V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi jenis berita kriminal, fekuensi menonton, dan durasi menonton Jenis Berita Kriminal Jenis berita kriminal adalah kemasan pesan atau format siaran berita kriminal yang ditonton di televisi. Jenis berita kriminal yang ditonton responden meliputi berita langsung, berita mendalam, ataupun berita langsung dan mendalam. Data sebaran responden menurut jenis berita kriminal dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP Tamansiswa Berdasarkan Jenis Berita Kriminal yang Ditonton Jenis Berita Kelas (orang) Total siswa Kriminal Kelas 8-1 Kelas 8-2 Kelas 8-3 Kelas 8-4 (orang) Tidak Menonton 1 (33) - 1 (33) 1 (33) 3 (5) Berita langsung 5 (23) 4 (18) 6 (27) 7 (32) 22 (38) Berita mendalam (4) Berita langsung dan 9 (29) 11 (36) 5 (16) 6 (19) 31 (53) mendalam Total 58 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase Berdasarkan Tabel 11 diketahui sebaran jenis berita kriminal yang ditonton oleh responden beragam antar kelas 8. Data pada Tabel 11 mengungkapkan bahwa responden tidak mempunyai preferensi khusus terhadap jenis berita kriminal yang ditonton. Sebagian besar responden (53%) menonton seluruh jenis berita kriminal (langsung dan mendalam). Hanya 42 persen yang menonton salah satu jenis berita kriminal. Sebanyak tiga persen tidak pernah menonton berita kriminal. Perbedaan pemilihan jenis berita kriminal di televisi ditentukan karena adanya kesempatan yang berbeda diantara responden saat 40

2 menonton televisi. Kesempatan tersebut meliputi jam tayang siaran berita, maupun waktu luang yang digunakan untuk menonton televisi. Responden yang memilih menonton berita kriminal langsung saja, cenderung menyukai berita langsung yang menyajikan berita dengan kasus-kasus yang beragam sehingga memberikan banyak informasi mengenai kasus-kasus tindak kriminal. Responden yang menyukai berita mendalam karena berita tersebut dikupas secara mendalam disertai reka adegan atau ilustrasi kasus yang menggambarkan kronologis peristiwa kriminal, sehingga tayangan lebih seru. Responden yang menonton berita langsung dan mendalam, memilih berita tersebut karena banyak jenis berita kriminal yang ditonton maka semakin banyak informasi yang mereka dapatkan mengenai tindak kriminal. Sebanyak tiga persen yang tidak pernah menonton berita kriminal, beranggapan bahwa menonton berita kriminal merupakan hal yang membosankan, tayangannya yang tidak menarik, dan tidak penting diketahui Frekuensi Menonton Kekhawatiran banyak orang tentang keterdedahan berita kriminal di kalangan remaja tidak mampu membendung keinginan responden untuk menonton berita kriminal. Di dalam keterbatasan waktu karena tersita waktu sekolah ternyata responden masih termasuk sering menonton berita kriminal di televisi. Data sebaran responden menurut ferekuensi menonton dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP Tamansiswa Berdasarkan Frekuensi Menonton Berita Kriminal di Televisi Frekuensi Kelas (orang) Total siswa menonton Kelas 8-1 Kelas 8-2 Kelas 8-3 Kelas 8-4 (orang) Tidak pernah 1 (33) - 1 (33) 1 (33) 3 (5) Jarang (1-5 kali/minggu) 2 (22) 1 (12) 4 (44) 2 (22) 9 (16) Sering (>5 kali/minggu) 12 (26) 14 (30) 9 (20) 11 (24) 46 (79) Total 58 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase 41

3 Data Tabel 12 mengungkapkan bahwa sebanyak 46 persen responden sering menonton berita kriminal di televisi dengan frekuensi lebih dari lima kali perminggu. Hal ini dapat dipahami keseluruhan responden memiliki waktu luang diatas lima jam perhari sepulang dari sekolah. Dan sebagian besar responden menghabiskan waktu selama 3-5 jam perhari dalam menonton televisi. Sehingga responden memiliki variasi program acara yang ditonton, begitu pula saat menonton berita kriminal di televisi Durasi Menonton Durasi menonton merupakan lama waktu remaja melihat dengan cermat siaran berita kriminal di televisi. Data sebaran responden menurut durasi menonton dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP Tamansiswa Berdasarkan Durasi Menonton Berita Kriminal di Televisi Durasi menonton Kelas (orang) Total siswa Kelas 8-1 Kelas 8-2 Kelas 8-3 Kelas 8-4 (orang) Tidak lengkap (<15 6 (27) 7 (32) 1 (5) 8 (36) 22 (38) menit/tayangan) Lengkap menit/tayangan) 9 (32) 8 (29) 5 (18) 6 (21) 28 (48) Sangat lengkap (>25 menit) (14) Total 58 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase Tabel 13 menunjukkan bahwa responden yang menonton berita kriminal di televisi dengan durasi tidak lengkap (< 15 menit/tayangan) dan lengkap (15-25 menit/tayangan) memiliki proporsi yang tidak terpaut jauh. Hal ini berarti, sebagian besar responden menonton dengan durasi yang cukup, hanya sebatas untuk mengetahui informasi tanpa harus memperhatikan apakah seberapa dalam isi berita kriminal. Sebanyak 86 persen menyatakan bahwa menonton berita kriminal dianggap sebagai aktivitas selingan atau hanya sekedar iseng saat menganti saluran televisi. Selain itu, menonton berita kriminal dengan durasi lengkap akan memberikan kepuasan akan informasi mengenai kasus-kasus kriminalitas, sekaligus keadaan lingkungan sekitar. Terutama untuk memahami lebih dalam 42

4 akan kasus-kasus tindak kriminal, sehingga membuat mereka lebih paham akan kondisi di lingkungan sekitar dan membuat mereka lebih waspada akan tindak kriminal di sekitar. 5.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keterdedahan Khalayak Dua faktor yang berpotensi berhubungan dengan keterdedahan khalayak yakni karakteristik individu (umur, jenis kelamin, prestasi akademis, dan motif menonton), dan karakteristik lingkungan sosial (jenis pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pengawasan orangtua). Kedua faktor tersebut terhadap keterdedahan khalayak remaja akan dijelaskan pada uraian berikut Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keterdedahan Khalayak Remaja Variabel-variabel yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi. Salah satu variabel tersebut adalah karakteristik individu. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi disajikan secara ringkas pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keterdedahan Khalayak Remaja pada Berita Kriminal di Televisi. Keterdedahan Khalayak Karakteristik Jenis berita kriminal Frekuensi menonton Durasi menonton Individu Koefisien p-value Koefisien p-value Koefisien p-value (χ²) (χ²) (χ²) Umur Jenis kelamin Prestasi akademis di kelas Motif * menonton C = Keterangan : * : berhubungan Nyata pada α = 10% Ada hubungan antara karakteristik individu dengan keterdedahan khalalayak, seperti yang dikemukakan pada hipotesis penelitian ini. Hasil pengujian korelasi membuktikan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti. Secara 43

5 umum karakteristik responden tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak pada berita kriminal di televisi, baik terhadap jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, maupun durasi menonton. Artinya tidak ada perbedaan dalam hal jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton dan durasi menonton diantara responden yang berbeda umur, jenis kelamin, dan prestasi akademik. Namun hanya motif menonton yang menunjukkan hubungan yang nyata (p<0,1) terhadap jenis berita yang ditonton, tetapi tidak berhubungan dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Hal ini menunjukkan bahwa motif menonton responden akan menentukan pilihan jenis berita kriminal yang ditonton. Hubungan antara masing-masing karakteristik individu dengan keterdedahan khalayak remaja dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut : 1. Hubungan Umur dengan Keterdedahan Khalayak Umur tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan maupun dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang berusia 13 tahun dan 14 tahun dalam hal jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Hal ini berbeda dengan penelitian Suangga (2004), Remaja yang telah memasuki umur 14 tahun memiliki persepsi yang negatif terhadap berita kriminal. Artinya pada kisaran umur 14 tahun, remaja yang menonton berita kriminal menjadikan media pembelajaran akan kejahatan, hal ini menunjukkan adanya responden memiliki keterdedahan yang tinggi dalam hal memahami kriminalitas. Penelitian ini membuktikan bahwa responden pada kisaran umur memiliki preferensi terhadap tayangan televisi hampir sama. Responden cenderung menonton jenis berita kriminal yang sama dengan teman-teman sebaya, sebagai bentuk penerimaan sosial akan sekitarnya. Begitu pula umur pada kisaran tahun menunjukkan bahwa responden memiliki frekuensi menonton berita kriminal dan durasi menonton yang relatif sama. Tidak adanya perbedaan yang signifikan mengenai keterkaitan umur dengan keterdedahan khalayak pada berita kriminal disebabkan karena responden 44

6 dalam satu angkatan tahun ajaran, tentunya memiliki waktu dan aktivitas yang relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur tidak mampu menentukan keterdedahan khalayak akan berita kriminal di televisi. 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keterdedahan Khalayak Jenis kelamin tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Hasil penelitian Suangga (2004) mengenai persepsi remaja pedesaan terhadap tayangan berita kriminalitas di televisi menjelaskan bahwa umumnya responden laki-laki lebih menyukai jenis berita kriminal di televisi, alasannya menonton berita kriminal di televisi menunjukkan suatu keperkasaan (terlihat gagah), sehingga hal di atas menunjukkan bahwa pada umumnya remaja lakilaki di pedesaan menonton berita kriminal bertujuan untuk mendapatkan pengakuan sosial dari masyarakat. Hasil penelitian ini memaparkan hal yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, responden laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan pilihan jenis berita yang sama, adanya kesamaan selera memilih jenis berita kriminal. Responden penelitian ini termasuk remaja kota, masyarakat kota tidak menuntut di antara laki-laki dan perempuan untuk memiliki peran sosial sesuai harapan mereka termasuk menyangkut jenis tayangan yang ditonton. Responden memiliki preferensi yang sama akan jenis berita kriminal yang ditonton. Aktivitas menonton berita kriminal tidak menuntut mereka untuk mendapatkan pengakuan sosial sebagai peran laki-laki dan perempuan. Selain itu, berdasarkan jawaban responden mengenai alasan menyukai jenis berita kriminal yang ditonton tidak menyinggung soal gender. Responden lebih mengarahkan jawabannya pada manfaat informasi, kemasan berita kriminal, dan kesengajaan menonton berita kriminal. Artinya jenis kelamin bukanlah faktor yang berhubungan dengan jenis berita kriminal yang ditonton. 45

7 Selain itu, jenis kelamin juga tidak berhubungan dengan frekuensi menonton dan durasi menoton berita kriminal. Hal ini menunjukkan bahwa responden laki-laki dan perempuan relatif sama menggunakan waktunya dalam menonton berita kriminal di televisi, terutama dalam hal menghabiskan waktu responden menonton berita televisi dilihat dari frekuensi dan durasi menonton yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. 3. Hubungan Prestasi Akademis di Kelas dengan Keterdedahan Khalayak Prestasi Akademis di kelas tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang memiliki prestasi akademis tergolong tinggi (<5), prestasi akademis tergolong sedang (5-10), dan prestasi akademis tergolong rendah dalam hal jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Hasil penelitian Lowery & De Fleur dalam Budhiarty (2004) menunujukkan bahwa ada hubungan antara prestasi akademis dengan perilaku menonton berita kriminal. Remaja yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, menonton lebih sedikit acara yang mengandung kekerasan dibanding mereka yang memiliki intelegensi yang rendah. Penelitian Budhiarty (2004) membuktikan hal yang berbeda, prestasi akademis remaja tidak memiliki hubungan nyata dengan perilaku menonton berita kriminal. Hal tersebut disebabkan rendah atau tinggiya tingkat intelektualitas anak tidak menentukan pemilihan jenis berita yang ditonton Penelitian ini memaparkan hal yang sama dengan penelitian Budhiarty (2004). Responden yang memiliki prestasi akademis tergolong tinggi, sedang, dan rendah menunjukkan adanya persamaan preferensi tayangan terutama dalam hal memilih jenis berita kriminal. Hal ini tidak berarti bahwa responden yang memiliki prestasi akademis yang tegolong tinggi akan lebih suka menonton beragam jenis berita kriminal di televisi dibanding responden yang memiliki prestasi akademis tergolong sedang dan rendah. Responden yang memiliki prestasi akademis tergolong tinggi, sedang, dan rendah tidak menunjukkan perbedaan frekuensi menonton dan durasi 46

8 menonton. Hal ini menunjukkan responden yang memiliki prestasi akademis tergolong tinggi, sedang, dan rendah tidak memberikan prioritas waktu untuk menonton berita kriminal di televisi. 4. Hubungan Motif Menonton dengan Keterdedahan Khalayak Remaja Motif menonton di kelas merupakan bagian karakteristik individu. Jenis motif menonton responden meliputi motif ionformasi, motif interaksi sosial, motif mengisi waktu luang, dan motif hiburan, namun hanya tiga motif (informasi, motif mengisi waktu luang, dan motif hiburan) yang dikaji dalam tabel silang analisis hubungan di bawah ini. Responden tidak memiliki motif interaksi sosial dalam menonton televisi. Tabel silang antara motif menonton dengan jenis berita kriminal dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 15. Tabel Silang Berdasarkan Motif Menonton dan Jenis Berita Kriminal Menurut Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 SMP Tamansiswa Motif Menonton Jenis berita kriminal (orang) χ² C 1 Tidak menonton Berita langsung Berita mendalam Berita langsung dan mendalam Total Siswa (orang) Informasi 2 (7) 8 (29) 0 (0) 18 (64) 28 (48) Mengisi waktu luang (0) (62) (0) (38) (28) Hiburan (7) (29) (14) (50) (24) Total 58 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase * : nilai Chi square dimana p-value berhubungan Nyata pada α = 10% C 1 : Koefisien korelasi Kontingensi berarti hubungan yang cukup berarti * Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa ada hubungan yang nyata antara motif menonton dengan jenis berita kriminal (p<0,1). Nilai koefisien kontigensi yang diperoleh Artinya adanya hubungan yang cukup berarti antara motif menonton dengan jenis berita kriminal. Motif menentukan kecenderungan responden memilih jenis berita kriminal yang mereka sukai untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Menurut teori Uses and Gratification, perbedaan motif menonton akan menyebabkan khalayak bereaksi pula pada media, hal ini 47

9 menunjukkan perbedaan preferensi jenis berita kriminal tergantung pada motif mrnonton responden. Responden yang menonton televisi untuk mencari informasi dan hiburan lebih suka menonton berita langsung dan mendalam, sementara yang hanya mengisi waktu luang lebih tertarik kepada berita langsung. Responden yang memiliki motif informasi dan hiburan memilih jenis berita langsung dan mendalam agar memperoleh beragam informasi mengenai tindak kriminalitas serta memenuhi rasa keingintahuan responden akan lingkungan sekitar dan kemasan berita kriminal yang menarik dan lucu memberikan kenikmatan jiwa (seperti senang, bahagia). Umumnya jenis berita kriminal yang ditonton adalah Sidik Pagi, Tangkap 2, Fakta, TKP, dan Sidik Kasus. Responden yang memiliki motif mengisi waktu luang lebih menyukai berita langsung dengan mempertimbangkan menonton berita kriminal langsung sebagai aktivitas tambahan atau selingan dari pergantian saluran televisi, sehingga responden tersebut tidak memperhatikan pada esensi kasus kriminal, atau bisa dikatakan menonton berita langsung merupakan berita yang praktis dan cepat. Jenis berita kriminal yang biasa ditonton responden adalah TKP, Sergap, Patroli, Tangkap, Tangkap 2, Sidik, dan Sidik Pagi. Tabel 15 juga menunjukkan bahwa ternyata motif menonton hanya berhubungan dengan jenis berita kriminal. Namun, motif menonton tidak berhubungan dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya tidak adanya perbedaan diantara responden yang memiliki motif menonton untuk mencari informasi, mengisi waktu luang, dan hiburan dalam hal sering/tidaknya menonton dan lamanya menonton televisi Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Sosial dengan Keterdedahan Khalayak Variabel-variabel yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi. Variabel lainnya adalah karakteristik lingkungan sosial. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik sosial dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi dapat di lihat pada Tabel

10 Tabel 16. Hasil Pengujian Hubungan anatara Karakteristik Lingkungan Sosial dengan Keterdedahan Khalayak. Keterdedahan Khalayak Remaja Karakteristik Jenis berita kriminal Frekuensi menonton Durasi menonton Lingkungan Sosial Koefisien (χ²/ r s ) p- value Koefisien (χ²/ r s ) p-value Koefisien (χ²/ r s ) p-value Lokasi Tempat tinggal Lingkungan keluarga Pekerjaan orangtua -Ayah -Ibu * * Pendidikan orangtua -Ayah -Ibu Pengawasan orangtua C = C = Keterangan : * : berhubungan Nyata pada α = 10; 1 : koefisien Chi square (χ²) ; 2 : Koefisien Rank Spearman (r s) Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan antara karakteristik lingkungan sosial dengan keterdedahan khalayak, hipotesis ini tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Karakteristik lingkungan sosial meliputi lokasi tempat tinggal dan lingkungan keluarga (pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pengawasan orangtua). Karakteristik sosial seperti pekerjaan orangtua dan pengawasan orangtua tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak, hanya pekerjaan orangtua yang menunjukkan hubungan, yakni pekerjaan ibu. Pekerjaan ibu berhubungan nyata (p<0,1) dengan jenis berita kriminal dan frekuensi menonton. Namun tidak berhubungan dengan durasi menonton. Pekerjaan ayah diduga tidak berhubungan dengan jenis berita kriminal, frekuensi menonton dan durasi menonton. Pendidikan orangtua dan pengawasan orangtua tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak pada berita kriminal di televisi, baik terhadap jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, maupun durasi menonton. 49

11 1. Hubungan Lokasi Tempat Tinggal dengan Keterdedahan Khalayak Lokasi tempat tinggal tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan maupun dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Lokasi tempat tinggal dalam penelitian ini yakni sering/tidaknya terjadi tindak kriminalitas di lingkungan sekitar dan berdasarkan jauh atau dekatnya tempat tinggal responden dari pusat keramaiaan. Menurut penelitian Hirst (Vera, 2007) menyatakan lingkungan setempat yang rawan kekerasan akan menyebabkan khalayak memiliki keterdedahan yang tinggi untuk menonton berita kriminal, sebagai sarana informasi mengenai kondisi di lingkungan sekitarnya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa lokasi tempat tinggal responden tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja. Artinya, walaupun semakin sering/tidaknya tindak kriminal yang terjadi di lingkungannya ataupun jarak tempat tinggal yang dekat/jauh dengan pusat keramaian tidak menyebabkan responden terdedah mengenai berita kriminal. 2. Hubungan Pekerjaan Orangtua dengan Keterdedahan Khalayak Pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi pekerjaan ayah dan ibu. Pekerjaan ibu diduga berhubungan nyata (p<0.1) dengan jenis berita kriminal dan frekuensi menonton. Tabel silang antara pekerjaan ibu dengan jenis berita kriminal dan frekuensi menonton pada tabel selanjutnya. Tabel 17. Tabel Silang Berdasarkan Pendidikan Ibu dan Jenis Berita Kriminal Menurut Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 SMP Tamansiswa Pekerjaan Ibu Mengurus Rumah tangga Karyawan swasta Tidak Menonton 2 (4) Jenis Berita Kriminal (orang) Berita Berita langsung mendalam 19 (39) Berita langsung dan mendalam - 28 (57) Total siswa (orang) 49 (85) (3) Wiraswasta - 2 (50) 2 (50) - 4 (7) Buruh 1 (33) 1 (33) - 1 (33) 3 (5) p-value C Total 58 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase * : berhubungan Nyata pada α = 10% C : Koefisien korelasi Kontingensi berarti hubungan yang cukup berarti 50

12 Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan jenis berita kriminal, dengan (p<0,1) dan koefisien kontigensi bernilai Artinya adanya hubungan yang cukup berarti antara pekerjaan ibu dengan jenis berita kriminal. Hal ini menunjukkan ada kecenderungan bahwa pekerjaan ibu menentukan responden untuk tidak menonton berita kriminal ataupun menonton berita kriminal langsung dan mendalam. Pekerjaan ibu responden sebagai ibu rumah tangga (mengurus rumah tangga) menyebabkan responden tidak menonton berita kriminal, maupun menonton berita kriminal langsung dan mendalam. Hal ini dapat dipahami bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tentunya memiliki waktu luang yang banyak untuk bersama anaknya, begitu pula dalam hal menoton berita kriminal di televisi. Begitu pula pekerjaan ibu responden sebagai wiraswasta, buruh, dan karyawan swasta juga menentukan responden untuk tidak menonton ataupun menonton berita kriminal langsung dan mendalam. Pekerjaan ibu responden berhubungan dengan frekuensi menonton. Hal ini Dapat dilihat Tabel 18 antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton pada tabel selanjutnya. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 Berdasarkan Pendidikan Ibu dan Frekuensi Menonton Pekerjaan Frekuensi Menonton (orang) Total Ibu Tidak Jarang (1-3 Sering siswa p-value C pernah kali/minggu) (>3 (orang) Mengurus Rumah tangga Karyawan swasta 2 (4) 5 (10) kali/minggu) 42 (86) 49 (85) (3) Wiraswasta (7) Buruh 1 (33) - 2 (67) 3 (5) Total 58 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase Angka dalam kurung menunjukkan persentase * : berhubungan Nyata pada α = 10% C : Koefisien korelasi kontingensi kurang dari 0.20 berarti hubungan sangat rendah

13 Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton, dengan (p<0,1) dan koefisien kontigensi bernilai Artinya adanya hubungan yang sangat rendah antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton responden. Hal ini menunjukkan ada kecenderungan bahwa pekerjaan ibu menentukan responden dalam hal sering/tidaknya menonton berita kriminal di televisi, namun memberikan hubungan lemah. Dapat berati, hal ini tidak keseluruhan jenis pekerjaan ibu ikut menentukan responden dalam hal sering/tidaknya menonton berita kriminal di televisi. Pekerjaan ibu responden sebagai ibu rumah tangga (mengurus rumah tangga) menyebabkan responden tidak pernah menonton berita kriminal, maupun jarang, atau sering menonton berita kriminal. Hal ini dapat dipahami bahwa ibu rumah tangga memiliki banyak waktu luang untuk menonton televisi. Sehingga sering/tidaknya ibu menonton berita kriminal secara langsung berhubungan dengan frekuensi responden menonton berita kriminal. Begitu pula pekerjaan ibu responden sebagai wiraswasta, buruh, dan karyawan swasta juga menentukan responden untuk tidak menonton, jarang ataupun sering menonton berita kriminal di televisi. Pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan durasi menoton responden. Artinya, pekerjaan ibu tidak menentukan seberapa lengkap responden menonton berita kriminal di televisi. Pekerjaan ayah diduga tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi. Hal ini berarti, pekerjaan ayah tidak menentukan responden dalam hal jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. 3. Hubungan Pendidikan Orangtua dengan Keterdedahan Khalayak Menurut Lowery dan De Fleur (Budhiarty, 2004) remaja yang memiliki orangtua yang tingkat pendidikannya tinggi, cenderung memiliki sedikit waktu untuk menonton serta menonton lebih sedikit acara yang mengandung adegan kekerasan, khususnya berita kriminal. Penelitian ini membuktikan hal yang berbeda dengan penelitian di atas. Pendidikan tidak berhubungan 52

14 dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan maupun dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Artinya, semakin tinggi atau rendahnya pendidikan orangtua responden tidak menentukan terdedah atau tidaknya responden pada berita kriminal di televisi. Walaupun responden tidak menonton ataupun menonton berita kriminal di televisi, hal ini tidak tergantung pada pendidikan terakhir orangtua responden. 4. Hubungan Pengawasan Orangtua dengan Keterdedahan Khalayak Pengawasan orangtua tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan maupun dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Artinya, tidak pernah, jarang, atau seringnya orangtua mengawasi responden menonton televisi tidak menentukan apakah responden semakin terdedah atau tidak terhadap berita kriminal di televisi. Penelitian ini memaparkan hal yang berbeda dengan penelitian Singer (Budhiarty, 2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata kebiasaan menonton televisi dengan tingkat pengawasan orangtua. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan orangtua tidak berhubungan dengan jenis berita kriminal yang ditonton responden, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Hal ini berarti bahwa tingkat pengawasan orangtua tidak menentukan responden dalam hal memilih jenis berita kriminal, pernah/tidaknya menonton berita kriminal, lengkap/tidaknya durasi menonton berita krimial. Ada atau tidaknya peran orangtua dalam mengawasi responden menonton televisi tidak menentukan kecenderungan memilih tayangan televisi yang disukainya atau tidak. Pengawasan orangtua hanya sebatas memberikan arahan atau penjelasan tentang menonton televisi, tetapi tidak menentukan responden terdedah atau tidaknya menonton berita kriminal televisi. 53

15 5.3 Efek Tayangan Berita Kriminal Efek tayangan berita kriminal di televisi terhadap responden Kelas 8 SMP Tamansiswa yang dikaji meliputi efek kognitif dan afektif. Data sebaran responden berdasarkan efek kognitif dan afektif dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Tingkat Efek kognitif dan Afektif di Kelas 8 SMP Tamansiswa Efek Distribusi (%) Rataan Rendah Sedang Tinggi Skor 1) Kognitif : 1. Persepsi Khalayak Remaja terhadap isi berita kriminal. 2. Pengetahuan teknis akan tindak kekerasan. 3. Penilaian khalayak remaja terhadap realitas Afektif : 1. Perasaan sesudah menonton berita kriminal : Takut Cemas 2. Toleransi akan tindak kekerasan 6 (10) 31 (53) 17 (29) 35 (60) 5 (9) 30 (52) 8 (14) 25 (44) 40 (69) 23 (40) 48 (82) 26 (45) 44 (76) 2 (3) 1 (2) 0 (0) 5 (9) 2 (3) Seluruh Aspek 2.0 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase 1) Rataan skor : : rendah : sedang 2-2,9 : tinggi Secara keseluruhan tayangan berita kriminal di televisi menimbulkan efek di kalangan khalayak siswa SMP kelas 8 Tamansiswa pada tingkatan yang sedang (rataan skor 2,0). Skor ini menunjukkan bahwa keterdedahan khalayak pada berita kriminal memunculkan efek pada tingkatan sedang. Efek yang muncul berupa efek kognitif meliputi persepsi khalayak terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan penilaian khalayak remaja terhadap realitas. Efek afektif meliputi perasaan sesudah menonton berita (takut, cemas) dan toleransi akan tindak kekerasan. Efek yang muncul tersebut hampir seimbang antara efek kognitif dan afektif. Dilihat dari efek kognitif, tayangan berita kriminal di televisi memberikan efek yang paling signifikan pada persepsi responden terhadap isi berita kriminal. Persepsi responden terbentuk berdasarkan pemahaman responden mengenai kriminalitas berdasarkan alur cerita, kemasan, gambar/ilustrasi pada

16 tayangan berita kriminal. Sebanyak 76 persen responden menganggap bahwa dengan adanya alur cerita, kemasan, dan gambar/ilustrasi di dalam tayangan berita kriminal, responden mampu memahami tindak kriminal yang terjadi, sehingga mampu memberikan pemaknaan mengenai kasus-kasus kriminal. Efek kognitif mengenai pengetahuan akan tindak kekerasan ternyata menunjukkan efek yang paling rendah. Sebanyak 53 persen responden tidak memahami mengenai teknis tindak kekerasan seperti gaya berkelahi, penggunaan senjata, dan modus operandi kejahatan. Hal ini dapat dipahami berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah SMP Taman Siswa bahwa rata-rata siswa kelas 8 memiliki intelektualitas menengah ke bawah. Kecenderungan siswa kelas 8 sulit memahami hal-hal yang bersifat teknis mengenai tindak kekerasan. Efek kognitif mengenai penilaian responden berdasarkan realitas termasuk memberikan efek pada tingkatan sedang. Sebanyak 69 persen responden menganggap bahwa apa yang ditonton di televisi mengenai realitas kriminalitas tidak semuanya mewakili kehidupan keseluruhan. Artinya tidak tentu benar bahwa peristiwa apa yang ditayangkan di televisi akan terjadi di lingkungan sekitar responden. Hal ini dapat dipahami, responden tidak terlalu mempercayai apa yang disampaikan media. Apabila dilihat dari efek afektif, tayangan berita kriminal tersebut secara nyata menimbulkan rasa cemas di kalangan responden namun tidak cukup kuat untuk menimbulkan rasa takut. Tidak ada responden yang betul-betul menyatakan takut akibat menonton berita kriminal sementara terdapat 9 persen responden yang menjadi cemas. Efek afektif mengenai toleransi akan tindak kekerasan secara keseluruhan termasuk pada tingkatan sedang. Namun, sebanyak 52 persen responden menunjukkan toleransi akan tindak kekerasan termasuk pada tingkatan rendah. Artinya, efek menonton berita kriminal pada responden yakni menimbulkan rasa empati yang besar terutama kepada korban dan pelaku kejahatan. 5.4 Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Efek Berita Kriminal Keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi adalah beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi. 55

17 Hasil pengujian hubungan antara keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi dengan efek berita kriminal di televisi secara ringkas dapat di lihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Pengujian Hubungan (r s ) Keterdedahan Khalayak Remaja pada Berita Kriminal di Televisi dengan Efek Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan Efek Berita Kriminal di Televisi Khalayak Efek Kognitif Efek Afektif (1.1) (1.2) (1.3) (2.1) (2.2) (2.3) Jenis berita kriminal Frekuensi * menonton Durasi menonton Keterangan : (1.1) Persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal; (1.2) Pengetahuan teknis akan tindak ; (1.3) Penilaian khalayak remaja akan realitas; (2.1) Takut; (2.2) Cemas; (2.3) Toleransi akan tindak kekerasan * : nilai Spearman dimana p-value berhubungan Nyata pada α = 10% Keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi diduga tidak adanya hubungan dengan efek kognitif secara keseluruhan meliputi persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan penilaian khalayak remaja terhadap realitas. Terdapat hubungan antara keterdedahan khalayak remaja hubungan dengan efek afektif. Secara spesifik ada hubungan nyata frekuensi menonton (p<0.1) dengan toleransi akan tindak kekerasan. Ada beberapa variabel yang tidak berhubungan antara keterdedahan khalayak remaja dengan efek afektif Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Efek Kognitif Penelitian ini memaparkan bahwa tidak adanya hubungan antara keterdedahan khalayak dengan efek kognitif. Hubungan keterdedahan khalayak dengan efek kognitif antara lain meliputi hubungan jenis berita kriminal dengan efek kognitif, hubungan frekuensi menonton dengan efek kognitif, dan hubungan durasi menonton dengan efek kognitif. 56

18 1. Hubungan Jenis Berita Kriminal dengan Efek Kognitif Jenis berita kriminal tidak berhubungan dengan efek kognitif secara keseluruhan dengan persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan penilaian khalayak remaja terhadap realitas. Artinya, jenis berita kriminal yang ditonton responden tidak menentukan bahwa efek yang diterima akan memberikan persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal, memberikan pengertian akan pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan memberikan kemampuan responden untuk menilai terhadap realitas. Hal ini dapat dipahami bahwa menonton berita kriminal bukan prioritas tayangan utama yang dipilih responden. Keseluruhan responden lebih cenderung memilih jenis tayangan seperti infotainment, kuis, sinetron, dan komedi sebagai prioritas tayangan yang ditonton, sehingga apapun jenis berita kriminal yang ditayangkan di televisi tidak mampu menentukan bahwa efek yang ditimbulkan yakni persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan penilaian khalayak remaja terhadap realitas. 2. Hubungan Frekuensi Menonton dengan Efek Kognitif Frekuensi menonton tidak berhubungan dengan efek kognitif secara keseluruhan dengan persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan penilaian khalayak remaja terhadap realitas. Artinya, sering/tidaknya responden menonton berita kriminal tidak menentukan bahwa efek yang diterima akan memberikan persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal, memberikan pengertian akan pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan memberikan kemampuan responden untuk menilai terhadap realitas. Menurut Mazdalifah (1999) adegan kekerasan ditelevisi jika ditonton secara teratur dalam waktu yang panjang akan berpengaruh pada keterdedahan pada pengetahuan anak tentang kekerasan, penumpukkan sikap terhadap perilaku kekerasan. Penelitian ini mengungkapkan hal yang berbeda dengan temuan di atas. Responden yang tidak menonton, jarang, 57

19 atau sering menonton berita kriminal ternyata tidak memunculkan efek kogntif bagi perilaku khalayak. Hal ini dipahami karena frekuensi menonton tiap minggunya tidak disertai dengan kekonsistenan menonton berita kriminal dengan waktu yang teratur setiap minggunya. Sehingga hal ini, tidak memberikan akumulasi yang berarti pada ranah konitif responden. 3. Hubungan Durasi Menonton dengan Efek Kognitif Durasi menonton berita kriminal tidak berhubungan dengan efek kognitif secara keseluruhan dengan persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan penilaian khalayak remaja terhadap realitas. Artinya, lengkap/tidaknya durasi responden menonton berita kriminal tidak menentukan bahwa efek yang diterima akan memberikan persepsi khalayak remaja terhadap isi berita kriminal, memberikan pengertian akan pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan memberikan kemampuan responden untuk menilai terhadap realitas. Hal ini dapat dipahami seberapa lengkap durasi menonton responden dalam menonton berita kriminal ternyata tidak mampu menimbulkan efek kognitif bagi perilaku responden. Kemungkinan hal ini terjadi, karena kurangnya preferensi responden akan berita kriminal disebabkan siaran berita kriminal dianggap sebagai tayangan yang kurang disukai Hubungan Keterdedahan Khalayak Remaja dengan Efek Afektif Hubungan antara keterdedahan khalayak dengan efek kognitif. Hubungan keterdedahan khalayak dengan efek kognitif antara lain meliputi hubungan jenis berita kriminal dengan efek afektif, hubungan frekuensi menonton dengan efek afektif, dan hubungan durasi menonton dengan efek afektif. 1. Hubungan Jenis Berita Kriminal dengan Efek Afektif Jenis berita kriminal tidak berhubungan dengan efek afektif secara keseluruhan dengan perasaan sesudah menonton berita kriminal (takut dan curiga) dan toleransi akan tindak kekerasan. Artinya, jenis berita kriminal 58

20 yang ditonton responden tidak menentukan bahwa efek yang diterima akan memberikan rasa takut dan curiga, dan memberikan rasa toleransi akan tindak kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa responden menganggap hal yang ditayangkan mengenai tindak kriminalitas bukanlah hal yang penting untuk memuaskan hal-hal yang bersifat kejiwaan/psikologis responden. 2. Hubungan Frekuensi Menonton dengan Efek Afektif Frekuensi menonton berhubungan nyata (p<0.1) dengan toleransi akan tindak kekerasan. Tabulasi silang antara frekuensi menonton dengan toleransi akan tindak kekerasan pada tabel selanjutnya. Tabel 21. Jumlah dan Presentase Siswa Kelas 8 Berdasarkan Frekuensi Menonton dengan Toleransi akan Tindak Kekerasan Frekuensi Toleransi akan Tindak Kekerasan Total p- r s Menonton Tidak Tidak Kurang Setuju siswa Value Menonton setuju setuju (%) Tidak pernah (5) Jarang ( kali/minggu) (11) (78) (11) (16) Sering (>3kali/minggu) - 2 (4) 35 (76) 9 (20) 46 (79) Total 58 Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase Angka dalam kurung menunjukkan persentase * : berhubungan Nyata pada α = 10% r s : Koefisien korelasi Spearman kurang dari berarti hubungan rendah tetapi pasti Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa ada hubungan antara frekuensi menonton dengan toleransi akan tindak kekerasan, dengan (p<0,1) dan koefisien korelasi bernilai Artinya adanya hubungan rendah tetapi pasti antara pekerjaan frekuensi menonton responden dengan toleransi akan tindak kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi menonton atau semakin sering responden menonton berita kriminal di televisi, maka semakin tinggi toleransi responden akan tindak kekerasan. Hal ini berarti, responden yang sering menonton berita kriminal maka rasa empati akan tindak kekerasan terutama terhadap korban dan pelaku kejahatan semakin 59

21 berkurang. Hal ini diperkuat melalui penelitian Baron (1974), Studi menunjukkan akibat dari banyaknya menonton tayangan kekerasan, orang tidak lagi mudah merasakan penderitaan atau rasa sakit yang dialami orang lain. Media televisi terbukti dapat memberikan efek yang tajam dari tayangan kekerasan terhadap khalayak salah satunya yakni de-sensitization effects, berkurang atau hilangnya kepekaan kita terhadap kekerasan itu sendiri (Pitaloka, 2006). Tidak ada hubungan antara frekuensi menonton dengan rasa takut dan curiga. Artinya, frekuensi menonton berita kriminal tidak menentukan timbulnya efek mengenai rasa takut dan curiga terhadap perilaku responden. 3. Hubungan Durasi Menonton dengan Efek Afektif Durasi menonton tidak berhubungan dengan efek afektif secara keseluruhan dengan perasaan sesudah menonton berita kriminal (takut dan curiga) dan toleransi akan tindak kekerasan. Artinya, durasi menonton responden tidak menentukan bahwa efek yang diterima akan memberikan rasa takut dan curiga, dan memberikan rasa toleransi akan tindak kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa responden seberapa lengkap ataupun tidak lengkapnya menonton berita kriminal tidak memberikan efek menyangkut hal-hal yang bersifat kejiwaan/psikologis maupun emosional responden. 60

IV. DESKRIPSI UMUM 4.1 Deskripsi SMP Tamansiswa 4.2 Karakteristik Responden

IV. DESKRIPSI UMUM 4.1 Deskripsi SMP Tamansiswa 4.2 Karakteristik Responden IV. DESKRIPSI UMUM 4. Deskripsi SMP Tamansiswa Sekolah Menengah Pertama Tamansiswa berada di Kota Jakarta Pusat DKI Jakarta, terletak di Jl. Garuda No.5. Letak sekolah SMP Tamansiswa memiliki letak strategis

Lebih terperinci

BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI

BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI 71 BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI 6.1 Empati Remaja terhadap Kemiskinan Sebagai Akibat Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Data sebaran responden

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

II. PENDEKATAN TEORITIS

II. PENDEKATAN TEORITIS II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Televisi Sebagai Media Massa Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media massa sering

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Televisi merupakan satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Priyowidodo (2008) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

Keterangan: ** berhubungan sangat nyata pada (p <0,01) * berhubungan nyata pada (p <0,05)

Keterangan: ** berhubungan sangat nyata pada (p <0,01) * berhubungan nyata pada (p <0,05) 59 BAB VIII FAKTOR-FAKTOR YA G BERHUBU GA DE GA PERSEPSI KHALAYAK TE TA G PROGRAM ACARA REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI 8.1. Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi Khalayak tentang Program Acara

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 adalah kecenderungan seorang pemilih

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan hasil penelitian yang di peroleh dari lapangan dan juga melakukan pembahasan berdasarkan atas data yang di peroleh dari 97

Lebih terperinci

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU Keterdedahan adalah terkenanya khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media televisi. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pola perilaku remaja saat ini. Salah satu media yang sangat berpengaruh yaitu televisi. Televisi adalah media

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin  - Tempat tinggal  - HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Karakteristik siswa adalah ciri-ciri yang melekat pada diri siswa, yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, pendidikan

Lebih terperinci

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Opini Khalayak Langsung Acara Musik Derings Opini responden sebagai khalayak langsung acara musik

Lebih terperinci

EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU KHALAYAK REMAJA (KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT) Virgin Valentine H.

EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU KHALAYAK REMAJA (KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT) Virgin Valentine H. EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU KHALAYAK REMAJA (KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT) Virgin Valentine H. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI 69 HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI merupakan terpenuhinya kebutuhan individu. dapat diperoleh setelah seseorang melakukan sesuatu yang dapat mendukung dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN 7.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kesukaan pada

Lebih terperinci

BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Motivasi Khalayak Langsung Acara Musik Derings Motivasi merupakan suatu alasan atau dorongan yang

Lebih terperinci

PERILAKU RER/IAJA TAHAP AWAL DALAM MENONTON TELEVISI DAN UNGANNYA DENGAN PENGGUNAAN WAKTU MEREKA UNTUK KEGIATAN SEmRI-NARI

PERILAKU RER/IAJA TAHAP AWAL DALAM MENONTON TELEVISI DAN UNGANNYA DENGAN PENGGUNAAN WAKTU MEREKA UNTUK KEGIATAN SEmRI-NARI PERILAKU RER/IAJA TAHAP AWAL DALAM MENONTON TELEVISI DAN UNGANNYA DENGAN PENGGUNAAN WAKTU MEREKA UNTUK KEGIATAN SEmRI-NARI (Kasus Siswa SMP abupaten Bogor Oleh: NURVEPA A 27.1530 JXXUSAN ILMU-ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

PERILAKU RER/IAJA TAHAP AWAL DALAM MENONTON TELEVISI DAN UNGANNYA DENGAN PENGGUNAAN WAKTU MEREKA UNTUK KEGIATAN SEmRI-NARI

PERILAKU RER/IAJA TAHAP AWAL DALAM MENONTON TELEVISI DAN UNGANNYA DENGAN PENGGUNAAN WAKTU MEREKA UNTUK KEGIATAN SEmRI-NARI PERILAKU RER/IAJA TAHAP AWAL DALAM MENONTON TELEVISI DAN UNGANNYA DENGAN PENGGUNAAN WAKTU MEREKA UNTUK KEGIATAN SEmRI-NARI (Kasus Siswa SMP abupaten Bogor Oleh: NURVEPA A 27.1530 JXXUSAN ILMU-ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV Tayangan Berita Liputan 6 Siang merupakan salah satu program berita di SCTV. Liputan 6 Siang tayang pada pukul 12.00 12.30 WIB,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses komunikasi antar manusia relatif rumit. Tingkat kerumitan ini seiring dengan masing-masing konteks, dimana dengan cirinya menunjukkan bahwa kerumitan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Identitas Responden Sebelumnya akan dijelaskan dahulu karakteristik responden yang meliputi usia, jumlah anak yang dimiliki, dan pendidikan terakhir.

Lebih terperinci

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 62 BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 6.1 Agenda Pendengar Agenda pendengar adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini pendengar dan pengetahuan mereka.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di gedung stasiun televisi Trans TV. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa acara musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mantap. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999: 118) secara psikologis masa

BAB I PENDAHULUAN. tidak mantap. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999: 118) secara psikologis masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999: 118) secara psikologis masa remaja

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Bab ini berisi penyajian data hasil penlitian mengenai hubungan daya tarik tayangan MasterChef Indonesia dengan minat menonton pemirsa di perumahan Tanah Mas, Semarang

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti)

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti) KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV Peneliti bernama Ruth Elisabeth Silitonga, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) 5.1 Karakteristik Karakteristik pendengar merupakan salah satu faktor yang diduga

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV 5.1 Profil Khalayak Langsung Acara Musik Derings Khalayak langsung acara musik Derings adalah khalayak yang berada dilokasi penayangan acara

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas

Lebih terperinci

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian METODE Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usia contoh berkisar antara 14 sampai 18 tahun dan dikategorikan ke dalam kelompok remaja awal (14 sampai 16 tahun) dan remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Dari jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Di dalam bab 4 ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasannya setelah peneliti melakukan penelitian dilapangan, terhadap ibuibu anggota PKK di desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah satu tayangan yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi sikap penontonnya, karena media televisi

Lebih terperinci

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT RICKY YUNIAR WILDAN D2C605137 RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT Di era informasi ini, kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Media massa cetak dan elektronik merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini media massa memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, terutama di era informasi seperti sekarang ini. Hadirnya beragam jenis media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan mengenai analisis karakteristik profil pemirsa JTV melalui segmentasi, preferensi dan penentuan posisi

Lebih terperinci

BAB VII PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI DI TRA S TV

BAB VII PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI DI TRA S TV 54 BAB VII PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI DI TRA S TV Untuk dapat bersaing dengan program-program yang disajikan televisi lain, berbagai cara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang berdomisili di kelurahan Perumnas Way Halim yang berjumlah 96 orang. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan LAMPIRAN 85 86 Lampiran 1. Panduan Pertanyaan A. Siswa Kelas X dan XI SMAN 1 Dramaga 1. Mengapa anda tidak pernah tayangan Jika Aku Menjadi? 2. Di mana tempat tinggal anda saat ini? B. Responden 1. Mengapa

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORETIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa sumber berupa buku dan hasil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Trans TV

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Trans TV IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Trans TV PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan bagian dari Trans Corporation yang berdiri sejak bulan Oktober 1998 dan memperoleh izin siaran serta dinyatakan lulus

Lebih terperinci

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 50 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 6.1 Hubungan antara Karakteristik Anggota Komunitas dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian SMP Mardi Rahayu Ungaran terletak di jalan Diponegoro No. 741, Ungaran, Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ada 134 siswa

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si Faktor-faktor Pendorong Orang Menonton Program Berita Liputan 6 di SCTV (Studi Eksplanatif-Kuantitatif Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Kampung Sudagaran Kelurahan Tegalrejo Yogyakarta Menonton Program

Lebih terperinci

BAB VI KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI

BAB VI KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI 49 BAB VI KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI Keterdedahan program JAM adalah sejauh mana program JAM ditonton oleh khalayak. Keterdedahan ini dilihat dari cara,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 berada pada kategori tinggi. 2. Secara umum kebiasaan belajar siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hanya memapaparkan situasi yang didapat atau peristiwa yang diperoleh dari data

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 54 HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keterdedahan Khalayak di Urban dan Semi Urban terhadap Tayangan Iklan Mie Instant di Televisi Iklan sebagai media promosi produk-produk yang ditawarkan produsen melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita sebagai fakta atau informasi yang ditulis oleh reporter atau wartawan mengenai kejahatan yang diperoleh dari pihak kepolisian dan dimuat di media massa baik itu

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi data hasil pengamatan. data yang diperoleh melalui kuesioner.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi data hasil pengamatan. data yang diperoleh melalui kuesioner. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi data hasil pengamatan Berikut adalah deskripsi data hasil pengamatan yang sudah diolah dari data yang diperoleh melalui kuesioner. Pada Tabel 4.1 menunjukkan komposisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA PENELITIAN

BAB V ANALISA DATA PENELITIAN BAB V ANALISA DATA PENELITIAN A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Uji Validitas Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur.

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan kompetensi

Lebih terperinci

KUESIONER. 1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan teliti dan baik. 2. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan benar.

KUESIONER. 1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan teliti dan baik. 2. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan benar. KUESIONER (Studi Korelasional tentang pengaruh Tayangan Wisata Kuliner di Trans Tv dan Tindakan Menonton di Kalangan Ibu-ibu Rumah Tangga di Komplek Rispa Kelurahan Gedung Johor Medan) Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak jarang kegiatan lainnya

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak jarang kegiatan lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi kini telah menjadi salah satu bagian yang penting dalam keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak jarang kegiatan lainnya pun dilakukan sambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun negatif,

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT 55 BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Berdasarkan efek yang ditimbulkannya, efek iklan yang menggunakan media massa terhadap khalayak dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN

BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN 6.1 Kesadartahuan (Awareness) Responden pada Iklan Marjan 6.1.1 Acara Televisi yang Sering Menayangkan Iklan Marjan Iklan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat belakangan ini. Berbagai media penyiaran saat ini dimungkinkan untuk dibuka. Industri penyiaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh dari data primer dan sekunder penelitian. Data primer penelitian ini adalah hasil kuesioner

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian internal dari sistem tatanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Skripsi. oleh Mario Yohakim Prayanto

Skripsi. oleh Mario Yohakim Prayanto HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN MAHASISWA ANGGOTA UKM BOLA BASKET UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN MEDIA PADA LENSA OLAHRAGA DI ANTV Skripsi oleh Mario Yohakim Prayanto 050902786 PROGRAM

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI (Studi kasus pada keluarga di Perumahan Meranti Permai, Kecamatan Siantar utara, Kota Pematangsiantar) Julius Osvaldo Situmorang 100904041

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Di dalam Bab 4 ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah peneliti melakukan uji lapangan mengenai hubungan daya tarik tayangan variety show

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Ibu menjadi tokoh sentral dalam keluarga. Seorang manajer dalam mengatur keuangan, menyediakan makanan, memperhatikan kesehatan anggota keluarga dan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu siswa usia tahun. Peneliti mengambil

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu siswa usia tahun. Peneliti mengambil BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Subyek Subyek yang dipilih adalah siswa kelas 3 SMK Harapan Jaya II Tangerang, dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu siswa

Lebih terperinci

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting. Modul ke: 11 Syaifuddin, Fakultas Ilmu Komunikasi Produksi Berita TV Daya Pengaruh Siaran TV S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Daya Pengaruh Siaran TV Televisi saat ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat tinggi. Tentunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi sekarang ini semakin berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai macam kebutuhan salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi. Dengan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS 86 BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan perilaku konsumsi dengan sikap terhadap singkong, jagung, dan ubi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

ABSTRACT. advertisement exposure on SCTV with the buying interest s students of

ABSTRACT. advertisement exposure on SCTV with the buying interest s students of HUBUNGAN TERPAAN IKLAN BUKALAPAK DI SCTV DENGAN MINAT BELI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ANGKATAN 2014 Oleh: Aji Setya Purnama, Bedjo Sukarno, Siswanta ABSTRACT Bukalapak

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman tak lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Komunikasi merupakan hal pokok yang dilakukan manusia dalam keseharian, untuk mengetahui dan mengungkap berbagai gejala sosial dalam suatu interaksi sosial. Salah satu saluran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. Proses globalisasi lahir dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci