Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia"

Transkripsi

1 Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti menggambar atau menulis. Oleh karena itu, demografi dapat dirtikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk (dalam Adioetomo dan Samosir, 2010). Sejalan dengan perkembangan waktu, banyak ahli memberikan definisi demografi, berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa ilmu demografi merupakan suatu alat untuk mempelajari perubahan-perubahan kependudukan dengan memanfaatkan data dan statistik kependudukan serta perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik dari data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran, dan komposisi/strukturnya (dalam Adioetomo dan Samosir, 2010). Dengan teknik-teknik demografi kita dapat menghitung dan mengembangkan indikatorindikator peristiwa demografi, seperti kelahiran, kematian, pertumbuhan penduduk, perubahan struktur penduduk, angkatan kerja, migrasi, ataupun pengangguran. Jadi indikator-indikator demografi merupakan alat analisis yang dipakai untuk menjelaskan kejadian-kejadian kependudukan. Pemakaian istilah parameter kependudukan juga merupakan satu bentuk alat analisis untuk mempelajari kejadian/fenomena dalam kependudukan. Untuk itu, beberapa parameter kependudukan yang akan dianalisis di Provinsi Jambi dari tahun 1991 sampai dengan 2010 antara lain, yaitu Jumlah Penduduk, Sex Ratio, Kepadatan 1 Analisis Parameter Kependudukan

2 Penduduk, Angka Harapan Hidup, Rasio Ketergantungan, Laju Pertumbuhan Penduduk, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Median Usia Kawin Pertama Wanita, Rata-rata Lama Sekolah, dan Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR). 2 Analisis Parameter Kependudukan

3 Ribu BAB II Analisis Parameter Kependudukan dari Berbagai Sudut Pandang 1. Kabupaten Batanghari a. Jumlah Penduduk Secara umum, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Batanghari terus bertambah dari tahun ke tahun. Tahun 1991 diketahui bahwa penduduk Batanghari adalah jiwa. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2000, jumlah penduduk Batanghari adalah sebesar jiwa. Selanjutnya, hasil perhitungan Sensus Penduduk 2010 diketahui jumlah penduduk meningkat menjadi sebesar jiwa. Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk Batanghari selama tahun (dari berbagai sumber) Gambar Tren Jumlah Penduduk Kab. Batanghari tahun 1991 s/d , , ,61 191, , , , / Analisis Parameter Kependudukan

4 b. Sex Ratio Dari pengelompokkan penduduk menurut jenis kelamin, ukuran yang dihasilkan adalah rasio jenis kelamin. Ukuran ini menyatakan perbandingan antara banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Secara umum, sex ratio di Batanghari menunjukkan bahwa rasio jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Selama kurun waktu 1991 sampai 2010, sex ratio penduduk Batanghari terbesar pada tahun 2007, yakni sebesar 107,71 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 7 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 107 laki-laki. c. Kepadatan Penduduk Ukuran umum yang dipakai untuk menghitung daya dukung lingkungan adalah rasio kepadatan penduduk (density ratio), yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilo meter persegi pada tahun tertentu. Batanghari dari kurun waktu 1991 sampai dengan 2010 menunjukkan bahwa terjadi pertambahan kepadatan dari 27 orang penduduk per km 2 menjadi 42 orang penduduk per km 2.. Berdasarkan data yang dikumpulkan, kepadatan penduduk Batanghari tertinggi pada tahun 2010, yaitu 42 orang per km 2. 4 Analisis Parameter Kependudukan

5 Gambar Tren Kepadatan Penduduk Kab. Batanghari tahun 1991 s/d / d. Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata tambahan umur seseorang yang diharapkan dapat terus hidup. Perkiraan ini didasarkan pada age specific death rate (ASDR) pada tahun tertentu. Biasanya, AHH dibuat terpisah berdasarkan jenis kelamin, umur sekarang, dan suku/etnik. Ukuran yang umum digunakan adalah AHH pada saat lahir mencerminkan kondisi kesehatan pada saat itu. Berdasarkan data BAPPEDA, diketahui bahwa di Batanghari pada tahun 2007, AHH pada waktu lahir adalah 65,8 tahun, yang artinya penduduk di Batanghari secara rata-rata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur 65/66 tahun. Pada tahun 2010, AHH meningkat menjadi 73 tahun sehingga secara rata-rata penduduk di Batanghari diharapkan dapat hidup sampai dengan umur 73 tahun. Dari sudut pandang kesehatan, terjadi perbaikan taraf kesehatan masyarakat melalui program-program kesehatan yang digulirkan secara vertikal seperti 5 Analisis Parameter Kependudukan

6 Program Imunisasi, Posyandu, peningkatan kesehatan Ibu dan Anak (Klinik KIA), KB, ataupun PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). e. Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia nonproduktif (penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun atau lebih) dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia tahun). Atau dapat disederhanakan menjadi perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja. Data BPS (2010), menunjukkan rasio ketergantungan di Batanghari adalah 52 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Batanghari mempunyai tanggungan sekitar 52 penduduk nonproduktif. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi rasio ketergantungan antara lain, yaitu meningkat Angka Harapan Hidup sehingga menyebabkan rasio ketergantungan penduduk usia tua meningkat, sebaliknya penurunan rata-rata jumlah anak yang dimiliki perempuan dapat menyebabkan rasio ketergantungan penduduk muda semakin menurun (Adioetomo dan Samosir, 2010) f. Laju Pertumbuhan Penduduk Secara umum, laju pertumbuhan penduduk Batanghari per tahun selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 2,33 persen. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan Provinsi Jambi 2,55, namun LPP Batanghari jauh lebih besar dibandingkan dengan LPP secara nasional, yaitu sebesar 1,49 persen. 6 Analisis Parameter Kependudukan

7 Berdasarkan data yang dikumpulkan dari BPS dan BKB-PP Kab. Batanghari, menunjukkan bahwa adanya fluktuasi laju pertumbuhan penduduk di Batanghari dari 2,32 persen periode tahun 2002/3 menjadi 2,10 persen pada tahun 2007 dan kemudian pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 2,33 persen. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Batanghari diperkirakan karena peristiwaperistiwa alamiah seperti kelahiran, kematian, ataupun migrasi (mobilisasi sosial). Apabila dilihat dari sex ratio, yaitu sebesar 104,83 yang artinya rasio perbandingan penduduk laki-laki lebih banyak jika dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Mobilisasi sosial atau pergerakan manusia masuk ke dalam suatu daerah, areal perkebunan (sawit dan karet) yang banyak terletak di Batanghari membutuhkan tenaga kerja laki-laki diperkirakan menjadi salah satu penyebab terjadi peningkatan laju pertumbuhan penduduk di Batanghari. g. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka kematian ibu adalah jumlah kematian wanita yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan kelahiran anak per kelahiran hidup pada tahun tertentu. Berdasarkan data DINKES selama kurun waktu 2007 sampai dengan 2010, terdapat 2 kematian maternal per kelahiran hidup pada tahun 2007, naik menjadi 3 kematian maternal per kelahiran hidup pada tahun Beberapa penyebab kematian maternal dapat dicegah dengan adanya penanganan professional dalam pemeliharaan antenatal dan kelahiran, serta peningkatan gizi ibu hamil. Sebagaimana tertuang dalam kesepakatan internasional mengenai sasaran pembangunan millennium (MDGs) target no.5a yaitu menurunkan angka kematian ibu (AKI) sebesar tiga perempat dari AKM tahun 1990 pada tahun Lebih khususnya pada target 5b, yaitu akses 7 Analisis Parameter Kependudukan

8 kesehatan reproduksi secara universal pada tahun 2015 melalui antenatal care coverage (ANC). h. Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi adalah kematian bayi usia di bawah 1 tahun (0-11 bulan) per kelahiran hidup dalam tahun tertentu. Data Dinkes menunjukkan bahwa selama periode tahun 2007 sampai 2010, AKB sebesar 1,32 kematian per kelahiran hidup naik menjadi 5,19 kematian per kelahiran hidup. Peningkatan AKB ini perlu menjadi perhatian serius bagi kita, karena angka kematian bayi merupakan salah saru indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Mosley dan Chen (dalam SDKI 2007) menerangkan bahwa ada berbagai faktor sosial ekonomi yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kematian bayi antara lain, yaitu karakteristik ibu seperti umur, paritas, ataupun selang kelahiran; pencemaran lingkungan; gizi; kecelakaan; dan penyakit. i. Median Usia Kawin Pertama Wanita Median umur kawin pertama didefinisikan sebagai umur, dimana 50 persen wanita pada semua kelompok umur sudah menikah pada saat survei. Median dapat diestimasikan untuk semua kohor di mana paling sedikit separo dari wanita itu sudah pernah kawin pada saat survei. Berdasarkan data BPS (2010) menunjukkan bahwa median umur kawin pertama pada wanita, yaitu pada umur 18,72 tahun. Artinya median umur kawin pertama di Batanghari yaitu 18,7 tahun. Apabila dibandingkan dengan median umur kawin pertama Provinsi Jambi tahun 2007 sebesar 19,1 tahun, menunjukkan median 8 Analisis Parameter Kependudukan

9 ukp di Batanghari lebih rendah. Hal ini sesuai dengan asumsi, yaitu secara umum wanita yang tinggal di perkotaan menikah duatahun lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang tinggal di perdesaan (21,3 tahun dibanding 18,7 tahun) (SDKI, 2007). j. Rata-rata Lama Sekolah Dalam SDKI (2007) pada halaman 25 lebih dikenal dengan median lamanya tahun sekolah. Data BPS menunjukkan bahwa rata-rata lama menempuh sekolah di Batanghari, yaitu 7,4 pada tahun 2002/3, naik menjadi 7,5 pada periode 2007 dan stagnan pada tahun Berdasarkan data SDKI (2007) bahwa kesempatan mendapatkan pendidikan bervariasi menurut daerah tempat tinggal. Wanita dan pria yang tinggal di perkotaan lebih besar kemungkinannya untuk memperoleh pendidikan dibandingkan dengan wanita dan pria yang tinggal di perdesaan. Pada median lamanya tahun sekolah juga menunjukkan pola yang sama, yaitu wanita yang tinggal di perkotaan mempunyai median lamanya tahun sekolah lebih lama dibandingkan wanita yang tinggal di perdesaan, yaitu 8,5 tahun dan 5,5 tahun. Untuk pria, yaitu masing-masing 8,9 tahun bagi yang tinggal di perkotaan dan 5,7 tahun untuk mereka yang tinggal di perdesaan. k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) Angka prevalensi kontrasepsi adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Dari data (BKB-PP) yang terkumpul selama periode tahun 1994 sampai dengan 2010, menunjukkan adanya kenaikan persentase PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB, yaitu sebesar 79,85 pada tahun Pada tahun 2010, CPR sebesar 79,85 berarti bahwa dari 100 pasangan usia subur di Batanghari, 80 sedang menggunakan alat/cara KB. Peningkatan pemakaian alat/cara dari tahun ke tahun di Batanghari menunjukkan 9 Analisis Parameter Kependudukan

10 Ribu adanya kesadaran masyarakat dalam upaya merencanakan dan mengatur kelahiran, disamping meningkatnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang manfaat dari pemakaian alat/cara KB 2. Kabupaten Tanjung Jabung Barat a. Jumlah Penduduk Secara umum, di Tanjung Jabung Barat terus terjadi penambahan jumlah penduduk selama kurun waktu 2000 sampai dengan Hasil perhitungan tahun 2000, tercatat sebesar jiwa, pada tahun 2007, penduduk kabupaten Tanjabbar adalah jiwa. Hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kuala Tungkal adalah sebesar jiwa. Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk Tanjabbar periode 2000 s/d Gambar Tren Jumlah Penduduk Kab. Tanjung Jabung Barat dari tahun 2000 s/d , , ,46 278, / Analisis Parameter Kependudukan

11 b. Sex Ratio Sumber data BPS selama tahun 2000 sampai dengan 2010, secara umum sex ratio penduduk Tanjung Jabung Barat menunjukkan bahwa jumlah penduduk lakilaki lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat pada tahun 2002/3 yakni sebesar 116,42, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 16 persen lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 116 laki-laki. Pada tahun 2010, sex ratio penduduk Tanjung Jabung Barat adalah sebesar 108, artinya adalah jumlah penduduk laki-laki delapan persen lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 108 laki-laki. Faktor yang mungkin menjadi alasan sex ratio di wilayah ini cukup besar, yakni wilayah pelabuhan yang membutuhkan tenaga kerja laki-laki serta beberapa pabrik yang sebagaian besar karyawan adalah laki-laki. c. Kepadatan Penduduk Secara umum, kepadatan penduduk (density ratio) penduduk Tanjung Jabung Barat menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu 37,49 jiwa per km 2 tahun 2000 menjadi 41,4 jiwa per km 2 pada tahun 2002/3. Pada tahun 2007, kepadatan sebesar 44,6 jiwa per km 2 menjadi 56 jiwa per km 2 tahun Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi sebanyak 57,8 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk sebesar 56 orang per kilo meter persegi, artinya adalah tiap kilo meter wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat dihuni oleh 56 orang penduduk. 11 Analisis Parameter Kependudukan

12 Berikut gambar yang menunjukkan tren kepadatan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari tahun 2000 sampai dengan Gambar Tren Kepadatan penduduk Kab. Tanjab Barat tahun 2000 s/d ,49 41,4 44, / d. Angka Harapan Hidup Berdasarkan data BPS selama tahun 2000 sampai dengan 2010, angka harapan hidup di Kabupaten Tanjung Jabung Barat menunjukkan tren semakin baik. Pada tahun 2000, AHH sebesar 66,8 tahun, selanjutnya naik menjadi 41,4 tahun pada tahun 2002/3. Hasil perhitungan tahun 2010, AHH yakni sebesar 71,2 tahun, yang artinya orang yang dilahirkan pada tahun 2010 secara rata-rata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur 71,2 tahun. Angka harapan hidup merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui taraf kesehatan masyarakat setempat. Promosi kesehatan secara vertikal sangat menentukan pola perilaku hidup sehat. Tingkat kematian yang menurun juga ikut menentukan angka harapan hidup suku/etnik tertentu. 12 Analisis Parameter Kependudukan

13 e. Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan mampu melihat perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja/produktif. Rasio ketergantungan mendeskripsikan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja. Hasil perhitungan BPS selama kurun tahun 2000 sampai 2010, menunjukkan rasio ketergantungan di Tanjung Jabung Barat cukup tinggi dan berfluktuasi, yaitu tahun 2000, rasio ketergantungan sebesar 674,1. Pada tahun 2002/3, rasio ketergantungan adalah sebesar 478,65, kemudian naik menjadi 559,11 pada tahun 2007, tahun 2010 rasio ketergantungan turun menjadi 540,3. Pada tahun 2000, rasio ketergantungan adalah 674 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Tanjung Jabung Barat mempunyai tanggungan sekitar 674 penduduk nonproduktif. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan rasio ketergantungan di kabupaten lainnya. Besar beban tanggungan di wilayah ini dimungkinkan karena jumlah penduduk muda dan penduduk tua yang sangat besar. Berikut Gambar menunjukkan tren rasio ketergantungan di Kabupaten Tanjab Barat selama tahun 2000 sampai dengan Analisis Parameter Kependudukan

14 Gambar Tren Rasio Ketergantungan di Kabupaten Tanjab Barat dari tahun 2000 s/d , ,65 559,11 540, / f. Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat per tahun selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 3,03 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan Provinsi Jambi 2,55, namun LPP Tanjab Barat jauh lebih besar dibandingkan dengan LPP secara nasional, yaitu sebesar 1,49 persen. Berdasarkan data BPS menunjukkan bahwa adanya fluktuasi laju pertumbuhan penduduk di Tanjab Barat dari 3,25 persen periode tahun 2000, naik menjadi 3,27 persen pada tahun 2002/3 dan kemudian pada tahun 2007 turun menjadi sebesar 2,47persen. Perhitungan BPS, tahun 2010 LPP kab. Tanjabbar menunjukkan sebesar 3,03 persen. Artinya, LPP tahun 2010 naik sebesar 0,56 persen. 14 Analisis Parameter Kependudukan

15 Alasan yang mungkin dapat dipakai, adalah Tanjab barat merupakan wilayah timur yang berbatasan langsung dengan kawasan Sijori sehingga arus perpindahan orang cukup tinggi, selain itu beberapa lokasi pabrik dan perusahaan berada di wilayah ini ikut memberikan sumbangan naiknya pertumbuhan penduduk. g. Angka Kematian Ibu (AKI) Data Dinkes menunjukkan bahwa ada kenaikan angka kematian ibu di kabupaten Tanjab barat selama tahun 2002/3 sampai dengan tahun 2010, yaitu dari 164 kematian maternal per kelahiran hidup pada tahun 2002/3 menjadi 234 kematian maternal per kelahiran hidup pada tahun Angka Kematian Ibu kabupaten Tanjab Barat lebih tinggi dibandingkan dengan AKI nasional, yaitu sebesar 228 per kelahiran hidup (SDKI, 2007). Sasaran yang tertuang dalam MDGs untuk menurun AKI menjadi tiga perempatnya pada tahun 2015, akan menjadi pekerjaan rumah ke depan bagi wilayah Tanjabbarat. Kematian maternal bisa disebabkan oleh karena penyakit yang berkaitan dengan kehamilan, ataupun memburuk akibat kehamilan, ataupun karena pertolongan kelahiran yang tidak tepat. Sekaitan dengan hal di atas, program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (SDKI, 2007). 15 Analisis Parameter Kependudukan

16 Data SDKI (2007) diketahui bahwa persentase ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan empat kali atau lebih yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tinggal di perdesaan, yaitu masingmasing 90 persen dan 76 persen. h. Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi adalah kematian bayi usia di bawah 1 tahun (0-11 bulan) per kelahiran hidup dalam tahun tertentu. Data Dinkes menunjukkan bahwa angka kematian bayi selama periode tahun 2002/3 sampai 2010, AKB sebesar 7,28 kematian per kelahiran hidup naik menjadi 9,41 kematian per kelahiran hidup pada tahun Selama kurun waktu 2007 ke 2010, Tanjabbar berhasil menurunkan angka kematian bayi, yaitu dari 9,41 per kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 6,55 per kelahiran hidup pada tahun i. Media Usia Kawin Pertama Wanita Berdasarkan data BPS (2010) menunjukkan bahwa median umur kawin pertama pada wanita, yaitu pada umur 18,5 tahun selama periode 2000 sampai dengan Artinya median umur kawin pertama di Tanjab Barat yaitu 18,5 tahun. Apabila dibandingkan dengan median umur kawin pertama Provinsi Jambi tahun 2007 sebesar 19,1 tahun, menunjukkan median ukp di Tanjab Barat lebih rendah. Hal ini sesuai dengan asumsi, yaitu secara umum wanita yang tinggal di perkotaan menikah dua tahun lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang tinggal di perdesaan (21,3 tahun dibanding 18,7 tahun) (SDKI, 2007). j. Rata-rata Lama Sekolah - k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) - 16 Analisis Parameter Kependudukan

17 Ribu 3. Kabupaten Tanjung Jabung Timur a. Jumlah Penduduk Secara umum, jumlah penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Timur cenderung bertambah dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa hasil perhitungan penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk adalah sebesar orang, pada tahun 2002/3 penduduk Tanjung Jabung Timur bertambah menjadi jiwa, tahun 2007 sebanyak jiwa, dan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk mencapai sebesar jiwa. Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk Tanjab Timur selama tahun 2000 s/d tahun 2010 (dari berbagai sumber). Gambar Tren Jumlah Penduduk Kab. Tanjab Timur dari tahun 2000 s/d , , , , / b. Sex Ratio Secara kabupaten, sex ratio penduduk Tanjab Timur adalah sebesar 105,45 yang artinya jumlah penduduk laki-laki lima persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 105 laki-laki. Sex 17 Analisis Parameter Kependudukan

18 ratio penduduk stagnan dari tahun ke tahun yaitu 105,45 selama kurun waktu 2000 sampai dengan Angka sex ratio penduduk Tebo lebih tinggi dibandingkan dengan sex ratio penduduk Provinsi Jambi yaitu sebesar 104,5. c. Kepadatan Penduduk Tanjung Jabung Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jambi yang mana letaknya berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi di sebelah selatan dan sebelah barat, Tanjung Jabung Barat di sebelah barat, Sumatera Selatan di sebelah selatan, dan Laut Cina Selatan di sebelah utara dan timur. Dengan luas wilayah sekitar km 2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Tanjab Timur sebesar 37,70 jiwa per kilometer persegi, artinya tiap kilometer persegi wilayah Tanjab Timur dihuni oleh 37 sampai dengan 38 orang penduduk. Selama tahun 2000 sampai 2010, kepadatan penduduk Tanjab Timur menunjukkan kenaikan perlahan, yaitu 35,18 jiwa per km persegi pada tahun 2000, menjadi 35,67 per km persegi tahun 2002/3, naik menjadi 36,93 dan menjadi 37,70 jiwa per km persegi pada tahun d. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata tambahan umur seseorang yang diharapkan dapat terus hidup. Ukuran AHH mencerminkan kondisi kesehatan pada saat itu. Data di Tanjab Timur menunjukkan bahwa ada perbaikan taraf kesehatan masyarakat, yaitu AHH sebesar 66,9 tahun pada tahun 2002/3, pada tahun 2007 AHH sebesar 69,33 tahun, dan pada tahun 2010 mencapai 70,42 tahun. Artinya orang yang lahir pada tahun 2010 secara ratarata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur 70,42 tahun. 18 Analisis Parameter Kependudukan

19 e. Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan mampu melihat perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja/produktif. Rasio ketergantungan mendeskripsikan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja. Data menunjukkan rasio ketergantungan pada tahun 2007 di Tanjung Jabung Timur, yaitu rasio ketergantungan sebesar 49,95 dan pada tahun 2010, adalah sebesar 51,59. Pada tahun 2007, rasio ketergantungan adalah 49,95 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Tanjung Jabung Timur mempunyai tanggungan sekitar 50 penduduk nonproduktif. Rasio beban tanggungan ini meningkat menjadi 51,59 per 100 penduduk usia kerja. Kemungkinan yang menyebabkan hal di atas adalah meningkatnya harapan hidup rata-rata penduduk Tanjab Timur dari 69,33 tahun menjadi 70,42 tahun. f. Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Timur per tahun selama sepuluh tahun terakhir adalah stagnan sebesar 0,69 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan Provinsi Jambi 2,55 maupun LPP dengan LPP secara nasional, yaitu sebesar 1,49 persen. g. Angka Kematian Ibu (AKI) Data menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan angka kematian ibu di kabupaten Tanjab Timur selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, yaitu 3 (tiga) kematian maternal per kelahiran hidup. Sekaitan dengan hal di atas, program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, yaitu 19 Analisis Parameter Kependudukan

20 paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (SDKI, 2007). Data SDKI (2007) diketahui bahwa persentase ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan empat kali atau lebih yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tinggal di perdesaan, yaitu masingmasing 90 persen dan 76 persen. Menurut median bulan umur kandungan pada kunjungan pertama, Ibu hamil di daerah perkotaan lebih awal melakukan pemeriksaan kehamilan dibanding ibu di daerah perdesaan, yaitu masing-masing 2,4 bulan dan 3,0 bulan. Selain itu, upaya untuk mengurangi angka kematian (AKI) melahirkan melalui peran dan tanggungjawab laki-laki atas perilakunya, dan yang terpenting melindungi hak dan kesehatan perempuan pasangannya. Melalui dukungan terhadap istri dalam pelayanan kesehatan dan pengambilan keputusan. Sistem kesehatan juga harus dikembangkan yaitu melalui berbagai program vertikal, seperti perluasan program imunisasi, kesehatan ibu dan keluarga berencana. h. Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi adalah kematian bayi usia di bawah 1 (satu) tahun (0-11 bulan) per kelahiran hidup dalam tahun tertentu. Data menunjukkan bahwa angka kematian bayi selama periode tahun 2007 sampai 2010, AKB sebesar 12 kematian per kelahiran hidup pada tahun 2007, naik menjadi 16 kematian per kelahiran hidup pada tahun Data SDKI (2007) menemukan fakta bahwa angka kematian bayi sangat dipengaruhi oleh karakteristik demografi, dan sosial ekonomi ibu, yaitu bayi yang 20 Analisis Parameter Kependudukan

21 lahir dari ibu yang tinggal di perkotaan mempunyai angka mortalitas lebih rendah dibanding bayi yang lahir dari ibu yang tinggal di perdesaan, yaitu 31 per dan 45 per Menurut tingkat pendidikan ibu, anak yang lahir dari ibu dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai resiko kematian lebih tinggi dibanding denan anak yang lahir dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi. Semakin rendah tingkat pendidikan ibu maka semakin tinggi resiko kematian bayi, angka kematian bayi dari ibu yang tidak sekolah adalah 73 kematian per kelahiran hidup dibanding dengan 24 kematian per kelahiran hidup untuk bayi dari ibu berpendidikan SMTA atau lebih. i. Media Usia Kawin Pertama Wanita Berdasarkan data yang terkumpul, menunjukkan bahwa median umur kawin pertama pada wanita meningkat, yaitu pada umur 18 tahun menjadi 21 tahun selama periode 1991 sampai dengan Apabila dibandingkan dengan median umur kawin pertama Provinsi Jambi tahun 2007 sebesar 19,1 tahun, menunjukkan median ukp di Tanjab Timur lebih tinggi. j. Rata-rata Lama Sekolah Data menunjukkan bahwa rata-rata lama menempuh sekolah di Tanjab Timur pada tahun 2010 lebih meningkat dibandingkan rata-rata lama menempuh sekolah pada tahun 2007, yaitu 6,26 tahun menjadi 6,20 tahun. Berdasarkan data SDKI (2007) bahwa kesempatan mendapatkan pendidikan bervariasi menurut daerah tempat tinggal dan indeks kekayaan kuintil. Menurut daerah tempat tinggal, wanita yang tinggal di perkotaan mempunyai median lamanya tahun sekolah lebih lama dibandingkan wanita yang tinggal di 21 Analisis Parameter Kependudukan

22 perdesaan, yaitu 8,5 tahun dan 5,5 tahun. Untuk pria, yaitu masing-masing 8,9 tahun bagi yang tinggal di perkotaan dan 5,7 tahun untuk mereka yang tinggal di perdesaan. Menurut Indeks kekayaan kuintil, wanita yang berasal dari indeks kekayaan kuintil terbawah median lamanya tahun sekolah cenderung lebih sebentar dibanding wanita dari indeks kekayaan kuintil teratas, yaitu 5,1 tahun dan 11,3 tahun (SDKI, 2007). k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) - 4. Kabupaten Muaro Jambi a. Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2000, jumlah penduduk Muaro Jambi adalah jiwa. Tren jumlah penduduk Muaro Jambi mengalami peningkatan sampai dengan 2010, hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk sudah mencapai jiwa. Bila dilihat dari persentase distribusi penduduk, diestimasi ada sekitar 11 persen penduduk berdiam di Kabupaten Muaro Jambi. Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk Muaro Jambi dari tahun Analisis Parameter Kependudukan

23 Ribu Gambar Tren Jumlah Penduduk Kab. Muaro Jambi tahun 2000 s/d , , , , / b. Sex Ratio Dari total penduduk sebanyak orang, rasio jenis kelamin penduduk Muaro Jambi adalah sebesar 107,55, yang berarti proporsi penduduk laki-laki tujuh persen lebih banyak dari proporsi penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 107 laki-laki. Angka sex ratio Muaro Jambi merupakan salah satu sex ratio terbesar disamping Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan Tebo, yaitu masing-masing 107,89 dan 106,77. c. Kepadatan Penduduk Dengan luas wilayah sebesar Km2 dan jumlah penduduk orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Muaro Jambi sebanyak 65,37 jiwa per kilometer persegi, yang berarti tiap-tiap kilometer persegi wilayah di Muaro Jambi dihuni oleh 65 orang penduduk. Adapun wilayah ini berada dalam batasbatas sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 23 Analisis Parameter Kependudukan

24 d. Angka Harapan Hidup Berdasarkan data, diketahui bahwa di Muaro Jambi pada tahun 2002/3, AHH pada waktu lahir adalah 66,3 tahun, yang artinya penduduk di Batanghari secara rata-rata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur 66 tahun. Pada tahun , AHH meningkat menjadi 69,11 tahun sehingga secara rata-rata penduduk di Muaro Jambi diharapkan dapat hidup sampai dengan umur 69 tahun. e. Rasio Ketergantungan Data menunjukkan rasio ketergantungan pada tahun 2010 di Muaro Jambi, yaitu sebesar 50,14 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Muaro Jambi mempunyai tanggungan sekitar 50 penduduk nonproduktif. f. Laju Pertumbuhan Penduduk Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Muaro Jambi per tahun selama periode sebesar 3,19 persen. Sementara itu selama periode , laju pertumbuhan penduduk Muaro Jambi menunjukkan peningkatan, yaitu sebesar 3,9 persen. Angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan LPP provinsi Jambi, yaitu sebesar 2,55 persen, ataupun LPP Nasional sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan penduduk adalah yang tertinggi diantara Kabupaten/Kota lain di Provinsi Jambi. faktor penjelas yang mungkin dapat digunakan adalah arus penduduk masuk ke dalam Muaro Jambi yang mungkin diperkirakan cukup besar. g. Angka Kematian Ibu (AKI) - h. Angka Kematian Bayi - 24 Analisis Parameter Kependudukan

25 i. Media Usia Kawin Pertama Wanita - j. Rata-rata Lama Sekolah Tren rata-rata lama menempuh sekolah terus menglami peningkatan, di tahun 2002/3 rata-rata lama sekolah berkisar 6,8 tahun, pada tahun 2007 diketahui bahwa rata-rata lama sekolah naik menjadi 7,53 tahun. Pada tahun 2010, ratarata lama menempuh sekolah naik menjadi 7,98 tahun. Kenaikan ini juga tercermin di beberapa kabupaten/kota lain di Provinsi Jambi. Berdasarkan data SDKI (2007) bahwa kesempatan mendapatkan pendidikan bervariasi menurut daerah tempat tinggal dan indeks kekayaan kuintil. Menurut daerah tempat tinggal, wanita yang tinggal di perkotaan mempunyai median lamanya tahun sekolah lebih lama dibandingkan wanita yang tinggal di perdesaan, yaitu 8,5 tahun dan 5,5 tahun. Untuk pria, yaitu masing-masing 8,9 tahun bagi yang tinggal di perkotaan dan 5,7 tahun untuk mereka yang tinggal di perdesaan. Menurut Indeks kekayaan kuintil, wanita yang berasal dari indeks kekayaan kuintil terbawah median lamanya tahun sekolah cenderung lebih sebentar dibanding wanita dari indeks kekayaan kuintil teratas, yaitu 5,1 tahun dan 11,3 tahun (SDKI, 2007). k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) - 25 Analisis Parameter Kependudukan

26 Ribu 5. Kabupaten Bungo a. Jumlah Penduduk Secara umum, jumlah penduduk Bungo bertambah selama kurun waktu yaitu sebesar pada tahun 2000, pada tahun 2007 sebanyak jiwa dan orang berdasarkan hasil pencacahan SP Berdasarkan perhitungan Sensus Penduduk 2010, bahwa persentase distribusi penduduk yang berdiam di Bungo hanya sebesar 10 persen, sementara itu persentase distribusi penduduk terbesar berpusat di Kota Jambi, yaitu 17 persen. Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk Bungo selama tahun Gambar Tren Jumlah Penduduk Kab. Bungo dari tahun , , , , / b. Sex Ratio Sex ratio penduduk Bungo adalah sebesar 105,26, yang artinya proporsi penduduk laki-laki lima persen lebih banyak dibandingkan proporsi penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 105 laki-laki. Bila dibandingkan dengan rasio jenis kelamin Provinsi Jambi, yaitu sebesar 104, 5, maka proporsi jumlah penduduk laki-laki di Bungo lebih banyak satu persen. 26 Analisis Parameter Kependudukan

27 c. Kepadatan Penduduk Dengan luas wilayah mencapai sekitar km2 dan jumlah penduduk sebesar jiwa diperkirakan rata-rata kepadatan penduduk, yaitu sebesar 65,06 jiwa per kilometer persegi, yang berarti bahwa tiap-tiap kilometer wilayah di Bungo dihuni oleh 65 orang penduduk. Tren kepadatan penduduk daerah Bungo terus mengalami peningkatan, yaitu di tahun 2000 diketahui bahwa kepadatan penduduk masih 47,58 jiwa per kilometer persegi. Penyebab meningkatnya kepadatan penduduk, yaitu dimungkinkan karena prevalensi pemakaian alat/cara KB yang relatif rendah sebesar 27,03 persen, sementara itu median umur kawin pertama wanita yang relatif sangat muda, yaitu 10 tahun atau lebih, juga menjadi faktor pertambahan kepadatan penduduk Bungo. d. Angka Harapan Hidup - e. Rasio Ketergantungan - f. Laju Pertumbuhan Penduduk Tren laju pertumbuhan penduduk Bungo cenderung berfluktuasi, yaitu di tahun 2002/3 sebesar 2,7 persen, pada tahun 2007 menjadi sebesar 2,8 persen, dan turun menjadi 2,7 persen pada tahun Pertumbuhan penduduk Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Jambi sangat bervariasi, angka LPP Bungo ini lebih tinggi bila dibandingkan angka LPP Provinsi Jambi, adalah sebesar 2,55 persen. 27 Analisis Parameter Kependudukan

28 g. Angka Kematian Ibu (AKI) Data menunjukkan bahwa ada penurunan angka kematian ibu di Bungo selama tahun , yaitu 6 kematian maternal per kelahiran hidup menjadi 4 kematian maternal per kelahiran hidup. Sekaitan dengan hal di atas, program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (SDKI, 2007). Upaya untuk mengurangi angka kematian (AKI) melahirkan melalui peran dan tanggungjawab laki-laki atas perilakunya, yaitu melindungi hak dan kesehatan perempuan pasangannya, serta melalui dukungan suami terhadap istri dalam pelayanan kesehatan dan pengambilan keputusan. h. Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi adalah kematian bayi usia di bawah 1 tahun (0-11 bulan) per kelahiran hidup dalam tahun tertentu. Data menunjukkan bahwa angka kematian bayi selama periode tahun 2007 sampai 2010, AKB sebesar 28 kematian per kelahiran hidup pada tahun 2007, turun separuhnya menjadi 19 kematian per kelahiran hidup pada tahun Di tahun 2007, angka AKB Bungo ini lebih rendah bila dibandingkan dengan AKB Provinsi Jambi, yaitu 39 kematian per kelahiran hidup. Data SDKI (2007) menemukan fakta bahwa angka kematian bayi sangat dipengaruhi oleh karakteristik demografi, dan sosial ekonomi ibu, yaitu bayi yang lahir dari ibu yang tinggal di perkotaan mempunyai angka mortalitas lebih rendah dibanding bayi yang lahir dari ibu yang tinggal di perdesaan, yaitu 31 per kelahiran hidup dan 45 per kelahiran hidup. 28 Analisis Parameter Kependudukan

29 indeks kekayaan kuintil, bayi yang lahir dari ibu yang berasal dari indeks kekayaan kuintil terbawah mempunyai angka mortalitas dua kali lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dari ibu yang berasal dari indeks kekayaan kuintil teratas, yaitu 56 per kelahiran hidup dan 26 per kelahiran hidup. i. Media Usia Kawin Pertama Wanita Berdasarkan data selama periode , menunjukkan bahwa median umur kawin pertama pada wanita, yaitu pada umur 10 tahun atau lebih, artinya median umur kawin pertama di Bungo masih rendah diantara Kabupaten/Kota lainnya. Apabila dibandingkan dengan median umur kawin pertama Provinsi Jambi tahun 2007 sebesar 19,1 tahun, menunjukkan median umur kawin pertama di Bungo lebih rendah. Hal ini sesuai dengan asumsi, yaitu secara umum wanita yang tinggal di perkotaan menikah dua tahun lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang tinggal di perdesaan (21,3 tahun dibanding 18,7 tahun) (SDKI, 2007). j. Rata-rata Lama Sekolah - k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) Angka prevalensi kontrasepsi adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Pada tahun 2010, CPR sebesar 27,03 berarti bahwa dari 100 pasangan usia subur di Bungo, baru 27 pasangan usia subur yang sedang menggunakan alat/cara KB. Prevalensi penggunaan alat/cara KB di Bungo masih rendah bila dibandingkan dengan prevalensi penggunaan alat/cara provinsi Jambi, yaitu sebesar 62,5. Dalam upaya mencapai TFR 2,1 diharapkan pemakaian alat/cara KB mampu mencapai 70 persen. 29 Analisis Parameter Kependudukan

30 Ribu 6. Kabupaten Tebo a. Jumlah Penduduk Secara umum, jumlah penduduk di Kabupaten Tebo cenderung bertambah dalam kurun waktu 10 tahun. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa hasil perhitungan penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk adalah sebesar orang, pada tahun 2002/3 penduduk Tebo bertambah menjadi , tahun 2007 sebanyak jiwa, dan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk mencapai sebesar jiwa. Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk Tebo selama tahun 2000 s/d tahun 2010 (dari berbagai sumber). 400 Gambar Tren Jumlah Penduduk Kab. Tebo dari tahun 2000 s/d , , , , / b. Sex Ratio Secara kabupaten, sex ratio penduduk Tebo adalah sebesar 106,39, yang artinya jumlah penduduk laki-laki enam persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 106 laki-laki. Sex ratio terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar 107,98 dimana jumlah penduduk 30 Analisis Parameter Kependudukan

31 tahun laki-laki hampir delapan persen lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Angka sex ratio penduduk Tebo lebih tinggi dibandingkan dengan sex ratio penduduk Provinsi Jambi yaitu sebesar 104,5. Berikut Gambar menunjukkan sex ratio penduduk Tebo pada tahun 2000 sampai dengan Gambar Sex ratio Penduduk Kab. Tebo dari tahun 2000 s/d , , /3 103, , c. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk Tebo selama kurun waktu 2000 sampai dengan 2010 masih tergolong rendah, yaitu sekitar 46,08 orang per kilometer persegi. Bila dilihat dari tahun 2000 ke 2010, ada kecenderungannya bergerak mendekati 49 orang per kilometer persegi. Angka ini lebih rendah dibandingkan kepadatan provinsi Jambi, yaitu 57,8 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk Tebo sebesar 46,08 jiwa per kilometer persegi, artinya tiap-tiap kilometer persegi wilayah di Tebo dihuni oleh 46 orang penduduk. 31 Analisis Parameter Kependudukan

32 Tahun d. Angka Harapan Hidup Tren angka harapan hidup (AHH) penduduk Tebo terus mengalami peningkatan, di Tahun 2002/3 AHH penduduk Tebo sudah mencapai 85,70 tahun. Hal ini menjadi gambaran bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan sudah menjadi perhatian serius bagi masyarakat, ataupun ini menunjukkan angka kematian yang cenderung menurun. Angka harapan hidup 85,70, mempunyai arti bahwa rata-rata tambahan umur seseorang diharapkan dapat terus hidup sampai umur 85,70 tahun Gambar Tren Angka Harapan Hidup Kab. Tebo tahun 2000 s/d ,7 85,7 68,7 69, / e. Rasio Ketergantungan Rasio beban tanggungan atau rasio ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia non produktif dengan banyaknya penduduk usia produktif. Tren rasio ketergantungan penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja di Tebo cenderung menurun, meskipun pada tahun 2010 jumlah penduduk nonproduktif yang menjadi tanggungan bertambah menjadi 53,84 dari 52,56 pada tahun Analisis Parameter Kependudukan

33 Ketidaktersediaan data penduduk per kelompok umur di Tebo, maka tidak mengetahui besar /jumlah tanggungan dari kelompok umur muda dan tanggungan dari kelompok umur usia lanjut. Pada tahun 2010, rasio ketergantungan adalah 53,84 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia mempunyai tanggungan sekitar 54 penduduk usia nonproduktif. f. Laju Pertumbuhan Penduduk Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Tebo selama periode cenderung mengalami peningkatan, yaitu tahun 2000 sebesar 1,63 persen, turun menjadi sebesar 1,22 persen pada tahun 2002/3, kemudian cenderung terus naik sampai dengan 2010, yaitu masing-masing sebesar 1,58 persen dan 2,97 persen. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk provinsi Jambi, yaitu sebesar 2,55 persen, ataupun angka LPP Nasional sebesar 1,49 persen. Faktor yang berpengaruh dalam peningkatan laju pertumbuhan penduduk di Tebo diperkirakan naiknya jumlah kelahiran dan menurunnya tingkat kematian bayi, disamping juga dimungkinkan karena adanya peningkatan migrasi masuk ke wilayah Tebo, meskipun kadangkala faktor perpindahan dianggap tidak berpengaruh terhadap perkembangan penduduk di suatu wilayah. g. Angka Kematian Ibu (AKI) Tren angka kematian ibu (AKI) di Tebo cenderung memperlihatkan fluktuasi selama periode , yaitu pada tahun 2000 terjadi 8 kematian maternal per kelahiran hidup, AKI pada tahun 2002/3 turun sebesar 6 kematian maternal per kelahiran hidup, sementara itu tahun 2007 menunjukkan peningkatan menjadi 9 kematian maternal per kelahiran hidup, pada 33 Analisis Parameter Kependudukan

34 tahun 2010 AKI mampu diturunkan menjadi 8 kematian maternal per kelahiran hidup. h. Angka Kematian Bayi Berdasarkan data yang dikumpul dari berbagai sumber, secara umum angka kematian bayi di Tebo memperlihatkan kenaikan selama tujuh tahun dari , yaitu sebesar 37 kematian bayi per kelahiran hidup. Pada tahun 2010, AKI dapat diturunkan menjadi 34 kematian bayi per kelahiran hidup. Faktor yang berpengaruh pada mortalitas bayi antara lain, yaitu faktor-faktor demografi, sosial, dan ekonomi ibu. Data SDKI (2007) menerangkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang tinggal di perdesaan, tingkat pendidikan rendah, dan berasal dari indeks kekayaan kuintil terendah akan mempunyai risiko lebih tinggi mengalami kematian. Selain itu, faktor riwayat pemeriksaan kehamilan dan penolong persalinan memperlihatkan hubungan yang signifikan dengan kematian bayi dan anak, yaitu angka kematian bayi untuk anak yang ibunya memeriksakan kehamilan dan mendapatkan pertolongan tenaga medis adalah 17 kematian per kelahiran hidup, dibandingkan dengan 85 kematian per kelahiran hidup untuk anak yang ibunya tidak memeriksakan kehamilan maupun mendapat pertolongan medis dari tenaga medis (SDKI, 2007). i. Media Usia Kawin Pertama Wanita Berdasarkan data yang terkumpul, menunjukkan adanya peningkatan median umur kawin pertama pada wanita, yaitu dari umur 19,96 tahun pada tahun 2007 menjadi 20 tahun pada tahun Apabila dibandingkan dengan median umur kawin pertama Provinsi Jambi tahun 2007 sebesar 19,1 tahun, menunjukkan bahwa median umur kawin pertama wanita di Tebo lebih tinggi. 34 Analisis Parameter Kependudukan

35 j. Rata-rata Lama Sekolah Tren rata-rata lama sekolah penduduk Tebo mengalami peningkatan, di tahun 2000 rata-rata lama menempuh sekolah berkisar 6,50 tahun. Kenaikan ini terus sampai dengan tahun 2010, yaitu rata-rata lama menempuh sekolah, yaitu 7,10 tahun. Berdasarkan data SDKI (2007) bahwa kesempatan mendapatkan pendidikan bervariasi menurut karakteristik sosiodemografi, menurut daerah tempat tinggal, wanita yang tinggal di perkotaan mempunyai median lamanya tahun sekolah lebih lama dibandingkan wanita yang tinggal di perdesaan, yaitu 8,5 tahun dan 5,5 tahun. Untuk pria, yaitu masing-masing 8,9 tahun bagi yang tinggal di perkotaan dan 5,7 tahun untuk mereka yang tinggal di perdesaan. Menurut Indeks kekayaan kuintil, wanita yang berasal dari indeks kekayaan kuintil terbawah median lamanya tahun sekolah cenderung lebih sebentar dibanding wanita dari indeks kekayaan kuintil teratas, yaitu 5,1 tahun dan 11,3 tahun (SDKI, 2007). k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) - 35 Analisis Parameter Kependudukan

36 Ribu 7. Kabupaten Merangin a. Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Merangin adalah sebesar jiwa. Tren jumlah penduduk Merangin mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan 2010, hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk sudah mencapai jiwa. Bila dilihat dari persentase distribusi penduduk, diestimasi ada sekitar 11 persen penduduk berdiam di Kabupaten Merangin. Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk Merangin dari tahun Gambar Tren Jumlah penduduk Kab. Merangin dari tahun , , , , b. Sex Ratio Sex ratio penduduk Merangin adalah sebesar 106 yang artinya jumlah penduduk laki-laki enam persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 106 laki-laki. Sex ratio penduduk stagnan dari tahun yaitu 105, namun dari menjadi 106 selama kurun waktu 36 Analisis Parameter Kependudukan

37 2000 sampai dengan Angka sex ratio penduduk Merangin lebih tinggi dibandingkan dengan sex ratio penduduk Provinsi Jambi yaitu sebesar 104,5. c. Kepadatan Penduduk Merangin memiliki luas wilayah km2 dengan jumlah penduduk sebesar jiwa, maka rata-rata kepadatan penduduk di Merangin sebesar 43 jiwa per kilometer persegi. Dari data yang ada diketahui bahwa tren kepadatan penduduk Merangin mengalami peningkatan, yaitu dari 25 orang per kilometer persegi menjadi 32 orang penduduk per kilometer persegi di tahun Bila dibandingkan dengan rata-rata kepadatan penduduk Provinsi Jambi, angka ini jauh lebih rendah yaitu sebesar 57,8 jiwa per kilometer persegi. d. Angka Harapan Hidup Tren angka harapan hidup Merangin mengalami peningkatan dari 64 tahun pada tahun 1994 menjadi 68,4 tahun pada Angka harapan hidup Merangin sebesar 68,4 tahun adalah secara rata-rata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur 68 tahun. Adanya tren peningkatan ini merupakan cerminan dari kondisi kesehatan masyarakat yang semakin membaik disamping itu adanya penurunan angka kematian bayi. e. Rasio Ketergantungan Secara umum, rasio beban tanggungan penduduk produktif cenderung mengalami penurunan dari tahun di Merangin, yaitu di tahun 1994 sebesar 75,96 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Merangin mempunyai tanggungan sekitar 76 penduduk nonproduktif. Rasio ketergantungan ini turun menjadi 53,53 per 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun). 37 Analisis Parameter Kependudukan

38 f. Laju Pertumbuhan Penduduk Tren laju pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkatan selama tahun , yaitu di tahun 2000 sebesar 1,95 persen, naik menjadi 2,54 persen dan 3,13 persen di tahun Pada tahun laju pertumbuhan penduduk stagnan, yaitu sebesar 1,41 persen. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk provinsi Jambi, sebesar 2,55 persen. Faktor yang berpengaruh dalam penurunan laju pertumbuhan penduduk selama periode adalah menurunnya tingkat kelahiran dan juga tingkat kematian, sedangkan faktor perpindahan dianggap tidak berpengaruh terhadap perkembangan penduduk di Merangin. g. Angka Kematian Ibu (AKI) Data menunjukkan ada kenaikan angka kematian ibu di Merangin selama tahun , yaitu 9 kematian maternal per kelahiran hidup menjadi 12 kematian maternal per kelahiran hidup. Sekaitan dengan hal di atas, program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (SDKI, 2007). Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam RPJMN , yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu dari 228 kematian per kelahiran hidup menjadi 118 kematian maternal per kelahiran hidup pada tahun Tujuan ini akan dapat tercapai bila dilakukan beberapa upaya dalam peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti perawatan dan pemeliharaan ANC, pemeriksaan kehamilan dan penolong persalinan oleh tenaga medis terlatih. 38 Analisis Parameter Kependudukan

39 h. Angka Kematian Bayi Tren angka kematian bayi di Merangin terus mengalami penurunan selama tahun , di tahun 2000 angka kematian bayi adalah sebesar 43 kematian per kelahiran hidup, sementara itu pada tahun 2007 angka kematian bayi turun menjadi 40 kematian bayi per kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Merangin ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kematian bayi Provinsi Jambi, yaitu sebesar 39 kematian per kelahiran hidup. Dalam RPJM , tertuang sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2014 yang salah satunya adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi dari status awal 34 kematian per kelahiran hidup diharapkan turun menjadi 24 kematian per kelahiran hidup. Upaya yang harus dilakukan untuk menurunkan angka kematian di Merangin, salah satunya meningkatkan peran dan tanggungjawab laki-laki atas perilakunya, yaitu melindungi hak dan kesehatan perempuan pasangannya, serta melalui dukungan suami terhadap istri dalam pelayanan kesehatan dan pengambilan keputusan. i. Media Usia Kawin Pertama Wanita Data yang tersedia menjelaskan bahwa median usia kawin pertama wanita di Merangin, adalah pada umur tahun. Dapat diestimasi bahwa 50 persen wanita pada kohor yang sama usia kawin pertama pada umur 17/18 tahun. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan median umur kawin pertama wanita di Provinsi Jambi, yaitu 19,1 (SDKI, 2007). Dalam upaya mencapai sasaran 39 Analisis Parameter Kependudukan

40 pembangunan nasional pada akhir tahun 2014, yaitu terkendalinya jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang ditandai salah satunya dengan upaya meningkatkan median umur kawin pertama wanita dari 19,8 tahun (SDKI, 2007) menjadi 21 tahun (RPJMN, 2014). BKKBN sebagai leading sector yang membawahi masalah kependudukan dan keluarga berencana melalui program GenRe memberikan advokasi dan KIE melalui Program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja), PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan), TRIAD KRR, Life Skill bagi remaja. j. Rata-rata Lama Sekolah Secara umum, rata-rata lama menempuh sekolah di Merangin terus mengalami peningkatan selama tahun , di tahun 2000, lama menempuh sekolah sebesar 6,3 tahun dalam per 10 tahun ke depan menjadi 7,5 tahun. Data SDKI (2007) memperlihatkan bahwa median lamanya tahun sekolah sangat bervariasi, sangat ditentukan beberapa variabel demografi dan sosial ekonomi, yaitu umur, tempat tinggal, ataupun indeks kekayaan kuintil. Median lamanya tahun sekolah bagi wanita lebih sebentar dibanding bagi pria, yaitu masing-masing 5,8 tahun dan 6,6 tahun (SDKI, 2007). Sementara itu menurut indeks kekayaan kuintil, wanita yang berasal dari indeks kekayaan kuintil teratas lebih besar kemungkinan memperoleh pendidikan dibanding mereka dari indeks kekayaan kuintil terbawah (11,3 tahun dan 5,1 tahun). Pola yang sama juga ditunjukkan oleh pria, yaitu masing-masing 11,4 tahun dan 5,3 tahun. k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) Angka prevalensi kontrasepsi adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Pada tahun 2010, CPR hanya sebesar 1,18 berarti bahwa dari 100 pasangan usia subur di Bungo, baru 1-2 pasangan 40 Analisis Parameter Kependudukan

41 Ribu usia subur yang sedang menggunakan alat/cara KB. Prevalensi penggunaan alat/cara KB di Merangin masih sangat rendah bila dibandingkan dengan prevalensi penggunaan alat/cara provinsi Jambi, yaitu sebesar 62,5. Dalam upaya mencapai TFR 2,1 diharapkan pemakaian alat/cara KB mampu mencapai 70 persen. 8. Kabupaten Sarolangun a. Jumlah Penduduk Tren jumlah penduduk Sarolangun terus mengalami peningkatan selama per 10 tahun dari , jumlah agregat penduduk Sarolangun yaitu sebesar jiwa. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk sudah mencapai sebesar orang. Bila dilihat dari persentase distribusi penduduk yaitu ada sekitar 8 persen berada di Sarolangun (SP, 2010). Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk kabupaten Sarolangun dari Gambar Tren Jumlah Penduduk Kab. Sarolangun dari tahun , , , , / Analisis Parameter Kependudukan

42 b. Sex Ratio Sex ratio penduduk Sarolangun adalah sebesar 104, yang artinya jumlah penduduk laki-laki empat persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki. Sex ratio terbesar pada tahun 2002/3, yaitu 105 yang berarti proporsi penduduk laki-laki lima persen lebih banyak dibandingkan proporsi penduduk perempuan. c. Kepadatan Penduduk Secara umum, tren kepadatan penduduk mengalami peningkatan selama , yaitu dari 29 per kilometer persegi menjadi 40 per kilometer persegi. Dengan luas wilayah sekitar km2 dan jumlah penduduk sebesar jiwa, maka kepadatan penduduk rata-rata di Sarolangun adalah 40 jiwa per kilometer persegi, artinya tiap-tiap kilometer wilayah Sarolangun dihuni oleh 40 orang penduduk. Kabupaten Sarolangun memiliki kepadatan penduduk terendah diantara Kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jambi (SP, 2010). d. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup (AHH) Sarolangun mengalami peningkatan dari 68,93 tahun pada tahun 2007 menjadi 69,43 tahun pada Angka harapan hidup Sarolangun sebesar 69,43 tahun adalah secara rata-rata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur 69 tahun. Adanya peningkatan ini merupakan cerminan dari kondisi kesehatan masyarakat yang semakin membaik disamping itu adanya penurunan angka kematian bayi. 42 Analisis Parameter Kependudukan

43 e. Rasio Ketergantungan Secara umum, rasio beban tanggungan penduduk produktif cenderung mengalami penurunan dari tahun di Sarolangun, yaitu sebesar 65,29 per 100 penduduk usia kerja menjadi 54,99 per 100 penduduk usia kerja. Pada tahun 2010, rasio beban tanggungan naik ke angka 56,73 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Sarolangun mempunyai tanggungan sekitar 57 penduduk nonproduktif. f. Laju Pertumbuhan Penduduk Tren laju pertumbuhan penduduk sangat bervariasi selama tahun , yaitu di tahun 2000 sebesar 2,4 persen, naik menjadi 3,01 persen dan kemudian turun 2,37 persen di tahun Pada tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk naik, yaitu sebesar 3,29 persen. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk provinsi Jambi, sebesar 2,55 persen. Faktor yang berpengaruh dalam peningkatan laju pertumbuhan penduduk selama periode adalah menurunnya tingkat kematian, sedangkan faktor perpindahan dianggap tidak berpengaruh terhadap perkembangan penduduk di Sarolangun. g. Angka Kematian Ibu (AKI) - h. Angka Kematian Bayi - i. Media Usia Kawin Pertama Wanita - 43 Analisis Parameter Kependudukan

44 j. Rata-rata Lama Sekolah Secara umum, rata-rata lama menempuh sekolah di Sarolangun terus mengalami peningkatan, di tahun 2007, lama menempuh sekolah sebesar 6,9 tahun dalam per 3 tahun ke depan menjadi 7,14 tahun. Data SDKI (2007) memperlihatkan bahwa median lamanya tahun sekolah sangat bervariasi, sangat ditentukan beberapa variabel demografi dan sosial ekonomi, yaitu umur, tempat tinggal, ataupun indeks kekayaan kuintil. Median lamanya tahun sekolah bagi wanita lebih sebentar dibanding bagi pria, yaitu masing-masing 5,8 tahun dan 6,6 tahun (SDKI, 2007). Sementara itu menurut indeks kekayaan kuintil, wanita yang berasal dari indeks kekayaan kuintil teratas lebih besar kemungkinan memperoleh pendidikan dibanding mereka dari indeks kekayaan kuintil terbawah (11,3 tahun dan 5,1 tahun). Pola yang sama juga ditunjukkan oleh pria, yaitu masing-masing 11,4 tahun dan 5,3 tahun. k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) Angka prevalensi kontrasepsi adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Data yang terkumpul selama periode tahun 2002/3 sampai dengan 2010, menunjukkan adanya kenaikan persentase PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB, yaitu sebesar 84,97 pada tahun Pada tahun 2010, CPR sebesar 84,97 berarti bahwa dari 100 pasangan usia subur di Batanghari, 85 sedang menggunakan alat/cara KB. Peningkatan pemakaian alat/cara dari tahun ke tahun di Sarolangun menunjukkan ada peningkatan pengetahuan dan informasi tentang manfaat alat/cara KB, serta adanya kesadaran masyarakat dalam upaya merencanakan dan mengatur kelahiran. 44 Analisis Parameter Kependudukan

45 Ribu 9. Kabupaten Kerinci a. Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kerinci adalah sebesar jiwa, angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun , tren jumlah penduduk Kerinci terus mengalami peningkatan yaitu dari jiwa di tahun 2000 menjadi sebesar orang penduduk. Berikut Gambar tren jumlah penduduk Sarolangun tahun Gambar Tren Jumlah Penduduk Kab. Kerinci tahun , , , / b. Sex Ratio Rasio jenis kelamin penduduk Kerinci adalah sebesar 98, yang berarti proporsi penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan proporsi penduduk laki-laki, atau setiap 100 orang perempuan terdapat 98 orang penduduk laki-laki di Kerinci. Sex ratio di Kerinci dan Kota Sungai Penuh terendah diantara Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Jambi, jumlah penduduk perempuan lebih banyak di 45 Analisis Parameter Kependudukan

46 Tahun Kabupaten ini karena penduduk laki-laki banyak bermigrasi keluar untuk mencari pekerjaan dan usaha ke wilayah lain. Gambar Sex Ratio Kab. Kerinci dari , ,39 99, , , , , , , , ,5 100 c. Kepadatan Penduduk Kabupaten Kerinci salah satu kabupaten di Provinsi Jambi dengan luas 3.355,27 km persegi dan jumlah penduduk sebesar jiwa, maka rata-rata kepadatan penduduk sebesar 62 jiwa per kilometer persegi, artinya tiap-tiap kilometer persegi wilayah di Kerinci dihuni oleh 62 orang penduduk. Tren kepadatan penduduk Kerinci terus mengalami kenaikan jika dilihat selama kurun waktu tahun , namun hasil perhitungan di tahun 2010 angka ini turun menjadi 62 jiwa per kilometer persegi. Seperti telah dijelaskan di atas, faktor yang ikut mempengaruhi berkurangnya kepadatan penduduk di Kerinci karena adanya perpindahan penduduk laki-laki ke luar wilayah untuk mendapatkan pekerjaan, usaha, ataupun melanjutkan pendidikan. 46 Analisis Parameter Kependudukan

47 d. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup (AHH) Kerinci di tahun 2010 adalah sebesar 66 tahun, angka harapan hidup Kerinci sebesar 66 tahun berarti secara rata-rata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur 66 tahun. Angka harapan hidup (AHH) Kerinci sangat bervariasi, yaitu di tahun 2000 AHH sebesar 67 tahun, pada tahun 2003 diketahui bahwa rata-rata orang diharapkan dapat hidup sampai umur 68 tahun, namun terhitung tahun 2007, AHH turun menjadi 65 tahun. e. Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan mampu melihat perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja. Rasio ketergantungan mendeskripsikan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja. Hasil perhitungan BPS selama kurun tahun 2002/3 sampai 2010, menunjukkan rasio ketergantungan di Kerinci cukup tinggi dan berfluktuasi, yaitu tahun 2002/3, rasio ketergantungan sebesar 97,26. Pada tahun 2007, rasio ketergantungan adalah sebesar 87,93, kemudian tahun 2010 rasio ketergantungan sedkit turun menjadi 87,56. Pada tahun 2010, rasio ketergantungan adalah 87,56 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Kerinci mempunyai tanggungan sekitar 88 penduduk nonproduktif. f. Laju Pertumbuhan Penduduk Rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama periode adalah sebesar 0,72 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan angka laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi sebesar 2,55 persen. Pada tahun 2010, angka laju pertumbuhan penduduk Kerinci sebesar 0,67 persen. Faktor yang berpengaruh dalam penurunan laju pertumbuhan penduduk selama periode adalah 47 Analisis Parameter Kependudukan

48 faktor perpindahan penduduk ke luar wilayah, untuk alasan pekerjaan, usaha dan pendidikan. g. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka kematian ibu di tahun 2010 adalah sebesar 4 kematian per kelahiran hidup, artinya ada 4 kematian maternal per kelahiran hidup. Sekaitan dengan hal di atas, program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (SDKI, 2007). Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam RPJMN , yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu dari 228 kematian per kelahiran hidup menjadi 118 kematian maternal per kelahiran hidup pada tahun Tujuan ini akan dapat tercapai bila dilakukan beberapa upaya dalam peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti perawatan dan pemeliharaan ANC, pemeriksaan kehamilan dan penolong persalinan oleh tenaga medis terlatih. h. Angka Kematian Bayi Tren angka kematian bayi di Kerinci adalah sebesar 64 kematian per kelahiran hidup di tahun 2010, artinya angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kematian bayi Provinsi Jambi yaitu 39 kematian per kelahiran hidup. Dalam RPJM , tertuang sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2014 yang salah satunya adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi dari status 48 Analisis Parameter Kependudukan

49 awal 34 kematian per kelahiran hidup diharapkan turun menjadi 24 kematian per kelahiran hidup. Upaya yang harus dilakukan untuk menurunkan angka kematian di Kerinci, salah satunya meningkatkan peran dan tanggungjawab laki-laki atas perilakunya, yaitu melindungi hak dan kesehatan perempuan pasangannya, serta melalui dukungan suami terhadap istri dalam pelayanan kesehatan dan pengambilan keputusan. i. Media Usia Kawin Pertama Wanita Tren median umur kawin pertama wanita Kerinci terus mengalami peningkatan selama tahun , yaitu dari 10,6 tahun menjadi 21 tahun. Median umur kawin pertama wanita sebesar 21 tahun di tahun 2010, sesuai dengan sasaran pembangunan nasional dalam upaya untuk mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang salah satunya ditandai dengan meningkatkan median umur kawin pertama wanita dari status awal 19,8 tahun menjadi 21 tahun pada akhir j. Rata-rata Lama Sekolah Tren rata-rata lama menempuh sekolah di Kerinci terus mengalami peningkatan selama tahun , yaitu dari 10,6 tahun menjadi 12,41 tahun. Rata-rata lama sekolah di Kerinci lebih lama dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah nasional, seperti yang tertuang dalam sasaran pembangunan jangka menengah nasional , yaitu meningkatnya taraf pendidikan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun atau lebih dari status awal 7,5 tahun menjadi 8,25 tahun pada akhir tahun Analisis Parameter Kependudukan

50 k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) Angka prevalensi kontrasepsi adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Tren pemakaian kontrasepsi bervariasi, di tahun 2003 ada sekitar 55,52 persen pemakai alat/cara KB. Persentase penggunaan alat/cara KB oleh pasangan usia subur meningkat sebesar 59,49 persen di tahun Pada tahun 2010, CPR sebesar 41,88 persen berarti bahwa dari 100 pasangan usia subur di Kerinci, baru 42 persen pasangan usia subur yang sedang menggunakan alat/cara KB. Salah Satu sasaran pembangunan yang hendak dicapai pada akhir 2014 adalah terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang ditandai dengan meningkatnya CPR cara modern dari 57,4 persen menjadi 65 persen di akhir tahun Sehingga, menjadi tugas BKKBN serta instansi terkait di Kabupaten/kota untuk meningkatkan pemakaian alat/cara KB dari 42 persen menjadi 65 persen. 10. Kota Sungai Penuh a. Jumlah Penduduk Tren jumlah penduduk Sungai Penuh terus mengalami peningkatan selama , hasil pencacahan 2000 terhitung penduduk berjumlah jiwa, kemudian berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk sebesar jiwa. Berikut ini Gambar tren jumlah penduduk Sungai Penuh ; 50 Analisis Parameter Kependudukan

51 Ribu Gambar Tren Jumlah Penduduk Sungai Penuh tahun ,715 77,123 81,162 82, / b. Sex Ratio Sex ratio penduduk Sungai Penuh adalah sebesar 98, yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 orang perempuan terdapat 98 orang laki-laki. Sex ratio penduduk Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh masing-masing 99,5 dan 98 artinya proporsi penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, hal ini disebabkan penduduk laki-laki kedua kabupaten tersebut lebih banyak bermigrasi keluar untuk mencari pekerjaan maupun usaha ke wilayah lain (SP Provinsi Jambi, 2010). c. Kepadatan Penduduk Dengan luas wilayah hanya sekitar ha dan jumlah penduduk sebesar jiwa, maka diperkirakan rata-rata kepadatan penduduk Sungai Penuh adalah sebesar 210 jiwa per kilometer persegi, dibandingkan angka kepadatan penduduk pada tahun sebelumnya angka ini jauh lebih tinggi, yaitu di tahun 2000 sebesar 188 jiwa per kilometer persegi dan tahun 2007 sebesar 207 orang per kilometer persegi. 51 Analisis Parameter Kependudukan

52 Sungai Penuh merupakan salah satu kabupaten/kota dengan tingginya kepadatan penduduk disamping Kota Jambi sebesar 2.581,06 jiwa per kilometer persegi, sedangkan Sarolangun dengan tingkat kepadatan terendah di Provinsi Jambi. d. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup (AHH) Sungai Penuh di tahun 2010 adalah sebesar 70,9 tahun, angka harapan hidup sebesar 70,9 tahun berarti secara rata-rata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur tahun. Angka harapan hidup (AHH) Sungai Penuh, yaitu di tahun 2009 AHH sebesar 70,84 tahun, naik menjadi 70,9 tahun pada tahun e. Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan mampu melihat perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja. Rasio ketergantungan mendeskripsikan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja. Hasil perhitungan diketahui bahwa rasio ketergantungan naik dan turun, yaitu tahun 2007 sebesar 50,51. Pada tahun 2010, rasio ketergantungan adalah naik sebesar 53,15. Pada tahun 2010, rasio ketergantungan adalah 53,15 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Sungai Penuh mempunyai tanggungan sekitar 53 penduduk nonproduktif. f. Laju Pertumbuhan Penduduk Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Sungai Penuh tahun 2010 adalah sebesar 1,04 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan angka laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi sebesar 2,55 persen. Faktor yang 52 Analisis Parameter Kependudukan

53 berpengaruh dalam penurunan laju pertumbuhan penduduk adalah menurunnya tingkat kelahiran dan juga tingkat kematian, ataupun faktor perpindahan penduduk ke luar wilayah, untuk alasan pekerjaan, usaha dan pendidikan. g. Angka Kematian Ibu (AKI) - h. Angka Kematian Bayi - i. Media Usia Kawin Pertama Wanita Median umur kawin pertama wanita di Sungai Penuh cukup baik yaitu berkisar tahun di tahun 2010, sesuai dengan sasaran pembangunan nasional dalam upaya untuk mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang salah satunya ditandai dengan meningkatkan median umur kawin pertama wanita dari status awal 19,8 tahun menjadi 21 tahun pada akhir Bagi wanita, umur kawin pertama sangat menentukan umur saat kelahiran pertama atau ketika wanita kawin maka mereka lebih terpapar untuk mengalami kehamilan, SDKI (2007) menjelaskan bahwa umur saat kelahiran anak pertama dimulai merupakan faktor penting dari tingkat fertilitas keseluruhan termasuk tingkat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Melahirkan pada usia remaja/muda berpotensi mempunyai dampak negative baik kesehatan, sosial, dan demografi. SDKI (2007) menerangkan bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang masih muda menghadapi naiknya risiko kesakitan dan kematian, khususnya yang berumur di bawah 18 tahun akan cenderung untuk mengalami komplikasi kehamilan dan melahirkan dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Selain itu, melahirkan pada usia muda mengurangi 53 Analisis Parameter Kependudukan

54 kesempatan mereka untuk melanjutkan pendidikan serta membtasi akses terhadap kesempatan kerja. j. Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama menempuh sekolah di Sungai Penuh terus sedikit mengalami peningkatan selama tahun , yaitu dari 9,1 tahun menjadi 9,18 tahun. Rata-rata lama sekolah di Sungai Penuh lebih lama dibandingkan dengan ratarata lama sekolah nasional, seperti yang tertuang dalam sasaran pembangunan jangka menengah nasional , yaitu meningkatnya taraf pendidikan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun atau lebih dari status awal 7,5 tahun menjadi 8,25 tahun pada akhir tahun Bagi perempuan, rata-rata lama menempuh sekolah akan menunda median umur kawin pertama yang mana dapat menunda perempuan memasuki masa reproduksi. SDKI (2007) menjelaskan bahwa wanita yang menikah pada usia muda lebih lama menghadapi risiko kehamilan. Oleh karena itu, pada umumnya ibu yang melahirkan pada usia muda mempunyai banyak anak dan mempunyai risiko kesehatan yang tinggi. Kenaikan rata-rata lama menempuh sekolah pada wanita akan menurunkan tingkat fertilitas. k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) Angka prevalensi kontrasepsi adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Di tahun 2010, ada sekitar 79,62 persen pasangan usia subur yang menjadi pemakai alat/cara KB, berarti dari 100 pasangan usia subur di Sungai Penuh, 80 persen pasangan usia subur yang sedang menggunakan alat/cara KB. Angka persentase PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB ini cukup tinggi bila dibandingkan prevalensi pemakaian alat/cara KB yaitu sebesar 62,5 persen. 54 Analisis Parameter Kependudukan

55 Ribu Salah Satu sasaran pembangunan yang hendak dicapai pada akhir 2014 adalah terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang ditandai dengan meningkatnya CPR cara modern dari 57,4 persen menjadi 65 persen di akhir tahun Kota Jambi a. Jumlah Penduduk Secara umum, jumlah penduduk di kota Jambi terus mengalami peningkatan selama kurun waktu Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk kota Jambi sebesar jiwa dan meningkat menjadi jiwa hasil perhitungan Sensus Penduduk Jumlah penduduk yang terus menerus bertambah disebabkan karena kota Jambi sebagai pusat pemerintaha, industri, perdagangan, sehingga Kota Jambi menjadi salah satu daya tarik migrasi. Gambar menunjukkan tren jumlah penduduk kota Jambi dari tahun Gambar Tren Jumlah Penduduk Kota Jambi tahun , , , , , ,19 419, / Analisis Parameter Kependudukan

56 Tahun b. Sex Ratio Sex ratio penduduk Kota Jambi di tahun 2010 adalah sebesar 101,65, yang artinya jumlah penduduk laki-laki satu persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 orang perempuan terdapat 101 orang laki-laki. Sex ratio penduduk kota Jambi di tahun 2000 sebesar 99,55, yang artinya pada tahun 2000 proporsi penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan proporsi penduduk laki-laki. Gambar Sex Ratio Kota Jambi tahun , /3 102,47 102, , , , , c. Kepadatan Penduduk Kabupaten/kota yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah kota Jambi yaitu sebesar 2589 jiwa per kilometer persegi. Tren kepadatan penduduk di kota Jambi cenderung mengalami peningkatan sejak periode Berdasarkan hasil perhitungan Sensus Penduduk 2010 diketahui bahwa persentase distribusi penduduk terbesar berada di Kota Jambi dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi Jambi, yaitu sebesar 17 persen. 56 Analisis Parameter Kependudukan

57 Dengan luas wilayah 205,38 km2 dan jumlah penduduk sebesar jiwa, maka tiap-tiap kilometer persegi wilayah kota Jambi dihuni oleh jiwa penduduk. Sebagaimana karakteristik ibukota Provinsi, kota Jambi menjadi pusat administratif, pusat perekonomian sekaligus menjadi tujuan migrasi bagi penduduk wilayah lain Gambar Tren Kepadatan Penduduk Kota Jambi tahun / d. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup (AHH) Kota Jambi di tahun 2010 adalah sebesar 72,0 tahun, berarti secara rata-rata dapat diharapkan untuk hidup sampai umur 72 tahun. Angka harapan hidup (AHH) di Kota Jambi berkisaran dari 70,1 tahun sampai 72,0 tahun. e. Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan mampu melihat perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja. Rasio ketergantungan mendeskripsikan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja. 57 Analisis Parameter Kependudukan

58 Hasil perhitungan diketahui bahwa rasio ketergantungan di Kota Jambi cenderung terus mengalami penurunan selama tahun , yaitu tahun 2010 sebesar 45,59. Pada tahun 2010, rasio ketergantungan adalah 45,59 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Jambi mempunyai tanggungan sekitar 46 penduduk nonproduktif. Rasio beban tanggungan tertinggi di tahun 1994, yaitu sebesar 79,15, yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif mempunyai tanggungan sekitar 79 orang penduduk yang tidak produktif. f. Laju Pertumbuhan Penduduk Tren laju pertumbuhan penduduk kota Jambi selama periode /3 cenderung mengalami penurunan, yaitu tahun 1991 sebesar 3,39 persen, turun menjadi sebesar 2,13 persen pada tahun 2002/3, kemudian cenderung terus naik sampai dengan 2010, yaitu masing-masing sebesar 2,34 persen dan 2,45 persen. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk provinsi Jambi, yaitu sebesar 2,55 persen, namun lebih tinggi dari LPP Nasional sebesar 1,49 persen. g. Angka Kematian Ibu (AKI) Secara umum, angka kematian ibu cenderung mengalami penurunan dari kurun waktu , yaitu di tahun 1991 ada 10 kematian maternal per kelahiran hidup dan di tahun 2010 terjadi 8 kematian maternal per kelahiran hidup. Salah satu upaya adalah dengan meningkatkan advokasi dan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) program kesehatan ibu di Indonesia, yaitu menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (SDKI, 2007). 58 Analisis Parameter Kependudukan

59 h. Angka Kematian Bayi Tren angka kematian bayi di Kota Jambi terus mengalami penurunan selama tahun , yaitu di tahun 1991 ada sebesar 39 kematian per kelahiran hidup, sementara itu di tahun 2010 turun lebih dari separuhnya menjadi 14 kematian per kelahiran hidup. AKI kota Jambi jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan angka kematian bayi Provinsi Jambi yaitu 39 kematian per kelahiran hidup. Dalam RPJM , tertuang sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2014 yang salah satunya adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi dari status awal 34 kematian per kelahiran hidup diharapkan turun menjadi 24 kematian per kelahiran hidup. Upaya yang harus dilakukan untuk menurunkan angka kematian di Kerinci, salah satunya meningkatkan peran dan tanggungjawab laki-laki atas perilakunya, yaitu melindungi hak dan kesehatan perempuan pasangannya, serta melalui dukungan suami terhadap istri dalam pelayanan kesehatan dan pengambilan keputusan. i. Media Usia Kawin Pertama Wanita Median umur kawin pertama wanita di Kota Jambi cenderung mengalami peningkatan yaitu berkisar tahun di tahun 2010, sesuai dengan sasaran pembangunan nasional dalam upaya untuk mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang salah satunya ditandai dengan meningkatkan median umur kawin pertama wanita dari status awal 19,8 tahun menjadi 21 tahun pada akhir Analisis Parameter Kependudukan

60 Bagi wanita, umur kawin pertama sangat menentukan umur saat kelahiran pertama atau ketika wanita kawin maka mereka lebih terpapar untuk mengalami kehamilan, SDKI (2007) menjelaskan bahwa umur saat kelahiran anak pertama dimulai merupakan faktor penting dari tingkat fertilitas keseluruhan termasuk tingkat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Melahirkan pada usia remaja/muda berpotensi mempunyai dampak negative baik kesehatan, sosial, dan demografi. SDKI (2007) menerangkan bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang masih muda menghadapi naiknya risiko kesakitan dan kematian, khususnya yang berumur di bawah 18 tahun akan cenderung untuk mengalami komplikasi kehamilan dan melahirkan dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Selain itu, melahirkan pada usia muda mengurangi kesempatan mereka untuk melanjutkan pendidikan serta membtasi akses terhadap kesempatan kerja. Depkes (2010) menerangkan keadaan yang ideal untuk hamil yaitu siap secara fisik bila sudah menyelesaikan pertumbuhan yaitu sekitar 20 tahun dimana keadaan fisik yang paling baik untuk memiliki anak adalah apabila pertumbuhan tubuh dan organ reproduksi telah sempurna. Keadaan ini dicapai yaitu pada perempuan bila telah berusia antara tahun dan pada laki-laki telah mencapai usia 25 tahun, siap psikologis yang stabil untuk menjadi orang tua, biasanya pada usia di atas 20 tahun, siap sosial ekonomi, yaitu secara berkesinambungan dapat membiaya kehidupan anak yang lahir. Depkes (2010) menjelaskan dampak psikologis yang muncul akibat pernikahan, kehamilan dan persalinan pada usia muda adalah stress karena merasa beban mental akibat perubahan tersebut. Tanda-tanda stress pada remaja yang menikah muda berupa kecemasan dan depresi. Kecemasan merupakan ganggguan perasaan yang ditandai dengan ketakutan, kekhawatiran yang 60 Analisis Parameter Kependudukan

61 mendalam dan terus menerus. Kecemasan sebagai akibat remaja tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kehamilan. Kondisi-kondisi yang menyebabkan kecemasan adalah perubahan fisik yang dialaminya selama kehamilan, risiko keguguran, perkembangan bayi dalam rahim, kegiatankegiatannya seolah terhambat, peran sebagai ibu, kemampuan ekonomi yang akan berdampak pada perawatan dan pendidikan anak, serta risiko bayinya mati atau cacat ketika dilahirkan. j. Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama menempuh sekolah di Kota Jambi terus sedikit mengalami peningkatan selama tahun , yaitu dari 9,5 tahun menjadi 10,10 tahun. Sejalan dengan sasaran pembangunan jangka menengah nasional , yaitu meningkatnya taraf pendidikan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun atau lebih dari status awal 7,5 tahun menjadi 8,25 tahun pada akhir tahun Bagi perempuan, rata-rata lama menempuh sekolah akan menunda median umur kawin pertama yang mana dapat menunda perempuan memasuki masa reproduksi. SDKI (2007) menjelaskan bahwa wanita yang menikah pada usia muda lebih lama menghadapi risiko kehamilan. Oleh karena itu, pada umumnya ibu yang melahirkan pada usia muda mempunyai banyak anak dan mempunyai risiko kesehatan yang tinggi. Kenaikan rata-rata lama menempuh sekolah pada wanita akan menurunkan tingkat fertilitas. k. Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi (CPR) Angka prevalensi kontrasepsi adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Secara umum, tren persentase pasangan usia subur yang sedang menggunakan alat/cara KB dari cenderung mengalami peningkatan. Namun, pada tahun 2010, ada sekitar 61 Analisis Parameter Kependudukan

62 Persen 76,40 persen pasangan usia subur yang menjadi pemakai alat/cara KB, berarti dari 100 pasangan usia subur di kota Jambi, 76 persen pasangan usia subur yang sedang menggunakan alat/cara KB. Angka persentase PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB ini cukup tinggi bila dibandingkan prevalensi pemakaian alat/cara KB Provinsi Jambi yaitu sebesar 62,5 persen. Gambar Tren Prevalensi Penggunaan Alat/Cara KB di Kota Jambi tahun ,8 78,3 78, ,5 75,28 76, , / Analisis Parameter Kependudukan

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini, diucapkan terima. kasih. Jambi, Agustus 2010 Kepala BPS Provinsi Jambi

Sekapur Sirih. Kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini, diucapkan terima. kasih. Jambi, Agustus 2010 Kepala BPS Provinsi Jambi Sekapur Sirih Laporan Eksekutif data agregat per kabupaten/kota hasil Sensus Penduduk 2010 ini menyajikan data dasar penduduk yang diperoleh dari pelaksanaan SP2010 pada periode Mei 2010. Cakupan data

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU 1. Sensus Penduduk 2010 dan penyebaran tingkat Kabupaten/Kota Penduduk Provinsi Bengkulu hasil sensus penduduk tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI RUMAHTANGGA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROVINSI JAMBI:

ANALISIS HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI RUMAHTANGGA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROVINSI JAMBI: ANALISIS HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI RUMAHTANGGA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROVINSI JAMBI: Suandi Program Magister Ilmu Kependudukan dan Ketenagakerjaan Pascasarjana Universitas Jambi ABSTRAK. Penelitian

Lebih terperinci

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan Ukuran-ukuran Demografi Angka absolut (count) adalah banyaknya peristiwa demografi tertentu di suatu wilayah dalam jangka

Lebih terperinci

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami perhitungan angka kelahiran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu deklarasi hasil kesepakatan kepala-kepala negara dan perwakilan dari 191 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN SUMBER DATA

PENDAHULUAN SUMBER DATA PENDAHULUAN Masalah penduduk sangat mempengaruhi gerak pembangunan. KB merupakan salah satu program pembangunan di bidang kependudukan. Masalah kependudukan masih tetap mendapat perhatian yang besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan 22 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu dan mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2009 dan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU encegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan pemenuhan kebutuhan melalui KB adalah langkah besar menuju perbaikan kesehatan ibu dan pengurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan Antenatal Care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.(yulaikhah, 2010) Tujuan asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKI (Angka Kematian Ibu) merupakan jumlah kematian wanita saat hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi kehamilan, dari setiap penyebab

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"

Lebih terperinci

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai

Lebih terperinci

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Secara kuantitatif demografis Program KB Nasional mempunyai fungsi

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi masalah yang membutuhkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, September Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ii

SAMBUTAN. Jakarta, September Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ii SAMBUTAN Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan program, selain menangani program Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Untuk mewujudkan penduduk Indonesia yang berkualitas maka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kematian ibu dapat menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat kesehatan suatu

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Muara Sabak, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur. H. Mahroji, B.A

Sekapur Sirih. Muara Sabak, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur. H. Mahroji, B.A Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan kesehatan anak merupakan suatu bentuk upaya guna menciptakan generasi muda masa depan yang sehat, cerdas, kreatif, dan inovatif. Upaya pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

MORTALITAS (KEMATIAN)

MORTALITAS (KEMATIAN) MORTALITAS (KEMATIAN) Pengantar: Kematian terkait dengan masalah sosial dan ekonomi Komitmen MDGs pada tahun 2015: - Angka Kematian Bayi menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup - Angka Kematian Ibu menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Badan Pusat Statistik (2010) mencatat jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang begitu besar di Negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Dalam Wicaksono

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di dunia, yaitu 249 juta jiwa. Di antara negara ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN JAMBI

PROFIL PEMBANGUNAN JAMBI 1 PROFIL PEMBANGUNAN JAMBI A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45¹ 2º 45¹ LS dan 101º 0¹ - 104º 55 BT dengan wilayah keseluruhan seluas 53.435.72 KM²

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk terbesar di dunia adalah negara Republik Rakyat Cina, India, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia. 1 Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci