Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011
|
|
- Inge Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan faktor penentu pendapatan dari kegiatan usahatani bagi masyarakat desa. Penguasaan lahan ini pun terjadi di Kampung Cijengkol, Desa Cigudeg mayoritas penduduknya bergantung pada lahan pertanian (sawah dan kebun). Penguasaan lahan dapat dilihat dari luas lahan yang warga kuasai dari sawah maupun kebun. Tingkat penguasaan lahan Kampung Cijengkol bervariasi mulai dari luas lahan yang luas, sedang, hingga sempit dan status kepemilikan dimulai dari lahan milik sendiri, bagi hasil, menyewa sampai lahan gadai. Penelitian pada kampung ini adalah ingin melihat adanya hubungan mempengaruhi antara luas lahan yang dikuasai dengan tingkat pendapatan yang di dapat oleh warga kampung. Hipotesisnya yaitu jika luas lahan yang dikuasai berkategori luas maka seharusnya tingkat pendapatan dari lahan yang digarappun tinggi. Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 Tingkat Penguasaa n Lahan Tingkat Pendapatan n % R % S % T % Sempit 32 69, , ,44 Sedang 4 8, , ,87 Luas 2 4,35 1 2,17 1 2,17 4 8,69 Jumlah 38 82, ,04 2 4, ,00 Keterangan: mempengaruhi dengan hasil SPSS rank spearman sebesar 0,927 sangat kuat dan searah dengan nilai p(0,014)<alpha 10 persen, (R=rendah, S=sedang, T=tinggi). Hal ini dibuktikan berdasarkan data olahan yang diperoleh peneliti dalam Tabel 15 tabulasi silang luas lahan dengan tingkat pendapatan. Berdasarkan Tabel 15 mengenai hubungan luas lahan dengan tingkat pendapatan adalah 32 orang atau 69,57 % orang yang memiliki lahan yang sempit memiliki tingkat pendapatan
2 60 yang rendah dari kegiatan usahatani. Walaupun ada 5 atau 10,87 % luas lahan sempit memperoleh pendapatan yang sedang dari lahan yang dikuasainya. Luas lahan dengan kategori sedang juga memperoleh 8,70 % atau 4 orang dengan tingkat pendapatan yang rendah dan terdapat 1 orang yang mendapatkan tingkat pendidikan yang tinggi. Kategori luas lahan yaitu luas pun hanya 1 orang yang tingkat pendapatannya tinggi sedangkan 1 orang dengan kategori lahan luas tingkat pendapatan berada pada posisi sedang dan 2 orang pada ketegori luas lahan yang luas berada pada posisi rendah pada tingkat pendapatan. Hasil dari tabulasi silang ini yaitu terdapat hubungan mempengaruhi antara luas lahan dengan tingkat pendapatan pada lahan yang luasnya sempit. Namun, untuk kategori lahan luas dengan tingkat pendapatan rendah pun dapat dijelaskan bahwa tidak semua orang yang menguasai lahan dapat menggarap lahan tersebut dengan baik dan menikmati hasilnya pun dengan baik. Salah seorang warga kampung menyatakan bahwa luas lahan yang dikuasi dengan hasil dari lahan tersebut tidak seimbang karena tidak menggarap lahan tersebut dengan baik. Jarak tanam padi di lahan sawah juga harus diperhitungkan dengan baik sehingga panen yang dihasilkan optimal. Selain itu, hama yang menyerang padi dan cuaca yang tidak bagus menyebabkan hasil panen yang diperoleh tidak optimal. Adanya hubungan mempengaruhi antara luas lahan dengan tingkat pendapatan diperkuat dengan adanya hasil olah data dengan menggunakan rank spearman yang dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil dari olah data SPSS ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara luas lahan dengan tingkat pendapatan. Korelasi antara Luas Lahan dengan tingkat pendapatan sebesar 0,927 sangat kuat dan searah dengan nilai p(0,014)<alpha 10 persen artinya korelasi signifikan. Artinya Luas lahan memiliki hubungan positif dengan tingkat pendapatan atau semakin tinggi luas lahan maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan seseorang. 7.2 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendidikan Luas lahan yang dikuasai dapat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat desa sehingga pendapatan besar yang diterima dari hasil pertanian dapat memperbaiki tingkat pendidikan keluarga mereka. Hal ini sangat jelas jika pendapatan mereka besar mereka dapat membiayai sekolah anak-anaknya sampai ke jengjang yang lebih tinggi. Masyarakat akan mementingkan pendidikan jika
3 61 kebutuhan hidup (untuk konsumsi) dirasa cukup dan mereka menginginkan kahidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya kelak. Maka dari itu pendidikan sangat perlu diperhatikan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tabel 16. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Tingkat Tingkat Pendidikan Penguasaa KB % B % SB % n % n Lahan Sempit 17 36, ,78 4 8, ,44 Sedang 4 8,70 1 2, ,87 Luas 1 2,17 2 4,35 1 2,17 4 8,69 Jumlah 22 47, , , ,00 Keterangan: mempengaruhi dengan hasil SPSS rank spearman sebesar 0,816 sangat kuat dan terbalik dengan nilai p(0,035)<alpha 10 persen, (KB=kurang berpendidikan, B=berpendidikan, SB=sangat berpendidikan). Berdasarkan hasil dari Tabel 16 hubungan antara luas lahan dengan tingkat pendidikan dapat disimpulkan bahwa luas lahan mempengaruhi tingkat pendidikan keluarga dengan 36,96 % atau 17 KK yang memiliki lahan sempit mempengaruhi kualitas pendidikan mereka sehingga keluarga tersebut kurang berpendidikan. Walaupun demikian ada juga 16 KK yang memiliki luas lahan sempit berada pada tingkat pendidikan yang berpendidikan. Kategori luas lahan sedang yang berada pada posisi kurang berpendidikan pada tingkat pendidikan ini sekitar 4 orang atau 8,70 % dan untuk yang berpendidikan sekitar 2,17 % atau 1 KK. Kategori luas lahan yang berada pada posisi berpendidikan sekitar 4,35 % atau 2 KK sedangkan untuk yang sangat berpendidikan hanya sekitar 1 KK dan kurang berpendidikan hanya 1 KK. Sumberdaya manusia warga Kampung Cijengkol masih belum terbuka terhadap masalah pendidikan. Pendidikan di Kampung ini terbilang cukup rendah karena banyak yang hanya lulus sebagai lulusan SD dan orangtua yang tidak mampu untuk membiayai anak-anaknya sekolah. Namun, ada juga keluarga yang mampu tetapi anaknya yang tidak mau sekolah dan tidak ada dorongan kuat untuk membujuk anaknya untuk sekolah. Berbeda kasus dengan orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya namun terpaksa tidak bisa karena tidak mempunyai biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan warga di kampung ini rendah dan banyak pula warga miskin di kampung tersebut. Maka dari itu, luas lahan
4 62 tidak mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang. Hal ini diperkuat dengan hasil olah data dari SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil olah data SPSS menunjukkan bahwa korelasi antara Luas Lahan dengan Tingkat Pendidikan sebesar 0,816 sangat kuat dan terbalik dengan nilai p(0,035)<alpha 10 persen artinya korelasi signifikan. Artinya Luas Lahan dengan Tingkat Pendidikan memiliki hubungan negatif atau luas lahan tidak mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang. Kesadaran pentingnya pendidikan demi kehidupan yang lebih baik belum ada di warga Kampung Cijengkol. 7.3 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Kepemilikan Asset dan Modal Luas lahan yang dikuasai oleh warga kebanyakan berasal dari sistem bagi waris sehingga kebanyakan warga memiliki luas lahan dengan kategori sempit. Hal ini mengakibatkan bahwa lahan menurut mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Lahan dapat dijadikan asset dan juga modal tergantung dari si pemilik lahan. Lahan dijadikan asset jika mereka menganggap bahwa memiliki sebidang tanah (baik sawah maupun kebun) untuk investasi masa depan mereka. Namun, jika seseorang memiliki sebidang tanah dan dari tanah itulah mereka hidup berarti tanah tersebut dijadikan sebagai modal untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Kepemilikan asset dan modal di Kampung Cijengkol yang dipengaruhi oleh luas lahan dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini. Tabel 17. Hubungan Luas Lahan dengan Kepemilikan Asset dan Modal Tahun 2011 Tingkat Penguasaan Lahan Kepemilikan Asset dan Modal n % M % A % AM % Sempit 26 56, ,22 4 8, ,44 Sedang 2 4,35 1 2,17 2 4, ,87 Luas 2 4,35 1 2,17 1 2,17 4 8,69 Jumlah 30 65, , , ,00 Keterangan: tidak mempengaruhi dengan hasil SPSS rank spearman sebesar,234 lemah dan searah dengan nilai p(0,117)>alpha 10 persen, (M=modal, A=asset, AM=asset dan modal). Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat dikatakan bahwa tidak ada kaitannya antara luas lahan dengan kepemilikan asset dan modal. Pada tabel
5 63 terlihat bahwa luas lahan yang sempit mempengaruhi seseorang dalam hal menganggap lahan sebagai modal saja 26 KK atau 56,52 %. Beberapa warga yang memiliki luas lahan yang sempit mengatakan bahwa lahan hanya sebagai asset ada 7 KK dan yang menganggap lahan sebagai asset dan modal 4 KK. Kategori luas lahan sedang yang mengganggap lahan sebagai asset dan modal dan lahan hanya sebagai modal sekitar 2 KK sedangkan untuk lahan yang dianggap sebagai asset hanya 1 KK. Berbeda dengan luas lahan pada kategori luas hanya 2 KK yang menganggap bahwa lahan hanya sebagai modal untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sedangkan untuk lahan yang dianggap sebagai asset dan lahan yang dianggap sebagai asset dan modal sekitar 1KK saja. Kesimpulan dari hasil olah data yaitu bahwa luas lahan tidak mempengaruhi kepemilikan asset dan modal karena warga tidak hanya menggantungkan pendapatan dari lahan yang mereka kuasai atau mereka milik. Seseorang yang menganggap lahan yang dijadikan asset dan modal memiliki arti bahwa selain memiliki lahan untuk digarap demi mencukupi kebutuhan sehari-hari juga memiliki lahan yang bisa dijadikan investasi masa depan karena lahan dianggap sangat penting terkait dengan peran lahan yang dikaitkan dengan kesejahteraan lahan dan status sosial. Adapun beberapa warga kampung yang memiliki atau menguasai lahan yang sempit menganggap lahan sebagai asset dikarenakan warga tidak bergantung terhadap lahan yang digarapnya. Warga kampung memillih untuk mencari pendapatan lain di luar sektor pertanian. Oleh karena itu, luas lahan tidak mempengaruhi kepemilikan asset dan modal yang diperkuat dengan adanya hasil dari olah data SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil dari olah data SPSS ini menunjukkan bahwa Korelasi antara Luas Lahan dengan Kepemilikan Asset dan modal sebesar 0,234 lemah dan searah dengan nilai p(0,117)>alpha 10 persen artinya korelasi tidak significant. Artinya tidak ada hubungan antara luas lahan dengan kepemilikan asset dan modal seseorang.
6 Implikasi Pengaruh Penguasaan Lahan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Rumahtangga Petani Pengaruh penguasaan lahan terhadap kondisi sosial ekonomi tidaklah menjadi tolak ukur bagi masyarakat untuk merasa cukup dalam mencukupi kebutuhan hidup. Banyak dari warga mencari tambahan pendapatan untuk menutupi kekurangan yang dirasakannya. Maka dari itu, warga memilih untuk melakukan strategi nafkah ganda untuk mencukupi kebutuhan yang dirasa kurang tersebut. Pekerjaan yang mereka pilih merupakan pekerjaan yang berada di luar sektor pertanian seperti pedagang, guru, buruh bangunan, ojek dan buruh serabutan. Pendapatan yang dihasilkan di luar sektor pertanian pun tidak bisa dibilang melebihi pendapatan yang dihasilkan dari sektor pertanian. Akses warga terhadap lahan pertanian di Kampung Cijengkol terbilang terbatas dengan adanya sistem bagi waris yang masih melekat pada warga. Mereka akan bisa mengakses lahan lebih besar jika memiliki modal yang kuat untuk membeli lahan, menyewa ataupun gadai lahan. Namun, kanyataannya banyak warga yang menjual tanahnya (sawah maupun kebun) demi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena dirasa dari lahan tidaklah cukup maka lebih baik mereka menjual lahan yang mereka miliki. Kebanyakan dari lahan yang dijual adalah lahan yang didapat dari sistem bagi waris, padahal lahan yang dihasilkan dari bagi waris tidaklah boleh dijual. Namun, mereka terpaksa menjualnya karena kebutuhan yang mendesak. Dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini bagaimana hasil pendapatan dari sektor pertanian yaitu sebagai berikut. Tabel 18. Sebaran Tingkat Pendapatan Responden di Sektor Pertanian Tahun 2011 Kategori Interval pendapatan (x Rp.1000) Jumlah Persentase (%) Rendah ,61 Sedang 1000 < x ,04 Tinggi > ,35 Total ,00 Berdasarkan Tabel 18 di atas bahwa pendapatan yang dihasilkan dari sektor pertanian adalah rendah. Terdapat 38 KK atau 82,61 % pendapatan yang dihasilkan terolong pada kategori rendah, dan 6 KK atau 13,04 % pendapatan
7 65 pada kategori sedang dan 4,35 % atau 2 orang yang pendapatannya tergolong tinggi. Pendapatan tersebut didapat setiap kali panen dan biasanya dalam 1 tahun mereka harus menunggu 4 bulan untuk mendapatkan hasil dari yang mereka tanam karena dalan setahun mereka panen tiga kali. Hal ini menjelaskan bahwa lahan yang mereka miliki tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga mereka memilih melakukan pekerjaan lain di luar sektor pertanian untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Pekerjaan di luar sektor lebih menjanjikan dibandingkan bekerja pada sektor pertanian. Dapat dilihat pada Tabel 19 tentang sebaran tingkat pendapatan yang berasal dari luar sektor pertanian. Tabel 19 Sebaran Tingkat Pendapatan Responden di Luar Sektor Pertanian Tahun 2011 Kategori Interval Pendapatan (x Rp.1000) Jumlah Persentase (%) Rendah ,13 Sedang 1000 < x ,70 Tinggi > ,17 Total ,00 Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa hampir semua responden melakukan strategi nafkah ganda. Pendapatan yang dihasilkan per bulan dirasa cukup untuk menutupi kekurangan dari hasil pertanian yang didapat. Pendapatan pada kategori rendah dengan jumlah 41 KK atau 89,13 % lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan pada kategori sedang dengan jumlah 4 KK atau 8,70 % dan pendapatan pada kategori tinggi dengan jumlah 1 KK atau 2,17 %. Data menunjukan walaupun pendapatan yang dihasilkan tidak banyak tetapi dirasa cukup untuk menutupi kekurangan yang dirasakan oleh warga Kampung Cijengkol. 7.5 Ikhtisar Tingkat penguasaan lahan yang akan diukur dengan variabel kondisi sosial ekonomi yaitu luas lahan. Luas lahan akan diukur dengan variabel tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kepemilikan asset dan modal. Tingkat penguasaan lahan yang dilihat dari luas lahan seseorang mempengaruhi tingkat pendapatannya. Kampung Cijengkol merupakan kampung yang tingkat
8 66 penguasaan lahannya beragam. Luas lahan yang dikuasai warga kampung adalah berstatus milik sendiri (warisan), menyewa, gadai, dan bagi hasil. Luas lahan yang warga kuasai akan mempengaruhi tingkat pendapatannya yang dihasilkan dari lahan tersebut (yang digarap). Berdasarkan hasil SPSS rank spearman menyatakan bahwa Korelasi antara Luas Lahan dengan tingkat pendapatan sebesar 0,927 sangat kuat dan searah dengan nilai p(0,014)<alpha 10 persen artinya korelasi signifikan. Artinya Luas lahan memiliki hubungan positif dengan tingkat pendapatan atau semakin tinggi luas lahan maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan seseorang. Luas lahan jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan di Kampung Cijengkol adalah tidak memiliki hubungan mempengaruhi. Berdasarkan hasil SPSS menggunakan rank spearman menyatakan bahwa korelasi antara Luas Lahan dengan Tingkat Pendidikan sebesar 0,816 sangat kuat dan terbalik dengan nilai p(0,035)<alpha 10 persen artinya korelasi signifikan. Artinya Luas Lahan dengan Tingkat Pendidikan memiliki hubungan negatif atau luas lahan tidak mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang karena tidak adanya kesadaran akan pentingnya pendidikan sehingga banyak dari warga kampung hanya lulusan SD dan tidak tamat SD. Luas lahan yang dikaitkan dengan kepemilikan asset dan modal juga tidak ada hubungan mempengaruhi. Berdasarkan hasil SPSS menggunakan rank spearman menyatakan bahwa Korelasi antara Luas Lahan dengan Kepemilikan Aset dan modal sebesar 0,234 lemah dan searah dengan nilai p(0,117)>alpha 10 persen artinya korelasi tidak signifikan. Artinya tidak ada hubungan antara luas lahan dengan kepemilikan asset dan modal seseorang. Pendapatan yang diterima warga dari hasil kegiatan usahatani tidaklah mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga warga mencari tambahan pendapatan dari kegiatan lainnya. Sebagian besar dari responden melakukan strategi nafkah ganda untuk memenuhi kebutuhan yang tidak mencukupi dari hasil pertanian. Mereka melakukan kegiatan lain yang dapat dijadikan tambahan pendapatan di luar pertanian karena lahan yang mereka miliki tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan, dan lahannya pun kebanyakan diperoleh dari sistem bagi waris. Sistem ini mengakibatkan akses warga terhadap lahan pertanian
9 67 menjadi kecil kecuali warga memiliki modal yang kuat untuk dapat membeli atau menyewa lahan dan memperluas penguasaan lahan agar mereka dapat mengakses lahan tersebut dan mengelola, memanfaatkan dan menikmati hasil dari lahan yang digarapnya.
BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN
51 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 6.1 Keragaman Penguasaan Lahan Penguasaan lahan menunjukkan istilah yang perlu diberi batasan yaitu penguasaan dan tanah.
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani
Lebih terperinciBAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan
51 BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Harga pasaran yang
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN
BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa
Lebih terperinciLAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT
LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi
Lebih terperinciSIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN
55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung
Lebih terperinciBAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB
BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya
Lebih terperinciVI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH
59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi
Lebih terperinciBAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)
58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani
Lebih terperinciBAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL
38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan
Lebih terperinciBAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN
39 BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 5.1 Penguasaan Lahan Pertanian Lahan pertanian memiliki manfaat yang cukup besar dilihat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI
46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi
Lebih terperinciPada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN
BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Dari uraian dan berbagai temuan serta hasil pengkajian dari temuan lapang di Indramayu dan Pontianak tersebut, secara sederhana dapat disajikan beberapa simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK
PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK (Kasus: Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) Oleh: MENDEZ FARDIAZ A14202050
Lebih terperinciBAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS
86 BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan perilaku konsumsi dengan sikap terhadap singkong, jagung, dan ubi.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan.
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan
Lebih terperinciX. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH
X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH Pada uraian sebelumnya telah dibahas tentang hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Dalam kenyataannya
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR
BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,
Lebih terperinciBAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai
163 BAB IX KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan Status laki-laki dan perempuan dalam keluarga berkaitan dengan bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai mengenai status anak laki-laki
Lebih terperinciRINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.
RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi
Lebih terperinciBAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA
BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 5.1 Pengorganisasian Kegiatan Produksi Kelembagaan Kelompok Tani Peran produksi kelembagaan Kelompok Tani yang dikaji dalam penelitian ini ialah
Lebih terperinciBAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI
BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI 7.1 Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Keragaan adalah penampilan dari kelompok tani yang termasuk suatu lembaga,
Lebih terperinciRELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA
RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT
STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT Oleh: Mewa Arifin dan Yuni Marisa') Abstrak Membicarakan masalah kemiskinan, baik langsung maupun tidak langsung, berarti membicarakan distribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISTILAH... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah...
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah
BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan
Lebih terperinciBAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir
Lebih terperinciVII. KERAGAAN DAN POLA DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN
VII. KERAGAAN DAN POLA DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN Pola penguasaan lahan pertanian menggambarkan keadaan pemilikan dan pengusahaan faktor produksi utama dalam produksi pertanian. Keadaan pemilikan lahan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi
Lebih terperinciBAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU
BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
95 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Pola konsumsi rumah tangga di Lampung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian
46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian
Lebih terperinciIX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI
IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI Indikator yang relevan untuk melihat hubungan antara luas lahan dengan pendapatan adalah indikator luas pengusahaan lahan. Hal
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciDISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN TANAH DI SUMATERA BARAT *
DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN TANAH DI SUMATERA BARAT * Oleh : Aladin Nasution DISTRIBUSI PEMILIKAN TANAH PERTANIAN Pemilikan tanah mempunyai arti penting bagi masyarakat pedesaan karena merupakan
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT
41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penguasaan dan Pengusahaan Lahan Pola Penguasaan Tanah dan Reforma Agraria
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penguasaan dan Pengusahaan Lahan Menurut Wiradi (2008) dalam tulisannya tentang Pola Penguasaan Tanah dan Reforma Agraria, istilah land tenure dan land tenancy sebenarnya merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan
Lebih terperincidiketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga
KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan
Lebih terperinciBAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA
BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA 6.1 Konflik Peran Konflik peran ganda merupakan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Konflik
Lebih terperinciKINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *
KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52
Lebih terperinciBAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA
BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 6.1 Pengembangan Kegiatan Usahatani Anggota Pengembangan usatani dapat terlihat melalui penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan, peningkatan produktivitas
Lebih terperinciVIII. ANALISA PENDAPATAN USAHATANI PADI
VIII. ANALISA PENDAPATAN USAHATANI PADI 8.1. Rata Rata Produksi Padi Petani (return to land) Berdasarkan Gambar 8, diperoleh informasi bahwa rata-rata total produksi padi di lokasi penelitian adalah sebesar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, lebih rinci ditunjukkan pada bagian-bagian berikut ini.
1 BAB I PENDAHULUAN Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu
Lebih terperinciTINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)
Lebih terperinciCIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH
CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH Oleh: Achmad Djauhari dan Supena Friyatno*) Abstrak Kelompok rumah tangga adalah sasaran utama dalam program peningkatan dan perbaikan tingkat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM ARAH PERUBAHAN PENGUASAAN LAHAN DAN TENAGA KERJA PERTANIAN Oleh : Sri H. Susilowati
Lebih terperinciBAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian
28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vi vii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 10
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani
TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari
Lebih terperinciBAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal
BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan
Lebih terperinciKUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN
101 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN (Kasus Pemuda Di Desa Cipendawa dan Sukatani, Kecamatan
Lebih terperinciV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga
Lebih terperinciBAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI
BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan formal, Pendidikan nonformal, Luas usahatani, Pengalaman usahatani, Lama bermitra, Status
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27
Lebih terperinciVIII. RINGKASAN DAN SINTESIS
VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan
Lebih terperinciSTRATA PENGUASAAN LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN ALOKASI WAKTU KERJA DI LUAR USAHATANI
STRATA PENGUASAAN LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN ALOKASI WAKTU KERJA DI LUAR USAHATANI (Kasus : Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar) Oleh, Dedi
Lebih terperinciBAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA
59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima
Lebih terperinciVIII ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN
VIII ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN Analisis hubungan efisiensi dan pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini adalah perbandingan antara nilai efisiensi teknis dengan rasio dari R/C.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim
Lebih terperinciKontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)
Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT
Lebih terperinciTINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL
TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL Saleh Afianto Nugroho/ 20130220124 Ir. Siti Yusi Rosimah, MS/ Dr.Ir.Indardi,
Lebih terperinciPOLA PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN DI JAWA TIMUR*
POLA PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN DI JAWA TIMUR* Oleh: Hermanto POLA PEMILIKAN LAHAN Pola pemilikan lahan menggambarkan keadaan pemilikan faktor produksi utama dalam produksi pertanian. Keadaan pemilikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
Lebih terperinciPENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI
29 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan tingkat kemiskinan pada rumah tangga
Lebih terperinciBAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN
BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara
Lebih terperinciGambar 3 Penetapan Responden menggunakan snowball sampling technique.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa-desa yang berbatasan langsung dengan Koridor Halimun Salak yang termasuk Kabupaten Sukabumi, yaitu Kampung Sukagalih
Lebih terperinci