DETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY"

Transkripsi

1 DETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY 1 Anisatul auziyah 1, dan Dr. Dhany Arifianto, ST., M.Eng Jurusan Teni isia, aultas Tenologi Industri, Institut Tenologi Sepuluh Nopember, ITS Jl. Arief Rahman Haim, Surabaya anisatul09@ep.its.ac.id 1, dhany@ep.its.ac.id Abstra Penguuran getaran umumnya dilauan pada mesin yang sedang beroperasi tetapi etia terdapat dua mesin atau lebih yang beroperasi dalam satu pondasi apaah hasil dari penguuran benar-benar menggambaran ondisi mesin. Sehingga diperluan detesi erusaan pompa yang dipengaruhi transmissibilitas getaran pompa lain dalam satu pondasi menggunaan accelerometer array. Detesi erusaan dilauan dengan menguur getaran pompa yang berada pada satu pondasi. Dari hasil penelitian membutian bahwa transmissibility dapat didetesi menggunaan accelerometer array dibutian dengan adanya perubahan diagnosa erusaan pompa yang dilihat pada spetrum ast fourier transform. Nilai transmissibility yang bernilai negatif menunjuan superposisi destrutif misalan pada pompa misalignment (yang dioperasian dengan pompa unbalance 7 ) dengan nilai transmissibility db. Sedangan transmissibility yang bernilai positif menunjuan superposisi onstrutif misalan pada pompa bearing fault (yang dioperasian dengan pompa unbalance 7 ) dengan nilai db. Kata Kunci Accelerometer array, erusaan pompa, ast ourier Transform, transmissibility dan superposisi. I. PENDAHULUAN alam proses industri, mesin-mesin yang digunaan mempunyai meanisme erja rumit serta bernilai mahal D sehingga etia terjadi erusaan pada mesin dan tda segera diperbaii, maa aan terjadi erusaan yang lebih parah. Banya efe negatif etia merusaan mesin terjadi yaitu terganggunya proses produsi, jam erja aryawan menjadi terbuang dan pengeluaran perbaian biaya yang mahal. Oleh arena itu diperluan teni perawatan mesin untu mengetahui ondisi performa inerja produsi. Predictive maintenance adalah salah satu teni perawatan mesin yang banya diapliasian diinsustri, hususnya mesin berputar. Metode perawatan ini dilauan berdasaran ondisi meani serta operasional yang dimonitoring secara periodi. Sehingga etia trend menunjuan penurunan performa mesin, dilauan penjadwalan untu melauan maintenance pada mesin. Tranduser yang sering digunaan untu menguur percepatan getaran adalah accelerometer. Penguuran dilauan pada sumbu artesian (x, y dan z) untu mengetahui arah rambat getaran. Maintenance mesin umunya dilauan dengan menguur getaran mesin saat mesin beroperasi. Tetapi etia terdapat lebih dari satu mesin beroperasi dalam satu pondasi maa terjadi transmisibilitas antar mesin. Sehingga hasil penguuran getaran mesin tida dapat menggambaran ondisi getaran mesin yang sebenarnya. Dari uraian tersebut muncul ide untu melauan detesi multierusaan antar pompa dalam satu pondasi menggunaan accelerometer array. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Predictive Maintenance Preditif maintenance merupaan jenis perawatan mesin dengan menjadwal ativitas maintenance etia terdetesi erusaan mesin. Perawatan ini menggunaan alat monitoring untu mendapat informasi langsung tanpa mengganggu operasi mesin. Perawatan jenis ini termasu condition based maintenance dimana maintenance aan dilauan etia terdetesi perubahan ondisi mesin dapat sehingga tindaan yang bersifat proatif dapat segera dilauan sebelum terjadinya erusaan mesin. Kondisi meani dan operasional mesin harus dimonitoring secara periodi dan etia trend menujuan adanya abnormal terjadi bagian erusaan pada mesin harus diidentifiasi dan dijadwalan untu maintenance. B. Superposisi Getaran Harmonis Superposisi pada getaran harmoni yaitu gabungan dari dua gera harmoni atau penjumlahan simpangan dari dua getaran harmoni dalam watu yang sama. Terdapat beberapa fator yang mempengaruhi hasil superposisi gelombang yaitu amplitudo, freuensi, fasa dan ecepatan sudut. Untu menentuan superposisi dari fungsi sinusoidal digunaan diagram fasor sehingga didapatan resultan dari perpaduan gelombang. dalam diagram fasor masing-masing fungsi dinyataan sebagai sebuah vetor. Sedangan resultan dari fungsi-fungsi sinusoidal tersebut sama dengan resultan vetor dari diagram fasor. Pada gambar 1 menunjuan Amplitudo dari hasil supeposisi dua gera harmoni dinyataan oleh Ar dimana panjang Ar sama dengan panjang vetor resultan Rr dari dua buah vetor R 1 dan R. Vetor R 1 dan R merepresentasian masing-masing gera harmoni yaitu X 1 dan X. Panjang vetor R 1 adalah A 1 dan panjang vetor R adalah A dimana A 1 dan A adalah amplitudo dari masing-masing gera harmoni. Gambar 1 Ilustrasi Superposisi Dua Gelombang Terdapat beberapa macam superposisi dari dua getaran dibedaan berdasaran parameter getaran, misalan perpaduan dua getaran dengan freuensi sudut yang sama. Jia terdapat

