BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH"

Transkripsi

1 BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH 7. 1 Faktor Internal Hubungan Usia dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Usia diduga memiliki hubungan dengan penilaian anak jalanan dalam pelayanan rumah singgah. Semakin muda umur anak jalanan maka semakin positif penilaiannya terhadap pelayanan rumah singgah. Hal ini disebabkan semakin dewasa anak jalanan maka kebutuhannya semakin kompleks. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka tingkat kepuasannya akan semakin rendah. Artinya penilaian mereka terhadap pelayanan tersebut negatif. : Tidak terdapat hubungan antara usia responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. : Terdapat hubungan antara usia responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Bina Anak Pertiwi, Usia 15 sampai 18 tahun 19 sampai 22 tahun n % n % n % Sangat tidak puas Tidak puas 3 18, ,3 Puas 12 75,0 6 42, ,0 Sangat Puas 1 6,2 1 7,1 2 6, Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan (75 persen) dengan usia 15 sampai 18 tahun merasa puas dengan pelayanan yang diberikan RSBAP, sedangkan 18,8 persen anak jalanan dengan usia 15 sampai 18 tahun merasa tidak puas akan pelayanan rumah singgah. Terdapat 50 persen anak jalanan dengan usia 19 sampai 22 tahun yang merasa tidak puas, 42,9 persen yang

2 78 merasa puas dan 7,1 persen yang merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan rumah singgah. Hasil penelitian menunjukkan penilaian anak jalanan yang berusia 15 sampai 18 tahun memiliki penilaian yang lebih baik terhadap pelayanan rumah singgah dibanding dengan anak jalanan yang berusia 19 sampai 22 tahun. Anak jalanan yang usianya sudah dewasa memiliki penilaian yang lebih rendah terhadap pelayanan rumah singgah. Berdasarkan hasil uji Rank-Spearman yang dilakukan pada variabel usia dengan penilaian anak jalanan, pada tingkat signifikansi 0,05 diperoleh nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,286 sehingga diterima dan ditolak. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan penilaian anak jalanan dalam pelayanan RSBAP. Hasil penelitian menunjukkan selisih usia anak jalanan yang dibina RSBAP tidak jauh berbeda, yaitu berada pada usia remaja yang beranjak dewasa. Kebutuhan yang mereka rasakan mungkin tidak terlalu berbeda sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat kepuasan mereka terhadap pelayanan RSBAP. Kebutuhan yang dirasakan anak jalanan meliputi pendidikan, kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (sandang, pangan dan papan). Anak binaan dengan usia sekolah, yakni 15 sampai 18 tahun mendapatkan pelayanan sosial seperti pendidikan formal, pelatihan keterampilan serta pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Anak binaan yang di atas umur sekolah dapat mengakses pelatihan keterampilan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Walaupun begitu, anak jalanan yang sudah melewati usia sekolah dapat mengakses program pendidikan Kejar Paket A, B ataupun C. Pembina RSBAP dalam melakukan pembinaan dilakukan dengan suasana kekeluargaan. Penanganan dilakukan sesuai dengan karakteristik anak binaan. Hal ini menyebabkan penilaian anak jalanan tidak berhubungan dengan usia anak jalanan.

3 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dilakukan anak jalanan. Tingkat pendidikan anak jalanan diduga berhubungan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. : Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Bina Anak Pertiwi, Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Sangat tidak puas Tidak puas 6 33,3 2 22,2 2 66, ,3 Puas 11 61,1 6 66,7 1 33, ,0 Sangat Puas 1 5,6 1 11, , Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan dengan tingkat pendidikan rendah yang merasa tidak puas dengan pelayanan rumah singgah sebesar 33,3 persen, yang merasa puas terdapat 61,1 persen dan yang merasa sangat puas terdapat 5,6 persen. Anak jalanan dengan tingkat pendidikan sedang yang merasa tidak puas dengan pelayanan rumah singgah terdapat 22,2 persen, yang merasa puas sebesar 66,7 persen dan yang merasa sangat puas sebesar 11,1 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai penilaian antara anak jalanan yang berpendidikan rendah dan sedang terhadap pelayanan rumah singgah Berbeda halnya dengan anak jalanan yang berpendidikan tinggi. Sebagian besar dari mereka (66,7 persen) merasa tidak puas dengan pelayanan rumah singgah. Berdasarkan hasil korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp.Sig (2- side) sebesar 0,830 lebih besar dari α (0,05) sehingga diterima dan ditolak.

4 80 Artinya, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak jalanan tingkat pendidikannya rendah. Status pendidikan mereka hampir serupa, yaitu tidak bersekolah formal. Jenjang pendidikan terakhir anak jalanan kebanyakan didapat dengan mengikuti program pendidikan Kejar Paket. Artinya, anak jalanan tidak mendapatkan pembelajaran formal setiap harinya, mereka belajar ketika menjelang ujian akhir saja. Hal inilah yang menyebabkan tidak berbeda jauh antara pengetahuan yang dimiliki anak jalanan terkait dengan tingkat pendidikannya. Jika dilihat dari segi penilaian, sebagian besar anak jalanan memiliki penilaian yang positif terhadap pelayanan rumah singgah. Pelayanan rumah singgah dinilai berhasil karena sebagian besar anak jalanan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sedang dan tinggi merasa puas dengan pelayanan rumah singgah Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pekerjaan adalah cara yang paling sering digunakan anak jalanan untuk mendapatkan uang. Jenis pekerjaan anak jalanan dibagi ke dalam empat kategori, yaitu usaha dagang, jasa, pengamen dan kerja serabutan. Diduga ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. : Tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. : Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.

5 81 Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Bina Anak Pertiwi, Jenis Pekerjaan Berdagang Jasa Pengamen Serabutan n % n % n % n % n % Sangat tidak puas Tidak puas ,6 5 33,3 2 33, ,3 Puas , , Sangat Puas , ,7 2 6, Persentase responden yang merasa puas dan tidak puas dengan pelayanan rumah singgah berdasarkan jenis pekerjaan hampir serupa. Sebagian dari mereka merasa puas. Data tersebut mengindikasikan bahwa jenis pekerjaan anak jalanan tidak berhubungan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Penilaian antara anak jalanan yang bekerja di bidang jasa, berdagang, mengamen dan bekerja serabutan tidak jauh berbeda. Pernyataan di atas diperkuat dengan hasil uji statistik Chi-Square yang memperoleh nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,956 lebih besar dari α (0,05) sehingga diterima dan ditolak. Artinya, jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan penilaian anak jalanan dalam pelayanan rumah singgah. Pada pengujian statistik menggunakan Chi-Square, data penilaian anak jalanan dikelompokkan menjadi dua kategori yakni tidak puas dan puas. Hal ini disebabkan terdapat tabel kosong ketika menggunakan tabel 4x4. RSBAP dalam memberikan pelayanan kepada anak jalanan tidak dibedakan menurut jenis pekerjaannya. Semua anak binaan dapat mengakses pelayanan yang sama. Pengajaran keterampilan pun tidak dibedakan menurut jenis pekerjaan mereka. Walaupun beberapa anak jalanan tidak memiliki pengalaman dalam berwirausaha, namun mereka mengikuti pelatihan wirausaha yang diselenggarakan RSBAP bekerja sama dengan Dinas Sosial DKI Jakarta. Selain itu, pada bulan Ramadhan diselenggarakan festival musik religi yang bertujuan untuk menampung aspirasi dan menyalurkan anak binaan di bidang musik. Anak

6 82 jalanan yang mengikuti kegiatan ini tidak hanya anak jalanan yang berprofesi sebagai pengamen saja. Kegiatan dirancang dalam bentuk festival sehingga ada keterlibatan anak jalanan dari lembaga lainnya. Kompetisi yang terjadi dapat memicu anak jalanan untuk meningkatkan kemampuan mereka di bidang musik. Melihat bakat anak jalanan dalam kegiatan ini, Kementrian Sosial RI membantu anak binaan RSBAP untuk meluncurkan sebuah album dan sekarang masih dalam proses rekaman. Pelatihan keterampilan yang diselenggarakan oleh RSBAP bertujuan agar anak jalanan memiliki berbagai keterampilan sebagi bekal mereka di dunia kerja. Sertifikat yang diterima anak jalan, dapat dijadikan modal anak binaan untuk melamar pekerjaan yang lebih baik. Namun, hanya sedikit anak binaan yang meninggalkan pekerjaannya sebagai anak jalanan dan beralih ke pekerjaan yang lebih baik Hubungan Alasan Utama Menjadi Anak Jalanan dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Latar belakang anak turun ke jalan dapat dikelompokkan mejadi tiga tipe, yaitu ekonomi keluarga yang rendah, disharmoni keluarga dan keinginan anak untuk mencari pengalaman kerja. Alasan menjadi anak jalanan diduga berhubungan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. : Tidak terdapat hubungan antara alasan utama responden menjadi anak jalanan dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. : Terdapat hubungan antara alasan utama responden menjadi anak jalanan dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak turun ke jalan karena ekonomi keluarga yang rendah (70,6 persen) merasa puas dengan pelayanan rumah singgah. Terdapat 50 persen anak yang turun ke jalan karena disharmoni keluarga dan merasa puas dengan pelayanan rumah singgah. Sebaliknya, anak yang turun ke jalanan karena faktor disharmoni keluarga dan merasa tidak puas dengan pelayanan rumah singgahsebanyak 40 persen. Anak yang bekerja di jalanan karena keinginannya untuk pencari pengalaman dan merasa puas terdapat

7 83 33,3 persen, sedangkan yang merasa tidak puas terhadap pelayanan rumah singgah terdapat 66,7 persen. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Alasan Menjadi Anak Jalanan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Bina Anak Pertiwi, Alasan Menjadi Anak Jalanan Ekonomi Mencari Disharmoni Keluarga Pengalaman Keluarga Rendah Kerja n % n % n % n % Sangat tidak puas Tidak puas 4 23,5 4 40,0 2 66, ,3 Puas 12 70,6 5 50,0 1 33, ,0 Sangat Puas 1 5,9 1 10, , Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai Asymp.Sig (2- side) sebesar 0,296 lebih besar dari α (0,05) sehingga diterima dan ditolak. Artinya, alasan menjadi anak jalanan tidak berhubungan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Pada pengujian statistik menggunakan Chi-Square, data penilaian anak jalanan dikelompokkan menjadi dua kategori yakni tidak puas dan puas. Hal ini disebabkan terdapat tabel kosong ketika menggunakan tabel 3x4. Anak yang turun ke jalanan karena ekonomi keluarga yang rendah, mendapatkan pelayanan dari rumah singgah yang tidak dapat diperoleh dari keluarganya. Keterbatasan ekonomi keluarga membuat anak mencari nafkah di jalan hingga mereka mengabaikan pendidikannya. Sebagai upaya memberdayakan anak jalanan, RSBAP memberikan berbagai pelatihan keterampilan dan memberikan bea siswa bagi anak binaan yang ingin melanjutkan sekolah. RSBAP memenuhi kebutuhan sehari hari anak jalanan di bidang pangan, sandang dan papan. Beberapa anak jalanan dengan tingkat ekonomi keluarga yang rendah mengaku bahwa orang tua hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka. Tidak jarang pula mereka makan kurang dari tiga kali sehari. Kondisi rumah mereka pun tergolong kurang baik, seperti yang dialami DDS (15 tahun). Keluarganya yang beranggotakan lima orang tinggal di sebuah rumah petakan

8 84 dengan luas sekitar 3x4 meter. Luas rumah tidak sebanding dengan jumlah orang yang tinggal, sehingga DDS memutuskan untuk tinggal di RSBAP. Keberadaan rumah singgah memberikan keluarga baru bagi anak jalanan. Hubungan yang tidak harmonis dengan keluarganya menyebabkan anak jalanan kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Pembina rumah singgah yang berperan sebagai orang tua maupun kakak, dapat melengkapi kasih sayang yang dibutuhkan anak jalanan. Kebutuhan utama anak yang turun ke jalan karena ingin bekerja ialah pengalaman bekerja dan tambahan uang saku. Rumah singgah memberikan uang saku kepada anak binaan agar mereka mengurangi keberadaannya di jalanan. Selain itu, upaya yang dilakukan rumah singgah untuk memberikan pengalaman kerja kepada anak jalanan ialah dengan mengadakan pelatihan keterampilan yang dilanjutkan dengan magang kerja. Pelayanan sosial yang diberikan RSBAP dapat mengakomodasi kebutuhan anak jalanan sesuai dengan latar belakang mereka turun ke jalan. Hal ini menyebabkan tingkat kepuasan mereka tidaklah jauh berbeda. Oleh karena itu, alasan anak turun ke jalan tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan mereka terhadap pelayanan rumah singgah Hubungan Tipe Anak Jalanan dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Berdasarkan hubungan dengan keluarganya, terdapat dua tipe anak jalanan yang ditemui dalam penelitian ini, yaitu children on the street dan children of the street. Tipe anak jalanan diduga berhubungan dengan tingkat kepuasan anak jalanan dalam pelayanan rumah singgah. Anak jalanan dengan tipe children of the street diduga memiliki penilaian yang lebih positif dibandingkan anak jalanan dengan tipe children on the street. Anak jalanan dengan tipe children of the street tidak memiliki ketergantungan dengan orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memenuhi kebutuhan mereka tanpa adanya bantuan dari orangtua. Ketika mereka mendapat pelayanan rumah singgah diduga memiliki tingkat kepuasan yang tinggi yang berimplikasi pada penilaian yang positif terhadap pelayanan rumah singgah.

9 85 : Tidak terdapat hubungan antara tipe anak jalanan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. : Terdapat hubungan antara anak jalanan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tipe Anak Jalanan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Bina Anak Pertiwi, Tipe Anak Jalanan Children of the Children on the street street n % n % n % Sangat tidak puas Tidak puas ,3 Puas ,0 Sangat Puas , Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan anak jalanan dengan tipe children on the street dan children of the street tidak jauh berbeda. Sebagian dari mereka merasa puas dengan pelayanan yang diberikan rumah singgah. Hal ini diperkuat dengan hasil uji statistik Chi-Square yang memperoleh nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,729 lebih besar dari α (0,05) sehingga diterima dan ditolak. Artinya, tipe anak jalanan tidak berhubungan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Pada pengujian statistik menggunakan Chi-Square, data penilaian anak jalanan dikelompokkan menjadi dua kategori yakni tidak puas dan puas. Hal ini disebabkan terdapat tabel kosong ketika menggunakan tabel 3x4. Anak jalanan dengan tipe children on the street masih berhubungan dengan keluarganya namun sangat jarang. Mereka berhubungan melalui saluran komunikasi telepon ataupun pesan elektronik. Pemenuhan kebutuhannya tidak diperoleh dari keluarganya tetapi dari hasil bekerja di jalanan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi anak jalanan dengan tipe children of the street. Anak jalanan dengan tipe ini sudah putus hubungan dengan keluarganya. Mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hasil bekerja di jalan. Oleh karena itu tidak

10 86 ada perbedaan antara kedua tipe anak jalanan dalam hal tingkat kepuasan terhadap pelayanan rumah singgah Hubungan Pengalaman Anak Jalanan di Rumah dengan Penilaian Anak Jalanan Terhadap Pengalaman anak jalanan di rumah singgah adalah lamanya anak jalanan menjadi anak binaan Rumah Bina Anak Pertiwi. Pengalaman anak binaan di rumah singgah diduga berhubungan dengan tingkat kepuasan dalam pelayanan rumah singgah. Semakin lama pengalaman anak jalanan di rumah singgah maka semakin positif penilaiannya terhadap pelayanan rumah singgah. Semakin lama anak jalanan dibina oleh RSBAP maka semakin banyak pelayanan sosial yang mereka terima. : Tidak terdapat hubungan antara pengalaman responden di rumah singgah dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. : Terdapat hubungan antara pengalaman responden di rumah singgah dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengalaman Anak Jalanan di rumah singgah dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Bina Anak Pertiwi, < 5 tahun Pengalaman di Rumah 5 sampai 8 tahun > 8 tahun n % n % n % n % Sangat tidak puas Tidak puas 7 46,7 1 9,1 2 50, ,3 Puas 8 53,3 8 72,7 2 50, ,0 Sangat Puas , , Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa sebagian besar anak binaan yang memiliki pengalaman satu sampai empat tahun, lima sampai delapan tahun dan di atas 8 tahun memiliki penilaian yang positif yakni merasa puas dengan pelayanan yang diberikan rumah singgah. Hasil korelasi Rank Spearman

11 87 menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,223 lebih besar dari α (0,05) sehingga diterima dan diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan antara pengalaman anak jalanan di rumah singgah dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Pelayanan yang diberikan RSBAP kepada anak binaan tidak berdasarkan lamanya mereka menjadi anak binaan. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan diberikan secara merata kepada anak binaan. Pembinaan yang dilakukan setiap hari ditujukan untuk semua anak binaan. Semua anak binaan mendapatkan perlakuan yang sama. Contohnya, apabila anak binaan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar maka pembina RSBAP bersedia membiayainya tidak melihat ia anak binaan yang baru bergabung atau yang telah lama bergabung. Pengalaman anak jalanan di rumah singgah tidak menentukan keaktifan mereka dalam mengikuti setiap kegiatan RSBAP. Menurut pimpinan RSBAP, terdapat anak jalanan yang telah lama terdaftar sebagai anak binaan namun mereka tidak aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan RSBAP. Hal ini sangat disayangkan, karena apabila mereka aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan terutama terkait dengan pendidikan dan pemberdayaan, mereka akan mendapatkan manfaat bagi kehidupan mereka. Hal ini disebabkan kegiatankegiatan tersebut sengaja dirancang untuk meningkatkan keberdayaan anak jalanan Faktor Eksternal Hubungan Tingkat Kekerasan dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Anak jalanan rentan mendapatkan kekerasan baik secara fisik maupun non-fisik. Tingkat kekerasan diduga berhubungan dengan tingkat kepuasan anak jalanan dalam pelayanan rumah singgah. Semakin tinggi tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan di jalanan maka semakin positif penilaian anak jalanan. Upaya perlindungan yang diberikan rumah singgah membuat anak jalanan dengan tingkat kekerasan yang tinggi merasa aman sehingga diduga mempengaruhi penilaian mereka.

12 88 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat kekerasan yang dialami responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. : Terdapat hubungan antara tingkat kekerasan yang dialami responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Kekerasan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Bina Anak Pertiwi, Tingkat Kekerasan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Sangat tidak puas Tidak puas 9 34,6 1 25, ,3 Puas 15 57,7 3 75, Sangat Puas 2 7, , Anak jalanan dengan tingkat kekerasan rendah, terdapat 34,6 persen yang merasa tidak puas, 57,7 persen yang merasa puas dan 7,7 persen yang merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan Rumah Bina Anak Pertiwi. Anak jalanan dengan tingkat kekerasan yang sedang memiliki penilaian yang hampir sama dengan anak jalanan yang mengalami tingkat kekerasan yang rendah. Anak jalanan dengan tingkat kekerasan sedang, terdapat 25 persen yang merasa tidak puas dan 75 persen yang merasa puas pelayanan rumah singgah. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,891 lebih besar dari α (0,05) sehingga diterima dan ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan antara tingkat kekerasan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Upaya rumah singgah untuk melindungi anak jalanan yang mengalami kekerasan yaitu dengan menyediakan tempat berlindung yang aman dan melakukan penanganan bagi anak yang mengalami tindak kekerasan. Apabila anak jalanan ditangkap oleh petugas keamanan atau polisi, pihak RSBAP akan mengupayakan mereka agar keluar dari penjara. Keberadaan mereka di dalam penjara memungkinkan mereka mendapatkan kekerasan dari orang di dalamnya.

13 89 Anak jalanan dengan tingkat kekerasan rendah maupun sedang, sebagian besar merasa puas dengan pelayanan rumah singgah. Pelayanan rumah singgah dalam hal perlindungan dari kekerasan, diberikan sama kepada setiap anak binaan. Anak binaan dengan tingkat kekerasan yang rendah merasa tinggal di rumah singgah lebih aman dibanding tinggal di jalanan. Resiko untuk menerima penindasan dari orang lain menjadi berkurang. Hal serupa juga dirasakan oleh anak jalanan dengan tingkat kekerasan yang sedang Hubungan Tingkat Interaksi dalam Rumah dengan Penilaian Anak Jalanan Terhadap Interaksi anak jalanan dalam rumah singgah dilihat dari tingkat kehadiran anak jalanan dalam kegiatan yang dilaksanakan rumah singgah dan tingkat kekraban antara anak jalanan dengan pembina maupun sesama anak binaan rumah singgah. Diduga tingkat interaksi anak jalanan dalam rumah singgah berhubungan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. : Tidak terdapat hubungan antara tingkat interaksi responden dalam rumah singgah dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. : Terdapat hubungan antara tingkat interaksi responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan dengan tingkat interaksi yang tinggi memiliki penilaian yang positif terhadap pelayanan rumah singgah, yakni 80 persen responden merasa puas dan 10 persen responden merasa sangat puas. Anak jalanan yang tingkat interaksinya rendah memiliki penilaian yang rendah pula. Hal ini ditunjukkan dengan 66,7 persen responden merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan rumah singgah.

14 90 Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Kekerasan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Bina Anak Pertiwi, Tingkat Interaksi dalam Rumah Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Sangat tidak puas Tidak puas 2 66,7 7 41,2 1 10, ,3 Puas 1 33,3 9 52,9 8 80, ,0 Sangat Puas ,9 1 10,0 2 6, Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,040 lebih kecil dari α (0,05) sehingga sehingga diterima dan ditolak. Tingkat interaksi anak jalanan dalam rumah singgah berhubungan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Nilai koefisian korelasi sebesar yang berarti hubungan antara duavariabel tersebut rendah tetapi pasti. Artinya, semakin tinggi tingkat interaksi anak jalanan dalam rumah singgah maka semakin positif penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Kegiatan yang diikuti anak jalanan RSBAP, meliputi bimbingan agama, pendidikan paket A/B/C, pelatihan keterampilan kerja, bekerja bakti, curhat bersama dan menginap di rumah singgah. Tingginya frekuensi anak jalanan dalam kegiatan tersebut membuat anak jalanan memperoleh manfaat yang lebih banyak. Hal ini terkait dengan tingkat kepuasan anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Tingkat keakraban yang tinggi dapat membuat anak jalanan merasa memiliki keluarga baru yang memberikan kasih sayang kepada mereka. Pembina RSBAP berperan sebagai kakak maupun orang tua. Sementara itu, kebanyakan anak jalanan memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan keluarganya. Peran pembina ini sangat dibutuhkan anak jalanan. Hal inilah yang mempengaruhi tingkat kepuasan anak jalanan terhadap pelayanan yang diberikan rumah singgah.

15 Ikhtisar Penilaian anak jalanan terhadap pelayanan Rumah Bina Anak Pertiwi ternyata tidak berhubungan dengan usia anak jalanan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, alasan menjadi anak jalanan, tipe anak jalanan, pengalaman anak jalanan di rumah singgah dan tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan. Pelayanan yang diberikan rumah singgah disesuaikan dengan karakteristik anak jalanan, sehingga tingkat kepuasan tidak dipengaruhi oleh faktor tersebut. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah adalah tingkat interaksi anak jalanan di rumah singgah. Interaksi anak jalanan dalam rumah singgah dilihat dari tingkat kehadiran anak jalanan dalam kegiatan yang dilaksanakan rumah singgah dan tingkat kekraban antara anak jalanan dengan pembina maupun sesama anak binaan rumah singgah. Tingginya frekuensi anak jalanan dalam kegiatan yang diadakan di rumah membuat anak jalanan memperoleh manfaat yang lebih banyak. Tingkat keakraban yang tinggi dapat membuat anak jalanan merasa memiliki keluarga baru yang memberikan kasih sayang kepada mereka. Hal inilah yang mempengaruhi tingkat kepuasan anak jalanan dalam pelayanan yang diberikan rumah singgah.

BAB VIII HUBUNGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DENGAN PERILAKU MEREKA

BAB VIII HUBUNGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DENGAN PERILAKU MEREKA BAB VIII HUBUNGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DENGAN PERILAKU MEREKA Rumah singgah merupakan suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH

BAB VI PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH BAB VI PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH Rumah singgah merupakan lembaga yang memfasilitasi anak jalanan untuk dapat berhubungan dengan keluarganya atau pihak-pihak yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS 86 BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan perilaku konsumsi dengan sikap terhadap singkong, jagung, dan ubi.

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam

III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam 40 III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan tidak akan pernah terlepas dari sumber daya yang dimilikinya, salah satu yang termasuk didalamnya adalah Sumber Daya Manusia. Karena Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT 55 BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Berdasarkan efek yang ditimbulkannya, efek iklan yang menggunakan media massa terhadap khalayak dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami permasalahan di bidang sosial, politik, ekonomi. Permasalahan yang paling umum dirasakan masyarakat adalah permasalahan ekonomi dan seiring

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN. HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN Lilis Maghfuroh.......ABSTRAK....... Stimulasi merupakan kegiatan merangsang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah tidak asing lagi jika mendengar kata cemas. Kecemasan ini secara normal terjadi sebagai respon fisiologis pada suatu kondisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Melati di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)

Lebih terperinci

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. Selain itu akan disertakan pula penelitian terdahulu yang pernah

Lebih terperinci

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 62 BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 6.1 Agenda Pendengar Agenda pendengar adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini pendengar dan pengetahuan mereka.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden Menurut Usia. responden adalah 9 tahun dan tertinggi 15 tahun. Selanjutnya distribusi

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden Menurut Usia. responden adalah 9 tahun dan tertinggi 15 tahun. Selanjutnya distribusi BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden Menurut Usia Karakteristik responden menurut usia diperoleh data usia terendah responden adalah 9 tahun dan tertinggi

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh: Indah Listiana *) Abstrak Penelitian ini dilakukan pada petani padi yang menggunakan benih padi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian itu adalah Explanatory Research, yaitu untuk menjelaskan hubungan antara variabel pendidikan ibu, pendapatan perkapita dengan status gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor pendukung utama terbentuknya manusia yang produktif dan kreatif guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan makmur serta memajukan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF UMI RETNOWATI.

RINGKASAN EKSEKUTIF UMI RETNOWATI. RINGKASAN EKSEKUTIF UMI RETNOWATI. Hubungan Komunikasi dan Komitmen Organisasi terhadap Kualitas Informasi Kepegawaian di Pemerintah DKI Jakarta. Dibawah bimbingan ARIF IMAM SUROSO dan BONAR M. SINAGA.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Anak adalah sumber daya bagi bangsa juga sebagai penentu masa depan dan penerus bangsa, sehingga dianggap penting bagi suatu negara untuk mengatur hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menempati urutan pertama di dunia sebagai negara dengan jumlah panti asuhan terbesar yaitu mencapai 5000 hingga 8000 panti terdaftar dan 15.000 panti

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 50 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 6.1 Hubungan antara Karakteristik Anggota Komunitas dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi generasi penerus keluarga yang bisa dibanggakan kelak. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi generasi penerus keluarga yang bisa dibanggakan kelak. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang dan juga harapan orang tua yang nantinya bisa menjadi generasi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas Kuesioner 5.1.1 Uji validasi kuesioner Hasil pengolahan dan analisis data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution)

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) 5.1 Karakteristik Karakteristik pendengar merupakan salah satu faktor yang diduga

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

8 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini akan ditarik kesimpulan dari serangkaian aktivitas penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION 69 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Simpulan Berdasar tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya serta hasil penelitian maka disusun simpulan penelitian sebagai berikut. Penekanan pimpinan pada orientasi pasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI 8.1. Model Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dan Impor Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika KERANGKA PEMIKIRAN Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan hasil analisis data yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan hasil analisis data yang telah BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan hasil analisis data yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan bahwa jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 berada pada angka 26 kematian per 1.000 kelahiran

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET

BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET 6.1. Persepsi Responden Terhadap Merek Pada penelitian ini responden diminta untuk mengisi kuesioner terkait dengan penilaian mereka terhadap desain

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan tentang Daya Tarik Isi Motto Serve With Heart Oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan tentang Daya Tarik Isi Motto Serve With Heart Oleh 90 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan dan menganalisa data hasil penelitian yang dilakukan tentang Daya Tarik Isi Motto Serve With Heart Oleh Humas Hotel Savoy

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang 89 BAB 6 PEMBAHASAN Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar warga

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN KARAKTERISTIK SANTRI DENGAN KOMPETENSI WIRAUSAHA SANTRI PADA USAHA SAPI POTONG

BAB VII HUBUNGAN KARAKTERISTIK SANTRI DENGAN KOMPETENSI WIRAUSAHA SANTRI PADA USAHA SAPI POTONG 51 BAB VII HUBUNGAN KARAKTERISTIK SANTRI DENGAN KOMPETENSI WIRAUSAHA SANTRI PADA USAHA SAPI POTONG Kompetensi wirausaha dalam usaha sapi potong mempunyai variabelvariabel yang berhubungan positif dan signifikan.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEGIATAN P-LDPM

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEGIATAN P-LDPM 73 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEGIATAN P-LDPM Efektivitas komunikasi dilihat dari tiga aspek meliputi tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat pengetahuan. Melihat tingkat pengetahuan dengan cara memberi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH STUDI EKSPERIMEN DENGAN METODE PENYULUHAN TENTANG SIKAP PENANGANAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian 73 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan anggota keluarga pada pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

Majalah Ilmiah DIAN ILMU Vol. 13 No. 1 Oktober

Majalah Ilmiah DIAN ILMU Vol. 13 No. 1 Oktober PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA BPD DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA (Suatu studi kasus di desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember) Oleh : Kaskojo Adi Tujuan umum negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh. merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh. merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia sekarang ini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan terutama untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah. Mahalnya biaya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan maksud untuk mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor informal di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung yaitu yang melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang banyak dialami oleh negara-negara teringgal maupun negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang banyak dialami oleh negara-negara teringgal maupun negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana masyarakat tidak bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya yang berupa sandang, papan, dan pangan. Kemiskinan masih menjadi masalah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk anak yang masih di dalam kandungan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang anak jalanan khususnya di desa Medan Estate dan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dibawah

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran

BAB V. Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran secara umum variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini, maka penulis mencoba menarik kesimpulan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Perekonomian di Indonesia pada saat sekarang ini masih berjalan dengan berbagai

ABSTRAK. Perekonomian di Indonesia pada saat sekarang ini masih berjalan dengan berbagai ABSTRAK Perekonomian di Indonesia pada saat sekarang ini masih berjalan dengan berbagai ketidakpastian yang menyebabkan masa depan suatu bisnis juga tidak menentu arahnya. Hal ini menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Metode utama yang digunakan dalam penelitian dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK 6.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Kepedulian, dan Ekuitas Merek

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI 5.1. Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi strategi bisnis, strategi SDM dan melihat keterkaitan antara strategi bisnis dan strategi SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun di balik semua itu, negara ini masih tertinggal jauh dari negara-negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. namun di balik semua itu, negara ini masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan kaya akan sumberdaya alamnya, namun di balik semua itu, negara ini masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat bisa terpenuhi dari hasil peningkatan kualitas hidup mereka melalui pemenuhan

I. PENDAHULUAN. masyarakat bisa terpenuhi dari hasil peningkatan kualitas hidup mereka melalui pemenuhan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan krusial. Dikatakan demikian, sebab majunya suatu bangsa atau negara dapat diukur dari, bagaimana kesejahteraan

Lebih terperinci

Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia

Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia Tahun 2014 ini merupakan momen bersejarah bagi masyarakat Indonesia dalam memasuki periode demokrasi baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hiruk pikuk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 45 EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Efektivitas akun Twitter @EHIndonesia sebagai media gerakan Earth Hour 2012 dilihat dari perilaku followers akun Twitter

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan

BAB III HASIL PENELITIAN. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan BAB III HASIL PENELITIAN Dalam Bab III ini menyajikan gambaran data penelitian yang diperoleh dari hasil jawaban reponden, proses pengolahan data, dan analisis hasil pengolahan data. Hasil pengolahan data

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Hasil

BAB 4 Analisis Hasil BAB 4 Analisis Hasil Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan gambaran umum responden, uji normalitas dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran umum responden Responden pada penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam penelitian yang berjudul Hubungan Kondisi Kerja Psikologis dengan Kinerja Pegawai pada PT. Tarumatex Bandung

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap mahasiswa Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Bandung yang pernah menempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap umat manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap umat manusia karena 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap umat manusia karena pendidikan merupakan upaya untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bauran promosi di perusahaan snack Ribut di Purwokerto, minat beli konsumen snack Ribut, dan pengaruh pelaksanaan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha Abstrak i ABSTRAK Manajemen sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting dalam suatu badan usaha. Terdapat berbagai cara untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berpotensial dan berkualitas,

Lebih terperinci