BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA"

Transkripsi

1 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat dari pelaksanaan PNPM-MP, serta persepsi terhadap relawan PNPM-MP. Persepsi responden dibedakan menjadi dua kategori yaitu negatif dan positif. Distribusi responden berdasarkan persepsinya terhadap PNPM-MP dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Relawan berdasarkan Persepsinya terhadap PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede Tahun 2010 No. Variabel Jumlah Persentase 1. Persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP: Negatif ( 20) Positif (> 20) Total Persepsi terhadap manfaat pelaksanaan PNPM-MP: Negatif ( 20) Positif (> 20) Total 3. Persepsi terhadap relawan PNPM-MP: Negatif ( 20) Positif (> 20) Total ,3 86,7 100,0 33,3 66,7 100,0 40,0 60,0 100, Persepsi terhadap Pelaksanaan PNPM-MP Persepsi responden terhadap pelaksanaan PNPM-MP pada penelitian ini diukur dari penilaiannya terhadap beberapa prinsip pelaksanaan PNPM-MP yang telah ditetapkan dalam pedoman umum PNPM. Prinsip-prinsip tersebut antara lain prinsip partisipatif, berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin, kesetaraan gender, demokratis dan sederhana. Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang positif terhadap pelaksanaan PNPM-MP, yaitu sebanyak 26 (86,7 persen) responden. Pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede dinilai telah dilakukan secara musyawarah dan telah melibatkan masyarakat dalam menentukan dan mengelola kegiatan. Kegiatan yang dilakukan telah mengutamakan kepentingan masyarakat miskin. Mayoritas responden juga menilai bahwa pendampingan dari PNPM-MP merupakan faktor utama dan

2 58 bantuan dana hanya bersifat stimulan agar masyarakat mau bergerak untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang ada di lingkungannya. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan mayoritas responden telah memahami pelaksanaan PNPM-MP dan menilai baik pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki potensi yang memadai untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan PNPM-MP sebagai wujud dukungan bagi penanggulangan kemiskinan Persepsi terhadap Manfaat PNPM-MP Persepsi responden terhadap manfaat PNPM-MP pada penelitian ini diukur dari penilaiannya terhadap tujuan dan harapan dari pelaksanaan PNPM-MP yang telah ditetapkan dalam pedoman umum PNPM. Manfaat tersebut meliputi manfaat dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang positif terhadap manfaat PNPM-MP, yaitu sebanyak 20 (66,7 persen) responden. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas responden mengaku telah ikut merasakan manfaat dari bantuan PNPM- MP, terutama dari adanya penyediaan dan perbaikan sarana umum seperti pembuatan dan perbaikan jalan setapak serta jembatan. Penyediaan sarana umum tersebut dinilai sangat penting bagi kemudahan akses masyarakat terhadap pendidikan dan kegiatan ekonomi, seperti jalan setapak untuk anak sekolah dan para pedagang kecil atau pedagang keliling. Hal tersebut berbeda dengan sebagian kecil responden yang memiliki persepsi negatif terhadap manfaat PNPM-MP, dimana mereka menilai bahwa manfaat PNPM-MP hanya dapat dirasakan oleh masyarakat miskin dan bantuannya dapat menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap program. Berdasarkan data kuesioner dan hasil wawancara, manfaat sosial yang paling dirasakan oleh mayoritas responden adalah terciptanya ruang kerjasama dan rasa kebersamaan antar sesama masyarakat. Manfaat dari kegiatan lingkungan seperti perbaikan jalan setapak dan RTLH dinilai sangat membantu dalam upaya penanggulangan kemiskinan terutama terkait dengan pembentukan citra masyarakat. Manfaat ekonomi PNPM-MP pada penelitian ini hanya dilihat dari penilaian responden mengenai potensi berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat miskin, karena pada renta PJM Pronangkis tahun 2009 dan 2010 tidak

3 59 terdapat bantuan kegiatan ekonomi. Pada umumnya responden setuju jika kegiatan ekonomi dapat berkembang melalui bantuan dana bergulir dari PNPM- MP dengan syarat masyarakat penerima manfaat memenuhi kriteria sasaran program Persepsi terhadap Relawan PNPM-MP Persepsi responden terhadap relawan PNPM-MP pada penelitian ini diukur dari penilaiannya terhadap peran, tugas, tanggung jawab PNPM-MP, termasuk hakikat kerelawanan sosial yang telah ditetapkan dalam pedoman umum PNPM. Sebagai pelopor penggerak di tingkat lokal, relawan memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan sekaligus pemberdayaan masyarakat. Tugas relawan adalah membantu upaya penanggulangan kemiskinan di daerahnya, dan bertanggung jawab atas semua tugas yang diberikan tanpa mengharapkan imbalan. Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang positif terhadap relawan PNPM-MP yaitu sebanyak 18 (60,0 persen) orang. Mayoritas responden menilai adanya peran penting relawan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Mayoritas responden juga telah memahami bahwa masa pengabdiannya kepada masyarakat miskin tidak hanya berlaku selama PNPM-MP masih berjalan. Hal tersebut sejalan dengan harapan PNPM-MP, dimana tercipta relawan masyarakat sebagai pelopor penggerak dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh responden setuju jika relawan merupakan seseorang yang secara ikhlas memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan, meskipun demikian mayoritas dari mereka juga setuju jika relawan PNPM-MP sebaiknya diberikan imbalan. Hal tersebut terkait dengan dana operasional dari PNPM-MP yang dinilai kurang jika dibandingkan dengan tenaga dan waktu bahkan uang yang telah dikorbankan. 6.2 Pengaruh Faktor Internal terhadap Persepsi Relawan Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap persepsi relawan dalam penelitian ini akan dilihat dari hubungan faktor internal dengan persepsinya terhadap PNPM-MP. Seperti yang diungkapkan Juarsyah (2007), bahwa faktor

4 60 internal memiliki hubungan dengan pembentukan persepsi seseorang. Adapun variabel faktor internal responden yang berpotensi mempengaruhi persepsinya terhadap PNPM-MP adalah usia, jumlah anggota rumah tangga, status pekerjaan atau tingkat pendapatan, tingkat pendidikan formal, dan kosmopolitan. Hasil pengujian hubungan antara faktor internal responden dengan persepsinya terhadap PNPM-MP disajikan secara ringkas pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Uji Chi Square dan Rank Spearman Hubungan antara Faktor Internal Relawan dan Persepsinya terhadap PNPM-MP Persepsi terhadap PNPM-MP Pelaksanaan PNPM-MP Manfaat PNPM-MP Relawan PNPM-MP Faktor Internal χ² atau Asymp Sig atau Sig χ² atau Asymp Sig atau Sig χ² atau Asymp Sig atau Sig Usia -0,117 0,537 0,127 0,504-0,149 0,432 Status pekerjaan 0,544 0,461 0,144 0,704 0,433 0,511 Jumlah anggota rumah tangga -0,237 0,208-0,053 0,780-0,123 0,517 Tingkat pendidikan 0,115 0,545 0,066 0,731 0,059 0,757 Kosmopolitan 0,175 0,354 0,063 0,740 0,183 0,334 Keterangan: χ² = koefisien Chi-Square; r s = koefisien Rank Spearman Hubungan Usia dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Van den Ban dan Hawkins (1988) yang dikutip oleh Saendinobrata (1998) menyatakan bahwa usia menentukan persepsi seseorang terhadap sesuatu yang timbul melalui proses menerima informasi atau stimulus-stimulus dari lingkungannya. Tabel 10 menunjukkan bahwa usia responden tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat PNPM-MP, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara usia responden dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan persepsi terhadap PNPM-MP antara responden yang berusia muda, sedang, maupun tua. Nilai korelasi antara usia dan persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP maupun antara usia dan persepsi terhadap relawan PNPM-MP yang diperoleh adalah negatif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin bertambah usia responden maka persepsinya terhadap pelaksanaan PNPM-MP maupun terhadap relawan PNPM- MP akan cenderung negatif, demikian sebaliknya. Hasil penelitian ini

5 61 memperkuat kesimpulan dari Abdussamad (1993) yang menyatakan bahwa usia seseorang merupakan variabel yang memiliki hubungan negatif terhadap persepsinya mengenai suatu obyek atau informasi, meskipun pada penelitian ini hubungan yang diperoleh tidak nyata (p>0,05). Responden yang lebih tua cenderung lebih berhati-hati sehingga ada kesan mereka relatif kurang responsif terhadap informasi. Meskipun demikian, bukan berarti mereka tidak mau menerima informasi, kemungkinan mereka punya pertimbangan praktis seperti ingin menikmati masa tua. Berbeda dengan persepsi terhadap pelaksanaan dan relawan PNPM-MP, nilai hubungan antara usia dan persepsi responden terhadap manfaat PNPM-MP yang diperoleh adalah positif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin bertambah usia responden maka persepsinya terhadap manfaat PNPM-MP akan cederung positif. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya pengalaman responden terhadap manfaat PNPM-MP yang dirasakan semakin meningkat Hubungan Status Pekerjaan dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 10 menunjukkan bahwa status pekerjaan responden tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan setiap aspek persepsi yang dikaji. Hubungan status pekerjaan dengan persepsinya terhadap PNPM-MP dijelaskan dengan uji Chi Square, dimana hasilnya selalu menunjukkan χ² hitung < χ² tabel (3,811) atau Asymp Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang bekerja dan tidak bekerja dalam hal mempersepsikan PNPM-MP secara keseluruhan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Saendinobrata (1998), bahwa selain berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, persepsi seseorang terhadap suatu informasi atau pesan juga didasarkan pada kebutuhan serta kepentingannya. Pada dasarnya seseorang yang bekerja memiliki pengalaman tentang adanya imbalan untuk setiap pekerjaan yang dilakukan, sementara orang yang tidak bekerja hanya mengetahui akan hal tersebut. Relawan PNPM-MP sebagai tenaga sukarela tentunya tidak diberikan imbalan atas kerjanya. Pada penelitian ini ditemukan bahwa bekerja atau tidaknya responden, tidak cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap PNPM-MP. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya

6 62 kebutuhan atau kepentingan yang sama antara responden yang bekerja maupun yang tidak bekerja seperti kebutuhan untuk bermasyarakat Hubungan Jumlah Anggota Rumah Tangga dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah anggota rumah tangga tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara usia responden dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, baik responden yang anggota rumah tangganya sedikit maupun responden yang anggota rumah tangganya banyak memiliki persepsi yang positif dan negatif terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Nilai korelasi antara jumlah anggota rumah tangga responden dan persepsinya terhadap pelaksanaan yang diperoleh adalah positif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka tingkat persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP akan semakin positif. Hal tersebut berbeda dengan persepsi terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP, dimana nilai korelasi yang diperoleh adalah negatif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka tingkat persepsi terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP akan cederung negatif, demikian sebaliknya. Jumlah anggota rumah tangga cenderung akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Saendinobrata (1998) menyatakan bahwa persepsi seseorang juga didasarkan pada kepentingannya. Berdasarkan data dari kuesioner dan wawancara di lapangan, mayoritas kepala rumah tangga responden berprofesi sebagai buruh yang tidak memiliki pendapatan tetap. Semakin besar jumlah anggota rumah tangga maka tidak menutup kemungkinan bahwa responden akan dituntut mencari pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. Sebagai tenaga sukarela, relawan PNPM-MP tidak memiliki penghasilan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan anggota rumah tangganya sehingga responden cenderung tidak peduli akan hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan kepentingannya. Nilai hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dan persepsinya terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP yang

7 63 diperoleh adalah berbeda, namun hubungannya tidak nyata (p>0,05). Hal tersebut dapat disebabkan oleh status seluruh responden yang merupakan ibu rumah tangga dan mayoritas dari mereka tidak berkerja di luar untuk memperoleh pendapatan. Dapat dikatakan bahwa mayoritas responden yang tidak bekerja tersebut cenderung tidak berkepentingan untuk ikut membantu kepala rumah tangganya dalam pemenuhan kebutuhan anggota rumah tangga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa besar atau kecilnya jumlah anggota rumah tangga responden tidak cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Tingkat pendidikan responden tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat PNPM-MP, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pendidikan responden dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang tingkat pendidikannya SD, SMP, atau SMA dalam hal mempersepsikan PNPM-MP secara keseluruhan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Rakhmat (2003) bahwa salah satu faktor yang menentukan persepsi adalah faktor fungsional (faktor personal). Faktor fungsional yang dimaksud antara lain dilihat dari kebutuhan dan pengalaman masa lalu. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman yang sama yaitu pernah menjadi kader masyarakat seperti kader posyandu, bahkan sampai saat penelitian dilakukan mayoritas responden masih berstatus sebagai kader masyarakat. Pada dasarnya, yang berperan sebagai pelopor penggerak utama dalam pelaksanaan PNPM-MP terdiri responden yang juga merupakan kader masyarakat. Adapun sebagian kecil responden yang tidak pernah menjadi kader masyarakat mengaku memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai PNPM-MP dari responden yang pernah menjadi kader masyarakat dengan tujuan menambah wawasan dan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden tidak cukup berpengaruh terhadap persepsinya terhadap PNPM-MP. Hal tersebut

8 64 dapat disebabkan oleh adanya pengalaman yang sama oleh mayoritas responden, dan adanya kebutuhan yang sama dari sebagian kecil responden Hubungan Kosmopolitan dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 10 menunjukkan bahwa sifat kosmopolitan responden tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara kosmopolitan responden dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, baik responden yang tingkat kosmopolitannya rendah maupun responden yang tingkat kosmopolitannya tinggi memiliki persepsi yang positif dan negatif terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Nilai korelasi antara kosmopolitan dan persepsi responden terhadap pelaksanaan PNPM-MP yang diperoleh adalah negatif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin tinggi sifat kosmopolitan responden maka tingkat persepsinya terhadap pelaksanaan PNPM-MP akan cenderung negatif, demikian sebaliknya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya pengalaman responden yang tidak sesuai dengan informasi yang sesungguhnya mengenai pelaksanaan PNPM-MP. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian kecil responden yang persepsinya negatif terhadap pelaksanaan PNPM-MP menilai bahwa pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede masih kurang transparan terutama mengenai pendanaan yang dilakukan oleh beberapa unsur pelaksana di tingkat kelurahan. Berbeda dengan persepsinya terhadap pelaksanaan PNPM-MP, hubungan kosmopolitan responden dengan persepsinya terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP yang diperoleh bernilai positif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin positif sifat kosmopolitan responden maka persepsinya terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP akan cenderung positif, demikian sebaliknya. Dengan kosmopolitan yang positif maka responden mendapatkan banyak informasi yang baru sehingga dapat meningkatkan persepsinya dan membuat persepsinya tentang manfaat dan persepsi terhadap relawan PNPM-MP menjadi lebih baik. Hasil penelitian mengenai nilai korelasi yang positif ini memperkuat kesimpulan Maksum (1994) yang dikutip oleh Juarsyah (2007) yang menyatakan bahwa

9 65 apabila keterbukaan seseorang terhadap informasi baik, maka persepsi mereka akan positif. 6.3 Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Persepsi Relawan Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap persepsi relawan pada penelitian ini dilihat dari hubungan faktor eksternal responden dengan persepsinya terhadap PNPM-MP. Juarsyah (2007) menyatakan bahwa selain faktor internal, faktor eksternal juga memiliki hubungan dengan pembentukan persepsi seseorang. Pada penelitian ini, variabel faktor ekternal responden yang berpotensi mempengaruhi persepsinya terhadap PNPM-MP meliputi interaksinya dengan unsur pelaksana di tingkat kelurahan yaitu Faskel, BKM, dan KSM. Pemilihan faktor ekternal tersebut didasarkan pada penjelasan Osley (1972) yang dikutip Nurlia (2006) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, dimana salah satunya dilihat dari faktor pengaruh kelompok yaitu orang lain yang dapat memberikan arah kepada sesuatu yang menentukan persepsi dan sikap seseorang pada inovasi. Hasil pengujian hubungan antara faktor eksternal responden dengan persepsinya terhadap PNPM-MP disajikan secara ringkas pada Tabel Hubungan antara Interaksi dengan Faskel dan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 11 menunjukkan bahwa interaksi responden dengan Faskel memiliki hubungan yang nyata (p<0,05) dan positif dengan persepsinya terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara interaksi responden dengan Faskel dan persepsinya terhadap relawan yang diperoleh adalah Sig hitung < α (0,05), dengan demikian H 0 ditolak. Artinya, responden yang interaksinya kuat memiliki persepsi yang positif terhadap relawan PNPM-MP. Hasil tersebut menunjukkan bahwa lemah atau kuatnya interaksi responden dengan Faskel akan cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap relawan PNPM-MP. Semakin sering Faskel bertemu dan memberikan penjelasan kepada responden maka wawasan dan pengetahuan responden terhadap kerelawanan sosial dan relawan PNPM-MP akan meningkat. Faskel sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk mendampingi masyarakat dalam proses pemberdayaan diharapkan mampu menumbuhkan atau meningkatkan jiwa kerelawanan sosial masyarakat.