2 dua buah getaran yang mempunyai freuensi sudut ω yang sama tetapi mempunyai amplitudo R dan fasa. Sehingga superposisi edua getaran tersebut dapat dinyataan dalam persamaan : Y = R sin (ωt + 1 ) (1) dimana R = A 1 + A + A 1 A cos( 1 ) () tan = A 1 sin 1 + A sin A 1 cos 1 + A cos Persamaan dan 3 menyataan superposisi dari dua buah getaran yang berbeda amplitudo dan fasa tetapi mempunyai freuensi sudut yang sama. Contoh lain yaitu perpaduan banya getaran dengan freuensi sudut sama. Untu n buah getaran yang dipaduan dan mempunyai freuensi sudut sama, persamaan superposi getaran adalah : (3) beroperasi dengan stabil, sehingga data baseline berfungsi sebagai pembanding data penguuran untu menentuan ondisi mesin. sedangan untu mengetahui tingat erusaan atau eparahan dari mesin berputar digunaan standar untu mengevaluasi erusaan berdasaran elas dan tipe mesin, salah satu standar penguuran getaran yaitu International Organization for Standardization (ISO). D. Penguuran Getaran Menggunaan Accelerometer Accelerometer adalah sebuah perangat yang digunaan untu menguur percepatan getaran sebuah sistem. Secara umum accelerometer dipasang pada bagian stasioner (non rotating) pada sistem. Cara erja dari accelerometer yaitu dengan mengubah gera meani menjadi sinyal tegangan. Sinyal tegangan yang di onversi sebanding dengan percepatan getaran yang menggunaan prinsip piezo eletri. Accelerometers terdiri dari ristal piezoeletri ( terbuat dari bahan feroeletri), massa seismi yang dilapisi logam. Y = R sin (ωt + ) (4) dimana R = n 1 A n cos n n + 1 A n cos n (5) tan = A n sin n A n cos n persamaan diatas adalah persamaan untu mendapatan amplitudo dan sudut fase dari superposisi getaran. C. Analisa Vibrasi Analisa vibrasi adalah salah satu teni yang sering digunaan dalam melauan teni preditif mesin berputar. Teni ini memanfaatan arateristi getaran yang dibangitan oleh mesin berbutar. Beberapa erusaan yang sering muncul pada mesin berputar adalah bearing fault, unbalance dan misalignment, beberapa erusaan tersebut memilii arateristi husus dalam pola sinyal vibrasi yang dibangitan. Getaran mempunyai tiga parameter penting yang dapat dijadian sebagai tolo uur yaitu amplitudo, freuensi, dan fase. Amplitudo adalah uuran atau besarnya sinyal vibrasi yang dihasilan atau mengidentifiasian besarnya gaya yang dihasilan dari getaran. Main tinggi amplitudo yang ditunjuan, menandaan main besar gangguan yang terjadi. Besarnya amplitudonya bergantung pada tipe mesin dan erusaan. Kenaian amplitudo pada freuensi tertentu mengidentifiasi jenis-jenis gangguan yang terjadi pada bagian mesin. Dengan dietahuinya freuensi pada saat mesin mengalami vibrasi, maa penelitian atau pengamatan secara aurat dapat dilauan untu mengetahui penyebab atau sumber dari permasalahan. Kenaian tingat getaran mesin dapat dilihat melalui trend penguuran. Ketia tingat getaran mesin bertambah melampaui sinyal baseline maa perlu dilauan penanganan husus pada mesin. Data baseline merupaan seumpulan data yang didapatan melalui penguuran pada saat mesin (6) Gambar Accelerometer Tranduser getaran dipasang pada bagian-bagian mesin yang cuup au untu menghindari efe resonansi loal bagian tersebut. Pengambilan data-data dengan tranduser harus terlebih dahulu mengetahui bagian mesin yang paling tepat untu penguuran vibrasi. Tempat yang paling tepat tersebut adalah pada tempat yang deat dengan sumber vibrasi, misalnya pada erusaan bearing maa penempatan tranduser diletaan pada bearing caps (rumah bearing). Pengambilan data vibrasi dilauan dengan dua posisi yaitu dengan posisi axial dan posisi radial. Pengambilan data secara axial adalah menempatan alat tranduser pada arah axial atau searah dengan poros. Cara radial sendiri terbagi menjadi cara, yaitu penguuran secara horizontal dengan cara meletaan alat tranduser secara horizontal misalnya pada bagian atas pompa dan pengambilan data secara vertial, yaitu dengan menempatan alat tranduser pada posisi vertial atau berbanding 90 o dengan arah horizontal pada pompa. Gambar 3 Penguuran Getaran pada Sumbu Vertial, Horizontal dan Axial

3 3 Pengambilan data pada tiga sumbu berfungsi untu melihat ondisi vibrasi pada masing-masing sumbu, arena disetiap sumbu mempunyai vibrasi yang berbeda. Pada setiap ondisi mesin dapat ditentuan arateisti erusaan dengan melihat sinyal vibrasi dari masing-masing sumbu penguuran. E. Analisa Vibrasi dengan ast ourier Transform Analisis ourier merupaan cara untu mempresentasian gelombang edalam spetrum amplitudo dengan nilai freuensi. Analisis spetrum getaran yang umum digunaan menggunaan ast ourier Transform (T). Analisa fourier terbagi atas dua yani deret fourier untu sinyal periodi dan trasformasi fourier untu sinyal aperiodi. Setiap sinyal periodi dapat dinyataan oleh jumlahan atas omponen-omponen sinyal sinusoidal dengan freuensi berbeda. Jia ada sebuah fungsi f(t) yang ontinyu periodi dengan periode T, bernilai tunggal terbatas dalam suatu interval terbatas, memilii disontinyuitas yang terbatas jumlahnya dalam interval tersebut dan dapat diintegralan secara mutla, maa f(t) dapat dinyataan dengan deret fourier. Dengan menggunaan software omputer, omputasi T menjadi lebih mudah dan cepat. T merupaan elemen pemrosesan sinyal pada penguuran vibrasi. Pada penguuran vibrasi ada empat tahapan untu merubah sinyal vibrasi menjadi spetrumnya. Tahapan dalam algortima T untu analisa vibrasi dapat diilustrasian dengan gambar sebagai beriut : Dari diagram pada gambar.11 hubungan antara vetor dari gaya massa ( ), pegas () dan redaman (c) dapat di rumusan sebagai beriut: = (cy 0 ω) + y 0 my 0 ω 7 atau dalam betu lain dapat ditulis = y 0 1 m ω + c ω Karena vetor dari gaya yang melalui pegas dan redaman saling tega lurus, dengan mengetahui gaya yang melalui pegas (. y 0 ) dan gaya melalui redaman : c. ω. y 0 maa T dirumusan dengan : T = y 0 + cω 0 9 atau T = y c ω sehingga persamaan transmissibility adalah: Tr = T = y 0 y m ω c ω + c ω atau disederhanaan embali menjadi : Gambar 4 Proses pencacahan pada T [] getaran pada sistem dalam bentu displacement, ecepatan dan percepatan dimana etiga bentu tersebut dapat di presentasian dalam domain watu dan freuensi. representasi dalam domain watu menampilan perubahan fisis getaran berdasar watu. sedangan domain watu merupaan amplitudo yang ditampilan dalam gelombang sinus/cosinus. dimana mempunyai magnitud dan fasa yang berubah-ubah terhadap freuensi.. Konsep Transmissibility Transmissibility factor adalah rasio antara besarnya gaya dinamis dari mesin yang disaluran e penopang dengan gaya dinamis dari mesin. Besarnya gaya yang disaluran e penopang mesin merupaan penjumlahan gaya yang melalui redaman. (Wibowo, Eo Afdian.004) Gaya yang melalui pegas :. y 0 Gaya melalui redaman : c. ω. y 0 Tr = T = + ω c mω + ωc 1 Tetapi onsep tersebut digunaan pada pondasi sebagai penyalur getaran. Sehingga untu mengetahui transmisi getaran harus dietahui onstanta pegas () dan onstanta redaman (c). Sebagai contoh, terdapat satu sumber getaran dalam satu pondasi di illustrasian pada gambar 5 Gambar 5 Transmissibility dengan Sumber Getaran pada Titi A dan Penerima Getaran pada Titi B (AmirHossein, 013) Dari gambar.5 titi A adalah sumber getaran dan titi B adalah titi penerima getaran. Diasumsian pada titi A merupaan fungsi dari sinusoidal maa respon fungsi sinusoidal adalah pada titi B. Dimana rasio gaya yang diterima pada titi B adalah X 0. Jia freuensi esitasi pada titi A yang mana freuensi sudut (ω) terjadi perubahan, maa

4 4 rasio dari X 0.6 juga aan berubah. di illustrasian pada gambar Gambar 6 Renspons Transmissibility Dengan Perbedaan asa (AmirHossein, 013) Illustrasi pada gambar.6 merupaan onsep dasar transmissibility, yang mana pada penelitian ini untu titi penerima juga menghasilan getaran. Sehingga untu melihat nilai transmissibility rasio yang digunaan adalah Transmissibility = 10 log 10 (S/B) db Tabel 1 Penguuran Getaran Baseline (Satu Pompa masingmasing pompa Satu Kerusaan) (3.1) dengan eterangan : S : Getaran yang Tercampur Getaran Lain (m/s ) B: Baseline Getaran (m/s ). No Keadaan Pompa Perbedaan dari onsep tersebut arena pembaginya yaitu baseline getaran, sehingga hasilnya yaitu nilai yang menunjuan rambatan dari getaran pompa lain. analisis getaran menjadi menari etia freuensi esitasi pada titi A yang mana freuensi sudut (ω) terjadi perubahan mempunyai beda fasa dengan gaya esitasi pada titi B, maa rasio dari X 0 juga aan berubah. III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis membagi metodologi menjadi dua bagian yaitu pembuatan erusaan mesin pompa, pengambilan data getaran dan pengolahan data. Obje yang digunaan ada enam buah pompa air satu fasa dengan ecepatan sudut 3000 RPM (50 Hz). Kondisi Pompa yang digunaan adalah satu pompa normal dan lima pompa lain dengan erusaan berbeda. Kerusaan yang gunaan adalah unbalance 18 gram, unbalance 4 gram bearing fault dan misalignment dengan offset 1, dan 3. Jara antar pompa mengiuti dari penelitian sebelumnya yaitu 5 cm. Perangat penguuran yang digunaan antara lain enam buah accelerometer, sistem auisisi data menggunaan DAQ NI 934, compact cdaq 9178 dan laptop yang terinstal software Labview acoustic and vibration assistant. Pompa diletaan pada satu pondasi emudian accelerometer dipasang secara array pada masing-masing pompa yaitu peletaan di titi axial dan radial (vertical dan horizontal). Peletaan sensor arah vertical dan horizontal diletaan dengan jara 90 0 sedangan untu axial di letaan arah dengan posisi poros. penguuran dilauan selama lima deti dengan tiga ali pengulangan tiap pengambilan data. Gambar 7 Ilustrasi Penguuran Getaran A. Pengambilan Data Getaran Penguuran dibagi menjadi dua macam yaitu penguuran getaran baseline dan pengambilan data getaran yang telah diberi variasi. Pereaman sinyal baseline bertujuan sebagai pembanding penguuran lain yang telah di beri variasi. Sebagai contoh yang dicantuman adalah penguuran baseline dan penguuran pada dua pompa dengan masingmasing pompa satu erusaan. 1 Normal Unbalance 6 3 Unbalance 7 4 Bearing ault 5 Misalignment 1 6 Misalignment 7 Misalignment 3 Tabel Penguuran Getaran Pompa dengan 1 Kerusaan per Pompa No Kerusaan Pompa Pompa 1 Pompa 1 Unbalance 7 Misalignment 1 Unbalance 7 Misalignment 3 Unbalance 7 Misalignment 3 4 Unbalance 7 Bearing ault 5 Bearing ault Misalignment 1 6 Bearing ault Misalignment 7 Bearing ault Misalignment 3 C. Pengolahan Data Hasil penguuran percepatan getaran disimpan dengan format file.lvm emudian diolah menggunaan software Labview dengan algoritma ast ourier Transform untu melihat data dalam domain watu dan domain freuensi. Data waveform dengan format.lvm digunaan dalam perhitungann untu mengetahui transmissibility getaran dari pompa lain, maa digunaan persamaan sebagai beriut : db = 10 log ( S B ) (3.1) dengan eterangan : S : Getaran yang Tercampur Getaran Lain (m/s ) B: Baseline Getaran (m/s )

5 5 IV. PEMBAHASAN A. Sinyal Baseline Data baseline merupaan seumpulan data yang didapatan melalui penguuran pada saat mesin beroperasi tanpa ada fator pengganggu dari lingungan, sehingga data baseline berfungsi sebagai pembanding data penguuran untu menentuan ondisi mesin. Dari esperimen didapatan spetrum masing - masing pompa yang sesuai dengan ondisi erusaan. Sehingga data baseline dapat digunaan sebagai acuan pembanding data lain. Tabel dibawah ini menunjuan rata-rata amplitudo tertinggi pada pada etiga sumbu penguuran.dari masingmasing freuensi erusaan mesin. Nilai amplitudo tersebut didapatan dari hasil data waveform getaran. Sumbu penguuran dengan nilai amplitudo tertinggi aan menjadi sumbu tinjauan untu menganalisis getaran pompa etia diberi variasi. Tabel 7 Nilai Amplitudo Tertinggi pada Penguuran Baseline NO Kerusaan Amplitudo Getaran dari T vertial horizontal axial 1 Normal Unbalance 6 Unbalance bearing fault misalignment misalignment misalignment Gambar 6 perubahan spetrum baseline pompa unbalance 18 gram dibandingan dengan spetrum baseline pompa normal Pada gambar 6 merupaan perubahan amplitudo dari eadaan normal (iri) pompa menjadi unbalance (anan) dengan beban 18 gram yang dibandingan dengan baseline pompa normal pada sumbu vertial. Spetrum menunjuan enaian amplitudo pada freuensi erusaan di 1X freuensi yaitu 50 Hz. Kenaian ampllitudo di satu ali freuensi terjadi di etiga sumbu penguuran (vertial horizontal dan axial), tetapi amplitudo tertinggi didapatan pada sumbu vertial. Gaya getaran pengaruh dari penambahan beban di impeller mengaibatan getaran cenderung bergera vertial (nai turun). Dalam hal ini enaian amplitudo tersebut diaibatan arena saat shaft berputar pada sumbunya, impeller berputar tida tepat pada titi sumbu arena adanya beban tambahan. Pada pompa unbalance dengan beban 4 gram mempunyai amplitudo yang lebih ecil dibanding dengan pompa unbalance 18 gram, tetapi hasil penguuran menunjuan analisis yang sama yaitu arah getaran dominan pada sumbu vertial. B. Data Getaran dengan Variasi Jumlah Pompa dan Variasi Kerusaan Pompa Pengambilan getaran dengan berbagai variasi bertujuan untu mengetahui seberapa besar tingat transmissibility terhadap hasil penguuran getaran sebuah pompa. Sehingga terdapat hipotesa yang harus di butian melalui penelitian ini transmissibility dapat didetesi menggunaan accelerometer array, hipotesa tersebut dibutian melalui hasil perhitungan transmissibility getaran. Sebagai contoh pembutian hipotesa, diuraian hasil percobaan pada penguuran dua pompa dengan satu erusaan pada masing-masing pompa. tabel dibawah ini menunjuan nilai transmissibility tiap sumbu penguuran dua pompa dengan satu erusaan tiap pompa. Tabel 8 Nilai Transmissibility pada Penguuran Dua Pompa dengan Satu Kerusaan Tiap Pompa. No POMPA 1 1 Unb 7 Unb 7 3 Unb 7 4 Unb 7 5 Bearing 6 Bearing 7 Bearing SUMBU PENGUKURAN POMPA SUMBU PENGUKURAN V H A V H A Mis Mis Mis Bearing Mis Mis Mis Dari hasil perhitungan transmissibility pada tabel 8 menunjuan bahwa terjadi transmisibility antar pompa, dengan nilai yang dominan berada pada sumbu selain sumbu tinjauan (olom yang tida diarsir). Nilai transmissibility getaran yang terjadi pada sumbu tinjauan mempengaruhi analisis detesi erusaan pompa maa dari tabel 8 dilihat nilai transmissibility yang dominan pada sumbu tinjauan (olom biru). Nilai transmissibility yang besar (positif) menunjuan bahwa terjadi superposisi onstrutif pada range freuensi pompa. Sedangan nilai transmissibility yang ecil (negatif) menunjuan bahwa terjadi superposisi destrutif pada range freuensi pompa. Sehingga untu mengetahui apaah transmissibility berpengaruh pada pendetesian erusaan pompa, dibutian dengan melihat spetrum T pada masing-masing sumbu tinjauan yang memilii nilai transmissibility dominan. Sebagai contoh pada penguuran misalignment yang dioperasian dengan unbalance 18 gram (penguuran

6 6 nomor ) yang ditampilan pada gambar 7. Gambar 7 adalah hasil penguuran pompa misalignment yang dibandingan dengan baseline misalignment. Dari gambar tersebut menunjuan adanya superposisi destrutif arena penurunan amplitudo pada freuensi 50 Hz. Superposisi tersebut terjadi arena pada freuensi erusaan misalignment dan unbalance berada pada freuensi yang sama tetapi berbeda fasa. Gambar 7 Perubahan amplitudo baseline pompa misalignment (iri) dengan pompa misalignment yang di operasian dengan pompa unbalance 7 Superposisi destrutif juga terjadi pada spetrum pompa misalignment yang dioperasian dengan bearing fault yang ditunjuan pada gambar 8. Dari spetrum terlihat adanya penurunan amplitudo pada freuensi 50 Hz. Tetapi terdetesi hasil spetrum juga menunjuan erusaan bearing. DATAR PUSTAKA [1] Girdhar, Pares.004. Practical machinery vibration and analysis & Predictive Maintenance. Oxford: Newnes Inc. [] Hayati, Dian Nur Penerapan Independent Component Analysis (ICA) untu pemisahan Sinyal Suara Mesin Berputar di PT.Gresi Power Indonesia (TheLinde Group). ITS [3] Patil& Gaiwad., S.S Vibration analysis of electrical rotating machines using T: A method of predictive maintenance: Department of Instrumentation & Control Engineering, Vishwaarma Institute of technology. Pune, India [4] Tri P., Agung, 011. Pembelajaran Vibrasi Bengel Mesin asilitas Pemeliharaan Kapal Surabaya,LANTAMAL V. [5] atma Ridasari, Dhany Arifianto, dan Andi Rahmadiansyah, 01 Penerapan Time requency Independent Component Analysis (TICA) untu Mendetesi Multi Kerusaan Pada Mesin Putar. Jurnal Teni Pomits Vol. 1 Gambar 8 Spetrum T pompa misalignment yang di operasian dengan pompa unbalance 7 Dari edua spetrum pada gambar 7 dan gambar 8 menunjuan bahwa transmissibility mempengaruhi diagnosa erusaan pompa. V KESIMPULAN Dari hasil penelitian didapatan esimpulan yaitu transmissibility antar pompa dalam satu penopang dapat didetesi menggunaan accelerometer array, dibutian dengan adanya perubahan diagnosa erusaaan pompa pada spetrum ast ourier Transform. Nilai transmissibility yang bernilai negatif menunjuan superposisi destrutif misalan pada pompa misalignment (yang dioperasian dengan pompa unbalance 7 ) dengan nilai transmissibility db. Sedangan transmissibility yang bernilai positif menunjuan superposisi onstrutif misalan pada pompa bearing fault (yang dioperasian dengan pompa unbalance 7 gram. cm) dengan nilai db.

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci

PEMISAHAN BANYAK SUMBER SUARA MESIN MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN INDEPENDEN (ICA) UNTUK DETEKSI KERUSAKAN. B.T. Atmaja, A.S. Aisyah, dan D.

PEMISAHAN BANYAK SUMBER SUARA MESIN MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN INDEPENDEN (ICA) UNTUK DETEKSI KERUSAKAN. B.T. Atmaja, A.S. Aisyah, dan D. PEMISAHAN BANYAK SUMBER SUARA MESIN MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN INDEPENDEN (ICA) UNUK DEEKSI KERUSAKAN B.. Atmaja, A.S. Aisyah, dan D. Arifianto Jurusan eni Fisia,Faultas enologi Industri, Institut enologi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: 2548-1509 Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

Materi. Menggambar Garis. Menggambar Garis 9/26/2008. Menggambar garis Algoritma DDA Algoritma Bressenham

Materi. Menggambar Garis. Menggambar Garis 9/26/2008. Menggambar garis Algoritma DDA Algoritma Bressenham Materi IF37325P - Grafia Komputer Geometri Primitive Menggambar garis Irfan Malii Jurusan Teni Informatia FTIK - UNIKOM IF27325P Grafia Komputer 2008 IF27325P Grafia Komputer 2008 Halaman 2 Garis adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL 2013 Mata Pelajaran : FISIKA

TRY OUT UJIAN NASIONAL 2013 Mata Pelajaran : FISIKA TRY OUT UJIN NSIONL 2013 Mata Pelajaran : FISIK 1. ndi menguur diameter sebuah lingaran dengan menggunaan janga sorong. Hasil penguurannya terlihat pada gambar. Diameter lingaran tersebut. 1,21 cm. 1,25

Lebih terperinci

Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 Maalah Seminar Tugas Ahir Pendetesi Rotasi Menggunaan Gyroscope Berbasis Miroontroler ATmega8535 Asep Mubaro [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

EVALUASI SUBYEKTIF EMISI AKUSTIK MESIN BERPUTAR OLEH OPERATOR MESIN KRI PULAU RUPAT-712 DI KOMANDO ARMADA RI KAWASAN TIMUR SURABAYA

EVALUASI SUBYEKTIF EMISI AKUSTIK MESIN BERPUTAR OLEH OPERATOR MESIN KRI PULAU RUPAT-712 DI KOMANDO ARMADA RI KAWASAN TIMUR SURABAYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 EVALUASI SUBYEKTIF EMISI AKUSTIK MESIN BERPUTAR OLEH OPERATOR MESIN KRI PULAU RUPAT-712 DI KOMANDO ARMADA RI KAWASAN TIMUR SURABAYA Dhenok Ayu Setianingsih,

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO e SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN BALOK KAYU EBONI DENGAN METODE UNGSI TRANSER Naharuddin * Abstract The aim of the earch is to establish the characteristic of ebony beam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar 3 Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Eletrotenia Dasar Jamhir slami Pranata Laboratorium Pendidian (PLP) Ahli Muda Laboratorium Eletrotenia Dasar Faaultas

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM INDONESIA untu IPhO 2013 SOAL TES TEORI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna atif Detection CDMA dengan Modulasi Quadrature Phase Shift Keying Berbasis Perangat Luna Saretta Nathaniatasha

Lebih terperinci

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan Abstra Pencitraan omografi Eletri dengan Eletroda Planar di Permuaan D. Kurniadi, D.A Zein & A. Samsi KK Instrumentasi & Kontrol, Institut enologi Bandung Jl. Ganesa no. 10 Bandung Received date : 22 November2010

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS VIBRASI UNTUK KLASIFIKASI KERUSAKAN MOTOR DI PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM DAN NEURAL NETWORK

ANALISIS VIBRASI UNTUK KLASIFIKASI KERUSAKAN MOTOR DI PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM DAN NEURAL NETWORK ANALISIS VIBRASI UNTUK KLASIFIKASI KERUSAKAN MOTOR DI PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM DAN NEURAL NETWORK Nirma Priatama NRP. 2210100159 Dosen Pembimbing : Dimas Anton Asfani, ST.,

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI

DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI Ganong Zainal Abidin, I Wayan Sujana Program Studi Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang Email : ganongzainal@outlook.com

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Data yang telah berhasil diumpulan oleh penulis di BB BIOGEN diperoleh hasil bobot biji edelai dengan jumlah varietas yang aan diuji terdiri dari 15

Lebih terperinci

PENENTUAN ELEVASI PERMUKAAN AIR BERDASARKAN DATA SERIES TINGGI TEKANAN AIR

PENENTUAN ELEVASI PERMUKAAN AIR BERDASARKAN DATA SERIES TINGGI TEKANAN AIR PENENTUAN ELEVASI PERMUKAAN AIR BERDASARKAN DATA SERIES TINGGI TEKANAN AIR Andi Rusdin* * Series data of sea surface elevation is required to determine the parameters of tidal and wave parameters. The

Lebih terperinci

Desain Kontroler Tunggal Untuk Meredam Osilasi Multi Frekuensi Pada Sistem Skala Besar

Desain Kontroler Tunggal Untuk Meredam Osilasi Multi Frekuensi Pada Sistem Skala Besar J. of Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 1, No. 1 (2004), 1 7 Desain Kontroler Tunggal Untu Meredam Osilasi Multi Freuensi Pada Sistem Sala Besar Mardlijah Jurusan Matematia Institut Tenologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CRITICAL CLEARING TIME MENGGUNAKAN PERSAMAAN SIMULTAN BERBASIS TRAJEKTORI KRITIS TANPA KONTROL YANG TERHUBUNG DENGAN INFINITE BUS

PERHITUNGAN CRITICAL CLEARING TIME MENGGUNAKAN PERSAMAAN SIMULTAN BERBASIS TRAJEKTORI KRITIS TANPA KONTROL YANG TERHUBUNG DENGAN INFINITE BUS PROCEEDIG SEMIAR TUGAS AKHIR ELEKTRO ITS, (4) -6 PERHITUGA CRITICAL CLEARIG TIME MEGGUAKA PERSAMAA SIMULTA BERBASIS TRAJEKTORI KRITIS TAPA KOTROL YAG TERHUBUG DEGA IIITE BUS M. Abdul Aziz Al Haqim, Prof.

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3 MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE BELAJAR HEBBIAN

BAB IV METODE BELAJAR HEBBIAN BAB IV MEODE BELAJAR HEBBIAN - Aturan Hebb meruaan salah satu huum embelajaran jaringan neural yang ertama. Diemuaan oleh Donald Hebb (949). Hebb lahir di Chester, Nova Scotia, ada ergantian abad. - Isinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA. GEMPA BUMI Gempa bumi adalah suatu geraan tiba-tiba atau suatu rentetetan geraan tiba-tiba dari tanah dan bersifat transient yang berasal dari suatu daerah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Jadwal Secara Umum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jadwal adalah pembagian watu berdasaran rencana pengaturan urutan erja, daftar atau tabel egiatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Sistem struktur yang mengalami problem dinamik mempunyai perbedaan

BAB II TEORI DASAR. Sistem struktur yang mengalami problem dinamik mempunyai perbedaan BAB II TEORI DASAR II. Umum Sistem strutur yang mengalami problem dinami mempunyai perbedaan yang signifian terhadap problem stati. Yaitu sistem strutur pembebanan dinami memerluan sejumlah oordinat bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupaan daerah pertemuan tiga lempeng tetoni besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific (gambar 1). Lempeng Indo-Australia bertabraan

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PADA SIFAT ELASTISITAS BAHAN

PENGARUH GAYA PADA SIFAT ELASTISITAS BAHAN PENGARUH GAYA PADA SIAT ELASTISITAS BAHAN SMA Kelas XI Semester Standar Kompetensi. Menganalisis gejala alam dan eteraturannya dalam caupan meania benda titi Kompetensi Dasar.3 Menganalisis pengaruh gaya

Lebih terperinci

SETTING RELAI JARAK PADA SISTEM 150 KV

SETTING RELAI JARAK PADA SISTEM 150 KV TUGAS AKHIR SETTING RELAI JARAK PADA SISTEM 150 KV Disusun guna memenuhi persyaratan aademis dan untu mencapai gelar sarjana S-1 pada jurusan Teni Eletro Universitas Mercu Buana Disusun oleh SIGIT SUPRIYANTO

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter eguh Herlambang 1, Denis Fidita 2, Puspandam Katias 2 1 Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Unusa Kampus B

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SECARA SERENTAK KERUSAKAN MESIN MENGGUNAKAN INDEPENDENT COMPONENT ANALYSIS BERDASARKAN CONVOLUTIVE MIXTURE

IDENTIFIKASI SECARA SERENTAK KERUSAKAN MESIN MENGGUNAKAN INDEPENDENT COMPONENT ANALYSIS BERDASARKAN CONVOLUTIVE MIXTURE IDENTIFIKASI SECARA SERENTAK KERUSAKAN MESIN MENGGUNAKAN INDEPENDENT COMPONENT ANALYSIS BERDASARKAN CONVOLUTIVE MIXTURE SEPTIAN FIRMANDA 2406100065 DOSEN PEMBIMBING Dr.Dhany Arifianto,ST., M.Eng JURUSAN

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Sutino 1, Helmie Arif Wibawa 2, Priyo Sidi Sasongo 3 123 Jurusan Ilmu Komputer/Informatia, FSM,

Lebih terperinci

Pengembangan Sensor Koil Datar 3-D untuk Deteksi Gempa Dini di Wilayah Lombok

Pengembangan Sensor Koil Datar 3-D untuk Deteksi Gempa Dini di Wilayah Lombok 84 JNTETI, Vol. 6, No. 1, Februari 17 Pengembangan Sensor Koil Datar 3-D untu Detesi Gempa Dini di Wilayah Lombo Islahudin 1, Muhammad Nizaar Abstract In this study, a flat coil application as a threedimensional

Lebih terperinci

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE

Lebih terperinci

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR) SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD JMP : Vol. 9 No. 1, Juni 17, hal. 13-11 ISSN 85-1456 IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR Gumgum Darmawan Statistia FMIPA UNPAD gumgum@unpad.ac.id Budhi Handoo Statistia

Lebih terperinci

PEMICU 1 29 SEPT 2015

PEMICU 1 29 SEPT 2015 PEMICU 1 9 SEPT 015 Kumpul 06 Okt 015 Diketahui: Data eksperimental hasil pengukuran sinyal vibrasi sesuai soal. Ditanya: a. Hitung persamaan karakteristiknya. b. Dapatkan putaran kritisnya c. Simulasikan

Lebih terperinci

Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunakan Mikrokontroler AT89S51

Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunakan Mikrokontroler AT89S51 Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunaan Miroontroler AT89S51 Edward Teguh Hartono 1, Trias Andromeda,ST. MT. 2, Sumardi,ST. MT. 2 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Jl.

Lebih terperinci

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA TORI KINTIK RKSI KII da (dua) pendeatan teoreti untu menjelasan ecepatan reasi, yaitu: () Teori tumbuan (collision theory) () Teori eadaan transisi (transition-state theory) atau teori omples atif atau

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN ANALISA DINAMIKA (ENERGI TERDISIPASI) PADA GERAK VERTIKAL ANTARA BOGIE DAN GERBONG KERETA API

PEMODELAN DAN ANALISA DINAMIKA (ENERGI TERDISIPASI) PADA GERAK VERTIKAL ANTARA BOGIE DAN GERBONG KERETA API SIDANG TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN ANALISA DINAMIKA (ENERGI TERDISIPASI) PADA GERAK VERTIKAL ANTARA BOGIE DAN GERBONG KERETA API Disusun oleh Yohanes Dhani Kristianto (20800626) Dosen pembimbing Ir. YUNARKO

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU PERTEMUAN 2 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU 2. SISTEM WAKTU DISKRET Sebuah sistem watu-disret, secara abstra, adalah suatu hubungan antara barisan masuan dan barisan eluaran. Sebuah

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER Wiaria Gazali 1 ; Haryono Soeparno 2 1 Jurusan Matematia, Faultas Sains dan Tenologi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci