BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA. GEMPA BUMI Gempa bumi adalah suatu geraan tiba-tiba atau suatu rentetetan geraan tiba-tiba dari tanah dan bersifat transient yang berasal dari suatu daerah terbatas dan menyebar dari titi tersebut e segala arah (M.T. Zein) Beban gempa adalah beban yang beerja pada suatu strutur aibat dari pergeraan tanah yang disebaban arena adanya gempa bumi (bai itu gempa tetoni atau vulani) yang mempengaruhi strutur tersebut. Gempa mengaibatan beban pada strutur arena interasi tanah dengan strutur dan arateristi respons strutur. Jenis-jenis gempa bumi yang ada : ). Gempa bumi runtuhan disebaban oleh eruntuhan yang terjadi bai di atas maupun di bawah permuaan tanah. ). Gempa bumi vulani disebaban oleh egiatan gunung berapi bai sebelum maupun saat meletusnya gunung berapi tersebut. ). Gempa bumi tetoni disebaban oleh terjadinya pergeseran ulit bumi (litosfer) yang umumnya terjadi di daerah patahan ulit bumi. Gempa bumi yang paling banya terjadi di Indonesia adalah gempa bumi tetoni, yang merupaan jenis gempa yang menimbulan erusaan paling luas. II-

2 . PENGARUH GEMPA TERHADAP STRUKTUR Suatu bangunan yang dirancang tahan terhadap beban gempa harus memenuhi tiga syarat di bawah ini :. Gempa ringan adalah nilai beban gempa yang diturunan dari fator R= µ f. Strutur harus dapat berespons elasti tanpa mengalami erusaan bai pada elemen strutural ( pelat, balo, olom, dan fundasi strutur) dan elemen non strutural ( dinding bata, plafon dan lain-lain).. Gempa sedang adalah nilai beban gempa yang diturunan dari nilai datilitas strutur ( µ ). Strutur bangunan boleh mengalami erusaan ringan pada loasi yang mudah diperbaii yaitu pada ujung-ujung balo di mua olom, yang disebut dengan istilah sendi plastis. Strutur pada tahap ini disebut tahap force yield yang merupaan parameter penting arena merupaan batas antara ondisi elasti ( tida rusa ) dan ondisi plasti (rusa) tetapi tida roboh atau disingat sebagai batas antara beban gempa ringan dan gempa uat.. Gempa uat adalah nilai beban gempa yang peluang dilampauinya dalam rentang masa layan gedung 5 tahun adalah % atau nilai beban gempa yang perioda ulangnya 5 tahun. Risio erusaan harus dapat diterima tapi tanpa terjadi eruntuhan pada strutur. Jadi, erusaan strutur pada saat gempa uat terjadi harus didesain pada tempat-tempat tertentu sehingga mudah diperbaii setelah gempa uat terjadi. Beban gempa horizontal yang beerja aibat dari pergeraan tanah dapat menyebaban pergeseran lantai pada bangunan. Pergeseran lantai pada bangunan ini disebaban oleh distribusi gaya geser dasar, V (base shear) e setiap lantai pada bangunan. Gaya geser per lantai inilah yang telah menyebaban terjadinya displacement pada bangunan. Besar peralihan lantai (displacement) ini dipengaruhi oleh material strutur, fundasi, dan arateristi euatan gempa. II-

3 Perilau bangunan pada saat dienai beban gempa beraitan erat dengan perilau getaran. Pergeraan tanah tida secara langsung merusa strutur bangunan seperti beban angin yang langsung mendorong bangunan, tetapi merusa bangunan dengan menimbulan gaya inersia pada strutur yang disebaban oleh iut bergetarnya bangunan aibat pergeraan tanah. Secara umum, bangunan bertingat tinggi memilii respons strutur yang berbeda dengan bangunan bertingat rendah dalam hal beban gempa. Besarnya gaya inersia aibat beban gempa sangat ditentuan oleh massa bangunan, percepatan tanah dasar, fundasi bangunan, dan arateristi dinami dari strutur. Hal ini sesuai dengan Huum Newton II, yaitu F = m. a (.) Keterangan : F = gaya inersia m = masa strutur a = percepatan gempa. Gambar. Perilau strutur aibat beban gempa II-

4 Jia strutur bangunan dan fundasi strutur sangat au, maa strutur bangunan aan mengalami percepatan aibat beban gempa yang sama dengan percepatan tanah. Sehingga gaya inersia dapat dihitung dengan menggunaan Huum Newton, F = M.a. Untu strutur yang hanya mengalami sediit deformasi, aibat dari strutur yang menyerap sebagian energi gempa, maa gaya inersia, F, cenderung aan lebih ecil dari F = M.a. High Rise building memilii sifat lebih flesibel dibandingan dengan low rise building. dan berdasaran studi, aan memilii nilai percepatan yang lebih ecil dibandingan dengan low rise bulding. Namun besarnya gaya gempa tida hanya dipengaruhi oleh besarnya nilai percepatan strutur, melainan juga dipengaruhi oleh besarnya respons strutur terhadap beban gempa dan euatan fundasinya, juga periode strutur. Gambar. Sema gaya inersia pada strutur bangunan. KOMPONEN STRUKTUR.. Flat slab Flat slab merupaan salah satu metode onstrusi yang hanya menggunaan olom dan slab sebagai media pemiul beban dari bangunan. Flat slab yang digunaan pada permodelan tugas ahir ini adalah flat slab dua arah arena mendistribusian beban yang diterimanya e dalam dua arah. II-4

5 Slab dua arah merupaan suatu bentu onstrusi yang uni untu memperuat beton. Selain itu, slab dua arah juga merupaan sistem strutur yang efisien, eonomis, dan sudah meluas pemaaiannya. Gambar. Ilustrasi sistem strutur Flat Slab Terdapat beberapa pola eruntuhan aibat pembebanan pada flat slab, yaitu : ) Slab berprilau elasti sebelum mengalami peretaan. Untu pembebanan dalam watu yang singat, nilai deformasi, tegangan, dan regangan dapat dipredisi melalui analisis elasti. ) Slab tida memilii eauan yang onstan lagi setelah peretaan tetapi pelelehan belum terjadi. Hal ini diarenaan bagian slab yang sudah mengalami peretaan memilii eauan lentur (EI) yang lebih rendah dibandingan bagian slab yang belum mengalami peretaan. Selain itu, slab juga sudah tida bersifat isotropis lagi arena masing-masing arah memilii emunginan mengalami pola peretaan yang berbeda. ) Proses pelelehan dimulai dari bagian slab yang memilii momen besar dan pelelehan aan menyebar sebagaimana momen didistribusian dari bagian slab yang sudah mengalami pelelehan e bagian yang masih elasti. Pelelehan terjadi sebagai aibat dari adanya momen positif, momen negatif, atau pun aibat penambahan beban. II-5

6 Slab yang datail biasanya runtuh aibat lentur. Namun, ada juga emunginan runtuh aibat geser yaitu pada slab yang getas... Balo Kolom Sistem strutur balo olom merupaan sistem yang sudah umum digunaan. Metode onstrusi ini menggunaan balo dan olom sebagai media pemiul beban dari bangunan. Konsep yang digunaan di dalam memiul beban adalah strong column wea beam yaitu sendi-sendi plastis terjadi pada balo dahulu emudian pada ai olom bawah, dan terahir terbentu pada ai omponen boundary element. Keruntuhan pada sistem ini biasanya disebaban oleh lentur pada balo dan asial pada olom. Untu memenuhi prinsip Strong Column Wea Beam, maa elemen strutur yang direncanaan harus memenihi etentuan sebagai beriut : M olom. M balo (.).. Dinding Geser Beton Bertulang Kantilever Dinding geser beton bertulang antilever merupaan suatu sub sistem bangunan yang fungsi utamanya adalah untu memiul beban geser aibat pengaruh gempa rencana, yang runtuhnya disebaban oleh momen lentur (buan oleh gaya geser) dengan terjadinya sendi plastis pada ainya. Rasio antara tinggi dan lebar dinding geser tida boleh urang dari meter dan lebarnya tersebut tida boleh urang dari.5 meter..4 GAYA GEMPA Berdasaran peraturan UBC 997, secara umum strutur bangunan beraturan dapat direncanaan terhadap pembebanan berupa geser nominal yaitu : C. I. V Vn W t (.) R Keterangan : C = Fator respons gempa I = Fator eutamaan gedung II-6

