Prediksi Harga Saham menggunakan Support Vector Regression dan Firefly Algorithm

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prediksi Harga Saham menggunakan Support Vector Regression dan Firefly Algorithm"

Transkripsi

1 Predks Harga Saham menggunakan Support Vector Regresson dan Frefly Algorthm Stock Market Prce Predcton usng Support Vector Regresson and Frefly Algorthm Alfredo 1, Jondr, Rta Rsmala 3 1,,3 Departemen Informatka, Unverstas Telkom Jalan Telekomunkas No. 1, Dayeuh Kolot, Bandung Abstrak Dalam duna nvestas, saham merupakan salah satu nstrumen pasar keuangan yang palng populer karena menjanjkan keuntungan yang lebh besar dar nstrumen konvensonal lan sepert deposto ataupun emas. Keuntungan tersebut ddapat dar dvden (keuntungan dar hasl pembagan laba perusahaan) maupun captal gan (keuntungan yang dperoleh dar kelebhan nla jual terhadap nla bel saham). Akan tetap harga suatu saham dapat berubah secara cepat dar waktu ke waktu dan para nvestor dharapkan untuk segera memutuskan kapan sebaknya saham djual atau tetap dpertahankan. Oleh karena tu dbutuhkan sstem yang dapat mempredks pergerakan harga saham tersebut untuk membantu para nvestor dalam melakukan analss dan tndakan yang tepat sehngga resko dapat dmnmalsr dan keuntungan dapat doptmalkan. Dalam Tugas Akhr n, akan dbangun sebuah sstem yang melakukan predks terhadap harga saham menggunakan analss teknkal yang dmplementaskan menggunakan Support Vector Regresson dan Frefly Algorthm. Support Vector Regresson (SVR) merupakan pengembangan dar metode support vector machne untuk kasus regres. Metode n mampu mengatas overfttng serta mampu menunjukkan performa yang bagus. Akan tetap terdapat kelemahan pada SVR dalam menentukan nla parameter yang palng optmal untuk dgunakan. Untuk mengatas kelemahan tersebut dgunakanlah algortma optmas Frefly Algorthm untuk mencar nla parameter SVR yang palng optmal. Database yang dgunakan pada Tugas Akhr n menggunakan data hstors pergerakan harga empat saham blue chp yang mengacu pada fnance.yahoo.com perode Hasl peneltan menunjukkan bahwa SVR dan FA dapat dmplementaskan sebaga metode untuk mempredks harga saham dengan error kurang dar 5%. Kata kunc: Predks harga saham, Tme Seres, Support Vector Regresson (SVR), Frefly Algorthm (FA). Abstract On the nvestng world, holdngs/stock s one of the most popular fnancal market nstruments because of t benefts to get better profts rather than other conventonal nstruments such as deposts or gold. The profts comes from dvdends ( profts from the dstrbuton of company profts ) and captal gans ( profts on the sale value of the excess value of shares).bascally n the stock market, the prce of a stock can change rapdly over tme and the nvestor must decde when the stock should be sold or retaned. Because of that we need a system that can gve predcton of the stock prce to help nvestors n takng the rght acton so that the rsk can be mnmalzed. In ths fnal project, a software wll be bult to predct stock prce movements usng techncal analyss whch mplemented usng Support Vector Regresson (SVR) and Frefly Algorthm (FA). SVR s a regresson method whch developed from Support Vector Machne and able to overcome the overfttng and demonstrate a good performance. However, SVR have weakness n determnng parameter value that fts for t. To overcome the weakness, Frefly Algorthm (FA) s used to determne the optmal value for SVR parameters. By usng the dataset from fnance.yahoo.com, whch s four bluechp stock prce from perod , ths fnal project gets a result that shows that SVR and FA algorthm can be appled n the stock prce predcton wth the error rate below 4%. Keywords: Stock market predcton, Support Vector Regresson (SVR), Frefly Algorthm (FA), fnancal tme seres.

2 1 PENDAHULUAN D era yang serba maju sekarang n, mencar uang sudah tdak terfokus lag dar pekerjaan yang dmlk oleh seseorang. Banyak hal yang dapat dlakukan untuk mencar tambahan uang selan dar pekerjaan tetap seseorang, salah satunya adalah nvestas. Investas dapat dlakukan dalam berbaga bentuk, salah satunya adalah nvestas dalam bentuk saham. Saham dkeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan modal tambahan dengan cara menjualnya kepada nvestor. Investor membel saham dengan tujuan mendapat keuntungan dar devden (keuntungan dar pembagan laba perusahaan) ataupun captal gan (keuntungan dar kelebhan nla jual terhadap nla bel saham). D dalam duna nvestas, khusunya saham, peramalan/predks merupakan suatu hal yang pentng bag para nvestor, karena dalam setap transaks perdagangan saham nvestor dhadapkan pada plhan untuk membel atau menjual. Setap kesalahan dalam mengambl keputusan akan menmbulkan kerugan pada nvestor tu sendr. Oleh sebab tu dbutuhkan suatu sstem yang dapat menganalsa dan mempredks harga saham untuk menjad bahan pertmbangan bag para nvestor untuk mengambl keputusan yang tepat. Menurut teor effecent market hypothess, harga saham lampau telah merepresentaskan konds saat tu, serta banyak peneltan yang menggunakan data hstors karena lebh mudah dperoleh dan tdak serumt menggunakan data fundamental. Oleh karena tu pada tugas akhr n dbuat sebuah sstem untuk mempredks harga saham dengan menggunakan data hstors yang mengmplementaskan Support Vector Regresson dengan optmas algortma Frefly. SVR merupakan metode regres dar SVM (Support Vector Machne) yang basa dgunakan untuk mengatas overfttng dan memlk performans yang bak untuk kasus regres. Akan tetap, untuk mendapatkan performans yang bak dbutuhkan pula parameter yang tepat. Selan membutuhkan parameter yang tepat, penentuan ftur adalah salah satu hal yang pentng untuk melath SVR. Maka dar tu dbutuhkan suatu metode optmas untuk mencapa performa model SVR yang akurat. Frefly Algorthm merupakan salah satu metode yang dapat dgunakan untuk memberkan solus yang optmal untuk kasus optmas. Solus yang dhaslkan lebh bak darpada algortma optmas lannya sepert GA (Genetc Algorthm) dan PSO (Partcle Swarm Optmzaton) berdasarkan kasus Travellng Salesman Problem. Maka pada tugas akhr n akan dbuat sstem berdasarkan metode datas dan mengukur performansnya untuk kasus predks saham. LANDASAN TEORI.1 Peramalan Peramalan adalah proses memperkrakan sesuatu yang akan terjad d masa yang akan datang menggunakan nformas lampau dan saat n. Peramalan memberkan konds yang belum past tentang apa yang akan terjad, akan tetap basanya hasl dar peramalan dgunakan sebaga acuan agar kesalahan dapat dperkecl. Peramalan dbag menjad dua bagan yatu [8]: 1. Peramalan Kualtatf Peramalan kualtatf ddasarkan atas data kualtatf masa lalu. Peramalan n dgunakan jka data dar masa lalu dar varabel yang akan dpredks tdak ada. Hasl predks sangat bergantung pada orang yang menyusunnya karena hasl peramalan n dtentukan berdasarkan pemkran yang bersfat judgement atau opn, pengetahuan dan pengalaman dar penyusun.. Peramalan Kuanttatf Peramalan kuanttatf ddasarkan atas data kuanttatf masa lalu. Hasl peramalan sangat bergantung pada metode yang dgunakan dalam peramalan. Penggunaan metode yang berbeda akan menghaslkan hasl yang berbeda pula. Metode yang bak adalah metode yang memberkan nla perbedaan yang mungkn. Peramalan kuanttatf hanya dapat dgunakan apabla terdapat tga konds berkut: a) Adanya nformas tentang keadaan yang lan b) Informas tersebut dapat dkuantfkaskan dalam bentuk data numerc c) Dasumskan pola masa lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.. Tme Seres Predks secara tme seres merupakan peramalan yang dlakukan dengan menggunakan data tertentu yang dsebut data tme seres. Data tme seres adalah nla suatu varabel yang dsusun berdasarkan urutan/deret waktu bsa dalam satuan haran, mngguan, bulanan, atau tahunan tergantung keperluan terhadap perlaku data yang akan dobservas. Data tme seres yang dgunakan adalah data hstors yang dukur berdasarkan suatu pengamatan tertentu. Karena data yang dgunakan adalah data yang terukur, maka peramalan secara tme seres, termasuk ke dalam peramalan kuanttatf [8]. Metode predks tme seres beranggapan bahwa data atau kejadan masa lalu akan cenderung berulang dmasa yang akan datang [9]. Fokus predks secara tme seres adalah apa yang akan terjad, bukan mengapa hal tu terjad. Hal yang harus dperhatkan sebelum melakukan predks tme seres adalah : 1. Adanya ketergantungan masa depan dengan masa lampau.. Aktvtas masa yang akan datang mengkut pola masa lalu.

3 3. Hubungan keterkatan masa lalu dan masa kn dapat dtentukan melalu pengamatan. Gambar.1 Pola data tme seres Berkut empat pola data tme seres [9]: 1. Pola Data Konstan Pola data konstan terjad apabla data berfluktuas secara stabl. Pola data konstan berupa gars horzontal. Pola data konstan umumnya terdapat pada data yang memlk perode waktu jangka pendek atau menengah.. Pola Data Trend Pola data trend terjad apabla data cenderung menngkat atau menurun dar waktu ke waktu dalan jangka panjang. Pola n dsebabkan antara lan oleh bertambahnya populas, perubahan pendapat, dan pengaruh budaya. 3. Pola Data Musman Pola data musman terjad apabla data berfluktuas berulang-ulang secara teratur dalam setap perode tentu, msalnya tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan atau mngguan. Pola n berhungan dengan faktor klm / cuaca atau faktor yang dbuat manusa sepert lburan. 4. Pola Data Sklus Pola data sklus terjad apabla data dpengaruh oleh fluktuas ekonom jangka panjang, sepert daur hdup bsns. Perbedaan utama antara pola data musman dan sklus adalah pola musman mempunya panjang gelombang yang tetap dan terjad pada jarak waktu tetap, sedangkan pola sklus memlk duras yang lebh panjang dan bervaras. 5. Pola Data Resdual atau Varas Acak Pola data resdu terjad apabla fluktuas data tdak teratur sama sekal. Data yang bersfat resdu tdak dapat dgambarkan..3 Support Vector Regresson SVR merupakan penerapan konsep Support Vector Machne (SVM) untuk kasus regres. Output berupa blangan rl atau kontnu dalam kasus regres. SVR merupakan metode yang dapat mengatas overfttng, sehngga akan menghaslkan knerja yang bagus. SVR dgunakan untuk menemukan suatu fungs f(x) yang mempunya devas ԑ palng besar dar nla aktual y, untuk semua data tranng. Jka nla ԑ = 0, maka kta dapatkan suatu regres yang sempurna (Santosa 007). Support Vector Machne (SVM) pertama kal dperkenalkan oleh Boser, Guyon, dan Vapnk pada tahun 199. Konsep dasar SVM merupakan kombnas dar teor-teor komputas yang telah ada, sepert margn hyperplane oleh Duda dan Hart pada tahun 1973, kernel yang dperkenalkan oleh Aronszajn pada tahun 1950, dan konsep pendukung lannya. Menurut Nugroho et al. (003), prnsp dasar SVM adalah lnear classfer, dan selanjutnya dkembangkan agar dapat bekerja pada masalah non-lnear, dengan memasukkan konsep kernel trck. Gambar -a memperlhatkan beberapa pola yang merupakan anggota dar dua buah kelas : +1 dan -1. Pola yang tergabung pada kelas -1 dsmbolkan dengan kotak, sedangkan pola pada kelas +1 dsmbolkan dengan lngkaran. Masalah klasfkas n dapat dselesakan dengan usaha menemukan gars (hyperplane) maksmum yang memsahkan antara kedua kelas tersebut (Nugroho et al. 003) (Gambar -b). Gambar. Hyperplane Msal terdapat fungs berkut sebaga gars regres: f ( x) w T ( x) b (.1) Dmana ( x) menunjukkan suatu ttk ddalam feature space F hasl pemetaan x d dalam nput space. Koefsen w dan b destmas dengan cara memnmalkan fungs resko (rsk functon) yang ddefnskan dalam persamaan: 1 1 mn (, ( )) w C L y f x 1 Subject to y w( x ) b w( x ) y b 1,,..., Dmana (.) L ( y, f ( x )) y f ( x ) y f ( x ) 0 (.3) Faktor w adalah reguralsas. Agar kapastas fungs dapat dkontrol maka fungs harus

4 dbuat setps mungkn dengan cara memnmalkan w Faktor kedua dalam fungs tujuan adalah kesalahan emprk (emprcal error) yang dukur dengan -nsenstve lossfuncton. Dengan menggunakan de -nsenstve lossfuncton norm dar w harus dmnmalkan agar mendapatkan generalsas yang bak untuk fungs regres f. Karena tu dperlukannya menyelesakan problem estmas berkut: 1 mn w (.4) Subject to y w( x ) b w( x ) y b 1,,..., e (yy) ˆ (y (b b x)) 0 1 Gambar.3 ɛ-nsenttve loss functon pada SVR Asumskan bahwa ada suatu fungs f yang dapat mengaproksmas semua ttk ( x, y ) dengan press. Dasumskan bahwa semua ttk ada dalam rentang f atau dsebut feasble. Sedangkan nfeasble merupakan konds dmana ada beberapa ttk yang keluar dar rentang f, ttk yang nfeasble n bsa dtambahkan varabel slack, untuk mengatas masalah pembatas yang tdak layak (nfeasble constran) dalam masalah optmas. Selanjutnya masalah optmas datas bsa dformulaskan sebaga berkut: 1 1 (.5) mn w C (, ) 1 Subject to T y w ( x ) b, 1,,..., T w ( x ) y b, 1,,...,, 0 Kostanta C menentukan tawar menawar (trade of) antara ketpsan fungs f dan batas atas devas lebh dar yang mash dtolerans. Semua devas lebh besar darpada akan dkenakan penalt sebesar C. Dalam SVR, ekuvalen dengan akuras dar aproksmas terhadap data tranng. nla yang kecl akan dkatkan dengan nla yang tngg pada varabel slack dan () akuras aproksmas yang tngg. Sebalknya, nla yang tngg untuk berkatan dengan nla yang kecl dan aproksmas yang rendah. Menurut persamaan (.5) nla yang tngg untuk varabel slack akan membuat kesalahan emprk mempunya pengaruh yang besar terhadap faktor regulas. Dalam SVR, support vector adalah data tranng yang terletak pada dan dluar batas f dar fungs keputusan, karena tu jumlah support vector menurun dengan naknya. Dalam formulas dual, problem SVR adalah sebaga berkut: 1 max ( )( j j )K( x, xj ) ( ) y ( ) Subject to () 1 j1 1 1 ( ) C, 1,,.., 0 C, 1,,.., 1 (.6) Dmana C ddefnskan oleh user, K( x, x ) adalah dot-product kernel yang j ddefnkan sebaga K( x1, x ) T j ( x ) ( xj). Dengan menggunakan lagrange multpler dan konds optmaltas, fungs regres secara eksplst drumuskan sebaga berkut: ( ) ( )K(, j ) 1 f x x x b (.7).4 Frefly Algorthm Algortma Kunang-kunang adalah sebuah algortma metaheurstk yang ternspras dar perlaku berkedp kunang-kunang untuk berkomunkas satu sama lan. Algortma n basanya dgunakan untuk kasus optmas karena jauh lebh sederhana bak dalam konsep maupun mplementas, serta mampu menghaslkan solus optmal bak dan benar. Algortma yang ternspras dar kunang-kunang n dbuat oleh Xn-She Yang pada tahun 008. FA memlk aturan sebaga berkut [10]: 1. Semua kunang-kunang adalah unsex yang berart setap kunang-kunang akan tertark satu sama lan.

5 . Tngkat daya tark (attractveness) kunangkunang proposonal dengan tngkat kecerahan atau tenstas cahaya (lght ntensty) yang dmlknya. Kunang-kunang yang memlk cahaya yang kurang terang akan tertark dan bergerak ke kunangkunang yang memlk cahaya lebh terang. Jka tdak ada kunang-kunang yang memlk cahaya yang lebh terang dar drnya, maka kunang-kunang akan bergerak secara random (acak). 3. Kecerahan atau ntenstas cahaya kunangkunang dtentukan oleh nla fungs objektf dar masalah yang dberkan. Untuk masalah maksmsas, ntenstas cahaya sebandng dengan nla fungs objektf. Parameter yang terdapat dalam algortma frefly adalah: 1. Intenstas cahaya (I) Intenstas cahaya menyatakan tngkat kecerahan dar kunang-kunang. Semakn cerah seekor kunang-kunang, maka dkatakan semakn bagus solus kunang-kunang tersebut. Intenstas cahaya proporsonal dengan fungs obejktf. Intenstas cahaya dalam kasus n adalah nla error masngmasng kunang-kunang.. Attractveness Daya tark yang dndkaskan dengan cerah tdaknya cahaya yang dhaslkan oleh kunangkunang. Besar keclnya daya tark bersfat relatf yang tergantung pada seberapa jauh kunangkunang. Dalam FA, fungs n merupakan fungs palng utama yang dapat drumuskan sebaga berkut: β(r) = β 0 e γr m dmana (m 1) (.7) 3. Jarak Semakn jauh jarak antar kunang-kunang, semakn redup cahaya dar kunang-kunang yang berkedp. Jarak antara dua kunang-kunang dan j pada x dan x j adalah jarak kartesan dengan rumus sebaga berkut: d r j = x x j = x,k x k=1,j (.8) 4. Movement Pergerakan kunang-kunang, kunang-kunang bergerak menuju kunang-kunang j yang lebh terang dengan rumus sebaga berkut: x = x + β 0 e γr m x x j + α rand 1 (.9).5 Pengukuran hasl predks Untuk mengetahu seberapa besar tngkat kesalahan / error pada tugas akhr n, dgunakan MAPE (Mean Absolute Percentage Error). MAPE merupakan ukuran akuras yang menunjukkan seberapa besar kesalahan predks dbandngkan dengan nla sebenarnya. Akuras dar MAPE dekspreskan dalam bentuk persentase. Semakn kecl nla MAPE yang dhaslkan maka semakn bak akuras peformans dar sstem predks yang dbangun. Berkut rumu perhtungan MAPE : MAPE = 1 n n y t y t t=1 x 100 (.10) dmana y t merupakan nla aktual dan y t merupakan nla hasl predks. y t 3. IMPLEMENTASI SISTEM Sstem n menggunakan data hstors 4 saham bluechp dengan rncan sebaga berkut: Adapun deskrps sstem secara gars besar dgambarkan pada flowchart pada gambar 3.1 Gambar 3.1 Flowchart sstem Pada proses tranng, sstem menggunakan FA untuk mendapatkan nla parameter optmal dar SVR. Nla palng optmal dambl dar frefly dengan nla ftness palng bak. Pada proses pengujan, nla optmal hasl keluaran dar FA djadkan sebaga nputan pada SVR dan duj untuk dketahu performansnya dalam melakukan predks nla closng dar ndeks saham yang dgunakan. MAPE dgunakan untuk

6 mengukur performans dar sstem predks yang telah dbangun. Skenaro 1 ( pengaruh Jumlah Populas) Parameter Populas Terbak Skenaro ( Pengaruh Jumlah Generas) populas dar skenaro 1 Paraneter Generas terbak Skenaro 3 (Pengaruh Alpha) generas dar skenaro Parameter Alpha Terbak Gambar 3. Proses FA Setelah ddapatkan hasl dar proses FA yang berupa parameter nla C dan epslon, dlakukan pelathan dan pengujan menggunakan SVR dengan flowchart sepert gambar 3.3 Skenaro 4 (Pengaruh Gamma) Alpha dar skenaro 3 Skenaro 5 (Pengaruh Delta) Gamma dar skenaro 4 Parameter Gamma D dapatkan Parameter terbak dar range yang telah d tentukan Gambar 4.1 Skenaro pengujan Sedangkan pada proses SVR, hanya dlakukan pengujan untuk mempredks harga saham dengan memaka nla output dar proses FA. 4.1 Analss parameter populas Gambar 3.4 Flowchart pelathan dan pengujan pada SVR 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS Strateg pengujan menggunakan 5 skenaro untuk proses FA yang berkorelas satu dengan yang lannya sepert pada gambar dbawah n Suatu frefly pada Frefly Algorthm merepresentaskan suatu kanddat solus. Jumlah frefly merepresentaskan sekumpulan frefly yang terdapat dalam suatu waktu atau yang basa dkenal dengan stlah populas. Frefly Algorthm mempunya cara kerja yang parallel yang artnya pada setap generas, Frefly Algorthm akan membangktkan, menguj dan berusaha memperbak sekumpulan frefly tersebut sampa

7 dtemukan satu solus yang dapat dterma. Semakn banyak jumlah frefly atau ukuran populas yang dberkan, maka semakn banyak pula pada setap generas terjad proses evolus dar suatu frefly menjad frefly yang lebh bak. Semakn banyak sebuah frefly berevolus, hal n akan mengakbatkan tngkat error yang dmlk oleh frefly tersebut semakn kecl. Pada akhrnya, semakn besar jumlah frefly yang dtentukan maka semakn kecl pula hasl error yang akan ddapat. Namun, kerugannya jka jumlah frefly yang dberkan besar maka waktu selesa program akan semakn lama. Dalam konds terburuk, komputas yang terjad pada suatu generas pada Frefly Algorthm dapat sebanyak O(n ). Hal n menunjukkan dalam konds terburuk, lama waktu komputas yang dlakukan akan menngkat dengan tajam. Selan tu, pemberan jumlah frefly yang tdak tepat akan menyebabkan konds overft. Pada Tabel datas, jumlah frefly yang bak terdapat pada pengujan ke- dengan nla 0. Sepert yang telah dsnggung sebelumnya, bahwa semakn besar jumlah frefly maka semakn kecl pula error yang akan dcapa. Namun, perlu dperhatkan bahwa apakah solus suatu frefly yang ddapat merupakan solus yang bak untuk data lath maupun data uj. Pada observas kal n, ddapat kesmpulan bahwa penggunaan jumlah frefly sebanyak 0 akan menghaslkan solus yang memlk nla error yang lebh kecl jka dbandngkan dengan error frefly lan. mengakbatkan jarngan yang terbentuk akan menganggap setap data yang dmasukkan bersfat sama sehngga output yang dhaslkan untuk setap data akan sama. Dengan kata lan, jarngan yang mengalam konds overweght akan kehlangan kemampuannya dalam mengenal pola dar data yang dberkan. Jumlah generas/teras yang terlalu banyak, akan mengakbatkan jarngan mengalam konds overft. Konds overft mempunya art bahwa jarngan bersfat terlalu spesfk terhadap data pelathan. Akbat dar overft adalah ketka proses pengujan berlangsung, jarngan akan mengalam kegagalan dalam menghaslkan output yang sesua terhadap data pengujan dkarenakan jarngan kehlangan kemampuan generalsasnya. Oleh karena tu, dkatakan bahwa jarngan yang mengalam konds overft akan bagus dalam mengenal pola data pelathan namun buruk dalam mengenal pola dar data pengujan. Jumlah generas/teras yang tepat akan menentukan kemampuan akhr jarngan dalam melakukan memoralsas dan generalsas. Memoralsas adalah kemampuan jarngan dalam mengenal pola yang telah dlathkan sedangkan generalsas adalah kemampuan jarngan dalam mengenal pola yang belum pernah dlathkan. Pada Tabel datas, jumlah generas terbak terdapat pada pengujan ke-10 dengan jumlah generas sebanyak Analss parameter alpha 4. Analss parameter generas Jumlah generas/teras merepresentaskan lamanya proses pembelajaran yang dlakukan terhadap jarngan yang sedang dobservas. Jumlah generas/teras menentukan kapan proses pembelajaran dhentkan. Semakn besar nla jumlah generas/teras, maka semakn lama pula proses pembelajaran berlangsung. Begtu juga sebalknya. Jumlah generas/teras yang terlalu sedkt, mengakbatkan jarngan yang terbentuk bersfat terlalu general/umum. Artnya kemampuan jarngan dalam mengenal pola terlalu sedkt atau bahkan tdak ada sama sekal. Konds n dnamakan overweght. Overweght akan Konstanta alpha pada Frefly Algorthm berpengaruh pada pergerakan kunang-kunang atau movement. Nla alpha berguna untuk melakukan randomsas seberapa besar suatu kunang-kunang begerak. Konstanta alpha dapat dbaratkan sepert halnya learnng rate pada jarngan syaraf truan. Learnng rate dalam jarngan syaraf truan harus mempunya besaran yang tdak terlalu kecl ataupun tdak terlalu besar. Jka learnng rate bernla terlalu besar, proses pembelajaraan akan mengalam keadaan stagnan. Artnya fungs pembatas yang terbentuk tdak dapat memetakan data dengan bak. Hal n dkarenakan proses belajarnya yang terlalu cepat sehngga dakhr epoch, fungs pembatas tdak dapat melakukan pembelajaran lag yang mengakbatkan nla error dakhr epoch bernla besar. Jka nla learnng rate

8 terlalu kecl, error pada akhr epoch pun akan bernla besar. Hal n dkarenakan proses pembelajaran yang terlalu lambat sehngga dbutuhkan waktu yang lama untuk mencapa solus yang dharapkan. Bsanya jka nla learnng rate kecl, maka jumlah epoch harus bernla besar untuk mengmbang antara banyaknya pembelajran dengan lamanya pembelajaran. Pada Tabel datas, nla alpha yang terbak terdapat pada pengujan ke-1 yang bernla 0.1. Jka nla alpha bernla 1 maka kunang-kunang akan bergerak secara bebas dan tdak teratur. Namun, jka alpha 0.1, kunang-kunang akan bergerak secara bebas namun teratur. 4.4 Analss parameter gamma Konstanta gamma pada Frefly Algorthm memlk pengaruh pada nla attractveness. Besar keclnya nla gamma akan berpengaruh pada daya tark antar kunang-kunang yang pada akhrnya akan berpengaruh pada pergerakan kunang-kunang. Konstanta gamma sendr memlk defns sebaga koefsen absorbs cahaya. Pada dasarnya, dapat dkatakan bahwa udara dapat menyerap cahaya. Hal n dapat dlhat bahwa pada konds udara yang bak, cahaya akan terlhat. Akan tetap, saat konds udara berkabut, ntenstas cahaya akan berkurang sehngga cahaya akan terlhat semakn redup. Jka nla gamma bernla terlalu kecl bahkan sama dengan 0, maka yang terjad adalah nla attractveness mendekat atau bahkan sama dengan 1. Hal n berart dalam konds apapun suatu frefly akan tertark dengan frefly lannya tdak bergantung pada perbedaan jarak yang dmlknya. Selan tu, jka nla attractveness sama dengan 1, maka akan mengakbatkan nla suatu bobot akan bernla lebh dar atau mnmal 1. Padahal rentang nla bobot bernla (-1,1). Pada hasl analss tabel datas, nla konstanta gamma yang terbak terdapat pada pengujan ke-5 yang bernla Analss pengaruh konstanta m Konstanta m merupakan sebuah konstanta yang dpaka pada persamaan (.8). Konstanta n merepresentaskan pengaruh seberapa besar jarak terhadap nla attractveness. Attractveness merupakan daya tark yang dndkaskan dengan cerah tdaknya cahaya yang dhaslkan oleh kunang-kunang. Nla attractveness n akan berpengaruh pada penentuan movement pada persamaan (.9). Semakn besar nla konstanta m yang dtentukan, semakn kecl nla attractveness antara kunang-kunang yang satu dengan kunangkunang yang lan. Jka nla attractveness kecl, maka besarnya perpndahan atau nla movement akan semakn pula. Hal n mengakbatkan program akan memakan waktu yang lama untuk mencapa solus yang dngnkan. Jka nla attractveness besar, terdapat kemungknan bahwa program tdak akan konvergen atau dengan kata lan tdak dapat menemukan solus yang optmal. Pada Tabel datas, nla konstanta m yang bak adalah bernla 1 pada saat pengujan ke-10. Hal n dkarenakan penggunaan nla konstanta m bernla lan akan menurunkan secara drasts nla attractveness yang mengakbatkan program dalam jumlah generas/teras dan jumlah frefly yang sama, akan memlk solus yang lebh buruk darpada program dengan nla konstanta 1. Dar proses pengujan parameter FA datas, ddapat nla parameter terbak sebaga berkut: Jumlah Populas Jumlah Generas Alpha Gamma Konstanta m ,1 0,5 1 Nla parameter datas kemudan dnputkan kedalam FA dan mendapatkan parameter SVR dengan nla C sebesar 95,5116 dan epslon sebesar 0,0168.

9 4.6 Hasl uj coba dengan SVR Gambar 4. Hasl predks dengan data saham IBM haran Gambar 4.5 Hasl predks dengan data saham AMD haran Gambar 4.3 Hasl predks dengan data saham IBM mngguan Gambar 4.6 Hasl predks dengan data saham AMD mngguan Gambar 4.4 Hasl predks dengan data saham IBM bulanan Gambar 4.7 Hasl predks dengan data saham AMD bulanan

10 Gambar 4.8 Hasl predks dengan data saham NIKE haran Gambar 4.11 Hasl predks dengan data saham NVIDIA haran Gambar 4.9 Hasl predks dengan data saham NIKE mngguan Gambar 4.1 Hasl predks dengan data saham NVIDIA mngguan Gambar 4.10 Hasl predks dengan data saham NIKE bulanan Gambar 4.13 Hasl predks dengan data saham NVIDIA bulanan

11 5 KESIMPULAN DAN SARAN Setelah peneltan dan analss dlakukan secara mendalam, dapat dtark beberapa pon kesmpulan anatara lan : 1. Penggunaan metode Frefly Algorthm (FA) dan Support Vector Regresson (SVR) pada data saham menghaslkan sstem predks dengan akuras yang cukup bagus, dengan MAPE ratarata kurang dar 5%.. Kombnas terbak yang ddapat pada kasus kal n adalah kombnas dengan parameter jumlah generas/teras yatu 100, jumlah populas (frefly) yatu 0, nla konstanta m yatu 1, konstanta alpha yatu 0.1, dan nla konstanta gamma yatu 0.5 yang menghaslkan nla C sebesar 95,5116 dan epslon sebesar 0, Banyaknya Jumlah Gen mempengaruh performans FA dalam mencar solus optmal. Semakn banyak jumlah gen maka nla eror semakn membesar dan nla akuras akan menurun. Nla konstanta alpha, gamma, dan konstanta m sangat menentukan pergerakan kunang-kunang menuju kunang-kunang yang terbak Berkut n adalah beberapa saran yang dapat djadkan pedoman untuk melakukan pengambangan tugas akhr n, antara lan : 1. Jumlah dan nla varas kombnas parameter hendaknya dperbanyak untuk mengeskploras lebh dalam lag hasl yang ddapat.. Mencoba mencar nla parameter SVR dengan algortma optmas yang lan. 3. Mencoba menggunakan data lan sepert data curah hujan, harga lstrk,dll. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] A.Kazem et al, Support Vector Regresson wth chaos-based frefly algorthm for stock market prce forecastng, Appled Soft Computng 13 (013) [] Huang, San-Chang,010, Chaos-based support vector regresson for exchange rate forecastng, Expert System wth Applcaton 37 (010) [3] Kavous-Fard, Abdollah, 014, A new hybrd Modfed Frefly Algorthm and Support Vector Regresson model for accurate Short Term Load Forecastng, Expert System wth Applcatons 41 (014) [4] Santosa,Bud, Tutoral Support Vector Machne. ITS,Surabaya [5] Sar, Dana Puspta,009, Analss performans Support Vector Regresson dalam mempredks bonus tahunan karyawan, J@t Undp vol 4. [6] Captal Market Educaton, 008, Pengertan Data Mnng, dakses tanggal 3 Maret 015. [7] Darmadj dan Fakhruddn,001. Pasar modal d Indonesa. Salemba Empat, Jakarta. [8] Herawat, S., (013), Peramalan Harga Saham Menggunakan Integras Emprcal Mode Decomposton dan Jarngan Syaraf Truan,JURNAL ILMIAH MIKROTE., 1, 3-8. [9] Dgensa,01, Analsa Tme Seres, nalsa-tme-seres/, dakses tanggal 15 Januar 015. [10] Xn-She Yang and Xngsh He, (013). Frefly Algorthm: Recent Advances and Applcatons, Int. J. Swarm Intellgence,Vol. 1, No. 1, pp [11] C. Sudheer, S. K. Sohan, D. Kumar et al., A support vector machne-fefly algorthm based forecastng model to determne malara transmsson, Neurocomputng, vol. 19, pp , 014. [1] L.J. Cao. Support Vector Machnes Experts for Tme Seres Forecastng. Neurocomputng 51 (003) [13] MO Yuan-bn et al, Optmal Choce of Parameters for Frefly Algorthm, 013 Fourth Internatonal Conference on Dgtal Manufacturng & Automaton. [14] Drucker, H., Burges, C., Smola, A., Kaufmann, L., & Vapnk, V. (1996). Support Vector Regresson Machnes. Advances n Neural Informaton Processng Systems, [15] Fur R.P.,014 Predks Fnancal Tme Seres Menggunakan Independent Component Analyss dan Support Vector Regresson, Bandung: Unverstas Telkom.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi)

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi) 0 Oktober 206 Analtk Data Tngkat Lanut (Regres) Imam Cholssodn mam.cholssodn@gmal.com Pokok Bahasan. Konsep Regres 2. Analss Teknkal dan Fundamental 3. Regres Lnear & Regres Logstc (Optonal) 4. Regres

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Pemakaian Air di PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkit Gresik Menggunakan Support Vector Regression

Peramalan Jumlah Pemakaian Air di PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkit Gresik Menggunakan Support Vector Regression Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer e-issn: 548-964X Vol., No. 10, Oktober 018, hlm. 3788-3795 http://j-ptk.ub.ac.d Peramalan Jumlah Pemakaan Ar d PT. Pembangktan Jawa Bal Unt Pembangkt

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE

ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE ANALISIS SENTIMEN PENGGUNA JEJARING SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE M. Fachrurroz, M.T. 1, Nov Yuslan, M.T. 2 1,2 Jurusan Teknk Informatka Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Srwjaya 1 obetsobets@gmal.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Gambar 1 Visualisasi Layering pada GCM (Sumber : IPPC, 2011)

Gambar 1 Visualisasi Layering pada GCM (Sumber : IPPC, 2011) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Srkulas Umum Model srkulas umum atau general crculaton model (GCM) merupakan suatu penggambaran matemats dar sejumlah besar nteraks fska, kma, dan dnamka atmosfer bum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS. DATA MINING Data mnng terdr dar berbaga metode. Berbaga metode mempunya tuuan yang berbeda, masng-masng menawarkan metode yang memlk kelebhan dan kekurangan. Namun, penambangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Follower Official Account Line Menggunakan Regresi dan Algoritma Genetika

Prediksi Jumlah Follower Official Account Line Menggunakan Regresi dan Algoritma Genetika Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 11, November 217, hlm. 1312-132 http://j-ptk.ub.ac.d Predks Jumlah Follower Offcal Account Lne Menggunakan Regres dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci