Pemeriksaan Terdakwa : Eddie Widiono Soewondho

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemeriksaan Terdakwa : Eddie Widiono Soewondho"

Transkripsi

1 Selasa, 30 November 2011 Pemeriksaan : Eddie Widiono Soewondho : Silahkan. Kita mulai pemeriksaan diri saudara hari ini ya. Saudara pernah diperiksa oleh penyidik KPK ya? : Pernah Yang Mulia. : Pernah. Sebelum saudara menandatangani berita acara tersebut saudara membacanya ya? : Iya Yang Mulia. : Benar keterangan saudara di sana? : Benar Yang Mulia : Baik. Coba ceritakan dari awal mengenai CIS RISI ini? : Baik Yang Mulia. : Saudara menjabat Dirut PLN tahun berapa? : Saya menjabat Dirut PLN tahun 2001 bulan Maret. : Sampai dengan? : Sampai dengan bulan Maret tahun : Sebelum itu saudara menjabat sebagai apa? : Sejak tahun saya menjabat sebagai Direktur Pemasaran dan Distribusi PLN. : Ketika PLN mengadakan kerja sama dengan pihak ITB, jabatan saudara apa?

2 : Pada saat kerja sama itu sebelum tahun 1998 Yang Mulia, saya bekerja sebagai Direktur Niaga dan Pengembangan Usaha pada PT. PLN, anak perusahaan PT.PLN pembangkitan Jawa-Bali 1. : Menyangkut kerja sama PLN dengan ITB, apa yang saudara ketahui itu? : Saya tidak mengetahui kerja sama PLN Disjaya dengan ITB sampai tahun 2000, pada saat mana General Manager PLN Disjaya melaporkan pada saya bahwa PLN Disjaya mendapat kesulitan karena tidak bisa menerapkan system informasi. Baru pada saat itu say diberi masukanmasukan mengenai progress atau status terakhir dari kerja sama PLN Disjaya dengan Politeknik ITB. : Terus? : Dari laporan saudara Margo Santoso pada saat itu, saya mendapat kesimpulan bahwa project implementasi SIMPEL RISI tersebut mengalami keterlambatan yang sangat parah terutama karena ketidaksiapan PLN dalam menyediakan SDM dan peralatan hardware? : SIMPEL RISI ini kerja sama PLN dengan ITB ya? : Ya PLN dengan ITB. : Terus? : Pada waktu itu Pak Margo melaporkan pada saya, bahwa beliau gagal mendapatkan pendanaan dari APLN untuk lanjutan dari kontrak yang sudah tiga kali mengalami addendum. Sehingga waktu itu menanyakan pada saya, apakah ada jalan keluar? Terus terang saja, saya tidak mempunyai jalan keluar, saya justru menambahkan kepada beliau bahwa wah ini situasinya gawat kalau TDL jadi naik di akhir tahun 2000 dan Pak Margo belum siap dengan system informasi. Beliau setuju bahwa ini menjadi masalah yang besar. Itulah introduksi saya pada permasalahan SIMPEL RISI kira-kira bulan Mei tahun 2000 Yang Mulia.

3 : Hmm. Terus? : Selanjutnya saya tidak mendengar apa-apa mengenai masalah ini ya. Ada sekali saja Pak Margo bercerita pada saya tahun 1995 eh maaf tahun 1999 bulan Mei tiba-tiba SIMPEL RISI ini di SIDAK oleh Dirut pada waktu itu dan kemudian sebagian dari tugas Politeknik yaitu SIMKEU dan SIMMAT kalau saya tidak salah itu dikeluarkan dari kontrak. Saya mendapat kesan tentang kontrak itu belum ditutup. Tetapi posisinya PLN berada dalam posisi kurang lebih berhutang karena tidak bisa menyelesaikan tidak bisa menutup dan pada saat yang sama juga membutuhkan suatu system informasi. Kejadian ini diikuti dengan bulan September sekitar pertengahan atau akhir bulan di September. : Di tahun? : Tahun 2000 masih Yang Mulia. Saya mendapat tembusan surat dari Netway pada waktu itu, mohon kesempatan untuk presentasi. Kemudian saya mendapat informasi dari Pak Margo, bahwa memang Netway merencanakan untuk mengajukan suatu proposal yang pada waktu itu disebut CIS Outsourcing Solution, dan atas informasi tersebut, saya membuka pintu dan menyediakan waktu untuk mendengarkan presentasi. Setahu saya, sebelum presentasi di tempat kami, di Direktorat Pemasaran, Netway sudah melakukan presentasi di PLN Disjaya, di tempat saya kalau tidak salah tanggal 27 September. Di Disjaya tanggal 21 September. Pada waktu mereka datang mengajukan presentasinya, saya berkesimpulan bahwa presentasi ini banyak kesesuaian dengan kebutuhan PLN pada waktu itu. Perlu kami sampaikan, bahwa berbeda dengan apa yang dicatat dalam beberapa BAP rekan-rekan, presentasi pertama dari Netway, sama sekali tidak menyinggung masalah SIMPEL RISI atau CIS RISI. Ini pernyataan saya. Karena pada waktu itu, Netway hanya menyatakan saya mempunyai solusi CIS Outsourcing Solution. Netway juga menunjukan kepada kami, bahwa mereka sudah siap dengan data-data yang cukup dan itu ditunjukkan dan juga saya sampaikan di dalam BAP, yang menarik perhatian saya, presentasi itu dibuat dalam bahasa Inggris. Jadi presentasi pertama tidak detail, saya

4 tidak mempunyai latar belakang system informasi.oleh karenanya saya tidak tertarik pada masalah IT nya. Untuk Bapak Hakim Yang Mulia ketahui, masalah IT itu dikomandoi oleh Divisi Sistem Informasi di bawah Direktorat Perencanaan. Direktorat saya Pemasaran dan Distribusi, berkaitan dengan Pelayanan pelanggan dan pengembangan usaha. Oleh karenanya saya melihat dari aspek pengembangan usaha ya. Karena dalam tawaran mereka, mereka menyadarkan bahwa mereka akan menyedikan dana investasi untuk memenuhi kebutuhan investasi PLN di bidang IT. Kemudian untuk itu mereka minta untuk di kontrak selama 5 tahun dengan tawaran pada waktu itu, angka yang disebut belum tawaran yang resmi sekitar 5 ribu Rupiah per pelanggan. Tapi modus kerja nya adalah Outsourcing seluruh pekerjaan. Pada waktu itu yang ditwarkan sekali lagi bukan CIS RISI, tetapi tawarannya adalah mereka akan membawa modernisasi system informasi ini menjadi CIS IBP (Industrial Best Practice) yang berarti yang berarti saya belakangan ketahui bahwa itu tingkatnya adalah di atas CIS RISI apakah CIS RISI Standard, CIS RISI Standarad Plus itu belum mencapai IBP. Atas presentasi tersebut saya melapor kepada Pak Dirut, dalam rangka Dipotong oleh : Siapa Dirut nya? : Pak Kuntoro Mangkusubroto. Dan kalau Bapak Hakim Yang Mulia Melihat, ini keberadaan rapat Direksi yang membahas masalah ini walaupun sebentar sekali juga dikonfirmasi oleh dua saksi yaitu Pak Tunggono dalam BAP nya, beliau hadir dan Pak Azis Sabarto. Di sana saya melaporkan bahwa ada usulan ada gagasan dari pihak swasta untuk melakukan Outsource dari pekerjaan ini. Sebagai latar belakang Yang Mulia kami sampaikan, pada tahun 2000 tersebut, PLN dalam keadaan rugi yang sangat parah. Sejak tahun 1997 seingat saya PLN terus merugi dan tahun 2000 itu kondisi terparah pada saat mana kerugian kita mencapai 26 Triliun. Satu tahun itu. Mengapa ini bisa merugi? Ini tidak lain karena kejatuhan harga Rupiah terhadap Dollar dan karena hampir 70% dari biaya PLN itu terkait dibayarkan dalam Dollar, antara lain

5 listrik swasta, pembelian BBM dan sebaginya, sedangkan pendapatan PLN dalam Rupiah, maka otomatis timbul kerugian yang sangat besar yang tidak bisa ditutupi dari sumber-sumber di PLN. Kami jelaskan latat belakang yang lain, atas kerugian yang cukup besar tadi, pemerintah merencanakan untuk merestrukturisasi sector ketenagalistrikan dan itu dimulai dampaknya di PLN setahu saya, pada tahun 1994 itu ada tim dari Universitas Indonesia, yang melakukan kajian dampak resutrkturisasi PLN, kemudian diikuti dengan pembentukan anak perusahaan, PJB 1 dan PJB 2. ini merupakan respon PLN terhadap krisis listrik yang terjadi krisis perekonomian yang terjadi pada waktu itu. Tetapi pada saat yang sama pemerintah mendapat tekanan dari IMF dan Bank Dunia. Pemerintah untuk segera membuka pasar ketenagalistrikan di Indonesia, dan itu diwujudkan tahun 1996, ada konsultan yang dibiayai Bank Dunia, yaitu Anderson Consulting, menyelesaikan suatu studi yang disebut ITSP (Information Technology Strategic Plan) yang sangat controversial waktu itu. Kemudian pemerintah mengkontrak Copperson konsultan yang juga dibiayai Bank Dunia, yang memberikan gagasan bagaimana memecah pasar listrik Indonesia, atas secara vertical, ada pasar pembangkitan, nanti ada pasar distribusi dan ada sisi monopoli yang disebut wire business. Studi tersebut diambil oleh pemerintah menjadi yang disebut white paper pemerintah pada waktu itu Menterinya Pak Kuntoro, masih. Nah white paper ini sudah menggambarkan PLN akan mengalami yang disebut unbundling. Pemisahan fungsi pembangitan, fungsi kawat, wire business fungsi transmisi dan distribusi, dan fusngsi retail. Kemudian dalam studi itu disampaikan bahwa PLN Distribusi Jakarta akan dijadikan Strategic Business Unit (SBU) kemudian akan di Strategic Partner kan dengan pihak asing. Jadi istilah kami Disjaya akan dijual. Begitu. Itu merupakan sebuah informasi yang merata, tahun 1999 pada waktu Dirut nya Pak Adi Satria. Akhir 1999 karena masalah listrik swasta, Pak Adi Satria mundur dan digantikan Pak Kuntoro yang sudah turun dari Menteri menjadi Dirut PLN. : Ya langsung saja pada masuknya Netway ya.

6 : Baik Yang Mulia. Yang ingin kami gambarkan adalah : Latar belakang sudah tadi ya. : Tahun 2000 tersebut kami semua berpendapat bahwa satu-satunya jalan keluar, bagi PLN untuk keluar dari krisis, yang terutama adalah kita harus menaikkan TDL. Kenaikan TDL itu berlangsung di tengah suasana penolakan. Karena beban masyarakat akibat krisis sudah cukup berat. Oleh karena itu kami sangat berhati-hati, jangan sampai kenaikan TDL ini memicu suatu penolakan dari masyarakat. Salah satu kelemahan dari Distribusi Jakarta adalah tahun 1999 Distribusi Jakarta mengalami re organisasi. 7 cabang dirubah menjadi 35 area pelayanan. Re organisasi tadi maksudnya baik, tetapi karena system informasi nya terlambat, maka koordinasi dari 35 AP tersebut menjadi kacau. Akibatnya di akhir tahun 2000, kami semua mendapat laporan dari KAP (Kantor Akuntan Publik) bahwa PLN kemungkinan akan kehilangan status wajar tanpa persyaratan, karena di PLN Distribusi Jakarta itu ada dana pendapatan PLN hampir 800 Miliar yang gagal di rekonsiliasi akibat datanya tidak baik. Jadi ada pressure dari kebutuhan tersebut. Juga di tahun 2000 itu meskipun kami sudah berusaha mencegah muncul ke permukaan dimana oknum PLN ini berhasil menyembunyikan uang pendapatan, memutar sekitar hampir 6 miliar dan itu dan itu muncul sebagai berita besar pada waktu itu yang disebut sebagai Kapyanto Gate. Berita-berita ini sangat memukul kita dalam persiapan kita menghadapi kenaikan Tarif Dasar Listrik. Oleh karena itu pada waktu Pak Margo mengeluh pada saya dan melaporkan bahwa kita harus mencari terobosan, ya saya menganggap bahwa keberadaan suatu system informasi, menjadi mutlak diperlukan. Pak Margo juga melaporkan pada saya bahwa system informasi SIMPEL RISI itu sebenarnya mendapat restu dari Bank Dunia. Dan sudah akan didanai Bank Dunia sebesar 39 Juta Dollar, di akhir tahun 1999 tersebut, tapi Bank Dunia menarik diri. Saya berkoordinasi dengan Direktur Keuangan dan mendapat informasi dari Direktur Keuangan, bahwa : Siapa itu?

7 : Pak Parno Isworo. Bahwa dengan menarik dirinya Bank Dunia ini, karena situasinya PLN, paling cepat dana Bank Dunia itu baru akan masuk ke PLN tahun 2003, masuk kembali ke PLN tahun 2003.Nah masalahnya adalah sebenarnya Bank Dunia punya program, yang mendukung ITSP yang dibuat Anderson Consulting, yaitu pendanaan sebesar 250 Juta Dollar. Dan itu sudah disiapkan tetapi karena krisis tadi, berhenti juga. Jadi dari tahun 2001 sampai 2003, kita sudah perkirakan bahwa kita akan menjadi sasaran tembak. Tariff naik, kita tidak mampu mengamankan, pendapatan karena tidak mempunyai system informasi, dan oleh karena itu tawaran Netway, untuk membiayai investasi yang pada waktu itu tidak mungkin dilakukan oleh PLN, menjadi suatu tawaran yang sangat menarik. Lebih menarik lagi bagi saya, karena saya berlatar belakang sebetulnya pemasaran dan pengembangan usaha. Saya melihat bahwa pada tawaran tersebut ada suatu kesempatan bagi PLN untuk bisa mengembangkan bisnisnya di luar sector ketenagalistrikan. Dan ini dimungkinkan oleh Undang-Undang yang rencananya akan dibangun. Mungkin Bapak hakim bisa memaklumi PLN pada waktu itu berusaha mencari pendapatan di luar sector listrik, karena sector listrik itu tergantung pada tariff. Kami mencari pendapatan di luar sector listrik, kami berusaha mencari pendapatan dalam US Dollar, karena berusaha mengurangi gap antara pendapatan Rupiah dan biaya US Dollar. Dan untuk itu Pak Kuntoro pada tahun 2000 merestui dan membentuk PT. Icon Plus, anak perusahaan telematika PLN, yang pada waktu itu ditugasi untuk memanfaatkan asset PLN, antara lain kabel-kabel fiber optic, kemudian kemampuan computer kita, untuk bisa dikerjasamakan dengan sector telekomunikasi. Yang pada saat itu sedang booming. Jadi ini bagian strategi besar, bahwa kita ingin men-tap pendapatan dari sector telekomunikasi, dan sector perbankan yang kita perkirakan akan tumbuh. Oleh karena itu, ide Netway untuk membentuk OSCO (Outsourcing Company) itu saya anggap dari sisi pengembangan usaha merupakan suatu opportunity bagi PLN, dan karena nya kami mencoba sejauh mungkin meng-entertain ide ini. Kami lanjutkan situasi yang lain adalah di tahun 2000 karena situasi demikian krisis dan PLN itu harus berfokus kepada perubahan-perubahan strategis, maka Pak Kuntoro

8 mengeluarkan Dekrit Desentralisasi kewenangan penuh kepada para GM, untuk masalah operasional. Jadi semua kegiatan operasional dikeluarkan dari PLN Pusat. Semua esselon 1 di bawah Direktur, yang berkaitan dengan operasi dihapuskan. Wilayah-wilayah diwajibkan berdiri sendiri. Sedemikian drastisnya sehingga keluar yang disebut SK 075, SK Pengadaan 075 pada waktu itu, bulan Oktober tahun 2000, yang menyatakan bahwa batasan kewenangan pemimpin wilayah (GM) untuk anggaran APLN itu tidak terbatas. Jadi berapa pun mereka mau melakukan pengadaan, silahkan. semua kewenangan, hak dan kewenangan diserahkan. PLN pusat berkonsetrasi kepada masalahmasalah strategis. Dalam kaitan dengan CIS RISI OSCO, karena Outsourcing Company ini merupakan suatu pembentukan anak perusahaan baru, maka saya menganggap ini masalah strategis dan kita berusaha untuk membantu Distribusi Jakarta di dalam membangun OSCO tersebut. Singkat kata, sebetulnya ada suatu cacat yang fundamental dalam usulan PLN Disjaya megenai OSCO, yaitu Disjaya menganggap bahwa PLN Disjaya ingin bekerja sama dengan Netway, membentuk anak perusahaan, anak perusahaan ini diberi pekerjaan di Disjaya, setelah besar nanti dipakai untuk berjualan PLN Disjaya berjualan di wilayah-wilayah PLN yang lain. Ide dasarnya sebenarnya demkian. Namun karena harus berdasarkan governance yang baik, rasanya tidak mungkin pimpinan PLN Disjaya sebagai bohir dari pekerjaan itu juga sekaligus sebagai pemegang saham dari anak perusahaan tersebut. Oleh karena itu dalam ide arahan kami selanjutnya kepada Disjaya adalah Hei tolong kamu kembali kepada fungsi anda sebagai pemberi pekerjaan, dan serahkan masalah kerja sama ini dengan anak perusahaan PLN yang lain yang disebut Icon Plus, yang memang bidangnya adalah telematika. Itu saya nyatakan dalam surat 15 Januari Yang Mulia. Namun sebelum surat 15 Januari ini, memang karena mungkin situasinya pada waktu itu demikian gawat bagi Disjaya, ada serangkaian tindakan yang pada waktu itu memicu hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya PLN Disjaya menulis surat pada kami tanggal 6 Oktober, minta izin mengeluarkan Letter of Intent untuk melakukan negosiasi. Izin tersebut, permohonan izin tersebut tidak kami respon

9 karena sebetulnya pada waktu itu belum pernah ada izin formal bagi Distribusi Jakarta untuk melakukan Outsourcing. Hasil konsultasi kami dengan Direksi, mengizinkan Outsourcing. Sehingga itulah yang kami jawab. Kami tidak memberikan izin Letter of Intent, karena pada waktu itu pemahaman kami. Letter of Intent ini sudah mempunyai nilai keterikatan. Meskipun dikatakan di situ tidak megikat, tetapi secara moril kalau sudah mengeluarkan Letter of Intent kepada suatu perusahaan ini sifatnya mengikat. Surat kami menyatakan kepada GM, tolong konsentrasi pada pekerjaan persiapan. Buat rencana masukan anggaran, dan lakukan sosialisasi. I tikad kami menyampaikan hal itu adalah, karena OSCO ini kerja sama Outsourcing Company ini, sesuatu yang baru di PLN, ini sangat mudah disalah mengerti. Begitu. Jadi perintah kami pada waktu itu, lakukan sosialisasi, lakukan perencanaan. Tetapi mungkin karena ketergesaan, Disjaya langsung melakukan pembicaraan dengan Netway, dan bulan Desember Disjaya megeluarkan suatu surat, kepada kami yang isinya meminta izin kerja sama dengan rincian. Sebenarnya rinciannya financial model tapi disebutkan tahun pertama sekitar ratusan miliar, tahun kedua ratusan miliar. Dan surat tersebut adalah surat terbuka, sehingga akhir tahun 2000 tersebut, PLN pusat gempar karena nadanya seolah-olah Direktur Pemasaran akan menunjuk langsung suatu perusahaan dengan nilai 900 Miliar. Padahal itu sangat premature sekali, dan belum pernah ada angka pembicaraan menyangkut itu. Karena timbul masalah ini khususnya timbul pendapat juga kritik dari Sunggu Aritonang pada waktu itu Divisi Sistem Informasi, yang menyatakan Kenapa kok Disjaya berani menyebutkan produknya CIS-IBP? padahal berlum pernah konsultasi dengan tim CIS-IBP di PLN pusat. Di PLN pusat itu ada tim, terdiri beberapa divisi yang merumuskan CIS-IBP itu seperti apa binatangnya? Nah itu belum pernah konsultasi. Jadi awal Januari kami mengarahkan supaya Distribusi Jakarta tetap berposisi sebagai Bohir serahkan ownership kerjasamanya kepada Icon, dan kemudian telaah dengan tim IBP PLN pusat apa-apa saja yang. Salah satu keberatan lain adalah kerja samanya kenapa 5 tahun? Karena mereka sudah mendapat informasi bahwa sekitar 2003 dana dari Bank Dunia akan masuk. Kalau dana dari Bank

10 Dunia akan masuk maka ITSP akan jalan dan PLN akan mengadakan tender CIS-IBP. Begitu. Karena dalam surat 15 Januari, kami juga mengarahkan supaya masa kerja sama pembentukan OSCO itu diturunkan dari 5 tahun menjadi 3 tahun. Atas arahan kami, Disjaya membentuk tim dan melakukan berbagai kajian. Setelah itu bulan Maret saya diangkat menjadi Dirut dan saya ketahui Pak Margo tanggal 14 Maret menulis surat kepada Direktur Pemasaran. Sayangnya pada waktu saya diangkat menjadi Dirut, saya juga diberhentikan sebagai Direktur Pemasaran, sehingga surat Pak Margo pada waktu itu tidak terjawab karena jabatan Dirsar lowong pada waktu itu. Tidak ada pejabatnya. Saya naik menjadi Dirut, kemudian hari ada ketetapan Pak Tunggono yang menjadi Dirsar, tetapi itu sudah berkisar bulan Juli. Jadi sampai bulan Maret itu, Pak Margo sudah seingat saya menulis 3 surat yang minta izin. Supaya diizinkan bekerja sama dengan Netway. Dan belum pernah satu kali pun kami mengeluarkan suatu izin. Karena kita ingin persiapan pekerjaannya lebih. Lebih keras lagi. Rupanya karena surat 14 Maret ini tidak terjawab, maka pada tanggal 31 Mei, Pak Margo menulis surat kepada Dirut juga minta izin untuk menunjuk Netway sebagai partner. Ini mohon Yang Mulia kami beri penekanan, karena dalam konsep Outsourcing Company tadi, kita harus menyelesaikan vehicle nya dulu. Baru setelah itu kita pikirkan ini mau diberi pekerjaan bagaimana. Begitu. Nah usul penunjukkan langsung Netway ini pernah dibicarakan sebagai partner ini pernah dibicarakan dalam rapar direksi. Memang betul anggota direksi pernah menyarankan yaitu Pak Hardiv pernah menyarankan bahwa menunjuk partner itu harus kuat dasar hukumnya. Misalnya melalui tender. Sebagai seseorang yang mempunyai background di bidang pengembangan usaha, pada waktu itu sudah saya coba jelaskan kepada Pak Hardiv, bahwa di dunia nyata itu tidak ada orang memilih partner melalui proses tender. Kalau pendagadaan iya, tetapi memilih partner itu pertimbangannya banyak sekali. Jadi ini tidak bisa dilakukan dengan tender terbuka dalam konsep pengadaan. Kemudian saya katakan bahwa OSCO ini hanya bekerja sebagai perantara saja. Sampai pada saat mana nanti kita melakukan tender untuk CIS IBP. Nah kelanjutan dari OSCO ini apabila ada tender

11 tersebut, itu juga dipertanyakan. Kalau OSCO sudah milik PLN sebagian, apakah nanti bisa PLN itu level dalam tender CIS IBP. Kalau ada peserta lain yang tidak me Roll Out seperti PLN. Oleh karena itu dalam pembicaraan strategi, pada waktu itu bulan Mei itu, saya menyarankan coba diselidiki kemungkinan siapa saja memang yang berminat untuk masuk di CIS IBP. Dan coba lakukan pendekatan dengan vendor-vendor itu juga mengenai perjanjian Outsourcing Company. Begitu. Jadi intinya sebenarnya adalah pendekatan Outsourcing dan itu terus terang saja bukan dari kami. Dirut tahun 2000, dalam RKAP 2001, Pak Dirut, Pak Kuntoro sudah menyampaikan dan juga didukung oleh pemegang saham agar mencari upaya melepaskan ketergantungan PLN dari pendanaan pemerintah. Oleh karenya kerja sama dengan swasta menjadi sesuatu yang harus ditempuh pada waktu itu. Sebagai ujung tombaknya adalah kerja sama di bidang pembangkitan yang pada waktu itu dikenal dengan nama TMP. Total Maintenance Timesheet, Total Maintance Contract di mana pembangkit milik PLN, seluruh proses pembiayaannya mulai dari beli spare part, masang, sampai menjamin keandalannya itu dilakukan oleh pihak swasta dan itu sudah berjalan dari tahun 1997 tapi baru naik ke permukaan sekitar tahun Tahun 2001 ada 11 kontrak semacam itu dan sudah dilaksanakan oleh PLN. Oleh karena itu, Outsourcing di bidang distribusi itu merupakan konsekuensi logis dari situasi PLN pada waktu itu yang tidak mampu melakukan pendanaan investasi. : Akhirnya ditunjuk ya? : Belum Yang Mulia. Belum. Jadi bulan Agustus, direksi belum mencapai satu kesepahaman. Dalam berbagai rapat belum mencapai kesepahaman. Mau di apakan usulan Distirbusi Jakarta tanggal 31 Mei itu. Bertepatan dengan itu kami menerima satu surat dari Setwapres, Sekretariat Wapres yang menyatakan bahwa ini ada surat kaleng yang menyatakan bahwa proses penunjukkan Netway itu tidak transparan. Menunjukkan kepada Direksi itu tidak professional dalam anunya. Terus kami diminta membuat penjelasan kepada Sekretariat Wapres mengenai hal itu. Atas

12 kejadian tersebut, kami kumpulkan Direksi dalam rapat, panggil GM Disjaya, suruh kami minta mempresentasikan lagi, dan kemudian atas usulan Disjaya tadi, ada 4 rentang keputusan yang kami arahkan untuk diambil Direksi. Yang pertama setuju. Maaf, yang pertama tidak setuju terhadap usulan Distribusi Jakarta. Yang kedua setuju dengan catatan ya. Ada pembatasan dalam lingkup. Yang ketiga kita angkat saja masalahnya ke Dekom atau RUPS, kalau Dekom dan RUPS setuju, kita teruskan. Kalau nggak, ya nggak. Yang ke-empat setuju dan megizinkan Distribusi Jakarta untuk membuat Letter to Proceed. Jadi surat permohonannya sebenarnya minta izin menunjuk Netway dan mengeluarkan Letter to Proceed. Yang Mulia, yang ke-empat ini pendapat saya sangat riskan. Karena Letter to Proceed itu berarti Netway boleh berinvest, sudah mulai belanja,sudah boleh melakkan mobilisasi, meskipun pembicaraan belum selesai. Oleh karena itu yang ke-empat kita drop. Yang ke-tiga ini memang sebagian juga menyarankan coba konslutasi dulu. Oleh karena itu konsultasi informal coba kami lakukan. Dan jawabannya memang dari Dekom, kalau belum bisa diidentifikasi benar oleh Direksi, mereka belum mau memberikan pendapat. Jadi rapat Direksi tanggal 7 Agustus, merumuskan 4 rentang keputusan, dan 4 rentang keputusan tadi baru diambil keputusannya tanggal 9 Agustus karena kami pada tanggal 9 Agustus mengundang Serikat Pekerja. Karena kami menggunakan momentum surat kaleng dari Serikat Pekerja tadi untuk menyatukan pendapat Direksi. Itu momentum yang kami pakai. Jadi Serikat Pekerja datang, kami tanya kepada serikat pekerja, apakah betul surat ini merupakan surat serikat pekerja. Lalu serikat pekerja menyatakan bahwa ada aspirasi pekerja, tetapi itu bukan surat serikat pekerja. Nah karena itu dibuka diskusi dan akhirnya seluruh direksi sepakat untuk mengambil alternative kedua. Yaitu mengizinkan Disjaya untuk membuat OSCO dengan catatan bahwa OSCO ini tidak sampai kepada CIS-IBP. Karena CIS-IBP harus ditender. Hanya harus sampai kepada CIS RISI saja. Kami harus menyampaikan bahwa dalam rapat tanggal 9 Agustus, 1 orang anggota direksi tidak hadir yaitu Pak Hardiv Harris. Tapi beliau juga tidak menyatakan dissenting. Jadi seluruh rapat tadi, hasilnya kami laporkan kepada Dekom, dan untuk

13 informasi, pada bulan Agustus tersebut belum ada negosiasi harga. Jadi apa yang ada di Distribusi Jakarta adalah suatu financial model. Yang financial model ini 900 Miliar. Yang Mulia kami perlu menyampaikan bahwa ada salah pengertian mengenai angka 900 miliar ini, seolah-olah ini menjadi kewajiban PLN akan membayar 900 miliar. 900 miliar itu dalam financial model dalam pendekatan pengembangan usaha itu berarti volume usaha dari anak perusahaan tadi besarnya adalah 900 miliar. Ini penting kami sampaikan karena pengembangan usaha, masalah utama adalah mencari pendanaan pinjaman dan semakin besar nilai proyek, umumnya semakin mudah mendapatkan pinjaman. Jadi kalau ada angka 900 milar yang belum diteliti tidak diutak-atik dulu salah satu pertimbangan barangkali adalah skalanya harus dibuat seksi kalau istilah orang keuangan. Harus seksi supaya pendanaan bisa masuk. Ini penting karena kondisi PLN pada waktu itu, kalau gadis sudah sangat tidak cantik dan berkurap sehingga tidak ada satupun investor yang mau pada waktu itu mau bekerja sama dan menitipkan uangnya. Bahkan investor yang sudah ada, listrik swasta, itu berusaha Caplost cashing in dan minta negosiasi supaya bisa diganti rugi oleh PLN. Situasi seperti itu tidak mungkin PLN maju sendiri dan mencari pendanaan. Apalagi dengan rugi yang demikian besar. Sejak bulan Agustus tadi kami melakukan surat menyurat dengan Dekom untuk menjelaskan mengenai ide gagasan ini. Surat Dekom yang pertama sangat responsive dan sangat baik. Pak Sofyan Djalil pada waktu itu menyampaikan bahwa Dekom prinsipnya mendukung upaya ini cuma minta dijelaskan. Tetapi surat kedua, saya ingat suratnya No.123 kalau tidak salah itu tiba-tiba berubah drastis nadanya. Itu menimbulkan kekecewaan kami, mengapa kok Dekom tiba-tiba menarik garis. Salah satu bentuk yang mengecewakan kami adalah dikatakan OSCO ini, pendekatan OSCO 700 mlliar, saya tidak tahun angka 700 milar dari mana. Karena yang saya tahu dalam surat itu 900 miliar. OSCO yang 700 miliar ini dibandingkan dengan upaya membentuk pekerjaan yang sama di Bandung Timur yang nilai 900 juta. Begitu. Bagi kami ini suatu perbandingan yang apple to apple, maaf agak menyinggung perasaan terus terang saja. Apa iya Direksi PLN melakukan kebodohan demkian besar mengerjakan suatu pekerjaan yang

14 900 miliar yang seharusnya pekerjaan bisa 900 juta. Tapi karena itu ditulis dalam suatu surat, maka kami sendiri terkaget-kaget mengapa bisa demikian. Belakangan hari baru saya ketahui, Dekom mendapat masukan dari pihak luar yang notabenya mendiskreditkan konsep OSCO tersebut. Tapi kita tidak tahu. Kami mencoba dengan itikad baik menjawab ya, setiap Dekom membuat surat, kami coba jelaskan dan jawab sampai melalui rapat-rapat itu terlihat juga bahwa jurang perbedaan pendapat ini melebar bukan menyempit di antara Dekom dan Direksi. Sampai suatu titik kami dipanggil, saya sendiri dipanggil, diundang oleh Dekom untuk hadit dalam rapat di Bimasena dan undangan tersebut hanya untuk Dirut. Tidak boleh dihadiri oleh Direksi yang lain. Kami sendiri cukup heran dengan undangan seperti itu, tapi sekali lagi dengan i tikad baik kami datang. Di gedung Bimasena telah berkumpul semua anggota Dekom, saya ingat ada Pak Komut, kemudian Pak Sofyan Djalil, Komut nya adalah Pak Endro, Pak Martiono, Pak.. siapa namanya mantan Dirut PLN, Pak Yamin, dan satu orang lagi saya tidak ingat namanya. Dan pada waktu kami datang, langsung perntanyaan, ditanyakan kepada kami mengapa kok kita/direksi begitu ngotot memperjuangkan OSCO? Khususnya saya yang ditanya. Saya katakana OSCO ini adalah ide yang sangat baik, berdasarkan pengalaman saya, dalam pengembangan usaha. Pada waktu itu saya diminta secara lisan, Udah, ini sudah ramai di luar, cabut usulanmu. Begitu. Permintaannya kepada saya. Saya katakan, Pak, ini surat menyurat sudah demikian gencar, saya tidak mungkin mencabut hanya atas perintah lisan. Jadi kalau saya memang diperintahkan mencabut, saya minta Dekom membuat jawaban yang tertulis. Sebenarnya korespondensi kami dengan Dekom sudah mengindikasikan bahwa Dekom memilih pendekatan yang disebut pendekatan Non OSCO. Pendekatan Non Osco itu berarti PLN yang mengerjakan, kemudian dibantu oleh Konsultan. Nah tapi sudah kami jelaskan, Pak kalau pendekatannya Non-OSCO, satu, PLN harus punya cukup orang untuk mengerjakannya. Kebutuhan orangnya kira-kira 200, dan Pak Margo dalam laporan ke Direksi menyatakan Distribusi Jakarta paling banyak bisa menyediakan 80. Jadi harus ada 120 lebih,140 orang yang harus

15 dicari dari Outsourcing Company. Itu yang pertama. Yang kedua, kita tidak cukup dana untuk investasi membeli hardware. Kalaupun ada apakah hardware itu bisa datang tepat pada waktunya. Saya sampaikan juga laporan dari hasil kajian Pak Margo mengenai SIMPEL RISI dimana proyek ini tertunda-tunda karena salahnya di PLN bukan di rekanannya. Tapi pada waktu itu saya di desak bahkan dibacakan juga hak-hak komisaris bahwa komisaris bisa memecat anggota direksi, sehingga situasi pada rapat tersebut agak memanas saya ditarik keluar dari ruang rapat dan kemudian diberi nasihat oleh para senior saya supaya menghadapinya dengan kepala dingin. Setelah saya kembali ke ruang rapat, ternyata Pak Komut yang cukup keras dengan kami, itu sudah meninggalkan sidang, meninggalkan rapat, Pak Sofyan Djalil yang menggantikan. Saya sampaikan ke Pak Sofyan Djalil, saya tetap posisi saya, apapun yang diperintahkan Dekom akan kami laksanakan selama itu tertulis. Setelah rapat itu kami membahas sedikit mencapai suatu kesepakatan-kesepakatan, akhirnya saya menyetujui konsep Non OSCO yang diarahkan oleh Dekom. Baik, kalau memang Dekom mintanya Non OSCO, akan saya sampaikan kepada Disjaya. Begitu Pak. Seminggu berselang saya tidak mendapatkan surat apapun sehingga saya telepon Pak Sofyan Djalil, dan Pak Sofyan mengatakan, Oh notulennya sudah siap. Akan saya kirim. Akhirnya saya mendapatkan kiriman notulen dari Pak Sofyan Djalil dan atas dasar notulen tersebut saya minta sekretaris perusahaan, untuk mindahkan atau menterjemahkan arahan dari Dekom tersebut dalam bentuk suatu surat yang akan saya layangkan kepada GM Disjaya. Saya tahu bahwa Sekper tidak ingat masalah itu, tapi barangkali sebagai satu hal yang perlu dipertimbangkan surat yang saya tanda tangani hasil itu mempunyai 2 nomor. Nomor 1, satu nomor menggunakan nomor Sekper. Kalau suratnya itu datang dari Dirut, nomor suratnya adalah nomor Dirut. Tapi baiklah barangkali Sekper pada waktu itu juga banyak kegiatan, kami juga terus terang saja melihat dan mengkoreksi sedikit kemudian saya tanda tangani surat tersebut, saya kirimkan kepada Distribusi Jakarta. Intinya adalah Distribusi Jakarta agar menempuh pola Non OSCO. Yaitu tertulis di sana bahwa kontrak dengan Netway, hanya untuk Software, Roll Out Software dan

16 Implementasinya. Itu adalah sesuai dengan arahan Dekom. Yang lain dikeluarkan dari sana. Nah itulah titik dimana menurut saya ini adalah suatu milestone penting dimana proses ini karena ide Outsourcing Company itu sudah mati sejak tanggal 8 November pada saat Dekom bersikeras bahwa pendekatannya harus Non OSCO dan akhirnya kami sepakati. Jadi apa yang terjadi menyangkut Outsourcing Company, 700 miliar, 900 miliar dan sebaganinya itu, sudah tutup buku Pak. Dengan surat tersebut kami minta Disjaya untuk membicarakan dengan Netway. Mengapa dengan Netway? Karena Netway ini masih memegang CIS RISI. Kami perlu melaporkan bahwa di tengah proses kita melakukan atau minta mencoba meyakinkan Dekom dengan OSCO tadi, Distribusi Jakarta karena kepepet dengan kenaikan TDL, bulan Mei atau Juli tahun 2001, tanpa sepengetahuan kami dan tidak meminta izin pada kami, memang itu adalah hak nya Disjaya, Disjaya melakukan kontrak penunjukkan langsung dengan Netway. Untuk dukungan operasi SIMPEL RISI. Saya mengetahuinya bulan Agustus pada pada saat kami, saya ajak Pak Margo untuk mengkonsep surat, saya tanya, Ini Netway harus disebut sebagai apa? Calon rekanan? Kemudian Pak Margo mengatakan Sudah bisa disebut rekanan Pak. Saya sudah menunjuk dia bulan lalu. Katanya begitu. Jadi ini kejadian yang terjadi. Dalam proses surat menyurat kami dengan Dekom, kami di BAP juga ditanya mengenai masalah pendaftaran Hak Cipta yang kalau tidak salah di dalam dakwaan juga disebutkan bahwa seolah-olah Dirut minta kepada saudara Gani untuk melakukan pendaftaran Hak Cipta. Ini bersumber dari perbedaan tanggal dalam surat kami ke Dekom dimana di dalam surat itu kami menyatakan bahwa Hak Cipta ada di tangan Netway, tetapi Hak Pakai ada di Disjaya. Kata-kata ini adalah kami ambil dan in memang juga dikonsep dalam waktu mengonsep itu ada Pak Margo juga, dari laporannya Pak Margo, di depan rapat Direksi tanggal 7 Agustus. Ada di dalam manage, jadi bukan invention/penemuan dari Dirut pada waktu itu. Tetapi kami betul-betul hanya menyatakan apa yang dinyatakan GM Disjaya. : Suara hakim kurang terdengar jelas

17 : Bagaimana Pak? : Suara hakim kurang terdengar jelas : Belum Pak. Jadi belum ada surat penunjukkan. Selama tahun 2001 itu pembicaraan dengan Dekom : Kedudukan sebagai apa? : Kalau yang menyangkut PLN Pusat, itu baru pada 2003, maaf Pak Itu saja. Tetapi memang untuk dukungan operasi yang disebut 6 kontrak kecil, Pak Margo melakukan penunjukkan langsung sejak bulan Juli tahun Jadi apa yang kami bicarakan dengan Dekom, mengenai OSCO dan sebagainya itu masih Shadow Boxing, belum ada apa-apanya. Belum ada. Bahkan Letter to Proceed saja saya tidak setujui dikeluarkan. Letter of Intent sebenarnya juga saya tidak setuju tetapi Pak Margo mengeluarkan juga pada waktu itu. Jadi demikian situasinya sampai akhir tahun 2001 ya Pak. Sebenarnya masih ada satu cerita lagi, kelanjutan dari pertemuan rapat November tadi yaitu sekitar tanggal 27 November dalam rapat konsultasi Direksi dan Dekom, di sana kami melaporkan bahwa kami sudah mengeluarkan surat tertanggal 21 November kepada Disjaya yang isinya menindaklanjuti permintaan Dekom. Pada waktu kami menyatakan itu, situasinya sedang tidak baik. Terus terang saja sebelum rapat tersebut, kami terlambat hadir di rapat, Pak Komut menelpon saya dan dengan nada keras menanyakan mengapa saya mengeluarkan surat itu. Saya katakan bahwa surat itu adalah kesepakatan kami dengan anggota Dekom yang lain, setelah bapak tidak ada adalah melanjutkan pesan atau arahan Dekom yang kami terima apda waktu itu berdasarkan Notulen Rapat Direksi. Saya tidak tahu bahwa dalam notulen rapat Dekom yang tidak dibagikan kepada kami itu dikatakan kepada kami bahwa Dekom tidak menerima hal itu. Tapi sesungguhnya saya tidak pernah menerima informasi suruh mencabut surat itu kembali. Memang dalam pembicaraan telephone, waktu beliau marah kepada saya, saya katakan Pak kalau saya disuruh mencabut surat itu, berarti notulennya juga dicabut Pak. Begitu. Karena saya

18 mendasarkan pada notulen tersebut. Satu hal yang penting ingin kami sampaikan bahwa tanpa Outsourcing, tanpa pembentukan OSCO, maka kalau mengikuti arahan Dekom tadi, maka masalahnya hanya menjadi permasalahan konsultan dan itu bagi kami tidak mempunyai nilai strategis. Oleh karena itu, setelah rapat 27 November dengan Dekom, saya berkata kepada Direktur Pemasaran pada waktu itu Pak, sudah. Sekarang serahkan Distribusi Jakarta saja yang menyelesaikan karena arahannya adalah konsultan. Saya tidak melihat arti strategis dari pekerjaan ini. Dalam surat kami, sebenarnya kami minta GM untuk lapor perkembangnnya akhir Januari Tetapi laporan itu tidak pernah datang, sampai kurang lebih bulan Agustus. Tiba-tiba Pak Margo menulis surat kepada saya melaporkan bahwa telah ada kesepakatan dengan Netway untuk menurunkan biaya itu menjadi 155 Miliar tetapi tidak ada kesepakatan mengenai biaya lisensi sebesar 35 miliar. Mohon petunjuk dari Dirut. Saya menolak memberikan jawaban karena masalah itu benar-benar masalah teknis. Kenapa tidak bisa dijustifikasi, di situ dikatakan bahwa biaya lisensi tadi berkaitan dengan penggunan teknologi trietier yang dibandingkan dengan teknologi client server yang ada. Jadi karena masalah teknis saya serahkan kepada Direktur Teknis terkait Pak Tunggono untuk menyelesaikan. Tidak adanya tanggapan barangkali membuat pada tahun 2002 tim Re-evaluasi dan Re-negosiasi tidak bisa membuat suatu rumusan yang final sampai pada akhirnya bulan Desember, ketua tim menyatakan menghentikan negosiasi. Jadi akhir Desember 2001, ide Outsourcing Company habis. Akhir 2002 dengan menghentikan negosiasi itu sebetulnya peran PLN pusat juga sudah habis. Tetapi saya tidak mengetahui sekali lagi mengapa sebabnya di akhir Januari 2003, Pak Margo membentuk tim penunjukkan langsung. Tim penunjukkan langsung ini juga tidak dilaporkan kepada kami, dan baru kami ketahui pada bulan Juni, pada waktu kami mendapat tembusan surat Pak Margo kepada Pak Sunggu Aritonang selaku Direktur Niaga yang melaporkan bahwa mereka telah menyelesaikan negosiasi, tim penunjukkan langsung telah menyelesaikan negosisasi, dengan hasil kalau saya tidak salah 137 Miliar biayanya. Jadi sesuai dengan Tupoksi Direksi, memang masalah IT itu

19 ditangani kalau zaman saya jadi Dirsar itu ditangani Diran (Direktur Perencanaan). Tetapi sejak 2003, IT pindah ke Direktur Niaga. Kebetulan Direkturnya Pak Sunggu Anwar Aritonang adalah mantan Kepada Divisi Sistem Informasi. Jadi saya kita itu suatu peralihan yang sangat logis dibandingkan kalau itu tetap dipegang oleh Direktur yang lain. Jadi pada saat itulah proses berjalan kembali, saya tadi lupa menjelaskan bahwa setelah rapat 27 November tadi, Dekom meskipun tidak menyetujui surat saya, 27 November 2001, maaf, Dekom ternyata menyetujui RKAP yang berisi CIS RISI : RKAP kapan? : Itu RKAP 2002 Pak. Sehingga pada RUPS RKAP 2002, pemegang saham membuat keputusan yang menyatakan bahwa pekerjaan Roll Out CIS RISI di PLN Disjaya dapat dilaksanakan bila telah terbukti proven dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Catatan ini sebagai respon atas butir didalam rencana kerja dan anggaran perusahaan tahun 2002 dimana kami menyatakan bahwa ada program dari tahun untuk mengembangkan IT di distribusi dan pada tahun 2002 kami akan me Roll Out CIS pada waktu itu disebut CIBS (Costumer Information and Billing System) di seluruh Jakarta dengan biaya 150 Miliar. Juga dikatakan di sana di tahun 2004, nanti PLN akan menenderkan CIS IBP. Jadi ini akan menjelaskan secara garis besar bahwa CIS yang kami usulkan tadi adalah suatu solusi antara sebelum kita menunggu CIS IBP. Ini saya kira sejalan/konsisten dengan rapat 8 Mei 2001 di antara Direksi yang memang pada waktu itu alur pikirnya adalah CIS ini sementara saja. Jadi di RUPS RKAP 2002, sudah jelas ada persetujuan RUPS mengenai anggaran ini. Kemudian di tahun 2002 di pertengahan tahun terjadi pergantian Dekom. Pak Endro diganti Pak Lulu dan Pak Lulu mantan Dirjen Listrik, itu meneruskan suatu hal yang dimulai pada zaman Pak Endro yaitu Pak Endro di tahun menanyakan mengapa kontrak-kontrak Multi Years PLN tidak sesuai dengan Anggaran Dasar yaitu mendapat persetujuan RUPS terlebih dahulu. Sebenarnya ini cerita panjang yang kami harus awali dengan penyusunan Anggaran Dasar

20 1998, pada waktu itu PLN mendapati kontrak-kontrak listrik swasta yang sangat besar itu Direksi dipanggil oleh Menteri Pertanian dan diminta menandatangani kontrak pada waktu itu di depan kepala Negara di luar Negeri misalnya tanpa mendapat persetujuan RUPS sebelumnya. Oleh karena itu di tahun 1998, ada upaya untuk memasukkan dalam Anggaran Dasar bahwa kontrak-kontrak listrik swasta, ini sebenarnya penekanannya pada kontrak listrik swasta, itu harus minta persetujuan RUPS. Namun, di dalam penyusunan kata-katanya ada satu kalimat yang hilang sehingga ini bisa ditafsirkan semua kontrak yang sifatnya Multi Years harus melalui izin RUPS. Ini sesuatu hal yang pada waktu itu bahkan sampai sekarang pun tidak mungkin dilakukan karena dengan pendelegasian kewenangan operasi kepada wilayah, maka wilayah itu sebetulnya boleh melakukan pengadaan untuk kepentingan operasi tanpa harus melalui persetujuan PLN Pusat. Itu sesuai dengan SK 075 pada waktu itu. Jadi kalau diminta lagi persetujuan RUPS maka itu harus kemabli ke pusat dan kontrak semacam itu Yang Mulia Bapak bisa bayangkan bahwa satu kantor cabang itu paling tidak mempunyai 4 atau 5 kontrak cater yang sifatnya Multi Years pada saat itu. Di PLN ada cabang pada tahun sekitar itu. Sekarang sudah hampir 400 cabangnya. Jadi tidak mungkin semua kontrak itu naik harus mendapat persetujuan RUPS. Ini sebetulnya menjadi suatu permasalahan terbuka di tahun 2001 bahkan dalam rapat konsultasi Dekom dengan Direksi tanggal 16 Agustus 2001 akhirnya di situ dituliskan bahwa untuk kontrak-kontrak Multi Years, cukup kalau dimasukkan dalam RUPS RKAP, atau kebijikannya diketahui oleh RUPS. Jadi sudah ada pelunakan. Di tahun 2002, Pak Luluk menyatakan lagi bahwa untuk kontrak-kontrak investasi yang Multi Years itu cukup dilampirkan di RKAP. Maka itu bagian yang tidak terpisahkan dari RKAP. Perstujuan RUPS nya semacam itu. Jadi perkembangan ini berkembang lebih lanjut lagi sehingga tahun 2005, kami mempunyai rekaman/catatan wakil atau kuasa pemegang saham dalam RUPS RKAP 2005 menyatakan bahwa dia minta Direksi menandatangani suatu kesepakatan bahwa apapun yang sudah disepakati di dalam RUPS RKAP itu tidak perlu lagi dimintakan izin lagi kepada Menteri BUMN. Karena permintaan izin

21 tersebut akan memakan waktu lama, dan di sana tidak ada yang proses, nanti Direksi mempunyai alasan untuk menyatakan bahwa itu menunggu izin dari BUMN. Ini otentik disampaikan oleh Pak Roes Arya, kami mempunyai rekamannya untuk itu dan itu menggambarkan proses persetujuan konrtrak Multi Years untuk pekerjaan khususnya pekerjaanpekerjaan operasional itu tidak pernah berjalan dalam inteprestasi yang disampaikan bahwa itu harus minta izin RUPS dan sebagainya. Tidak pernah berlangsung di PLN baik sebelum masa saya atau sesudah masa saya. Karena di tahun 2007, akhirnya Anggaran Dasar tersebut di Amandemen dan dinyatakan bahwa selama itu tidak materiil yaitu batasannya adalah 10% dari kontrak, maa, 10% dari pendapatan atau 5% dari equity, itu boleh dilaksanakan cukup dengan izin komisaris. Asal dilakukan di daerah wilayah. Begitu Anggaran Dasar Jadi in menggambarkan bahwa seluruh proses yang kami laksanakan untuk CIS RISI sampai itu sebenarnya sudah mengikuti aturan-aturan yang ada. : Silahkan kepada Penuntut Umum : Izin bertanya Yang Mulia. Saudara terdakwa ya, tadi terdakwa menerangkan ada presentasi di PLN Disjaya oleh Netway ya, terdakwa bisa menjelaskan siapa yang melakukan presentasi di Disjaya oleh Pihak Netway? : Saya tidak tahu. Pada waktu itu saya tidak tahu. Apakah saya bisa menjawab berdasarkan BAP yang saya baca karena di BAP itu baru saya melihat bahwa rapat di Disjaya dihadiri oleh GM Disjaya serta managermanager nya dan itu ada undangan resmi dari GM Disjaya tanggal 14, 19, dan akhirnya rapatnya tanggal 21 September Ini dari pengakuan saudara Dodoh Rahmat yang saya baca dari BAP nya.

22 : Jadi terdakwa tidak tahu ya siapa yang melakukan presentasi di Disjaya sana ya? : Saya tidak tahu persisnya. : Kemudian, apakah selanjutnya pihak Netway ada melakukan presentasi di PLN pusat? : Benar, seperti yang saya sampaikan, Netway meminta memberi presentasi, dan presentasi itu sangat brief, bukan seperti presentasi yang digambarkan seolah-olah bicara mengenai aplikasi SIMPEL RISI, tidak, sama sekali tidak. Yang dibicarakan adalah konsep CIS Outsourcing Solution. Mereka menjelaskan kenapa harus Outsourcing. Kenapa harus Netway. Berapa biayanya kalau pakai Outsourcing, berapa biayanya kalau pendekatannya non OSCO. In disampiakan. Tentu sangat masuk akal bahwa Direksi, khususnya Direktur Pemasaran pada waktu itu tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah teknis IT. Tetapi mereka menunjukkan bahwa mereka siap kalau memang bahwa disetujui konsepnya mereka akan siap menjalankan buktinya ditunjukkan. Saya sendiri kaget-kaget bahwa cukup detail sampai mereka tahu setiap cabang kekuatan hardware kita dan sebagainya. : Pada waktu presentasi, bisa saudara terdakwa terangkan siapa-siapa yang hadir dari PLN Disjaya yang hadir, kemudian dari pihak Netway siapa yang melakukan presentasi? : Saya tidak ingat dari PLN Disjaya, yang jelas Pak Margo hadir. Dari PLN pusat karena presentasinya di Direktorat Pemasaran hanya saya dan beberapa kepala Divisi, saya kira Pak Azis Sabarto hadir dan apa namanya, kemudian alau tidak salah satu atau dua eselon 1 kami juga hadir disana. : Dari Netway siapa yang hadir? : Yang saya ingat yang hadir adalah saudara Gani, dan satu India ya yang mungkin, bukan Chaula namanya. Saya lupa namanya.

23 : Saudara Harmet? : Harmet Harmet. Iya betul : Baik. Setelah selesai saudara Gani melakukan presentasi di hadapan terdakwa, apakah pada saat itu ada perintah terdakwa? Kepada Gani atau kepada saudara Margo? : Bapak J menggunakan kata perintah. Pada waktu itu seorang Direktur sangat jarang memberikan perintah karena era nya adalah era desentralisasi. : (suara tidak terdengar karena tidak menggunakan mic) : Jadi setelah saya presentasi, lazimnya, saya tanya pendapat dari GM, bagaimana pak GM, atas presentasi tersebut? Pak GM, seingat saya, menjawab, Pak, ini.. (dipotong oleh ) : Ada tidak yang berupa petunjuk, arahan, atau perintah? : Kalau dikatakan arahan, baik, yang disebut arahan hanya, oke kalau begitu silahkan ditindaklanjuti, dibicarakan lebih lanjut, di tempat saudara. Karena.. (dipotong oleh ) : Saudara katakan seperti itu? : Ya. Tapi arahan tersebut, karena pak Margo sudah menyampaikan bahwa idenya ini sesuai dengan masalah yang dihadapi yaitu, Disjaya tidak mempunyai cukup tenaga SDM untuk menangani masalah terkait. : Baik ya, apakah arahan tersebut berupa, saudara meminta kepada saudara Gani untuk melakukan penawaran dengan mengajukan proposal ke PT. Netway.. ke PLN Disjaya, dan kemudian meminta Margo agar mengkaji proposal yang diajukan oleh Netway tersebut. Apakah demikian arahan terdakwa? : Ada tidak arahan seperti itu?

24 : Tidak ada. Saya normatif saja menyampaikan bahwa, oke, kalau idenya baik, silahkan ditindaklanjuti, dibicarakan di Disjaya. Dan kalau memang memerlukan dukungan Pusat, pak Margo pada waktu itu mengatakan, ya, kami membutuhkan dukungan Pusat, nanti laporkan pada saya. Begitu. Karena sebenarnya, kalau masalah pengadaannya, pak Margo mempunyai kekuasaan penuh, tanpa harus minta izin ke Direksi. : kenal dengan saudara Gani sejak kapan? : Saya kira.. Bukan, bukan saya kira. Persisnya, saya bertemu saudara Gani itu kira-kira pertengahan tahun 2000, ya, pertengahan tahun 2000 di lobby, ya. Beliau, kalau saya tidak salah, beliau waktu itu dengan siapa gitu, kemudian saya sedang di jalan keluar, dan beliau memperkenalkan diri, menyebut nama kakaknya yang kebetulan juga bersekolah di Elektro ITB. Tapi kalau saudara Gani sendiri, saya tidak kenal. Sebelumnya saya tidak pernah kenal. : Baik. Apakah terdakwa pernah meminta Gani untuk melakukan presentasi di PLN Disjaya? : Tidak pernah. Tidak pernah. : Tidak pernah ya. Karena dari keterangan.. (dipotong oleh ) : (suara tidak terdengar karena tidak menggunakan mic) : Apakah terdakwa juga pernah meminta Gani untuk membuat suatu proposal pada saksi Sunggu Anwar Aritonang? : Saya tidak pernah minta pak Gani melakukan apapun, dari sehabis rapat itu, selain mempersilahkan untuk menindaklanjuti dengan pak Margo. : Tidak pernah ya? : Tidak pernah.

25 : Setelah dilakukan presentasi dihadapan terdakwa, apakah kemudian terdakwa pernah menerima surat perkenalan.. tembusan, dari PT. Netway, yang ditujukan kepada GM Disjaya, yang ditembuskan kepada terdakwa? : Saya kira terbalik urutannya. Urutannya terbalik. Karena sebelum.. seingat saya, surat itu saya bawa ke rapat Direksi, ya. Surat itu saya bawa ke rapat Direksi, dan itu terjadinya sesudah presentasi. Sesudah presentasi. : Baik ya. Di sini ada surat no. NET. DIR.. nanti juga kita ajukan sebagai barang bukti.. tanggal 27 September 2000, dari Netway, berupa CIS outsourcing solution, yang ditujukan kepada Margo Santoso, dengan tembusan kepada Bapak Ir. Eddie Widiono. Pernah ini di terima oleh terdakwa, surat ini? : Saya tidak ingat apakah saya menerima tembusannya, atau saya menerima bersama dengan pak Margo. Tetapi, ya, surat itu ada terlampir juga dalam surat pak Margo tanggal 6 Oktober, yang ditujukan kepada saya. Ia minta jawaban, ya,dan sebenarnya surat itu yang membuat saya agak berhati-hati, karena di sana, dalam.. kalau saya tidak salah dalam surat No. 1 itu, seolah-olah sudah ada kesepakatan, antara Netway dengan Disjaya. Itu yang membuat saya agak berhati-hati, untuk menyetujui kata-kata Letter of Intent, ya. Karena kalau keluar letter of intent, sebetulnya itu seolah-olah mengkonfirmasi bahwa ada kesepakatan. Padahal, masih jauh dari kesepakatan.. Bahkan scope of work nya saja belum jelas pada waktu itu. : Baik. Apakah kemudian terdakwa juga ada menerima surat dari Margo Santoso. Ini suratnya tertanggal 13.. suratnya nomor 1308, tertanggal 6 Oktober 2000, perihal CIS outsourcing solution? : Ya, itu yang saya refer tadi.

26 : Oh, baik. Selanjutnya, apakah saudara ada memberikan suatu tanggapan terhadap surat yang dikirim oleh saksi Margo? : Ya, saya menjawab dengan surat tanggal 13 Oktober tahun : Bisa saudara jelaskan, apa balasan.. surat balasan yang.. (dipotong oleh ) : Saudara menanyakan surat-surat bukti itu kan? Tunjukan sajalah. : Baik. Oke, lanjut, yang Mulia. Di dalam surat saudara, ya, kami bacakan, menunjukan surat saudara no. 1308, tanggal 6 Otober 2000, perihal tersebut di atas, setelah konsultasi melalui rapat Direksi, ya. Jadi surat ini saudara buat, saudara mau rapat konsultasi dengan Direksi. Pertanyaan kami adalah, apakah benar saudara melakukan rapat Direksi dengan pembuatan surat ini? : Iya betul. Tadi sudah saya sampaikan bahwa, kami melaporkan hal ini. : Ada ya? : Ada. : Siapa yang membuat surat.. tadi kan.. surat 4323, ya, siapa yang ketua perintahkan untuk membuat surat tersebut? : (ucapan tidak terdengar karena tidak menggunakan mic) : Ini balasan dari.. : Nah itu saudara tunjukkan saja. Benar tidak surat ini, kan begitu. : Lanjut yang Mulia. Tadi saudara ada yang menerangkan mengenai.. dalam surat 4323, ada yang mengatakan mengenai, meminta kepada Margo untuk mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk rencana implementasi berikut anggaran, maksudnya apa ini terdakwa?

(Saksi P dihadirkan ke persidangan)

(Saksi P dihadirkan ke persidangan) Saksi #14: Purwanto PU PU : Saksi berikut Purwanto ya? : Iya Yang Mulia. : Biar nyambung dengan yang tadi. : Saksi Purwanto. (Saksi P dihadirkan ke persidangan) : Saudara saksi, saudara tadi sudah bersumpah

Lebih terperinci

Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar

Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar Selasa, 23 November 2011 Saksi Ahli Pengadaan : Naser Iskandar : Saudara ahli ya, sebagaimana diawal keahlian saudara adalah dibidang pengadaan ya, pertanyaan di luar bidang pengadaan untuk tidak dijawab

Lebih terperinci

Saksi#6 : Bambang Boediono

Saksi#6 : Bambang Boediono Saksi#6 : Bambang Boediono : Saudara diminta memberikan keterangan yang benar, sesuai dengan apa yang saudara ketahui, saudara alami dan saudara dengarkan langsung. Ya? Saudara adalah dosen teknik sipil?

Lebih terperinci

Saksi #15: Fahmi Mochtar

Saksi #15: Fahmi Mochtar Saksi #15: Fahmi Mochtar : Pakai Mic nya, ya. Saudara tadi sudah disumpah menurut agama yang saudara anut. Itu artinya saudara harus memberikan keterangan yang benar, ya. Sesuai dengan apa yang saudara

Lebih terperinci

Saksi #13: Sofyan Djalil

Saksi #13: Sofyan Djalil Saksi #13: Sofyan Djalil Hakim : Baik, kalau tidak keberatan, siapa yang ingin diajukan terlebih dahulu? PU : Mungkin dari pak Sofyan Djalil dulu. Hakim : Silahkan, yang pak Sofyan tinggal dalam ruang

Lebih terperinci

Saksi #17: Budi Maryati

Saksi #17: Budi Maryati Saksi #17: Budi Maryati (Saksi telah disumpah pada persidangan tanggal 11 Oktober 2011) : Saudara saksi Budi Maryati ya, saudara sudah disumpah dalam persidangan yang lalu untuk memberikan keterangan yang

Lebih terperinci

Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie

Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie Saksi #9: Budi Santoso dan Saksi#10: Muljo Adji Abdoel Gonie PU Sakai (BS) : Skors dicabut sidang di buka kembali (Palu diketuk). Saksi berikut. : Saksi Muljo Adji Abdoel Gonie dan saksi Budi Santoso.

Lebih terperinci

Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo

Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo Saksi #18: Budi Harsono & Saksi #19: Djoko Tetratmo : Saksi meninggalkan ruang sidang. Saksi berikut. Ya berikutnya Budi Harsono. ( Hakim mengetuk palu) Saksi (BS) : Yang Mulia apakah diperkenankan Budi

Lebih terperinci

Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto

Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto Pembukaan dan Saksi#4: Azis Sabarto : Sidang perkara No. 37/Pid.B/Tipikor/2011, PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa, Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc, dibuka, dan dinyatakan terbuka untuk umum. Penuntut

Lebih terperinci

(Saksi N memasuki ruang persidangan) Saksi (N) : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun 93.

(Saksi N memasuki ruang persidangan) Saksi (N) : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun 93. Saksi #12: Nuraini : Saksi berikut. Saksi Nuraini. (Saksi N memasuki ruang persidangan) : Saudara di PLN bagian apa? : Di bagian Hukum. : Dari tahun berapa? : Ehh.. saya masuk dari tahun 92 diangkat tahun

Lebih terperinci

: Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut

: Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut Saksi#5: Tunggono : Yak skors saya cabut, sidang dinyatakan dibuka kembali, saksi berikut : Saksi Tunggono : Saudara saksi ya, saudara telah disumpah, untukmemberikan keterangan sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

Saksi #11: Conny Kurniawan

Saksi #11: Conny Kurniawan Saksi #11: Conny Kurniawan : Silahkan saksi selanjutnya. Saksi Conny. Conny Kurniawan Wahjoe. : Maaf Yang Mulia, mau kita gabung atau satu? : Satu. (Saksi CK memasuki ruang persidangan) : Saudara saksi

Lebih terperinci

Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang

Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang Saksi #7: Azwani Sjech Umar & Saksi #8: Hardiv Harris Situmeang Saksi( ASj) : Baik yang pertama kita dengar,silahkan tinggal diluar, siapa ini didalam siapa? : Azwani Sjech Umar dengan Hardiv Harris Situmeang

Lebih terperinci

Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta

Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta Saksi Ahli Pengadaan: Setya Budi Arijanta : Sebelum kita lanjutkan C.V. Makasih ya. Nama saudara Setya Budi Arijanta S.H., K.N ya. Lahir di Surakarta 31 Desember 1970, agama Islam, alamat perum Puri Nirwana

Lebih terperinci

Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim. Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo

Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim. Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo Selasa, 23 November 2011 Saksi #34: Suyut Wartadipraja, Saksi #35: Juanda Nugraha Ibrahim Saksi #36: Joko Paryoto & Saksi #37: Parno Isworo : Sidang perkara Nomor: 37/Pid B/Tipikor/2011/ PN Jakarta Pusat

Lebih terperinci

Saksi #38 : Bagja Rasa

Saksi #38 : Bagja Rasa Selasa, 23 November 2011 Saksi #38 : Bagja Rasa : Sidang dibuka kembali. Saksi berikut. (Saksi BR memasuki ruang persidangan) : Saudara sudah disumpah ya, untuk memberikan keterangan apa yang saudara ketahui,

Lebih terperinci

Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari

Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari Saksi Ahli BPKP : Agustina Arumsari : Ahli berikutnya. : Ahli berikut dari BPKP. (Ahli AA memasuki ruang persidangan) : Baik, saudara ahli ya? Saudara pernah dimintai pendapat oleh penyidik KPK menyangkut

Lebih terperinci

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Sidang perkara nomor 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Soewondho M.Sc. dibuka dan terbuka untuk umum. (Palu diketuk)