10 66 Berbeda dengan persepsi terhadap relawan PNPM-MP, interaksi responden dengan Faskel memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan persepsinya terhadap pelaksanaan maupun manfaat PNPM-MP (lihat Tabel 11). Hal tersebut disebabkan oleh adanya data yang tidak terpola, dimana persepsi dari mayoritas responden terhadap pelaksanaan dan manfaat PNPM-MP adalah positif. Tabel 11. Nilai Uji Rank Spearman Hubungan antara Faktor Eksternal Relawan dan Persepsinya terhadap PNPM-MP Faktor Eksternal Persepsi terhadap PNPM-MP (Interaksi dengan) Pelaksanaan PNPM-MP Manfaat PNPM-MP Relawan PNPM-MP Sig (2-tailed) Sig (2-tailed) Sig (2-tailed) Faskel 0,351 0,057 0,253 0,177 0,365 * 0,047 BKM 0,223 0,237 0,331 0,074 0,055 0,775 KSM 0,053 0,782-0,048 0,803-0,027 0,885 Keterangan : * : hubungan signifikan pada p < 0, Hubungan antara Interaksi dengan BKM dan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai korelasi antara interaksi dengan BKM dan persepsi responden baik terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP yang diperoleh adalah positif, namun hubungannya tidak nyata (p>0,05). Hasil uji korelasi Rank Spearman antara interaksi responden dengan BKM dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, baik responden yang interaksinya kuat maupun responden yang interaksinya lemah dengan BKM memiliki persepsi yang positif dan negatif terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuat atau lemahnya interaksi responden dengan BKM tidak cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. BKM sebagai wadah aspirasi kaum miskin yang juga merupakan masyarakat kelurahan seharusnya mampu mengajak anggota masyarakatnya untuk belajar bersama, namun pada penelitian ini, responden lebih senang belajar bersama masyarakat dari luar kelurahan yaitu Faskel. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya tingkat kepercayaan responden terhadap informasi dari Faskel yang lebih positif dibanding dari BKM.

11 Hubungan antara Interaksi dengan KSM dan Persepsi terhadap PNPM-MP Interaksi responden dengan KSM memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP (lihat Tabel 11). Hasil uji korelasi Rank Spearman antara interaksi dengan KSM dan persepsi responden terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, baik responden yang interaksinya kuat maupun responden yang interaksinya lemah dengan KSM memiliki persepsi yang positif dan negatif terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kuat atau lemahnya interaksi responden dengan KSM tidak cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Nilai korelasi antara interaksi dengan KSM dan persepsi responden terhadap pelaksanaan PNPM-MP yang diperoleh adalah positif (lihat Tabel 11). Artinya semakin kuat interaksi dengan KSM maka tingkat persepsi responden terhadap pelaksanaan PNPM-MP akan cenderung positif, demikian sebaliknya. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa mayoritas responden yang interaksinya kuat menilai baik kinerja KSM selama pelaksanaan kegiatan di lapangan. Relawan dan KSM sebagai unsur pelaksana di lapangan diharapkan dapat bekerjasama dengan baik. Semakin baik kerjasama relawan dengan KSM di lapangan sebagai wujud partisipasi masyarakat terhadap program, pengetahuan dan pemahaman mengenai pelaksanaan PNPM-MP akan semakin baik. Berbeda dengan persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP, hubungan antara interaksi dengan KSM dan persepsi terhadap manfaat dan relawan PNPM- MP bernilai negatif (lihat Tabel 11). Artinya, semakin kuat interaksi dengan KSM maka tingkat persepsi responden terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP akan cenderung negatif, demikian sebaliknya. Seperti yang dijelaskan oleh Winardi (2004) bahwa individu tidak berperilaku dengan cara tertentu karena situasi yang terdapat di sekitarnya, tetapi karena persepsinya yaitu apa yang terlihat olehnya atau apa yang diyakini olehnya tentang situasi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas responden yang interaksinya kuat dengan KSM mengaku bahwa KSM masih kurang transparan terutama dalam hal pengelolaan dana kegiatan. Tingkat persepsi responden terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP

12 68 cenderung negatif ketika pengalaman yang dialaminya tidak sesuai dengan ketentuan yang sesungguhnya. 6.4 Resume Mayoritas responden memiliki persepsi yang positif terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat PNPM-MP, dan relawan PNPM-MP. Dari hasil tersebut, diduga bahwa kegiatan sosialisasi PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede telah dilakukan dengan baik. Hasil uji korelasi melalui Chi Square dan Rank Spearman menunjukkan bahwa secara umum faktor internal dan faktor eksternal responden tidak berpengaruh pada persepsinya, baik terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat PNPM-MP, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Artinya, tidak ada perbedaan persepsi terhadap PNPM-MP di antara responden yang berbeda usia, status pekerjaan, jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan, dan kosmopolitan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengetahuan, pengalaman, kebutuhan, dan kepentingan yang sama di antara responden terhadap PNPM-MP. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh kecilnya ukuran kelompok relawan yang hanya terdiri dari 30 orang, sehingga dampak dari interaksi antar masing-masing anggota tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 39 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Situ Gede Wilayah Kelurahan Situ Gede berada pada ketinggian 250 meter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (Kasus di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh NIRMALADEWI BINTI MARFIN

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Visi dan Misi Program PNPM Mandiri... 42

DAFTAR ISI DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Visi dan Misi Program PNPM Mandiri... 42 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 PERUMUSAN MASALAH... 7 1.3 TUJUAN PENELITIAN... 7 1.4 MANFAAT PENELITIAN... 7 1.5 KERANGKA PEMIKIRAN... 8 1.5.1 Komunikasi Pembangunan... 8 1.5.2

Lebih terperinci

BAB VIII HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PESERTA POSDAYA DENGAN MOTIVASI BERPERANSERTA PADA POSDAYA MANDIRI TERPADU

BAB VIII HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PESERTA POSDAYA DENGAN MOTIVASI BERPERANSERTA PADA POSDAYA MANDIRI TERPADU BAB VIII HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PESERTA POSDAYA DENGAN MOTIVASI BERPERANSERTA PADA POSDAYA MANDIRI TERPADU 8.1 Hubungan Persepsi Peserta Posdaya dengan Motivasi Berperanserta Pada subbab ini akan dibahas

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN ISSN : 1978-4333, Vol. 05, No. 02 PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Volunteers Perception and Motivation on Implementation of Community

Lebih terperinci

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian LAMPIRAN 121 122 Lampiran 1. Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian Sumber Informasi Lurah Kenanga Staf kelurahan Masyarakat Penggalian dokumen monogram Kelurahan

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN Saiapa Dia? RELAWAN 1 Arah Kebijakan Program PENDEKATAN PROJEK PENDEKATAN PROGRAM Realisasi BLM 3 Membangun BKM KSM PJM Nangkis BKM 2 Pemetaan Swadaya 4 BLM PJM Pronangkis

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar

LAMPIRAN. Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar LAMPIRAN Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar Saya yang bernama Indah Kurniati Nurhuda, mahasiswa tingkat akhir departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU

Lebih terperinci

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA

ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Sulistya Rini Pratiwi Program Studi Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,

Lebih terperinci

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-Perkotaan 2 Pemetaan Swadaya PERKOTAAN Mengenali Kampung

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 53 VI. PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 6.1. Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Perempuan dalam Program PNPM mandiri perkotaan Tingkat

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

Pertanyaan Penelitian & Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

Pertanyaan Penelitian & Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian & Informan Kunci Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian 1: Apakah masalah-masalah, hambatanhambatan dan juga peluang-peluang utama yang mempengaruhi perberdayaan ekonomi-sosial

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR Sosialisasi Masih ada kawasan yang belum tersentuh sehingga tampak kumuh Masih ada kesimpangsiuran kebijakan dari pusat kepada pelaku PNPM (Faskel) dalam menentukan kegiatan sosial Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM BUKU 5a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-P2KP Panduan Fasilitasi Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

Menggilir Ternak Bergulir. Ada Fulus di Balik Kasur. Bersatu dalam Manunggal Sakato Kriuk, Kriuk... Krupuk Emas

Menggilir Ternak Bergulir. Ada Fulus di Balik Kasur. Bersatu dalam Manunggal Sakato Kriuk, Kriuk... Krupuk Emas Tujuan Kegiatan Sosial Prinsip-prinsip Kegiatan Sosial Kelompok Sasaran Sumber Pendanaan Pengelolaan Kegiatan Sosial Kegiatan-kegiatan Sosial Kegiatan Murni Santunan Kejarlah Ilmu Sedari Kecil Bersama

Lebih terperinci

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA Rekrutmen Cara Penentuan : Lebih banyak pada penunjukkan langsung dari Tomas Ketua KSM, biasanya Tomas, menunjuk anggota-anggotanya Ketua KSM, umumnya kelas menengah ke atas, menerima BLM lebih besar dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK 6.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Kepedulian, dan Ekuitas Merek

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Manfaat Penelitian... 7 1.5 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dimana variabel dependen dan variabel independent

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT 80 BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT 8.1 Peranan Modal Sosial dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat Tiga pilar utama modal sosial, yaitu kepercayaan (trust),

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang positif

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian bulan Mei 2013. 3.2 Jenis

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN 7.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kesukaan pada

Lebih terperinci

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Pertanyaan Penelitian Siapakah yang menjadi relawan dan apa saja jenis kemampuan, kapasitas, dan komitmen

Lebih terperinci

Hasil Dan Pembahasan. Deskripsi Keadaan Umum Daerah Penelitian

Hasil Dan Pembahasan. Deskripsi Keadaan Umum Daerah Penelitian 44 Hasil Dan Pembahasan Deskripsi Keadaan Umum Daerah Penelitian 1.Geografi dan Topografi Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Kota Bandar Lampung merupakan pusat

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM BUKU 7 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM Perkotaan DEPARTEMEN

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN 5.1 Karakteristik Responden Karyawan Harian Jurnal Bogor yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Dari 35 orang tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

BAB IX FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK

BAB IX FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK 68 BAB IX FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK 9.1 Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Program Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilaksanakan

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN RKM RKM merupakan tahapan awal dari keseluruhan intervensi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan PEMBAHASAN Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan pemimpin kelompok sangat dirasakan manfaatnya terutama dalam memotivasi

Lebih terperinci

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan 1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION 69 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan BAB II METODE PENELITIAN A. BENTUK PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 54 BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran pada hasil Perencanaan Jangka Menengah (PJM) menghasilkan

Lebih terperinci

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Belajar melakukan perbaikan sikap dan perilaku Belajar merubah cara pandang terhadap persoalan kemiskinan dan pemecahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 66 BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 6.1 Penguatan Kapasitas Rumah Tangga Penerima PKH Mutu sumberdaya manusia bukan semata-mata ditentukan oleh seberapa kadar pengetahuan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :... LAMPIRAN Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam Nama :............................. Jenis Kelamin Umur : Laki-laki/Perempuan* :.... Tahun Peran di PNPM-MPd :............................. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP Dengan mempertimbangkan bahwa pelaksanaan P2KP harus dilandasi oleh nilai kesetaraan gender, maka untuk mengetahui keberhasilan P2KP dilihat tingkat

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Sebagai desa yang berada di wilayah pesisir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian 1: Apakah masalah-masalah, hambatanhambatan dan juga peluang-peluang utama yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi-sosial

Lebih terperinci

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM 7.1 Pemanfaatan Dana Pinjaman SPP PNPM yang Didapatkan oleh Responden di Desa Gunung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Bekasi yang beralamat di Jalan Belanak II, Perumnas II, Bekasi, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 adalah kecenderungan seorang pemilih

Lebih terperinci