ANALISIS KESTABILAN MODEL RANTAI MAKANAN TIGA SPESIES DENGAN MANIFOLD PUSAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESTABILAN MODEL RANTAI MAKANAN TIGA SPESIES DENGAN MANIFOLD PUSAT"

Transkripsi

1 ANALISIS KESTABILAN MODEL RANTAI MAKANAN TIGA SPESIES DENGAN MANIFOLD PUSAT Oleh: Novi Oktaria Ekawati G545 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 6

2 ABSTRAK NOVI OKTARIA EKAWATI. Analisis Kestabilan Model Rantai Makanan Tiga Spesies dengan Maniold Pusat. Dibimbing oleh PAIAN SIANTURI dan ALI KUSNANTO. Interaksi antar spesies yang terjadi dalam suatu ekosistem dapat menyebabkan keadaan populasi suatu spesies berubah. Interaksi tersebut dapat memberikan dampak positi, negati, atau bahkan tidak berpengaruh terhadap spesies -spesies yang berinteraksi. Untuk mengetahui keadaan populasi suatu spesies dalam ekosistem dilaku kan analisis kestabilan dan pengamatan terhadap perilaku dinamika populasinya. Dari proses pemangsaan yang dibahas dalam tulisan ini diperoleh suatu model matematika sederhana yang merupakan sistem persamaan dierensial tak linear melibatkan tiga komponen spesies pada suatu rantai makanan. Model tersebut terdiri dari tiga populasi spesies pada tiga level yang berbeda, yaitu spesies x pada level pertama, spesies y pada level kedua, dan spesies z pada level paling atas. Analisis kestabilan dilakukan dengan menentukan titik tetapnya terlebih dahulu sebagai kondisi keseimbangan dari sistemnya, kemudian dengan menggunakan Teorema Maniold Pusat akan dianalisis dinamika di sekitar keseimbangan dari suatu sistem tak linear. Untuk kestabilan T diperoleh maniold tak stabil -dimensi yang bersinggungan dengan subruang tak stabil pada sumbu x, kemudian terdapat maniold stabil -dimensi yang invarian bersinggungan dengan subruang stabil pada bidang-yz. Sedangkan untuk kestabilan T diperoleh maniold pusat -dimensi yang invarian bersinggungan dengan subruang pusat pada bidang-xy. Orbit kestabilan populasi untuk ketiga spesies digambarkan dengan menggunakan penyelesaian secara numerik sehingga dapat diamati perubahan dinamika populasinya terhadap perilaku parameter yang berbeda, yaitu pada kasus ag = b, ag > b, dan ag < b. Dengan demikian dapat diprediksikan kondisi yang dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan pertumbuhan populasi pada suatu spesies.

3 ANALISIS KESTABILAN MODEL RANTAI MAKANAN TIGA SPESIES DENGAN MANIFOLD PUSAT Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh: Novi Oktaria Ekawati G545 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 6

4 3 Judul Nama NRP : Analisis Kestabilan Model Rantai Makanan Tiga Spesies dengan Maniold Pusat : Novi Oktaria Ekawati : G545 Menyetujui : Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Paian Sianturi Drs. Ali Kusnanto, M.Si NIP NIP Mengetahui : Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS NIP Tanggal Lulus :

5 4 Kupersembahkan karya kecil ini untuk kedua orangtuaku, adikadikku, dan semua orang yang kusayangi... Tidak ada pelaut ulung yang dilahirkan dari samudera yang tenang, tapi ia akan dilahirkan dari samudera yang penuh terpaan badai, gelombang, dan topan. ( D Farhan Aulawi ) RIWAYAT HIDUP

6 5 Penulis dilahirkan di Sleman pada tanggal 8 Oktober 984 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dengan ayah HM Sujasman dan ibu Hj. Siti Maru ah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Perwira Bakti Bekasi pada tahun 995. Pendidikan menengah tingkat pertama dilalui di SMP Negeri Bekasi pada tahun 998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri Bekasi dengan jurusan IPA hingga tahun. Pada tahun, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswi di Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis akti di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai pengurus departemen Humaniora Himpunan Proesi Gumatika periode /3. PRAKATA

7 6 Alhamdulillahirabbil aalamin. Teruntai rasa syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulisan skripsi ini merupakan syarat bagi kelulusan sebagai Sarjana Sains pada Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Kestabilan Model Rantai Makanan Tiga Spesies dengan Maniold Pusat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ilmiah ini, diantaranya Bapak Dr. Paian Sianturi dan Bapak Drs. Ali Kusnanto, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Dra. Annis Diniati, M.Si selaku penguji. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Dwichandra Eka Prasetya; Mba Yessie Widya Sari, M.Si; Kak Cecep, S.Si; dan Mba Yoanita, S.Si; atas diskusi-diskusi berharga yang berkaitan dengan karya ilmiah ini, serta seluruh dosen dan sta di lingkungan Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Ungkapan terima kasih yang terdalam dihaturkan kepada Papa dan Mama atas segala do a, kasih sayang, dan keikhlasannya yang tiada pamrih, adik-adikku Naning dan Zella atas segala keceriaan dan canda tawanya, serta kepada Asih Irianto atas segala do a, nasihat, dorongan semangat, dan kasih sayangnya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Eka, Mona, dan Gresi yang telah menjadi sahabat terbaikku di saat suka maupun duka. Terima kasih kepada seluruh rekan rekan Matematika 38 (khususnya Eva, Nanik, Reni, Saidah, Nia, Hawa, Feidy, Niken) untuk semua bantuan dan kebersamaan selama menjalani hari-hari berat penyelesaian tugas akhir. Terima kasih kepada Is dad, Rodih, dan Ike yang telah bersedia membantu sebagai pembahas pada seminar tugas akhir penulis. Terima kasih juga untuk semua kakak-kakak kelas angkatan 35, 36, 37 dan adik-adik kelas angkatan 39, 4, dan 4 atas kebersamaannya selama ini. Tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada Keluarga Besar Madela (Kak Yana, Iecka, Qqonk, Tyas dan adik adikku: Lusi, Mita, Lisa, Yanah, Viny, Rini, Ade, dan Rinceu) atas canda tawa dan semangat yang diberikan kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat berm anaat bagi kita semua. Bogor, Februari 6 Novi Oktaria Ekawati DAFTAR ISI

8 7 DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang... Tujuan... LANDASAN TEORI... PEMBAHASAN Model... 4 Titik Tetap... 6 Analisis Kestabilan Titik Tetap... 6 Kestabilan Titik Tetap T... 6 Kestabilan Titik Tetap T... 8 Kasus ag = b... 8 Kasus ag > b... Kasus ag < b... SIMPULAN... 4 DAFTAR PUSTAKA... 5 LAMPIRAN... 6 vi vi DAFTAR GAMBAR Halaman

9 8 Arah aliran maniold... 3 Skema model mangsa-pemangsa pada rantai makanan tiga spesies Kurva solusi untuk maniold tak stabil Kurva solusi untuk maniold stabil Orbit kestabilan pada bidang-xy untuk kasus ag = b Orbit kestabilan pada bidang-xz untuk kasus ag = b Orbit kestabilan pada bidang-yz untuk kasus ag = b Dinamika populasi tiga spesies untuk kasus ag = b... 9 Orbit kestabilan pada bidang-xy untuk kasus ag > b... Orbit kestabilan pada bidang-xz untuk kasus ag > b... Orbit kestabilan pada bidang-yz untuk kasus ag > b... Dinamika populasi tiga spesies untuk kasus ag > b... 3 Orbit kestabilan pada bidang-xy untuk kasus ag < b... 4 Orbit kestabilan pada bidang-xz untuk kasus ag < b... 5 Orbit kestabilan pada bidang-yz untuk kasus ag < b... 6 Dinamika populasi tiga spesies untuk kasus ag < b... 3 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Program untuk menganalisis kestabilan titik tetap... 6 Program untuk memperoleh kurva solusi untuk menggambarkan maniold Program untuk memperoleh graik orbit populasi Program untuk memperoleh graik dinamika populasi... I. Latar Belakang I. PENDAHULUAN