Lebih terperinci

Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang

Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang Saksi #20 : Sunggu Anwar Aritonang (saksi telah disumpah pada persidangan tanggal 11 Oktober 2011) : Jadi anggota, salah satu anggota majelis hari ini mengikuti pelatihan di Mega mendung, jika saudara

Lebih terperinci

: Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang persidangan)

: Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang persidangan) Saksi #23: Ricky Singh Bedi, Saksi#24: Sri Wahyuningsih dan Saksi#25: Abdul Hakim Said : Saksi berikut. : Saksi Ricky Singh Bedi, saksi Sri Wahyuningsih, saksi Said Abdul Hakim. (saksi-saksi memasuki ruang

Lebih terperinci

Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana

Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana Saksi #31: Mohamad Husen H. & Saksi #32: Syarif Maulana : Sidang perkara Nomor: 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN. Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc., dibuka dan dinyatakan terbuka

Lebih terperinci

Saksi #16: Tonny Soewandito

Saksi #16: Tonny Soewandito Saksi #16: Tonny Soewandito : Sidang perkara No. 37/Pid.B/Tipikor/2011, PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Palu diketuk) Terdakwa

Lebih terperinci

Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya

Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya Saksi #21: Laksamana Sukardi dan Saksi#22: Roes Aryawijaya : Sidang perkaran Nomor: 37/Pid.B/Tipikor/2011/PN Jakpus atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc. dibuka dan terbuka untuk umum. (Palu

Lebih terperinci

Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati

Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati Saksi #26: Tumpak J. Purba, Saksi #27: Teddy Triheryadi, Saksi #28: Kahar Mulyani dan Saksi #29: Eva Indrawati : Teddy, Tumpak Johny Purba, Teddy Triheryadi, Eva Indrawati. Kahar Mulyani. (Saksi-saksi

Lebih terperinci

PEMBELAAN EDDIE WIDIONO

PEMBELAAN EDDIE WIDIONO PEMBELAAN EDDIE WIDIONO Majelis Hakim yang kami Muliakan. Assalamulaikum wwr. Selayaknya sebelum saya memulai pembelaan diri atas dakwaan-dakwaan dan tuntutan JPU, ke hadapan Bapak-bapak Hakim saya mengawali

Lebih terperinci

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi

Identitas dan Pengambilan Sumpah Saksi-saksi Identitas dan Pengambilan Sumpah -saksi : Sidang perkara nomor No. 37/Pid.B/Tipikor/2011 PN Jakarta pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.sc, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Palu

Lebih terperinci

Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo

Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo Saksi Ahli Teknologi Informasi : Yudho Giri Sucahyo : Sidang perkara nomor 27/Pid.B/Tipikor/2011/PN.PST atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondo MSc. dibukan dan terbuka untuk umum. (Palu di Ketuk)

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK

Lebih terperinci

( Saksi memasuki ruang sidang )

( Saksi memasuki ruang sidang ) Selasa, 1 November 2011 Saksi #30: Gani Abdul Gani : Saksi berikut? : Saksi Gani Abdul Gani ( Saksi memasuki ruang sidang ) : Saudara Saksi Gani Abdul Gani ya! Saudara pernah diperiksa oleh penyidik KPK?

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Board Manual PJBS Tahun 2011

Board Manual PJBS Tahun 2011 0 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Board Manual adalah petunjuk tatalaksana kerja Direksi dan Dewan Komisaris yang menjelaskan tahapan aktivitas secara terstruktur, sistematis, mudah dipahami dan dapat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG GERAKAN PRAMUKA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS DAN PENGAWASAN === DEWAN KOMISARIS === PT PLN TARAKAN TAHUN BUKU 2015

LAPORAN TUGAS DAN PENGAWASAN === DEWAN KOMISARIS === PT PLN TARAKAN TAHUN BUKU 2015 LAPORAN TUGAS DAN PENGAWASAN === DEWAN KOMISARIS === PT PLN TARAKAN TAHUN BUKU 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang 4 B. Dasar Hukum 5 C. Daftar Istilah 5 BAB II PRINSIP PRINSIP HUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010 Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SIDANG KABINET TERBATAS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

: ^%^&%&^^&% (ucapan hakim sama sekali tidak jelas) Hakim1 : ahh, dalam pekerjaan ini saudara sebagai apa, berkedudukan sebagai apa?

: ^%^&%&^^&% (ucapan hakim sama sekali tidak jelas) Hakim1 : ahh, dalam pekerjaan ini saudara sebagai apa, berkedudukan sebagai apa? Panitera : Saksi Pandu Anklasito dan Rahmat : ya, silahkan duduk : ya, saudara berdua, saudara sudah disumpah menurut agama yang saudara anut, itu artinya saudara harus memberikan keterangan yang benar,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal ANGGARAN DASAR PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk ----------------------------------------------- Pasal 1 ---------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT LOTTE CHEMICAL TITAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT Nomor : Pada hari ini, - - Pukul -Hadir dihadapan saya, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebutkan pada bagian akhir akta ini :- 1. Nama

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

ACARA PRESENTASI DARI MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MIKRO DAN MENENGAH, DI KANTOR KUKM Senin, 03 Maret 2008

ACARA PRESENTASI DARI MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MIKRO DAN MENENGAH, DI KANTOR KUKM Senin, 03 Maret 2008 ACARA PRESENTASI DARI MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MIKRO DAN MENENGAH, DI KANTOR KUKM Senin, 03 Maret 2008 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRESENTASI DARI MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA

PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-00389/BEI/06-2009 Tanggal dikeluarkan :12 Juni 2009 Tanggal diberlakukan : 12 Juni 2009 PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT

Lebih terperinci

Tes Karakteristik Pribadi

Tes Karakteristik Pribadi 1 2 Tes Karakteristik Pribadi TIPS MENGERJAKAN TES KARAKTERISTIK PRIBADI Soal Tes Kompetensi Pribadi (TKP) pada dasarnya adalah tes yang menilai sikap dan respon seseorang terhadap kasus yang diajukan

Lebih terperinci

Untuk Kepentingan Rakyat, Pemerintah Akan Turun Langsung Selesaikan Masalah Kamis, 09 Juni 2016

Untuk Kepentingan Rakyat, Pemerintah Akan Turun Langsung Selesaikan Masalah Kamis, 09 Juni 2016 Untuk Kepentingan Rakyat, Pemerintah Akan Turun Langsung Selesaikan Masalah Kamis, 09 Juni 2016 Joko Widodo menyaksikan penandatanganan 'Financial Closing' Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor: 03/KPPU-L/2006

P U T U S A N. Perkara Nomor: 03/KPPU-L/2006 P U T U S A N Perkara Nomor: 03/KPPU-L/2006 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf (a), Pasal 19 huruf

Lebih terperinci

2012, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

2012, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.167, 2012 BUMN. PERUSAHAAN UMUM. Percetakan Negara. Pencabutan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1985 TENTANG BEA MATERAI TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL Pendahuluan Pengumpulan dana bisa jadi sangat lama, mahal, dan merupakan proses yang membuat frustasi, dan tiada jalan yang bisa memastikan

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

BOARD MANUAL. PT PG Rajawali II. Cirebon, 14 Oktober Bambang Adi Sukarelawan Komisaris. Zainal Muttaqin Rasyad Direktur Utama

BOARD MANUAL. PT PG Rajawali II. Cirebon, 14 Oktober Bambang Adi Sukarelawan Komisaris. Zainal Muttaqin Rasyad Direktur Utama PedomanTataHubunganKerja DewanKomisarisdanDireksi PTPG RajawaliI BoardManual BOARD MANUAL PT PG Rajawali II Cirebon, 14 Oktober 2014 DEWAN KOMISARIS DIREKSI Bambang Adi Sukarelawan Komisaris Zainal Muttaqin

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan ini bernama PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini cukup disingkat dengan Perseroan ), berkedudukan dan berkantor pusat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk pemantapan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 117/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [Pasal 163 (1)] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 114/PHPU.D-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 114/PHPU.D-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 114/PHPU.D-XI/2013 PERIHAL Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Parepare Tahun

Lebih terperinci

Pengorganisasian dan pengelolaan koperasi C ti

Pengorganisasian dan pengelolaan koperasi C ti Sesi Keenam Pengorganisasian dan pengelolaan koperasi C ti Handout Data harus berdasarkan negara KEKUASAAN, TUGAS-TUGAS, DAN TANGGUNGJAWAB ANGGOTA, PEJABAT, DAN STAF KOPERASI Pada sesi ini, pelatih wajib

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN 130522063 AKBAR ANWARI LUBIS 130522064 MUCHTI WIRAHADINATA 130522065 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong terciptanya

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. LN Amanah Indonesia adalah sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). PT. LN Amanah Indonesia didirikan berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan No.611, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penggunaan Dana Badan Usaha Terlebih Dahulu. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Bendungan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Board Manual adalah petunjuk tatalaksana kerja Direksi dan Dewan Komisaris yang menjelaskan tahapan aktivitas secara terstruktur, sistematis, mudah dipahami dan dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

Versi Final 1. RANCANGAN POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT MNC SKY VISION TBK RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA Jakarta, 20 Mei 2015

Versi Final 1. RANCANGAN POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT MNC SKY VISION TBK RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA Jakarta, 20 Mei 2015 Versi Final 1 RANCANGAN POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT MNC SKY VISION TBK RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA Jakarta, 20 Mei 2015 Pasal 4 Ayat 3 Ayat 3 Pasal 4 Pasal 4 Saham-saham yang masih dalam

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 82/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan sosial terhadap

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH --------------------- KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-VIII/2010 RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 120/PHPU.D-VIII/2010

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci