BAB VIII HUBUNGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DENGAN PERILAKU MEREKA
|
|
- Johan Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VIII HUBUNGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DENGAN PERILAKU MEREKA Rumah singgah merupakan suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Tujuan khusus rumah singgah yaitu (1) membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, (2) mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau di panti dan lembaga pengganti lainya jika diperlukan dan (3) memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak (Munajat, 2001). Tujuan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi yaitu (1) mengembangkan sikap mental positif, (2) membangun akhlak al-karimah, (3) menggali serta memberdayakan potensi yang dimiliki warga belajar dan (4) Memberikan gambaran akan kepastian masa depan dengan berbekal berbagai keterampilan kerja dan pengembangan usaha mandiri, serta penempatan kerja. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelaksanaan rumah singgah difokuskan pada dua hal, memberdayakan anak jalanan dan mengubah perilaku mereka agar sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh RSBAP melalui dua aras pembedayaan, yaitu aras mikro dan mezzo. Pada aras mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap anak jalanan secara individu melalui bimbingan dan konsultasi. Hal ini dilakukan untuk membimbing anak jalanan untuk dapat menyelesaikan setiap tugas-tugas dalam kehidupannya. Pada aras mezzo, pemberdayaan dilakukan kepada anak jalanan secara berkelompok dengan memberikan pendidikan dan pelatihan. Dinamika kelompok dalam proses pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan sikap anak jalanan agar memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Keadaan dan perilaku mereka yang berbeda dari masyarakat umum sering dipandang sebagai deviant (penyimpang). Mereka sering kurang dihargai dan dicap sebagai orang yang kumuh, malas dan pembuat onar, yang disebabkan oleh
2 93 dirinya sendiri. Penilaian negatif ini mendorong anak jalanan untuk berperilaku negatif. Pemberdayaan yang dilakukan RSBAP salah satunya ialah untuk mengubah perilaku anak jalanan yang menyimpang agar sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. 8.1 Hubungan Penilaian Anak Jalanan Terhadap Pelayanan Rumah Singgah dengan Perilaku Anak Jalanan Pelayanan sosial yang diberikan RSBAP kepada anak jalanan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi. Fungsi rumah singgah harus dijalankan sebaik mungkin agar tujuan rumah singgah dapat tercapai. Penilaian mengenai keberfungsian rumah singgah dapat diketahui dengan melihat tingkat kepuasan anak jalanan terhadap pelayanan yang diberikan rumah singgah. Penilaian tersebut diduga akan mempengaruhi perilaku anak jalanan yang dibina oleh RSBAP. Semakin positif penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah diduga semakin baik perilaku mereka. Tabel 17 menggambarkan penilaian anak jalanan terhadap rumah singgah dan perilaku mereka. H 0 H 1 : Tidak terdapat hubungan antara penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah dengan perilaku mereka. : Terdapat hubungan antara penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah dengan perilaku mereka. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Perilaku Penilaian terhadap Pelayanan Rumah Singgah Sangat tidak puas Tidak puas Puas Sangat puas Total n % n % n % n % n % Buruk Kurang baik , ,7 Baik , Sangat Baik , ,3 Total
3 94 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 50 persen anak jalanan yang merasa tidak puas terhadap pelayanan rumah singgah dan berperilaku kurang baik. Anak jalanan yang merasa puas dengan pelayanan rumah singgah dan berperilaku kurang baik sebanyak 16,7 persen. Tidak anak jalanan yang merasa sangat puas dengan pelayanan rumah singgah dan memiliki perilaku kurang baik. Data tersebut menunjukkan semakin negatif penilaian mereka maka perilaku mereka semakin kurang baik. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,031 lebih kecil dari α (0,05) sehingga H 1 diterima dan H 0 ditolak. Penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah mempengaruhi perilaku anak jalanan. Nilai koefisian korelasi sebesar yang berarti hubungan antara dua variabel tersebut rendah tetapi pasti. Artinya, semakin positif penilaian anak jalanan dalam pelayanan rumah singgah maka semakin baik perilaku anak jalanan. Anak jalanan yang memiliki penilaian positif terhadap pelayanan rumah singgah memiliki tingkat interaksi dalam rumah singgah yang tinggi. Hal ini terbukti dalam hasi uji korelasi pada bab sebelumnya. Interaksi yang tinggi di dalam rumah singgah menyebabkan mereka memperoleh manfaat yang banyak bagi kehidupan mereka. Kegiatan yang diselenggarakan RSBAP memberikan perubahan perilaku anak jalanan. Kegiatan tersebut membangkitkan kesadaran dan pengetahuan yang kemudian diharapkan berpengaruh dalam perilaku mereka. Bimbingan agama diberikan pembina untuk membangkitkan kesadaran mereka mengenai keberadaan Allah dalam hidupnya. Pembangkitan kesadaran anak jalanan secara edukatif perlu dilakukan oleh lingkungan sekitarnya sehingga diharapkan dapat menimbulkan perubahan perilaku yang bertahan lama (Sugiharto, 2004). Diajarkan pula mengenai tata cara beribadah dan perilaku sesuai dengan aturan Agama Islam. Kemudian, pembina memberi contoh dan mengajak anak binaan untuk mempraktekkan hal yang telah diajarkan. Hal ini terkait dengan konsep penguatan utama yang dapat membantu dalam upaya mengubah perilaku, yakni penjadwalan (Hersey dan Blanchard yang dikutip Sugiharto, 2004). Pembina melakukan kegiatan keagamaan bersama anak binaan secara rutin agar anak binaan terbiasa untuk beribadah.
4 95 Selain itu, anak jalanan juga memberikan pendidikan formal, informal maupun non-formal. Pengajaran dirancang untuk menjadikan anak jalanan menjadi manusia yang terpelajar. Pengajaran yang dilakukan di dalam rumah singgah dalam suasana kekeluargaan, karena metode pengajaran disesuaikan dengan karakteristik anak jalanan. Hal ini bertujuan agar materi yang diberikan kepada anak jalanan dapat mudah dipahami oleh anak jalanan. Apabila sudah dipahami anak jalanan diharapkan dapat mempengaruhi perilakunya. Memberikan pelayanan yang memuaskan anak jalanan sangatlah penting demi terwujudnya tujuan rumah singgah. Penelitian ini membuktikan bahwa penilaian anak jalanan dalam penelitian ini mempengaruhi perilaku mereka. 8.2 Perubahan Perilaku Anak Jalanan Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan perilaku anak jalanan ketika sebelum dan sesudah mendapatkan pelayanan sosial yang diberikan RSBAP. Ketika anak jalanan belum menjadi anak binaan RSBAP, sebagian dari mereka memiliki perilaku yang kurang baik, yaitu sebanyak 53,3 responden. Sedangkan anak jalanan yang memiliki perilaku yang baik sebanyak 46,7 persen. Setelah anak jalanan dibina oleh RSBAP, terdapat perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Sebanyak 60 persen responden berperilaku baik dan 13,3 persen responden berperilaku sangat baik. Persentase anak jalanan yang berperilaku kurang baik menurun menjadi 26,7 persen. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Anak Jalanan Sebelum dan Setelah Menjadi Anak Binaan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Perilaku Anak Jalanan Sebelum menjadi anak binaan RSBAP Setelah menjadi anak binan RSBAP n % n % Buruk Kurang baik 16 53,3 8 26,7 Baik 14 46, Sangat Baik ,3 Total
5 96 H 0 H 1 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku responden sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP. : Terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku responden sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP. Berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney diperoleh nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,001 lebih kecil dari α (0,05) sehingga H 1 diterima dan H 0 ditolak. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara perilaku anak jalanan sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP. Berbagai pelayanan sosial yang diberikan RSBAP mengarahkan anak jalanan untuk berperilaku lebih baik. Pemenuhan kebutuhan anak jalanan seperti: kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal dan uang saku menyebabkan berkurangnya keberadaan mereka di jalanan. Anak jalanan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalanan dengan tujuan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika rumah singgah mememenuhi berbagai kebutuhan anak jalanan tersebut maka membuat anak jalanan mengurangi intensitas bekerja di jalanan karena bebannya untuk memenuhi kebutuhan telah berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan anak binaan di jalanan telah berkurang. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah singgah. Sekarang saya udah jarang ngamen lagi kak. Kalo di rumah singgah bawaannya males keluar. Makan ada, tiduran enak. Pokoknya jadi males kerja kak (SYN, 18 tahun). Pembinaan mental dan spiritual yang dilakukan pembina kepada anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari ditujukan untuk dapat merubah tingkah laku mereka dalam hal kebiasaan hidup. Maksudnya, mengajarkan anak jalanan untuk dapat hidup teratur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan perilaku anak jalanan dalam hal kebiasaan mandi dan berganti pakaian. Anak jalanan sebelum menjadi anak binaan RSBAP, mereka jarang mandi teratur dua kali sehari. Terdapat anak jalanan yang mandi tiga hari sekali bahkan dua minggu sekali. Setelah mereka mandi biasanya mereka menggunakan baju yang sama. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki pakaian yang cukup.