10 9 Pada umumnya, dalam kehidupan nyata terdapat interaksi antar spesies dalam suatu ekosistem, sehingga keadaan populasi suatu spesies akan berbeda tanpa hadirnya spesies - spesies lain yang berinteraksi. Interaksi antar spesies tersebut dapat memberikan dampak positi, negati, atau bahkan tidak berpengaruh bagi spesies-spesies yang berinteraksi. Model interaksi pemangsaan atau model mangsapemangsa sederhana yang telah banyak dikenal adalah model Lotka-Volterra. Salah satu contoh interaksi antar spesies yang dapat memberikan pengaruh terhadap spesies-spesiesnya adalah model rantai makanan. Tulisan ini akan membahas tentang proses pemangsaan dalam suatu rantai makanan tiga spesies dengan mengambil ekosistem sederhana. Rantai makanan merupakan kelompok organisme yang disusun menurut urutan tertentu untuk memperlihatkan bagaimana organisme mendapatkan makanan dan energi dari organisme sebelumnya, kemudian organisme tersebut dimakan sebagai sumber energi bagi organisme sesudahnya. Dalam suatu rantai makanan biasanya terdapat tiga atau empat organisme. Organisme pertama adalah tumbuhan yang memperoleh makanan dari senyawa-senyawa anorganik. Organisme kedua adalah organisme pemakan tumbuhan, atau disebut juga herbivora. Sedangkan organisme ketiga adalah organisme pemakan herbivora, atau disebut juga karnivora. Kemudian organisme keempat adalah karnivora pemakan karnivora lain yang lebih kecil. Salah satu contoh rantai makanan adalah: rumput insekta burung-ular. Dari proses pemangsaan yang dibahas dalam tulisan ini, akan ditinjau suatu model matematika sederhana yang melibatkan tiga komponen pada suatu rantai makanan. Model mangsa-pemangsa yang dibahas adalah model interaksi pemangsaan antar tiga spesies dalam suatu rantai makanan. Model tersebut terdiri dari tiga level spesies, yaitu spesies x pada level pertama berperan sebagai mangsa bagi spesies y pada level berikutnya, spesies y ini bertindak sebagai pemangsa terhadap spesies x namun juga berperan sebagai mangsa bagi spesies z, sedangkan spesies z pada level paling atas bertindak sebagai pemangsa terhadap spesies y. Pembahasan mengenai penentuan kestabilan titik tetap diperoleh dengan melihat nilai eigen dan vektor eigennya. Penelitianpenelitian sebelumnya mengenai analisis kestabilan pada model mangsa-pemangsa menggunakan kriteria Routh-Hurwitz, yaitu menganalisis terlebih dahulu nilai-nilai parameter agar sistemnya stabil. Namun analisis kestabilan populasi tiga spesies pada model rantai makanan ini dilakukan dengan menggunakan Teorema Maniold Pusat. Teorema Maniold Pusat ini merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dinamika disekitar keseimbangan dari suatu sistem tak linear. Sedangkan untuk menggambarkan orbit kestabilan dan perubahan dinamika populasi dilakukan dengan menggunakan sotware Mathematica dengan program tambahan yang dapat didownload dari yaitu program DynPac. I. Tujuan Dalam tulisan ini akan dianalisis kestabilan populasi tiga spesies dari model rantai makanan serta menggambarkan orbit kestabilan dan perubahan dinamika populasi untuk perilaku parameter yang berbeda. Model matematika yang diperoleh dari proses pemangsaan pada suatu rantai makanan II. LANDASAN TEORI berupa sistem persamaan dierensial orde pertama [Chauvet, ]. Sebelum membahas

11 mengenai masalah model matematikanya, terlebih dahulu akan dibahas teori dasar sistem persamaan dierensial dan masalah kestabilannya. Misalkan diberikan suatu sistem persamaan dierensial orde pertama: dx = x& = m( x, y), dy = y & = n( x, y), () Jika ungsi m dan n kontinu bernilai real dari x dan y, dengan laju perubahan x dan y dinyatakan dengan ungsi dari x dan y sendiri serta tidak berubah terhadap waktu, maka sistem persamaan () dapat dinyatakan sebagai sistem persamaan dierensial mandiri. Sedangkan jika sistem tersebut berubah terhadap waktu maka disebut dengan sistem dinamik. Selanjutnya akan dibahas kestabilan disekitar titik tetap dari suatu sistem dinamik. Misalkan diberikan sistem persamaan dierensial (SPD) berikut dx n = x & = m( x), x R. () Suatu titik x = a yang memenuhi m ( a) = disebut titik keseimbangan atau titik tetap dari sistem () [Tu, 994]. Misalkan x* adalah titik tetap dari sistem dinamik (), dan x(t) merupakan solusi dari sistem tersebut dengan nilai awal x()=x dengan x x*. Maka titik x* dikatakan sebagai titik tetap stabil jika untuk setiap e >, terdapat r > sehingga apabila titik awal di x memenuhi x - x* < r, maka solusi x(t) memenuhi x(t) - x* < e, untuk setiap t >. Sedangkan titik x* dikatakan sebagai titik tetap tak stabil jika untuk setiap e >, terdapat r > sehingga apabila titik awal di x memenuhi x - x* < r, maka solusi x(t) memenuhi x(t) - x* = e, untuk setiap t > [Verhulst, 99]. Sistem persamaan dierensial tak linear sulit dicari solusinya. Untuk itu dilakukan pelinearan unt uk melihat perilaku solusi di sekitar titik tetapnya. Pelinearan pada sistem persamaan dierensial () dengan menggunakan perluasan deret Taylor dari m ( x) pada titik-titik tetapnya, diperoleh x = Ax + ϕ( x) dengan A = Dm( x) * &, (3) x = x m x = M m n x dan ungsi ( x) L O L m xn M m n x n x= x* (4) ϕ memenuhi lim ϕ ( ) = x x. Selanjutnya Ax pada persamaan (3) disebut pelinearan sistem tak linear dalam bentuk x& Ax. (5) Untuk menganalisis kestabilan di sekitar titik tetap dilakukan pengamatan terhadap nilai eigen dan vektor eigen. Oleh karena itu, untuk selanjutnya akan dibahas mengenai penentuan nilai eigen. Misalkan diberikan suatu matriks koeisien A berukuran n x n. Skalar? disebut sebagai suatu nilai eigen atau nilai karakteristik (characteristic value) dari matriks A jika terdapat suatu vektor tak nol x, sehingga Ax = λx. (6) Vektor x disebut vektor eige n dari matriks A. Matriks A disebut juga sebagai matriks Jacobi yang dideinisikan pada persamaan (4). Untuk memperoleh nilai eigen λ dari matriks A, maka persamaan (6) dapat ditulis sebagai ( I) x =, A λ (7) dengan I matriks identitas. Persamaan (7) mempunyai solusi tak nol jika dan hanya jika ( ) = det ( A λi ) = A λi = p λ. (8) Persamaan diatas disebut persamaan karakteristik dari matriks A. Secara umum kestabilan suatu titik tetap didasarkan pada kriteria berikut: ) Stabil, jika a. Re ( ) < λ i untuk setiap i. b. Terdapat Re ( ) = λ i untuk sebarang i Re λ < untuk setiap i j. dan ( ) j ) Tak stabil, jika terdapat paling sedikit satu i dimana Re ( λ i ) > [Grimshaw, 99]. Oleh karena sistem persamaan dierensial tak linear sulit dicari solusinya, sehingga dilakukan pelinearan untuk melihat perilaku solusi di sekitar titik tetapnya dengan menggambarkan bidang asenya. Misalkan bentuk umum dari medan arah bidang ase adalah x& = m ( x, x ), (9) x& = m ( x, x ),

12 dengan m dan m adalah ungsi yang diberikan. Sistem ini dapat dituliskan kembali secara ringkas dalam notasi vektor x = m( x) dengan x = ( x, x ) dan m( x) = ( m ( x) m ( x) ), &, (), x mewakili suatu titik pada bidang ase, dan x& merupakan vektor kecepatan pada titik tersebut. Dari aliran sepanjang medan arah, jejak-jejak titik ase mengikuti suatu solusi x(t) dan sesuai dengan lintasan yang melingkar melalui bidang ase. Selanjutnya, keseluruhan bidang dipenuhi dengan lintasanlintasan pada saat tiap titik memenuhi kondisi awal [Strogatz, 994]. Untuk sistem tak linear dengan dimensi tinggi, tidak lagi mudah untuk menggambarkan diagram ase dari sistemnya. Berikut akan dijelaskan mengenai aliran bidang ase pada sistem dengan dimensi tinggi. Misalkan diberikan persamaan dierensial x & = m( x). Sistem yang telah dilinearkan x & = Ax untuk ( ) At x( t, x ) = e x. Jadi x = x mempunyai solusi At e mendeinisikan suatu arah aliran φ t di R n yang disebabkan oleh medan arah Ax di R n. Himpunan dari semua solusi untuk x & = Ax terletak pada subruang linear yang direntang oleh vektor eigen: (i) subruang stabil E s span { v, v, K, v } n (ii) subruang takstabil E u span { u, u, K, u n } (iii) subruang pusat E c span { w, w, K, w } n dengan E s, E u, E c secara berurutan adalah subruang yang direntang oleh vektor eigen stabil sebanyak n s yang bersesuaian dengan nilai eigen sebanyak n s yang bernilai negati pada bagian realnya; vektor eigen sebanyak n u yang bersesuaian dengan nilai eigen sebanyak n u yang bernilai positi pada bagian realnya; dan vektor eigen sebanyak n c yang bersesuaian dengan nilai eigen sebanyak n c yang bernilai nol pada bagian realnya. Dengan demikian, n + n + n n [Tu, 994]. s u c = Salah satu metode yang dapat digunakan dalam analisis kestabilan suatu populasi adalah metode Maniold Pusat. Secara umum metode ini memisahkan perilaku asimtot yang rumit dengan menempatkan suatu maniold yang invarian terhadap garis singgung pada subruang yang direntang oleh ruang eigen dari nilai eigen yang bersesuaian. Untuk menjelaskan masalah maniold ini, perhatikan dua teorema berikut: Teorema Maniold Stabil Misalkan E merupakan himpunan bagian terbuka dari R n, dan C ( E) yaitu ungsi kontinu pada ruang yang terdierens ialkan pertama, kemudian misalkan φ t merupakan aliran dari sistem taklinear. Misalkan bahwa () = dan D() mempunyai k nilai eigen yang bagian realnya bernilai negati dan n-k nilai eigen yang bagian realnya bernilai positi. Maka terdapat suatu maniold S k- dimensi yang terdierensialkan dan bersinggungan dengan subruang stabil E s dari sistem linear pada, sehingga untuk setiap x S, t, ( S) S φ t dan untuk setiap ( x ) lim φ = t t ; dan terdapat suatu maniold U (n-k)-dimensi yang terdierensialkan dan bersinggungan dengan subruang tak stabil E dari sistem linear pada, sehingga untuk setiap t, ( U ) U φ t dan untuk setiap x U ( x ) u, lim φ t t =. [Perko, 99] Teorema Maniold Pusat Misalkan C r (E) dengan E merupakan himpunan bagian terbuka dari R n yang memuat r. Misalkan () = dan D() mempunyai k nilai eigen yang bagian realnya bernilai negati, j nilai eigen yang bagian realnya bernilai positi, dan m=n-k-j nilai eigen yang bagian realnya bernilai nol. Maka terdapat suatu maniold pusat W c () m-dimensi dari C r yang bersinggungan dengan subruang pusat E c dari sistemnya di yang invarian pada aliran solusi φ t. [Perko, 99] Berikut ini merupakan ilustrasi dari maniold beserta arah alirannya yang diproyeksikan dalan suatu ruang dimensi tiga, terdiri dari ilustrasi maniold stabil, maniold tak stabil, dan maniold pusat.

13 Gambar. Arah aliran maniold [Guckenheimer/Holmes, 983] Untuk melihat arah aliran dari suatu kurva solusi yang dapat mengilustrasikan suatu maniold, dapat digunakan suatu teorema dasar kalkulus yaitu sebagai berikut: Teorema Kemonotonan Andaikan m kontinu pada selang L dan dapat terdierensialkan pada setiap titik dalam dari L. (i). Jika m (x)> untuk semua titik di dalam x dari L, maka m naik pada L. (ii). Jika m (x)< untuk sem ua titik di dalam x dari L, maka m turun pada L [Purcell, 995]. Pada bidang koordinat akan diperlihatkan bahwa setiap bidang pada koordinat adalah invarian terhadap persamaan dierensialnya. Secara umum, suatu permukaan S adalah invarian terhadap suatu sistem persamaan dierensial jika setiap solusi yang ada pada S tidak keluar dari S. Siat -siat dari invarian bidang koordinat sesuai dengan pemikiran secara biologis, karena jika beberapa spesies punah maka tidak akan muncul kembali. Pada beberapa buku, permukaan invarian S sering diberikan sebagai level himpunan dari suatu ungsi G ( x y, z) u E,, yang dinyatakan dengan suatu integral pertama dari sistem persamaan dierensialnya. Teorema Andaikan S merupakan suatu permukaan tertutup yang rata tanpa batas di R 3 dan W u dx = m( x, y, z), dy = n( x, y, z), s E W c W s c E dz = h( x, y, z), () dengan m, n, dan h terdierensialkan. Misalkan bahwa n adalah suatu vektor normal terhadap permukaan S pada ( x y, z) untuk setiap ( x y, z) S,, dan, diperoleh bahwa dx dy dz n,, =. Maka S merupakan invarian terhadap sistem persamaan () [Chauvet, ]. Analisis kestabilan di sekitar titik tetap dari sistem persamaan dierensial pada model didasarkan pada nilai eigen dan vektor eigen. Nilai eigen yang dihasilkan dari matriks Jacobi J ( x, y, z ) memberikan inormasi tentang dinamika disekitar keseimbangan dari sistemnya. Jika semua nilai eigen yang diperoleh bernilai negati pada bagian realnya maka ( x, y, z ) bersiat stabil asimtot. Sedangkan jika setiap nilai eigen yang diperoleh bernilai positi pada bagian realnya maka ( x, y, z ) bersiat tak stabil asimtot. Teorema Maniold Pusat merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dinamika di sekitar titik tetap dari suatu sistem tak linear seperti pada kasus yang akan dibahas selanjutnya. Teorema Maniold Pusat menyatakan bahwa ada kaitan bila terjadi keseimbangan pada ( x, y, z ) maka terdapat himpunan invarian yang memuat ( x, y, z ), yaitu maniold stabil, maniold tak stabil, dan maniold pusat. Dimensi dari himpunan tersebut merupakan jumlah nilai eigen pada matriks jacobi J ( x, y, z ) yang dapat bernilai negati, positi, maupun bernilai nol pada bagian realnya. Selain itu, setiap maniold yang bersinggungan dengan bidang real direntang oleh vektor eigen yang bersesuaian dengan maniold. Pada maniold stabil semua trayektori membentang kearah titik tetap, sedangkan pada maniold tak stabil semua trayektori membentang menjauhi titik tetap [Chauvet, ].

14 3 III. PEMBAHASAN III. Model Model mangsa-pemangsa yang dibahas adalah modiikasi dari model Lotka-Volterra pada suatu rantai makanan yang terdiri dari tiga spesies, yaitu mangsa x pada level paling bawah dimangsa oleh pemangsa y diatasnya pada level kedua dan spesies y dimangsa oleh pemangsa z pada level paling atas. Contoh rantai makanan sederhana yang dibahas dalam tulisan ini adalah: tumbuhan-tikus-ular. Model mangsa-pemangsa klasik yang telah banyak dikenal adalah model Lotka-Volterra untuk dua spesies, yaitu dx = ax bxy, () dy = cy + dxy. (3) Sedangkan model rantai makanan tiga spesies yang akan dibahas dalam tulisan ini merupakan modiikasi dari model Lotka- Volterra diatas yang telah banyak dikenal. Untuk memperoleh model matematika dari rantai makanan tiga spesies ini, dilakukan modiikasi model diatas dengan menambah satu persamaan untuk populasi spesies ketiga dan mengkonstruksi beberapa asumsi. Pada suatu rantai makanan setiap spesies merupakan mangsa bagi spesies lain pada level diatasnya, dan minimum rantai makanan terdiri dari tiga spesies. Secara skematik, diagram ormulasi model rantai makanan tiga spesies dapat dilihat pada gambar. Misalkan x menyatakan banyaknya spesies sebagai mangsa di level pertama pada waktu t, y menyatakan banyaknya spesies sebagai pemangsa di level kedua pada waktu t, dan z menyatakan banyaknya spesies juga sebagai pemangsa di level paling atas pada waktu t. a b e x y z c d Gambar. Skema model mangsa-pemangsa pada rantai makanan tiga spesies g Berdasarkan gambar, perubahan laju populasi spesies x dipengaruhi oleh tingkat reproduksi yaitu laju pertumbuhan alami spesies tersebut. Kemudian terjadi proses pemangsaan terhadap spesies x oleh spesies y, sehingga eek yang ditimbulkan dari pemangsaan tersebut akan mempengaruhi laju populasi spesies x. Perubahan laju populasi spesies y dipengaruhi oleh laju kematian alami yang terjadi tanpa kehadiran spesies x sebagai mangsanya. Laju pemangsaan spesies y terhadap spesies x juga bergantung pada kontak atau bertemunya antara mangsa dan pemangsa. Kemudian terjadi proses pemangsaan terhadap spesies y oleh spesies z pada level paling atas, sehingga eek yang ditimbulkan dari pemangsaan tersebut juga akan mempengaruhi laju populasi spesies y. Sedangkan perubahan laju populasi spesies z dipengaruhi oleh laju kematian alami yang terjadi tanpa kehadiran spesies y sebagai mangsanya. Kemudian kontak atau peluang bertemunya spesies y dengan spesies z akan mempengaruhi laju pemangsaannya. Pada skema model di atas digunakan model inluence, garis putus-putus pada parameter d mengilustrasikan bahwa paramet er d yaitu laju penyebaran spesies y sebagai pemangsa bagi spesies x dipengaruhi oleh x dan y, karena parameter d dapat menunjang eisiensi pemangsaan dari spesies y terhadap spesies x. Model skema di atas mengilustrasikan bahwa dari spesies yang dimangsa pada level sebelumnya kemudian timbul eek yang dapat mempengaruhi pertumbuhan spesies pemangsa meningkat, misalnya mengakibatkan kesehatan bagi pemangsa sehingga berdampak positi bagi kelangsungan hidupnya. Konstruksi model matematika untuk rantai makanan tiga spesies ini menggunakan asumsi: (i) Laju pertumbuhan dari populasi mangsa sebanding dengan laju pertumbuhan alamiah. (ii) Laju pemangsaan proporsional dengan laju perjumpaan antara pemangsa dengan mangsa. (iii) Eisiensi pemangsaan tidak tergantung umur mangsa dan umur pemangsa. (iv) Kontak antara mangsa dan pemangsa berlangsung secara acak. Setiap individu mangsa memiliki peluang yang sama untuk dimangsa.

15 4 Dengan demikian model mangsapemangsa untuk rantai makanan tiga spesies dalam kasus ini dapat dimodelkan seperti pada model yang disusun oleh Chauvet, sebagai berikut: dx = ax bxy, (4) dy = cy + dxy eyz, (5) dz = z + gyz, (6) dengan a, b, c, d, e,, g >, {( x, y, z) x, y, z } R 3, x(t) : jumlah populasi spesies x pada level pertama, y(t) : jumlah populasi spesies y pada level kedua, z(t) : jumlah populasi spesies z pada level ketiga, a : laju pertumbuhan alami spesies x tanpa kehadiran spesies y, b : eek pemangsaan terhadap spesies x oleh spesies y, c : laju kematian alami spesies y tanpa kehadiran spesies x, d : laju penyebaran spesies y, e : eek pemangsaan terhadap spesies y oleh spesies z, : laju kematian alami spesies z, g : laju penyebaran spesies z. Selanjutnya akan diturunkan titik tetap untuk model (4), (5), dan (6) yang kemudian akan dibahas analisis kestabilan di sekitar titik tetap tersebut serta dinamika populasinya. Titik tetap yang telah diperoleh akan dilanjutkan dengan proses pelinearan, sehingga dari nilai eigen yang dihasilkan dapat dilakukan analisis kestabilan dengan menggunakan Teorema Maniold Pusat. Sedangkan untuk menggambarkan orbit kestabilan dan dinamika populasi yang terjadi pada model digunakan bantuan sotware Mathematica. III. Titik Tetap Analisis sistem persamaan dierensial sering digunakan untuk menentukan solusi yang tidak berubah terhadap waktu, yaitu untuk tiap dx / =, dy / =, dan dz / =. Titik tetap ( x y, z ), dari sistem persamaan (4), (5), dan (6) dapat diperoleh dx dy dengan menentukan =, =, dan dz =, sehingga menurut persamaan tersebut diperoleh: x a by =, (7) ( ) ( c + dx ez) = ( + gy) = y, (8) z. (9) Dari persamaan (7), (8), dan (9) diperoleh titik tetap sebagai berikut:,, T = ( ) T = c a,, d b c T 3 =,,. g e Untuk titik tetap T 3, terlihat bahwa z bernilai negati. Hal ini tidak bersesuaian dengan asumsi bahwa jumlah populasi pemangsa z pada level paling atas bernilai positi, sedangkan dalam kehidupan nyata populasi seperti ini tidak ditemukan. Sehingga titik tetap yang akan dibahas ada dua, yaitu T dan T. III.3 Analisis Kestabilan Titik Tetap Untuk melihat perilaku solusi di sekitar titik tetap, maka akan dilakukan pelinearan pada persamaan model yang merupakan persamaan dierensial tak linear. Misalkan sistem persamaan (4), (5), dan (6) dituliskan sebagai berikut: ( x, y, z) = ax bxy () g( x, y, z) = cy+ dxy eyz () h ( x, y, z) = z + gyz. () Dengan melakukan pelinearan pada sistem persamaan di atas, maka diperoleh matriks Jacobi: x y z a a a g g g 3 J = = a a a x y z 3 a a a h h h x y z (3) a by bx J = dy c + dx ez ey. gz + gy (4) Selanjutnya untuk menganalisis kestabilan pada masing-masing titik tetap akan

16 5 digunakan Teorema Maniold Pusat. Analisis ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan kriteria Routh-Hurwitz, yaitu menentukan nilai parameter berdasarkan kriteria yang ada agar sistemnya stabil. Namun untuk sistem pada kasus ini dari kriteria Routh-Hurwitz menghasilkan parameter yang tidak bersesuaian dengan asumsi awal, sehingga sistemnya dapat dikatakan cenderung tidak stabil. Untuk itu analisis ini akan dibahas dengan menggunakan metode Maniold. Kestabilan Titik Tetap T Pelinearan sistem persamaan dierensial pada titik tetap T = (,,) akan menghasilkan matriks Jacobi sebagai berikut: a J = c Untuk memperoleh nilai eigen, digunakan persamaan karakteristik: det (J? I) = a λ c λ λ c λ λ = ( a λ )( )( ) = sehingga diperoleh nilai eigen matriks J yaitu λ = a, λ = c, dan λ =. Karena a, c, >, maka λ >, λ <, dan λ 3 <. Agar titik tetap T bersiat stabil, maka ketiga nilai eigennya harus bernilai negati. Karena terdapat nilai eigen yang bagian realnya bernilai positi yaitu a, dapat disimpulkan bahwa T bukan titik tetap yang bersiat stabil asimtot. Menurut Teorema Maniold Pusat, nilai eigen positi ini memiliki maniold tak stabil -dimensi yang bersesuaian dengan nilai eigen tersebut dan menyinggung vektor (,,) pada titik tetap (,,). Kemudian terdapat maniold stabil -dimensi yang bersiat invarian bersesuaian dengan dua nilai eigen yang bernilai negati, yaitu permukaan invarian yang melalui (,,). Setiap solusi bergerak menuju titik tetap (,,) dan menyinggung bidang yang direntang vektor eigen (,,) dan (,,). Dari hasil analisis T eorema Maniold Pusat, kestabilan pada kondisi keseimbangan dapat diperoleh, yaitu maniold tak stabil -dimensi pada sumbu x dan maniold stabil -dimensi pada bidang-yz. Untuk menunjukkan maniold yang telah diperoleh, 3 maka diperlukan ilustrasi kurva solusi dari sistemnya sehingga dapat dilihat bentuk solusi dan arah alirannya. Untuk memperoleh kurva solusi pada sumbu x yang dapat menggambarkan maniold tak stabil, maka akan dimisalkan spesies y yaitu pemangsa pada level kedua bernilai nol ( y = ), sehingga sistem persamaan mangsapemangsa menjadi sebagai berikut : dx = ax dy = dz = z. Trayektori pada bidang-xz dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan dierensial terpisahkan berikut: dz dz dx z = =. dx ax Dengan mengintegralkan kedua ruas, yaitu ruas paling kiri dan ruas paling kanan diperoleh dz dx = z ax ln z e lnx a+ k = e x a z = k Sehingga diperoleh solusi : / a z = Kx dengan K = k Dengan mengambil contoh nilai parameter a =.8, =.8, dan nilai K yang bervariasi, maka diperoleh kurva solusi yang dapat menggambarkan maniold tak stabil. z T.5.5 x Gambar 3. Kurva solusi untuk maniold tak stabil

17 6 Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa kurva di atas mempunyai arah aliran menjauhi titik tetap T menuju sumbu x dari arah sumbu z. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurva tersebut bersiat tak stabil. Untuk memperoleh kurva solusi pada bidang-yz yang dapat menggambarkan maniold stabil, maka akan dimisalkan spesies x yaitu mangsa pada level paling bawah bernilai nol ( x = ), sehingga sistem persamaan mangsa-pemangsa menjadi sebagai berikut: dx = dy = cy eyz dz = z + gyz Trayektori pada bidang-yz dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan dierensial terpisahkan berikut: dz dz dy z( + gy) = = dy y( c ez ) Dengan mengintegralkan kedua ruas, yaitu ruas paling kiri dan ruas paling kanan diperoleh ( c ez ) ( + gy ) z dz = c ln z ez = ln y + gy + K dengan K merupakan kostanta pengintegral. Dari proses pengintegralan diatas diperoleh solusi yang merupakan ungsi implisit. Kemudian dengan mengambil contoh nilai parameter c =.8, e =.8, =.8, g =.8 dan nilai K yang bervariasi, maka diperoleh kurva solusi yang dapat menggambarkan maniold stabil. z z T Gambar 4. Kurva solusi untuk maniold stabil Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa kurva di atas mempunyai arah aliran mendekati titik tetap T dari arah sumbu y. y dy y Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurva tersebut bersiat stabil. Kestabilan Titik Tetap T Pelinearan sistem persamaan dierensial c a pada titik tetap T =,, akan d b menghasilkan matriks Jacobi sebagai berikut: bc d da ae J =. b b ga + b Untuk memperoleh nilai eigen, digunakan persamaan karakteristik: det ( J? I) = λ da b bc d λ ae b ga + λ b = 3 ag ag λ λ + acλ ac = b b diperoleh nilai eigen untuk matriks J adalah ag b λ = i ac, λ = i ac, λ 3 =. b Pada saat terjadi keseimbangan ( / d, a / b,) ( ag b ) / b c, diperoleh nilai eigen dan dua bilangan imajiner yaitu ± ac i. Untuk ag = b, dari matriks Jacobi akan diperoleh ketiga nilai eigen bernilai nol pada bagian realnya. Dengan demikian menurut Teorema Maniold Pusat, terdapat maniold pusat 3-dimensi yang bersesuaian dengan ketiga nilai eigen tersebut. Sedangkan untuk ag b, menurut Teorema Maniold Pusat dapat disimpulkan bahwa nilai eigen ( ag b ) / b bersesuaian dengan kurva invarian -dim ensi yang menyinggung vektor eigennya pada titik tetap ( / d, a / b,) c. Kurva ini stabil jika ag b < dan tak stabil jika ag b >. Bersesuaian dengan nilai eigen yang bagian realnya bernilai nol, terdapat maniold p usat -dimensi yang bersiat invarian melalui ( c / d, a / b,) dan menyinggung subruang real -dimensi yaitu bidang-xy.

18 7 Perilaku parameter yang berbeda pada titik tetap T ini memberikan pengaruh bagi kestabilan populasi untuk ketiga spesies yang berinteraksi. Sehingga berikutnya akan dibahas perilaku solusi disekitar titik tetapnya yang dikelompokkan menjadi tiga kasus yang berbeda. Untuk melihat perilaku solusinya kemudian akan diperlihatkan dengan menggambarkan graik orbit kestabilan dari ketiga spesies tersebut. Dalam hal ini parameter yang diambil untuk dibahas adalah a, g, b, dan dengan menggunakan penyelesaian secara numerik. Penentuan nilai parameternya dipilih sedemikian sehingga untuk nilai parameter g yang berubah-ubah telah dapat memperlihatkan tiga kelompok kasus yang berbeda. Berikut akan diberikan tabel nilai parameter yang digunakan untuk ketiga kasus: Tabel. nilai-nilai parameter yang digunakan Kasus ag = b Kasus ag > b Kasus ag < b Kasus ag = b a b c d e g Pemetaan trayektori dengan menggunakan penyelesaian secara numerik menunjukkan bahwa sistemnya memuat suatu permukaan / a invarian, yaitu permukaan z = Kx. Untuk menunjukkan bahwa permukaan tersebut merupakan invarian terhadap sistemnya, maka diperlukan suatu proposisi berikut: Proposisi Misalkan ag = b. Suatu permukaan / a dideinisikan oleh z = Kx merupakan invarian terhadap sistem persamaan (4), (5), dan (6). Bukti : Vektor n ( / ) ( ) + a = K / a x,, selalu / a normal terhadap Kx + z =. n. dx dy dz,, = = K x a a,, ax bxy, cy+ dxy eyz, z + gyz a ( ax bxy ) K x z + gyz b = g Kx a a / a y = / a Jadi, permukaan z = Kx adalah invarian terhadap sistemnya. Selanjutnya karena permukaan / a z = Kx merupakan invarian, sehingga secara implisit akan diselesaikan persamaan dierensial pada setiap permukaan. Untuk K / a tetap dan z = Kx, sistem persamaan (4), (5), dan (6) menjadi sebagai berikut: dx = ax bxy a dy = cy + dxy eykx Kemudian dengan menyelesaikan persamaan dierensial terpisahkan, sehingga diperoleh / a ( c + dx ekx ) dy dy dx y = = dx x( a by) Dengan mengintegralkan kedua ruas, yaitu ruas paling kiri dan ruas paling kanan diperoleh / a ( a by) ( c + dx ekx ) dy = dx y eak / a a ln y by = c ln x + dx + x + C Selanjutnya dari penyelesaian diatas, diperoleh solusi berupa ungsi implisit sebagai berikut: eak / a a ln y by + c ln x dx x = C Dengan menggunakan nilai parameter seperti pada tabel, diperoleh graik solusi dan graik dinamika populasi untuk kasus nilai parameter ag = b sebagai berikut: x

19 y 3 4 Gambar 5. Orbit kestabilan pada bidang-xy.5.5 z 3 4 Gambar 6. Orbit kestabilan pada bidang-xz.5.5 z Gambar 7. Orbit kestabilan pada bidang-yz Pada gambar di atas terlihat bahwa orbit kestabilan -dimensi pada kasus ag = b ini merupakan solusi periodik yang terus - menerus berosilasi dan cenderung tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi pada ketiga spesies tersebut saling proporsional, artinya tidak ada populasi suatu spesies yang pertumbuhannya meningkat tajam maupun populasi yang pertumbuhannya menurun drastis. Berdasarkan perilaku parameter yang diamati, pada kasus ini laju pertumbuhan alami spesies x sebanding dengan eek pemangsaan terhadap spesies x oleh spesies y. Hal ini akan memberikan pengaruh positi bagi pertumbuhan populasi spesies z pada level paling atas, yaitu keseimbangan populasi spesies y sebagai sumber makanan dapat menunjang pertumbuhan populasi spesies z. Maka x x y ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa untuk kasus nilai parameter ag = b, interaksi pemangsaan antar ketiga spesies menghasilkan siklus rantai makanan yang terus akan berlangsung secara seimbang sehingga tidak ada spesies yang akan punah. Berikut akan diperlihatkan graik perubahan dinamika populasi untuk ketiga spesies pada kasus ag = b. x,y,z t Gambar 8. Dinamika populasi tiga spesies dengan nilai awal x [ ] =. 5, y [ ] =, z [ ] = Pada gambar di atas dengan menggunakan nilai awal x [ ] =. 5, y [ ] =, dan z [ ] =, terlihat bahwa secara biologis ketiga spesies dapat bertahan hidup dan mempunyai jumlah populasi yang berubahubah secara periodik sepanjang waktu pada periode yang sama. Pada graik tersebut terlihat pula posisi relati dari titik stasioner ketiga spesies, yaitu puncak tertinggi menyatakan populasi spesies x pada level pertama, kemudian berikutnya diikuti oleh populasi spesies y pada level kedua, dan puncak yang paling rendah menyatakan populasi spesies z pada level paling atas. Hal tersebut disebabkan oleh saling bergantungnya spesies pada level berikutnya terhadap jumlah populasi spesies pada level sebelumnya sebagai sumber makanannya. Misalnya kelangsungan hidup spesies y dipengaruhi oleh jumlah populasi spesies x sebagai mangsanya, begitu pula yang terjadi pada kelangsungan hidup spesies z dipengaruhi oleh jumlah populasi spesies y sebagai mangsanya. Kasus ag > b z(t) x(t) y(t) Dengan menggunakan nilai parameter seperti diperlihatkan pada tabel, diperoleh graik solusi dan graik dinamika populasi untuk kasus nilai parameter ag > b sebagai berikut:

20 y P Gambar 9. Orbit kestabilan pada bidang-xy z P Gambar. Orbit kestabilan p ada bidang-xz z Q Gambar. Orbit kestabilan pada bidang-yz Pada gambar di atas dengan menggunakan nilai awal x [ ] =. 5, y [ ] =, dan z [ ] =, terlihat bahwa orbit kestabilan populasi ketiga spesies berawal dari titik x, y z dengan arah ke atas menuju titik P ( ), Q, sehingga membentuk spiral tak stabil. Untuk menunjukkan bahwa solusinya bergerak ke atas melintasi permukaan / a z = Kx dari nilai terbesar K sampai nilai terendah untuk K diperlukan suatu proposisi berikut: Proposisi Misalkan P Q Q / a ag > b dan F( x, y, z) = zx. Kemudian untuk tiap solusi ( x ( t), y( t), z( t) ) dari persamaan (4), (5), dan (6) di R 3 + diperoleh x x y d F Bukti: d F x t, y t, z t = F = zx a ( ( ) ( ) ( )) ( x( t), y( t), z( t) ) >. ( x( t), y( t), z( t) ) x' ( t), y' ( t), z' ( t) a b a = g yzx a a ( ax bxy) + x ( z + gyz ) > Proposisi diatas menunjukkan bahwa semua trayektori berawal di R 3 + dan bergerak / a = Kx, yaitu z ( t) ke atas permukaan z mendekati + ketika t. Namun proposisi tersebut tidak cukup dapat menyimpulkan hal diatas, sehingga diperlukan juga suatu proposisi yang dapat menunjukkan bahwa orbitnya bergerak ke atas dari permukaan pada bidang-xy, yaitu sebagai berikut: Proposisi 3 Misalkan ag > b dan G ( x, y, z) = by a ln y + dx c ln x + aez/. Kemudian untuk tiap solusi ( x ( t), y( t), z( t) ) dari persamaan (4), (5), dan (6) di R 3 + diperoleh d G( x( t), y( t), z( t) ) >. Bukti: d G( x( t), y( t), z( t) ) = G x t, y t, z t = ( ( ) ( ) ( )) x' ( t), y' ( t), z' ( t) ( d c / x)( ax bxy) + ( b a / y) ( cy + dxy eyz) + ( ae/ )( z + gyz) ag = eyz b > Sedangkan untuk graik dinamika populasinya cenderung bersiat divergen. Hal ini menunjukan bahwa terdapat spesies yang populasinya cenderung meningkat, yaitu spesies x dan spesies z seperti terlihat pada graik dinamika populasinya. Berikut akan diperlihatkan graik perubahan dinamika populasi untuk ketiga spesies pada kasus ag > b.

21 x,y,z 5 4 z(t) x(t) z.5 P 3 y(t) t x Gambar. Dinamika populasi tiga spesies dengan nilai awal x [ ] =. 5, y [ ] =, z [ ] = Pada gambar di atas terlihat dari hasil pengamatan perilaku parameter b dan, bahwa spesies z dapat terus bertahan selama populasi spesies x masih ada, sehingga dapat disimpulkan tidak ada spesies yang akan punah selama populasi spesies x masih bertahan. Hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa populasi dari spesies x dan z cenderung menuju +, walaupun tidak secara monoton, saat populasi spesies y melalui luktuasi yang cukup besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa spesies y berperan sebagai penyalur makanan atau perantara antara spesies x dan z dalam siklus rantai makanan tersebut. Kasus ag < b Dengan menggunakan nilai parameter seperti diperlihatkan pada tabel, diperoleh graik solusi dan graik dinamika populasi untuk kasus nilai parameter ag < b sebagai berikut: y P 3 4 Gambar 3. Orbit kestabilan pada bidang-xy x Gambar 4. Orbit kestabilan pada bidang-xz.5.5 z y Gambar 5. Orbit kestabilan pada bidang-yz Pada gambar di atas dengan menggunakan nilai awal x [ ] =. 5, y [ ] =, dan z [ ] =, terlihat bahwa orbit kestabilan populasi ketiga spesies berawal dari titik P ( x, y, z) dengan arah masuk menuju arah osilasi pada bidang-xy, kemudian terusmenerus berosilasi pada batas titik tertentu. Seperti terlihat pada gambar bahwa orbit tersebut berbentuk spiral dengan arah turun menuju bidang-xy dan cenderung ke arah solusi periodik, sehingga dapat dikatakan bahwa orbit kestabilannya merupakan spiral stabil. Untuk menunjukkan bahwa solusinya bergerak ke bawah melintasi permukaan / a z = Kx dari nilai terbesar K sampai nilai terendah untuk K diperlukan suatu proposisi berikut: Proposisi 4 Misalkan P / a ag < b dan F( x, y, z) = zx. Kemudian untuk tiap solusi ( x ( t), y( t), z( t) ) dari persamaan (4), (5), dan (6) di R 3 + diperoleh d F( x( t), y( t), z( t) ) <.

22 Bukti : d F = F = zx a ( x( t), y( t), z( t) ) ( x( t), y( t), z( t) ) x' ( t), y' ( t), z' ( t) a b a = g yzx a a ( ax bxy) + x ( z + gyz ) < Proposisi diatas menunjukkan bahwa solusi bergerak turun melintasi permukaan / a dari ungsi F, yaitu K = zx. Namun, bagaimanapun juga proposisi tersebut tidak cukup dapat menyimpulkan bahwa semua solusi akan mendekati bidang z =, karena / a permukaan z = Kx cenderung menuju ke arah gabungan dari bidang koordinat z = dan x = ketika K. Proposisi 5 Misalkan ag < b dan G ( x, y, z) = by a ln y + dx c ln x + aez/. Kemudian untuk tiap solusi ( x ( t), y( t), z( t) ) dari persamaan (4), (5), dan (6) di R 3 + diperoleh d G( x( t), y( t), z( t) ) <. Bukti: d G( x( t), y( t), z( t) ) = G x t, y t, z t = ( ( ) ( ) ( )) x' ( t), y' ( t), z' ( t) ( d c / x)( ax bxy) + ( b a / y) ( cy + dxy eyz) + ( ae/ )( z + gyz) ag = eyz b < Proposisi diatas menyatakan secara tidak langsung bahwa solusinya bergerak kebawah pada tingkat permukaan dari G bersamaan dengan bertambahnya waktu. Pada khususnya, solusi berawal dari titik awal x, y z pada saat t kemudian tidak ( ), dapat lagi bergerak ke suatu daerah di R 3 + dimana ( x, y, z) G( x, y z ) G., Lebih lanjut, karena bidang-xy adalah invarian, solusi akan tertahan pada daerah yang berbatas di bawah oleh bidang-xy dan di atas oleh permukaan by a ln y + dx c ln x + aez / = G ( x, y, z ) untuk semua t > t. Dengan demikian, kedua proposisi diatas dapat menunjukkan bahwa untuk ag < b, semua trayektori bermula di R 3 + dan cenderung menuju bidang z =. Karena pada kasus ini nilai parameter ag < b dapat membawa pengaruh yang bersiat negati bagi kelangsungan hidup spesies z, sehingga untuk nilai z tertentu yaitu pada saat z mendekati nol orbit kestabilannya akan membentuk suatu osilasi pada bidang-xy. Hal ini menunjukan bahwa pada dinamika populasinya untuk jangka waktu yang panjang terdapat populasi suatu spesies yang akan mengalami kepunahan, yaitu spesies z. Pada saat jumlah populasi spesies z mendekati nol atau mendekati kepunahan, maka akan terjedi siklus pemangsaan yang seimbang antara spesies x dan spesies y. Berikut akan diperlihatkan graik perubahan dinamika populasi untuk ketiga spesies pada kasus ag < b. x,y,z t z(t) y(t) x(t) Gambar 6. Dinamika populasi tiga spesies dengan nilai awal x [ ] =. 5, y [ ] =, z [ ] = Pada gambar di atas terlihat bahwa pada awal periode ketiga spesies saling berosilasi hingga pada periode waktu tertentu yaitu pada saat t = spesies z berluktuasi turun hingga mendekati titik nol, sedangkan spesies x dan y terus berosilasi secara periodik. Secara biologis, hal tersebut menyatakan secara tidak langsung bahwa populasi spesies z sebagai pemangsa pada level paling atas akan cenderung mendekati kepunahan, saat spesies x dan y cenderung memperlihatkan perilaku periodik dari sistem mangsa-pemangsa pada saat ketidakhadiran dari spesies z. Berdasarkan perilaku parameter yang diamati yaitu untuk b dan, bahwa pada kasus ketiga ini eek pemangsaan terhadap spesies x oleh spesies y dan laju kematian alami spesies z lebih besar dibandingkan dengan laju eisiensi dan penyebaran spesies z. Maka dapat disimpulkan

23 bahwa ilustrasi diatas menyebabkan semakin menurunnya kelangsungan hidup populasi spesies z hingga dapat mengakibatkan kepunahan. Dari ketiga kasus yang telah dibahas diatas, dengan mengambil contoh nilai parameter yang berbeda dapat diketahui bagaimana pengaruhnya dan perubahan yang terjadi terhadap kelangsungan hidup ketiga spesies tersebut. Untuk kasus yang pertama yaitu ag = b menghasilka n siklus rantai makanan yang seimbang antar ketiga spesies tersebut sehingga tidak terdapat kemungkinan salah satu spesiesnya akan punah. Sedangkan untuk kasus kedua yaitu ag > b, dapat dikatakan bahwa meningkatnya populasi spesies x membawa pengaruh yang penting bagi kelangsungan hidup spesies-spesies pada level diatasnya untuk menunjang siklus rantai makanan antara ketiganya agar tetap berlangsung. Kemudian untuk kasus yang terakhir yaitu ag < b, pengaruh dari nilai param eter tersebut membawa dampak bagi kelangsungan hidup spesies z sehingga pada jangka waktu tertentu spesies z akan mengalami kepunahan.

24 3 IV. SIMPULAN Rantai makanan merupakan salah satu contoh interaksi pemangsaan antar spesies dalam suatu ekosistem yang dapat memberikan dampak negati bagi spesies - spesies yang berinteraksi. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh bagi kestabilan populasinya. Analisis kestabilan populasi pada rantai makanan tiga spesies dilakukan dengan menggunakan Teorema Maniold Pusat dengan terlebih dahulu menentukan titik tetapnya sebagai kondisi keseimbangan dari sistemnya. Dari hasil analisis dengan menggunakan penyelesaian secara numerik kemudian diperoleh graik untuk mengetahui orbit kestabilan serta perubahan dinamika populasi terhadap perilaku parameter yang berbeda. Secara keseluruhan kelangsungan hidup spesies z sebagai pemangsa pada level paling atas bergantung pada parameter a, b,, dan g. Jika ag < b maka spesies z akan mati, sedangkan jika ag b maka spesies z akan dapat mempertahankan hidupnya. Seiring dengan waktu semakin besar nilai parameter a dan g secara eksplisit akan menguntungkan bagi spesies z, sebaliknya semakin besar nilai parameter b dan akan dapat mengh ambat spesies z. Sedangkan parameter secara langsung berhubungan dengan spesies y adalah c, d, e dan sama sekali tidak mempengaruhi ketika spesies z akan punah atau tetap bertahan. Akibatnya, dapat dikatakan bahwa spesies y hanya bertindak sebagai penyalur atau perantara antara spesies x dan z. Dengan demikian, dari hasil analisis graik yang diperoleh melalui metode numerik dapat diprediksikan kondisi yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan pertumbuhan populasi pada suatu spesies. V. DAFTAR PUSTAKA Chauvet E, Paullet JE, Previte JP, Walls Z.. A Lotka -Volterra Three-spesies Food Chain. Mathematics Magazine, vol.75 No pd Godman A. 99. Kamus Sains Bergambar. PT Gramedia, Jakarta. Grimshaw R. 99. Nonlinear Ordinary Dierential Equations. Blackwell Scientiic Publications, Oxord. Guckenheimer J, Holmes P Nonlinear Oscillations, Dynamical Systems, and Biurcations o Vector Fields. Applied Mathematical Sciences, vol. 4. Springer-Verlag, New York. Howard A, Rorres C Elementary Linear Algebra Applications Version, 7 th edition. John Wiley & Sons. Inc, United States o America. Leon, Steven J.. Aljabar Linear dan Aplikasinya. Erlangga, Jakarta. Perko L. 99. Dierential Equations and Dynamical Systems. Texts in Applied Mathematics, vol. 7. Springer-Verlag, NewYork. Purcell EJ Kalkulus dan Geometri Analitis. Jilid Edisi ke-5. Erlangga, Jakart a. Strogatz SH Nonlinear Dynamics and Chaos with Applications to Physic, Biology, Chemistry, and Engineering. Addison Wesley Publishing Company, Canada. Tu PNV Dynamical System, An Introduction with Application in Economics and Biology. Springer-Verlag. Heidelberg, Germany. Verhulst F. 99. Nonlinear Dierential Equation and Dynamical Systems. Springer-Verlag. Heidelberg, Germany.

25 LAMPIRAN 4

26 5 Lampiran. Program untuk menganalisis kestabilan titik tetap pada model dengan bantuan sotware Mathematica Program ini menggunakan paket didownload dari Mathematica yaitu DynPac yang dapat sysid Mathematica 5., DynPac.57, 8 / 3 / 5 intreset;plotreset; setstate[{x,y,z}];setparm[{a,b,c,d,e,,g}]; e> slopevec={a*x-b*x*y,-c*y+d*x*y-e*y*z,-*z+g*y*z}; eqstates=indpolyeq :8,,<,:c d, a b,>,:, g, - c eq=eqstates[[]] {,,},> eq=eqstates[[]] :c d, a e> b eq3=eqstates[[3]] :,, - c g parmval={,,,,,,.8} {,,,,,,.8} eq=eqstateval[eq] {,,} eigsys[eq] {{-,-,},{{,,},{,,},{,,}}} classiyd[eq] Abbreviations used in classiyd. L = linear, NL = nonlinear, R = repeated root. Z = one zero root, Z = two zero roots. This message printed once. stable (L), indeterminate (NL) - center eq=eqstateval[eq] {,,} eigsys[eq] {{. +.,. -.,-.},{{ , ,. +. },{ , ,. +. },{ ,.3739,.746}}} classiyd[eq] unstable - saddle eq3=eqstateval[eq3] {,.5,-} eigsys[eq3] {{-.,.,-.5},{{.,.78869,.64695},{., ,.64695},{.66683,.77,.787}}} classiyd[eq3] strictly stable - spiral

27 6 Lampiran. Program untuk memperoleh kurva solusi untuk menggambarkan maniold dengan bantuan sotware Mathematica a. Gambar kurva solusi untuk y = a=.8;=.8;k=; gmbr=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=; gmbr=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=4; gmbr3=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=6; gmbr4=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=9; gmbr5=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=3; gmbr6=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=8; gmbr7=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=5; gmbr8=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=34; gmbr9=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] a=.8;=.8;k=45; gmbr=plot[k x^-(/a),{x,,},plotrange->{,4}] hasil=show[{gmbr,gmbr,gmbr3,gmbr4,gmbr5,gmbr6,gmbr7,gmbr8,gmbr9,gmbr},axes->true] b. Gambar kurva solusi untuk x = <<Graphics`ImplicitPlot` =.8;g=.8;e=.8;c=.8;k=6; gra=implicitplot[- Log[x]+g x==-c Log[y]-e y+k,{x,,5}] =.8;g=.8;e=.8;c=.8;k=7; gra=implicitplot[- Log[x]+g x==-c Log[y]-e y+k,{x,,5}] =.8;g=.8;e=.8;c=.8;k=8; gra3=implicitplot[- Log[x]+g x==-c Log[y]-e y+k,{x,,5}] =.8;g=.8;e=.8;c=.8;k=6.5; gra4=implicitplot[- Log[x]+g x==-c Log[y]-e y+k,{x,,5}] =.8;g=.8;e=.8;c=.8;k=3; gra5=implicitplot[- Log[x]+g x==-c Log[y]-e y+k,{x,,5}] hasil=show[{gra,gra,gra3,gra4,gra5},axes->true]

KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN ABSTRACT

KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN ABSTRACT KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN Ritania Monica, Leli Deswita, Rolan Pane Mahasiswa Program Studi S Matematika Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk asus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa Ipah Junaedi 1, a), Diny Zulkarnaen 2, b) 3, c), dan Siti Julaeha 1, 2, 3 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi) 1 DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi) Oleh: MADA SANJAYA WS G74103018 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa Pada Bab ini akan dipelajari model matematis dari masalah dua spesies hidup dalam habitat yang sama, yang dalam hal ini keduanya berinteraksi dalam hubungan pemangsa dan mangsa.

Lebih terperinci

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI Eka Yuniarti 1, Abadi 1 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf Rubono Setiawan Prodi Pendidikan Matematika, F.KIP

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik LANDASAN TEORI Model Mangsa Pemangsa Lotka Volterra Bagian ini membahas model mangsa pemangsa klasik Lotka Volterra. Model Lotka Volterra menggambarkan laju perubahan populasi dua spesies yang saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH. Jurusan Matematika FMIPA UT ABSTRAK

SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH. Jurusan Matematika FMIPA UT ABSTRAK SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH Sugimin Jurusan Matematika FMIPA UT ugi@mail.ut.ac.id ABSTRAK Suatu persamaan vektor berbentuk x & = f (x dengan variabel bebas t yang tidak dinyatakan

Lebih terperinci

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic Oleh : Ali Kusnanto, Hikmah Rahmah, Endar H. Nugrahani Departemen Matematika FMIPA-IPB Email : alikusnanto@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II DENGAN MANGSA YANG TERLINDUNG DAN ADANYA PEMANENAN POPULASI EKA PUJIYANTI

ANALISIS MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II DENGAN MANGSA YANG TERLINDUNG DAN ADANYA PEMANENAN POPULASI EKA PUJIYANTI ANALISIS MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II DENGAN MANGSA YANG TERLINDUNG DAN ADANYA PEMANENAN POPULASI EKA PUJIYANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan 1 Ai Yeni, 2 Gani Gunawan, 3 Icih Sukarsih 1,2,3 Prodi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya Nabila Asyiqotur Rohmah 1209 100 703 Dosen Pembimbing: Dr Erna Apriliani,

Lebih terperinci

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika, BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema dari nilai eigen, vektor eigen, dan diagonalisasi, sistem persamaan differensial, model predator prey lotka-voltera,

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA

BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA NURRACHMAWATI 1) DAN A. KUSNANTO 2) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai nilai eigen dan vektor eigen, sistem dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan sistem dinamik, kriteria Routh-Hurwitz,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL INTERAKSI PEMANGSA DAN MANGSA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA ADE NELVIA

ANALISIS KESTABILAN MODEL INTERAKSI PEMANGSA DAN MANGSA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA ADE NELVIA ANALISIS KESTABILAN MODEL INTERAKSI PEMANGSA DAN MANGSA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA ADE NELVIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN INTERFERENSI ANTARPEMANGSA FIKRI AZHARI

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN INTERFERENSI ANTARPEMANGSA FIKRI AZHARI ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN INTERFERENSI ANTARPEMANGSA FIKRI AZHARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 03 ABSTRAK FIKRI

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR Oleh: Drs. M. Setijo Winarko, M.Si Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Subchan, Ph.D Drs. Kamiran, M.Si Noveria

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Titik Tetap dan Sistem Linear Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Oktober 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB Oktober 2012 1 / 31 Titik Tetap SPD Mandiri dan Titik Tetap Tinjau

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II INTAN SELVYA

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II INTAN SELVYA ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II INTAN SELVYA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori untuk menganalisis simulasi kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. 2.1 Persamaan Diferensial Biasa

Lebih terperinci

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M. 1 Abstrak ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, Kus Prihantoso Krisnawan,M.Si 3 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi) DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi) Oleh: MADA SANJAYA WS G740308 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI Supandi, Saifan Sidiq Abdullah Fakultas PMIPATI Universitas PGRI Semarang hspandi@gmail..com Abstrak Persaingan kehidupan di alam dapat dikategorikan

Lebih terperinci

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti Nida Sri Utami Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMS Lina Aryati Jurusan Matematika FMIPA UGM ABSTRAK

Lebih terperinci

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK RIDWAN IDHAM. Model

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 2 Hal. 50 55 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN AIDA BETARIA Program

Lebih terperinci

SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR. Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5.

SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR. Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5. SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5. Lisa Risfana Sari Sistem Dinamik D Sistem dinamik adalah sistem yang dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2 BAB 1 Konsep Dasar 1 BAB 2 PDB Linier Order Satu 2 BAB 3 Aplikasi PDB Order Satu 3 BAB 4 PDB Linier Order Dua 4 BAB 5 Aplikasi PDB Order Dua 5 BAB 6 Sistem PDB 6 BAB 7 PDB Nonlinier dan Kesetimbangan 7

Lebih terperinci

BIFURKASI DARI HASIL MODIFIKASI SISTEM PERSAMAAN LORENZ

BIFURKASI DARI HASIL MODIFIKASI SISTEM PERSAMAAN LORENZ Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 6 No. Juni : - 8 BIFURKASI DARI HASIL MODIFIKASI SISTEM PERSAMAAN LOREN Faisal PS Matematika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. ani km. 6 Kampus Unlam

Lebih terperinci

Pengantar Persamaan Differensial (1)

Pengantar Persamaan Differensial (1) Program Studi Modul Mata Kuliah Kode MK Disusun Oleh Sistem Komputer 01 Persamaan Differensial MKK103 Albaar Rubhasy, S.Si, MTI Pengantar Persamaan Differensial (1) Materi Pembahasan: Deskripsi Perkuliahan

Lebih terperinci

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 99 Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey Oleh : Saiful Marom Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract In this paper considered

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI Mohammmad Soleh 1, Siti Rahma 2 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl HR Soebrantas No 155 KM 15 Simpang Baru Panam Pekanbaru muhammadsoleh@uin-suskaacid

Lebih terperinci

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam Jurnal Dinamika, September 2015, halaman 25-38 ISSN 2087-7889 Vol. 06. No. 2 PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR Yuliani, Marwan Sam Program StudiMatematika,

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR TUGAS AKHIR ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR ( S TA B I L I T Y A N A LY S I S O F A P R E D AT O R - P R E Y M O D E L W I T H I N F E C T

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear) 3 II. LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Biasa Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Misalkan suatu sistem persamaan diferensial biasa dinyatakan sebagai = + ; =, R (1) dengan

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA DAN TINGKAT PEMANENAN KONSTAN LOLA OKTASARI

BIFURKASI HOPF PADA MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA DAN TINGKAT PEMANENAN KONSTAN LOLA OKTASARI BIFURKASI HOPF PADA MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA DAN TINGKAT PEMANENAN KONSTAN LOLA OKTASARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data A. Model Matematika BAB II KAJIAN TEORI Pemodelan matematika adalah proses representasi dan penjelasan dari permasalahan dunia real yang dinyatakan dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Matematika Oleh : SITI RAHMA 18544452 FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TURUNAN. Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

PENGGUNAAN TURUNAN. Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ PENGGUNAAN TURUNAN Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.a.id Pada materi sebelumnya telah dijelaskan bahwa Teorema Nilai Rata-Rata (TNR dierensial) memegang peranan

Lebih terperinci

Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun

Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun Irham Taufiq, Imam Solekhudin, Sumardi 3 Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 96 103 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN SUCI RAHMA NURA, MAHDHIVAN SYAFWAN Program

Lebih terperinci

Penentuan Bifurkasi Hopf Pada Predator Prey

Penentuan Bifurkasi Hopf Pada Predator Prey J. Math. and Its Appl. ISSN: 9-65X Vol., No., Nov 5, 5 Penentuan Bifurkasi Hopf Pada Predator Prey Dian Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya d savitri@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA MODEL KEBAHAGIAAN NELI YUSRI MARDIANA G

ANALISIS DINAMIKA MODEL KEBAHAGIAAN NELI YUSRI MARDIANA G ANALISIS DINAMIKA MODEL KEBAHAGIAAN NELI YUSRI MARDIANA G54008 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 007 ABSTRACT NELI YUSRI MARDIANA. Analysis of

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PERSAMAAN VAN DER POL DENGAN GAYA LUAR YANG PERIODIK. Oleh : IKHE SULISTIYANIK G

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PERSAMAAN VAN DER POL DENGAN GAYA LUAR YANG PERIODIK. Oleh : IKHE SULISTIYANIK G BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PERSAMAAN VAN DER POL DENGAN GAYA LUAR YANG PERIODIK Oleh : IKHE SULISTIYANIK G541004 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya untuk pemodelan yang membutuhkan solusi dari sebuah permasalahan. Pemodelan matematika

Lebih terperinci

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 011 ABSTRAK RIDWAN IDHAM. Model

Lebih terperinci

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2 BAB Konsep Dasar BAB 2 PDB Linier Order Satu 2 BAB 3 Aplikasi PDB Order Satu 3 BAB 4 PDB Linier Order Dua 4 BAB 5 Aplikasi PDB Order Dua 5 BAB 6 Sistem PDB 6 BAB 7 PDB Nonlinier dan Kesetimbangan Dalam

Lebih terperinci

Penentuan Kestabilan Sistem Hibrid melalui Trayektorinya pada Bidang. Oleh:

Penentuan Kestabilan Sistem Hibrid melalui Trayektorinya pada Bidang. Oleh: Penentuan Kestabilan Sistem Hibrid melalui Trayektorinya pada Bidang Sistem hibrid mempunyai bentuk: x& Oleh: Kus Prihantoso Krisnawan Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan matematika, teorema Taylor, nilai eigen,

Lebih terperinci

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama)

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama) Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama) Dalam hal ini diberikan dua spesies yang hidup bersama dalam suatu habitat tertutup. Kita ketahui bahwa terdapat beberapa jenis hubungan interaksi

Lebih terperinci

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK SEMIRATA MIPAnet 2017 24-26 Agustus 2017 UNSRAT, Manado MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK HASAN S. PANIGORO 1, EMLI RAHMI 2 1 Universitas

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI Yuni Yulida Program Studi Matematika FMIPA Unlam Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km. 36

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 235-244 ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Hidayu Sulisti, Evi Noviani, Nilamsari Kusumastuti

Lebih terperinci

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya 21 Oktober 2017 Surabaya Universitas Airlangga KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA Muhammad Ikbal 1) Syamsuddin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Pada Bidang Bentuk Vektor dari KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-9) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Pada Bidang Bentuk Vektor dari 1 Definisi Daerah Sederhana x 2 Pada Bidang

Lebih terperinci

STABILITAS GLOBAL MODEL HOLLING-TANNER TIPE II LAZUARDI RAMADHAN

STABILITAS GLOBAL MODEL HOLLING-TANNER TIPE II LAZUARDI RAMADHAN STABILITAS GLOBAL MODEL HOLLING-TANNER TIPE II LAZUARDI RAMADHAN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 013 ABSTRAK LAZUARDI RAMADHAN. Stabilitas

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut: A adalah matriks koefisien konstan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PENDAHULUAN

APLIKASI METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PENDAHULUAN APLIKASI METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA E. KHATIZAH 1, P. T. KARIMA 2, D. I. ASTUTI 2 Abstrak Metode transformasi diferensial merupakan salah satu metode pendekatan

Lebih terperinci

Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang

Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat mengakibatkan perkembangan pengetahuan tentang sistem dinamik juga pesat. Salah satu pengembangan sistem dinamik dalam kehidupan

Lebih terperinci

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol 2, No 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya Nabila Asyiqotur Rohmah, Erna Apriliani Jurusan

Lebih terperinci

DINAMIKA KELUARGA FUNGSI KUADRAT TITIK TETAP. Jl. Prof. Soedarto, S.H, Semarang, 50275

DINAMIKA KELUARGA FUNGSI KUADRAT TITIK TETAP. Jl. Prof. Soedarto, S.H, Semarang, 50275 DINAMIKA KELUARGA FUNGSI KUADRAT TITIK TETAP BERDASARKAN Rineka Eight Neenty 1, Siti Khabibah 2, YD Sumanto 3 1,2,3 Program Studi Matematika Jl Prof Soedarto, SH, Semarang, 50275 ABSTRAK Sistem dinamik

Lebih terperinci

Karakteristik Invarian Translasional Subhimpunan Fuzzy Relatif terhadap Homomorfisma Ring

Karakteristik Invarian Translasional Subhimpunan Fuzzy Relatif terhadap Homomorfisma Ring Karakteristik Invarian Translasional Subhimpunan Fuzzy Relati terhadap Homomorisma Ring Oleh K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2 MODEL LOGISTIK DEGA DIFUSI PADA PERTUMBUHA SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES Hendi irwansah 1 dan Widowati 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang 5075

Lebih terperinci

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 58 65 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL AKHIRUDDIN Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

TOPOLOGI RUANG LINEAR

TOPOLOGI RUANG LINEAR TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan 3 Purworejo e-mail: kurniasih.nila@yahoo.co.id Abstrak Tulisan ini bertujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Distribusi Weibull adalah distribusi yang paling banyak digunakan untuk waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Distribusi Weibull adalah distribusi yang paling banyak digunakan untuk waktu II. TINJAUAN PUSTAKA. Distribusi Weibull Distribusi Weibull adalah distribusi yang paling banyak digunakan untuk waktu hidup dalam tekhnik ketahanan. Distribusi ini adalah distribusi serbaguna yang dapat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TITIK TITIK BIFURKASI DARI MODEL TRANSMISI PENYAKIT MENULAR

IDENTIFIKASI TITIK TITIK BIFURKASI DARI MODEL TRANSMISI PENYAKIT MENULAR IDENTIFIKASI TITIK TITIK BIFURKASI DARI MODEL TRANSMISI PENYAKIT MENULAR R. Ratianingsih Jurusan Matematika FMIPA UNTAD Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

SUATU KRITERIA STABILISASI SISTEM DESKRIPTOR LINIER KONTINU REGULAR

SUATU KRITERIA STABILISASI SISTEM DESKRIPTOR LINIER KONTINU REGULAR PYTHAGORAS, Vol. 3(2):46-52 ISSN 2301-5314 Oktober 2014 SUATU KRITERIA STABILISASI SISTEM DESKRIPTOR LINIER KONTINU REGULAR Yulian Sari Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal 197 204. ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI Eka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan di perlukan pada Bab 3. Tinjauan pustaka yang dibahas adalah mengenai yang mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT Nama Mahasiswa : Aprilliantiwi NRP : 1207100064 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : 1 Soleha, SSi, MSi 2 Dian Winda Setyawati,

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT Vol 10 No 2, 2013 Jurnal Sains, Teknologi dan Industri MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT Mohammad Soleh 1, Siti Kholipah 2 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

Bab II Teori Pendukung

Bab II Teori Pendukung Bab II Teori Pendukung II.1 Sistem Autonomous Tinjau sistem persamaan differensial berikut, = dy = f(x, y), g(x, y), (2.1) dengan asumsi f dan g adalah fungsi kontinu yang mempunyai turunan yang kontinu

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE

KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 3 No. Desember 009: 51-59 KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE Dewi Purnamasari, Faisal, Aisjah Juliani Noor Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat

Lebih terperinci

Soal Ujian Komprehensif

Soal Ujian Komprehensif Soal Ujian Komprehensif Bahan ujian komprehensif memuat konsep-konsep penting pada bidang: Kalkulus, dan Matriks / Aljabar Linear. Logika, Soal ujian disediakan secara terbuka, dapat diperoleh setiap saat

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange Pertemuan Minggu ke-11 1. Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange 1. BIDANG SINGGUNG, HAMPIRAN Tujuan mempelajari: memperoleh persamaan bidang singgung terhadap permukaan z

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK ISBN : 978-979-7763-3- ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) Oleh Ahmadin Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PERMAINAN NON-KOOPERATIF KONTINU SKALAR DUA PEMAIN DENGAN STRATEGI NASH TUGAS AKHIR. Oleh : M.LUTHFI RUSYDI

KENDALI OPTIMAL PERMAINAN NON-KOOPERATIF KONTINU SKALAR DUA PEMAIN DENGAN STRATEGI NASH TUGAS AKHIR. Oleh : M.LUTHFI RUSYDI KENDALI OPTIMAL PERMAINAN NON-KOOPERATIF KONTINU SKALAR DUA PEMAIN DENGAN STRATEGI NASH TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Matematika Oleh

Lebih terperinci

Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal

Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal MODEL MATEMATIKA KOMENSALISME ANTARA DUA SPESIES DENGAN SUMBER TERBATAS Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani. Km. 36

Lebih terperinci

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS UNTUK MAHASISWA 9 CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Dalam Uraian

Lebih terperinci

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED)

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED) DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED) Amir Tjolleng 1), Hanny A. H. Komalig 1), Jantje D. Prang

Lebih terperinci

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang di dalamnya terdapat turunan-turunan. Jika terdapat variabel bebas tunggal, turunannya merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 163-172 ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Auliah Arfani, Nilamsari Kusumastuti, Shantika

Lebih terperinci