ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB"

Transkripsi

1 ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender pada penelitian ini adalah akses buruh perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dan kontrol buruh perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Bab ini akan menjelaskan hasil dari analisis gender dalam perlindungan tenaga kerja buruh CV TKB secara kuantitatif dan kualitatif. Akses dan kontrol pada kelembagaan tidak dianalisis karena tidak terdapat kelembagaan seperti serikat pekerja atau lembaga kerja sama lainnya di dalam CV TKB. Hubungan antara karakteristik buruh dengan analisis gender terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dianalisis menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik non-parametrik Rank Spearman. Uji Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara data skala ordinal dengan data skala ordinal. Dengan ketentuan hipotesis diterima jika nilai signifikansi (approx. sig.) lebih kecil daripada α (0.1), sementara sebaliknya, jika nilai signifikansi (approx. sig.) lebih besar daripada α (0.1), maka hipotesis ditolak. Akses Buruh terhadap Sumber Daya Akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah kesempatan yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki dalam memperoleh sumber daya perlindungan tenaga kerja. Sumber daya perlindungan tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jam kerja yang memadai, jadwal kerja yang sesuai, kondisi lingkungan kerja yang baik, hak-hak perempuan yang terpenuhi, fasilitas memadai (sanitasi, air minum, kantin, tempat istirahat), suasana kerja yang sehat, dan peralatan keselamatan kerja yang disediakan oleh CV TKB. Akses buruh terhadap perlindungan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 8 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dan jenis kelamin di CV TKB, Akses Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Rendah 17 (56.7) 36 (60.0) Tinggi 13 (3.3) 2 (0.0) 60 Sumber: Data primer ().

2 Data Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden baik responden laki-laki maupun responden perempuan sama-sama memiliki tingkat akses yang rendah terhadap perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, responden laki-laki memiliki akses yang relatif lebih tinggi dari responden perempuan, yaitu memiliki persentase sebesar 3.3 persen pada akses tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa buruh laki-laki memiliki akses yang lebih tinggi terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Berdasarkan pasal 77 ayat (2) huruf a dan b UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa waktu kerja adalah (a) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 0 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau (b) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 0 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Selain itu dijelaskan pula pada pasal 78 ayat (1) huruf b UU No. 13 Tahun 2003 bahwa waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 1 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Jadwal kerja yang dikatakan oleh pihak manajer perusahaan berbeda dengan data yang didapat dari hasil wawancara dengan para responden. Manajer perusahaan mengatakan bahwa jam kerja setiap harinya adalah pukul WIB. Akan tetapi, data yang didapat dari penelitian ini, jam kerja yang diterapkan oleh perusahaan adalah pukul WIB untuk hari Senin hingga Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu, jam kerja buruh adalah pukul Jam masuk pabrik sendiri adalah pukul WIB. Istirahat kerja setiap harinya adalah selama 5 menit, yaitu pukul WIB pada hari Senin hingga Sabtu. Akan tetapi pada hari Jumat, istirahat pada pukul WIB. Oleh karena itu, jadwal kerja tersebut tidak sesuai dengan yang dikatakan pihak manajer perusahaan dengan data yang diperoleh. Padahal jam kerja tersebut sudah termasuk dengan lembur selama 2 jam. Jam kerja yang diterapkan oleh perusahaan tersebut mencapai 56.5 jam dalam seminggu. Jam kerja tersebut tentu telah melebihi batas maksimum jam kerja per minggu, yaitu lebih dari 5 jam. Jam kerja tersebut belum termasuk dengan jam kerja lembur yang diterapkan perusahaan. Lembur dilakukan apabila terdapat pesanan jahit yang sedang tinggi atau high season dan untuk memenuhi target pesanan yang harus dicapai. Jika ditambah jam kerja lembur yang dilakukan oleh para buruh, maka jam kerja buruh menjadi semakin panjang. Rata-rata jam kerja lembur yang dilakukan oleh para buruh adalah 2 jam per hari atau jam per minggu. Hal tersebut tentu telah melanggar ketentuan pasal 77 ayat (2) huruf a dan b UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Berikut ini adalah salah satu penuturan dari buruh perempuan yang sering bekerja lembur: Saya suka lembur, biasanya kalau sedang diburu-buru, keteteran. Kalau lembur kita dapet uang lembur sejamnya Rp5 000,- sama uang makan Rp3 000,-. Biasanya saya kalau lembur 2 jam seharinya (IB, operator line 1). Akses buruh laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja diteliti pula dengan melihat kondisi lingkungan kerja, suasana kerja yang sehat, dan peralatan keselamatan kerja bagi para buruh. Hal tersebut diukur dengan akses buruh untuk peralatan kerja yang aman digunakan, ruangan bekerja

3 yang terang, menyejukkan, tidak bising, serta bebas debu dan peralatan keselamatan kerja yang didapat buruh. Peralatan kerja yang disediakan oleh pabrik relatif aman. Walaupun kecelakaan kerja pernah terjadi. Ruangan bekerja yang digunakan mempunyai penerangan yang baik menurut para buruh, baik lakilaki maupun perempuan. Akan tetapi, ruangan bekerja kurang nyaman karena suhu ruangan yang tinggi atau panas, suasana yang bising dari suara mesin-mesin jahit, dan debu yang berterbangan. Para buruh juga tidak mendapatkan peralatan keselamatan kerja, dalam hal ini yang dibutuhkan adalah masker. Menurut penuturan salah seorang responden mengenai peralatan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: Kalo masker mah tidak disediakan neng, kita bawa sendiri masing-masing (ES, operator line 1). Fasilitas yang harus dipenuhi oleh perusahaan adalah sanitasi yang baik, air minum yang cukup, kantin, dan tempat istirahat yang memadai. Terdapat lima kamar mandi untuk para buruh dengan sanitasi yang cukup baik. Kamar mandi yang tersedia tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan. Dengan jumlah buruh perempuan yang jauh lebih banyak dari buruh laki-laki, jumlah kamar mandi tersebut belum mencukupi dan belum memperhatikan kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Di dalam kamar mandi tersedia sanitasi air bersih, meskipun menurut beberapa responden kamar mandi yang tersedia kurang bersih. Setiap responden menuturkan bahwa memperoleh air minum yang cukup. Air minum tersebut diantarkan kepada para buruh ketika mereka sedang bekerja. Pabrik tidak menyediakan kantin, akan tetapi tersedia ruangan terbuka untuk istirahat yang sejuk dengan pepohonan disekitarnya. Ruangan istirahat tersebut ketika jam istirahat diisi dengan para penjual makanan sehingga para buruh dapat makan di dalam area pabrik. Hak-hak perempuan yang terpenuhi adalah cuti hamil dan cuti melahirkan. Akan tetapi, tidak terdapat fasilitas pojok asi di pabrik untuk buruh perempuan yang sedang menyusui. Sehingga buruh perempuan tidak dapat membawa anaknya ketika bekerja. Terdapat beberapa bentuk cuti yang ada di dalam pabrik yang dapat diakses oleh setiap buruh adalah cuti karena sakit, acara keluarga, dan menikah. 31 Kontrol Buruh terhadap Sumber Daya Kontrol buruh terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja merupakan salah satu alat dalam menganalisis gender di dalam CV TKB. Kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah kuasa yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki dalam memperoleh sumber daya perlindungan tenaga kerja. Pada penelitian ini, sumber daya perlindungan tenaga kerja yang dimaksud dalam kontrol adalah kuasa atas jumlah jam kerja, penentuan kondisi lingkungan kerja, penentuan hak-hak perempuan, penentuan kelayakan fasilitas, penentuan suasana kerja sehat, dan penentuan peralatan keselamatan kerja di dalam CV TKB. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan kontrol buruh perempuan dan laki-laki terhadap perlindungan tenaga kerja.

4 32 Tabel 9 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dan jenis kelamin di CV TKB, Kontrol Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Rendah (50.0) Tinggi (50.0) 60 Sumber: Data primer (). Kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja pada responden laki-laki sebagian besar berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 63.3 persen. Sedangkan pada responden perempuan sebagian besar berada pada kategori rendah, yaitu sebesar 63.3 persen. Hal tersebut membuktikan bahwa kontrol pada buruh perempuan lebih rendah daripada buruh laki-laki. Jam kerja para buruh telah ditentukan oleh pabrik. Sehingga para buruh, baik buruh perempuan maupun laki-laki tidak memiliki kontrol atas jumlah jam kerja maksimum untuk dirinya bekerja. Akan tetapi, pada penentuan jam kerja untuk lembur, responden laki-laki lebih memiliki kontrol untuk melakukan lembur atau tidak dari responden perempuan. Responden laki-laki mengatakan bahwa ia akan mencari alasan apabila tidak ingin bekerja lembur. Hal tersebut menunjukkan bahwa buruh laki-laki memiliki kontrol terhadap jam kerja lembur dibandingkan dengan buruh perempuan. Kondisi lingkungan kerja, penentuan fasilitas di dalam pabrik, dan suasana kerja telah ditentukan oleh manajemen pabrik. Buruh tidak dapat memberikan kontrol terhadap hal tersebut. Sedangkan pada penentuan hak-hak perempuan, setiap buruh perempuan dapat meminta kepada perusahaan untuk cuti hamil dan melahirkan. Para buruh baik perempuan atau laki-laki memiliki kontrol untuk menggunakan peralatan keselamatan kerja ataupun tidak. Peralatan keselamatan kerja yang diperlukan ketika bekerja adalah masker. Hal tersebut karena ketidaktegasan manajemen pabrik terhadap penggunaan masker yang penting bagi kesehatan para buruh. Selain itu, para buruh membawa sendiri masker yang digunakannya ketika bekerja, bukan disediakan oleh pabrik. Hubungan Umur dengan Akses terhadap Sumber Daya Perlindungan Tenaga Kerja Umur responden pada penelitian ini dibagi ke dalam tiga kategori, kategori umur anak (<18 tahun), umur produktif muda (18-3 tahun), dan umur produktif tua (35-7 tahun). Nilai p-value sebesar untuk buruh laki-laki lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur buruh laki-laki dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa umur buruh laki-laki tidak berpengaruh secara nyata dalam mendapatkan akses terhadap perlindungan tenaga kerja.

5 Nilai p-value pada buruh perempuan sebesar lebih kecil dari α= 0.1. hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur buruh perempuan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Jika dilihat dari persentasenya, semakin tua umur buruh perempuan maka semakin rendah akses yang didapatnya. Akan tetapi jika dilihat dari jumlah absolutnya, yang memiliki akses paling besar adalah umur produktif muda. Tabel 10 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut umur dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, 33 Umur Buruh Lakilaki Akses <18 tahun 18-3 tahun Rendah 1 16 (55.2) Tinggi 0 13 (0.0) (.8) n 1 29 Umur Buruh Perempuan <18 tahun 18-3 tahun 35-7 tahun n 0 (0.0) 17 (56.7) 1 (25.0) 1 (63.6) (3.3) (75.0) (36.) 22 Keterangan p-value = Keterangan p-value = Hubungan Status Pernikahan dengan Akses terhadap Sumber Daya Karakteristik responden berikutnya yang dihubungkan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah status pernikahan. Nilai p- value sebesar 0.28 untuk buruh laki-laki lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pernikahan buruh laki-laki dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa status pernikahan tidak berpengaruh dalam mendapatkan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Namun, terdapat kecenderungan bahwa buruh laki-laki yang telah menikah memiliki akses yang lebih tinggi dari yang belum menikah. Pada buruh perempuan, nilai p-value sebesar lebih kecil dari α= 0.1. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status pernikahan buruh perempuan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Buruh perempuan yang belum menikah memiliki akses yang lebih tinggi dari yang telah menikah. Persentase terbesar berada pada status buruh perempuan yang telah menikah dan memiliki akses rendah yaitu sebesar 83.3 persen.

6 3 Tabel Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status pernikahan dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Akses Status Pernikahan Buruh Laki-laki Menikah Belum Menikah n Status Pernikahan Buruh Perempuan Menikah Belum Menikah 10 9 (83.3) (50.0) Rendah 2 (0.0) 15 (60.0) 17 (56.7) Tinggi (60.0) (0.0) (3.3) (16.7) (50.0) Keterangan p-value = 0.28 Keterangan p-value = n Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Akses terhadap Sumber Daya Tingkat pendidikan responden terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu rendah apabila pendidikan terakhir responden adalah tamat SD, sedang apabila pendidikan terakhir responden adalah tamat SMP, dan tinggi apabila pendidikan terakhir responden adalah tamat SMA/SMK/STM. Nilai p-value dari uji korelasi Rank Spearman hubungan antar variabel tingkat pendidikan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah 0.72 untuk buruh lakilaki. Sedangkan untuk buruh perempuan, nilai p-value sebesar 0.2. Kedua uji korelasi tersebut lebih besar dari α= 0.1. Tabel 12 menunjukkan bahwa antara tingkat pendidikan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB tidak terdapat hubungan. Tingkat pendidikan dari buruh tidak berpengaruh secara nyata dalam mendapatkan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh dengan tingkat pendidikan rendah memiliki akses yang rendah pula. Pada buruh laki-laki, yang memiliki akses tinggi adalah buruh yang memiliki tingkat pendidikan sedang yaitu sebesar 57.1 persen. Sama seperti buruh laki-laki, buruh perempuan yang memiliki akses tinggi adalah buruh dengan tingkat pendidikan sedang.

7 Tabel 12 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, 35 Tingkat Pendidikan Buruh Tingkat Pendidikan Buruh Akses Laki-laki Perempuan Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah (80.0) (2.9) (56.7) (77.8) (55.6) (66.7) Tinggi (20.0) (57.1) (0.0) (3.3) (22.2) (.) (33.3) Keterangan p-value = 0.72 Keterangan p-value = 0.2 n Hubungan Status Kerja dengan Akses terhadap Sumber Daya Perlindungan Tenaga Kerja Status kerja responden pada penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu operator dan helper. Pada Tabel 13 menunjukkan baik responden pada bagian kerja operator maupun helper sama-sama menyatakan bahwa sumber daya perlindungan tenaga kerja memiliki akses yang rendah. Uji korelasi hubungan antara variabel status kerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja pada buruh laki-laki tidak dapat dilakukan karena pada buruh lakilaki tidak terdapat buruh yang berstatus kerja helper. Nilai p-value buruh perempuan dari uji korelasi Rank Spearman hubungan antara variabel status kerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah 0.65 lebih besar dari α= 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status kerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB. Status kerja buruh tidak berpengaruh secara nyata dalam mendapatkan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Status kerja bukanlah suatu indikator perbedaan dalam mendapatkan akses terhadap perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh helper memiliki akses yang lebih tinggi dari operator. Akses yang lebih tinggi tersebut karena buruh helper lebih akses terhadap lembur kerja dari buruh operator. Buruh helper lebih mudah untuk diperintahkan untuk melakukan lembur kerja.

8 36 Tabel 13 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status kerja dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Status Kerja Status Kerja Buruh Perempuan Buruh Laki-laki n Akses Operator Helper Operator Rendah 17 (56.7) 6 (5.5) 13 (68.) Tinggi 13 (3.3) 5 (5.5) 6 (31.6) Keterangan p-value = 0.65 Hubungan Lama Bekerja dengan Akses terhadap Sumber Daya Lama bekerja responden pada penelitian ini dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu kurang dari 6 bulan, 6 bulan 2 tahun, dan lebih dari 2 tahun bekerja. Nilai p-value buruh laki-laki dari uji korelasi Rank Spearman hubungan antar variabel lama bekerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah lebih besar dari α= 0.1. Sedangkan pada buruh perempuan, uji korelasi sebesar lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama bekerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB. Akan tetapi, pada buruh laki-laki terdapat kecenderungan bahwa semakin lama bekerja maka akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja semakin tinggi. Sedangkan pada buruh perempuan, yang memiliki akses tinggi terbesar adalah pada kategori lama bekerja kurang dari enam bulan yaitu sebesar 6.2 persen. Hal tersebut berarti bahwa buruh yang baru bekerja lebih mengakses kerja lembur dari buruh yang lama bekerja. Buruh yang baru bekerja mau diperintahkan untuk melakukan lembur kerja.

9 Tabel 1 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut lama bekerja dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, 37 Lama Bekerja Buruh Lakilaki Akses <6 6 bulan >2 bulan - 2 tahun tahun Rendah (80.0) (.) (50.0) Tinggi n (20.0) 10 (100. 0) (55.6) 18 (50.0) 2 17 (56.7) 13 (3.3) Lama Bekerja Buruh Perempuan 6 bulan - 2 tahun <6 bulan 7 (53.8) 6 (6.2) 13 6 (66.7) 3 (33.3) 9 Keterangan p-value = Keterangan p-value = >2 tahun 6 (75.0) 2 (25.0) 8 Hubungan Umur dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Perlindungan Tenaga Kerja Pengkategorian umur berdasarkan selang umur anak, produktif muda, dan produktif tua, yaitu <18 tahun, 18-3 tahun, dan 35-7 tahun. Nilai p-value buruh laki-laki sebesar 0.56 dan nilai p-value pada buruh perempuan sebesar Kedua uji korelasi tersebut lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara umur buruh laki-laki dan perempuan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja tidak berhubungan. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh dengan umur produktif muda memiliki kontrol yang lebih tinggi dari buruh dengan umur anak dan umur produktif tua. Buruh dengan umur produktif muda memiliki kontrol yang lebih tinggi dari dua kategori lainnya karena umur produktif muda merupakan umur yang paling banyak bekerja di dalam CV TKB. Selain itu umur tersebut lebih disukai oleh perusahaan karena produktivitasnya lebih tinggi dari umur anak dan umur produktif tua. Tabel 15 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut umur dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Umur Buruh Lakilaki Kontrol < tahun tahun Rendah 0 (0.0) (37.9) Tinggi 1 18 (62.1) 1 29 Umur Buruh Perempuan <18 tahun n 0 (0.0) 18-3 tahun n 12 (5.5) 10 (5.5) 22 Keterangan p-value = 0.56 Keterangan p-value = tahun n 3 (75.0) 1 (25.0) (100.l0)

10 38 Hubungan Status Pernikahan dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Karakteristik responden berikutnya yang dihubungkan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah status pernikahan. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pernikahan buruh laki-laki dengan kontrol terhadap perlindungan tenaga kerja. Nilai p-value dari uji korelasi buruh laki-laki adalah sebesar dan nilai p-value dari uji korelasi buruh perempuan adalah sebesar Kedua uji korelasi tersebut lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa status pernikahan buruh laki-laki maupun buruh perempuan tidak memiliki kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan pada buruh laki-laki dan perempuan bahwa buruh yang belum menikah memiliki kontrol yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah menikah. Buruh yang belum menikah lebih memiliki kontrol untuk memutuskan tidak bekerja lembur. Buruh yang telah menikah biasanya lebih mengikuti perintah untuk bekerja lembur karena untuk mendapatkan pemasukan tambahan jika ia bekerja lebih lama. Tabel 16 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status pernikahan dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Kontrol Status Pernikahan Buruh Laki-laki Menikah Belum Menikah 9 (36.0) 16 (6.0) 25 Status Pernikahan Buruh Perempuan Menikah Belum Menikah 8 (66.7) (61.1) Rendah 2 (0.0) Tinggi 3 7 (60.0) (33.3) (38.9) Keterangan p-value = Keterangan p-value = Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Karakteristik responden selanjutnya yang dihubungkan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah tingkat pendidikan. Nilai p-value dari uji korelasi pada buruh laki-laki adalah sebesar dan pada buruh perempuan sebesar kedua uji korelasi tersebut lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan buruh laki-laki dan perempuan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh laki-laki dan perempuan yang berpendidikan rendah memiliki kontrol yang lebih tinggi dari buruh yang berpendidikan sedang

11 dan tinggi. Hal demikian terjadi karena buruh yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang kurang mengenai aturan pabrik. Sehingga mereka memiliki kontrol yang lebih tinggi dan melanggar peraturan pabrik karena ketidaktahuannya. Tabel 17 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, 39 Tingkat Pendidikan Buruh Kontrol Laki-laki Rendah Sedang Tinggi Rendah (20.0) (2.9) (25.0) Tingkat Pendidikan Buruh Perempuan Rendah Sedang Tinggi (55.6) (66.7) (66.7) Tinggi (80.0) 12 (57.1) 3 (75.0) (.) 6 (33.3) n Keterangan p-value = Keterangan p-value = (33.3) 3 Hubungan Status Kerja dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Karakteristik responden selanjutnya yang dihubungkan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah status kerja. Nilai p-value dari uji korelasi pada buruh perempuan adalah sebesar 0.3 lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status kerja buruh perempuan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa status kerja buruh perempuan tidak mempengaruhi kontrol terhadap perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh helper memiliki kontrol lebih rendah dari buruh operator. Sedangkan uji korelasi hubungan antara variabel status kerja dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja pada buruh laki-laki tidak dapat dilakukan. Hal ini terjadi karena pada buruh laki-laki tidak terdapat buruh yang berstatus kerja helper. Akan tetapi, jika dilihat pada Tabel 18, status kerja buruh laki-laki memiliki kontrol yang lebih tinggi dari status kerja buruh perempuan.

12 0 Tabel 18 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status kerja dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Kontrol Status Kerja Status Kerja Buruh Perempuan n Buruh Laki-laki Operator Helper Operator Rendah 8 (72.7) (57.9) Tinggi 3 (27.7) 8 (2.1) Keterangan p-value = 0.3 Hubungan Lama Bekerja dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Karakteristik responden selanjutnya yang dihubungkan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah lama bekerja. Buruh lakilaki yang memiliki kontrol tinggi adalah buruh yang bekerja 6 bulan 2 tahun, yaitu sebesar 66.7 persen. Sedangkan pada buruh perempuan yang memiliki kontrol tinggi adalah buruh yang telah bekerja lebih dari 2 tahun. Nilai p-value dari uji korelasi Rank Spearman hubungan antar variabel lama bekerja buruh lakilaki dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi pada buruh perempuan adalah 0.80 lebih besar juga dari α= 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa antara lama bekerja buruh laki-laki dan perempuan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB tidak terdapat hubungan. Lama bekerja tidak berpengaruh secara nyata dalam kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Tabel Jumlah dan persentase sebaran responden menurut lama bekerja dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Lama Bekerja Buruh Lakilaki Kontrol <6 6 bulan >2 bulan - 2 tahun tahun Rendah 6 1 (0.0) (33.3) (50.0) Tinggi (60.0) (66.7) (50.0) n Lama Bekerja Buruh Perempuan 6 bulan - 2 tahun n <6 bulan n 17 (56.7) 7 (53.8) 8 (88.9) (3.3) (6.2) (.1) 13 9 Keterangan p-value = Keterangan p-value = 0.80 >2 tahun n (50.0) (50.0) 8 n

13 1 Ikhtisar Buruh laki-laki memiliki akses dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja yang lebih besar dari buruh perempuan. Terdapat sembilan uji korelasi antara karakteristik individu buruh dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Uji korelasi tersebut terpilah jenis kelamin, yaitu buruh laki-laki dan perempuan. Dua karakteristik individu buruh perempuan memiliki hubungan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Karakteristik individu buruh perempuan tersebut adalah umur dan status pernikahan. Sedangkan pada buruh laki-laki, tidak terdapat uji korelasi yang berhubungan antara karakteristik dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Uji korelasi antara status kerja dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja tidak dapat diuji statistik karena pada buruh laki-laki tidak terdapat buruh yang berstatus kerja helper. Sehingga hanya terdapat satu indikator pada variabel status kerja, yaitu status kerja operator. Terdapat pula sembilan uji korelasi antara karakteristik individu dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Uji korelasi tersebut terpilah jenis kelamin, yaitu buruh laki-laki dan perempuan. Pada buruh laki-laki, uji korelasi antara status kerja dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja tidak dapat diuji statistik karena pada buruh laki-laki tidak terdapat buruh yang berstatus kerja helper. Sehingga hanya terdapat satu indikator pada variabel status kerja, yaitu status kerja operator. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat karakteristik individu buruh laki-laki maupun perempuan yang memiliki hubungan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja.

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN CV TKB merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 2008.Perusahaan ini terletak di Jl. Gardu Raya Km. 6 No. 27 Dramaga,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 54 BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 PENGUSAHA PEMERINTAH UU NO 13 TAHUN 2003 UU KETENAGAKERJAAN PEKERJA MASALAH YANG SERING DIHADAPI PENGUSAHA - PEKERJA MASALAH GAJI/UMR MASALAH KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Karakteristik Responden Bagian Produksi Shift 1 Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan antara lain: umur, tingkat pendidikan, masa kerja dan jumlah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Penyandang Cacat Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI 37 BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik merupakan perlakuan perusahaan kepada pekerja, baik laki maupun perempuan yang meliputi pembagian kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB X PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN, DAN KESEJAHTERAAN Bagian Kesatu Perlindungan Paragraf 1 Penyandang Cacat Pasal 67 1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG WAKTU KERJA, HAK CUTI DAN KERJA LEMBUR BAB I WAKTU KERJA Pasal 1 1. Hari dan/atau jam kerja karyawan berbeda satu dengan lainnya

Lebih terperinci

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 62 BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 6.1 Agenda Pendengar Agenda pendengar adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini pendengar dan pengetahuan mereka.

Lebih terperinci

KUESIONER. DIISI OLEH PENELITI 1. Nama Pewawancara : Kelompok : 2. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB

KUESIONER. DIISI OLEH PENELITI 1. Nama Pewawancara : Kelompok : 2. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB KUESIONER No. kuesioner DIISI OLEH PENELITI. Nama Pewawancara : Kelompok :. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB ( Berilah tanda silang (x) sesuai dengan jawaban responden ) DATA DIRI RESPONDEN. Nama :.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI

Lebih terperinci

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Opini Khalayak Langsung Acara Musik Derings Opini responden sebagai khalayak langsung acara musik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik subyek penelitian. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal gastroenterohepatologi yang sesuai dengan kriteria penelitian. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden 4.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Seluruh responden penelitian di Kantor Konsultan Pajak HB&P adalah laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA 6.1 Konflik Peran Konflik peran ganda merupakan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Konflik

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION 69 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Bekasi yang beralamat di Jalan Belanak II, Perumnas II, Bekasi, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data dari kelurahan desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IX) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 PENGUPAHAN Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN 5.1 Karakteristik Responden Karyawan Harian Jurnal Bogor yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Dari 35 orang tersebut,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 4.1.1 Sejarah Rumah Makan Waroeng Steak and Shake Rumah Makan Waroeng Steak & Shake didirikan oleh pasangan suami-istri

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Karakteristik Karyawan Didalam penelitian ini karyawan PT. HM sampoerna Tbk Bagian Distribusi disertakan dalam menjawab setiap pertanyaan atau kuesioner

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden 1. Berdasarkan umur Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur No. Umur Frekuensi Prosentase (%) 1. 12-23 bulan 23 44,2 2. 24-35 bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum pada dasarnya tidak membedakan antara pria dan perempuan, terutama dalam hal pekerjaan. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi

Lebih terperinci

Penilaian Disiplin dan Penilaian Kinerja Pegawai dilakukan berdasarkan prinsip: a. Obyektif b. Terukur c. Akuntabel d. Partisipatif e.

Penilaian Disiplin dan Penilaian Kinerja Pegawai dilakukan berdasarkan prinsip: a. Obyektif b. Terukur c. Akuntabel d. Partisipatif e. Penilaian Disiplin dan Kinerja Pegawai Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 98/M-IND/PER/11/2015 Mekanisme Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Lingkungan Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahu

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahu No.1863, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Tunjangan Kinerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) 79 BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN).1. Analisis Hubungan Pelaksanaan Program PLTMH dengan Proses Pembentukan Citra Pelaksanaan program

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.543, 2015 KEMENPORA. Tunjangan Kinerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 009 TAHUN 2015 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Jam Kerja, Cuti dan Upah Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal peraturan yang terkait dengan jam kerja, cuti dan upah Waktu Kerja Watu Istirahat Waktu Kerja

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilaksanakan

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 234 TH 2003

KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.234 /MEN/2003 TENTANG WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT PADA SEKTOR USAHA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PADA

Lebih terperinci

BAB II MEKANISME KERJA LEMBUR DALAM HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

BAB II MEKANISME KERJA LEMBUR DALAM HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA BAB II MEKANISME KERJA LEMBUR DALAM HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA 2.1. Hakekat Diperlukannya Kerja Lembur Berbicara mengenai kerja lembur maka kita berbicara tentang suatu keadaan dan atau kegiatan bekerja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERLINDUNGAN BURUH/PEKERJA INFORMAL DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENGAWASAN PEKERJA PEREMPUAN MALAM HARI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENGAWASAN PEKERJA PEREMPUAN MALAM HARI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENGAWASAN PEKERJA PEREMPUAN MALAM HARI A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Perempuan Malam Hari 1. Pengertian Perlindungan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/04/PDK/VII/2012 TENTANG WAKTU KERJA DAN HARI KERJA OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/04/PDK/VII/2012 TENTANG WAKTU KERJA DAN HARI KERJA OTORITAS JASA KEUANGAN SALINAN PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/04/PDK/VII/2012 TENTANG WAKTU KERJA DAN HARI KERJA OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo No.1836, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Tunjangan Kinerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-IND/PER/12/2017 TENTANG MEKANISME PEMBERIAN TUNJANGAN

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1730, 2015 BNPP. Tunjangan Kinerja. Pembayaran. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAYARAN

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Mantingan adalah sebuah desa di Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Desa ini adalah asal mula ukiran jepara yang sangat terkenal itu berasal dan kegiatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Tunjangan. Kinerja Pegawai.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Tunjangan. Kinerja Pegawai. No.1212, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Tunjangan. Kinerja Pegawai. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.. Gambaran Umum Proses Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada distributor MLM di Malang, mengingat sulitnya menemui responden, maka hampir setiap ada pertemuan group meeting

Lebih terperinci

STANDARD OPERATION PROCEDURE KERJA LEMBUR KARYAWAN

STANDARD OPERATION PROCEDURE KERJA LEMBUR KARYAWAN 1. DASAR PEMIKIRAN 1.1. Bahwa pada prinsipnya setiap karyawan harus dapat mengatur waktu/jam kerja dengan jumlah pekerjaan yang ada setiap harinya sedemikian rupa, sehingga pekerjaan-pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 171 Barangsiapa : a. tidak memberikan kesempatan yang sama kepada

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1935, 2017 KEJAKSAAN. Tunjangan Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-010/A/JA/10/2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia menghadapi kesiapan dalam perkembangan era Masyarakata Ekonomi Asean yang sudah mulai berjalan seperti sekarang ini. Kerja sama yang dilakukan ini

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - - 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Responden Petugas Kebersihan Jalan Kabupaten Madiun Tahun 2017 Variabel Frekuensi Persentase Umur 17 48

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Keadaan Ketenagakerjaan di DKI Jakarta Februari 2017 No. 27/05/31/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta pada Februari

Lebih terperinci

Lampiran:

Lampiran: Lampiran: Lampiran: Lampiran: Lampiran: Lampiran: Lampiran: Lampiran: DAFTAR PERTANYAAN Narasumber : Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang Nama : Mulyati Hari/Tanggal Wawancara : Senin

Lebih terperinci

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 25/1997, KETENAGAKERJAAN *10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 43 PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Penilaian terhadap Pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra Penilaian terhadap pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra,

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No.67//72/Th. XVIII, 05 November 205 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 205 AGUSTUS 205: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,0 PERSEN Angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 205 mencapai.384.235 orang,

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.25 /05/TH.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,39 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Februari 2017 mencapai 2,330

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 31 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. Mekar Plastik Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan plastik khususnya kantong plastik Reclosable

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

BPS PROVINSI DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 52/11/31/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 6,12 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN

BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN 6.1. Pemberdayaan Organisasi Perusahaan Pemberdayaan organisasi perusahaan Showa Indonesia Manufacturing terdiri dari

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN HARI KERJA, JAM KERJA, APEL KERJA, DAN PRESENSI ELEKTRONIK DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan Juli tahun 2016 di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 50 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 6.1 Hubungan antara Karakteristik Anggota Komunitas dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan kerja dapat mengurangi aktivitas yang akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan meneruskan pekerjaan secara maksimal. Kelelahan terbagi menjadi dua, yaitu kelelahan

Lebih terperinci

Lampiran Hubungan anda dengan atasan diluar pekerjaan tergolong erat. Keterangan: 1:Sangat tidak setuju 3:Biasa saja

Lampiran Hubungan anda dengan atasan diluar pekerjaan tergolong erat. Keterangan: 1:Sangat tidak setuju 3:Biasa saja Lampiran 1. KUISIONER PENELITIAN Nomor Kuisioner : Hari/Tanggal Wawancara : HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN Panduan pengisian Pertanyaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Alasan pemilihan lokasi karena pada wilayah Kecamatan Cibinong

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.24/05/TH.XIX, 4 Mei 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,13 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini responden berjenis kelamin perempuan dikarenakan hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah perempuan. Rata-rata responden berusia produktif

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. / / /Th., 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,67 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi pada Februari 2017 mencapai 1.792

Lebih terperinci

WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR DI PERUSAHAAN MENURUT HUKUM POSITIF

WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR DI PERUSAHAAN MENURUT HUKUM POSITIF WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR DI PERUSAHAAN MENURUT HUKUM POSITIF Yulius Kasino Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT The all perperator of the process production such

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 31/05/15/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,73 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci