Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535"

Transkripsi

1 Maalah Seminar Tugas Ahir Pendetesi Rotasi Menggunaan Gyroscope Berbasis Miroontroler ATmega8535 Asep Mubaro [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstra Dalam suatu sistem navigasi dibutuhan etepatan dalam penentuan eberadaan dan pergeraan suatu benda. Salah satu bagian penting dalam sistem navigasi adalah pendetesi rotasi. Banya seali instrumen yang dapat digunaan untu mendetesi rotasi dan salah satunya adalah sensor gyroscope. Sensor gyroscope memilii elebihan yaitu sensor ini tida bersentuhan langsung secara fisi dengan lingungan seitar sehingga sangat coco digunaan pada benda yang bergera bebas. Pada tugas ahir ini dilauan perancangan dan pembuatan sistem pendetesi rotasi menggunaan gyroscope berbasis miroontroler ATmega 8535 untu mendetesi sudut rotasi dari etiga poros putar. Data berupa sudut diperoleh dari hasil integral terhadap eluaran gyroscope yang berupa sinyal ecepatan sudut. Selain itu digunaan filter digital berupa filter esponensial dan filter Kalman untu mengurangi noise dari sinyal eluaran gyroscope. Hasil dari edua filter tersebut emudian dibandingan untu mendapatan hasil detesi sudut dengan error terecil. Berdasaran hasil penelitian yang dilauan pada poros yaw dan poros pitch serta poros roll untu putaran searah jarum jam didapatan bahwa nilai sudut dengan error terecil diperoleh dari sistem yang menggunaan filter esponensial. Kata unci : rotasi, gyroscope, miroontroler ATmega 8535, filter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Peranan eletronia di segala bidang menjadi semain besar di abad e-21 ini. Bermula dari penerapan rangaian eletronia analog, emudian digital dan ini hampir semua peralatan menggunaan sistem miroprosesor. Pada tugas ahir ini miroprosesor digunaan untu melauan auisisi data rotasi dengan memanfaatan sensor gyroscope yang dijual bebas dipasaran. Banya seali sensor yang dapat digunaan untu mendetesi besaran sudut rotasi, namun pada tugas ahir ini digunaan sensor gyroscope. Hal ini diarenaan sensor gyroscope memilii elebihan dibandingan dengan sensor yang lain yaitu sensor ini tida bersentuhan langsung secara fisi dengan lingungan seitar sehingga sangat coco digunaan pada benda yang bergera bebas. Penentuan besaran sudut rotasi dapat diembangan menjadi sistem navigasi, yang mana dengan adanya sistem navigasi ini dapat dietahui eberadaan suatu benda bergera secara tepat. Sistem navigasi biasa digunaan pada benda yang bergera bebas seperti mobile robot, endaraan bermotor, roet endali dan lain-lain. Miroontroler ATmega8535 diterapan sebagai pusat pengolahan data untu mendetesi 1 Mahasiswa Jurusan Teni Eletro UNDIP besaran sudut rotasi. Miroontroler ini dipilih arena memilii fitur-fitur yang cuup lengap dan harga yang relatif terjangau. Selain itu pemrograman miroontroler ini lebih flesibel, yaitu dapat menggunaan bahasa tingat rendah (Assembly) maupun bahasa tingat tinggi (Bahasa C). Dengan fitur yang lengap dan bahasa pemrograman yang mudah maa watu implementasi aan lebih singat dan penelusuran esalahan aan menjadi lebih mudah, sehingga pengembangan lebih lanjut aan sangat mungin dilauan. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian tugas ahir ini adalah merancang dan membuat sistem instrumentasi untu mendetesi sudut rotasi dengan menggunaan sensor gyroscope berbasis miroontroler ATmega 8535 dan antar mua omputer. 1.3 Pembatasan Masalah Dalam pembuatan tugas ahir ini penulis membatasi permasalahan sebagai beriut : 1. Pembuatan sistem instrumentasi ini menggunaan 3 buah sensor gyroscope yang masing-masing memilii 1 derajat ebebasan. 2. Perangat luna Borland Delphi 7.0 digunaan untu membuat program 2 Staf Pengajar Jurusan Teni Eletro UNDIP

2 monitoring sinyal eluaran sensor gyroscope dan penghitung sudut rotasi. 3. Dalam pemrosesan sinyal digunaan filter digital untu mengurangi noise. 4. Miroontroler yang digunaan adalah miroontroler ATmega Perangat luna yang digunaan untu memprogram miroontroler adalah Code Vision AVR. 6. Bahasa pemrograman pada miroontroler ATmega8535 menggunaan bahasa C standar ANSI. II. DASAR TEORI 2.1 Sensor Gyroscope Secara umum hasil penguuran ecepatan sudut sebuah benda dengan menggunaan sensor gyroscope pada sumbu horisontal dapat dinyataan dengan persamaan (2.1) T ( t) ( t) n( t) b( t)...(1) Sinyal eluaran gyroscope secara umum mengandung sinyal ecepatan sudut ( (t)), random noise (n(t)), dan noise arena perubahan temperatur (b(t)). Perubahan besaran sudut diperoleh dengan mengintegralan persamaan 1. Persamaan perubahan besaran sudut ditulis menjadi persamaan 2. T ( t) ( ( t) n( t) b( t)) dt...(2) Persamaan 2 dapat ditulis embali dengan sebuah parameter alibrasi secara sederhana menjadi persamaan 3 ( t) K ( ( t)) dt...(3) T 2.2 Algoritma Integral Runge-Kutta Metode Runge-Kutta merupaan metode penyelesaian persamaan differensial yang mana perhitungan penyelesaian dilauan langah demi langah. Secara umum fungsi penyelesaian persamaan differensial dengan metode Runge- Kutta ditunjuan pada persamaan 4. x x 1 h. f ( x 1, t 1)...(4) Disini h.f(x -1,t -1 ) adalah perubahan nilai setiap langah. Metode Runge-Kutta orde 2 membuat langah yang lebih ecil dari perubahan nilai dengan membagi nilai perubahan tiap langah menjadi sejumlah bagian yang ditentuan. Bentu paling sederhana dari metode Runge Kutta orde 2 adalah membagi bagian perubahan menjadi dua bagian seperti ditunjuan pada Persamaan 5. h x x 1 [ f ( x, t ) f ( x 1, t 1 )]...(5) Miroontroler AVR ATmega8535 AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) merupaan seri miroontroller CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitetur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir semua instrusi dieseusi dalam satu silus cloc, berbeda dengan instrusi MCS51 yang membutuhan 12 silus cloc. AVR mempunyai 32 register serbaguna, Timer/Counter flesibel dengan mode compare, interrupt internal dan esternal, serial UART, programmable Watchdog Timer, dan mode power saving. Beberapa di antaranya mempunyai ADC dan PWM internal. AVR juga mempunyai In-System Programmable Flash on-chip yang memunginan memori program untu diprogram ulang dalam sistem menggunaan hubungan serial SPI. Susunan ai ATmega8535 ditunjuan pada Gambar 1. Gambar 1 Susunan ai ATmega8535 Penjelasan dari masing-masing pin adalah sebagai beriut: a. VCC merupaan pin yang berfungsi sebagai pin masuan catu daya. b. GND merupaan pin ground. c. PortA (PA7 PA0) merupaan terminal masuan analog menuju A/D Converter. Port ini juga berfungsi sebagai port I/O 8 bit dua arah (bidirectional), jia A/D Converter tida diatifan. d. Port B (PB7 PB0) merupaan port I/O 8 bit dua arah (bidirectional) dengan resistor pullup internal. Port B juga dapat berfungsi sebagai terminal husus yaitu Timer/Counter, omparator analog, dan SPI. e. Port C (PC7..PC0) merupaan port I/O 8 bit dua arah (bidirectional) dengan resistor pullup internal. Port C juga dapat berfungsi sebagai terminal husus yaitu omparator analog, dan Timer Oscilator. f. Port D (PD7 PD0) adalah merupaan port I/O 8 bit dua arah (bidirectional) dengan resistor pull-up internal. Port D juga dapat berfungsi sebagai terminal husus yaitu

3 omparator analog, interupsi esternal, dan omuniasi serial. g. RESET merupaan pin yang digunaan untu me-reset miroontroler. h. XTAL1 dan XTAL2 merupaan pin masuan cloc esternal. i. AVCC merupaan pin masuan tegangan untu ADC. j. AREF merupaan pin masuan tegangan referensi ADC. 2.4 FILTER Pada pemrosesan sinyal, filter merupaan alat yang digunaan untu memisahan sinyal yang diinginan dari sinyal yang tida diinginan seperti derau. Prinsip erja filter adalah melewatan sinyal yang diehendai dan menahan sinyal lainnya yang tida diehendai berdasaran freuensinya FILTER KALMAN Filter Kalman digunaan untu menyelesaian permasalahan estimasi state pada suatu proses yang dapat dinyataan dalam persamaan deferensial. Hubungan antara ecepatan sudut (u) dan sudut (x) serta noise (w) pada filter Kalman diperlihatan pada persamaan 6. x 1 x Tu w... (6) Persamaan 6 dapat diobservasi dengan model penguuran yang memetaan state x e eluaran y seperti ditulisan pada persamaan 7. y x v... (7) Noise proses (w) dan noise penguuran (v) merupaan noise yang saling bebas. Nilai estimasi state xˆ pada filter Kalman ditentuan dari estimasi posteriori xˆ serta selisih antara penguuran y dan estimasi penguuran Hˆ seperti pada persamaan 8. xˆ xˆ K x y Hxˆ xˆ xˆ K H x v Hxˆ...(8) Selisih nilai antara penguuran y dan estimasi penguuran disebut sebagai residual atau penguuran innovation. Jia nilai residual adalah nol, maa hal itu menunjuan bahwa hasil estimasi sama dengan hasil penguuran. Nilai K adalah fator gain pada filter Kalman. Pada filter Kalman dipilih nilai K sehingga estimasi posteriori adalah optimal atau mempunyai error yang minimum. Nilai P minimum diperoleh jia nilai K dapat menyediaan estimasi yang mempunyai covariance minimum. Penyelesaian untu mendapatan P minimum ditunjuan pada persamaan 9. P I K H P...(9) Nilai estimasi priori diberian pada persamaan 10 yang diperoleh dengan menghilangan noise w xˆ A xˆ 1 Bu...(10) Nilai covariance dari error diberian pada persamaan 11 T P 1 A P A Q...(11) FILTER EKSPONENSIAL Filter esponensial merupaan filter linier reursif sederhana. Filter esponensial secara umum digunaan dalam analisis awasan watu. Persamaan filter esponensial orde 2 dapat dilihat pada Persamaan y n) (1 a)( x a. x ) a y... (12) ( n ( n1). ( n2) Secara umum parameter a dapat ditentuan dengan persamaan a... (13) f c (1 2. ) f s Di sini f c adalah freuensi cut off dan f s adalah freuensi sampling. 2.5 ADXRS150 Gyroscope ADXRS150 dari Analog Device, merupaan gyroscope eletri yang memilii sala 150 o /s. ADXRS150 merupaan sensor ecepatan sudut dengan omponen eletroni terintegrasi yang di jual secara omersil. Sensor ini beruuran ecil dengan onsumsi daya rendah dan memilii etahanan yang bai terhadap goncangan dan getaran. Sensor ini merupaan terobosan baru yang menggabungan sistem eletri dan meani atau yang biasa disebut integrated micro electromechanical system (imems). Tegangan masuan untu ADXRS150 adalah tegangan DC 5 volt sedangan tegangan eluarannya adalah antara 0,25 sampai 4,75 volt. ADXRS150 memilii sejumlah ai yang masingmasing memilii fungsi tertentu. Susunan aiai ADXRS150 ditunjuan pada Gambar 2. Gambar 2 Susunan ai ADXRS150

4 III. PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Perangat Keras (Hardware) Perancangan perangat eras pada alat pendetesi rotasi dengan menggunaan gyroscope ini meliputi perancangan sistem minimum miroontroler ATmega8535 dan perancangan sensor gyroscope ADXRS150. Secara umum perancangan perangat eras dapat dilihat pada Gambar Perancangan Perangat Luna (Software) Perancangan perangat luna merupaan perancangan algoritma program untu merealisasian sistem pendetesi rotasi dengan menggunaan gyroscope. Perancangan perangat luna pada pendetesi rotasi meliputi perancangan ADC, perancangan sistem dengan filter esponensial dan perancangan sistem dengan filter Kalman. Gambar 4 merupaan diagram semati perancangan sistem pendetesi rotasi dengan menggunaan gyroscope. Gambar 4 Perancangan perangat luna sistem pendetesi rotasi Gambar 3 Diagram blo perancangan pendetesi rotasi dengan menggunaan gyroscope Tiap-tiap bagian dari diagram blo sistem pada Gambar 3 dapat dijelasan sebagai beriut : 1. Sensor gyroscope ADXRS150 digunaan untu memperoleh besaran ecepatan sudut dari etiga poros putar. 2. Miroontroler ATmega 8535 digunaan menerima data dari sensor, mengubahnya menjadi data digital, memfilter data secara digital dan melauan omuniasi serial dengan omputer. 3. Komputer digunaan untu mengolah data digital ecepatan sudut menjadi besaran sudut dan menampilan edalam grafi. Pada tugas ahir ini digunaan 3 buah sensor gyroscope ADXRS150 yang masing diletaan pada etiga poros putar (poros roll, pitch dan yaw). Sensor gyroscope ADXRS150 yang memilii nilai epeaan 12,5 mv/ o /s beroperasi pada tegangan 5 volt. Keluaran sensor ini berupa tegangan analog yang merepresentasian besaran ecepatan sudut. Data sensor aan dirubah edalam bentu digital 8 bit dengan nilai referensi 5 volt sehingga perubahan tegangan per bit yaitu 5 19,6mV / bit. Dengan mengetahui 255 perubahan tegangan per bit, maa dapat dietahui perubahan ecepatan sudut per bit yaitu 19,6 1,568 / s / bit. 12, Perancangan sistem dengan filter esponensial Pada sistem ini digunaan filter esponensial untu menghilangan random noise yang ada pada eluaran sensor gyroscope. Pada tugas ahir ini digunaan filter esponensial orde dua dengan nilai onstanta a sebesar 0,9. Nilai onstanta a diperoleh dengan menggunaan persamaan 13. Filter esponensial tersebut diapliasian pada miroontroler ATmega8535. Secara umum diagram alir perancangan program pada Delphi 7.0 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Diagram alir program pada Delphi 7.0

5 Tampilan respon eluaran sensor gyroscope serta algoritma menghitung dan menampilan nilai besaran sudut dari etiga poros sensor diterapan pada program auisisi menggunaan bantuan perangat luna Borland Delphi Perancangan sistem dengan filter Kalman Filter Kalman yang diapliasian pada miroontroler ATmega8535 tida hanya menghilangan random noise tetapi filter ini juga menghitung nilai besaran sudut dengan mengintegralan sinyal masuan filter. Tampilan respon eluaran sensor gyroscope serta tampilan nilai besaran sudut dari etiga poros sensor diterapan pada program auisisi menggunaan bantuan perangat luna Borland Delphi 7.0. Berdasaran hubungan antara proses, penguuran, dan filter Kalman, maa dapat dibuat diagram alir program seperti pada Gambar 6. poros ditentuan fator alibrasi untu putaran searah jarum jam dan fator alibrasi untu putaran berlawanan arah jarum jam. A. Fator alibrasi sistem dengan filter esponensial Tabel 1 Fator alibrasi poros roll untu putaran searah jarum jam dengan filter esponensial. Percobaan Fator alibrasi 1 26, , , , , , , , , , , , Fator alibrasi rata-rata 1, K, xˆ, P Tabel 2 Fator alibrasi poros roll untu putaran berlawanan arah jarum jam dengan filter esponensial. Percobaan Fator alibrasi 1-20, , , , , , , , , , , , Fator alibrasi rata-rata 1, xˆ, Pˆ Gambar 6 Diagram alir program filter Kalman Penentuan Fator Kalibrasi Fator alibrasi merupaan suatu onstanta yang digunaan untu mengalibrasi antara hasil integral dari ecepatan sudut dengan sudut. Fator alibrasi diperoleh dengan membandingan antara sudut dengan sudut hasil pembacaan gyroscope. Penentuan fator alibrasi dilauan pada masing-masing poros putar dan pada tiap-tiap Dari Tabel 1 dan Tabel 2 diperoleh fator alibrasi rata-rata pada poros roll untu putaran searah jarum jam sebesar 1, , sedangan fator alibrasi rata-rata pada poros roll untu putaran berlawanan arah jarum jam sebesar 1, Dengan cara yang sama seperti penentuan fator alibrasi pada poros roll, maa diperoleh fator alibrasi pada poros pitch untu putaran searah jarum jam sebesar 1, dan sebesar 1, untu putaran berlawanan arah jarum jam. Pada poros yaw fator alibrasi untu putaran searah jarum jam sebesar 1, dan sebesar 1, untu putaran berlawanan arah jarum jam.

6 B. Fator alibrasi sistem dengan filter Kalman Tabel 3 Fator alibrasi poros roll untu putaran searah jarum jam dengan filter Kalman. Percobaan Fator alibrasi 1 39, , , , , , , , , , , , Fator alibrasi rata-rata 0, Tabel 4 Fator alibrasi poros roll untu putaran berlawanan arah jarum jam dengan filter Kalman. Percobaan Fator alibrasi 1-43,8-30 0, , , ,3-90 0, , , , , , Tabel 5 Hasil pengujian tegangan offset V V offset offset Poros No. Poros roll pitch (volt) (volt) V offset Poros yaw (volt) 1 2,55 2,38 2,54 2 2,54 2,37 2,55 3 2,55 2,39 2,55 4 2,56 2,38 2,53 5 2,54 2,39 2,54 6 2,56 2,37 2,55 7 2,55 2,38 2,53 8 2,54 2,37 2,55 9 2,55 2,37 2, ,56 2,38 2,54 Jumlah 25,5 23,78 25,42 Rata-rata 2,55 2,378 2,542 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa tegangan offset rata-rata untu poros roll sebesar 2.55, poros pitch sebesar 2,378 dan poros yaw sebesar 2,542. Tegangan offset rata-rata sumbu x dan sumbu z sudah sesuai dengan tegangan offset ideal yaitu sebesar 2,5 volt, sedangan pada sumbu y terdapat selisih tegangan dengan tegangan offset ideal yaitu sebesar 0,122 volt. Fator alibrasi rata-rata 0, Dari Tabel 1 dan Tabel 2 diperoleh fator alibrasi rata-rata pada poros roll untu putaran searah jarum jam sebesar 0, , sedangan fator alibrasi rata-rata pada poros roll untu putaran berlawanan arah jarum jam sebesar 0, Dengan cara yang sama seperti penentuan fator alibrasi pada poros roll, maa diperoleh fator alibrasi pada poros pitch untu putaran searah jarum jam sebesar 0, dan sebesar 0, untu putaran berlawanan arah jarum jam. Pada poros yaw fator alibrasi untu putaran searah jarum jam sebesar 0, dan sebesar 0, untu putaran berlawanan arah jarum jam. a. putaran searah jarum jam IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Perangat Keras Karateristi Gyroscope ADXRS150 Pada pengujian arateristi gyroscope ADXRS150 dilauan pengujian tegangan offset dan pengujian respon eluaran sensor. Pengujian tegangan offset dilauan dengan cara menguur tegangan offset menggunaan multimeter. b. putaran berlawanan arah jarum jam Gambar 7 Respon eluaran sensor gyroscope ADXRS150 Dari Gambar 7 terlihat bahwa bila putaran searah jarum jam maa eluaran tegangan analog sensor lebih besar dari tegangan offset sedangan untu

7 putaran berlawanan arah jarum jam maa eluaran tegangan analog lebih rendah dari tegangan offset. 4.2 Pengujian Perangat Luna Pengujian dengan filter eponensial Pengujian sudut dilauan dengan menerapan fator alibrasi yang didapat sebelumnya. Hasil pengujian yang didapat emudian dibandingan dengan sudut sehingga didapat besaran error. A. Pengujian Poros Roll Tabel 6 Hasil pengujian sudut poros roll untu putaran searah jarum jam dengan filter esponensial No Error sudut Persentase Error (%) 1 10, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,658 Error rata-rata 0, ,118 Tabel 7 Hasil pengujian sudut poros roll untu putaran berlawanan arah jarum jam dengan filter esponensial No Error sudut Persentase Error (%) 1-9, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Error rata-rata 3, , Dari Tabel 6 dan Tabel 7 dapat diamati bahwa error rata-rata pada poros roll untu putaran searah jarum jam dengan menggunaan filter esponensial sebesar 1, % dengan tingat esalahan sudut 0, o 1, o. Untu putaran berlawanan arah jarum jam error rata-rata sebesar 3, % dengan tingat esalahan sudut 0, o 11,32778 o. B. Pengujian Poros Pitch Dengan cara yang sama seperti pengujian sudut pada poros roll, maa diperoleh hasil pengujian sudut poros pitch dengan error rata-rata untu putaran searah jarum jam menggunaan filter esponensial sebesar 0, % serta tingat esalahan sudut 0, o 1, o. Untu putaran berlawanan arah jarum jam error rata-rata sebesar 0, % dengan tingat esalahan sudut 0, o 3, o. C. Pengujian Poros Yaw Dengan cara yang sama seperti pengujian sudut pada poros roll, maa diperoleh hasil pengujian sudut poros yaw dengan error rata-rata untu putaran searah jarum jam menggunaan filter esponensial sebesar 1,74794 % serta tingat esalahan sudut 0, o 5, o. Untu putaran berlawanan arah jarum jam error rata-rata sebesar 1, % dengan tingat esalahan sudut 0, o 4, o Pengujian dengan filter Kalman Pengujian sudut dilauan dengan menerapan fator alibrasi yang didapat sebelumnya. Hasil pengujian yang didapat emudian dibandingan dengan sudut sehingga didapat besaran error. A. Pengujian Poros Roll Tabel 8 Hasil pengujian sudut poros roll untu putaran searah jarum jam dengan filter Kalman No Error sudut Persentase Error (%) 1 9, ,04 0,4 2 20, ,06 0,3 3 30, ,81 2,7 4 62, ,27 3, , ,34 3, , ,96 8, , , , ,66 7, Error rata-rata 5,0425 4, Tabel 9 Hasil pengujian sudut poros roll untu putaran berlawanan arah jarum jam dengan filter Kalman No Error sudut Persentase Error (%) 1-10, ,25 2,5 2-21, ,02 5,1 3-31, ,17 3,9 4-62, ,26 3, , ,26 3, , ,86 1, , ,3 0, , ,67 1, Error rata-rata 1, , Dari Tabel 8 dan Tabel 9 dapat diamati bahwa error rata-rata pada poros roll untu putaran

8 searah jarum jam dengan menggunaan filter Kalman sebesar 4, % dengan tingat esalahan sudut 0,04 o 13,66 o. Untu putaran berlawanan arah jarum jam, error rata-rata sebesar 2, % dengan tingat esalahan sudut 0,25 o 3,26 o. B. Pengujian Poros Pitch Dengan cara yang sama seperti pengujian sudut pada poros roll, maa diperoleh hasil pengujian sudut poros pitch dengan error rata-rata untu putaran searah jarum jam menggunaan filter Kalman sebesar 5, % serta tingat esalahan sudut 0,01 o 7,96 o. Untu putaran berlawanan arah jarum jam menggunaan filter Kalman, error rata-rata sebesar 7, % dengan tingat esalahan sudut 0,88 o 11,57 o. C. Pengujian Poros Yaw Dengan cara yang sama seperti pengujian sudut pada poros roll, maa diperoleh hasil pengujian sudut poros yaw dengan error rata-rata untu putaran searah jarum jam menggunaan filter Kalman sebesar 5, % serta tingat esalahan sudut 0,7 o 4,64 o. Untu putaran berlawanan arah jarum jam menggunaan filter Kalman, error rata-rata sebesar 5, % dengan tingat esalahan sudut 0,38 o 8,01 o. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasaran pengujian dan analisis yang telah dilauan, maa dapat disimpulan beberapa hal sebagai beriut: 1. Ketia gyroscope diputar searah jarum jam maa tegangan eluarannya lebih besar dari tegangan offset. Ketia gyroscope diputar berlawanan arah jarum jam maa tegangan eluarannya lebih ecil dari tegangan offset. 2. Hasil sudut terbai pada poros roll untu putaran searah jarum jam adalah hasil sudut dari sistem dengan filter esponensial dengan error sebesar 1, %, sedangan untu putaran berlawanan arah jarum jam adalah hasil sudut dari sistem dengan filter Kalman dengan error sebesar 2, %. 3. Hasil sudut terbai pada poros pitch untu putaran searah jarum jam adalah hasil sudut dari sistem dengan filter esponensial dengan error sebesar 0, %, sedangan untu putaran berlawanan arah jarum jam adalah hasil sudut dari sistem dengan filter esponensial dengan error sebesar 0, %. 4. Hasil sudut terbai pada poros yaw untu putaran searah jarum jam adalah hasil sudut dari sistem dengan filter esponensial dengan error sebesar 1,74794 %, sedangan untu putaran berlawanan arah jarum jam adalah hasil sudut dari sistem dengan filter esponensial dengan error sebesar 1, %. 5.2 Saran Sebagai masuan guna pengembangan lebih lanjut dari Tugas Ahir ini, maa penulis memberian beberapa saran sebagai beriut : 1. Dapat digunaan sumber tegangan yang lebih stabil untu meminimalisir noise dari sinyal eluaran gyroscope dan error sudut. 2. Pemrograman integral dapat diembangan dengan berbagai variasi metode pengintegralan. 3. Variasi metode filter digital yang lain dapat digunaan untu mendapatan sinyal data eluaran sensor yang lebih bai. 4. Apliasi gyroscope sebagai pendetesi sudut dapat diembangan dengan perancangan instrumentasi yang dapat dibawa e manamana (portable). DAFTAR PUSTAKA [1] Bateson, R.N., P,E., Introduction to Control System Technology, Prentice Hall, Ohio, [2] Bejo, A., C&AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Miroontroler ATmega 8535, Graha Ilmu, Yogyaarta, [3] Brown, Robert Grover, Introduction to Random Signals and Applied Kalman filtering, John Willey & Son, third edition, Canada, [4] Groothuis, S., Self-Balancing Robot 'Dir', Control Engineering University of Twente, Juni [5] Padiyar, K.R., Power System Dynamics Stability and Control, John Wiley & Sons, Singapore. [6] Simon, Dan, Kalman Filtering, [7] Sudjadi., Teori dan Apliasi Miroontroler Apliasi pada Miroontroler AT89C51,Graha Ilmu, Semarang, [8] Wardhana, L., Belajar Sendiri Miroontroler AVR Seri ATmega 8535, Andi Offset, Yogyaarta, [9] Welch, Greg & Gary Bishop, An Introduction to The Kalman Filter, Departement of Computer Science University of North Carolina at Chapel Hill, 2006.

9 [10] Widada, W., Apliasi Digital Exponential Filtering untu Embedded Sensor Payload Roet, Prosiding Semiloa Tenologi Simulasi dan Komputasi serta Apliasi, [11] , ATmega 8535 Data Sheet, Maret [12] , ADXRS150 Data Sheet, Maret [13] , New imems Angular-Rate- Sensing Gyroscope, [14] , Using Absolute Output imems Gyroscopes with Ratiometric ADCs, Asep Mubaro (L2F ) Lahir di Kota Bogor, 28 September Saat ini sedang menyelesaian studi pendidian strata I di Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni Universitas Diponegoro Konsentrasi Kontrol. Mengetahui dan mengesahan, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Wahyudi, S.T., M.T. NIP Tanggal: Iwan Setiawan, S.T., M.T. NIP Tanggal:

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

Perancangan Sensor Gyroscope dan Accelerometer Untuk Menentukan Sudut dan Jarak

Perancangan Sensor Gyroscope dan Accelerometer Untuk Menentukan Sudut dan Jarak Makalah Seminar Tugas Akhir Perancangan Sensor Gyroscope dan Accelerometer Untuk Menentukan dan Ruslan Gani [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Makalah Seminar Tugas Akhir Rancang Bangun Mobile Robot Penjejak Benda Bergerak Berbasis Pengendali PD (Proposional-Derivative) Menggunakan Mikrokontroler AVR Atmega8535 Endang Dwi Hartanti [], Iwan Setiawan,

Lebih terperinci

SIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE

SIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE SIMULASI FILR KALMAN UNUK SIMASI SUDU DNGAN MNGGUNAKAN SNSOR GYROSCOP Wahyudi *), Adhi Susanto **), Sasongo Pramono **), Wahyu Widada ***) Abstact he Kalman filter is a recursive solution to the process

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Wahyudi, Sorihi, dan Iwan Setiawan. Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Diponegoro Semarang e-mail : wahyuditinom@yahoo.com.

Lebih terperinci

Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunakan Mikrokontroler AT89S51

Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunakan Mikrokontroler AT89S51 Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunaan Miroontroler AT89S51 Edward Teguh Hartono 1, Trias Andromeda,ST. MT. 2, Sumardi,ST. MT. 2 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Jl.

Lebih terperinci

KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA. Thiang, Resmana, Wahyudi

KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA. Thiang, Resmana, Wahyudi KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA Thiang, Resmana, Wahyudi Jurusan Teni Eletro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalanerto 121-131 Surabaya Email : thiang@petra.ac.id,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

Aplikasi Sensor Accelerometer Pada Deteksi Posisi

Aplikasi Sensor Accelerometer Pada Deteksi Posisi Makalah Seminar Tugas Akhir Aplikasi Sensor Accelerometer Pada Deteksi Posisi Vidi Rahman Alma i [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE)

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE) Makalah Seminar Tugas Akhir RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE) Heru Triwibowo [1], Iwan Setiawan [2], Budi Setiyono

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu : Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009 Model Pembelaaran Off-Line Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Untu Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teni Eletronia PENS 2009 Arie Setya Wulandari#, Eru Puspita S.T., M.Kom#2 # Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran yaitu mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Feedforward Bacpropagation Sorihi *, Wahyudi **, Iwan Setiawan ** Abstra - Jaringan syaraf bacpropagation merupaan aringan syaraf yang telah

Lebih terperinci

MODUL V PENCACAH BINER ASINKRON (SYNCHRONOUS BINARY COUNTER)

MODUL V PENCACAH BINER ASINKRON (SYNCHRONOUS BINARY COUNTER) MOUL V PENH INE SINON (SYNHONOUS INY OUNTE) I. Tujuan instrusional husus 1. Membuat rangaian dan mengamati cara erja suatu pencacah iner (inary counter). 2. Menghitung freuensi output pencacah iner. 3.

Lebih terperinci

APLIKASI TAPIS KALMAN PADA PENGUBAHAN DATA IMU MENJADI DATA NAVIGASI

APLIKASI TAPIS KALMAN PADA PENGUBAHAN DATA IMU MENJADI DATA NAVIGASI Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN 979-6-55- APLIKASI APIS KALMAN PADA PENGUBAHAN DAA IMU MENJADI DAA NAVIGASI Wahu Widada dan Wahudi Lembaga Penerbangan dan Antarisa

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1. Pendahuluan

BAB II DASAR TEORI. II.1. Pendahuluan BAB II DASAR EORI II.1. Pendahuluan Pada bab ini pertama-tama aan dijelasan secara singat apa yang dimasud dengan target tracing dalam sistem Radar. Di dalam sebuah sistem Radar ada beberapa proses yang

Lebih terperinci

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani

Lebih terperinci

PROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING

PROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING Konferensi asional Sistem dan Informatia 28; Bali, ovember 15, 28 KS&I8-44 PROGRAM SIMULASI UTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS IFIITE IMPULSE RESPOSE UTUK MEDIA PEMBELAJARA DIGITAL SIGAL PROCESSIG Damar Widjaja

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Faultas Teni Informatia, Institut Tenologi Telom Jl. Teleomuniasi No.1 Bandung 40286 Telp. (022) 7564108

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia Mikrokontroler Mikrokontroler adalah sistem komputer yang dikemas dalam sebuah IC. IC tersebut mengandung semua komponen pembentuk komputer seperti CPU,

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O Pendukung, Memori

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Apliasi Pada tahap implementasi ini merupaan penerapan apliasi dari hasil perancangan sistem yang ada untu mencapai suatu tujuan yang diinginan. Implementasimelasanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) yang diproduksi oleh Atmel Corporation.

Lebih terperinci

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor Sistem Minimum Mikrokontroler TTH2D3 Mikroprosesor MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam bidang elektronika dan instrumentasi. Mikrokontroler AVR ini memiliki arsitektur

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer). BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung perancangan dan realisasi sistem. Penjelasan ini meliputi mikrokontroler AVR, perangkat sensor, radio frequency, RTC (Real Time

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang

Lebih terperinci

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR) SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENALAN POLA GEOMETRI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK Muhamad Tonovan *, Achmad Hidayatno **, R. Rizal Isnanto ** Abstra - Pengenalan waah adalah

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna atif Detection CDMA dengan Modulasi Quadrature Phase Shift Keying Berbasis Perangat Luna Saretta Nathaniatasha

Lebih terperinci

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009 Mikrokontroler AVR Hendawan Soebhakti 2009 Tujuan Mampu menjelaskan arsitektur mikrokontroler ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian minimum sistem ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian downloader ATMega 8535

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler.

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan membahas teori teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler. 2.1 Gerak Melingkar Beraturan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Watu Penelitian Penelitian ini dilauan di Jurusan Matematia Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Watu penelitian dilauan selama semester

Lebih terperinci

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter eguh Herlambang 1, Denis Fidita 2, Puspandam Katias 2 1 Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Unusa Kampus B

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu sistem penjejak obyek bergerak. 2.1 Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum AVR USB Sistem minimum ATMega 8535 yang didesain sesederhana mungkin yang memudahkan dalam belajar mikrokontroller AVR tipe 8535, dilengkapi internal downloader

Lebih terperinci

Pengembangan Sensor Koil Datar 3-D untuk Deteksi Gempa Dini di Wilayah Lombok

Pengembangan Sensor Koil Datar 3-D untuk Deteksi Gempa Dini di Wilayah Lombok 84 JNTETI, Vol. 6, No. 1, Februari 17 Pengembangan Sensor Koil Datar 3-D untu Detesi Gempa Dini di Wilayah Lombo Islahudin 1, Muhammad Nizaar Abstract In this study, a flat coil application as a threedimensional

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 2 3

Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 2 3 RANCANG BANGUN SISTEM PENGAMAN DAN MONITORING MOTOR SINKRON TIGA FASA ( HARDWARE ) Ir. Gigih Prabowo, MT. 1, Ir. Era Purwanto,M.Eng. 2, Arif Darmawan 3 1 Dosen Jurusan Teni Eletro Industri 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Disain dan Implementasi Kontrol PID Model Reference Adaptive Control untuk Automatic Safe Landing Pada Pesawat UAV Quadcopter

Disain dan Implementasi Kontrol PID Model Reference Adaptive Control untuk Automatic Safe Landing Pada Pesawat UAV Quadcopter JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., () 6 Disain dan Implementasi Kontrol PID Model Reference Adaptive Control untu Automatic Safe Landing Pada Pesawat UAV Quadcopter Teddy Sudewo, Ea Isandar, dan Katju Astrowulan

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

PENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK

PENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK PENERAPAN AKAR KUADRA PADA ENSEMBLE KALMAN FILER (EnKF) Jasmir 1, Erna Apriliani 2, Didi Khusnul Arif 3 Email: ijas_1745@yahoo.co.id ABSRAK Ensemble Kalman Filter (EnKF) merupaan salah satu metode untu

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa Sentimen Pada Review Buku

Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa Sentimen Pada Review Buku Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya Januari 2018, Vol. 03, No. 01, hal 55-59 jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jhp17 E-ISSN : 2502-8308 P-ISSN : 2579-7980 Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan Abstra Pencitraan omografi Eletri dengan Eletroda Planar di Permuaan D. Kurniadi, D.A Zein & A. Samsi KK Instrumentasi & Kontrol, Institut enologi Bandung Jl. Ganesa no. 10 Bandung Received date : 22 November2010

Lebih terperinci

ISSN: TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI

ISSN: TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI 2009 25 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENDIAGNOSA JENIS PENYAKIT KANDUNGAN Bambang Yuwono Jurusan Teni Informatia UPN Veteran

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untu Merancang Algoritma Kriptografi Klasi Hendra Hadhil Choiri (135 08 041) Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Microcontroller ATmega8 Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti proccesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu. Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara Otomatis.

BAB II TEORI DASAR. beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu. Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara Otomatis. BAB II TEORI DASAR Pada bab ini akan dibahas secara singkat tentang sistem pengendalian dan beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535

RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535 RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535 Masriadi dan Frida Agung Rakhmadi Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler Atmega8535 Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus (Agus Bejo, 2007). Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis

Lebih terperinci

tidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama

tidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama BB IV PENGENDLIN TERDESENTRLISSI Untu menstabilan sistem yang tida stabil, dengan syarat sistem tersebut tida mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilauan dengan memberian ompensator terdesentralisasi.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni

Lebih terperinci

KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION

KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION Konferensi Nasional Sistem dan Informatia 29; Bali, November 14, 29 KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION Sofyan Tan, Lie Hian Universitas Pelita Harapan,

Lebih terperinci

DISAIN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN BERMOTOR SECARA OTOMATIS

DISAIN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN BERMOTOR SECARA OTOMATIS DISAIN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN BERMOTOR SECARA OTOMATIS Edy susanto, Yudhi Gunardi Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Jadwal Secara Umum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jadwal adalah pembagian watu berdasaran rencana pengaturan urutan erja, daftar atau tabel egiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka 1. Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Digital FSK-FM (Sukiswo,2005) Penelitian ini menjelaskan perancangan telemetri suhu dengan modulasi FSK-FM. Teknik

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB Wirda Ayu Utari Universitas Gunadarma utari.hiaru@gmail.com ABSTRAK Program pengenalan pola ini merupaan program yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumardi dan Anggraini (2012) melakukan penelitian dengan judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumardi dan Anggraini (2012) melakukan penelitian dengan judul BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sumardi dan Anggraini (2012) melakukan penelitian dengan judul Perancangan dan Pembuatan Prototype Instrument Kekuatan Nafas untuk Diagnosis Penderita Asma.

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Pengolahan Citra Digital Kode : IES 6323 Semester : VI Watu : 1x 3x 50 Menit Pertemuan : 7 A. Kompetensi 1. Utama Mahasiswa dapat memahami tentang sistem

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGONTROL ROBOT. Dosen : Dwisnanto Putro, S.T, M.Eng. Published By Stefanikha69

PENGONTROL ROBOT. Dosen : Dwisnanto Putro, S.T, M.Eng. Published By Stefanikha69 PENGONTROL ROBOT Dosen : Dwisnanto Putro, S.T, M.Eng Pengontrol Pengendali atau Pengontrol merupakan suatu instrument atau alat yang berfungsi untuk mengendalikan sesuatu yang akan dikendalikan. Pengendali

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS Minggu ke 2 8 Maret 2013 Sistem Mikrokontroler FE UDINUS 2 Jenis jenis mikrokontroler Jenis-jenis Mikrokontroller Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroller. Pembagian ini didasarkan pada kompleksitas

Lebih terperinci