6 97 Upaya pembina untuk mengurangi mengkonsumsi rokok, minuman keras dan narkoba dilakukan dengan cara memberitahu mengenai akibat dan memberlakukan peraturan untuk melakukan hal tersebut di dalam rumah singgah. Anak binaan yang tertangkap tangan sedang mengkonsumsi minuman keras dan narkoba akan dikenakan sanksi oleh pembina. Anak binaan tidak boleh tinggal dan mengikuti kegiatan di RSBAP. Pemberian sanksi ini pun efektif untuk mengurangi perilaku negatif tersebut. Hal ini terkait dengan konsep penguatan utama yang dapat membantu dalam upaya mengubah perilaku, yakni hukuman (punishment) ((Hersey dan Blanchard yang dikutip Sugiharto, 2004). Dulu saya pernah ketauan lagi minum sama pembina, terus saya dihukum ga boleh tinggal di rumah singgah selama sepuluh hari. Saya kapok kak. (SHR, 16 tahun). Terdapat anak binaan RSBAP yang pada awalnya hidup terpisah dengan keluarga kemudian tinggal kembali bersama keluarganya. Pembinaan tidak hanya diberikan kepada anak binaan, jika memungkinkan pembinaan diberikan pula kepada orang tuanya. Pembinaan yang diberikan kepada orang tua biasanya dilakukan dengan pemberian modal usaha. Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa sebagian besar anak turun ke jalana karena ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhannya. Pembinaan dilakukan agar keluarga dapat merangkul anak mereka dan mengajaknya untuk tinggal bersama kembali. 8.3 Ikhtisar Pelayanan yang diberikan oleh rumah singgah merupakan upaya pemberdayaan anak jalanan yang diharapkan berdampak pada perilaku mereka. Oleh karena itu, memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan anak jalanan sangatlah penting. Tujuan pelaksanaan rumah singgah yakni mengubah perilaku anak jalanan dan mengembalikan mereka untuk tinggal kembali bersama keluarganya. Kegiatan yang dilaksanakan RSBAP mampu mengubah perilaku anak jalanan ke arah yang lebih baik. Waktu yang digunakan anak jalanan untuk berkeliaran di jalanan menjadi berkurang. Anak jalanan menjadi lebih sering melakukan ibadah dan teratur dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Mereka juga sudah dapat
7 98 memilih teman baik dalam hubungan sosialnya di jalanan. Selain itu, terdapat beberapa anak binaan RSBAP yang kembali tinggal bersama keluarganya. Oleh karena itu, dapat dikatakan rumah singgah berhasil untuk menangani permasalahan anak jalanan.
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH 7. 1 Faktor Internal 7.1.1 Hubungan Usia dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Usia
Lebih terperinciBAB VI PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH
BAB VI PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH Rumah singgah merupakan lembaga yang memfasilitasi anak jalanan untuk dapat berhubungan dengan keluarganya atau pihak-pihak yang dapat memberikan
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN TEORITIS
4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anak Jalanan UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai those who have abandoned their home, school, and immediate communities before they are sixteen
Lebih terperinciBAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah makhluk sosial yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran dan kehendak tersendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan. Bangsa yang maju selalu diawali dengan kesuksesan di bidang pendidikan serta lembaga pendidikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus bertahan
Lebih terperinciBAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS
BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS 9.1. Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Bisnis Berdasarkan Sikap Berdasarkan Tabel
Lebih terperinciANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB
ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN Analisis hasil dari penelitian ini didapat dari data bab II dan III
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang terjadi pada masa remaja mulai dari perubahan fisik, peningkatan intelegensi maupun pola
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam penelitian yang berjudul Hubungan Kondisi Kerja Psikologis dengan Kinerja Pegawai pada PT. Tarumatex Bandung
Lebih terperinciBAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang
Lebih terperinciBAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM
BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM 7.1 Pemanfaatan Dana Pinjaman SPP PNPM yang Didapatkan oleh Responden di Desa Gunung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa menerima pendidikan di sekolah formal untuk mendapatkan bekal yang akan berguna dalam kehidupannya kelak. Sudah menjadi tugas siswa untuk belajar dan menimba
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PERILAKU AGRESI SISWA KELAS X TEKNIK OTOMOTIF DI SMK TAMAN SISWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PERILAKU AGRESI SISWA KELAS X TEKNIK OTOMOTIF DI SMK TAMAN SISWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 Proses pendidikan manusia tidak selamanya akan berjalan lancar,
Lebih terperinciBAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)
Lebih terperinciBAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
- 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG RELIGIUS DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDiarsi Eka Yani. ABSTRAK
KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani
Lebih terperinciEFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
45 EFEKTIVITAS TWITTER SEBAGAI MEDIA GERAKAN SOSIAL DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Efektivitas akun Twitter @EHIndonesia sebagai media gerakan Earth Hour 2012 dilihat dari perilaku followers akun Twitter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendefinisikan Remaja sebagai masa transisi, dari masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut seorang individu sering menunjukkan tingkah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan anak pada masayarakat nelayan Bungus Selatan bisa dikatakan belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus sekolah pada keluarga
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK. i. KATA PENGANTAR.. ii. DAFTAR ISI. v. DAFTAR TABEL. viii. DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1
i ABSTRAK Kelangsungan kegiatan dari sebuah perusahaan erat kaitannya dengan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Untuk mempertahankan eksistensinya, dibutuhkan sumber daya penunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga. Keluarga yang pendidikannya maju dan sukses, akan maju dan sukses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak ekonomi tak dapat dipungkiri sangat keras terasa bagi keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Jika tidak mampu bertahan maka tingkat kesejahteraan akan
Lebih terperinciPENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG
PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG Sariyati Idni Ridho Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. Peran Pembimbing dalam Menanamkan Norma-norma Kehidupan bagi. Anak Asuh di Panti Asuhan As-Shahwah Kecamatan Tampan Kota
BAB III PENYAJIAN DATA Peran Pembimbing dalam Menanamkan Norma-norma Kehidupan bagi Anak Asuh di Panti Asuhan As-Shahwah Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Sesuai dengan judul skripsi yang diajukan, penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Abstract... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Abstract... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju sekarang ini, bangsa Indonesia berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh individu, sehingga dengan
Lebih terperinciVII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS
VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk
Lebih terperinciLAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA
LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah
Lebih terperinciBAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)
79 BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN).1. Analisis Hubungan Pelaksanaan Program PLTMH dengan Proses Pembentukan Citra Pelaksanaan program
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION
69 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG
BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**
Al Ulum Vol.56 No.2 April 2013 halaman 39-43 39 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti** ABSTRAK Gaya hidup dewasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun
80 Bab III akan membahas BAB III METODE PENELITIAN pokok bahasan pada Bab III ini dimulai dari populasi rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun desain penelitian yang digunakan, dan sampel,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Pedurungan Kidul RW IV Semarang. RW IV ini terdiri dari 5 RT dengan
Lebih terperinciBAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi
Lebih terperinciBAB 8 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. Perilaku Pengunjun g
BAB 8 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Hasil pengujian korelasi antara karakteristik dengan perilaku Agrowisata Kebun Raya Bogor dapat disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan rangkaian proses pemberdayaan potensi dan kompetensi individu untuk menjadi manusia berkualitas yang berlangsung sepanjang hayat. Proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Disisi lain, apabila disalahgunakan
Lebih terperinciGambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil
13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng
BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Faktor penyebab klien terkena epilepsi terjadi karena faktor eksternal. Yaitu faktor yang terjadi bukan
Lebih terperinciSkor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42)
Lampiran 10. Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42) Nomor Skor Sampel Otoriter Demokratis Permisif Tipe Pola Asuh 1. 3 4 7 Permisif 2. 2 10 0 Demokratis 3. 1 8 1 Demokratis 4 4
Lebih terperinciTINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN
65 VII. TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 7.1 Akses dan Kontrol Peserta Perempuan Program Terhadap Sumberdaya Tingkat keberdayaan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan program PNPM Mandiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR
BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat
159 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasar pada hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembinaan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang
Lebih terperinciPERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL
PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL 1. Teori Asosiasi Diferensial (differential association Theory) Teori ini dikembangan oleh Edwin Sutherland pada tahun 1930-an,
Lebih terperinciKonsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai
BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, perlindungan anak termasuk dalam
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian sebagai berikut: 1. Pemahaman resiko kecelakaan yang dimiliki oleh masyarakat Yogyakarta sebanyak 55%
Lebih terperinciBAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih
BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Percaya Diri Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan
Lebih terperinciVIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Sekolah merupakan tempat penyelenggara proses kegiatan pendidikan yang dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk mendidik, mengembangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka
Lebih terperinciRIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PENGESAHAN SKRIPSI... SURAT PERNYATAAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciKORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO
KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO 4.1 Mengenal Korelasi 56 4.2 Kegunaan Korelasi 4.3 Konsep Linieritas dan Korelasi 57 4.4 Asumsi Asumsi Dalam Korelasi 4.5 Karakteristik Korelasi 58 4.6 Pengertian Koefesien
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa kecenderungan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Rumah Singgah Anak Mandiri A. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Provinsi merupakan unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan sangat penting untuk masa depan seorang anak oleh karena itu pendidikan yang ada harus bermutu dan mampu menjadi wahana untuk membangun
Lebih terperinciSIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN
55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (dalam Sarwono, 2007), remaja adalah suatu masa ketika: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai
Lebih terperinciLampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) Bapak/Ibu diundang untuk berpartisipasi dalam studi hubungan dukungan
Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN STATUS KESEHATAN DENGAN GEJALA DEPRESI PADA USIA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL WILAYAH
Lebih terperinciBAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17
54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena manusia menjadi perencana, pelaku, pengorganisasian, pengendalian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, pengorganisasian, pengendalian dan penentu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Perilaku anak merokok bukanlah disebut sebagai perilaku secara alami. Oleh karena itu, perilaku yang demikian disebut perilaku operan (Operant Behavior) yaitu perilaku
Lebih terperinciNOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan (Hasibuan, 2008).
Lebih terperinciBAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI
BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia
Lebih terperinciOleh : DWI ERNAWATI A
ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. sehingga siswa memperoleh keberhasilan dalam belajar.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar dalam suatu pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa yang saling timbal balik, untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Proses
Lebih terperinciKETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU
KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU Keterdedahan adalah terkenanya khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media televisi. Dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan
96 A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita (Penelitian terbatas
Lebih terperinciPENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia dalam memperoleh bekal dalam kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari
BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Peranan 2.1.1 Pengertian Peranan Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari penelitian. Kesimpulan yang peneliti rumuskan berupa jawaban dari masalah-masalah
Lebih terperinciMATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL
MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Peran tersebut dapat dilihat
Lebih terperinci