.8 Produksi Pertanian Tabama 8 Tabel 1.9 Perhitungan ICOR Prov. Gorontalo 14 Tabel 1.10 Anggaran Belanja Modal PEMDA 2009 vs Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 19 Tabel 2.2 Inflasi Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (y.o.y) 20 Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa 20 Tabel 2.4 Hasil Rapat Tim Pengendalian Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah 22 Tabel 2.5 Asal Pasokan Pada Level Konsumen 25 Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Kompetitif Komoditas Unggulan Kota Gorontalo 35 Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 37 Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 38 Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 38 Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 39 Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 39 Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 40 Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Kegiatan 43 Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja 44 Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 44 Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kodya tahun Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 45 Tabel 6.6 IPM Provinsi Gorontalo 46 Tabel 6.7 Indeks Pembangunan Manusia per Kab/Kodya Tahun

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 1 Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 3 Grafik 1.3 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga 3 Grafik 1.4 Belanja Pegawai APBD 3 Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen 3 Grafik 1.6 Survey Konsumen 4 Grafik 1.7 Realisasi Belanja Non Modal 4 Grafik 1.8 Belanja Modal APBD Provinsi 4 Grafik 1.9 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo 5 Grafik 1.10 Luas Lahan Panen & Produktivitas Jagung 8 Grafik 1.11 Perkembangan Produktivitas Jagung 8 Grafik 1.12 Konsumsi Premium untuk Transportasi 9 Grafik 1.13 Jumlah Penerbangan Pesawat 9 Grafik 1.14 Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor 9 Grafik 1.15 Perkembangan Penumpang Pesawat 10 Grafik 1.16 Perkembangan Penumpang Kapal Laut 10 Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Perdagangan 10 Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Bisnis 10 Grafik 1.19 Tingkat Penghunian Hotel 10 Grafik 1.20 Realisasi Belanja Modal APBD 11 Grafik 1.21 Realisasi Penjualan Semen 11 Grafik 1.22 Penggunaan BBM Industri 12 Grafik 1.23 Penggunaan Listrik Industri 12 Grafik 1.24 NIM Perbankan 13 Grafik 1.25 Perkembangan Investasi Gorontalo 14 Grafik 1.26 Perkembangan Inflasi Sulampua 14 Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Tradable vs Non Tradable 15 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 17 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 18 Grafik 2.3 Indeks Perubahan Harga Umum 3 Bulan YAD 18 Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok 18 Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen 19 Grafik 2.6 Realisasi Kapasitas Produksi per Sektor Ekonomi Grafik 2.7 Perkembangan Harga BBM 20 Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang dan Cabai Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK (y.o.y) 28 Grafik 3.2 Komposisi DPK 28 Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis penggunaan (y.o.y) 29 Grafik 3.4 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 29 Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral (y.o.y) 29

8 Grafik 3.6 Komposisi portofolio Kredit Sektor Produktif 29 Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM 30 Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM 30 Grafik 3.9 Non Performing Loan 31 Grafik 3.10 Kosentrasi Kredit 31 Grafik 3.11 Pergerakan Komposisi DPK 32 Grafik 3.12 Komposisi Dana Milik Pemda 32 Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 33 Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate 33 Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 41 Grafik 5.2 Perkembangan Netflow 41 Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 42 Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 42 Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 42 Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan 47 Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan 49 Grafik 7.3 Perkiraan Perkembangan Kegiatan Usaha 50 Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%) 2 51 Grafik 7.5 Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 51 Grafik 7.6 Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan) Tabungan dan Ekspektasi Tabungan 6 Bulan Kedepan 52

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Jalur Distribusi Rica 23 Gambar 2.2 Jalur Distribusi Tomat 24 Gambar 2.3 Jalur Distribusi Cabe Merah 24 Gambar 2.4 Jalur Distribusi Bawang Merah 25 Gambar 3.1 Hasil Analisis AHP Komoditas Unggulan Klaster Kota Gorontalo 34

10 RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2009 melambat 7,23% (yoy). Kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah yang melemah mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi sisi permintaan Di sisi penawaran, perlambatan didorong oleh menurunnya kinerja sektor pertanian Pada triwulan IV-2009, perekonomian Gorontalo diperkirakan tumbuh 7,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV sebesar 7,55% (yoy). Sementara itu secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Gorontalo tahun 2009 diperkirakan sebesar 7,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 7,76% (yoy). Nuansa perlambatan didorong oleh melemahnya kinerja pertanian di sisi penawaran serta kinerja ekpor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan. Disisi permintaan, kinerja ekspor selama triwulan IV-2009 belum menunjukkan tanda membaik. Pelemahan ekspor Gorontalo terutama disebabkan oleh merosotnya ekspor jagung yang mencapai 51,61% dibandingkan ekspor jagung tahun Konsumsi pemerintah turut melambat selama triwulan IV-2009, perlambatan terutama didorong oleh menurunnya realisasi belanja barang dan jasa pemerintah daerah. Melambatnya pertumbuhan ekonomi sisi permintaan sedikit diredam oleh membaiknya kinerja investasi dan konsumsi swasta. Belanja modal APBD tumbuh 47,77% jauh melebihi realisasi tahun 2008 yang terkontraksi 34,30%. Peningkatan investasi seiring dengan maraknya proyek infrastruktur pembangunan jalan, bendungan dan pembangkit listrik yang dikerjakan selama tahun Sementara itu pada konsumsi swasta peningkatan didorong oleh kegiatan masyarakat selama hari raya haji, natal dan libur tahun baru. Disisi sektoral, kinerja pertanian belum kembali pulih, kontraksi sektor pertanian triwulan IV-2009 semakin meningkat dibandingkan kontraksi triwulan III Produksi jagung Gorontalo triwulan IV-2009 menurun sebesar 20,42% lebih rendah dibandingkan produksi jagung pada periode yang sama tahun Menurunnya produksi jagung disebabkan pengaruh kekeringan yang terjadi sejak Mei s/d November Perlambatan pertumbuhan sisi penawaran mampu sedikit diredam oleh membaiknya kinerja sektor angkutan, perdagangan dan bangunan. Sektor angkutan menujukkan perkembangan yang positif selama musim haji dan liburan akhir tahun yang ditandai dengan meningkatnya traffic penumpang angkutan udara dan kapal laut. Sementara itu kinerja sektor bangunan Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 i

11 meningkat seiring dengan pertumbuhan realisasi belanja modal pemerintah daerah. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (yoy) Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo persisten tinggi di atas inflasi nasional. Tendensi penurunan inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-iv Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (yoy). Sementara secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 sebesar 0,53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2009 sebesar 0,85% (qtq). Adanya policy shock penurunan harga BBM mendominasi pembentukan inflasi Provinsi Gorontalo 2009, sehingga inflasi Gorontalo mengalami tren penurunan. Namun, inflasi Gorontalo masih menunjukkan tanda-tanda persistensi tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai inflasi Gorontalo di atas rata-rata inflasi nasional sepanjang tahun Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo persisten tinggi di atas inflasi nasional. Permintaan masyarakat tanpa disertai dengan produksi yang optimal membawa output gap positif. Artinya produksi yang dihasilkan oleh perekonomian daerah belum mampu memenuhi dengan baik tingginya permintaan masyarakat. Belum optimalnya penggunaan kapasitas produksi menjadi permasalahan utama rentannya aspek produksi Gorontalo. Sementara itu, tingginya ekspektasi harga ikut memberi tekanan pada inflasi Gorontalo. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu, stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga tercermin dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR sudah mencapai nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. ii Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

12 Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,82 triliun, tumbuh 2,87% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,12% (yoy) Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,58 triliun, tumbuh 29,01%. (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 38.64% (yoy). Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,82 triliun, tumbuh 2,87% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,12% (yoy). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh kontraksi pada komponen giro dan deposito masing-masing sebesar -14,91% (yoy) dan -2,07% (yoy), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh menurunnya penempatan dana pemda karena kebutuhan transaksi untuk membayar proyek-proyek pembangunan daerah. Sedangkan melambatnya deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh sebesar 10,43% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,08% (yoy). Meningkatnya kesadaran masyarakat akan menabung menjadi salah satu faktor yang memberikan angin segar kepada peningkatan tabungan masyarakat. Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,58 triliun, tumbuh 29,01%. (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 38.64% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 37.05% (yoy) namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.41% (yoy). Kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,99% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40.84% (yoy). Sementara itu, kredit investasi tumbuh 24,38% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -4.90% (yoy). Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 iii

13 PERKEMBANGANKEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulani IV-2009 meningkat dibandingkan capaian triwulan IV-2008 Pengaruh realisasi fiskal pemerintah provinsi terhadap uang beredar selama triwulan VI-2008 bersifat ekspansif. Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 mencapai 91,40%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan IV-2008 sebesar 82,96%. Upaya pemerintah daerah mendorong kegiatan investasi fisik di Gorontalo tercermin pada realisasi pos belanja modal yang meningkat cukup signifikan. Pada triwulan IV-2008 realisasi belanja modal hanya mencapai 68,92% namun meningkat menjadi 90,89% pada triwulan IV Realisasi fiskal pemerintah provinsi selama triwulan IV-2009 cenderung bersifat ekspansif, hal ini tercermin dari defisit pengeluaran mencapai Rp 66 Miliar pada realisasi anggaran APBD sampai dengan 30 Desember Kebijakan ekspansif fiskal diperkirakan mampu memberikan dorongan yang positif bagi perekonomian Gorontalo yang saat ini diwarnai perlambatan. Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009 mencatat net outflow sebesar Rp miliar. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009 mencatat net outflow sebesar Rp miliar. Kondisi net outflow pada triwulan laporan menunjukkan tingginya kegiatan transaksi masyarakat sehingga pengunaan uang kartal meningkat. Dalam periode triwulan laporan terdapat tiga perayaan hari besar keagamaan yang mendorong tingginya penggunaan uang kartal. Perayaan hari besar dimaksud adalah Idul Adha pada bulan November, Tahun Baru Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi pada bulan Desember. Sementara itu, jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp321,58 miliar dengan pertumbuhan sebesar 19,81% (yoy). Adapun jumlah warkat sebanyak lembar dengan pertumbuhan sebesar 31,11% (yoy). Pertumbuhan jumlah transaksi kliring seiring dengan perbaikan kinerja sektor perdagangan pada triwulan IV iv Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

14 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat kesejahteraan sedikit mengalamai penurunan. Jumlah pengangguran di Gorontalo pada Agustus 2009 menurun. Persentase penduduk miskin di Maret 2009 meningkat. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36 Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang meningkat. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009 Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan (data bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%), dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%) Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Hal ini tercermin pula dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Index Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2007 tercatat 68,98 meningkat dibanding IPM 2006 yang sebesar 68,01. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 v

15 PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh 7,15-7,65% (yoy) lebih baik dibandingkan tahun 2009 Perekonomian Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh berkisar 7,15-7,65 (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun Karakteristik fundamental ekonomi wilayah diharapkan mampu mendukung capaian angka pertumbuhan dimaksud. Perbaikan kondisi pendapatan masyarakat, upaya peningkatan produksi pertanian, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan, pembangunan infrastruktur dan pembangkit baru diperkirakan mampu mendorong kegiatan ekonomi di Gorontalo semakin meningkat. Namun kondisi dimaksud perlu didukung oleh koordinasi yang baik antara pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota, stabilitas kondisi politik daerah menjelang PILKADA bupati serta validitas data perekonomian yang akurat. Produksi jagung pada triwulan I-2010 diperkirakan masih belum pulih sehingga berdampak pada pertumbuhan sektor pertanian dan kinerja ekspor Secara triwulanan, ekonomi triwulan I-2010 diperkirakan masih diwarnai perlambatan. Ekonomi tumbuh pada kisaran 6,9 7,4% (yoy). Secara sektoral, produksi pertanian triwulan I-2010 masih dipengaruhi musim kering tahun 2009 terkait penanaman yang dilakukan pada bulan September November 2009 masih terkendala kekeringan. Peningkatan produksi pertanian diperkirakan kembali normal pada awal triwulan II Sementara itu sektor angkutan diperkirakan tetap optimis ditandai dengan dibukanya rute penerbangan baru yang melayani jalur Gorontalo-Manado-Denpasar pp. Pada sub sektor angkutan darat, kebijaksanaan Pemerintah Kota Gorontalo untuk mulai mengoperasikan Sistem Angkutan Umum Masyarakat (SAUM) pada triwulan I-2010 diperkirakan mampu mendorong peningkatan kinerja di sektor ini. Di sisi permintaan, kinerja ekspor diperkirakan masih menurun terkait produksi pertanian jagung yang masih belum pulih. Sementara itu pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I-2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini terkait anggaran APBD 2010 yang lebih rendah dibandingkan anggaran APBD vi Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

16 Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan permintaaan masyarakat membawa inflasi triwulan I-2010 berkisar antara 4-6% (yoy) Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat membawa inflasi triwulan I-2010 berkisar antara 4 6% (yoy). Meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong tekanan harga pada triwulan I Rencana kebijakan kenaikan harga UMP dan peningkatan gaji pegawai negeri akan memperkuat daya beli masyarakat. Sementara, penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal membawa output gap positif sehingga mendorong tekanan inflasi ke depan. Ancaman melemahnya sisi produksi ditengah Badai El-Nino juga patut mendapat perhatikan. Kurangnya produksi dapat menyurutkan pasokan kebutuhan masyarakat sehingga harga akan meningkat. Sedangkan pengaruh kebijakan penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih memberi angin segar pada perkembangan harga terutama pada sub-kelompok transportasi. Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat pada triwulan I-2010 Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat pada triwulan-i Meningkatnya pendapatan akan berdampak pada peningkatan jumlah tabungan masyarakat. Sementara, Perbankan Gorontalo diperkirakan terus meningkatkan kinerjanya terutama dalam menghimpun dana pihak ketiga. Hasil Survei Konsumen pada Desember 2009 menunjukkan adanya optimisme pada peningkatan jumlah tabungan 6 bulan yang akan datang, ditunjukkan dengan kenaikan indeks sebesar poin dibandingkan periode survei sebelumnya. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 vii

17 Halaman ini sengaja dikosongkan... viii Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

18 BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh melambat 7,23% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 7,55% (y.o.y). Sementara itu secara tahunan, ekonomi Gorontalo tahun 2009 tumbuh 7,19% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 7,76% (y.o.y). Disisi permintaan melemahnya kinerja ekonomi didorong oleh perlambatan ekspor dan konsumsi pemerintah sementara kinerja konsumsi swasta dan investasi diperkirakan meredam perlambatan yang terjadi. Sementara itu di sisi penawaran, melambatnya ekonomi Gorontalo didorong oleh melemahnya sektor pertanian, namun kinerja sektor utama lainnya seperti bangunan, perdagangan dan angkutan diperkirakan masih tumbuh optimis. Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Sumber : BPS Prov. Gorontalo **) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Menurunnya produksi pertanian selama triwulan IV-2009 berdampak cukup signifikan bagi perekonomian Gorontalo mengingat kontribusi pertanian mencapai 30% PDRB. Merosotnya produksi jagung domestik karena pengaruh cuaca dan musim kering berkepanjangan mendorong kinerja sektor pertanian terkontraksi selama triwulan IV Penurunan tersebut turut memberikan dampak negatif bagi kinerja ekspor secara keseluruhan karena pertanian khususnya jagung menjadi komoditas utama ekspor SISI PERMINTAAN Di sisi permintaan, ekonomi Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan melambat. Kondisi tersebut didorong melemahya kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah. Sementara itu meningkatnya kegiatan konsumsi swasta dan investasi diperkirakan sedikit meredam perlambatan yang terjadi. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

19 Perkembangan ekspor luar negeri maupun antar pulau diperkirakan terkontraksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan produksi pertanian membawa dampak yang kurang baik bagi kinerja ekspor selama triwulan IV Sementara itu, konsumsi pemerintah yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi daerah menunjukkan tingkat realisasi yang menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain kegiatan konsumsi masyarakat diperkirakan mampu memberikan dorongan bagi perekonomian Gorontalo di tengah perlambatan yang terjadi. Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (y.o.y) Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* 2009* Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,05 7,96 9,08 3,16 7,41 15,76 19,06 18,08 5,01 14,31 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 40,57 21,25 28,99 26,70 28,91 26,89 43,89 28,64 21,42 29,45 Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,62 14,51 25,53 25,01 21,00 29,24 33,90 15,98 27,40 26,23 Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 8,68 (6,18) (1,29) 10,25 (3,40) (0,47) Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 28,33 23,81 42,34 10,25 18,81 22,55 Total 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19 Sumber : BPS Prov. Gorontalo **) Proyeksi Bank Indonesia Konsumsi Konsumsi pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 13,04% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 14,13%(y.o.y). Konsumsi swasta diperkirakan tumbuh 5,01% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,16% (y.o.y). Sementara konsumsi pemerintah tumbuh 21,42% (y.o.y), melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,70% (y.o.y). Musim lebaran haji, natal dan liburan tahun baru diperkirakan mendorong kegiatan konsumsi masyarakat lebih tinggi. Peningkatan pola konsumtif selama periode tersebut dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator seperti meningkatnya konsumsi BBM kelompok rumah tangga, meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga, meningkatnya belanja pegawai serta optimisme hasil survei konsumen triwulan IV Realisasi penggunaan BBM rumah tangga tumbuh selama triwulan IV-2009 sebesar 11,94% lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 yang terkontrkasi sebesar -4,39%. Sementara itu konsumsi listrik rumah tangga selama triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar 17,24% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 5,04% (y.o.y). 2 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

20 Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.3 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga Sumber : PLN Gorontalo Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Grafik 1.4 Belanja Pegawai APBD Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Gorontalo Sumber : Bank Indonesia Meningkatnya konsumsi juga didorong oleh meningkatnya realisasi belanja pegawai selama triwulan IV-2009 yang tumbuh 20,52% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,36% (y.o.y) Hasil survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan bahwa optimisme konsumsi masyarakat selama triwulan IV-2009 masih cukup baik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2009 berada pada level optimis dengan saldo bersih tertimbang sebesar 142,85. Kondisi ini menujukkan bahwa masyarakat meyakini kondisi saat ini masih tepat melakukan konsumsi. Sementara itu optimisme keyakinan konsumen dibangun oleh sentimen positif pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini sebesar 134,46. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

21 Grafik 1.6 Survey Konsumen Grafik 1.7 Realisasi Belanja Non Modal Sumber : Survey Konsumen, BI Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan sedikit melambat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan realisasi belanja non modal yang melambat. Realisasi belanja non modal triwulan IV terhadap anggaran terkontraksi 4,11%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,13%. Melambatnya pertumbuhan realisasi belanja barang dan jasa pemerintah menjadi pendorong melambatnya realisasi belanja non modal pemerintah daerah secara keseluruhan Investasi Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 27,40 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,01% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut didorong pertumbuhan realisasi belanja modal pemerintah daerah sebesar 47,77%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar -34,30%. Belanja modal APDB masih menjadi sumber pembiayaan utama setelah pendanaan masyarakat sendiri. Grafik 1.8 Belanja Modal APBD Provinsi Tabel 1.2 Komposisi Investasi Gorontalo KOMPOSISI INVESTASI PDRB INVESTASI DANA PERBANKAN APBD PMA/PMDN DANA SWASTA Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Provinsi, Badan Investasi Daerah, dan BI (diolah) Investasi di Gorontalo selama triwulan IV-2009 lebih didorong oleh kegiatan investasi bangunan dibandingkan investasi non bangunan. Beberapa proyek investasi bangunan yang cukup signifikan dikerjakan selama triwulan IV-2009 antara lain : - Proyek penyelesaian GBC (Gorontalo Business Center) - Proyek pembangunan GBP (Gorontalo Business Park) 4 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

22 - Proyek pembangunan Dermaga III Pelabuhan Gorontalo - Proyek infrastruktur jalan nasional dan jalan raya Agropolitan - Proyek infrastruktur Bendungan Paguyaman dan Banjir Kanal Tamalate. Pembangunan investasi di Gorontalo masih menyimpan beragam kendala, Berdasarkan data Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo, jumlah perusahaan PMA/PMDN yang existing tidak banyak berubah sejak tahun Tabel 1.3 Jumlah PMA/PMDN aktif di Gorontalo Sumber : Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo Ekspor dan Impor Kinerja ekspor selama triwulan IV-2009 secara keseluruhan diperkirakan masih melambat. Ekspor triwulan IV-2009 terkontraksi 3,4% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2008 yang tumbuh sebesar 6,05%. Menurunnya kinerja ekspor didorong oleh penurunan produksi pertanian jagung sebagai komoditas utama. Ekspor keseluruhan komoditas barang sampai dengan bulan Desember 2009 tercatat US$ , lebih rendah dibandingkan capaian ekspor triwulan IV-2008 sebesar US$ Sementara itu perlambatan ekspor juga ditunjukkan oleh menurunnya arus muat barang dipelabuhan laut. Di pelabuhan laut, volume barang yang dimuat terkontraksi 44,18 % dibandingkan triwulan IV-2008 yang tumbuh 35,66%. Grafik 1.9 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo Sumber : BPS Prov. Gorontalo Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

23 Tabel 1.4 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri Negara Tujuan EXPORT Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL 1. Jepang China Singapura Hongkong Taiwan Malaysia Philipina India Rep. Korea Vietnam Total Tabel 1.5 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo EXPORT Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Jenis Barang Ikan dan Udang/Kepiting Jagung Kayu, Barang dari Kayu Bungkil Kopra Rotan Poles Lemak&Minyak Hewan/nabati Gula & Kembang Gula Mutiara & batu permata Binatang Hidup Tembakau Total BPS Prov Gorontalo, KPBC Gorontalo Perkembangan ekspor kumulatif sampai dengan Desember 2009 menurun secara signifikan untuk negara tujuan China dan Malaysia, sementara ekspor ke Hongkong dan Taiwan mengalami peningkatan. Di sisi komoditas, hampir semuanya mengalami penurunan kecuali komoditas gula dan kembang gula. Sebaliknya, kinerja impor mengalami pertumbuhan terkait dengan peningkatan konsumsi swasta. Impor Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 18,81% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 17,99% (y.o.y). Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan volume bongkar di pelabuhan se-gorontalo. Pada triwulan IV-2008 volume bongkar mencapai ton meningkat menjadi ton pada triwulan IV Sumber : Kantor Pelabuhan se-provinsi Gorontalo Tabel 1.6 Volume Bongkar Barang (Unloading) di Pelabuhan Gorontalo Nama Pelabuhan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Gorontalo Kwandang Anggrek Tilamuta Total Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

24 1.2 SISI PENAWARAN Perlambatan ekonomi Gorontalo triwulan IV-2009 didorong oleh menurunnya kinerja sektor pertanian. Produksi jagung Gorontalo menurun cukup signifikan selama tahun 2009, dari target ton realisasi hanya mencapai ton atau sebesar 70% dari target. Penurunan produksi ini terkait bencana kekeringan yang terjadi sejak bulan Mei sampai dengan November Sementara itu perlambatan yang berlangsung sedikit diredam oleh meningkatnya kinerja sektor bangunan dan angkutan. Sektor bangunan meningkat seiring dengan peningkatan realisasi belanja modal pemerintah daerah selama triwulan IV Sementara itu kinerja sektor angkutan meningkat terkait libur hari raya, natal dan tahun baru yang diindikasikan oleh meningkatnya arus penumpang dan penerbangan di bandara Jalalluddin maupun transportasi laut. Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (y.o.y) KOMPONEN Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4* TOTAL* 1.PERTANIAN 7,76 6,04 11,30 7,52 7,32 7,44 5,07 (2,35) (5,55) 1,42 2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,90 9,44 11,55 14,24 11,79 9,30 12,91 16,40 15,13 13,55 3.INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 5,39 6,06 2,01 4,47 9,00 4,95 4.LISTRIK,GAS & AIR BERSIH (2,65) (2,70) (0,51) (0,71) 14,65 7,51 6,53 7,71 6,12 13,64 5.BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 10,12 9,78 12,86 16,49 24,27 16,14 6.PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 8,11 6,26 6,44 6,65 6,83 7,60 8,31 10,30 9,77 9,00 7.PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,20 9,22 5,25 6,05 7,05 8,56 9,01 13,96 17,52 12,39 8.KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6,75 7,58 7,48 6,99 8,39 9,11 11,26 15,94 8,51 11,22 9.JASA - JASA 6,86 9,64 10,66 6,35 7,60 6,14 5,84 8,50 7,44 7,00 PERTUMBUHAN EKONOMI 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19 Sumber : BPS Prov. Gorontalo **) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo SEKTOR PERTANIAN Pelemahan kinerja sektor pertanian khususnya sub sektor tabama terus berlanjut hingga triwulan IV-2009 dengan kondisi yang semakin memburuk. Sektor pertanian terkontraksi 5,55% sebagai akibat merosotnya produksi jagung domestik yang mencapai 20,47%, lebih rendah dibandingkan produksi tahun Sementara itu perlambatan dimaksud mampu sedikit diredam oleh peningkatan produksi padi. Upaya pemerintah daerah dalam mempertahankan produksi jagung telah dilakukan semaksimal mungkin, namun proses penurunan produksi masih terus berlanjut seiring dengan cuaca yang tidak mendukung. Secara umum penurunan produksi pertanian jagung disebabkan oleh tiga hal yakni (i) Musim kering berkepanjangan sejak bulan Mei s.d November 2009, (ii) Produktivitas pertanian menurun dari 48,17 Ku/Ha menjadi 42,21 Ku/Ha, (iii) Luas lahan panen menurun dari Ha pada tahun 2008 menjadi Ha pada tahun Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

25 Grafik 1.10 Luas Lahan Panen & Produktisi Jagung Grafik 1.11 Perkembangan Produktivitas Jagung Sumber: BPS Prov. Gorontalo, Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo Sementara itu produksi padi tetap tumbuh walaupun melambat dibandingkan tahun Produksi padi secara keseluruhan tahun tumbuh 8,25%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan produksi tahun 2008 sebesar 18,69%. Pertumbuhan produksi terutama pada pertanian padi sawah, sementara produksi padi ladang mengalami penurunan. Produksi padi sawah tahun 2009 mencapai ton, lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2008 sebesar ton. Sementara produksi padi ladang turun dari ton pada tahun 2008 menjadi 733 ton pada tahun Pertanian padi sawah masih dapat berproduksi dengan baik terkait sistem irigasi teknis yang telah dikembangkan oleh Pemda sehingga mampu mengurangi sedikit ketergantungan terhadap kondisi cuaca. Sementara itu produksi pertanian tanaman pangan lain seperti ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau dan kacang tanah turut menurun sedangkan produksi kedelai mengalami peningkatan. Tabel 1.8 Produksi Pertanian Tabama Jan-Apr Mei-Agst Sep-Des Jan-Des Jenis Tanaman Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) ANGKA TETAP 2007 Kedelai , , , , Kacang Tanah , , , , Kacang Hijau , , , , Ubi Kayu , , , , Ubi Jalar 90 96, , , , ANGKA TETAP 2008 Kedelai , , , , Kacang Tanah , , , , Kacang Hijau 85 13, , , , Ubi Kayu , , , , Ubi Jalar , , , , ARAM III 2009 Kedelai , , , , Kacang Tanah , , , , Kacang Hijau 58 13, , , , Ubi Kayu , , , , Ubi Jalar , , , , Sumber : Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo 8 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

26 1.2.2 SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor angkutan dan komunikasi menjadi salah satu sektor yang mampu meredam perlambatan ekonomi yang terjadi. Sektor angkutan diperkirakan tumbuh 17,52% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 6,1% (y.o.y). Kondisi ini diperkirakan sebagai pengaruh dari keberangkatan jemaah haji, libur natal dan libur tahun baru. Pada sub sektor angkutan darat, kenaikan terlihat dari meningkatnya konsumsi BBM transportasi selama triwulan IV Data penjualan BBM menunjukkan peningkatan, selama triwulan IV-2009 tercatat kiloliter premium dan kiloliter solar terjual. Volume penjualan ini tumbuh 19,58% (y.o.y) untuk premium dan 1,55% (y.o.y) untuk solar lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,04% (y.o.y) untuk premium dan -13,49% (y.o.y) untuk solar. Grafik 1.12 Konsumsi Premium untuk Transportasi Grafik 1.13 Jumlah Penerbangan Pesawat Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : Bandara Jalaluddin Gorontalo Grafik 1.14 Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor Meningkatnya kinerja sektor ini tercermin pula dari realisasi penghimpunan pajak kendaraan bermotor yang tumbuh 40% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 22% (y.o.y) Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sementara itu untuk sub sektor angkutan udara turut mengalami peningkatan. Jumlah penumpang angkutan udara yang tercatat di bandara Jalaluddin sebesar penumpang atau tumbuh sebesar 17,6% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9,37% (y.o.y). Demikian juga untuk traffic pesawat tumbuh sebesar 1,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 3,1% (y.o.y). Kondisi peningkatan arus penumpang udara didorong peningkatan arus jamaah haji dari Gorontalo ke Makassar. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

27 Grafik 1.15 Perkembangan Penumpang Pesawat Grafik 1.16 Perkembangan Penumpang Kapal Laut Sumber : Bandara Jalaluddin, Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-provinsi Gorontalo SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 9,77% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,65% (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor perdagangan dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator antara lain kredit perdagangan, realisasi listrik kelompok bisnis, serta tingkat hunian hotel. Kredit perdagangan secara agregat meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada Desember 2009, tercatat kredit yang disalurkan ke sektor perdagangan sebesar Rp 821 Miliar atau tumbuh 30,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,67% (y.o.y). Sementara peningkatan kegiatan perniagaan juga ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi listrik kelompok bisnis sebesar 15,36% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,57% (y.o.y). Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Bisnis Sumber : Bank Indonesia Sumber : PLN Gorontalo Grafik 1.19 Tingkat Penghunian Hotel Sementara itu kinerja sub sektor perhotelan dikonfirmasi pula oleh pertumbuhan tingkat hunian hotel di Gorontalo sebesar 31,75% hampir sama dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 31,73%. 10 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

28 1.2.4 SEKTOR BANGUNAN Kinerja Sektor Bangunan diperkirakan tumbuh lebih baik. Sektor ini tumbuh 24,27% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar dari 13,13% (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor ini secara signifikan didorong oleh peningkatan realisasi anggaran belanja modal APBD. Belanja modal pada triwulan IV-2009 meningkat signfikan sebesar 47,77% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan belanja modal triwulan IV-2008 yang terkontraksi sebesar 34,30% (y.o.y). Grafik 1.20 Realisasi Belanja Modal APBD Grafik 1.21 Realisasi Penjualan Semen Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen Tumbuhnya kinerja sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator. Pertumbuhan penjualan semen selama triwulan IV-2009 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 penjualan semen tumbuh 12,44% (y.o.y). Pembangunan sarana fisik di kawasan kota dan kabupaten terus diintensifkan menjelang akhir tahun. Beberapa proyek infrastruktur yang telah diselesaikan antara lain : - Infrastruktur jalan. Pembangunan jalan nasional sepanjang 616,24 km sudah mencapai 87,88 % sedangkan jalan provinsi baru mencapai 39,45 % dari 408,26 km yang direncanakan sehingga masih perlu peningkatan sebesar 60,55 % atau sepanjang 247,02 km termasuk jalan yang belum terbuka sepanjang 93,75 km (ruas ; Tapa-Atingola, Marisa Tolinggula dan Aladi Tulabolo). Pembangunan jalan akses agropolitan sampai dengan tahun 2009 telah mencapai 302,25 km yang melalui lima kabupaten. - Irigasi dan bendungan. Pembangunan Bendungan Paguyaman dibangun sejak tahun 2005 dengan luas areal irigasi ha dengan total anggaran hingga tahun 2009 mencapai Rp. 97 M. Sampai dengan tahun 2009 progres fisik pekerjaan bendungan mencapai 96,3%, sementara pekerjaan Jaringan Kiri mencapai 90,5% dan pekerjaan Jaringan Kanan mencapai 49% Pembangunan Kanal Banjir Tamalate seluas m 2 dengan nilai proyek Rp , dimana pembangunan telah mencapai 70 % sampai akhir tahun Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

29 - Pembangunan pusat perbelanjaan. Pembangunan Gorontalo Business Center telah memasuki tahap akhir sementara itu proses pembangunan Gorontalo Business Park terus dipacu untuk mengejar target penyelesaian tahun Pembangunan pelabuhan. Proyek pembangunan Pelabuhan Paguwat saat ini berada pada tahap penyelesaian. Menyikapi tingginya pertumbuhan sektor konstruksi, peluang ini dimanfaatkan oleh PT Semen Tonasa dengan membangun unit pengantongan untuk memperlancar arus distribusi semen di Gorontalo SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 9,00 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,72%. Peningkatan industri pengolahan pada triwulan IV-2009 salah satunya didorong peningkatan produksi gula. Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh meningkatnya nilai ekspor komoditas gula dan kembang gula dari US$ pada triwulan IV-2008 menjadi US$ pada triwulan IV Grafik 1.22 Penggunaan BBM Industri Grafik 1.23 Penggunaan Listrik Industri Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : PLN Gorontalo Sementara itu peningkatan sektor industri pengolahan juga dikonfirmasi oleh peningkatan konsumsi BBM dan listrik industri. Konsumsi BBM kelompok industri tumbuh sebesar 33,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 3,3% (y.o.y). Sementara konsumsi listrik kelompok industri tumbuh sebesar 16,08% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 26,92% (y.o.y). 12 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

30 1.2.6 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.24 NIM Perbankan SEKTOR LAINNYA Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 8,51% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 6,99%. Net Interest Margin Perbankan tumbuh sebesar 34,1% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 28,64% (y.o.y). NIM Perbankan meningkat terutama didorong oleh peningkatan pendapatan bunga yang tumbuh sebesar 31,5% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 22,26% Selama triwulan laporan, sektor jasa-jasa diperkirakan meningkat 7,44% (y.o.y), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,35% (y.o.y). Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor pemerintahan umum. Meningkatnya kinerja di sektor ini seiring dengan upaya realisasi anggaran belanja barang/jasa pemerintah di akhir tahun. Sektor pertambangan dan penggalian dalam triwulan-iv tahun 2009 diperkirakan tumbuh sebesar 15,13% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,75% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini seiring dengan pertumbuhan sektor bangunan. Pertambangan di Gorontalo banyak menghasilkan barang tambang galian C untuk mendukung kinerja sektor konstruksi. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan-iv 2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan-iv 2008 yang mengalami kontraksi sebesar - 0,71% (y.o.y). Peningkatan sektor ini tercermin didorong oleh mulai beroperasinya 5 genset tambahan yang telah didatangkan Pemda dari Bitung. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

31 BOX 1 : KARAKTERISTIK INVESTASI GORONTALO Upaya pemerintah daerah dalam mendorong ekonomi Gorontalo telah dilakukan dengan maksimal, hal ini terlihat dari pertumbuhan komponen investasi dalam PDRB yang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan investasi di kawasan Sulawesi-Maluku-Papua, investasi Gorontalo masih membutuhkan perbaikan lagi. Grafik 1.25 Perkembangan Investasi Gorontalo Grafik 1.26 Perkembangan Inflasi Sulampua Sumber : Badan Pusat Statistik Dalam pelaksanaannya efektifitas investasi tidak hanya dilihat dari pertumbuhannya saja, namun sejauh mana investasi yang dilakukan mampu mendorong output secara keseluruhan. Salah satu tools ekonomi yang dapat digunakan untuk menghitung efektifitas investasi dalam mempengaruhi output adalah metode Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR adalah suatu besaran yang menunjukkan tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Secara teoritis teori dimaksud dikembangkan pertama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey Domar (1939 dan 1947). Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal). Investasi merupakan kegiatan yang berlangsung dengan rentang waktu yang cukup lama (multiyears) maka penghitungan ICOR dilakukan dengan mengambil periode 5 tahunan dengan asumsi investasi yang dilakukan pada awal tahun pertama telah selesai dilaksanakan pada akhir tahun ke-5. Tabel 1.9 perhitungan ICOR Prov. Gorontalo Komponen Akumulasi Investasi , ,92 Penambahan Output , ,35 ICOR Rate 5,00 6,77 14 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

32 Tampak dalam hasil pengolahan data, efektivitas investasi menunjukkan penurunan dengan nilai ICOR yang meningkat. ICOR Rate = 5.00 diartikan sebagai setiap penambahan 5 kapital akan mendorong peningkatan 1 Output, sementara ICOR Rate 6,77 diartikan sebagai setiap penambahan 6.77 kapital akan mendorong peningkatan 1 Output. Hal ini menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan belum efektif dalam mendorong sustainabilitas pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini diyakini karena kegiatan investasi di Gorontalo lebih dilakukan pada sektor non tradable (investasi fisik bangunan) dibandingkan investasi alat-alat produksi (terlihat dari pertumbuhan sektor non tradable yang kecenderunganya meningkat dibandingkan sektor tradable). Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Tradable vs Non Tradable Sumber : BPS Prov. Gorontalo (diolah) Penilaian investasi yang cukup baik dari Survey Pemeringkatan Iklim Usaha terhadap 33 provinsi 2008, Kerjasama BKPM Pusat KPPOD menjadi prestasi PEMDA yang perlu terus dikembangkan. Namun upaya meningkatan kualitas investasi menjadi hal yang patut mendapat perhatian, kebijakan investasi bangunan secara perlahan-lahan diarahkan ke investasi non bangunan untuk menambah ouput produksi demi menjaga sustaibilitas pertumbuhan. Dalam tahun 2010 upaya mendorong investasi menjadi tantangan tersendiri. Keterbatasan fiskal pemerintah daerah harus dapat disiasati melalui penguatan peran perbankan dan sektor swasta. Kendala ekspansi kredit perbankan yang terkendala akibat kurangnya dukungan pertumbuhan dana masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Solusi shifting kredit dari dominasi konsumsi ke arah Kredit Modal Kerja dan Investasi menjadi alternatif di saat upaya peningkatan DPK terus dilakukan. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

33 Tabel 1.10 Anggaran Belanja Modal PEMDA 2009 vs 2010 WILAYAH APBD 2009 APBD 2010 Bone Bolango Gorontalo Utara Prov. Gorontalo Kab. Gorontalo Boalemo Pohuwato Kota Gorontalo Total , Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Sementara itu peran Badan Investasi Daerah (BID) Prov. Gorontalo menjadi vital, apresiasi yang cukup baik dari BKPM pusat terhadap iklim investasi di Gorontalo harus diubah menjadi peningkatan investasi riil di Gorontalo. Dalam rapat perdana Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) yang dilaksanakan Desember 2009 lalu terungkap bahwakadin masih melihat adanya kendala keterbatasan data dan informasi terkait potensi bisnis di Gorontalo. 16 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

34 BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Tendensi penurunan inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-iv Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 sebesar 0,53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2009 sebesar 0,85% (qtq). Adanya policy shock penurunan harga BBM mendominasi pembentukan inflasi Provinsi Gorontalo 2009, sehingga inflasi Gorontalo mengalami tren penurunan. Namun, inflasi Gorontalo masih menunjukkan tanda-tanda persistensi tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai inflasi Gorontalo di atas rata-rata inflasi nasional sepanjang tahun INFLASI GORONTALO TRIWULAN IV-2009 Inflasi Provinsi Gorontalo tahun 2009 ditandai dengan meredanya policy shock, kuatnya ekpektasi harga, dan kerentanan sisi produksi. Sepanjang tahun 2009, inflasi Gorontalo mengalami kecenderungan menurun seiring dengan penurunan rata-rata inflasi tahunan. Tren penurunan inflasi terutama didorong oleh kebijakan penurunan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) pada akhir tahun Sementara itu, kuatnya ekspektasi harga dan penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal menyebabkan inflasi Gorontalo persisten diatas inflasi nasional dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo Sumber data : BPS Provinsi Gorontalo Melemahnya dampak Policy Shock mulai terasa sejak kebijakan penurunan harga BBM pada akhir tahun Menurunnya harga komoditas minyak internasional pada pertengahan tahun 2008 mengurangi beban Pos Subsidi BBM dalam APBN, sehingga kebijakan penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi menciptakan situasi ekonomi dan bisnis yang kondusif. Pada Desember 2008 terjadi penurunan harga premium dari Rp.6000/liter menjadi Rp.5000/liter, sedangkan harga diesel turun dari Rp.5500/liter menjadi Rp.4800/liter. Melihat perkembangan harga minyak dunia yang terus menurun, Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

35 maka pemerintah kembali melakukan kebijakan penurunan harga BBM pada Januari Harga premium kembali turun dari Rp.5000/liter menjadi Rp.4500/liter dan harga diesel turun dari Rp.4800/liter menjadi Rp.4500/liter. Penurunan kebijakan BBM ini membawa tingkat harga ke level yang lebih rendah dan mendorong penurunan inflasi nasional dan inflasi Gorontalo. Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo Sumber data : BPS Ekspektasi harga mendorong tekanan inflasi Gorontalo ditengah pengaruh penurunan harga BBM. Sepanjang tahun 2009, persepsi masyarakat terhadap kenaikan harga selalu menunjukkan optimisme. Survei Konsumen oleh Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan bahwa ekspektasi harga selalu optimis dengan nilai indeks berada diatas 100 (Saldo Bersih). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat selalu memiliki ekspektasi harga meningkat. Sementara itu berdasarkan kelompok harga, masyarakat memiliki ekspektasi bahwa kelompok bahan makanan merupakan barang yang memiliki kenaikan harga tertinggi dibandingkan kelompok barang dan jasa lainnya. Grafik 2.3 Indeks Perubahan Harga Umum 3 Bulan YAD Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD Sumber data : Survei Konsumen (KBI Gorontalo) 18 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

36 Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo persisten tinggi di atas inflasi nasional. Permintaan masyarakat tanpa disertai dengan produksi yang optimal mengakibatkan output gap positif. Artinya produksi yang dihasilkan oleh perekonomian daerah belum mampu memenuhi tingginya permintaan masyarakat. Belum optimalnya penggunaan kapasitas produksi menjadi permasalahan utama rentannya aspek produksi Gorontalo. Hal ini diperburuk oleh lemahnya dukungan infrastruktur terutama energi listrik. Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 2.6 Realisasi Kapasitas Produksi per Sektor Ekonomi INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y) Secara tahunan, inflasi Gorontalo tahun 2009 sebesar 4,35% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 9,20% (y.o.y). Tendensi penurunan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan. Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y) No Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV Umum Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (0.37) (5.15) (5.35) (2.50) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Hampir sepanjang tahun 2009 barang dan jasa kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi. Pada triwulan-iv 2009, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar -2,50% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mengalami inflasi sebesar 3,48% (y.o.y). Penurunan tekanan harga dalam kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan kebijakan harga BBM sebanyak dua kali yaitu pada Desember 2008 dan Januari Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

37 Grafik 2.7 Perkembangan Harga BBM Sumber : Departemen ESDM Bila diuraikan lebih dalam, subkelompok transportasi merupakan penyumbang terbesar terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Subkelompok transportasi pada periode laporan mengalami deflasi sebesar -3.06% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan subkelompok lainnya yang pergerakan harganya relatif stabil. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi pada awal Desember 2008 memberikan efek sepanjang tahun Tabel 2.2 Inflasi Sub kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (y.o.y) Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan Sumber : BPS Provinsi Gorontalo INFLASI TRIWULANAN (QTQ) Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2009 sebesar 0.53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.85% (qtq). Penurunan tingkat harga barang dan jasa didorong oleh deflasi pada kelompok makanan jadi, minuman rokok, dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, kelompok sandang, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan sumber tekanan inflasi terutama disumbangkan oleh inflasi kelompok bahan makanan. Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (qtq) Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Umum Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber data : BPS 20 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

38 Inflasi kelompok bahan makanan tetap menunjukkan peningkatan di tengah kecenderungan penurunan inflasi daerah. Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa beberapa komoditas utama dalam kelompok bahan makanan yaitu cabai, bawang merah, beras, dan gula pasir mengalami peningkatan. Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang dan Cabai 2009 Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir 2009 Sumber data : Diskoperindag Gorontalo (Survei Pemantauan Harga) Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa beras sebagai komoditas utama penyumbang inflasi mengalami kenaikan harga. Harga beras jenis IR-64 pada minggu-i September 2009 sebesar Rp5500/kg naik menjadi Rp6.000/kg pada minggu-iv Desember Sementara, harga beras jenis Dolog relatif stabil. Harga gula pasir pada minggu-i September 2009 sebesar Rp9700/kg naik menjadi Rp11.000/kg pada minggu-iv Desember Sedangkan harga bawang merah pada minggu-i September 2009 sebesar Rp14.000/kg naik menjadi Rp16.000/kg pada minggu-iv Desember Cabai sebagai komoditas dengan tingkat volatilitas tinggi mengalami kenaikan harga. Harga cabai keriting pada minggu-i September 2009 sebesar Rp9800/kg naik menjadi Rp20.000/kg pada minggu-iv Desember Sementara itu, harga cabai merah biasa pada minggu-i September 2009 sebesar Rp11.500/kg naik menjadi Rp19.000/kg pada minggu-iv Desember Bila kita telusuri lebih dalam, pada bulan November 2009 harga cabai kriting dan cabai merah mengalami kenaikan yang drastis hingga mencapai Rp /kg untuk cabai kriting dan Rp /kg untuk cabai merah. Hal ini disebabkan karena pada saat itu stok cabai hilang di pasaran Gorontalo karena banyak dialihkan ke Manado. Pada saat yang sama Manado sedang mengalami kekurangan pasokan cabai, sehingga banyak pasokan cabai Gorontalo yang dialihkan oleh para pedagang besar untuk memenuhi kebutuhan pasokan di Manado karena harga cabai di Manado sudah jauh lebih tinggi. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

39 Permasalahan distribusi, pembentukan harga, dan struktur pasar menjadi sorotan ditengah melambungnya harga komoditas kelompok bahan makanan. Hasil penelitian Bank Indonesia dan konfirmasi dengan berbagai dinas serta pelaku usaha terkait menunjukkan bahwa terdapat permasalahan mendasar pada tata niaga barang dan jasa terutama komoditas pada kelompok bahan makanan. Peran pedagang besar sangat dominan dalam mempengaruhi jalur distribusi dan struktur pasar. Sementara, margin harga yang mereka bebankan kepada konsumen sangat tinggi sehingga pembentukan harga di Gorontalo seringkali tidak selalu sesuai dengan mekanisme permintaan dan penawaran. Hasil pertemuan Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) juga mengidentifikasi terdapat permasalahan distribusi yang menghambat kelancaran pasokan barang dan jasa. Tentunya hal ini memperkuat perilaku persistensi tinggi inflasi Provinsi Gorontalo. Tabel 2.4 Hasil Rapat Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah 31 Agustus Desember 2009 Keterbatasan kapasitas infrastruktur. Distribusi barang dan jasa seringkali terganggu karena terjadi penumpukan antrian kapal di Pelabuhan Gorontalo. Sementara itu, terdapat alternatif Pelabuhan Anggrek namun kurang diminati oleh pedagang karena jaraknya yang lebih jauh. Pemda tengah membangun dermaga III di Pelabuhan Gorontalo sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut yang diperkirakan selesai pada tahun Peranan Pedagang Besar dalam perniagaan komoditas. Peranan pedagang besar sangat dominan di Gorontalo, kondisi ini didukung analisis lapangan dari Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan dimana Pemerintah Provinsi telah mencoba beberapa upaya untuk meminimalisir hal tersebut melalui program Taksi Mina Bahari (perikanan) maupun sentra usaha KIAT (pertanian). Namun upaya dimaksud belum sepenuhnya optimal, karena cukup sulit melawan dominasi tengkulak terkait keterbatasan modal pemerintah daerah. 22 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

40 BOX II : IDENTIFIKASI JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS HORTIKULTURA DI GORONTALO Pola perniagaan holtikultura di Gorontalo telah mengikuti jalur distribusi yang melibatkan produsen, pedagang besar, pengecer dan konsumen walaupun memiliki sedikit perbedaan untuk tiap komoditasnya. Secara umum, pedagang besar dinilai memiliki peranan lebih dibandingkan petani dan pengecer dalam melakukan transaksi komoditas untuk sampai kepada konsumen walaupun tingkat kekuatannya berbeda-beda untuk setiap jenis komoditas hortikulutura. Fenomena petani sekaligus pengecer banyak dijumpai di daerah-daerah yang berdekatan langsung dengan wilayah kota. Hal ini dilakukan oleh petani karena belum optimalnya balancing margin di setiap sub level distribusi holtikultura, sehingga harga jual komoditi tersebut menjadi lebih menarik. Sebagai ilustrasi, jalur distribusi untuk komoditas rica, tomat, cabe merah, dan bawang merah adalah sebagai berikut: Rantai Distribusi Rica: Gambar 2.1 Jalur Distribusi Rica Rica merupakan komoditas primadona Gorontalo, kualitas rica yang cukup diminati pasar menyebabkan permintaan terhadap rica cukup tinggi. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh KBI Gorontalo, pasokan rica tidak hanya berasal dari produsen lokal, responden menyatakan bahwa 20% pasokan berasal dari Sulawesi Tengah. Di lini produsen, selain menjual ke pedagang besar, responden petani menyatakan bahwa 38% komoditasnya dijual langsung kepada pengecer dan konsumen. Hal tersebut dilakukan oleh petani dengan tujuan mendapatkan margin lebih ketika harga rica di level pedagang besar turun, namun dalam beberapa hal konsumen dan pengecer sendiri juga langsung membeli dari petani ketika harga rica di pasar tradisional membumbung tinggi. Dalam distribusi rica dikenal adanya pengepul/pedagang perantara yang bertindak sebagai agen pengumpul rica untuk disalurkan ke pedagang besar. Dalam hal ini pengepul tidak melakukan transaksi langsung dengan produsen maupun pedagang besar, pengepul hanya menghubungkan antara produsen dan pedagang besar dan mendapatkan fee dari pedagang besar atas usahanya tersebut. Adanya pedagang perantara dalam distribusi rica memperpanjang jalur perniagaan rica dan mengakibatkan inefisiensi. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

41 Rantai Distribusi Tomat Sayur: Gambar 2.2 Jalur Distribusi Tomat Dalam perniagaan tomat, jalur distribusi melibatkan produsen lokal/luar provinsi, pedagang besar, dan pengecer. Hasil survey menyebutkan bahwa reponden pedagang besar mendatangkan 44% pasokannya dari luar Gorontalo (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara) sementara hanya 20% dari total komoditas yang dimilikinya dijual ke luar daerah. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan distribusi tomat dari daerah lain cukup tinggi. Dalam distribusi tomat, petani juga bertindak sebagai pemasok langsung bagi pengecer dan konsumen (terutama untuk rumah makan/restoran). Perilaku produsen tersebut didasarkan pertimbangan usia buah yang cukup pendek, untuk menghindarkan kerusakan banyak petani berinisiatif memasok pengecer langsung agar produksinya cepat terserap di pasar. Rantai Distribusi Cabe Merah: Gambar 2.3 Jalur Distribusi Cabe Merah Pola distribusi cabe merah mengikuti seperti diagram diatas. Cabe merah kurang diminati oleh petani lokal, sehingga sebagian besar didatangkan dari luar provinsi, sumber pasokan cabe merah di Gorontalo berasal dari Sulawesi Tengah. Dalam mekanisme distribusinya, responden petani menyatakan bahwa 50% menjual komoditasnya langsung ke pengecer sisanya menjual kepada pedagang besar. Petani melakukan hal dimaksud dengan alasan pertimbangan harga jual yang lebih baik di level pengecer. Sedangkan komoditas yang dikumpulkan oleh pedagang besar umumnya dipasok ke luar daerah atau dipasok kepada rumah makan/restoran di Gorontalo. 24 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

42 Rantai distribusi Bawang Merah: Gambar 2.4 Jalur Distribusi Bawang Merah Produksi bawang merah di Gorontalo masih mengandalkan pasokan dari luar daerah yaitu Makassar-Sulawesi Selatan, Bima-Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah. Produksi lokal masih belum mencukupi kebutuhan Gorontalo. Dalam perniagaan bawang merah, pedagang besar mendatangkan komoditas hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja dan sebagian kecil diperdagangkan ke Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Distribusi Tingkat Konsumen Disisi konsumen, chanelling distribusi holtikultura yang paling sering digunakan adalah pasar tradisional kecuali untuk komoditas rica dan tomat, masyarakat banyak yang membeli langsung dari petani dengan alasan kualitas buah yang didapatkan lebih baik dibandingkan melalui pasar tradisional. Sementara itu channel distribusi yang melibatkan pasar modern/supermarket jarang digunakan. Tabel 2. 5 Asal Pasokan Pada Level Konsumen ASAL PASOKAN RICA TOMAT CABE MERAH BAWANG MERAH Pasar Modern/Supermarket 25.1% 1.6% 21.6% 2.4% Pasar Tradisional 37.5% 78.6% 29.8% 77.6% Penjual Keliling 4.9% 9.5% 22.9% 8.8% Toko/Warung 6.0% 9.5% 3.4% 11.2% Petani/Nelayan 26.6% 0.8% 22.3% 0.0% Sumber : Survei lapangan, Bank Indonesia Gorontalo Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

43 Halaman ini sengaja dikosongkan Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

44 BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga, tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR sudah mencapai nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan menunjukkan kinerja yang melambat. Pertumbuhan dana pihak ketiga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan dana pihak ketiga didorong oleh berkurangnya penempatan dana giro pemerintah terkait pembayaran berbagai proyek pembangunan pada akhir tahun. Sementara itu, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan terutama terjadi pada kredit-kredit sektor produktif yaitu adalah sektor pertanian, sektor industri, dan sektor transportasi Perkembangan Bank Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum Konvensional, 2 Bank Umum Syariah 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 13 kantor cabang, 21 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas serta 21 kantor unit. Sementara itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor kas. Sementara itu, selama tahun 2009 terdapat penambahan jumlah bank yang meliputi 1 kantor cabang bank umum syariah dan 5 kantor cabang pembantu bank umum konvensional. Total asset pada triwulan-iv 2009 tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total asset seluruh bank pada triwulan-iv 2009 mencapai Rp2,90 triliun, tumbuh 20,57% (y.o.y) lebih lambat dibanding triwulan IV-2008 sebesar 26,18% (y.o.y). Namun, Net Interest Margin (NIM) pada triwulan IV-2009 sebesar Rp.320,74 milyar atau tumbuh 34,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 28,64% (y.o.y). Perlambatan total asset sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit pada triwulan laporan. Sementara itu, rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) sebesar 53,82% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 54,68%. Menurunnya rasio bopo menunjukkan Perbankan Gorontalo makin efisien dalam melakukan kegiatan operasional. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

45 3.1.2 Penyerapan dana masyarakat Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,82 triliun, tumbuh 2,87% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,12% (y.o.y). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh kontraksi pada komponen giro dan deposito masing-masing sebesar -14,91% (y.o.y) dan -2,07% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh menurunnya penempatan dana pemda karena kebutuhan transaksi untuk membayar proyek-proyek pembangunan daerah di akhir tahun. Sedangkan melambatnya deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh sebesar 10,43% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Meningkatnya kesadaran masyarakat akan menabung menjadi salah satu faktor yang memberikan angin segar kepada peningkatan tabungan masyarakat. Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK (y.o.y) Grafik 3.2 Komposisi DPK Penyaluran kredit Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,58 triliun, tumbuh 29,01%. (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 38.64% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 37.05% (y.o.y) namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.41% (y.o.y). Kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,99% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40.84% (y.o.y). Sementara itu, kredit investasi tumbuh 24,38% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -4.90% (y.o.y). Pertumbuhan pada kredit investasi terutama didorong oleh pendanaan proyek pembangunan Pemerintah Daerah. Usaha Pemda untuk memperkuat perekonomian daerah melalui penyelesaian target pembangunan infrastruktur menyebabkan terjadinya peningkatan kredit investasi. Adapun beberapa proyek Pemda yang tengah dalam proses pengerjaan/penyelesaian adalah jalan Gorontalo By Pass, Bendungan Paguyaman, 28 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

46 Pembangunan Kanal Banjir Tamalate, Pembangunan Embarkasi Haji Bandara Djalaludin, Dermaga III Pelabuhan Kota Gorontalo, dan PLTU Anggrek Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis Penggunaan (y.o.y) Grafik 3.4 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Sumber : Bank Indonesia Pertumbuhan kredit sektor produktif pada triwulan laporan diwarnai oleh perlambatan. Hampir seluruh kredit sektoral mengalami kontraksi, namun angin segar masih bertiup pada kredit sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa sosial kemasyarakatan. Kredit sektor transportasi dan komunikasi dan sektor industri mengalami kontraksi yang paling dalam masing-masing sebesar -41,04% (y.o.y) dan -36,95% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan kredit sektor industri searah dengan melambatnya pertumbuhan sektor industri tahun Sementara itu kredit perdagangan masih mendominasi dalam portofolio kredit produktif dengan pertumbuhan sebesar 30,21% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,67% (y.o.y). Kredit sektor konstruksi mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,84% (y.o.y), namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnnya sebesar 54,35% (y.o.y). Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral (y.o.y) Grafik 3.6 Komposisi portofolio Kredit Sektor Produktif Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 10,30% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40,86% (y.o.y). Kredit yang dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan menengah mencapai Rp1,514 triliun, atau 58,60% dari keseluruhan kredit perbankan. Jika dilihat per Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

47 segmen, kredit usaha kecil tumbuh sebesar 16.12% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,08% (y.o.y). Sementara, kredit menengah yang memiliki komposisi terbesar dalam struktur kredit UMKM di Gorontalo, tumbuh sebesar 7.19% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,86% (y.o.y). Sedangkan kredit usaha mikro mengalami perbaikan yaitu tumbuh 11,26% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,70% (y.o.y). Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM Sumber : Bank Indonesia 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan Risiko Kredit Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit di sektor tertentu, terlihat bahwa risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 2.25%. Nilai ini tergolong baik karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5%. Perbaikan nilai NPL terutama disebabkan oleh usaha bank untuk meminimkan kredit macet melalui peningkatan kinerja collection kredit. Sementara berdasarkan depth interview dengan Perbankan, terdapat usaha bank untuk menurunkan NPL melalui switching NPL kepada agunan yang diambil alih (AYDA). Sedangkan disisi penyaluran kredit juga terus menunjukkan peningkatan yang ikut berkontribusi dalam meminimkan nilai NPL. 30 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

48 Grafik 3.9 Non Performing Loan Sumber : Bank Indonesia Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPL, risiko kredit yang stabil-rendah disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki pangsa yang dominan. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor PHR. Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat risikonya memiliki pangsa kucuran kredit yang relatif kecil. Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit Sumber : Bank Indonesia Risiko Likuiditas Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan konsentrasi sumber dana pada deposan inti menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan laporan patut mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Menurunnya Porsi dana pemerintah yang mengalami pergeseran dari total dana pihak ketiga perbankan juga dinilai dapat menambah risiko likuiditas karena dana pemerintah relatif mudah diprediksi sifat keluar masuk dananya. Sementara itu nilai LDR yang berada pada posisi kurang normal hingga mencapai % menyebabkan likuiditas perbankan sangat ketat sehingga Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

49 membahayakan perbankan bisa sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya dalam jumlah besar. Grafik 3.11 Pergerakan Komposisi DPK Grafik 3.12 Komposisi Dana Milik Pemda Sumber: Bank Indonesia Konsentrasi jangka waktu sumber dana. Sebagian besar dana yang simpanan di bank masih merupakan dana jangka pendek, Sementara terdapat kecenderungan pergeseran proporsi dari simpanan jangka panjang khususnya deposito ke simpanan jangka menengah pendek yaitu tabungan. Pergeseran tersebut disebabkan tingginya permintaan dana untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat terutama pada periode laporan. Sementara itu, pihak perbankan juga sengaja melakukan shifting dana pihak ketiga dari deposito ke tabungan dalam rangka menurunkan biaya bunga simpanan. Konsentrasi sumber dana pada deposan inti. Dana milik pemerintah memiliki pangsa yang cenderung menurun di struktur dana pihak ketiga. Hal tersebut dipandang negatif dari sisi kestabilan likuiditas karena arus keluar masuk dana milik pemerintah lebih dapat diprediksi dibandingkan dana milik swasta Penurunan dana milik pemda disebabkan karena meningkatnya kebutuhan transaksi untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan pemerintah terutama pada akhir tahun. Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar % menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan perbankan. Sementara itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 100%. 32 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

50 Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo Risiko Pasar Sumber: Bank Indonesia Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate Sumber: Bank Indonesia Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

51 BOX III : IDENTIFIKASI POTENSI KOMODITAS UNGGULAN KLASTER DI KOTA GORONTALO Provinsi Gorontalo sebagai provinsi yang baru berkembang, memiliki potensi untuk mengembangkan konsep klaster sebagai alternatif pengembangan model industri Gorontalo. Hal ini mengingat industrialisasi di Gorontalo belum berkembang secara masif sebagaimana di daerah-daerah lain. Sementara secara sosiologis, klaster juga sangat sesuai dengan kultur dan perilaku masyarakat Gorontalo yang sedang melakukan transisi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Oleh karena itu identifikasi potensi komoditas unggulan klaster di wilayah Provinsi Gorontalo diperlukan terutama pada level kabupaten/kota. Berdasarkan identifikasi awal terdapat embrio klaster yang dapat diperdalam untuk menjadi komoditas unggulan klaster yaitu rumput laut, ikan cakalang, ikan lajang, ikan tuna, sapi potong, meubel, kerawang, pisang, dan cabe. Daftar komoditas unggulan di atas akan diidentifikasi berdasarkan sebarannya pada wilayah Kabupaten/Kota se-provinsi Gorontalo dengan menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP). Dalam analisa AHP dengan fokus Kota Gorontalo dapat diidentifikasi terdapat tiga komoditas unggulan klaster yang cocok diterapkan di Kota Gorontalo yaitu kerawang, meubel, dan ikan lajang. Gambar 3.1 Hasil Analisis AHP Komoditas Unggulan Klaster Kota Gorontalo Setelah dilakukan AHP kemudian diperdalam dengan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengetahui komoditas yang paling tepat sebagai klaster di Kota Gorontalo. 34 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

52 Tabel 3. 1 Matriks Perbandingan Kompetitif Komoditas Unggulan Kota Gorontalo NO. A. INTERNAL FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS SKOR UNTUK SETIAP KOMODITAS IKAN LAJANG MEUBEL KERAWANG 1. Jumlah Tenaga Kerja Ketersediaan Modal Ketersediaan Bahan Baku Ketersediaan Sarana dan Prasarana Produksi Kapasitas SDM Terdapat Manajemen Usaha Teknologi Produksi Adanya Local Champion Diversifikasi Produk Jumlah Aspek-aspek Internal B. EKSTERNAL 1. Trust Menunjang Ekonomi Lokal dan Regional Political Will Ketersediaan Pasar Berbasis Potensi Masyarakat Ketersediaan Sentra Industri Kelompok Usaha Sejenis Ketersediaan Lapangan Usaha Ketersediaan Infrastruktur Fisik Ketersediaan Infrastruktur Informasi Adanya Industri Inti Adanya Industri Pendukung Terdapat Holding Usaha Jumlah Aspek-aspek Eksternal Jumlah Total (A + B) Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

53 Hasil analisa SWOT menunjukkan bahwa kerawang merupakan komoditas yang paling tepat untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota Gorontalo. Pada aspek internal, komoditas kerawang unggul dalam ketersediaan modal, ketersediaan bahan baku, manajemen usaha, dan diversifikasi produksi. Sementara pada aspek eksternal, komoditas kerawang sangat unggul disisi trust, political will, dan ketersediaan infrastruktur informasi. Adapun secara berurutan komoditas yang paling tepat untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota Gorontalo adalah kerawang, ikan lajang, dan meubel. Usaha kerajinan kerawang di daerah Gorontalo merupakan salah satu kegiatan industri kecil yang cukup menonjol dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Produksi kerajinan kerawang ini sangat dikenal dan diminati masyarakat terbukti dengan semakin meluasnya daerah pemasaran kerawang. Kerajinan kerawang merupakan produk khas Gorontalo, karena kerajinan kerawang ini telah diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang masyarakat Gorontalo. Jumlah unit usaha yang bergerak disektor ini unit usaha dengan tenaga kerja berjumlah 200 orang, sementara produksi pertahun mencapai lembar. Pengembangan klaster pada komoditas ini diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo. Selain itu, dengan berkembangnya industri kerawang juga dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 36 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

54 BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 mencapai 91,40%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan IV-2008 sebesar 82,96%, sementara itu realisasi pendapatan menurun 100,07%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 109,65%. 4.1 Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2009 menurun dibandingkan triwulan IV Secara nominal, realisasi triwulan IV-2009 sebesar Rp 551,99 Miliar dengan capaian 100,07% dari anggaran APBD-P 2009, capaian ini menurun secara persentase realisasi dibandingkan triwulan IV-2008 yang sebesar 109,65%. Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian di sisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun realisasi pendapatan Dana Perimbangan Pusat. Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo Pendapatan Daerah APBD-P 2008 IV-2008 IV-2009 APBD-P 2009 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Pendapatan Asli Daerah , ,02 120, ,20 Pajak daerah , ,00 116, ,00 Pajak Kendaraan Bermotor , ,00 104, ,17 Pajak Kendaraan di Air , ,52 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor , ,00 125, ,32 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air , Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , ,00 116, ,86 Pajak Air Permukaan , ,00 95, ,31 Pajak Air Bawah Tanah , ,00 66, ,08 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan , Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,02 187, ,45 Dana Perimbangan ,00 107, ,63 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,00 111, ,36 Dana Alokasi Umum , ,00 100, ,00 Dana Alokasi Khusus , ,00 100, ,00 Dana Darurat , ,00 100, Dana Penyesuaian , ,00 100, Jumlah Pendapatan , ,07 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sampai dengan triwulan IV-2009, secara nominal Provinsi Gorontalo membukukan PAD sebesar Rp. 99,37 Miliar, sementara itu triwulan IV-2008 sebesar Rp 94,94 Miliar. Dari delapan pos pajak daerah hanya pajak BBN yang mencapai target, sementara itu tujuh pos pajak lainnya masih di bawah target yang ditetapkan, walaupun pada BBN sendiri pencapaian realisasi terhadap target lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Menurunnya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2009 diperkirakan sebagai pemicu menurunnya realisasi penghimpunan pajak dibandingkan target yang ditentukan. Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan IV-2009 sebesar Rp 452,64 Miliar dengan realisasi sebesar 98,63% dari anggaran induk, hal tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 442,06 Miliar dengan persentase realisasi 107,52%. Menurunnya realisasi dana perimbangan pada triwulan IV-2009 lebih didorong oleh penurunan realisasi dana bagi hasil pajak/bukan pajak sebagai imbas penurunan penghimpunan pajak nasional yang dilakukan oleh daerah. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

55 Seperti umumnya daerah hasil pemekaran, ketergantungan terhadap dana perimbangan masih cukup besar, walaupun kinerja Pemerintah Provinsi untuk menghimpun pendapatan asli daerah harus diakui sudah cukup baik secara nominal namun belum signifikan apabila dilihat rasionya terhadap keseluruhan pendapatan provinsi. Apabila disimak dalam tabel dibawah ini, nampak komposisi pendapatan provinsi belum banyak mengalami perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Sampai dengan triwulan IV-2009, dana perimbangan masih mendominasi dengan kontribusi 82,00%, hampir sama dengan kontribusinya di triwulan IV-2008 sebesar 82,32% Sedangkan kemandirian fiskal yang tercermin dari penghimpunan PAD kontribusinya meningkat sebesar 18,00%, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 17,68%. Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) Pendapatan Daerah I-2008 II-2008 III-2008 IV-2008 I II-2009 III-2009 IV-2009 Pendapatan Asli Daerah 1,54 17,78 17,60 17,68 17,78 16,79 17,21 18,00 Pajak daerah - 15,56 15,55 15,38 15,17 14,32 14,65 15,24 Pajak Kendaraan Bermotor - 4,52 4,37 4,43 5,21 4,72 4,72 5,11 Pajak Kendaraan di Air ,00 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor - 7,02 7,07 6,67 6,76 5,86 5,99 6,35 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor - 4,00 4,09 4,25 3,17 3,73 3,92 3,76 Pajak Air Permukaan - 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 Pajak Air Bawah Tanah - 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0,03 0,02 0, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1,51 2,20 2,03 2,30 2,61 2,48 2,56 2,75 Dana Perimbangan ,40 82,32 82,22 83,21 82,79 82,00 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 0,93 2,47 2,77 3,56 0,87 0,76 2,36 2,35 Dana Alokasi Umum 0,07 75,18 76,83 68,65 0,01 68,80 71,03 70,35 Dana Alokasi Khusus 97,46 3,10 1,90 4,73 81,34 13,65 9,39 9,30 Dana Darurat 3, Dana Penyesuaian - 1,46 0,89 1, Jumlah Pendapatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 4.2 Belanja Daerah Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2009 lebih baik dibandingkan triwulan IV Pada triwulan laporan, tercatat Rp 618,01 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 91,40%, kondisi ini lebih baik dibandingkan triwulan IV-2008 dimana pencapaian realisasi sebesar Rp 537,16 Miliar dengan persentase realisasi mencapai 82,96%. Kondisi ini terutama didorong oleh pos belanja modal sementara pos belanja pegawai relatif sama. Pada APBD-P 2009, pemerintah meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 196 Miliar. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah APBD-P 2008 IV-2008 IV-2009 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Belanja Tidak Langsung , ,00 90, ,32 Belanja Pegawai , ,00 93, ,95 Belanja Subsidi , ,00 99, ,32 Belanja Hibah , ,00 84, ,84 Belanja Bantuan Sosial , ,00 90, ,81 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 86, ,86 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 98, ,77 Belanja Tidak Terduga , ,00 4, ,00 Belanja Langsung , ,30 79, ,96 Belanja Pegawai , ,64 88, ,59 Belanja Barang dan Jasa , ,00 90, ,21 Belanja Modal , ,66 68, ,89 Jumlah Belanja , ,30 82, ,40 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 38 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

56 Kualitas APBD Gorontalo lebih baik dibandingkan triwulan yang sama periode sebelumnya. Komposisi pos belanja modal meningkat sementara realisasi pos belanja pegawai berkurang proporsinya. Dilihat dari komposisi realisasi triwulan IV-2009, pengeluaran belanja modal mencapai 28,85% sementara pos belanja pegawai mencapai 25,97%. Perkembangan yang cukup baik ini diharapkan terus dijaga sustainabilitasnya sehingga anggaran APBD lebih dioptimalkan kearah investasi untuk memberikan multiplier effect kemajuan ekonomi Gorontalo Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah I-2008 II-2008 III-2008 IV-2008 I II-2009 III-2009 IV-2009 Belanja Tidak Langsung 43,90 39,98 36,26 34,33 46,55 41,10 37,12 34,03 Belanja Pegawai 29,73 27,04 26,19 21,81 31,32 28,63 25,84 21,97 Belanja Subsidi 1,01 0,77 0,51 0,69 0,64 1,00 0,85 1,58 Belanja Hibah 2,86 3,73 3,07 2,66 2,90 2,38 2,12 2,38 Belanja Bantuan Sosial 1,80 1,09 1,30 1,10 1,33 0,79 0,58 0,48 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,94 6,21 4,14 6,25 7,85 6,41 5,75 6,20 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1,56 1,12 1,04 1,80 2,52 1,90 1,97 1,38 Belanja Tidak Terduga - 0,02 0,01 0, ,04 Belanja Langsung 56,10 60,02 63,74 65,67 53,45 58,90 62,88 65,97 Belanja Pegawai 3,09 3,89 4,86 5,15 2,84 3,38 3,72 4,00 Belanja Barang dan Jasa 18,36 26,09 30,07 31,31 22,07 28,55 31,52 33,12 Belanja Modal 34,65 30,05 28,81 29,21 28,53 26,96 27,64 28,85 Jumlah Belanja 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Kinerja fiskal selama tahun 2009 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 25,66%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 10,41%. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBD-P 2008 Realisasi Q Realisasi Q4-2009* APBD-P 2009 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah , ,66 Belanja Pegawai , ,37 Belanja Subsidi , ,57 Belanja Hibah , ,86 Belanja Bantuan Sosial , ,17 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,23 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,50 Belanja Tidak Terduga , ,01 Belanja Barang dan Jasa , ,94 Pembentukan Modal Tetap Bruto , ,41 Belanja Modal , ,41 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan IV-2009 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena realisasi dari pengeluaran APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD. Kebijakan ekspansif yang telah diterapkan pemerintah daerah diperkirakan mampu memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

57 Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD APBD-P 2008 Realisasi Q Realisasi Q4-2009* APBD-P 2009 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Pendapatan , ,02 35, , ,90 32,21 Pendapatan Asli Daerah , ,02 6, , ,90 5,80 Dana Perimbangan , ,00 29, , ,00 26,41 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,00 1, , ,00 0,76 Dana Alokasi Umum , ,00 24, , ,00 22,66 Dana Alokasi Khusus , ,00 1, , ,00 3,00 Dana Darurat ,00 1,33 - Dana Penyesuaian , ,00 0, Belanja , ,30 35, , ,18 36,06 Belanja Pegawai , ,64 9, , ,18 9,37 Belanja Subsidi , ,00 0, , ,00 0,57 Belanja Hibah , ,00 0, , ,00 0,86 Belanja Bantuan Sosial , ,00 0, , ,00 0,17 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 2, , ,00 2,23 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 0, , ,00 0,50 Belanja Tidak Terduga , ,00 0, , ,00 0,01 Belanja Barang dan Jasa , ,00 11, , ,00 11,94 Belanja Modal , ,41 Surplus/Defisit ( ) ( ) (0,01) ( ) ( ) (3,85) Pembiayaan Netto ( ) - - ( ) - - DAMPAK RUPIAH - ( ) (0,01) - ( ) (3,85) Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo 4.4. Perkembangan Keuangan Daerah 2010 Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan anggaran tahun Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan kabupaten/kota masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Adapun perbandingan anggaran APBD tahun 2009 terhadap anggaran tahun 2010 ditampilkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 APBD 2010 Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan yang sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/defisit ( ) ( ) - ( ) ( ) - ( ) Pembiayaan Netto ( ) ( ) SILPA ( ) ( ) APBD 2009 Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan yang sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/defisit ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) - ( ) Pembiayaan Netto ( ) SILPA Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, Anggaran tidak termasuk Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di tahun Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

58 BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan IV-2009 diwarnai oleh net outflow dan meningkatnya transaksi kliring. 5.1 PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009 mencatat net outflow sebesar Rp miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah. Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan Sumber : Bank Indonesia Kondisi net outflow pada triwulan laporan menunjukkan tingginya kegiatan transaksi masyarakat sehingga pengunaan uang kartal meningkat. Dalam periode triwulan laporan terdapat tiga perayaan hari besar keagamaan yang mendorong tingginya penggunaan uang kartal. Perayaan hari besar dimaksud adalah Idul Adha pada bulan November, Tahun Baru Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi pada bulan Desember. Hal ini ditunjukkan dengan net outflow pada bulan November 2009 sebesar Rp53,24 miliar dan Desember 2009 sebesar Rp36,79 miliar. Sementara, penggunaan transaksi melalui electronic payment masih sangat terbatas dan belum familiar bagi masyarakat Gorontalo. Oleh karena itu permintaan uang kartal di Gorontalo sangat tinggi terutama pada periode perayaan hari besar dan akhir tahun. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

59 5.2 PERKEMBANGAN KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp321,58 miliar dengan pertumbuhan sebesar 19,81% (y.o.y). Adapun jumlah warkat sebanyak lembar dengan pertumbuhan sebesar 31,11% (y.o.y). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2009 sebesar Rp5,36 miliar atau tumbuh 19,18% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah transaksi kliring seiring dengan perbaikan kinerja sektor perdagangan pada triwulan IV Grafik 5.3 Perputaran kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari Sumber : Bank Indonesia Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,96% pada triwulan III-2009 menjadi 0,55% pada triwulan IV Meningkatnya transaksi kliring yang diikuti oleh penurunan rasio penolakan kliring seiring dengan bergairahnya sektor perdagangan pada triwulan laporan. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan akan diiringi dengan peningkatan transaksi perdagangan melalui kliring. Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo Sumber : Bank Indonesia 42 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

60 BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang meningkat.pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi Pengangguran Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja Bekerja Tidak Bekerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,50 62,40 66,40 63,77 Tingkat Pengangguran Terbuka 7,04 5,65 5,06 5,89 Sumber : BPS Prov. Gorontalo Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi Gorontalo yaitu orang (Agustus 2009) atau 40,89 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut menurun 6,53% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga semakin banyak jumlah tenaga kerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor tersebut. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan (17,42%) dan sektor perdagangan sebesar 16,47%. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 13,07% dan 16,28% dibandingkan bulan Agustus Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

61 Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009 Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Pertanian Industri Perdagangan Angkutan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Total Kemiskinan Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2009 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Kemiskinan Gorontalo masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2009 sebesar Rp per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007 yang tercatat sebesar Rp perkapita per bulan. Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) Provinsi Gorontalo 29,05 29,13 27,35 24,88 25,01 Sulawesi Utara 9,34 11,54 11,42 10,1 9,79 Sulawesi Tengah 21,8 23,63 22,42 20,75 18,98 Sulawesi Selatan 14,98 14,57 14,11 13,34 12,31 Sulawesi Tenggara 21,45 23,37 21,33 19,53 18,93 Sulawesi Barat 20,74 19,03 16,73 15,29 Nasional 16,69 17,75 16,58 15,42 14,15 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturutturut Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato (29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil berada di Kota Gorontalo yaitu sebesar orang dengan persentase sebesar 8,11%. Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal, 44 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

62 penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan. Tabel 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 6.3. Rasio Gini Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas IPM (Index Pembangunan Manusia) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil. Tabel 6.5. Rasio Gini Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

63 Tabel 6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun 2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional, sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24. Tabel 6.7. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan 15 kecamatan ber-ipm terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-ipm terendah antara lain : - Kab. Gorontalo : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa - Kab. Boalemo : Kec. Wonosari dan Botumoito - Kab. Pohuwato : Kec. Patilanggio, Taluditi, dan Paguat - Kab. Bone Bolango : Kec. Tapa - Kab. Gorontalo Utara : Kec Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang 46 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

64 BAB 7 : OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1 OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL Outlook Tahunan Perkembangan ekonomi Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh 7,15 7,65% (y.o.y) lebih baik dibandingkan tahun Beberapa karakter fundamental ekonomi daerah diperkirakan mampu mendukung capaian dimaksud. Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Dalam menganalisis prospek ekonomi Gorontalo tahun 2010 setidaknya terdapat tujuh karakter fundamental ekonomi yang menjadi pertimbangan. 1. Pendapatan Faktor konsumsi masyarakat diperkirakan masih optimis. UMP tahun 2010 bertambah dari Rp menjadi Rp , sementara itu gaji pegawai diperkirakan meningkat sebesar 5%. Perbaikan kondisi pertanian pada 2010 diharapkan mampu mendorong peningkatan NTP petani secara umum sehingga mempengaruhi peningkatan daya beli masyarakat. 2. Produksi pertanian Produksi pertanian Gorontalo diperkirakan mampu tumbuh lebih baik seiring kondisi cuaca dan langkah-langkah pemerintah daerah. Sasaran produksi pertanian yang ditetapkan Dinas Pertanian untuk komoditas jagung untuk tahun sebesar ton. Apabila sasaran dimaksud tercapai terjadi pertumbuhan produksi jagung sebesar 46% jauh lebih tinggi dibandingkan kontraksi produksi jagung tahun 2009 yang mencapai 20,47%. Pertumbuhan produksi sektor pertanian juga bertumpu pada produksi rica, sasaran produksi rica yang ditetapkan sebesar ton (tumbuh 49,41%). Pertumbuhan produksi pertanian diharapkan meningkat pada triwulan II-2010 mengingat pertanaman mulai bulan Desember 2009 sudah kembali normal, sementara kondisi triwulan I-2010 masih terpengaruh dampak lanjutan musim kering karena pertanaman untuk produksi panen ditriwulan tersebut dilakukan di bulan September- November Musrebangda Dinas Pertanian bulan Maret Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

65 3. Pembiayaan investasi Pemerintah dan Perbankan Pembiayaan ekonomi yang bersumber dari dana APBD mengalami penurunan. Dana DIPA yang telah disetujui pada tahun 2010 sebesar Rp 3,945 Triliun, lebih rendah dibandingkan dana DIPA Tahun 2009 sebesar Rp 4,021 Triliun. Pembiayaan ekonomi daerah bertumpu pada peran perbankan dan swasta. Kebijakan moneter akomodatif yang diterapkan BI sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mampu mendorong suku bunga perbankan pada taraf wajar sehingga mampu meningkatkan penyaluran kredit. Proyeksi kredit Gorontalo tahun 2010 tumbuh sebesar 34% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit tahun 2009 seebsar 29%. Sementara itu pembiayaan investasi asing diperkirakan meningkat. Keseriusan beberapa investor asal Korea yang bergerak dalam produksi jagung diperkirakan mampu mendorong investasi lebih baik dibandingkan tahun Kondisi infrastruktur dan energi Komitmen Pemda dalam hal perbaikan infrastruktur dan energi nampak dalam proyekproyek yang saat ini telah dikerjakan dan dijadwalkan selesai tahun Beberapa proyek tersebut antara lain : Proyek pembangunan energi yang akan dilaksanakan tahun 2010 meliputi PLTU Anggrek, PLTU Molotabu, Pembangunan Gardu Induk baru (Anggrek, Paguat, Isimu, Boluontala) Sementara itu proyek Infrastruktur meliputi pembangunan dermaga III kota Gorontalo, pelabuhan Anggrek, embarkasi haji Jalaluddin, Proyek banjir kanal Tamalate, bendungan Paguyaman, dan Jalan Gorontlao by pass. 5. Koordinasi antara Provinsi dan Kabupaten/Kota Komitmen pemerintah daerah untuk menjaga keselarasan koordinasi Pemprov dengan Pemkab/Pemkot diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Upaya positif telah ditempuh Gubernur Gorontalo dengan mengadakan safari keliling kepada Bupati/Walikota di Gorontalo untuk mengkomunikasikan kesamaan visi dan persepsi dalam membangun Gorontalo kedepan. 6. Situasi politik daerah Pelaksanaan PILKADA pada 3 (tiga) kabupaten di Gorontalo (Kab. Bone Bolango, Kab. Gorontalo, Kab. Pohuwato) diharapkan berjalan dengan kondusif sehingga mampu mendorong stabilitas politik dan ekonomi di daerah. Terkait pemilihan dimaksud, diperkirakan membawa efek positif bagi perkembangan kegiatan konsumsi terutama di tiga wilayah dimaksud. 7. Validitas data Upaya perbaikan database ekonomi mendesak dilakukan. Hal ini dalam mendukung analisis kebijakan tepat sasaran. 48 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

66 Sementara itu faktor resiko turut membayangi optimisme pertumbuhan tahun Faktor resiko dimaksud ditampilkan dalam tabel berikut : UPSIDE RISK Realisasi kenaikan gaji pegawai dan UMP Dampak Elnino 2010 dapat diminimalisir oleh teknologi pertanian yang dimiliki saat ini Peluang ACFTA 2010 dapat dimanfaatkan Kebijakan investasi mampu menarik investor baru Kebijakan moneter ekspansif mendorong pertumbuhan kredit Ketersediaan infrastruktur dan energi yang mendukung investasi Koordinasi antar Provinsi & Kab/Kota berjalan dengan baik Kondisi politik pasca pergantian Gubernur dan pelaksanaan Pilkada kabupaten berjalan kondusif. Permasalahan distribusi dan distorsi pasar dapat diminimalisir Validitas data semakin baik DOWNSIDE RISK Terhambatnya realisasi kenaikan gaji pegawai dan UMP Dampak Elnino 2010 kurang dapat diminimalisir oleh teknologi pertanian yang dimiliki saat ini ACFTA 2010 menjadi terkendala Kebijakan investasi belum mampu menarik investor baru Kebijakan moneter kontraktif menekan laju pertumbuhan kredit Ketersediaan infrastruktur dan energi masih terkendala Koordinasi antar Provinsi & Kab/Kota belum berjalan optimal Kondisi politik pasca pergantian Gubernur dan pelaksanaan Pilkada kabupaten tidak berjalan kondusif. Permasalahan distribusi dan distorsi pasar masih menjadi kendala Validitas data masih memerlukan perbaikan Outlook Triwulanan Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2010 diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I Ekonomi Gorontalo diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,90-7,40% (y.o.y). Disisi sektoral produksi pertanian selama triwulan I-2010 masih terpengaruh dampak lanjutan musim kering 2009 terkait kondisi pertanaman bulan September-November 2009 sehingga mempengaruhi produksi bulan Januari-Februari Disisi permintaan, konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan melambat sementara konsumsi swasta diperkirakan mampu meredam sedikit perlambatan seiring dengan peningkatan UMP dan belanja pegawai pada awal bulan Januari Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

67 Grafik 7.3 Perkiraan Perkembangan Kegiatan Usaha Sumber : SKDU, Bank Indonesia Hasil survei kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2009 mengindikasikan bahwa sektor dunia usaha masih optimis terjadi peningkatan pada triwulan I-2010 namun dengan magnitude yang lebih rendah dibandingkan kondisi triwulan I Pada sektor pertanian, produksi jagung triwulan I-2010 masih terpengaruh oleh pertanaman benih bulan September-November 2009 dimana pada periode tersebut terjadi kekeringan di Gorontalo. Data sementara dari dinas pertanian menyebutkan bahwa produksi pertanian jagung pada subround 1 tahun 2010 diperkirakan sebesar ton, lebih rendah dibandingkan realisasi produksi jagung subround 1 tahun 2009 sebesar ton. Sementara itu perkiraan dinas pertanian untuk tanaman palawija (kacang tanah, kedelai, kacang hijau) dan pertanian padi diperkirakan meningkat pada triwulan I Kinerja sektor angkutan khususnya sub sektor angkutan udara dan angkutan darat diperkirakan tumbuh optimis. Pada bulan Januari 2009 maskapai penerbangan Wings Air membuka rute penerbangan baru yang melayani Gorontalo Manado Denpasar dengan jadwal penerbangan setiap hari sehingga arus penumpang dari Gorontalo ke Manado atau sebaliknya diperkirakan akan semakin meningkat. Pada sub sektor angkutan darat, pengoperasian Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM) untuk kawasan kota Gorontalo pada triwulan I-2010 diperkirakan akan meningkatkan arus penumpang transportasi darat dari dan menuju kota. Sementara itu jumlah hari libur pada triwulan I-2010 lebih banyak dibandingkan libur triwulan I-2009, kondisi ini menjadi salah satu moment pendorong kegiatan masyarakat dalam berwisata. Disisi permintaan, kinerja konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan masih melambat pada triwulan I Kinerja ekspor menurun seiring dengan produksi jagung triwulan I-2010 yang belum membaik, sementara alternatif produk ekspor lain belum ada. Jagung masih menjadi komoditas utama dengan kontribusi sebesar 60% dari keseluruhan ekspor Gorontalo. Sementara itu kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan melambat. Total pengeluaran belanja langsung pemerintah provinsi/kabupaten/kota mencapai Rp 1,3 Triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 1,45 Triliun. 50 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

68 7.2 OUTLOOK INFLASI Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat mendorong inflasi triwulan I-2010 berkisar % (y.o.y). Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%) Sumber: Proyeksi KBI Gorontalo.02 07:01 07:07 08:01 08:07 09:01 09:07 10:01 INFLASI_YOY Meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong tekanan harga pada triwulan I Rencana kebijakan kenaikan harga UMP dan peningkatan gaji pegawai negeri akan memperkuat daya beli masyarakat. Sementara, penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal (output gap positif) mendorong tekanan inflasi ke depan. Ancaman melemahnya sisi produksi ditengah Badai El-Nino juga patut mendapat perhatian. Kurangnya produksi dapat menyurutkan pasokan kebutuhan masyarakat sehingga harga akan meningkat. Sedangkan pengaruh kebijakan penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih mempengaruhi pelemahan tekanan harga terutama pada sub-kelompok transportasi. Ekspektasi konsumsi diperkirakan masih cukup tinggi untuk mendorong kenaikan inflasi pada triwulan I Survei Konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen ke depan menunjukkan optimisme yang tercermin dari IEK sebesar 151,29. Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang berada pada level optimis dengan nilai indeks sebesar 150,83, sementara indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang berada pada posisi optimis sebesar 155,08. Sedangkan indeks kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang berada pada posisi optimis sebesar 147,96. 3 Grafik 7.5 : Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 2 Sumber data diperoleh dari BPS Provinsi Gorontalo, diolah dengan metode ARIMA Airline Model adjusted with oil price shock. 3 Indeks = 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga akan tetap/stabil, indeks > 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga akan meningkat, dan indeks < 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga menurun Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV

69 7.3 PROSPEK PERBANKAN Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat pada triwulan-i Meningkatnya pendapatan akan berdampak pada peningkatan jumlah tabungan masyarakat. Sementara, Perbankan Gorontalo diperkirakan terus meningkatkan kinerjanya terutama dalam menghimpun dana pihak ketiga. Hasil Survei Konsumen pada Desember 2009 menunjukkan adanya optimisme pada peningkatan jumlah tabungan 6 bulan yang akan datang, ditunjukkan dengan kenaikan indeks sebesar poin dibandingkan periode survei sebelumnya. Grafik 7.6: Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan) Tabungan dan Ekspektasi Tabungan 6 Bulan Kedepan Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo Hasil identifikasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2010 menunjukkan bahwa Perbankan Gorontalo optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 15 30%. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan dan konsumsi masih menjadi fokus utama dalam protofolio kredit di Gorontalo. Adapun strategi penyaluran kredit kedepan adalah memperkuat analisa perbankan yang meliputi character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy (5C). Dengan penerapan 5C yang lebih baik diharapakan terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas kredit di Gorontalo. 52 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2009 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo.

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian periode triwulan II-2009

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan I-2012 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Penghimpunan pendapatan dan penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo selama triwulan laporan meningkat secara nominal, namun dilihat dari persentase

Lebih terperinci

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan IV-2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor sektor yang berkontribusi dalam triwulan laporan antara lain : pertanian,

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan II-2010 mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II-2009 sebesar 45,63%, sementara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2010 mencapai 60,94%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III-2009 sebesar 57,85%, realisasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV 2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Manado, 31 Juli 2008 BANK INDONESIA MANADO. Jeffrey Kairupan Pemimpin

Kata Pengantar. Manado, 31 Juli 2008 BANK INDONESIA MANADO. Jeffrey Kairupan Pemimpin Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah- Nya sehingga penyusunan Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan

Lebih terperinci