7 W t R = Berat total bangunan = Fator redusi gempa Sedangan beban gempa nominal yang didistribusian pada tiap lantai bangunan adalah sebagai beriut : F i Wi.. hi V n W. h i Keterangan : W i h i n i. = Berat lantai e-i, termasu beban hidup yang sesuai = Ketinggian lantai e-i diuur dari penjepitan lateral = Nomor lantai tingat paling atas (.4) Berdasaran IBC, Gaya geser dasar desain strutur direncanaan dengan menggunaan rumus : V CsW Keterangan : CS = Koefisien gaya gempa W = Berat efetif strutur Sedangan beban gempa nominal yang didistribusian pada tiap lantai bangunan adalah sebagai beriut : F p n F i i n w i w i p.5 PARAMETER DINAMIKA STRUKTUR.5. Keauan Strutur (K) Keauan strutur adalah gaya yang diperluan oleh strutur untu mengalami deformasi sebesar satu satuan. Nilai eauan strutur ditentuan oleh properti material, dimensi elemen strutur, persentase penulangan, ondisi batas, tegangan dan II-7

8 nilai deformasi strutur. Untu strutur rantai (chain structure) seperti bangunan multi storey frame dengan derajat ebebasan lebih dari dua (MDOF -Multi degree of freedom-), nilai eauan strutur didapatan dengan cara menjumlahan eauan masing-masing elemen strutur dalam bentu matris eauan uuran m m di mana m adalah jumlah derajat ebebasan (degree of freedom) dari strutur. Beriut ini adalah contoh matris eauan strutur untu bangunan dengan tiga derajat ebebasan (MDOF). K (.5).5. Redaman (c) Suatu bangunan yang dienai beban gempa tida aan selamanya bergetar. Hal ini disebaban oleh adanya suatu sifat peredam pada elemen-elemen strutur dari strutur bangunan. Kemampuan strutur bangunan untu meredam getaran bergantung pada material bangunan, sambungan antar elemen bangunan, dan pengaruh dari omponen non strutural terhadap eauan strutur bangunan. Besarnya redaman dinyataan sebagai persentase dari redaman ritis yang mungin terjadi. c= CCR (.6) Redaman ritis adalah redaman yang dibutuhan oleh bangunan untu mencegah terjadinya resonansi. c m c m, sehingga C cr m (.7) Keterangan : m = Massa C cr = Redaman ritis = Keauan C = Redaman = Freuensi Natural/Alami (radian/deti) = Koefisien persentase redaman II-8

9 Untu bangunan tanpa redaman (Non-isolated building), digunaan nilai persentase redaman ritis antara - %, di mana persentase yang lebih rendah diperuntuan bagi desain bangunan terhadap beban angin, sedangan persentase yang lebih tinggi diperuntuan bagi desain bangunan terhadap beban gempa. Untu bangunan dengan material beton, seperti yang digunaan pada tugas ahir ini digunaan bilai oefisien redaman sebesar 5%..6 WAKTU GETAR ALAMI STURKTUR (T) Watu getar alami adalah watu yang dibutuhan strutur untu bergetar satu ali bola-bali tanpa adanya gaya luar dengan initial condition tida sama dengan nol. Watu getar alami strutur dinyataan dalam deti dan menentuan besarnya Fator Respons Gempa (C) strutur bangunan gedung. Kurva hubungannya ditampilan dalam spetrum respons gempa rencana. Resonansi merupaan suatu eadaan pada saat freuensi gaya luar sama dengan salah satu freuensi alami pada strutur yang dapat menyebaban getaran yang besar dan berbahaya. Oleh sebab itu, nilai watu getar alami strutur perlu dietahui untu menghindari peristiwa resonansi tersebut. Hubungan antara watu getar dengan freuensi dapat dinyataan dengan hubungan beriut ini : T (det i) (.8) f ( Hz) T Keterangan : T = Watu getar alami (deti) = Freuensi Natural/Alami (radian/deti) f = Freuensi getaran (Hz) Simbol Hz menyataan hertz, dengan Hz = silus/deti. Di dalam menentuan beban gempa stati euivalen, watu getar alami Rayleigh ditetapan sebagai standar, yaitu : II-9

10 T n Wi. di i 6. n (.9) g F. d i i i Keterangan : W i d i g F = Berat lantai e-i = Displacement lantai e-i = Percepatan gravitasi bumi = Beban gempa nominal lantai e-i Watu getar alami boleh ditentuan dengan cara lain, asal hasilnya tida menyimpang (e atas atau e bawah) lebih dari % dari nilai yang dihitung dengan rumus Rayleigh..7 SIFAT ELASTOPLASTIS PADA STRUKTUR Jia strutur dengan model sistem berderajat-ebebasan-tunggal (sistem massa-pegas) dapat mencapai eadaan plastis, maa penggunaan gaya pemulihan (restoring force) mempunyai bentu seperti pada gambar.(a). Ada satu bagian dari lengungan di mana dicapai sifat elastis, di mana untu deformasi selanjutnya merupaan daerah terjadinya leleh plastis (plastic yielding). Jia beban dihilangan dari strutur maa sifatnya menjadi elastis embali hingga mencapai leleh plastis tertean (compressive plastic yielding) pada pembebanan yang berlawanan tandanya dengan beban sebelumnya. Dengan cara ini, strutur dapat dibebani secara berulang menurut silus pembebanan dan emudian menghilangan beban. Energi yang hilang pada setiap silus selaras dengan luas dalam lengungan (hysteresis loop) seperti pada gambar.4(a). Sifat ini sering disederhanaan dengan menganggap suatu titi leleh (yield point) tertentu di mana setelah melampaui titi ini, perpindahan menjadi onstan tanpa ada penambahan beban. Sifat ini dienal dengan sifat elastoplastis. II-

11 Gambar. 4 Sifat elastoplastis pada strutur.8 RESPONS SPEKTRUM Respons Spetrum adalah plat respons masimum (bai berupa perpindahan relatif, ecepatan palsu relatif, percepatan masimum ataupun besaran yang diinginan) dan fungsi beban tertentu untu semua emunginan berderajat-ebebasan-tunggal. Untu strutur bangunan yang mempunyai massa (m), eauan (), dan memilii emampuan redaman (c) tertentu tanpa diberi gaya luar, persamaan geranya adalah:... m y c y y (.) untu sistem teredam, dan.. m y y (.) Kecepatan palsu relatif ini tida memilii hubungan deat dan dapat merupaan substitusi yang tepat untu ecepatan sebenarnya. Tiga besaran ini yaitu percepatan absolut masimum, perpindahan relatif masimum, dan ecepatan palsu relatif masimum dienal dengan nama spetrum percepatan (S a ), spetrum perpindahan (S D ), dan spetrum ecepatan (S V ). Absis dari spetrum adalah freuensi natural (periode) dari sistem dan ordinat adalah respons masimum. Kurva respons spetrum memperlihatan perpindahan relatif masimum dari massa terhadap perpindahan penyoong dari suatu sistem berderajat tunggal. II-

12 Nilai percepatan absolut pada setiap saat adalah proporsional (selaras) dengan perpindahan relatif. Khususnya pada harga masimum, spetrum percepatan selaras dengan spetrum perpindahan adalah sebagai beriut : S a S D (.) K dan adalah freuensi natural dari sistem, S a y mas, dan SD umas. m Bila redaman diperhitungan di dalam sistem, maa perpindahan relatif masimum. dicapai pada eadaan di mana ecepatan relatif sama dengan nol ( u ). Kecepatan fitif yang ada hubungannya dengan gera harmonis adalah ecepatan palsu (pseudo velocity), tepatnya harga masimum speltrum ecepatan (S V ) didefinisian sebagai spetrum ecepatan, yaitu : Sa Sv SD (.) Sedangan nilai spetrum perpindahan (S D ) yaitu : T SD S a (.4) 4 Untu eperluan desain digunaan respons spetrum desain. Respons spetrum desain adalah respons yang telah disederhanaan dengan pendeatan statisti sehingga garis-garis bergelombang dapat diwaili oleh garis lurus tertentu. Respons spetrum yang dipaai dalam desain adalah respons spetrum percepatan dengan periode....9 SISTEM DENGAN BANYAK DERAJAT KEBEBASAN Jumlah oordinat bebas yang dibutuhan untu menyataan geraan suatu sistem disebut derajat ebebasan atau degrees of freedom (DOF). Suatu partiel bebas yang bergera dalam suatu ruang aan mempunyai tiga derajat ebebasan. Sedangan badan au aan mempunyai enam derajat ebebasan, yaitu tiga translasi dan tiga rotasi. Suatu badan elasti ontinu aan mempunyai derajat ebebasan yang ta terhingga. Walaupun demiian pada analisis getaran aan selalu dipaai derajat ebebasan hingga dengan cara penyederhanaan sistem. II-

13 II- Sebagaimana dengan sistem dengan satu derajat ebebasan, persamaan gera sistem dengan banya derajat ebebasan dapat diperoleh dari prinsip eseimbangan gayagaya yang beerja pada sistem tersebut, yaitu gaya inersia, gaya elasti pegas, dan gaya redaman. Gambar. 5 Sistem dengan banya derajat ebebasan ) ( ) ( ) ( ) ( F m F m F m (.5) Secara matemati dapat ditulis sebagai beriut : [M] {.ẋ } + [K] {.ẋ } = {F} (.6) Keterangan : M = Matri massa K = Matri eauan [K] ] [ dan m m m M (.7)

14 .. F ( t).... F F ( t) (.8).. F ( t) Untu sistem dinami bebas dengan redaman maa persamaan geranya menjadi :... M X C X K X (.9) Persamaan di atas dapat ditulis embali menjadi : C M M O... K O O. M (.). KONSEP DAKTILITAS Datilitas strutur merupaan salah satu sifat bahan yang penting untu dietahui dan dipahami di dalam analisis non linier. Sudah menjadi enyataan bahwa mendesain bangunan tahan gempa tanpa mengalami erusaan membutuhan biaya yang sangat besar dan arenanya menjadi tida eonomis untu dibangun bagi negara berembang seperti Indonesia. SEAOC mensyaratan tingatan riteria pembebanan pada strutur, yaitu : ). Strutur bangunan harus mampu menahan gaya lateral yang ditimbulan aibat beban gempa ringan tanpa mengalami erusaan strutural ). Strutur bangunan boleh mengalami erusaan nonstrutural aibat beban gempa sedang, namun elemen strutural tetap tida diperbolehan mengalami erusaan. ). Elemen strutural dan nonstrutural boleh mengalami erusaan aibat beban gempa uat, namun bangunan tida boleh eruntuhan. II-4

15 Dari beberapa poin penjelasan di atas membutian bahwa erusaan pada strutur bangunan diperbolehan oleh peraturan. Hal yang tida diperenanan adalah jatuhnya orban manusia. Tujuan dari peraturan yang ada adalah agar strutur bangunan mampu berprilau elasti di bawah beban gempa dengan periode ulang tertentu yang telah diperiraan pada proses desain. Selanjutnya, strutur bangunan juga harus mampu bertahan terhadap beban gempa besar yang mungin terjadi selama umur bangunan tanpa mengalami eruntuhan. Untu menghindari eruntuhan tersebut, elemen-elemen strutural bangunan harus cuup datil untu menyerap dan mendisipasian energi melalui deformasi pasca elasti. Bentu dari datilitas ini bisa ditunjuan melalui deformasi permanen yang besar. Datilitas suatu strutur merupaan emampuan suatu strutur untu mengalami simpangan pasca-elasti yang besar secara berulang ali dan bola-bali aibat beban gempa yang menyebaban terjadinya pelelehan pertama. Adanya datilitas membuat strutur dapat mempertahanan euatan dan eauannya sehingga strutur tetap berdiri walaupun sudah berada pada ondisi di ambang eruntuhan. Efe yang ditimbulan dari sifat nonlinier pada respons strutur aibat beban gempa dapat penulis gambaran melalui osilator berderajat ebebasan satu seperti pada gambar di bawah ini. Gambar. 6 Respons osilator terhadap geraan beban gempa dengan respons elasti II-5

16 Pada gambar di atas, perhatianlah respons elasti dari osilator yang menghasilan urva beban terhadap deflesi. Titi b merupaan titi respons masimum. Luasan abc di bawah urva merepresentasian energi potensial yang tersimpan pada deflesi masimum. Ketia massa embali e posisi nol, energi potensial tadi diubah menjadi energi ineti. Jia osilator tida cuup uat untu memiul beban yang ada maa aan terjadilah sendi plastis pada dasar osilator dengan arateristi elastoplastinya. Kurva beban terhadap deflesi ditunjuan pada gambar di bawah ini. Gambar. 7 Respons osilator terhadap geraan beban gempa dengan respons elastoplasti Ketia apasitas plastis telah terpenuhi, respons masimum strutur aan digambaran oleh garis de dan titi e merepresentasian respons masimum. Energi potensial yang tersimpan pada saat deflesi masimum ditunjuan oleh area adeg. Perlu dietahui bahwa gaya yang boleh beerja pada strutur dibatasi oleh apasitas sendi plastis strutur. Ketia massa embali e titi nol, energi yang diubah menjadi energi ineti ditunjuan oleh segitiga ecil efg, arena energi yang ditunjuan oleh area adeg diserap oleh sendi plastis menjadi panas dan energi lain. Dari penjelasan di atas dapat disimpulan bahwa pada strutur yang bersifat elastis, energi potensial yang ada diubah seluruhnya menjadi energi ineti pada setiap II-6

17 silusnya. Sedangan pada strutur elastoplastis hanya sediit bagian dari energi potensial yang ada diubah menjadi energi ineti. Aibatnya deflesi masimum pada strutur elastoplastis tidalah sebesar strutur yang bersifat elastis. SNI -76- menggunaan metode esamaan perpindahan dalam menentuan gaya gempa desain, hususnya untu bangunan beraturan. Metode ini berdasaran pada asumsi bahwa aibat pengaruh gempa rencana, strutur datail dan strutur elasti penuh menunjuan simpangan masimum yang sama pada ondisi di ambang eruntuhan. Gambar. 8 Diagram beban-simpangan (V-) strutur gedung Keterangan : V n = Pembebanan gempa desain V y = Pembebanan yang menyebaban pelelehan pertama pada strutur V m V e = Pembebanan masimum aibat pengaruh gempa rencana yang dapat diserap oleh strutur datail = Pembebanan masimum aibat pengaruh gempa rencana yang dapat II-7

18 diserap oleh strutur elasti X n = Perpindahan pada saat pembebanan gempa desain X y = Perpindahan padaa saat pelelehan pertama X ma = Perpindahan masimum pada saat mencapai ondisi di ambang eruntuhan f = Fator uat lebih beban dan bahan f = Fator uat lebih strutur aibat adanya sendi plastis f = Fator uat lebih total yang terdapat pada strutur R = Fator redusi gempa Rasio antara simpangan masimum strutur terhadap simpangan strutur pada saat terjadinya sendi plastis yang pertama dinyataan sebagai fator datilitas (µ). X ma X y dan. ma (.) Keterangan : = fator datilitas X ma = Simpangan masimum strutur = Simpangan strutur pada saat terjadinya sendi plastis yang pertama X y = Datilitas untu gedung yang berprilau elastis penuh ma = Datilitas masimum strutur Agar strutur gedung tinggi memilii datilitas yang tinggi maa sendi-sendi plastis yang terjadi aibat beban gempa masimum harus ada di dalam balo-balo dan tida terjadi di dalam olom-olom ecuali pada ai olom terbawah dan pada bagian atas olom penyangga atap. Hal ini dapat tercapai jia apasitas (momen leleh) olom lebih tinggi daripada apasitas (momen leleh) balo yang bertemu pada olom tersebut (onsep strong column wea beam). II-8

19 . HUBUNGAN MOMEN KURVATUR Pada gambar.9 ditunjuan sebuah elemen strutur beton bertulang dengan diberi beban luar momen dan gaya asial di sisi iri dan anan elemen. Jari-jari urvatur, R dihitung sampai e garis netral. Jari-jari urvatur (R), garis netral (d), regangan aibat teanan masimum (c), dan regangan tari baja (s) nilainya aan bervariasi sepanjang member arena diantara retaan pada beton, beton aan juga memiul gaya tari. Perhatian elemen ecil d dari member dan dengan menggunaan notasi yang ada pada gambar.8, nilai rotasi di antara ujung-ujung elemen diberian oleh persamaan di bawah ini : d cd sd R d d( ) c s R d d( ) (.) arena nilai R adalah nilai urvatur dari elemen (Rotasi per satuan panjang dari elemen) yang diberi simbol dengan, maa c d s d ( ) c d s (. ) Hal ini membutian bahwa urvatur adalah gradien emiringan dari profil regangan pada elemen member seperti terlihat pada gambar.8 beriut ini : II-9

20 d Gambar. 9 Deformasi elemen strutur yang mengalami gaya luar berupa momen Nilai urvatur aan bervariasi sepanjang elemen tergantung nilai garis netral dan nilai regangan di antara retaan beton yang berubah-ubah. Jia elemen memilii panjang yang pende dan di atas retaan, nilai urvatur diberian oleh persamaan. dengan s dan c merupaan regangan pada bagian yang mengalami retaan. Hubungan antara eauan lentur elemen strutur dengan urvatur diberian oleh persamaan di bawah ini : EI M MR (.4) EI adalah eauan lentur elemen. Dengan meningatnya nilai momen menyebaban retaan yang timbul aan mengurangi nilai eauan momen dari elemen. Hal ini berpengaruh besar pada strutur beton bertulang dengan rasio tulangan b. Karateristi dari elemen yang telah mengalami retaan tergantung pada rasio tulangan. Untu elemen dengan b atau disebut Lightly reinforced, bentu urva momen urvaturnya aan linier sampai dengan mencapai titi leleh baja. II-

21 Ketia pelelehan pada baja telah terjadi, maa nilai urvatur semain bertambah besar dan terjadi pada nilai momen lentur yang onstan. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar. Hubungan Momen- Kurvatur untu balo. Elemen gagal arena beban tari (iri). Elemen gagal arena beban tean (anan) Untu memudahan proses analisis maa bentu urva Momen-Kurvatur disederhanaan menjadi model biliner seperti gambar di bawah ini. Penyederhanaan ini masih cuup aurat untu mendapatan informasi retaan inisial pada balo. Gambar. Idealisasi Momen Kurvatur untu elemen yang dienai gaya tari II-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupaan daerah pertemuan tiga lempeng tetoni besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific (gambar 1). Lempeng Indo-Australia bertabraan

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Sistem struktur yang mengalami problem dinamik mempunyai perbedaan

BAB II TEORI DASAR. Sistem struktur yang mengalami problem dinamik mempunyai perbedaan BAB II TEORI DASAR II. Umum Sistem strutur yang mengalami problem dinami mempunyai perbedaan yang signifian terhadap problem stati. Yaitu sistem strutur pembebanan dinami memerluan sejumlah oordinat bebas

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3 MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A

T I N J A U A N P U S T A K A B A B II T I N J A U A N P U S T A K A 2.1. Pembebanan Struktur Besarnya beban rencana struktur mengikuti ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara yang didasarkan pada asumsi bahwa struktur direncanakan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dianalisis periode struktur, displacement, interstory drift, momen kurvatur, parameter aktual non linear, gaya geser lantai, dan distribusi sendi plastis

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 4 REMBESAN DAN TEORI JARINGAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 PENDAHULUAN Konsep pemaaian oefisien permeabilitas untu

Lebih terperinci

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO e SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN BALOK KAYU EBONI DENGAN METODE UNGSI TRANSER Naharuddin * Abstract The aim of the earch is to establish the characteristic of ebony beam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON M. Sigit Darmawan Dosen Diploma Teni Sipil ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM INDONESIA untu IPhO 2013 SOAL TES TEORI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

ANALISA GETARAN HASIL DESAIN SEPEDA LIPAT DENGAN PEMODELAN SOFTWARE

ANALISA GETARAN HASIL DESAIN SEPEDA LIPAT DENGAN PEMODELAN SOFTWARE ANALISA GETARAN HASIL DESAIN SEPEDA LIPAT DENGAN PEMODELAN SOTWARE Rivanol Chadry (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teni Mesin, Politeni Negeri Padang ABSTRACT Analyses vibration at design folding bie as the

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT 3.1 Studi Literatur tentang Pengelolaan Sampah di Beberapa Kota di Dunia Kaian ilmiah dengan metode riset operasi tentang masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Periode Alami dan Modal Mass Participation Mass Ratio Periode alami struktur mencerminkan tingkat kefleksibelan sruktur tersebut. Untuk mencegah penggunaan struktur gedung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Metode Dalam perancangan struktur bangunan gedung dilakukan analisa 2D mengetahui karakteristik dinamik gedung dan mendapatkan jumlah luas tulangan nominal untuk disain.

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. terhadap gaya horizontal yang umumnya tidak mencukupi (Agus, 2002). Muto,

BAB 2 TEORI DASAR. terhadap gaya horizontal yang umumnya tidak mencukupi (Agus, 2002). Muto, 5 BAB TEORI DASAR. Umum Peristiwa gempa merupaan salah satu aspe ang sangat menentuan dalam merenanaan strutur. Strutur ang direnanaan harus mempunai etahanan terhadap gempa dengan tingat eamanan ang dapat

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi BAB III LANDASAN TEORI A. Gempa Bumi Gempa bumi adalah bergetarnya permukaan tanah karena pelepasan energi secara tiba-tiba akibat dari pecah/slipnya massa batuan dilapisan kerak bumi. akumulasi energi

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Statik Beban Dorong (Static Pushover Analysis) Menurut SNI Gempa 03-1726-2002, analisis statik beban dorong (pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik, yang

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PADA SIFAT ELASTISITAS BAHAN

PENGARUH GAYA PADA SIFAT ELASTISITAS BAHAN PENGARUH GAYA PADA SIAT ELASTISITAS BAHAN SMA Kelas XI Semester Standar Kompetensi. Menganalisis gejala alam dan eteraturannya dalam caupan meania benda titi Kompetensi Dasar.3 Menganalisis pengaruh gaya

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR BAB IV PERMODELAN STRUKTUR IV.1 Deskripsi Model Struktur Kasus yang diangkat pada tugas akhir ini adalah mengenai retrofitting struktur bangunan beton bertulang dibawah pengaruh beban gempa kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG Bobly Sadrach NRP : 9621081 NIRM : 41077011960360 Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI

PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI HALAMAN JUDUL (TUGAS AKHIR) Oleh: FIRMAN HADI SUPRAPTO NIM: 1204105043 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III. dan menghamburkan

BAB III. dan menghamburkan BAB III MODEL GELOMBANG DAN MODEL ARUS III... Model Numeri Medan Gelombang Untu dapat menggambaran ondisi pola arus di daerah pantai ang diaibatan oleh gelombang maa ita harus dapat mengetahui ondisi medan

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan

Lebih terperinci

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA TORI KINTIK RKSI KII da (dua) pendeatan teoreti untu menjelasan ecepatan reasi, yaitu: () Teori tumbuan (collision theory) () Teori eadaan transisi (transition-state theory) atau teori omples atif atau

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

APLIKASI PEREDAM MASSA SELARAS UNTUK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI TAK SIMETRIK

APLIKASI PEREDAM MASSA SELARAS UNTUK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI TAK SIMETRIK Konferensi Nasional Teni Sipil I (KoNTeS I) Universitas Atma Jaya Yogyaarta Yogyaarta, Mei APLIKASI PEREDAM MASSA SELARAS UNTUK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI TAK SIMETRIK Yoyong Arfiadi, David Charles Dosen

Lebih terperinci

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING KONSENTRIK V-TERBALIK

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING KONSENTRIK V-TERBALIK PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING KONSENTRIK V-TERBALIK TUGAS AKHIR Oleh: Ida Bagus Prastha Bhisama NIM: 1204105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar 3 Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Eletrotenia Dasar Jamhir slami Pranata Laboratorium Pendidian (PLP) Ahli Muda Laboratorium Eletrotenia Dasar Faaultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencaaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman. Pengertian beban adalah

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP) ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP) TUGAS AKHIR Oleh : I Putu Edi Wiriyawan NIM: 1004105101 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas gempa moderat hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS Pada tugas akhir ini, model struktur yang telah dibuat dengan bantuan software ETABS versi 9.0.0 kemudian dianalisis dengan metode yang dijelaskan pada ATC-40 yaitu dengan analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Metode Analisis Gaya Gempa Gaya gempa pada struktur merupakan gaya yang disebabkan oleh pergerakan tanah yang memiliki percepatan. Gerakan tanah tersebut merambat dari pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang

Lebih terperinci

MESIN DC. Prinsip operasi : Gaya. B : Kerapatan Fluks (N/A.m) i : arus (ampere) l : panjang (meter) Torka T (N.m) p Z. Dimana. Φ s

MESIN DC. Prinsip operasi : Gaya. B : Kerapatan Fluks (N/A.m) i : arus (ampere) l : panjang (meter) Torka T (N.m) p Z. Dimana. Φ s MESIN DC Mesin ini mempunyai sebuah lilitan (winding) DC atau magnet permanen pada bagian stator. otor (armature) di suplay dengan sebuah arus DC yang melalui omutator (commutator) dan siat (brushes).

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) 1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K3 Revisi Antiremed Kelas Kimia Persiapan Penilaian Ahir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARKIM0PAS Version : 06- halaman 0. Untu memperoleh onsentrasi Cl - =0,0 M, maa 50 ml larutan CaCl 0,5 M harus

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci