Kata Pengantar. Manado, 31 Juli 2008 BANK INDONESIA MANADO. Jeffrey Kairupan Pemimpin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Pengantar. Manado, 31 Juli 2008 BANK INDONESIA MANADO. Jeffrey Kairupan Pemimpin"

Transkripsi

1 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah- Nya sehingga penyusunan Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan triwulanan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan ekonomi regional. Berpijak pada momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai economic intelligent and research unit yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang lebih akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo, yang berisi kajian dan analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih. Manado, 31 Juli 2008 BANK INDONESIA MANADO Jeffrey Kairupan Pemimpin i

2 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... i ii iv v RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor-Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuanga, Persewaan dan Jasa Sektor Jasa-jasa Analisis Location Quotient (LQ) BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Bahan Makanan Makanan jadi, muniman, rokok dan tembakau perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olah raga Transportasi, komunikasi dan Jasa keuangan BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Fungsi Intermediasi Penyerapan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Kredit UMKM Risiko Kredit Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Net Interest Margin (NIM) Rasio BOPO Return on Asset (ROA) Sensitivitas Resiko Pasar Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Boks 1. Perkembangan Klaster Rumput Laut di Gorontalo BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Perkembangan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo Perkembangan Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi Pendapatan Daerah Belanja Daerah ii

3 2.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Aliran Uang Kartal Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Kemiskinan Rasio Gini IPM (Index Pembangunan Manusia) BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Outlook Kondisi Makro ekonomi Regional Prospek Penawaran Agregat Prospek Permintaan Agregat Outlook Inflasi Prospek Perbankan LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH iii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Perkembangan BI Rate, Suku Bunga Penjamin Deposito dan Nilai Tukar Rupiah Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Gorontalo dari Sisi Permintaan (%) Tabel 1.3. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Gorontalo Tabel 1.4. Realisasi Nilai Ekspor menurut Kelompok ISIC Provinsi Gorontalo Tabel 1.5. Realisasi Nilai Ekspor Komoditi Non Migas menurut Negara Tujuan Prov.Gorontalo (USD) 15 Tabel 1.6. Perkembangan Pengiriman Jagung antar Pulau da Ekspor Tabel 1.7. Perkembangan Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Gorontalo menurut Lapangan Usaha atas Harga Konstan tahun 2000 (Persen) Tabel 1.8. Kontribusi masing-masing sektor terhada Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo 17 Tabel 1.9. Hasil Perhitungan LQ Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan dengan Basis SULAMPUA (Tahun 2007) Tabel 3.1. Indikator Utama Perbankan Gorontalo Tabel 3.2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Tabel 3.3. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp.Miliar) Tabel 3.4. Portofolio interest instrument perbankan Di Gorontalo Tabel 3.5. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Gorontalo (Rp.Miliar) Tabel 4.1. Alokasi Dana Perimbangan (DAU dan DAK) di Provinsi Gorontalo Tahun 2008 di Provinsi Gorontalo Tahun Tabel 4.2. Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan Provinsi Gorontalo Tabel 4.3. Anggaran Induk dan Realisasi Belanja Provinsi Gorontalo Tabel 4.4. Stimulus Fiskal Gorontalo Terhadap Sektor Riil. 59 Tabel 4.5. Dampak APBD Provinsi Gorontalo Terhadap Uang Beredar 59 Tabel 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan di Provinsi Gorontalo Tabel 6.2. Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Gorontalo Tabel 6.3. Perkembangan Tenaga Kerja di Sektor Formal dan Informal Provinsi Gorontalo Tabel 6.4. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo Tabel 6.5. Gini Rasio Provinsi Gorontalo Tabel 6.6. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo. 69 Tabel 7.1. Dana Alokasi Khusus Provinsi Gorontalo Tahun 2008 (Rp.Jutaan). 73 Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Gorontalo Berdarsarkan Sektor Ekonomi. 73 Tabel 7.3. Perkiraan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Gorontalo Sisi Permintaan/Sektoral. 73 iv

5 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Pertumbuhan Perekonomian Gorontalo Grafik 1.2. Pertumbuhan Kredit Investasi (Jutaan Rp) Grafik 1.3. Pertumbuhan Sektor Pertanian (YoY) Grafik 1.4. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian (yoy) Grafik 1.5. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (YoY) Grafik 1.6. Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (YoY) Grafik 1.7. Pertumbuhan Sektor Bangunan Grafik 1.8. Pertumbuhan Sektor PHR (YoY) Grafik 1.9. Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Komunikasi (YoY) Grafik Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa (YoY) Grafik Pertumbuhan Sektor Jasa -Jasa Grafik 3.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo (Rp.Miliar) Grafik 3.2. Dana Pihak Ketiga berdasarkan Kepemilkan (Rp.Miliar) Grafik 3.3. Dana Pihak Ketiga berdasarkan Bank Penghimpun (Rp.Miliar) Grafik 3.4. Komposisi Dana Pihak Ketiga berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Grafik 3.5. Penyaluran Kredit Provinsi Gorontalo (Rp.Miliar) Grafik 3.6. Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Persen) Grafik 3.7. Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp.Miliar) Grafik 3.8. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Grafik Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Grafik Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor dan Lokasi Proyek (Rp.Miliar) Grafik Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Sektor Ekonomi (Persen) Grafik Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Kota/Kabupaten (Persen) Grafik Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp.Miliar) Grafik Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Rp.Miliar) Grafik Distribusi Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Grafik Distribusi Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Grafik Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum (Persen) Grafik Net Interest Margin Bank Umum (Rp.Juta) Grafik Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Bank Umum Grafik ROA (Return On Asset) Bank Umum Grafik 5.1. Netflow Kas Titipan di Gorontalo Grafik 5.2. Perputaran Warkat Kliring Non BI di Gorontalo Grafik 5.3. Perputaran Nominal Kliring Non BI di Gorontalo Grafik 5.4. Rasio Warkat Cek/BG Kosong Kliring Non BI Grafik 5.5. Rasio Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo v

6 RINGKASAN EKSEKUTIF

7 RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2008 tumbuh 6,12 % (yoy)). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Gorontalo terutama didorong oleh kegiatan konsumsi khususnya konsumsi pemerintah Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi di Gorontalo tumbuh positif. Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2008 tumbuh sekitar 6,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2008 maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan II terutama didorong oleh kegiatan konsumsi khususnya konsumsi pemerintah. Peningkatan kegiatan konsumsi pemerintah tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan. Sementara itu kegiatan investasi masih tetap tumbuh walaupun sedikit melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.. Respon di sisi penawaran ditandai oleh tumbuh positifnya sebagian besar sektor ekonomi di Gorontalo. Seiring dengan kenaikan laju konsumsi dan meningkatnya ekspor, kinerja sektor ekonomi dominan di Gorontalo, yaitu sektor transportasi dan komunikasi, dan sektor Jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang positif, sedangkan untuk sektor pertanian yang merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi di provinsi Gorontalo pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif, hal ini disebabkan adanya perubahan pola masa tanam padi dan jagung dimana seharusnya pada triwulan II merupakan musim panen namun kenyataan di lapangan pada saat tersebut petani baru mulai musim tanam. PERKEMBANGAN INFLASI Laju perubahan harga di Gorontalo secara tahunan mengalami inflasi 9,73%. Tekanan inflasi selama bulan Juni 2008 disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas. Secara tahunan laju perubahan harga di Gorontalo pada triwulan II-2008 mengalami inflasi 9,73% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,07%. Sementara itu, bila dibandingkan dengan inflasi di daerah Sulawesi, Maluku dan Papua inflasi bulanan kota Gorontalo relatif lebih rendah setelah Palu (2,44%), Ambon (1,76%) dan Ternate (1,17%). Sedangkan secara Nasional inflasi tertinggi terjadi di Kendari yang tercatat sebesar 6,49% dan terendah di Bogor sebesar 1,15%. Sumber-sumber tekanan inflasi selama bulan Juni 2008 terutama disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas antara lain bensin, tomat sayur, rokok kretek filter, angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, semen, ekor kuning, kangkung, daging ayam ras, beras jagung, emas perhiasan, angkutan antar kota dan gula merah. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain 2

8 RINGKASAN EKSEKUTIF tauge/kecambah, sawi hijau, telur ayam kampong, kayu lapis, beras, besi beton, teri, wortel, kol putih/kubis, kacang panjang, cabe merah, cabe rawit, kentang, ketimun, minyak goreng, cakalang, bubara dan bawang merah. Faktor utama inflasi selama Q didominasi oleh 3 (tiga ) kelompok utama. Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan II-2008 cukup baik. DPK tumbuh signifikan, penyaluran kredit mengalami peningkatan. Penyaluran kredit berdasarkan bank pelapor mengalami pertumbuhan yang positif Faktor utama inflasi tahunan selama Q didominasi oleh 3 (tiga) kelompok utama yaitu kelompok Transportasi dan komunikasi, kelompok perumahan, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan II-2008 secara garis besar menunjukan perkembangan yang cukup menggembirakan dibandingkan triwulan sebelumnya, hal ini tercermin baik dari sisi total aset, penghimpunan dana masyarakat maupun dari sisi kredit yang berhasil disalurkan yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sehingga hal tersebut mendorong peningkatan rasio Loan to Deposito Ratio (LDR Narrow) yang naik dibandingkan triwulan sebelumnya. Naiknya rasio LDR ini terjadi karena performa kredit mengalami ekspansi yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan penghimpunan dana. Sementara itu, kualitas kredit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya baik dari sisi rasio maupun jumlahnya Meningkatnya kualitas kredit disebabkan oleh membaiknya situasi usaha selama triwulan laporan sehubungan dengan kembali normalnya jalur distribusi setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami gangguan cuaca yang membebani biaya produksi di tingkat produsen daerah. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan laporan yang mengalami mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan I-2008 yaitu simpanan dalam bentuk Deposito sebesar Rp.4 47 miliar atau tumbuh sebesar 4,24% dan Tabungan sebesar Rp.894 miliar atau tumbuh sebesar 9,83%, sementara untuk simpanan dalam bentuk Giro mengalami penurunan sebesar 13,94% atau menjadi Rp.249 miliar. Sementara itu kredit yang berhasil disalurkan oleh perbankan Gorontalo mengalami peningkatan hingga mencapai jumlah Rp1.732 miliar atau meningkat 14,30% bila dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan penyaluran kredit kepada sektor-sektor yang dominan seperti sektor pertanian dan sektor PHR. Penyaluran kredit berdasarkan bank pelapor mengalami pertumbuhan yang positif dibandingkan triwulan sebelumnya yang diikuti dengan peningkatan rasio LDR-nya. Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran 3

9 RINGKASAN EKSEKUTIF kredit pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif yang cukup signifikan pada semua jenis kredit dengan pertum buhan tertinggi dicatat oleh kredit modal kerja (17,67 %) diikuti kredit konsumsi (14,35 %), sedangkan kredit investasi mengalami pertumbuhan melambat sebesar 0,81%. Kredit bank umum yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek mencatat pertumbuhan sebesar 17,48%. Sampai triwulan II- 2008, kinerja BPR di Gorontalo cukup menggembiraka, dengan totoal aset sebesarrp.20,591 miliar Sementara itu, posisi kredit bank umum yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek di Gorontalo (posisi Juni 2008) mencapai Rp1,806 miliar, atau naik 17,48% (qtq), angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mencatat pert umbuhan sebesar 7,39% sedangkan secara tahunan tumbuh sebesar 43,61% (yoy). Dari total kredit tersebut, 4,08% (sebesar Rp73,65 miliar) merupakan kredit yang disalurkan bank umum yang beroperasi di luar Gorontalo, dan dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek yang ada di Gorontalo. Sampai triwulan II-2008, kinerja BPR di Gorontalo cukup menggembirakan, meskipun terjadi penurunan baik dari sisi jumlah asset, dana pihak ketiga yang dihimpun maupun jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Total asset BPR di Gorontalo tercatat sebesar Rp20,591miliar, dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun (DPK) sebesar Rp6,959 miliar dan jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp13,224 miliar. Berdasarkan komponen permbentuk DPK, sebagian besar simpanan masyarakat dalam bentuk deposito sebesar Rp3,612 miliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit modal kerja yang mencapai sebesar Rp10,137 miliar. Sementara itu, fungsi intermediasi BPR berjalan baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) BPR di Gorontalo yang sudah mencapai 190,0 3% atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya 199,02%. Dari sisi kualitas kredit, menunjukkan perkembangan yang masih mengkhawatirkan dikarenakan rasio NPL masih berada diatas batas toleransi BI 5%. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Jumlah dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat yang dialokasi kan ke Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 mencapai Rp3,7 Triliun. Jumlah dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat yang dialokasikan ke Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 mencapai Rp3,7 Triliun, dengan komponen pembentukannya yang meliputi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp1,642 trilliun dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp288,734 milliar yang tersebar di 5 kabupaten, 1 kota dan 1 provinsi di Gorontalo. Sementara itu, target pendapatan Provinsi Gorontalo di tahun 2008 mengalami penyesuaian menjadi sebesar 4

10 RINGKASAN EKSEKUTIF Rp487,94 Milliar atau meningkat 2,45% dibandingkan target Tahun Sedangkan Realisasi anggaran belanja Pemerintah Provinsi Gorontalo s.d. triwulan II-2008 mencapai Rp227,862 milliar dengan prosentase pencapaian sebesar 36,94%. Realisasi APDB Gorontalo khususnya realisasi belanja daerah sampai akhir triwulan laporan sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian sebesar 8,61% terhadap total PDRB. Dampak realisasi APBD Gorontalo terhadap perkembangan uang beredar di masyarakat sampai dengan akhir triwulan laporan mengalami kontraksi sebesar Rp4,434 miliar yang berarti realisasi penerimaan daerah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran daerah. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I berada kondisi net inflow sebesar Rp.70,307 miliar Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II-2008 berada pada kondisi net out flow sebesar Rp156,148 miliar, hal ini merupakan dampak dari meningkatnya penggunaan uang kartal untuk keperluan transaksi sehubungan meningkatnya kegiatan ekonomi pada triwulan laporan akibat faktor musiman dimana pada awal tahun kecenderungan aliran uang kartal mengalami inflow. Sementara itu jumlah perputaran nominal warkat kliring non BI di Gorontalo tercatat Rp228,09 miliar atau naik 32,978% dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan selama triwulan laporan terjadi peningkatan kegiatan transaksi perdagangan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan. Namun rasio penolakan jumlah Cek/BG kosong terhadap jumlah warkat kliring mengalami penurunan yaitu dari 0,49% pada triwulan I-2008 menjadi 0,44% pada triwulan laporan, demikian juga halnya dengan rasio jumlah nominal Cek/BG kosong terhadap total nominal keseluruhan warkat yang dikliringkan juga mengalami penurunan dari 0,54% pada triwulan I-2008 menjadi 0,31% pada triwulan laporan. Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo pada bulan Agustus 2007 tercatat sebanyak orang. Kesejahteraan Masyarakat Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun, pada bulan Agustus 2007 tercatat sebanyak orang dan dari jumlah tersebut 92,84% diantaranya berstatus bekerja, sedangkan sisanya 7,16% merupakan pengangguran. Berdasarkan sektor ekonominya, sektor pertanian tercatat menyerap tenaga kerja paling tinggi diantara sektor lainnya yang mencapai orang atau 47,91% dari total tenaga kerja yang terserap di seluruh sektor. 5

11 RINGKASAN EKSEKUTIF Sementara itu sektor Informal menyerap tenaga kerja sebesar 69,74% dari total tenaga kerja atau relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 76,51%. Hal ini menunjukkan, sektor informal peranannya cukup tinggi dalam penciptaan lapan gan kerja dibanding sektor formal. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2006 adalah sebesar 68,0 meningkat 0,3 point dari IPM 2005 yang sebesar 67,7 PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Gorontalo triwulan II diperkirakan tumbuh 6,62% (yoy). Dari sisi penawaran, diperkirakan terjadi sedikit perlambatan pada sektor pertanian. Perekonomian Gorontalo pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh 5,8% 7% dimana konsumsi masih merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diantaranya adalah dampak kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) oleh pemerintah akhir Mei 2008 lalu (rata-rata sebesar 28,7%). Dari sisi penawaran, pada triwulan mendatang diperkirakan akan terjadi sedikit perlambatan pada sektor pertanian sehubungan dengan selesainya masa panen dan memasuki masam tanam yang menyebabkan jumlah produksi sektor pertanian menjadi terbatas. Di sisi lain, lain kondisi alam yang kurang mendukung (memasuki musim pancaroba/peralihan), khususnya untuk sektor perikanan laut, akan cukup memberikan tekanan tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo. 6

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Di sisi permintaan,didorong oleh kinerja sektor konsumsi, baik pemerintah maupun rumah tangga. inflasi Gorontalo pada triwulan mendatang akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III-2008, kinerja perbankan diperkirakan menunjukkan perkembangan yang positif. Sedangkan dari sisi permintaan, pendorong utama diperkirakan masih akan di dorong oleh kinerja sektor konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan mengalami pertum buhan yang positif namun tidak setinggi triwulan sebelumnya, dimana perilaku konsumsi rumah tangga akan meningkatkan persediaan di rumah, terutama untuk bahan makanan. Sedangkan konsumsi rumah tangga untuk non-makanan diperkirakan akan mengalami pertumbuha n terutama untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang dan perumahan. Kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga berbagai komoditas pangan di tingkat internasional di perkirakan akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa secara umum pada tingkat nasional dan regional termasuk di Provinsi Gorontalo, sehingga diperkirakan laju inflasi Gorontalo pada triwulan mendatang akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III-2008, kinerja perbankan diperkirakan menunjukkan perkembangan yang positif, hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan sampai dengan triwulan II-2008 relatif cukup tinggi yang disebabkan dari kenaikan BI-rate dari 8,25 % pada awal Mei 2008 menjadi pada 8,5 0% pada awal Juni

13 BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

14 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Di tengah-tengah kelesuan perekonomian global dan meningkatnya tekanan terhadap nilai Rupiah yang berasal dari sisi global dan domestik, berbagai indikator ekonomi makro dan sistem keuangan nasional pada triwulan II-2008 tetap menunjukkan kinerja yang lebih baik. Dari sisi global yang ditunjukan dengan berlanjutnya kenaikan harga minyak yang berdampak luas pada mata uang global, sementara mata uang regional melemah akibat meningkatnya trade deficit yang berimbas terhadap mata uang rupiah. Sedangkan dari sisi domestik, kenaikan harga minyak dunia mempengaruhi munculnya kekhawatiran terhadap sustainabilitas fiscal, meningkatnyta ekspektasi inflasi, serta ekspektasi meningkatnya permintaan valas untuk kebutuhan impor minyak. Meski dihadapkan pada tekanan inflasi yang tinggi, perekonomian Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2008 yang tumbuh cukup tinggi sebesar 6,3%. Angka pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh konsumsi dan kinerja ekspor. Disisi lain, kenaikan harga beberapa komoditas pertanian dan barang tambang di pasar internasional serta permintaan yang cukup tinggi dari negara-negara emerging market memberikan sumbangan pada peningkatan ekspor. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2008 diprakirakan mencatat surplus yang tetap tinggi yang memberikan dukungan yang solid bagi kestabilan nilai rupiah di tengah berkembanganya gejolak pasar keuangan global dan sentimen negatif pada faktor eksternal. Surplus NPI tersebut terutama terjadi di sisi neraca transaksi berjalan yang mencapai USD 2,6 miliar atau 2,3% dari PDB.Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2008 diperkirakan NPI berpotensi mencatat surplus sedikit lebih rendah dari perkiraan semula. Namun, faktor tingginya harga komoditas internasional masih mendukung kinerja ekspor mengindikasikan bahwa perekonomian kita memiliki ketahanan dan selanjutnya akan berdampak positif terhadap kestabilan nilai tukar rupiah. Jumlah cadangan devisa sampai dengan akhir Mei 2008 mencapai sebesar USD 57,5 milliar. Sementara itu, nilai tukar rupiah selama Mei 2008 relatif stabil disbanding dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, tekanan harga secara nasional pada Juni 2008 cenderung meningkat bila dibandingkan bulan sebelumnya dengan laju inflasi inti yang juga mengalami peningkatan. Secara tahunan, inflasi IHK tercatat sebesar 11,03% (y.o.y), meningkat cukup tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 10,38% (y.o.y). Peningkatan inflasi IHK tersebut terutama bersumber dari komponen inflasi yang bersifat nonfundamental, yaitu inflasi administered price dan volatile food. Peningkatan inflasi administered price terutama didorong oleh kebijakan Pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi rata-rata 28,7% per 24 Mei 2008 dan kelangkaan komoditas energy yang masih berlanjut. Sementara itu, 9

15 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL peningkatan inflasi volatile food terutama terkait dengan peningkatan ekspektasi inflasi para pedagang sebagai dampak tidak langsung peningkatan harga BBM dan meningkatnya biaya distribusi serta masih berlanjutnya dampak peningkatan harga komoditas pangan internasional. Dari sisi fundamental, peningkatan ekspektasi inflasi dan masih adanya dampak inflasi impor mendorong peningkatan laju inflasi inti. Nilai tukar rupiah sepanjang Juni 2008 bergerak melemah, baik secara rata-rata maupun point to point. Secara rata-rata, rupiah melemah 0,77% dari Rp.9.225/USD menjadi Rp.9.296/USD. Sampai dengan akhir Juni 2008, rupiah ditutup melemah 0,05% (p-t-p) dari Rp.9.291/USD pada akhir April 2008 menjadi Rp.9.296/USD. Adapun tingkat volatilitas meningkat dari 0,21% pada bulan sebelumnya menjadi 0,50%. Tabel 1.1. Perkembangan BI Rate, Suku Bunga Penjaminan Deposito dan Nilai Tukar Rupiah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Q1 Apr Mei Q2 BI Rate Penjaminan Deposito 1 bulan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah (Bulanan) 9,068 9,068 9,164 9,098 8,844 8,984 9,067 9,367 9,310 9,107 9,264 9,334 9,406 9,181 9,185 9,209 9,291 9,296 Sumber : Bank Indonesia, diolah Sejalan dengan perkembangan kondisi makro ekonomi nasional, secara regional (lihat Grafik 1.1), perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2008 tumbuh sekitar 6,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2008 maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik I.1. Pertumbuhan Perekonomian Gorontalo Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Gorontalo 10

16 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan II-2008 terutama didorong oleh kegiatan konsumsi khususnya konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan kegiatan konsumsi pemerintah tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada triwula laporan. Sementara itu kegiatan investasi juga mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini seiring dengan masih positifnya persepsi dunia usaha terhadap kondisi perekonomian dan semakin turunnya suku bunga kredit di Gorontalo. Selain itu, peningkatan kegiatan investasi juga didorong oleh adanya implementasi program pelayanan terpadu satu pintu (PPTSP) di Gorontalo. Sementara itu, walaupun terjadi kelesuan perekonomian global, kinerja ekspor Gorontalo diperkirakan masih mengalami peningkatan, terutama bersumber dari pertumbuhan ekspor jagung dan sapi. Di sisi lain, pertumbuhan impor mengalami perlambatan. Respon di sisi penawaran ditandai oleh tumbuh positifnya sebagian besar sektor ekonomi di Gorontalo. Seiring dengan kenaikan laju konsumsi dan meningkatnya ekspor, kinerja tiga sektor ekonomi dominan di Gorontalo, yaitu sektor perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor transportasi dan komunikasi, dan sektor Jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Peningkatan kinerja di sektor PHR didorong oleh meningkatnya tingkat penghunian kamar (TPK) hotel dan akomodasi lainnya sehubungan dengan musim liburan sekolah. Pada sektor transportasi dan komunikasi didorong oleh pertumbuhan pada subsektor pengangkutan khususnya pada angkutan udara dan angkutan jalan raya. Peningkatan kinerja juga terjadi pada sektor jasa-jasa yaitu pada subsektor jasa pemerintahan umum. Sementara itu sektor pertanian yang merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi Gorotalo mengalami perlambatan terutama didorong oleh pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan yang mengalami pertumbuhan negatif, hal ini disebabkan oleh adan ya perubahan pola masa tanam padi dan jagung dimana seharusnya pada triwulan II merupakan musim panen namun kenyataan di lapangan pada saat tersebut petani baru mulai musim tanam. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami pertumbuhan yang positif. 1. SISI PERMINTAAN Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 6,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebelumnya sebesar 8,32% (Tabel 1.2). Pertumbuhan ekonomi Gorontalo didorong oleh meningkatnya kegiatan konsumsi pemerintah dan investasi 11

17 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Tabel I.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Prov.Gorontalo Dari Sisi Permintaan (%) Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah Tabel l.3. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Gorontalo (%) Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah 1.1. Konsumsi Konsumsi pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 13,38% (yoy), lebih lambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Melambatnya kegiatan konsumsi ini diperkirakan sebagai akibat terdapatnya kecenderungan masyarakat untuk menahan kegiatan konsumsi dengan mengalokasikan dan menempatkan kelebihan dananya pada sistem perbankan. Hal ini tercermin dari jumlah DPK perbankan di Gorontalo yang hingga Juni 2008 telah mencapai jumlah Rp1,590 Triliun atau meningkat 6,28% (y.o.y). Selain itu, kenaikan harga beberapa komoditi kebutuhan pokok paska kenaikan BBM telah menyebabkan tertahannya permintaan masyarakat. Namun demikian kegiatan konsumsi rumah tangga masih tetap tumbuh positif selama triwulan laporan yaitu sebesar 7,96% (y-o-y) dengan kontribusi sebesar 5,42%. Sementara itu pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi 21,25% (yoy) dengan kontribusi sebesar 9,96%, hal ini disebabkan kenaikan belanja operasional pemerintah yang mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 12

18 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.2. Investasi Perkembangan kegiatan investasi selama triwulan II-2008 memperlihatkan pertumbuhan yang meningkat, hal ini tercermin dari meningkatnya nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan laporan yaitu 13,45% (y.o.y). Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,32% (y.o.y). Grafik I.2. Pertumbuhan Kredit Investasi (Jutaan Rp) 160, , , ,000 80,000 60,000 40,000 50,606 46,576 52,179 57,369 49,394 60,855 76,637 76,496 75,334 77,112 79,205 85,964 87,004 84,722 86,616 93,259 89,076 99, , , , , , , , , , , , ,948 20,000 0 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J Peningkatan kegiatan investasi tercermin dari peningkatan kredit investasi dari perbankan yang hingga kurun waktu Juni 2008 telah berhasil disalurkan sebesar Rp132,948 milliar atau naik 33,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Ekspor Impor Dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) yang dilakukan secara nasional, konsep ekspor dan impor didefinsikan sebagai arus mobilitas barang dan jasa yang masuk maupun keluar pabean Indonesia, namun untuk konsep perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka pengertian ekspor dan impor disempitkan menjadi lalu lintas barang dan jasa yang masuk maupun keluar wilayah Provinsi Gorontalo baik antar propinsi maupun langsung dengan negara lain. Kinerja ekspor Gorontalo baik antar negara dan antar provinsi pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 13,68% (yoy) atau sebesar Rp107,447 miliar, pertumbuhan ini lebih rendah apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 13

19 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 20,57%. Berdasarkan data ekspor yang diolah Direktorat Statistik Ekonomi Moneter (DSM) Bank Indonesia, realisasi ekspor komoditi non migas Gorontalo periode Januari Mei 2008 tercatat sebesar USD 7,59 Juta. Berdasarkan kelompok ISIC ((International Standard Industrial Classification) yaitu pengelompokan komoditi ekspor berdasarkan klasifikasi industri atau sektoral, sebagian besar komoditi ekspor Gorontalo periode Januari - Mei 2008 berupa bahan mentah yang berasal dari sektor kehutanan sebesar USD , sedangkan ekspor produk jadi sangat sedikit. Berikut ini disajikan perkembangan realisasi ekspor Gorontalo menurut kelompok ISIC. Tabel I.4. Realisasi Nilai Ekspor Menurut Kelompok ISIC Provinsi Gorontalo (USD) *) Pertanian dan Perikanan 2,149 13,905 78, ,038 3,917,000-3,877,775 22,630 Pertanian dan Kegiatan Lainya yang berhubungan ,900 55,825 3,917,000-3,790,980 - Hasil Hutan dan Kegiatan Lainnya yang berhubungan ,284 22,630 Perikanan dan Kegiatan Lainya yang berhubungan 2,149 13,905 19, , ,511 - Pertambangan Manufaktur - 209,567-1,072,422 54,289 26,312 3,715,222 - *) s/d Mei 2008 I S I C Sumber : KBI Manado (diolah dari PPDI DSM Bank Indonesia) 2, ,472 78,133 1,234,460 3,971,289 26,312 7,592,997 22,630 Sementara itu, dilihat negara-negara yang menjadi tujuan ekspor Gorontalo selama kurun waktu Januari s.d. Mei 2008, yaitu RRC yang merupakan negara tujuan ekspor utama Gorontalo. Hal ini sedikit berbeda bila dibandingkan tahun sebelumnya dimana sepanjang kurun waktu tahun 2007 ekspor Gorontalo disamping ditujukan ke negara Asia Tenggara dan Negara Asia juga ditujukan ke Negara Eropa. 14

20 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Tabel I.5. Realisasi Nilai Ekspor Komoditi Non Migas Menurut Negara Tujuan Provinsi Gorontalo (USD) Negara Tujuan *) Amerika - 4,584 58,900-1,920, Thailand Singapore 2, Philipina , ,500 - Malaysia ,997,000-3,118,300 - Vietnam ,408 - Hongkong ,233 3, India ,940 - Jepang - 139,336-1,051,157-24, ,572 - RRC , ,439,827 22,630 Korea Selatan - 79,552-62,952 53,720 2, ,346 - Asia Lainnya ,766 - MEE dan MEE Lainnya , ,975 - Inggris ,375 - Belanda ,950 - Perancis , Jerman ,650 - Rusia ,875 - Eropa Timur ,625 - Eropa Lainnya ,863 - *) s/d Mei 2008 T O T A L 2, ,472 78,133 1,292,144 3,971,289 26,312 7,592,997 22,630 Sumber : KBI Manado (diolah dari PPDI DSM Bank Indonesia) Perkembangan kegiatan ekspor di Provinsi Gorontalo antara lain juga tercermin dari perkembangan ekspor komoditi jagung baik antar pulau maupun ke luar negeri. Sampai dengan Agustus 2007, jumlah komoditi jagung yang telah dikirimkan ke luar Provinsi Gorontalo sebanyak 114,329 ribu ton dengan rincian antar pulau sebanyak 56,871 ribu ton dan ekspor sebanyak 57,458 ribu ton atau naik sebesar 7,53% dibandingkan posisi yang sama pada pencapaian tahun 2006 yaitu sebesar 106,322 ribu ton. Tabel I.6. Perkembangan Pengiriman Jagung Antar Pulau dan Ekspor Bulan Antar Pulau (Ton) Ekspor (Ton) Bulan *) *) Januari - 1,369 2, Januari Februari - 3,472 4,499 3,546 Februari Maret - 8,057 6,067 3,825 Maret - 3,800 6,600 - April 4,725 10,580 13,970 12,500 April 1,700 3,600 10,600 10,866 Mei 5,340 22,290 30,869 16,725 Mei 1,500 6,100 1,800 9,500 Juni 2,974 20,449 10,885 8,275 Juni 3,800-1,760 13,250 Juli 1,075 4,572 7,534 8,200 Juli 1,500 1,660-16,800 Agustus 300 7,108 8,209 3,000 Agustus 3,400 3,800-7,042 September 220 4, September Oktober 100 2, Oktober - 7, November 350 2, November - 5, Desember 150 4, Desember - 4, Total 15,234 91,601 84,790 56,871 Total 12,310 35,960 21,532 57,458 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan Provinsi Gorontalo *) s.d. Agustus 2007 Sementara itu, kegiatan impor Provinsi Gorontalo mengalami perlambatan. Perlambatan kinerja impor ini antara lain dipengaruhi oleh peningkatan tekanan terhadap nilai tukar rupiah, sehingga mendorong importir untuk cenderung menahan impor dari negara lain. Definisi impor dalam PDRB tidak hanya mencakup barang dan jasa yang berasal dari luar negeri namun meliputi pula barang dan jasa yang berasal dari luar provinsi Gorontalo (baik 15

21 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL dari provinsi/pulau lain). Berdasarkan data historis yang ada, untuk Provinsi Gorontalo, nilai tambah kegiatan ekspor cenderung lebih rendah dibandingkan nilai tambah kegiatan impor sehingga menyebabkan transaksi perdagangan Gorontalo selalu pada posisi Net Impor. 2. SISI PENAWARAN Respon di sisi penawaran ditandai oleh tumbuh positifnya sebagian besar sektor ekonomi di Gorontalo, dengan laju pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor transportasi dan komunikasi sebesar 14,60% sedangkan sektor Pertanian dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih mengalami kontraksi masing-masing sebesar 0,57% dan 2,70%. Berdasarkan kontribusinya, sektor jasa-jasa memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan perekonomian Gorontalo dengan sumbangan sebesar 1,57% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Berikutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,51% dan sektor transportasi dan komunikasi sebesar 1,46% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Tabel I.7. Perkembangan Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Gorontalo Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun 2000 (Persen) Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keu., Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah 16

22 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah Tabel I.8. Kontribusi Masing-Masing Sektor Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keu., Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian dalam triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,57% (yoy) atau berbanding terbalik bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan positif 10,12% (yoy). Pertumbuhan negatif ini disebabkan oleh adanya perubahan pola masa tanam padi dan jagung dimana seharusnya pada triwulan II merupakan musim panen namun kenyataan di lapangan pada saat tersebut petani baru mulai musim tanam. Disamping itu terjadinya bencana banjir di Gorontalo dan sekitarnya akibat hujan yang terus menerus turun serta naiknya harga khususnya pada tanaman bahan makanan dan peternakan sebagai dampak dari kenaikan harga bahan baku dan minyak mentah industri dunia. Berdasarkan komponen pembentuknya pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh sub sektor perikanan dan peternakan dengan kontribusi masing-masing sebesar 0,49% dan 0,46% (yoy) terhadap laju pertumbuhan sektor pertanian secara umumnya. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor pertanian tumbuh 14,25% (qtq). Nilai kredit yang disalurkan ke sektor pertanian hingga Juni 2008 sebesar Rp77,379 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.67,726 miliar 17

23 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik I.3. Pertumbuhan Sektor Pertanian (Y.o.Y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah Sektor Pertambangan dan Penggalian Secara tahunan, sektor pertambangan dan penggalian dalam triwulan laporan tumbuh 9,63% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan sumbangan terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum sebesar 0,10%. Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh sub sektor penggalian, dimana berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif sebesar 27,70%(yoy). Nilai kredit yang disalurkan ke sektor pertambangan dan penggalian sampai dengan Juni 2008 sebesar Rp.3,545 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.4,903 miliar 18

24 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik I.4 Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian (Y.o.Y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah 2.3. Sektor Industri Pengolahan Sebagaimana periode sebelumnya Sektor industri pengolahan di Gorontalo selama Q tumbuh sebesar 3,86% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo secara umum sebesar 0,31%. Berdasarkan unit usahanya, sebagia besar pelaku usaha di sektor ini bergerak dibidang sektor industri pengolahan kayu dan ikan. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan tumbuh 6,43%. Nilai kredit yang disalurkan ke sektor industri pengolahan sampai dengan Juni 2008 sebesar Rp.32,316 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp.30,365 miliar. 19

25 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik I.5. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (Y.o.Y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah 2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Setelah pada periode sebelumnya nilai tambah sektor listrik, gas dan air bersih mengalami perlambatan, pada triwulan II-2008 sektor ini juga mengalami perlambatan menjadi 2,70 (yoy). Perlambatan sektor listrik, gas dan air bersih terutama didorong oleh penurunan kinerja sub sektor listrik dengan pertumbuhan sebesar 4,68%. Sementara sub sektor air bersih mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,75% Grafik I.6 Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (Y.o.Y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah 20

26 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 2.5. Sektor Bangunan Secara tahunan, sektor bangunan tumbuh 9,489% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 0,73% terhadap laju pertumbuhan Gorontalo secara umum. Laju pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 9,71% (y.o.y). Grafik I.7. Pertumbuhan Sektor Bangunan (Y.o.Y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor bangunan tumbuh 161,35% (yoy). Nilai kredit yang disalurkan ke sektor bangunan sampai dengan Juni 2008 sebesar Rp.59,611 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp.22,809 miliar Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan tumbuh sebesar 11,19% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 8,03% (y.o.y) dan 6,89% (y.o.y). Sektor ini memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo secara umum sebesar 1,51%. Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor Perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sebesar 1,35%. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor Perdaganagn, Hotel dan Restoran tumbuh 35,94%. Nilai kredit yang disalurkan ke sektor ini sampai dengan 21

27 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Juni 2008 sebesar Rp.571,909 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp.420,701 miliar. Grafik I.8. Pertumbuhan Sektor PHR (Y.o.Y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah 2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 14,60% (y.o.y) dengan kontribusi 1,46% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo secara umum. Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 12,98% dengan sumbangan sebesar 1,28%. Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor pengangkutan 1,33% dan subsektor komunikasi 0,13%. Perkembangan subsektor pengangkutan antara lain didorong dengan peningkatan yang terjadi pada angkutan jalan raya dan angkutan udara. Sementara itu perkembangan subsektor komunikasi terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain terbukti dengan pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi-lokasi strategis sehingga memberikan kenyaman pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru semakin memudahan dan memanjakan para pengguna jasa telekomunikasi. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor Pengangkutan dan komunikasi tumbuh 50,70%. Nilai kredit yang disalurkan ke sektor ini sampai dengan Juni 22

28 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 2008 sebesar Rp.14,582 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp.9,676 miliar. Grafik I.9. Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Komunikasi (Y.o.Y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah 2.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Selama triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 7,58% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan kontribusinya, sumbangan sektor ini terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo sebesar 0,64%. Perkembangan sektor ini antara lain tercermin dari maraknya pembangunan fasilitas perbankan antara lain pembukaan kantor cabang baru dan penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Sementara itu, Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor bank 10,04%, Lembaga keuangan tanpa bank 5,37%, Sewa bangunan 5,79% dan Jasa perusahaan 16,16% 23

29 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik I.10. Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa (Y.o.Y) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah 2.9. Sektor Jasa-Jasa Selama triwulan laporan, sektor jasa-jasa tumbuh 8,32% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan kontribusinya, sumbangan sektor ini terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo sebesar 1,57%. Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor Pemerintahan umum dengan kontribusi 1,29%, sementara kontribusi subsektor swasta hanya sebesar 0,28%. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor jasa -jasa tumbuh 150,55%. Nilai kredit yang disalurkan ke sektor ini sampai dengan Juni 2008 sebesar Rp.41,513 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp.21,076 miliar. 24

30 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik I.11. Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 ** Q2 ** Sumber : BPS Prov.Gorontalo, diolah 3. ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Gorontalo diantaranya dapat dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur perekonomian daerah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur perekonomian daerah pada gilirannya akan dapat dilakukan dengan efektif dengan cara penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam daerah. Pendekatan LQ merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian daerah. Dalam konteks pengembangan perekonomian Gorontalo, analisis LQ akan digunakan untuk mengukur sektor-sektor apa saja yang menjadi basis perekonomian khususnya bila dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan wilayah di KTI (Kawasan Timur Indonesia). Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi sektor pada salah satu bagian wilayah (Gorontalo) terhadap kontribusi sektor yang sama dalam satu wilayah (Sulawesi Selatan). 25

31 BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Tabel I.9 Hasil Perhitungan LQ Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan dengan basis SULAMPUA (Tahun 2007) SEKTOR-SEKTOR EKONOMI GORONTALO SULUT SULSEL Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Persh Jasa-Jasa Keterangan : LQ? 1, sektor basis LQ < 1, sektor non basis Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektorsektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ. Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 6 (enam) sektor yang merupakan basis (rasio LQ>1) di Provinsi Gorontalo yaitu (1) sektor pertanian, (2) sektor bangunan, (3) sektor Perdagangan, hotel dan restoran, (4) sektor pengangkutan dan komunikasi, (5) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta (6) sektor jasa-jasa. Dari 6 (enam) sektor basis tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara yaitu sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasajasa. Dengan demikian, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo diharapkan dapat lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua. 26

32 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH INFLASI Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Juni 2008 menggunakan tahun dasar 2007 = 100 (sebelumnya 2002 = 100) yang didasarkan pada hasil Survey Biaya Hidup (SBH) Cakupan kota bertambah dari 45 menjadi 66 kota, sedangkan paket komoditas naik dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 tahun Sementara itu bobot komoditas makanan turun dari 43,38 % menjadi 36,12%. Secara tahunan laju inflasi kota Gorontalo pada bulan Juni 2008 sebesar 9,73% atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,07%. Sedangkan secara bulanan perkembangan harga berbagai komoditas kota Gorontalo pada bulan Juni secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Dengan menggunakan perhitungan dan tahun dasar baru (2007 = 100) pada bulan Juni 2008 kota Gorontalo mengalami inflasi sebesar 2,59% (m.t.m) atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsume (IHK) dari 106,10 pada bulan Mei 2008 menjadi 108,85 pada bulan Juni Sementara itu, bila dibandingkan dengan inflasi di daerah Sulawesi, Maluku dan Papua inflasi bulanan kota Gorontalo relatif lebih rendah setelah Palu (2,44%), Ambon (1,76%) dan Ternate (1,17%). Sedangkan secara Nasional inflasi tertinggi terjadi di Kendari yang tercatat sebesar 6,49% dan terendah di Bogor sebesar 1,15%. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Gorontalo Inflasi kota Gorontalo terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada semua kelompokkelompok barang dan jasa sebagai berikut : 1. Bahan makanan : 1,12% 2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau : 3,67% 3. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar : 2,86% 4. Sandang : 0,53% 5. Kesehatan : 0,12% 6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga : 0,04% 7. Trasportasi, Komunikasi dan Jasa keuangan : 6,28% Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Juni 2008 antara lain bensin, tomat sayur, rokok kretek filter, angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, semen, ekor kuning, kangkung, daging ayam ras, beras jagung, emas perhiasan, angkutan antar kota dan gula merah. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain tauge/kecambah, sawi hijau, telur ayam kampong, kayu lapis, beras, besi beton, teri, wortel, kol putih/kubis, kacang panjang, cabe merah, cabe rawit, kentang, ketimun, minyak goreng, cakalang, bubara dan bawang merah. Sementara itu, komoditi yang memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi kota Gorantalo adalah sebagai berikut : 28

34 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 1. Bahan makanan : 0,34% 2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau : 0,55% 3. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar : 0,71% 4. Sandang : 0,03% 5. Kesehatan : 0,004% 6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga : 0,002% 7. Trasportasi, Komunikasi dan Jasa keuangan : 0,96% BAHAN MAKANAN Kelompok bahan makanan pada bulan Juni 2008 mengalami inflasi 1,12% atau terjadi kenaikan indeks dari 111,42 pada Mei 2008 menjadi 112,67 pada Juni Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran 23,61% dan inflasi terendah pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian 0,09%, sedangkan sub kelompok bahan makanan lainnya tidak mengalami perubahan. Sementara itu pada sub kelompok ikan segar, bumbubumbuan serta lemak dan minyak terjadi deflasi masing-masing sebesar -2,45%, -2,64% dan -1,61%. Kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,335% dengan komoditi utama penyumbang inflasi antara lain tomat sayur (0,46%), ekor kuning (0,15%), kangkung (0,094%), malalugis (0,056%), dan telur ayam ras (0,05%). Sedangkan komoditi yang memberikan andil deflasi antara lain : ikan laying (-0,25%) dan bawang merah (-0,096%). MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU Kelompok ini mengalami inflasi 3,67% atau terjadi kenaikan indeks dari 104,98 pada Mei 2008 menjadi 108,83 pada Juni 2008, dengan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,20% dan 10,09%. Sedangkan sub kelompok makan jadi tidak mengalami perubahan. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,55%, dengan komoditi yang mendominasi pemberian sumbangan inflasi adalah rokok kretek filter (0,41%), rokok putih (0,09%), rokok kretek (0,05%), kopi bubuk (0,004%), sirup (0,001%) dan the (0,001%) PERUMAHAN, AIR, LISTRIK DAN BAHAN BAKAR Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan bahan bakar pada bulan Juni 2008 mengalami inflasi 2,86% atau terjadi kenaikan indeks dari 105,71 pada Mei 2008 menjadi 108,73 pada Juni Sub kelompok yang mengalami inflasi pada kelompok perumahan, air, 29

35 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH listrik dan bahan bakar adalah sub kelompok biaya tempat tinggal 2,56% dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air 6,24%, sedangkan sub kelompok yang tidak mengalami perubahan adalah sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga. Kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,71% dengan komoditi yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain bahan bakar rumah tangga (0,35%), semen (0,29), batu bata (0,07%), dan cat kayu (0,0003%), sementara itu komditi besi beton dan kayu lapis masing-masing memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,0003% dan -0,0014%. SANDANG Kelompok sandang pada bulan Juni 2008 mengalami inflasi sebesar 2,86% atau terjadi kenaikan indeks dari 102,88 pada bulan Mei 2008 menjadi 103,43 pada bulan Juni Sub kelompok yang mengalami inflasi dalam kelompok ini adalah sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yang tercatat sebesar 3,27%. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan sumbangan terhadap laju inflasi sebesar 0,033%, dengan komoditi utama penyumbang inflasi adalah komoditi emas perhiasan dan ongkos jahit masing-masing tercatat 0,03% dan 0,003%. KESEHATAN Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,12% atau terjadi kenaikan indeks dari 104,13 pada bulan Mei 2008 menjadi 104,25 pada bulan Juni Secara keseluruhan kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,004% dengan komoditi utama penyumbang laju inflasi pada kelompok kesehatan adalah komoditi sabun mandi (0,002%), shampoo (0,002%), obat sakit kepala (0,0003%) dan pelembab (0,0004%). Sub kelompok yang mengalami inflasi dalam kelompok ini adalah sub kelompok obat-obatan dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang masing-masing tercatat sebesar 0,04% dan 0,17% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,04% atau terjadi kenaikan indeks dari 104,50 pada bulan Mei 2008 menjadi 104,54% pada bulan Juni Secara keseluruhan kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,002% dengan komoditi utama penyumbang inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga adalah kursus computer yang tercatat sebesar 0,002%. Sementara itu, sub kelompok yang mengalami inflasi dalam kelompok ini adalah sub kelompok pelatihan 0,002%. 30

36 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 6,28% atau terjadi kenaikan indeks dari 100,65 pada bulan Mei 2008 menjadi 106,97% pada bulan Juni Secara keseluruhan kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,97% dengan komoditi utama penyumbang inflasi adalah bensin (0,55%), angkutan udara (0,376%), angkutan antar kota (0,0247%) dan solar (0,01%). Sementara itu sub kelompok yang mengalami inflasi dalam kelompok ini adalah sub kelompok transportasi yang tercatat sebesar 9% sedangkan sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan. 31

37 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

38 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan II-2008 secara garis besar menunjukan perkembangan yang cukup menggembirakan dibandingkan triwulan sebelumnya, hal ini tercermin baik dari sisi total aset, penghimpunan dana masyarakat maupun dari sisi kredit yang berhasil disalurkan yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sehingga hal tersebut mendorong peningkatan rasio Loan to Deposito Ratio (LDR Narrow) yang naik dibandingkan triwulan sebelumnya. Naiknya rasio LDR ini terjadi karena performa kredit mengalami ekspansi yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan penghimpunan dana. Sementara itu, kualitas kredit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya baik dari sisi rasio maupun jumlahnya. Meningkatnya kualitas kredit disebabkan oleh membaiknya situasi usaha selama triwulan laporan sehubungan dengan kembali normalnya jalur distribusi setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami gangguan cuaca yang membebani biaya produksi di tingkat produsen daerah. Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah Tabel III.1 Indikator Utama Perbankan di Gorontalo Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Total Aset 1,281 1,426 1,474 1,558 1,573 1,746 1,781 1,909 1,903 2,139 DPK (Rp Miliar) 1,036 1,200 1,219 1,330 1,335 1,496 1,482 1,567 1,532 1,590 Pertumbuhan (%) Kredit (Rp Miliar) ,023 1,044 1,104 1,251 1,363 1,444 1,515 1,732 Pertumbuhan (%) LDR (%) NPL (%) FUNGSI INTERMEDIASI 1.1. Penyerapan Dana Masyarakat Meskipun insentif untuk menempatkan dana pada bank umum berkurang dengan adanya penurunan suku bunga simpanan dan penurunan jumlah simpanan yang dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), hal tersebut tidak berpengaruh terhadap Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan Gorontalo. DPK yang dihimpun sampai dengan triwulan II-2008 telah mencapai Rp1.590 miliar atau meningkat sebesar 6,28% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Gorontalo sudah percaya mengenai kondisi perbankan secara umum. Pertumbuhan dana pihak ketiga pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan I-2008 yaitu simpanan dalam bentuk Deposito sebesar Rp

39 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH miliar atau tumbuh sebesar 4,24% dan Tabungan sebesar Rp.894 miliar atau tumbuh sebesar 9,83%, sementara untuk simpanan dalam bentuk Giro mengalami penurunan sebesar 13,94% atau menjadi Rp.249 miliar. Grafik III.1 Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo (Rp.Miliar) 2,500 2,000 1,500 1, ,281 1, , Giro Deposito Tabungan Dana Pihak Ketiga Total Aset 1,200 1, ,474 1,558 1, ,330 1, ,746 1, , , ,909 1, , ,139 1, , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah Penempatan dana masyarakat di Gorontalo sampai dengan akhir Juni 2008 (Triwulan II-2008) masih didominasi oleh jenis simpanan berbentuk tabungan 56,22% atau sebesar Rp894 miliar, kemudian disusul oleh Deposito 28,14% atau Rp447 miliar dan Giro 15,64% atau sebesar Rp.249 miliar. Pada triwulan ini, jenis simpanan tabungan dan deposito mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 9,83% dan 4,24% sedangkan giro mengalami penurunan sebesar 13,94%. Menurut kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah menyerap hampir 85,87% atau sebesar Rp1.365 miliar dari seluruh DPK di Gorontalo sedangkan selebihnya dihimpun oleh bank swasta sebesar Rp225 miliar. Relatif kecilnya peranan bank swasta ini disebabkan jaringan kantor bank pemerintah lebih luas dibandingkan bank swasta nasional sehingga mampu menjangkau daerah-daerah dengan pertumbuhan dana kelompok bank pemerintah dan kelompok bank swasta masing- 34

40 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH masing tercatat sebesar 1,20% dan 22,83%. Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah provinsi/kota/kabupaten hanya sebesar Rp420 miliar atau naik 2,33% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan dana milik swasta tercatat sebesar Rp1.170 miliar atau naik 4,32%. Komposisi kepemilikan dana swasta dan pemerintah pada triwulan laporan adalah sebesar 73% : 27%. Tingginya dana milik swasta yang berhasil dihimpun oleh perbankan mengindikasikan bahwa sumber pembiayaan Gorontalo lebih banyak digerakkan oleh pihak swasta. Grafik III.2 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan (Rp.Miliar) Grafik III.3 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp.Miliar) 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Bank Pemerintah Bank Swasta Berdasarkan Bank 1,496 1,567 1,330 1,335 1,482 1,392 1,323 1,316 1,200 1,219 1,171 1,167 1,036 1,036 1,061 1,532 1,590 1,349 1,365 1,600 1,400 1,200 1, Pemerintah Swasta 1, ,026 1,025 1,333 1,170 1, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari jumlah DPK sebesar Rp1.590 miliar di Gorontalo 72,75% atau sebesar Rp1.157 miliar berasal dari dari bank-bank yang berlokasi di Kota Gorontalo sedangkan sisanya berasal dari Kabupaten Gorontalo sebesar Rp433 miliar atau 27,25%. Berdasarkan pertumbuhannya secara triwulanan, Kabupaten Gorontalo mencatat pertumbuhan positif yaitu sebesar 4,84% sedangkan Kota Gorontalo mencatat pertumbuhan positif sebesar 3,39%. 35

41 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.4 Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Kab. Gorontalo * 27.25% Kodya. Gorontalo 72.75% * termasuk Boalemo, Pohuwato dan Bone Bolango Tabel III.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Pertumbuhan DPK berdasarkan Kabupaten/Kota Q Q Q Q Q Q Q Q Q Kab. Gorontalo * (4.44) (5.25) (15.66) Kodya. Gorontalo (4.03) (5.85) 3.39 * termasuk Boalemo, Pohuwato dan Bone Bolango 1.2. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor Secara umum, dibanding triwulan sebelumnya penyaluran kredit di Gorontalo mengalami pertumbuhan yang positif diikuti dengan peningkatan rasio LDR-nya. Penyaluran kredit kepada sektor-sektor yang dominan seperti sektor pertanian dan sektor PHR juga mengalami peningkatan pertumbuhannya pada triwulan II Hal ini mencerminkan terus membaiknya sektor riil, dimana perbankan Gorontalo terus meningkatkan penyaluran kredit ke masyarakat. Demikian pula halnya dengan fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo sampai triwulan II-2008 berjalan baik tercermin dari meningkatnya kredit yang berhasil disalurkan perbankan yang 36

42 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH meningkat 14,30% atau mencapai jumlah Rp1.732 miliar bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenis penggunaannya, dari 3 jenis kredit yang disalurkan pada triwulan laporan 2 jenis kredit mengalami pertumbuhan positif yang cukup significant yaitu kredit modal kerja (17,67%) dan kredit konsumsi (14,35%), sedangkan jenis kredit investasi mengalami pertumbuhan negative sebesar 0,81%. Meskipun demikian kredit konsumsi memiliki pangsa terbesar 52,43%. Cukup tingginya pangsa kredit konsumsi di Gorontalo tak lepas dari tingginya permintaan masyarakat melalui kredit konsumsi. Kondisi ini sejalan dengan struktur ekonomi Gorontalo yang pertumbuhan ekonominya didominasi oleh konsumsi. Grafik III.5 Panyaluran Kredit di Provinsi Gorontalo (Rp.Miliar) 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, ,363 1,251 1,515 1,444 1,732 1,104 1,023 1, Q Modal Kerja Konsumsi Q Q Q Investasi Total Kredit Q Q Q Q Q Q Berdasarkan sektor ekonomi, kredit yang berhasil disalurkan bank umum pada triwulan ini sebagian besar disalurkan ke sektor lainnya (konsumsi) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), hingga posisinya mencapai masing-masing 53,76% dan 33,02% dari total kredit. Besarnya penyaluran kredit pada sektor PHR terutama didorong oleh meningkatnya aktivitas usaha di sektor PHR pada triwulan ini. Selain itu, sektor ekonomi lainnya yang cukup besar menyerap kredit pada triwulan ini adalah sektor pertanian, sektor konstruksi, dan sektor perindustrian yang masingmasing menyerap sebesar 3,98%, 2,45%, dan 2,18% dari total kredit. 37

43 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Dilihat dari pertumbuhannya, beberapa sektor ekonomi mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sektor konstruksi yang mengalami pertumbuhan yang tertinggi yaitu sebesar 73,42% atau menjadi Rp miliar dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Selanjutnya sektor sektor jasa dunia usaha naik menjadi Rp.33,755 miliar atau meningkat 23,20%, sektor lainnya (konsumsi) naik menjadi Rp.931,078 miliar atau meningkat 15,35%, kemudian sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masing-masing naik menjadi Rp.77,379 miliar dan Rp.571,909 miliar atau meningkat 14,25% dan 11,98%. Sementara kredit sektor pertambangan, sektor perindustrian, sektor transportasi dan komunikasi dan sektor jasa social/kemasyarakatan mengalami penurunan masingmasing menjadi sebesar Rp3,545 miliar, Rp.32,316 miliar, Rp.14,582 miliar dan Rp.7,758 miliar atau masing-masing turun 24,73%, 13,42%, 6,25% dan 24,67% (qtq), hal ini lebih disebabkan adanya penurunan volume kegiatan usaha di sektor ini. Tabel III.3 Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp.Miliar) Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Berdasarkan Sektor Ekonomi ,023 1,044 1,104 1,251 1,363 1,444 1,515 1,732 Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Transpostasi & Komunikasi Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial/Kemasyarakatan Lainnya (Konsumsi) Grafik III.6 Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Persen) Pertambangan Pertanian 0.20% 4.47% Perindustrian 1.87% Konstruksi 3.44% Lainnya (Konsumsi) 53.76% Jasa Sosial/Kemasyar akatan 0.45% Jasa Dunia Usaha 1.95% Transpostasi & Komunikasi 0.84% Perdagangan, Hotel & Restoran 33.02% 38

44 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Komposisi penyaluran kredit berdasarkan kelompok bank, hingga saat ini bank umum milik pemerintah masih terus mendominasi penyaluran kredit di Gorontalo dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan kredit hingga triwulan laporan mencapai Rp1.579 miliar dengan pangsa mencapai sekitar 90,48% sedangkan selebihnya disalurkan oleh kelompok bank swasta dan BPR yang tercatat masing-masing sebesar Rp153 miliar dan Rp13 miliar atau pangsa pasar mencapai 8,76% dan 0,76%. Di samping itu kelompok bank pemerintah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 38,70% dibanding periode yang sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 26,14%. Grafik III.7 Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp.Miliar) 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Bank Pemerintah Bank Swasta 1, ,138 1,233 1,312 1,380 1, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari jumlah kredit yang berhasil disalurkan sebesar Rp1.732 miliar di Gorontalo, 40,46% atau sebesar Rp704 miliar diserap oleh kabupaten Gorontalo, sedangkan selebihnya atau sebesar 59,34% (Rp miliar) diserap oleh kota Gorontalo. Berdasarkan pertumbuhannya secara triwulanan, baik kabupaten Gorontalo maupun kota Gorontalo mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 14,97% dan 13,83%. Namun demikian pertumbuhan kredit di kabupaten Gorontalo lebih tinggi dibandingkan kabupaten Gorontalo. 39

45 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.8 Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Grafik III.9 Pertum buhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Kabupaten Gorontalo *, 40.66% Kota Gorontalo, 59.34% * Termasuk Boalemo, Pohuwato dan Bone Bolango % Q Q Q Q Q Q Kabupaten Gorontalo * Kota. Gorontalo Fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo yang dicerminkan dari rasio Loan To Deposit (LDR) tercatat sebesar 108,92% atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2007 yang tercatat 83,61%, LDR tersebut masih lebih tinggi dibandingkan LDR secara nasional yang hanya tercatat sekitar 73,20% (posisi Juni 2008). Berdasarkan wilayah administrasinya, Kabupaten Gorontalo mencatat LDR lebih tinggi dibandingkan Kota Gorontalo. Loan To Deposit (LDR) Kabupaten Gorontalo pada triwulan ini tercatat sebesar 162,52% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 148,19%, sedangkan rasio LDR kota Gorontalo tercatat sebesar 88,85% atau naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 80,69%. Dengan rata-rata rasio LDR masing-masing kabupaten/kota di Gorontalo tercatat antara 80%-160%, dapat dikatakan fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo telah berjalan dengan cukup baik. 40

46 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.10 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) % Q Q Q Q Q Q Q Kabupaten Gorontalo * Kodya. Gorontalo 1.3. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Dalam triwulan II-2008, posisi kredit bank umum yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek di Gorontalo mencapai Rp1,806 miliar atau naik 17,48% (qtq), angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan sebesar 7,39% sedangkan secara tahunan tumbuh sebesar 43,61% (yoy). Dari total kredit tersebut, 4,08% (sebesar Rp73,65 miliar) merupakan kredit yang disalurkan bank umum yang beroperasi di luar Gorontalo, dan dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek yang ada di Gorontalo. 41

47 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.11 Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor dan Lokasi Proyek (Rp.Miliar) ,058 1, , ,126 1,023 1,175 1,044 1,060 1,104 1,157 1,251 1,257 1,363 1,325 1,444 1,431 1,515 1,537 1,732 1, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Kredit Bank Pelapor Kredit Lokasi Proyek Dilihat dari jenis penggunaan, sebagian besar kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek disalurkan kepada kredit konsumsi. Posisi kredit konsumsi pada triwulan laporan mencapai Rp983 miliar atau (54,45%), kredit modal kerja Rp648 miliar (35,87%) dan kredit investasi Rp175 miliar (9,67%). Bila dibandingkan triwulan sebelumnya, maka seluruh kredit menurut jenis penggunaan mengalami pertumbuhan positif dimana kredit konsumsi mencatat pertumbuhan positif tertinggi yaitu sebesar 19,53%; diikuti kredit modal kerja yang mencatat pertumbuhan sebesar 16,88%, kemudian kredit investasi mengalami pertumbuhan sebesar 9,01%. Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar penyaluran kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek disalurkan ke sektor lainnya (termasuk konsumsi) yang mencapai Rp983 miliar (54,46%), selanjutnya diikuti oleh kredit sektor PHR yang menyerap kredit sebesar Rp530 miliar (29,37%). Relatif tingginya penyerapan kredit di sektor PHR sejalan dengan dominasi sektor ini sebagai salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan kabupaten/kota, penyerapan kredit 42

48 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH bank umum didominasi oleh Kabupaten Gorontalo yang memiliki pangsa lebih tinggi yaitu sebesar 55,92% atau Rp1.010 miliar, berbeda jauh dengan Kota Gorontalo yang tercatat sebesar Rp796 miliar atau 44,08% dari total kredit. Grafik III.12 Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Sektor Ekonomi(Persen) Grafik III.13 Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Kota/Kabupaten (Persen) Lain-lain 56,82% Pertanian 3.88% Pertambangan 0.18% PHR 30,65% Perdagangan 26.87% Kabupaten Gorontalo * 55.92% Kota Gorontalo 44.08% Jasa Sosial Masyarakat 2.24% Jasa Dunia Usaha 2.14% Pengangkutan 0.87% Listrik, Gas dan Air % Konstruksi 3.28% Jasa-jasa 9.07% 1.4. Kredit UMKM Porsi penyaluran kredit UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) baik di Kota maupun kabupaten Gorontalo terhadap penyaluran kredit secara keseluruhan memiliki kecenderungan meningkat. Secara triwulanan, kredit UMKM mengalami pertumbuhan positif 14,59% dibandingkan triwulan sebelumnya atau secara tahunan tumbuh positif sebesar 42,05%. Meningkatnya kredit UMKM tersebut seiring dengan ekspansi kredit bank secara umum yang juga mengalami pertumbuhan positif. Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit UMKM masih didominasi pada kredit menengah dengan porsi sebesar 42,65% sedangkan kredit kecil dan mikro hanya mengambil porsi masingmasing sebesar 25,09% dan 4,54%. Kecilnya porsi kredit kecil dan mikro terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah di kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing sebesar 5,84% dan 15,81%, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia. Sementara itu, kredit menengah mencatat rasio kredit bermasalah yang cukup rendah yaitu sebesar 2,69%. 43

49 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.14 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp.Miliar) Grafik III.15 Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Rp.Miliar) 1, ,200 1, , , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Mikro Kecil Menengah Kredit UMKM Mikro (%) Kecil (%) Menengah (%) NPL UMKM (Miliar) Berdasarkan penyebarannya di daerah tingkat II, sebagian besar kredit UMKM diserap Kota Gorontalo sebesar 64% dari total kredit UMKM (Rp801 miliar) atau naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 63,80% sedangkan selebihnya diserap Kabupaten Gorontalo (termasuk Boalemo, Bone Bolango dan Pohuwato) 36% (Rp451 miliar) atau naik dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pertumbuhan, Kabupaten Gorontalo (termasuk Boalemo, Bone Bolango dan Pohuwato) pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif yaitu 13,95%, lebih tinggi dibandingkan pada triwulan I-2008 yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,50% sedangkan Kota Gorontalo pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif yaitu 14,95%, atau lebih tinggi dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,19%. 44

50 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.16 Distribusi Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) Kota Gorontalo 64.00% Kabupaten Gorontalo* 36.00% Grafik III.17 Distribusi Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Persen) (5.00) (10.00) (1.06) Kabupaten Gorontalo* Kota Gorontalo (0.57) (6.44) (1.65) 4.33 (0.61) Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q RISIKO KREDIT 1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Berdasarkan laporan bulanan bank umum (LBU) rasio kelonggaran tarik kredit bank umum mencatat perkembangan yang cukup baik,tercatat rasio kelonggaran tarik kredit bank umum mengalami penurunan dari 6,97% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,82% pada triwulan laporan. Menurunnya rasio kelonggaran tarik kredit ini menandakan bahwa sistem sarana dan prasarana usaha mendukung sehingga dunia usaha memanfaatkan fasilitas kredit secara maksimal. 45

51 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.18 Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum (Persen) 2, , Rp Miliar 1,500 1, Rasio Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Plafond Outstanding Ratio (%) 2.2. Net Interest Margin (NIM) Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM) untuk triwulan II-2008 berada dalam keadaan positif. Hal ini berarti bahwa pendapatan bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito). Pencapaian NIM triwulan II-2008 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. NIM triwulan laporan tercatat sebesar Rp141,814 miliar atau naik 29,10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat NIM sebesar Rp119,565 miliar. Peningkatan ini disebabkan dampak pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga, sehingga biaya bunga simpanan yang ditanggung bank cenderung lebih rendah sedangkan pendapatan bunga dari kredit mengalami pen ingkatan yang cukup signifikan. 46

52 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.19 Net Interest Margin Bank Umum (Rp.Juta) 300, , , , ,000 50,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Pendapatan Bunga Biaya Bunga Net Interest Margin (NIM) 2.3. Rasio BOPO Tingkat efisiensi perbankan yang antara lain diukur dengan rasio BOPO, dimana selama tahun 2007 terus mencatat perbaikan. Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Sampai dengan triwulan II-2008, rasio BOPO bank umum di Gorontalo tercatat sebesar 52,43%, atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 61,69% pada triwulan II tahun Menurunnya rasio BOPO ini mengindikasikan bahwa tingkat efisiensi perbankan membaik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. 47

53 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.20 Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Bank Umum Rp Juta 300, , , , ,000 50, ,876 50,339 68, , , , , ,201 43,636 63,107 88, , , , , , ,626 62,409 80, , , , , , ,004 75,754 83, , Rasio - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q BO PO Rasio 2.4. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) yang mengindikasikan kemampuan menghasilkan laba dengan asset yang dimiliki tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II -2008, ROA bank umum di Gorontalo tercatat 4,91% atau turun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,60%. Penurunan ini disebabkan beberapa hal antara lain meningkatnya asset yang dimiliki diimbangi dengan kemampuan menghasilkan laba yang diharapkan. Tercatat asset bank umum di Gorontalo pada triwulan II-2008 mencapai Rp2,139 triliun atau meningkat 22,56% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, sementara laba yang dihasilkan meningkat sebesar 67,23% (yoy) atau menjadi Rp106,179 miliar. 48

54 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik III.21 ROA (Return On Asset) Bank Umum Rp Juta 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, , ,002,742 1,071,376 1,145,431 1,218,505 1,280,638 1,426, Aset Laba Rasio ,474, ,558,411 1,573,436 1,745,571 1,780,946 1,909,309 1,902,856 2,139,415 21,759 49,089 80, ,679 27,494 56,461 89,546 77,044 30,409 64, , ,919 58, , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Rasio (%) Sensitivitas Resiko Pasar Sensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh strutur on/off balance sheet antara lain : jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu untuk mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning. Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu 49

55 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH dilakukan perhitungan gap position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan peraturan gap yang sesuai dengan strategi yang diambil yaitu dengan mempertimbangkan perkiraan arah suku bunga (interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud (degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang diambil (risk appetite). Sensitivitas asets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed). Tabel III.4 Portofolio interest instrument perbankan Di Gorontalo No. Aktiva Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2 1 Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Lain 14,091 14,287 22,863 20,303 16,383 19,952 9,849 10,583 16,642 10,876 3 Surat Berharga yang Dimiliki Kredit yang Diberikan 931, ,727 1,022,967 1,043,613 1,104,231 1,251,082 1,363,043 1,444,483 1,515,307 1,731,932 5 Tagihan Lainnya Total Aktiva 945,241 1,003,159 1,045,869 1,063,958 1,120,659 1,271,084 1,372,938 1,455,112 1,532,048 1,742,853 No. Passiva Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1 Q2 1 Giro 191, , , , , , , , , ,644 2 Tabungan 493, , , , , , , , , ,003 3 Simpanan Berjangka 351, , , , , , , , , ,414 4 Kewajiban kepada Bank Indonesia Kewajiban kepada Bank Lain 14,167 14,478 23,243 23,148 16,590 27,239 23,550 13,634 18,299 12,242 6 Surat Berharga yang Diterbitkan Pinjaman yang Diterima 3,574 3,376 3,716 3,622 3,468 3,334 3,172 3,135 3,102 3,000 8 Kewajiban Lainnya 8,455 11,183 9,682 10,995 8,416 10,488 12,206 31,170 14,185 15,520 9 Setoran Jaminan 1,020 2,472 2,521 2,138 1,739 5,107 4,771 7,536 6,872 15,520 Total Passiva 1,063,701 1,231,982 1,259,399 1,370,908 1,366,108 1,542,919 1,526,087 1,623,242 1,575,264 1,637,022 GAP (Total Aktiva-Total Passiva) (118,460) (228,823) (213,530) (306,950) (245,449) (271,835) (153,149) (168,130) (43,216) 105,831 Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah Memperhatikan kondisi assets dan liabilities perbankan Gorontalo sepanjang triwulan II tahun 2008 menunjukkan kebijakan RSA > RSL. Apabila diasumsikan pada triwulan mendatang terjadi penurunan suku bunga (BI Rate) berkenaan dengan berkurangnya tekanan inflasi dan semakin membaiknya indikator makroekonomi, diperkirakan pendapatan bank akan naik karena penurunan interest expense lebih besar dari pada penurunan interest income. Sebaliknya, apabila suku bunga naik maka pendapatan akan turun karena interest expense lebih besar dari pada interest income. 3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Secara kelembagaan, jumlah BPR yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR. Persebaran BPR ini sebanyak 17 BPR 50

56 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH beroperasi di Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR beroperasi di Gorontalo. Sampai triwulan II-2008, kinerja BPR di Gorontalo cukup menggembirakan, hal ini antara lain tercermin dari peningkatan jumlah asset, dana pihak ketiga yang dihimpun serta jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang masih di atas batas toleransi BI sebesar 5%. Pada triwulan II-2008, total asset BPR di Gorontalo tercatat sebesar Rp20,591 miliar, dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun (DPK) sebesar Rp6,959 miliar dan jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp13,224 miliar. DPK yang dihimpun pada triwulan ini mengalami sedikit penurunan 0,13% dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara itu kredit yang berhasil disalurkan turun 4,65% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan komponen permbentuk DPK, sebagian besar simpanan masyarakat dalam bentuk deposito sebesar Rp3,612 miliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit modal kerja yang mencapai sebesar Rp10,137 miliar, selanjutnya adalah kredit konsumsi sebesar Rp2,849 miliar dan sisanya kredit investasi yang berjumlah dibawah Rp1 miliar. Dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya baik kredit konsumsi, kredit modal kerja maupun kredit investasi mencatat pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 8,06%, 3,30% dan 16,88%. Komponen Sum ber : Bank Indonesia Manado, LBPR Tabel III.5 Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Gorontalo (Rp.Miliar) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1. Total Aset 20,330 21,444 21,415 22,542 21,104 21,499 23,074 22,914 20,716 20, Dana Pihak Ketiga 9,954 6,476 6,320 7,300 6,715 6,659 7,829 8,964 6,968 6,959 a. Deposito 6,982 4,194 4,164 4,087 3,814 3,661 3,983 3,998 4,050 3,612 b.tabungan 2,972 2,282 2,156 3,213 2,901 2,998 3,846 4,966 2,919 3, Kredit Jenis Penggunaan 14,796 14,233 14,799 13,301 13,488 13,582 14,944 14,441 13,868 13,224 a. Modal Kerja 12,991 12,537 12,401 11,072 11,127 10,940 12,040 11,059 10,484 10,137 b. Investasi c. Konsumsi 1,748 1,640 2,197 2,061 2,266 2,288 2,536 3,038 3,099 2, Kredit Sektor 14,796 14,233 14,799 13,301 13,488 12,942 14,944 14,441 13,868 13,224 a. Pertanian b. Perindustrian c. PHR 9,548 9,973 9,717 8,583 8,278 8,036 8,695 8,019 7,955 7,713 d. Jasa-jasa 1,499 1,227 1,722 1,750 1,894 1,492 2,400 2,231 2,005 1,787 e. Lain-lain (Konsumsi) 3,001 2,318 2,603 2,190 2,571 2,630 3,026 3,455 3,154 3, Non Perfoming Loan Nominal 3,659 3,575 4,049 3,446 3,875 3,474 3,648 3,653 2,917 3,074 Ratio (%) Fungsi intermediasi BPR berjalan baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) BPR di Gorontalo yang sudah mencapai 190,032% atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya 199,02%. Dari sisi kualitas kredit, menunjukkan perkembangan yang masih mengkhawatirkan dikarenakan rasio NPL masih berada diatas batas toleransi 51

57 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BI 5%. Dalam triwulan laporan NPL nominal mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga mampu menaikan rasio NPL yang berada pada level yang masih tinggi yaitu 23,25%. 52

58 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Boks 1. PENGEMBANGAN KLASTER RUMPUT LAUT DI GORONTALO Budidaya Rumput Laut di Provinsi Gorontalo selama ini hanya dijadikan pekerjaan sampingan, bahkan masih sebagian kecil petani yang mengetahui pembudidayaan Rumput Laut. Kondisi ini berbeda dengan di daerah lainnya yang serius menekuni usaha Rumput Laut, sebagai komoditi potensial. Strategi pengembangan rumput Laut di Provinsi Gurontalo didekati pada 4 point penting yaitu : 1). Pengembangan Areal Budidaya Rumput Laut tahun ). Pengembangan Kebun Bibit 3) Pengembangan Sistem Kelembagaan, dan 4) Pengembangan SDM. Kelembagaan Pengembangan Klaster Rumput Laut di daerah ini sudah terbentuk seperti : BUMD (PT. Gorontalo Fitrah Mandiri), BLU (Taksi Mina Bahari), dan KUB Rumput Laut. Mengapa harus Pendekatan Klaster?. Pendekatan klaster dinilai strategis mengingat keunggulannya, seperti : 1). Bersifat terintegrasi; 2). Dapat meningkatkan daya tawar; 3). Efisiensi biaya; dan 4). Berdampak bagi pengembangan ekonom i wilayah. Pendekatan klaster juga mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar pelaku dalam hubungan hulu - hilir serta mendorong peningkatan keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian masing -masing anggota klaster. (S umber: Bappenas(2006), Departemen Perindustrian(2005). Tujuan Pengembangan Klaster Rumput Laut adalah: 1. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir di Provinsi Gorontalo melalui peningkatan poduksi rumput laut. 2. Memenuhi kebutuhan bah an baku industri rumput laut baik home industri maupun industri karagenan (powder, chip, lembaran) dalam negeri maupun untuk ekspor. 3. Menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai SEA WEEDS CENTRE di Kawasan Timur Indonesia. STARTEGI PENGEMBANGAN 1). PENGEMBANGAN AREAL BUDIDAYA RUMPUT LAUT Luas Areal (Ha) NO KAB/KOTA KOTA GORONTALO KAB. GORONTALO KAB. BOALEMO , , , KAB.POHUWATO , , , , BONE BOLANGO GORONTALO UTARA , , J U M L A H 1,105 2,743 3,528 4,411 5,000 53

59 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 2. PENGEMBANGAN AREAL KEBUN BIBIT Luas Areal (Ha) NO KAB/KOTA KOTA GORONTALO KAB. GORONTALO KAB. BOALEMO KAB.POHUWATO BONE BOLANGO GORONTALO UTARA J U M L A H ). Pengembangan Sistem Kelembagaan Kondisi dan status kelembagaan usaha budidaya rumput laut perlu dikembangkan dalam rangka membangun kemitraan membantu masyarakat dalam pemberian modal usaha melalui : TMB dan UPP di Kab/Kota; Pengelolaan Budidaya Rumput Laut dengan sistem Klasterisasi; Keterlibatan Stakeholder rumput laut di dalam satu Managemen (Hulu hingga Hilir) 4). Pengembangan SDM Setiap pembudidaya mengelola 0.75 Ha saat ini jumlah pembudidaya orang dan pada tahun 2011 diharapkan jumlah pembudidaya akan mencapai orang yang terhimpun dalam 200 Kelompok dengan kategori : 108 Kel. Pemula ; 68 Kel. Lanjut ; 18 Madya ; 6 Kel. Utama; dan Untuk mensukseskan pelaksanaan program Gemar Laut diperlukan Tenaga Penyuluh sebagai Ujung Tombak di Lapangan sejumlah 50 orang dengan kualifiksi D3 dan S1 Perikanan Budidaya. Fungsi dan Peran Kelembagaan Klaster Industri Pengolahan Rumput Laut di Provinsi Gorontalo adalah sebagi beriku : Pemerintah berfungsi sebagai : Pelaksana program klaster industri pengolahan rumput laut; Investasi Prasarana & sarana (pabrik pengolahan rumput laut); Pendidikan dan latihan (ekspert tenaga ahli); dan Fasilitas penguatan pemasaran & kelembagaan klaster industri pengolahan rumput laut. BUMD berperan untuk : Pelaku dan pelaksana pengelolaan industri pengolahan rumput laut; Menyediakan lahan; Operasional manajemen industri pengolahan rumput laut; serta Pemasaran produk pengolahan rumput laut. Taksi Mina Bahari bertugas sebagai Pelaksana pembina kelompok usaha rumput laut serta klaster dan Koordinator lapangan suplier bahan baku kepada industri pengolahan rumput laut. KUB (Kelompok Tani Rumput Laut) menjadi Pelaksana pembudidaya rumput laut dan Suplayer bahan baku rumput laut ke industri pengolahan rumput laut. 54

60 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

61 BAB 4.PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 1. Perkembangan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo Total anggaran DIPA yang berasal dari pemerintah pusat yang dialokasikan ke Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 mencapai Rp3,7 Triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar 1,93 triliyun diperuntukan untu dana perimbangan yang meliputi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp1,642 trilliun dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp288,734 milliar. Dana perimbangan tersebut (DAU dan DAK) tersebar di 5 kabupaten, 1 kota dan 1 provinsi di Gorontalo,dengan alokasi DAU tertinggi diterima oleh Provinsi Gorontalo yaitu sebesar Rp368,637 milliar sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Gorontalo Utara dengan jumlah Rp101,367 milliar. Sementara itu, untuk DAK, jumlah alokasi dana yang tertinggi diterima oleh Kabupaten Gorontalo sebesar Rp62,977 milliar sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Gorontalo Utara sebesar Rp11,896 milliar. PROVINSI KAB/KOTA Tabel IV.1. Alokasi Dana Perimbangan (DAU dan DAK) di Provinsi Gorontalo Tahun 2008 DAU DAK JUMLAH ( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) Provinsi Gorontalo 368,637,996,000 25,374,000, ,011,996, Kabupaten Boalemo 199,824,000,000 47,344,000, ,168,000, Kabupaten Gorontalo 272,770,367,000 62,977,000, ,747,367, Kota Gorontalo 256,963,926,000 40,159,000, ,122,926, Kabupaten Pohuwato 219,117,783,000 51,816,000, ,933,783, Kabupaten Bone Bolango 224,108,583,000 49,168,000, ,276,583, Kabupaten Gorontalo Utara 101,367,107,000 11,896,000, ,263,107, Share Total se Provinsi Gorontalo 1,642,789,762, ,734,000,000 1,931,523,762, Perkembangan Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi Target pendapatan dalam APBD Provinsi Gorontalo Tahun 2008 mengalami penyesuaian yang semula sebesar Rp471,94 Milliar menjadi sebesar Rp.487,94 meningkat 2,45% dibandingkan target Tahun Demikian pula halnya dengan belanja daerah provinsi yang direncanakan semula sebesar Rp527,50 Milliar disesuaikan menjadi sebesar Rp.591,34 miliar atau mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan Tahun 2007 yang lalu yang tercatat sebesar Rp.540,93 miliar Pendapatan Daerah Tingkat ketergantungan Provinsi Gorontalo terhadap alokasi dana perimbangan seperti bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum dan khusus masih sangat tinggi, tercermin dari rasio kemandirian fiskal dalam APBD Tahun 2008 yang hanya sebesar 13,90 %. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan 56

62 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ekonomi dan sosial yang dilaksanakan oleh Pemerintah Gorontalo lebih didominasi oleh penggunaan dana-dana yang berasal dari pusat dengan pangsa sebesar 86,10% terhadap total target pendapatan. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana pangsa dana pusat hanya sebesar 89,94%. Tabel IV.2 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan Provinsi Gorontalo ( Milliar Rp ) Realisasi Q Realisasi Q Pendapatan Daerah APBD 2007 Pencapaian APBD 2008 Nominal (Persen) Nominal Pencapaian (Persen) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Bagi Hasil Pajak (Sumber Daya Alam) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Yang Sah Jumlah Pendapatan Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov.Gorontalo Realisasi pendapatan dalam APBD Provinsi Gorontalo s/d triwulan II-2008 telah mencapai Rp232,297 miliar dengan prosentase pencapaian sebesar 47,59% dari target yang telah ditetapkan pada awal tahun. Cakupan pendapatan daerah tersebut meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp22,526 milliar dan dana perimbangan sebesar Rp95,301. Berdasarkan komponen pembentuknya, pencapaian komponen utama dana perimbangan berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp184,318 miliar dengan prosentase pencapaian hingga Q sebesar 50%, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak sebesar Rp.4,018 miliar dengan prosentase pencapaian 24,62% dan Bagi Hasil Pajak (Sumber Daya Alam) sebesar Rp.70,086 juta dengan prosentase pencapaian 8,59%. Sementara itu Dana Alokasi Khusus hingga akhir triwulan II-2008 belum ada nilai pencapaian Belanja Daerah Realisasi anggaran belanja Pemerintah Provinsi Gorontalo s.d. triwulan II-2008 sudah mencapai Rp227,862 milliar dengan prosentase pencapaian sebesar 36,94%. Berdasarkan komponen pembentuknya, belanja daerah ini meliputi belanja pegawai/personalia, barang dan jasa, belanja subsidi, belanja bantuan sosial, belanja hibah, belanja tak terduga, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja modal. 57

63 BAB 4.PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Gorontalo Tabel IV.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja Provinsi Gorontalo ( Milliar Rp ) Uraian 2007 Realisasi Q Nominal Pencapaian (Persen) Nominal Pencapaian (Persen) Belanja Pegawai/Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Subsidi Belanja Bantuan Sosial Belanja Hibah Belanja Tak Terduga Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Belanja Modal Jumlah Belanja Realisasi Q Menurut pangsanya, komponen terbesar adalah belanja pegawai/personalia yang pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.70,517 miliar dengan pencapaian prosentase 44,95% dari rencana yang ditetapkan pada awal tahun. Berikutnya adalah belanja modal yang mencapai Rp68,511 milliar dengan prosentase pencapaian sebesar 33,96%. Selanjutnya adalah belanja barang dan jasa sebesar Rp59,321milliar dengan prosentase pencapaian 32,37%, belanja bagi hasil dan bantuan keuang an sebesar Rp16,706 milliar (prosentase realisasi 34,91%), belanja hibah sebesar Rp8,513 miliar (prosentase realisasi 53,01%), belanja bantuan sosial sebesar Rp2,479 milliar (prosentase realisasi 38,60%), dan belanja Subsidi sebesar Rp.1,762 milliar (prosentase realisasi 66,46 %), sementara belanja tak terduga hingga akhir triwulan II-2008 belum ada nilai pencapaian. Relatif rendahnya pencapaian belanja pemerintah provinsi Gorontalo disebabkan proses pengadaan barang dan jasa serta pembelian barang-barang modal sering kali membutuhkan waktu proses khususnya yang berkaitan dengan belanja barang dan jasa serta belanja modal. Sementara itu, kegiatan investasi pemerintah daerah hingga triwulan I-2007 yang tercermin dari realisasi belanja modal baru mencapai Rp68,511 miliar atau 36,96% dari total realisasi belanja daerah provinsi Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Realisasi APDB Gorontalo khususnya realisasi belanja daerah sampai akhir triwulan laporan sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi pos-pos APBD ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu baik Konsumsi Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi anggaran belanja 58

64 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH pemerintah daerah memberikan share masing-masing sebesar 6,02% dan 2,59% terhadap nilai tambah kegiatan pengeluaran pemerintah dalam PDRB. Secara total, realisasi anggaran belanja dalam APBD Gorontalo memberikan kontribusi sebesar 8,61% terhadap total PDRB. Dampak realisasi APBD Gorontalo terhadap perkembangan uang beredar di masyarakat sampai dengan akhir triwulan laporan mengalami kontraksi sebesar Rp4,434 miliar yang berarti realisasi penerimaan daerah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran daerah. Keterangan : PDRB Q (Harga Berlaku) Tabel IV.4. Stimulus Fiskal Gorontalo Terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBD 2008 Realisasi Q Nominal % PDRB *) Konsumsi Pemerintah 415,118,871, ,351,573, Belanja Pegawai/Personalia 156,867,728, ,517,936, Belanja Barang dan Jasa 183,262,699, ,321,142, Belanja Subsidi 2,652,000, ,762,560, Belanja Bantuan Sosial 6,425,160, ,479,870, Belanja Hibah 16,060,500, ,513,500, Belanja Tak Terduga 2,000,000, ,000, Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 47,850,783, ,706,563, Pembentukan Modal Tetap Bruto 201,742,114, ,511,194, Belanja Modal 201,742,114, ,511,194, Jumlah Belanja 616,860,986, ,862,768, Tabel IV.5. Dampak APBD Provinsi Gorontalo Terhadap Uang Beredar Pendapatan Daerah APBD 2008 Realisasi Q Nominal % PDRB *) A. PENDAPATAN 488,071,370, ,297,439, Pendapatan Asli Daerah (PAD) 67,979,248, ,312,065, Dana Perimbangan 411,148,011, ,407,730, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 16,319,930, ,018,645, Bagi Hasil Pajak (Sumber Daya Alam) 816,085, ,086, Dana Alokasi Umum 368,637,996, ,318,998, Dana Alokasi Khusus 25,374,000, Lain-lain Pendapatan Yang Sah 8,944,110, ,577,644, B. BELANJA 616,860,986, ,862,768, Belanja Pegawai/Personalia 156,867,728, ,517,936, Belanja Barang dan Jasa 183,262,699, ,321,142, Belanja Subsidi 2,652,000, ,762,560, Belanja Bantuan Sosial 6,425,160, ,479,870, Belanja Hibah 16,060,500, ,513,500, Belanja Tak Terduga 2,000,000, ,000, Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 47,850,783, ,706,563, Belanja Modal 201,742,114, ,511,194, C. SURPLUS/( DEFISIT ) -128,789,615, ,434,671, D. PEMBIAYAAN (NETTO) 128,789,615, DAMPAK RUPIAH ,434,671, Keterangan : PDRB Q (Harga Berlaku) 59

65 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

66 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Kebijakan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan memperhatikan aspek perlindungan konsumen. 1. Perkembangan Aliran Uang Kartal Dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat (fit to transaction) yang lokasinya jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado melaksanakan kegiatan kas titipan di Gorontalo dengan bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah tersebut. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II berada pada kondisi net out flow sebesar Rp156,148 miliar yang berarti aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih kecil dibandingkan dengan aliran uang keluar dari khasanah. Hal ini merupakan dampak dari meningkatnya penggunaan uang kartal untuk keperluan transaksi sehubungan meningkatnya kegiatan ekonomi pada triwulan laporan akibat faktor musiman (perayaan hari-hari besar keagamaan, masa liburan dan tahun ajaran baru). Grafik V.1 Netflow Kas Titipan di Gorontalo Rp Miliar (20.00) Jan Feb Mar Apr Mei Jun (40.00) (60.00) (80.00) NET FLOW 2005 NET FLOW 2006 NET FLOW 2007 NET FLOW

67 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 2. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo Selama triwulan laporan, jumlah perputaran nominal warkat kliring non BI di Gorontalo tercatat Rp228,09 miliar atau naik 32,978% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat perputaran kliring sebesar Rp171,53 miliar. Sementara itu jumlah warkat yang dikliringkan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 19,23% atau menjadi lembar, dan rata-rata harian nominal kliring menurun 30,18% dibandingkan triwulan sebelumnya atau menjadi sebesar Rp3.629 miliar dengan rata-rata lembar warkat yang dikliringkan turun 16,69% yaitu dari 126 lembar per hari pada triwulan sebelumnya menjadi 147 lembar per hari pada triwulan laporan. Grafik V.2 Perputaran Warkat Kliring Non BI di Gorontalo Grafik V.3 Perputaran Nominal Kliring Non BI di Gorontalo 5, , ,000 Lembar 4,000 3,000 2,000 1,000 Rp Juta 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20, Warkat Kliring2006 Warkat Kliring 2007 Nominal Kliring 2006 Nominal Kliring 2007 Warkat Kliring 2008 Nominal Kliring 2008 Rasio penolakan jumlah Cek/BG kosong terhadap jumlah warkat kliring mengalami penurunan yaitu dari 0,49% pada triwulan I-2008 menjadi 0,44% pada triwulan laporan. Sedangkan rasio jumlah nominal Cek/BG kosong terhadap total nominal keseluruhan warkat yang dikliringkan tercatat mengalamai penurunan dari 0,54% pada triwulan I-2008 menjadi 0,31% pada triwulan laporan. Meningkatnya perputaran kliring baik nominal maupun warkat secara kumulatif yang diikuti dengan men ingkatnya transaksi kliring harian rata-rata dibandingkan triwulan sebelumnya merupakan dampak dari meningkatnya kegiatan transaksi perdagangan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan. 62

68 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik V.4 Rasio Warkat Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo Grafik V.5 Rasio Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo Persen Persen (0.50)

Kata Pengantar. Manado, 31 Oktober 2008 BANK INDONESIA MANADO. Jeffrey Kairupan Pemimpin

Kata Pengantar. Manado, 31 Oktober 2008 BANK INDONESIA MANADO. Jeffrey Kairupan Pemimpin Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah- Nya sehingga penyusunan Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2008 2009 2010 Pertumb Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III qtq

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mulai memperlihatkan tanda pemulihan dari tekanan gejolak penurunan harga minyak mentah maupun harga pangan dunia (CPO) yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci