BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang"

Transkripsi

1 89 BAB 6 PEMBAHASAN Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar warga belajar di PKBM Taman Belajar Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Berdasarkan hasil uji F dengan menggunakan analisis regresi berganda, nlai R Square menunjukkan angka 0,006 atau 0,6%. Hal ini berarti bahwa kontribusi/pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen hanya sebesar 0,6%, sementara yang 99,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, maka dalam penelitian H 0 yang berbunyi: bahwa peran pendampingan tutor tidak mempunyai pengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar warga belajar di PKBM Taman Belajar diterima, sedangkan H1 yang berbunyi: bahwa peran pendampingan tutor mempunyai pengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar warga belajar di PKBM Taman Belajar ditolak. 6.1 Pengaruh Secara Bersama sama Pendampingan Terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia tidak hanya dapat ditempuh melalui jenjang pendidikan formal bagi generasi usia sekolah,

2 90 namun juga dapat dilaksanakan melalui jalur non formal pada generasi usia non sekolah. Usaha yang ditempuh dalam rangka mencapai hal tersebut salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Mengingat sampai saat ini Indonesia masih termasuk negara yang mempunyai angka buta huruf cukup besar, upaya PKBM merupakan langkah untuk mengurangi angka buta huruf menuju melek huruf. Pelaksanaan PKBM bukan tanpa kendala karena sebagian peserta didik adalah orang dewasa yang mempunyai banyak kesibukan dan mempunyai orientasi ke depan yang sudah relatif tertata. Hal ini tentu mengurangi motivasi mereka dalam belajar. Bagi mereka, menghabiskan waktu lebih banyak untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya menjadi lebih penting dibanding dengan meningkatkan pengetahuan atau khususnya kemampuan membacanya. Berdasarkan kondisi warga belajar ini maka perlu suatu upaya yang strategis dari sisi efektifitas dan esisiensi. Mengingat hal tersebut upaya pertama yang menjadi bagian penting dalam rangka penyadaran warga belajar adalah pendampingan. Dengan melakukan pendampingan warga belajar dapat merasa lebih dibina, diarahkan dan dikontrol, namun tetap memperhatikan faktor faktor kebersamaan, kesejajaran dan kesetaraan kedudukan. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi belajar adalah pada kategori sering sebanyak 65 orang (65 %). Hal ini menunjukkan bahwa keinginan warga belajar dalam melakukan hal hal

3 91 yang sebaiknya dilakukan seperti belajar kelompok, membuka pelajaran yang sudah diberikan, memperhatikan selama pelajaran berlangsung pada kategori sering. Namun hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh secara bersama-sama pendampingan tutor terhadap motivasi belajar warga belajar. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi F hitung sebesar 0,912 ( p > 0.05). Disamping itu dari hasil nilai R 2 menunjukkan kontribusi pengaruh yang sangat kecil yaitu sebesar 0,006, berarti secara bersama-sama 0,06 % perubahan variabel Y disebabkan oleh perubahan variabel X 1, X 2, dan X 3. Sedangkan sisanya yaitu 99,94 % disebabkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Perubahan variabel tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh adanya motivasi pada diri warga belajar, yaitu keinginan untuk meningkatkan kemampuan pendidikan di jalur pendidikan luar sekolah (PKBM). Tidak adanya pengaruh secara bersama sama ketiga variabel bebas dan kecilnya kontribusi pendampingan tersebut menunjukkan bahwa pendampingan bukan merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan motivasi belajar warga belajar. Jika dinilai berdasarkan data yang ada ketidakbermaknaan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat ini dapat dilihat dari pola hasil uji yang tidak konsisten yaitu jika peran pendampingan sebagai fasilitator, motivator dan katalisator tinggi tidak didukung oleh motivasi belajar yang tinggi, atau sebaliknya jika nilai motivasi

4 92 yang tinggi, peran pendampingan menunjukkan angka yang kadang tinggi dan kadang rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya peran tidak serta merta meningkatkan motivasi belajar warga belajar. Sehingga ada hal hal lain yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar warga belajar disamping 3 hal tersebut. 6.2 Pengaruh Peran sebagai Fasilitator terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar Hasil perhitungan secara deskriptif menunjukkan bahwa kategori peran pendampingan sebagai fasilitator lebih banyak pada kategori sering yaitu sebanyak 43 orang (43 %), kemudian kadang kadang sebanyak 34 orang (34 %) dan sisanya adalah selalu sebanyak 23 orang (23 %). Sedangkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji Regresi Linier Berganda menunjukkan nilai t variabel peran tutor sebagai fasilitator (X 1 ) sebesar -0,475 dengan tingkat signifikansi ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel peran tutor sebagai fasilitator (X 1 ) terhadap motivasi warga belajar. Secara definisi peran fasilitator didefinisikan sebagai peran pendampingan yang mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.

5 93 Dalam proses pembelajaran ini tutor hanya memberikan peran memfasilitasi agar motivasi belajar warga belajar dapat tumbuh. Tidak adanya pengaruh peran tutor sebagai fasilitator tersebut kemungkinan pertama disebabkan tutor masih belum sepenuhnya tepat dalam memberikan treatment motivasi kepada warga belajar, sehingga warga belajar yang mempunyai motivasi rendah belum sepenuhnya dapat termotivasi sedangkan warga belajar yang mempunyai motivasi tinggi tidak diperhatikan. Kemungkinan kedua peran fasilitasi yang diberikan belum sepenuhnya baik dan diterima baik oleh responden. Hal ini disebabkan program pembelajaran yang diselenggarakan PKBM ini masih bersifat normatif, sehingga kegiatan pembelajaran tersebut dilaksanakan hanya berdasarkan pada proses pengajaran sesuai dengan jadwal yang ada. 6.3 Pengaruh Peran sebagai Motivator terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar Hasil perhitungan secara deskriptif menunjukkan bahwa kategori peran pendampingan sebagai motivator lebih banyak pada kategori kadang kadang yaitu sebanyak 39 orang (39 %), kemudian sering sebanyak 37 orang (37 %) dan sisanya adalah selalu sebanyak 24 orang (24 %). Sedangkan hasil perhitungan statistik variabel peran tutor sebagai motivator (X 2 ) sebesar 0,145 dengan tingkat signifikansi ( p > 0.05). Hal

6 94 ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel peran tutor sebagai motivator (X 3 ) terhadap motivasi warga belajar. Secara definisi, peran motivator diartikan sebagai peran pendampingan untuk menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah serta dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan. Tutor melakukan hal ini dalam kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan kemauan belajr warga belajar. Peran motivator akan dapat berhasil secara maksimal jika pendamping memahami kelompok yang didampingi, karena itu pendamping dapat hadir ditengah mereka, hidup bersama mereka, belajar dari apa yang mereka miliki dan mengajarkan apa yang tidak mereka ketahui. Pada proses pendampingan tutor sebagai motivator ini lebih bersifat memyampaikan saran-saran kepada warga belajar. Kondisi warga belajar yang sebagian besar melaksanakan aktivitas kerja pada siang hari, juga mempengaruhi motivasi belajar pada malam hari. Ketika kondisi badan yang payah karena terlalu capek bekerja, secara langsung akan mempengaruhi warga belajar untuk belajar. Sebaik apapun penjelasan materi pembelajaran yang disampaikan oleh tutor, bagi warga belajar yang merasa capek dan konsentrasinya terhadap proses pembelajaran kurang, maka makna makna dari materi tersebuit tidak bisa dipahami oleh warga belajar secara optimal dan proses pembelajaran hanya bersifat satu arah.

7 Pengaruh Peran Katalisator terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar. Hasil perhitungan secara deskriptif menunjukkan bahwa kategori peran pendampingan sebagai katalisator lebih banyak pada kategori kadangkadang yaitu sebanyak 39 orang (39 %), kemudian yang paling sedikit adalah kategori tidak pernah sebanyak 6 orang (6 %). Hasil uji statistic, nilai variabel peran tutor sebagai katalisator (X 3 ) sebesar 0,487 dengan tingkat signifikansi ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel peran tutor sebagai katalisator (X 3 ) terhadap motivasi warga belajar. Peran katalisator adalah pendampingan agar dapat dilakukan aktifitas antara kelompok pendamping dengan lembaga di luar kelompok maupun lembaga teknis lainnya, baik lembaga teknis pelayanan permodalan maupun lembaga ketrampilan dalam rangka pengembangan jaringan. Selama ini upaya peran katalisator yang lebih banyak dikembangkan adalah untuk melakukan evaluasi kegiatan proses belajar mengajar, mengevaluasi sarana dan tempat belajar dan mengevaluasi hasil belajar. Dengan demikian peran katalisator lebih banyak ditekankan pada hal-hal yang terkait faktor internal, dan belum menyentuh pada tingkat eksternal. Peran-peran tersebut lebih banyak pada upaya pengembangan jaringan untuk evaluasi proses belajar mengajar, penyediaan sarana dan tempat belajar dan evaluasi hasil belajar.

8 Motivasi Belajar Warga Belajar di PKBM Pengembangan hasil belajar, dengan memberikan akses bagi lembaga kerja untuk memanfaatkan output dari proses pembelajaran di PKBM selama ini belum dilaksanakan. Warga belajar dengan inisiatif sendiri mengembangkan dan menindaklanjuti hasil belajar yang telah diperoleh. Motivasi utama warga belajar mengikuti kegiatan pembelajaran di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Taman Belajar adalah untuk memperoleh Ijazah sebagai perasyarat untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak. Keinginan diri yang cukup dan adanya prasyarat ijazah darii lembaga kerja menjadi faktor pendukung utama adanya motivasi belajar bagi warga belajar secara umum. Meningkatnya motivasi belajar para warga belajar untuk mengikuti proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh PKBM Taman Belajar Kecamatan Kenjeran lebih banyak dipengaruhi oleh faktor di luar kondisi yang ada dalam komponen proses pembelajaran di PKBM. Motivasi belajar bagi warga belajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Warga belajar yang mengikuti proses belajar mengajat di PKBM dan lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah pada umumnya, mempunyai motivasi belajar yang di latarbelakangi oleh adanya keterbatasanketerbatasan yang melekat pada dirinya. Keterbatasan ekonomi menyebabkan mereka tidak mampu mengikuti/mengenyam pendidikan di

9 97 lembaga pendidikan formal. Selain itu, pada umumnya mereka juga melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi di sektor informal (buruh pabrik, pekerja kasar, dan lainnya). Proses belajar mengajar di PKBM yang diselenggarakan pada malam hari lebih didasarkan pada pemberian kesempatan kepada warga belajar untuk dapat mengikutinya. Diharapkan motivasi belajar warga belajar tetap meningkat dengan adanya kesempatan belajar pada malam hari. Berdasarkan pada teori motivasi belajar, maka motivasi belajar warga belajar untuk mengikuti proses pembelajaran di PKBM dapat dikelompokkan ke dalam hal-hal sebagai berikut: a. Keinginan untuk memperoleh legalitas formal (ijazah) pendidikan Keinginan belajar warga belajar di PKBM hal ini lebih didasarkan pada orientasi untuk memperoleh ijazah sebagai bentuk pengakuan formal atas proses belajar yang diikutinya di PKBM. Warga belajar Kejar Paket A mengharapkan dapat memperoleh ijazah lulus Kejar Paket A sehingga dapat melanjutkan ke jenjang Kejar Paket B. Warga belajar Kejar Paket B mengharapkan dapat memperoleh ijazah lulus Kejar Paket c sehingga dapat melanjutkan ke jenjang Kejar Paket C. Juga warga belajar Kejar Paket C mengharapkan dapat memperoleh ijazah lulus Kejar Paket C sehingga dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Implikasi dari diperolehnya ijazah dari kelompok belajar yang diikuti oleh warga belajar di PKBM secara

10 98 ekonomi lebih mengarah pada adanya peningkatan penghasilan. Bagi warga belajar yang bekerja di perusahaan/pabrik yang hanya memiliki ijazah sekolah dasar dituntut untuk memiliki ijazah yang lebih tinggi (SLTP/SMU) jika ingin memperoleh peningkatan pendapatan, dan begitu juga seterusnya. Ketika ada tuntutan semacam itu, sementara kesempatan untuk meningkatkan pendidikan hanya tersedia pada saat jeda kerja (malam/sore hari), maka upaya itu dapat dilakukan dengan mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di PKBM (Kejar Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C). Seiring dengan upaya pemerintah dengan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, maka hal ini menjadi dasar dan dorongan warga belajar yang hanya mempunyai bekal pendidikan lulusan dari sekolah dasar untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengikuti pendidikan di Kejar Paket B dan Kejar Paket C (BPKB Jatim, 2000: 37). b. Keadaan pasif Warga belajar yang mengikuti program pembelajaran di PKBM sebagian besar adalah sudah bekerja terutama pada sektor-sektor informal. Sebagian besar waktunya pada siang hari dipergunakan untuk aktivitasaktivitas ekonomi, sehingga di malam hari menyebabkan kondisinya cukup payah dan mengurangi konsentrasi untuk belajar. Warga belajar dalam mengikuti proses pembelajaran di PKBM tidak diberikan peraturan apapun yang sifatnya mengikat. Peraturan dan tata

11 99 tertib yang terjadwal seperti halnya di sekolah formal kadangkala tidak diterapkan dalam proses pembelajaran. Kondisi ini menyebabkan tidak adanya konsekwensi apapun bagi warga belajar dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketika warga belajar yang secara rutin, rajin, dan aktif mengikuti proses pembelajaran hal itu lebih didasarkan oleh keinginan dari dalam dirinya untuk meningkatkan pendidikannya, sementara yang lain juga menganggap hanya sekedar dating untuk memenuhi jadwal belajar yang telah disusun oleh tutor dan pengelola PKBM. c. Keterbelakangan belajar Tidak bisa dipungkiri bahwasanya sebagai besar warga belajar yang menjadi sasaran layanan pendidikan di lembaga pendidikan luar sekolah adalah warga masyarakat yang miskin dan terpinggirkan oleh sistem yang ada. Kemiskinan menyebabkan masyarakat tidak bisa mengikuti proses pembelajaran di sekolah formal yang menerapkan biaya pendidikan yang mahal. Hal ini juga berimplikasi pada rendahnya motivasi dalam proses pembelajaran. Kekurangan motivasi dan keterbelakangan belajar terjadi karena konsentrasi mereka lebih kepada aktivitas-aktivitas ekonomi untuk memperoleh penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan fisik hidupnya. d. Sikap mengalah Warga belajar yang mengikuti proses pembelajaran di PKBM menganggap bahwa proses pembelajaran yang dikuti sebagai bentuk

12 100 rutinitas belajar. Kesadaran untuk belajar dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperoleh ijazah agar dapat memperoleh kesempatan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Tuntutan dari tempat kerja untuk meningkatkan pendidikan sebagai bagian dari upaya meningkatkan penghasilan juga bagian dari kesadaran untuk belajar. Penyelenggaraan proses pembelajaran di PKBM maupun lembaga pendidikan luar sekolah yang lain, pada umumnya memberikan kemudahan dan kelonggaran bagi warga belajarnya. Kemudahan dan kelonggaran dalam waktu belajar yang lebih pendek dari pada waktu belajar di sekolah formal memungkinkan warga belajar dapat belajar setelah bekerja. Biaya pendidikan yang relatif murah, bahkan juga ada yang gratis sehingga semua lapisan masyarakat dapat menjangkaunya. Kondisi ini merupakan salah faktor utama bagi warga belajar untuk mengikuti proses pembelajaran di PKBM, sementara untuk belajar di sekolah formal (SD, SLTP, SMU) dengan biaya yang mahal dan jadwal belajar yang relatif padat tidak memungkinkan bagi mereka. Dengan kata lain, motivasi belajar warga belajar di PKBM dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk menjangkau dan memperoleh layanan pendidikan di sekolah formal, baik disebabkan oleh keterbatasan waktu karena mereka harus bekerja, juga karena keterbatasan ekonomi sehingga tidak mempu membayar biaya pendidikan di sekolah formal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya peran-peran pendampingan yang dilakukan oleh tutor (motivator, fasilitator, dan

13 101 katalisator) pada penyelenggaran proses pembelajaran di PKBM Taman Belajar Kecamatan Kenjeran merupakan aktifitas normative yang biasanya dilaksanakan oleh penyelenggara lembaga-lembaga pendidikan. Peran-peran tersebut menjadi stimulan bagi faktor yang lain yang akan dipengaruhi dalam merespon stimulan tersebut. Warga belajar yang merespon stimulan dari peran-peran pendampingan tutor dalam proses pembelajaran di PKBM biasa saja. Kondisi internal pada warga belajar menjadi pendorong bagi mereka untuk belajar. Intinya proses pembelajaran yang dilakukan warga belajar tersebut sebagai bagian dari keinginan mereka untuk meningkatkan kemampuan pendidikan yang akhirnya berorientasi pada dampak peningkatan kualitas kehidupan perekonomiannya. Hal ini berarti bahwa keikutsertaan warga belajar dalam proses pembelajaran di PKBM Taman Belajar lebih didasarkan pada keinginan diri untuk meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan. Harapannya dengan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, mereka akan dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Kondisi ini merupakan bagian tuntutan dari dunia kerja/industri yang mensyaratkan adanya ijazah yang lebih tinggi dari pekerjanya/karyawan jika pekerja/karyawan ingin memperoleh gaji dan posisi pada pekerjaan yang lebih tinggi. Dengan adanya tuntutan itu, maka warga belajar juga dituntut untuk dapat memenuhi pendidikannya sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada.

14 102 Adanya penyelenggaraan pendidikan yang mudah dan murah di PKBM Taman Belajar merupakan salah satu faktor pemicu bagi warga belajar untuk mengikuti pendidikan. Meskipun mereka harus menyediakan waktu untuk belajar setelah melakukan aktivitas/kerja, hal itu mereka anggap sebagai bagian dari konsekwensi dan upaya untuk dapat memperoleh pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan non formal di PKBM Taman Belajar sebagai bagian dari program pemberdayaan di bidang pendidikan menjadi komponen yang potensial untuk memberikan layanan pendidikan bagi warga masyarakat, sehingga bagi warga masyarakat yang mengalami keterbatasan ekonomi dan kesempatan dapat menikmati layanan pendidikan di PKBM Taman Belajar.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, juga guna meningkatkan mutu dan relevansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, maka banyak terjadi perubahan diberbagi aspek kehidupan. Demikian pula dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan isi Undang-Undang dasar tahun 1945 pasal 31 ayat yang pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UUD tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh. merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh. merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia sekarang ini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan terutama untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah. Mahalnya biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga pendidikan formal, dan lembaga pendidikan non formal yang berlangsung dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, dan dilaksanakan secara nasional sejak tahun 1994, dari periode ini dapat dilihat proses

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategi dalam pembangunan Nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam segala aspek kehidupan baik yang bersifat material

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MOTIVASI REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C DI DESA KWAYANGAN KEDUNGWUNI PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS MOTIVASI REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C DI DESA KWAYANGAN KEDUNGWUNI PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MOTIVASI REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C DI DESA KWAYANGAN KEDUNGWUNI PEKALONGAN A. Analisis Motivasi Remaja Putus Sekolah dalam Menempuh Pendidikan Kesetaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih di bawah standarisasi yang di tentukan pemerintah. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Hal ini meliputi proses dalam mengenal jati dirinya, eksistensinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.

Lebih terperinci

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo Olin Raden Ibrahim Yakob Napu, Ummyssalam Duludu JURUSAN PLS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Abstrak Permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dirumuskan bahwa fakir miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dirumuskan bahwa fakir miskin dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dirumuskan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipeilihara oleh Negara, jadi disini Negara ikut menunjang mereka yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang berkaitan dengan efektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya Pendidikan Luar Sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak hal yang harus disiapkan dan dibekali pada diri kita sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menjalani

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO DESCRIPTIVE QUANTITATIVE STUDY ON THE MOTIVATION LEARNING CITIZENS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Motivasi Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka dari itu para siswa harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di PKBM Permata Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Peneliti bertindak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di PKBM Permata Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Peneliti bertindak BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian a. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian dalam memacu kreativitas tutor dalam pembelajaran paket B di PKBM Permata Kecamatan Paguat

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Informasi Akuntansi dan Ketepatan Waktu Pembayaran Piutang terhadap

BAB 5 PENUTUP. Informasi Akuntansi dan Ketepatan Waktu Pembayaran Piutang terhadap BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi dan Ketepatan Waktu Pembayaran Piutang terhadap Pengendalian Internal Penjualan pada

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini non formal dipandang memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia ke depan. Namun kesiapan tenaga pendidik di lembaga PAUD

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pertama, gambaran karakteristik kemiskinan pada daerah perkotaan di

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pertama, gambaran karakteristik kemiskinan pada daerah perkotaan di BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : Pertama, gambaran karakteristik kemiskinan pada daerah perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Program Kejar Paket B memiliki sasaran untuk memberikan pendidikan bagi siswa lulus SD dan sederajat yang tidak melanjutkan ke SLTP, serta siswa putus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Deklarasi Dakar berkenaan dengan pendidikan untuk semua (Education for All), semakin menguatkan dan memacu negara-negara berkembang untuk berbuat dan berusaha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang terdapat dari penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahapan evaluasi penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan Paket C di PKBM

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN Untuk mengukur kinerja Kabupaten Barru, disusun indikator kinerja sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang meliputi: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, berperikemanusian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih dibawah standarisasi yang ditentukan pemerintah. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 57 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Nama dan Motto Lembaga Lembaga ini bernama Griya Baca dengan motto Berbagi Asa dan Karya, artinya setiap anak bangsa mempunyai hak dan kesempatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI 341 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI Berdasarkan permasalahan kajian penelitian ini, maka ditarik beberapa kesimpulan bagi penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah, khususnya program pendidikan

Lebih terperinci

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan. Sebab, melalui pendidikan akan diperoleh perubahan sikap masyarakat. Pendidikan tidak hanya di bidang

Lebih terperinci

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 1. BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT PEMBERANTASAN TRIBUTA DAN PENGANGKATAN MURID PUTUS SEKOLAH KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan menjawab rumusan masalah, tujuan penelitian serta mengacu pada proses dan hasil analisis data dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia meningkat seiring dengan perubahan dan perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan hidup yang semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat dewasa ini sedang hangat menjadi pembicaraan dan menjadi trend baru bahkan menjadi kebutuhan yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, telah menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks pula, khususnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI Disampaikan pada Kegiatan Workshop Saka Widya Budaya Bakti Di Pekanbaru Riau tgl 9 April 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan pembangunan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor pembangunan yang cukup penting dalam menciptakan sumber daya manusia. Sementara sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang

Lebih terperinci

ISSN : Volume 1 Nomor 2, Mei 2018

ISSN : Volume 1 Nomor 2, Mei 2018 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PASCA PENDIDIKAN KEAKSRAAN FUNGSIONAL (KF) MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) BINA MANDIRI KELURAHAN CIPAGERAN CIMAHI UTARA Kosiah

Lebih terperinci

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu tujuan dari UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B UPTD SKB BINA MANDIRI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B UPTD SKB BINA MANDIRI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B UPTD SKB BINA MANDIRI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Diajukan kepada : Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan. Pendidikan juga merupakan proses perubahan pola pikir,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan. Pendidikan juga merupakan proses perubahan pola pikir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang, termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan pedagang kaki lima / PKL di kota-kota besar merupakan suatu fenomena kegiatan perekonomian rakyat kecil yang akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan dengan dibekali potensi yang luar biasa oleh Sang Pencipta, baik aspek-aspek yang berkaitan dengan jasmaniah maupun rohaniah. Kenyataannya

Lebih terperinci

STUDI TENTANG MINAT SEKOLAH DI TIGA DESA KABUPATEN KARANGANYAR TESIS

STUDI TENTANG MINAT SEKOLAH DI TIGA DESA KABUPATEN KARANGANYAR TESIS STUDI TENTANG MINAT SEKOLAH DI TIGA DESA KABUPATEN KARANGANYAR TESIS Oleh : SUWARNA NIM : Q. 100050077 Program Studi Konsentrasi : Magister Manajemen Pendidikan : Manajemen Sistem Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERANAN PENERAPAN METODE IQRO TERHADAP HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DASAR MERPATI. Irliana Faiqotul Himmah 13

PERANAN PENERAPAN METODE IQRO TERHADAP HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DASAR MERPATI. Irliana Faiqotul Himmah 13 PERANAN PENERAPAN METODE IQRO TERHADAP HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DASAR MERPATI Irliana Faiqotul Himmah 13 Abstrak. Penelitian ini didasarkan atas fenomena bagaimana peranan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan nonformal seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (5) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

GAMBARAN STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PAKET B DI PKBM TANJUNG SARI

GAMBARAN STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PAKET B DI PKBM TANJUNG SARI GAMBARAN STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PAKET B DI PKBM TANJUNG SARI SPEKTRUM PLS Jurnal Pendidikan Luar Sekolah http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin

X. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil kajian mengenai analisis identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan berbasis

Lebih terperinci

BAB II. terhadap perusahaan berdasarkan kesepakatan, perjanjian kerja dan peraturan.

BAB II. terhadap perusahaan berdasarkan kesepakatan, perjanjian kerja dan peraturan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Upah Upah dapat diartikan sebagai hak yang diterima oleh pekerja berupa imbalan dalam bentuk uang atas pekerjaan yang telah dilakukan seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang lahir dari kesadaran tentang betapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori. Konsep Buruh Buruh menurut Undang-Undang (No 3 tahun 2003 Bab Pasal ) adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tata cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian...

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN...... LEMBAR PERYATAAN.... MOTTO.... ABSTRAK.... KATA PENGANTAR.... DAFTAR RIWAYAT HIDUP..... UCAPAN TERIMA KASIH....... DAFTAR ISI.... DAFTAR TABEL.... DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pemberdayaan Sumber Daya Petani Kopi di Desa. Sekincau Kabupaten Lampung Barat

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pemberdayaan Sumber Daya Petani Kopi di Desa. Sekincau Kabupaten Lampung Barat BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pemberdayaan Sumber Daya Petani Kopi di Desa Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tidak bisa dipungkiri bahwa petani di Indonesia memiliki kualitas sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok

Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok Nama Inovasi Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok Produk Inovasi Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) 2.1.1 Sejarah dan Pengertian PKBM Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang merupakan tindak lanjut dari gagasan Community Learning

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Disampaikan pada Temu Koordinasi Penyelenggara Program Pendidikan Masyarakat Bandung, 30 April 2015 oleh: Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang selalu menjadi isu sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Meskipun kemiskinan pernah mengalami

Lebih terperinci

Tabel 3.28 Pencapaian Misi IV dan Indikator. tercapai. tidak tercapai

Tabel 3.28 Pencapaian Misi IV dan Indikator. tercapai. tidak tercapai Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal memiliki sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan semakin meningkat secara pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa kebanyakan, kota bagaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi generasi penerus keluarga yang bisa dibanggakan kelak. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi generasi penerus keluarga yang bisa dibanggakan kelak. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang dan juga harapan orang tua yang nantinya bisa menjadi generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shinta Yunita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shinta Yunita, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan yakni pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia dari berbagai aspek kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sekarang ini tidak lagi seperti dahulu yang. bertambahnya penduduk disetiap belahan dunia memaksa manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sekarang ini tidak lagi seperti dahulu yang. bertambahnya penduduk disetiap belahan dunia memaksa manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sekarang ini tidak lagi seperti dahulu yang dimanjakan oleh alam. Keadaan bumi yang semakin padat seiring dengan bertambahnya penduduk disetiap

Lebih terperinci

2 semestinya memberikan nilai lebih yang bisa digali untuk kesejahteraan masyarakat pesisir. Namun pada kenyataannya kekayaan sumber daya alam tersebu

2 semestinya memberikan nilai lebih yang bisa digali untuk kesejahteraan masyarakat pesisir. Namun pada kenyataannya kekayaan sumber daya alam tersebu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur berada pada posisi 112 50 113 30 Bujur Timur (BT) dan 7 40 8 10 Lintang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. 1. Untuk model kesehatan, kinerja perekonomian daerah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Arti pembangunan masyarakat yang sebenarnya adalah pembangunan masyarakat dari bawah (bottom up), di mana masyarakat sebagai subyek pembangunan memiliki hak untuk berperan serta

Lebih terperinci

Lampiran 1: Kepada Yth. Warga Belajar di PKBM Taman Belajar Jl. Kedung Cowek No. 220 Surabaya

Lampiran 1: Kepada Yth. Warga Belajar di PKBM Taman Belajar Jl. Kedung Cowek No. 220 Surabaya 1 Lampiran 1: Kepada Yth. Warga Belajar di PKBM Taman Belajar Jl. Kedung Cowek No. 220 Surabaya Dengan hormat. Dalam rangka untuk menyusun Tesis pada Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya,

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perempuan Bali untuk Bekerja di Sektor Publik (Studi Kasus di Desa Adat Kerobokan Kuta Utara Kabupaten Badung). Nama : Ni Putu Devi Ekayanti Ningsih

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan data dan hasil analisis maka penelitian ini menyimpulkan bahwa dari variabel-variabel bebas yang digunakan, yaitu anggaran pendidikan, kesehatan, perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis

Lebih terperinci