BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI"

Transkripsi

1 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 5,95% (y.o.y). Penurunan angka inflasi pada periode laporan terutama disebabkan karena beberapa komoditas penyumbang inflasi mengalami penurunan harga sebagai akibat persediaan/stok yang cukup memadai. Komoditas yang mengalami penurunan harga tersebut antara lain; cabe merah, cabe rawit dan tomat sayur. 2.1 INFLASI GORONTALO Menurunnya tekanan inflasi Gorontalo pada triwulan III-2012 menyebabkan terjadinya inflasi sebesar 5,40 (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 5,95% (y.o.y). Pemicu utama terjadinya penurunan angka inflasi pada periode laporan adalah menurunnya harga beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe merah, cabe rawit dan tomat sayur. Data disagregasi inflasi Gorontalo menunjukkan bahwa pada triwulan III-2012, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 6,07% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,50% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,08%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 2,84% (q.t.q). Penurunan tersebut disebabkan karena tersedianya pasokan bahan makanan dan pengaruh cuaca di laut yang cenderung kondusif. Core inflation atau inflasi inti pada triwulan III-2012 secara tahunan tercatat sebesar 5,64% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 8,44% (y.o.y). Menurunnya tekanan kelompok inflasi inti disebabkan karena menurunnya harga beberapa komoditas bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Tabel 2.1 menunjukkan disgregasi inflasi Gorontalo. Disagregasi Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo 2012 JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEPT Inflasi Tahunan (yoy) Total Inflasi 5.69% 6.51% 5.90% 7.86% 6.25% 5.95% 5.64% 6.37% 5.40% Core Inflation 9.24% 9.35% 9.71% 9.05% 8.91% 8.44% 7.83% 6.60% 5.64% Volatile Food 1.03% 3.02% 1.71% 8.81% 3.78% 3.50% 3.58% 7.48% 6.07% Administered Price 5.36% 5.78% 4.12% 4.00% 4.30% 4.31% 4.09% 4.18% 3.89% Inflasi Triwulanan (qtq) Core Inflation 3.08% 3.41% 3.66% 1.13% 0.46% 0.09% 0.75% 1.22% 1.10% Volatile Food 2.28% 4.16% -0.29% 2.52% -0.71% 2.84% 0.64% 6.48% 2.08% Administered Price 0.46% 0.64% 0.72% 0.62% 0.78% 0.60% 0.63% 1.07% 0.63% Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

2 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Di sisi lain, kelompok administered price mengalami inflasi tahunan sebesar 3,89% pada triwulan III Angka tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,31% (y.o.y). Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo FAKTOR FUNDAMENTAL Pada triwulan III-2012, tekanan inflasi inti (core inflation) adalah sebesar 5,64% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,44% (y.o.y). Menurunnya tekanan inflasi tersebut karena adanya penurunan harga beberapa komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Output gap positif pasca Hari raya Idul Adha ikut memberikan andil penurunan tekanan harga komoditas yang tergolong dalam core inflation. Selanjutnya hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan tren penurunan harga jual barang/jasa yang dijual oleh produsen pada triwulan III (dalam %) Grafik 2.2 Ekspektasi Harga Jual Dunia Usaha Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo 18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

3 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi juga menunjukkan adanya penurunan pada persepsi masyarakat akan inflasi yang terjadi pada triwulan III Dalam grafik 2.3 ditunjukkan perbandingan antara indeks rata-rata tertimbang ekspektasi inflasi oleh masyarakat dan inflasi aktual pada Bulan September (dalam %) Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.3 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual FAKTOR NON FUNDAMENTAL Walaupun secara tahunan volatile food pada triwulan III-2012 mengalami inflasi sebesar 6,07% (y.o.y) dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,50% (y.o.y), namun secara triwulanan angka inflasi pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 2,08% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 2,84% (q.t.q). Penurunan harga tersebut dipicu oleh turunnya harga komoditas volatile food seperti cabe merah, cabe rawit dan tomat sayur sebagai akibat tersedianya pasokan yang cukup memadai. Di samping itu, cuaca dan ombak di laut dirasakan cukup bersahabat sehingga hasil tangkapan para nelayan berlimpah. Administered price secara tahunan mengalami inflasi sebesar 3,89% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,31% (y.o.y). Penurunan Inflasi yang terjadi pada komponen administered price, terutama disebabkan oleh penurunan tarif angkutan antar kota dan angkutan udara karena pada bulan September tidak ada hari libur nasional dan libur sekolah serta pasca Hari Raya Idul Fitri telah berakhir, sehingga pihak pengelola angkutan umum darat dan udara cenderung menurunkan tarif. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

4 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI TAHUNAN (y.o.y) Provinsi Gorontalo pada triwulan III-2012 mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 5,95% (y.o.y). Pemicu utama terjadinya penurunan inflasi di Gorontalo secara tahunan adalah kelompok sandang, kelompok pendidikan, rekreasi dan oleh raga, serta kelompok transpor, komunikasi dan keuangan. Tabel 2.2 (dalam %) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,44% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,11% (y.o.y). Di sisi lain, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga juga mengalami inflasi sebesar 0,88% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,26% (y.o.y). Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pun mengalami inflasi sebesar 2,18% (y.o.y) yang juga lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 3,00% (y.o.y). Terjadinya penurunan inflasi pada beberapa kelompok pengeluaran tersebut secara umum disebabkan karena pada akhir triwulan III pengaruh faktor seasonal Hari Raya Idul Fitri 1433 H telah berakhir, sehingga tekanan harga relatif berkurang. 20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

5 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TRIWULANAN (q.t.q) Perkembangan harga kelompok barang dan jasa secara triwulanan (q.t.q) pada triwulan II-2012 menunjukkan tendensi kenaikan. Perbandingan secara triwulanan memperlihatkan bahwa pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q) (dalam %) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan III Setelah mengalami deflasi pada triwulan II-2012 yang tercatat sebesar 0,74%, pada periode laporan justru mengalami inflasi sebesar 0,90%. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain; cat tembok, paku dan semen. Pada triwulan III-2012 diperkirakan beberapa proyek pemerintah mulai direalisasikan, sehingga berdampak pada kenaikan harga pada subkomoditas perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar. Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia mengkonfirmasi kenaikan harga semen khususnya. Pada triwulan II-2012, harga semen masih berkisar Rp ,- per sak, namun pada triwulan III-2012 harga semen naik menjadi Rp ,- per sak. (dalam Rp.) Grafik 2.4 Perkembangan Harga semen Sumber : Bank Indonesia BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

6 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BOKS 2 : LANGKAH NYATA TPID GORONTALO : TURUN PASAR, PANGKAS MAKELAR Kerumunan warga telah memadati lapangan kantor Gubernur Gorontalo lama pagi itu. Mereka rela berdesakan di tengah menjalan ibadah puasa demi memperoleh bahan makanan pokok dengan harga di bawah harga pasar. Barang-barang seperti minyak goreng, telur ayam, tepung terigu, gula pasir, beras dan margarin dijajakan dengan label harga distributor atau bahkan harga bersubsidi. Ya, pada pagi itu digelar pasar murah ramadhan bagi masyarakat Gorontalo khususnya yang berada di bawah garis kesejahteraan. Pasar murah tersebut diikuti oleh hampir seluruh instansi teknis pemerintah Provinsi Gorontalo. Sejalan dengan hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo melakukan tindakan pengendalian harga dengan membuka gerai penjualan telur ayam secara langsung kepada masyarakat Gorontalo. Langkah yang diambil oleh TPID ini sebagai upaya pengendalian komoditas penyumbang inflasi yang salah satunya adalah telur ayam. Bekerja sama dengan peternakan ayam setempat, harga yang dijual kepada masyarakat pun dapat ditekan sehingga sama dengan harga dari peternak. Kalau di pasaran Gorontalo telur ayam per butir dapat mencapai Rp.1600,-, Tim hanya menjual Rp.1.200,-/butir. Alhasil dalam waktu kurang dari 2 jam saja, dagangan Tim laris manis diserbu oleh masyarakat. Seluruh hasil penjualan pun diserahkan kepada peternak karena memang Tim hanya berupaya memotong rantai distribusi penjualan yang mengakibatkan harga telur melambung tinggi di pasaran. Manfaat yang dirasakan masyarakat dari kehadiran TPID pun kian nyata. Tim tidak hanya berupaya menyelesaikan masalah di atas kertas maupun di meja diskusi, namun turun tangan langsung di lapangan. Ke depan, upaya-upaya seperti ini akan senantiasa digencarkan. TPID Gorontalo melihat masalah pengendalian inflasi tidak dapat hanya dilakukan melalui pertemuan semata, namun lebih jauh lagi aktualisasi kebijakan riil lah yang sebenarnya ditunggu oleh masyarakat. 22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

7 BAB 3 : Pada triwulan III-2012, performa perbankan Gorontalo menunjukkan perkembangan yang baik. Dilihat dari indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum tercatat sebesar Rp.3,06 triliun atau tumbuh tahunan sebesar 17,86%. Sementara itu DPK yang berhasil dihimpun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebesar Rp.19,81 milliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 33,71%. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank umum pada periode laporan tercatat sebesar Rp.5,24 trilliun atau tumbuh tahunan sebesar 21,78%, sementara kredit pada BPR tercatat Rp.25,07 milliar atau tumbuh 13,51% (y.o.y). Di sisi lain, rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (LDR) perbankan di Gorontalo relatif tinggi, tercatat pada bank umum LDR sebesar 171,17% sedangkan pada BPR tercatat sebesar 126,56%. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPLs) pada BPR perlu mendapatkan perhatian, dimana pada periode laporan tercatat sebesar 9,93%, sementara pada bank umum relatif terjaga pada level wajar yaitu sebesar 2,49%. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Fungsi intermediasi perbankan pada bank umum maupun BPR pada triwulan III berjalan dengan cukup baik. Hal ini tercatat pada indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum sebesar 171,17% sementara pada BPR 126,56%. Namun demikian, dari angka tersebut nampaknya perlu mendapatkan perhatian sebab dana yang dihimpun oleh perbankan Gorontalo telah seluruhnya disalurkan kepada masyarakat Gorontalo, di sisi lain perbankan justru harus mengambil dana dari daerah lain untuk disalurkan. Di lihat dari penggunaanya, nampaknya kredit konsumsi masih memegang proporsi tertinggi dari keseluruhan kredit bank umum yang tercatat sebesar 56,47%. Sementara pada BPR, kredit modal kerja mendominasi share kredit dengan pangsa 51,02%. Dari sisi sektoral, baik pada bank umum maupun BPR, sektor perdagangan hotel dan restoran mendominasi penyaluran kredit bank dengan pangsa masing-masing 29,84% pada bank umum dan 35,39% pada BPR PERKEMBANGAN KANTOR BANK Data perkembangan jumlah bank di Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut: Bank Umum Konvensional sebanyak 13 bank, Bank Umum Syariah sebanyak 3 bank dan BPR sebanyak 4 bank. Sementara itu, jaringan kantor Bank Umum di Provinsi Gorontalo hingga triwulan III-2012 antara lain 17 kantor cabang, 34 kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 11 kantor kas serta 23 kantor unit. Sedangkan jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

8 3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Penyerapan dana masyarakat dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp.3,06 triliun atau tumbuh secara tahunan sebesar 17,86%. Growth DPK tersebut menurun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 24,05% (y.o.y). Penurunan growth jumlah DPK tersebut di dorong oleh penurunan seluruh komponen DPK antara Giro, Deposito dan Tabungan yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 25,79%, 4,62% dan 23,17% (y.o.y). Pangsa tabungan dalam keseluruhan DPK masih sangat tinggi yaitu sebesar 55,89% pada periode laporan. Hal tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 57,24%. Graifik 3.2 menunjukkan komposisi pembentuk DPK pada triwulan III Sementara itu pertumbuhan DPK ditunjukkan oleh Grafik 3.1. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Dalam miliar rupiah) Indikator Jun-12 Sep-12 Growth Jun Growth Sept DANA PIHAK KETIGA (Rp.) 3,013 3, % 17.86% - Giro % 25.79% - Deposito % 4.62% - Tabungan 1,725 1, % 23.17% Sementara itu, penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp.19,81 miliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 33,71%. Pertumbuhan DPK tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh tahunan sebesar 12,24%. Peningkatan tersebut didorong oleh seluruh komponen pembentuk DPK 24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

9 yakni deposito dan tabungan yang tumbuh masing-masing sebesar 27,10% dan 43,23% (y.o.y) PENYALURAN KREDIT Penyaluran kredit/pembiayaan perbankan kepada masyarakat pada triwulan ini tercatat sebesar Rp.5,24 triliun atau tumbuh tahunan sebesar 21,78%. Angka ini sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.5,02 triliun atau secara tahunan tumbuh sebesar 21,58%. Pertumbuhan kredit perbankan tersebut ditunjang oleh pertumbuhan kredit pada triwulan ini ditopang oleh kredit konsumsi, dimana pada periode laporan tercatat sebesar Rp.2,92 triliun atau tumbuh tahunan sebesar 35,33%. Sementara itu kredit produktif seperti investasi dan modal kerja mengalami penurunan penyaluran masing-masing sebesar Rp.619 miliar dan Rp.1,66 triliun atau growth secara tahunan masing-masing sebesar - 17,69% dan 21,82%. Pertumbuhan kredit berdasarkan penggunaan dapat dilihat pada grafik 3.3. Selanjutnya, bila dilihat dari pangsa penggunaan kredit, kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit perbankan dengan share sebesar 56,47% pada triwulan III Di sisi lain, kredit modal kerja menempati urutan kedua dengan pangsa 31,73%, diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa 11,80%. Pertumbuhan kredit penggunaan dan pangsa masing-masing jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada grafik 3.3 dan 3.4 berikut ini. Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan Sumber : Bank Indonesia BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

10 Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum (Dalam miliar rupiah) Indikator Jun-12 Sep-12 Growth Jun Growth Sept KREDIT PENGGUNAAN (Rp.) 5,026 5, % 21.78% - Investasi % % - Modal Kerja 1,992 1, % 21.82% - Konsumsi 2,392 2, % 35.33% Hal serupa nampaknya juga dialamai oleh BPR, dimana pada triwulan laporan kredit yang disalurkan BPR mencapai Rp.25,07 miliar atau secara tahunan tumbuh sebesar 13,51%. Sama seperti bank umum, peningkatan penyaluran kredit BPR juga di dorong oleh peningkatan kredit konsumsi yang mencapai Rp.11,85 miliar atau tumbuh tahunan sebesar 15,91%. Adanya peningkatan kredit konsumsi baik pada bank umum maupun BPR mengindikasikan bahwa pola konsumsi masyarakat Gorontalo cenderung meningkat akibat perubahan gaya hidup atau lifestyle. Di sisi lain, kredit modal kerja walaupun dari segi penyaluran meningkat sebesar Rp.12,79 miliar, namun dari segi pertumbuhan menurun sebesar 12,02% (y.o.y) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan kredit investasi sedikit mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya baik dari segi nominal sebesar Rp.431 juta, maupun pertumbuhannya yang tercatat sebesar -3,33% (y.o.y). Rendahnya angka penyaluran kredit produktif pada BPR mencerminkan bahwa masyarakat gorontalo belum sepenuhnya mengenal dan memanfaatkan alternatif pembiayaan pada BPR. Apabila dilihat dari segi sektoral, penyaluran kredit bank umum masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan baki debet sebesar Rp.1,56 triliun, dengan pangsa kredit 29,84%. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 23,05% (y.o.y) namun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 41,22% (y.o.y). Di sisi lain, pada sektor lainnya yang mengalami perlambatan adalah pada sektor listrik, gas dan air bersih yang mengalami perlambatan sebesar -51,07% serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi yang mengalami perlambatan sebesar -39,35%. Perlambatan tersebut diduga karena geliat usaha pada sektor ini relatif menurun pada perode laporan. Grafik 3.5 dan 3.6 menunjukkan pertumbuhan kredit sektoral dan komposisi kredit sektoral bank umum. 26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

11 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral Sumber : Bank Indonesia Sama seperti bank umum, pada BPR sektor utama yang disalurkan kredit adalah pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dimana pada periode laporan tercatat sebesar Rp.8,8 miliar dengan pangsa sebesar 35,39%. Sementara dari segi growth, sektor tersebut tumbuh tahunan sebesar 10,11% namun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 11,77%. Dari segi kategori debitur kreditnya, Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada bank umum hingga triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp.1,99 triliun atau tumbuh sebesar 7,74% (y.o.y) dengan pangsa kredit sebesar 38% dari total kredit di Gorontalo. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.2,38 triliun atau tumbuh 38,74% (y.o.y). Dilihat dari komposisinya, kredit skala kecil memiliki outstanding terbesar diantara skala kredit lainnya dengan nilai Rp.971 miliar. Sementara kredit skala menengah dan mikro masing-masing memiliki baki debet sebesar Rp.591 miliar dan Rp.431 miliar. Share kredit skala kecil adalah 48,72% sementara kredit skala menengah dan kecil masing-masing sebesar 29,65% dan 21,62% dari total kredit UMKM. Rasio kredit bermasalah (NPL) kategori debitur UMKM pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 4,53%, dengan rasio NPL terbesar pada kredit skala kecil yaitu 9,28% diikuti skala menengah dan mikro masing-masing sebesar 6,93% dan 2,61%. Dilihat dari angka NPLnya, nampaknya perbankan perlu lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya terutama pada UMKM dengan skala usaha kecil. Grafik 3.7 menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

12 Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM Sumber : Bank Indonesia Data Kredit Usaha Raktyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan bahwa outstanding KUR hingga posisi triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp.147 miliar dengan pertumbuhan tahunan melambat sebesar -18,29%. Sementara itu, jumlah debitur yang memperoleh KUR sejak awal penyalurannya di Gorontalo telah mencapai debitur dengan nilai nominal penyaluran mencapai Rp.480 miliar. Adapun bank penyalur KUR di Provinsi Gorontalo pada saat ini adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Bank Sulut dan Bank Syariah Mandiri. Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo ditunjukan sebagaimana grafik 3.8 berikut. Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

13 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan ditunjukkan oleh indikator risiko kredit yang dicerminkan oleh rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan risiko kredit yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiganya (LDR). Rasio NPL bank umum pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 2,49% sementara LDR tercatat sebesar 171,17% RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 2,49% atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,44%. Walaupun masih berada pada kisaran di bawah ketentuan Bank Indonesia yaitu 5% (gross), nampaknya perbankan gorontalo perlu senantiasa mengawasi potensi yang mungkin timbul dari peningkatan angka NPL tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa pada triwulan ini, penunjang realisasi kredit perbankan di dorong oleh penggunaan kredit konsumtif dan bukan produktif sehingga geliat usaha yang diharapkan sebagai pengungkit pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya berjalan optimal. Dilihat secara sektoral, kredit pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi dan sektor perikanan perlu mendapatkan perhatian lebih dengan rasio masing-masing sebesar 19,48%, 19,04% dan 12,89%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) untuk BPR tercatat sebesar 9,93%, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,62%. Grafik 3.9 dan 3.10 menunjukkan perkembangan NPL bank umum dan NPL bank umum dilihat dari masing-masing sektornya. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL Bank Umum NPL Bank Umum Per Sektor BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

14 Di lain sisi, yang agaknya perlu mendapat perhatian adalah proporsi kredit konsumsi yang pada sektoral tercatat sebagai bukan lapangan usaha. Kredit konsumsi dalam proporsi sektoral mempunyai share sebesar 56,47% dengan NPL 1,14%. Grafik 3.11 menunjukkan share konsentrasi kredit berdasarkan sektornya. Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit Sumber : Bank Indonesia RISIKO LIKUIDITAS Indikator risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) serta Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan arah penurunan namun demikian perlu senantiasa mendapat perhatian karena berkaitan langsung dengan pemenuhan kewajiban jangka pendek perbankan. Dilihat dari komposisi DPKnya, terlihat bahwa komposisi dana jangka menengah-panjang (giro-deposito) relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan dana jangka pendeknya (tabungan). Namun demikian bila dilihat dari komposisinya, giro dan deposito mengalami peningkatan share, masing-masing sebesar 27,37% dan 16,74% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat masingmasing sebesar 27,35% dan 15,31% dari keseluruhan DPK. Sementara itu, dana jangka pendek (tabungan) memiliki share 55,89% dan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 57,24% dari total struktur Dana Pihak Ketiga (DPK). Tingginya share dana jangka pendek (tabungan) dalam struktur DPK, menyiratkan risiko likuiditas yang dihadapi perbankan Gorontalo. Grafik 3.12 menunjukkan perkembangan portofolio DPK bank umum. 30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

15 Grafik 3.12 Perkembangan Portofolio DPK Sumber : Bank Indonesia Indikator risiko likuiditas lainnya adalah rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih dikenal dengan rasio LDR. Pada triwulan laporan, tercatat LDR bank umum sebesar 171,17% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 166,78%. Tren perkembangan LDR perbankan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko likuiditas yang dihadapi perbankan. Rata-rata LDR bank umum di Gorontalo telah melampaui 155% dan pada posisi September 2012 telah mencapai 171,17%. Hal ini berarti dalam pemenuhan kreditnya, perbankan di gorontalo harus memperoleh dana segar dari wilayah lain diluar gorontalo. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab untuk menjaga keseimbangan operasionalnya perbankan tidak hanya dituntut untuk menyalurkan pembiayaan, namun juga harus mempertimbangkan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpunnya. Perbankan agaknya perlu untuk lebih mempenetrasi pasar pendanaan (funding) melalui program inklusi keuangan yang saat ini mulai dikembangkan. Grafik 3.13 berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan gorontalo. Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %) BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

16 3.2.3 RISIKO PASAR Indikator risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan, tercermin dari pergerakan suku bunga dan kurs rupiah. Pada posisi akhir triwulan III-2012 tercatat angka BI Rate sebesar 5,75%, masih belum mengalami perubahan sejak ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada tanggal 5,75%. Angka BI Rate tersebut mencerminkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia relatif stabil pada tahun 2012 ini dan diharapkan dengan penetapan BI Rate pada kisaran tersebut dapat mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit produktifnya sehingga geliat perekonomian meningkat. Sementara itu, kurs rupiah terhadap dollar pada posisi akhir triwulan III-2012 mengalami pelemahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir bulan September 2012 tercatat kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp.9.588,- melemah dibandingkan posisi akhir Juni 2012 yang tercatat Rp.9.485,-. Grafik 3.14 menunjukkan perkembangan kurs rupiah terhadap USD dan BI rate. Grafik 3.14 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap USD dan BI-Rate Sumber: Bank Indonesia 32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

17 BOKS 3: FESTIVAL EKONOMI SYARIAH 2012 MEMBUMIKAN EKONOMI SYARIAH DI KOTA SERAMBI MADINAH Ada yang berbeda di Mall Gorontalo pada tanggal 21 Agustus Jejeran stan bank syariah dan aneka produk UMKM dan keuangan syariah lainnya ikut meramaikan public hall dalam pusat perbelanjaan yang baru saja berdiri tersebut. Pada hari itu dan selama 2 hari ke depan digelar Festival Ekonomi Syariah 2012 yang pertama di Gorontalo. Festival Ekonomi Syariah 2012 digelar dengan tujuan mengenalkan masyarakat Gorontalo pada perbankan syariah dan instrumen produk syariah yang dimilikinya. Kegiatan tersebut juga merupakan salah satu program financial inclusion yang diharapkan dapat mendekatkan bank syariah kepada masyarakat. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah di Gorontalo pada posisi September 2012 adalah sebesar Rp.218 miliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 7,85%. Sementara penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Gorontalo mencapai Rp.264 miliar atau tumbuh tahunan sebesar 24,47%. Sementara itu aset perbankan syariah telah mencapai Rp.288 miliar pada posisi September 2012 atau tumbuh 18,19% secara tahunan. Perkembangan aset, penghimpunan DPK serta pembiayaan bank syariah di Gorontalo sudah berjalan cukup baik, namun demikian dengan adanya kegiatan Festival Ekonomi Syariah diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat untuk menggunakan produk-produk bank syariah baik pendanaan maupun pembiayaannya. Dalam kegiatan yang berjalan selama tiga hari tersebut juga diselenggarakan workshop dan seminar mengenai ekonomi islam yang disampaikan oleh Bank Indonesia dan praktisi perbankan syariah Dr. H.M Arie Mooduto. Workshop yang khusus diberikan kepada guru/dosen universitas bertujuan untuk mengenalkan aspek teknis maupun non teknis seputar ekonomi syariah khususnya dalam hal kajian akademis. Sementara itu seminar ekonomi syariah dibuka untuk umum dan mendiskusikan hal-hal yang lebih familiar bagi masyarakat. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Wahyu Purnama A menyampaikan harapannya agar masyarakat Gorontalo yang notabene dikenal sebagai Serambi Madinah dapat memanfaatkan jasa perbankan syariah dalam kehidupan seharihari. Wahyu juga berharap agar kegiatan ini dapat diselengarakan pada tahun-tahun mendatang karena memiliki respon positif di mata masyarakat. Dalam kegiatan tersebut juga digelar aneka lomba yang melibatkan pelajar/mahasiswa seperti cerdas cermat, nasyid, lomba dai dan tidak kalah menariknya lomba peragaan busana muslim. Ekonomi syariah pun lebih membumi mulai sejak itu. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

18 Halaman ini sengaja dikosongkan 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

19 BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo pada triwulan III lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara tingkat penghimpunan pendapatan daerah mengalami peningkatan. Tercatat realisasi belanja APBD mencapai Rp 594 Miliar dengan realisasi penghimpunan pendapatan sebesar Rp 737 Miliar. Surplus pendapatan ini mendorong terjadinya kontraksi fiskal pada uang beredar di masyarakat. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Pada triwulan III-2012, secara umum realisasi penerimaan keuangan daerah terhadap target anggaran mengalami peningkatan. Realisasi yang cukup baik terjadi pada Pos Dana Perimbangan dan Pendapatan Daerah Yang Sah. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan III-2012 sebesar Rp 737 Miliar dengan capaian 80% dari target anggaran APBD Realisasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan III-2011 yang tercatat sebesar Rp 541 Miliar dengan capaian 79% dari target anggaran APBD-P Kenaikan nilai realisasi tersebut tampak pada dana bagi hasil pajak yang mencapai 84% terhadap target anggaran sementara realisasi DAU dan DAK relatif sama dengan periode tahun sebelumnya. Sementara itu penghimpunan PAD masih mencapai 76% dari target anggaran atau sebesar Rp 124 Miliar. Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan III-2012 sebesar 71% namun lebih rendah dibandingkan pangsa dana perimbangan pada triwulan III-2011 sebesar 77%. Demikian juga untuk pangsa PAD mengalami penurunan 17% lebih rendah dibandingkan triwulan III-2011 sebesar 21%. Peningkatan pangsa pendapatan daerah berasal dari pendapatan lain-lain. III-2011 III-2012 APBD 2012 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Pendapatan Asli Daerah , ,98 Pajak daerah , ,87 Pajak Kendaraan Bermotor , ,69 Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor , ,43 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air ,54 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , ,85 Pajak Air Permukaan , ,44 Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,08 Dana Perimbangan , ,04 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,09 Dana Alokasi Umum , ,33 Dana Alokasi Khusus , ,00 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,65 Jumlah Pendapatan , ,72 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Pendapatan Daerah APBDP 2011 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

20 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) III-2011 III-2012 Nominal Komposisi (%) APBD 2012 Nominal Komposisi (%) Pendapatan Asli Daerah , ,88 Pajak daerah , ,84 Pajak Kendaraan Bermotor , ,23 Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor , ,76 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air ,01 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , ,84 Pajak Air Permukaan , ,00 Pajak Air Bawah Tanah ,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,03 Dana Perimbangan , ,97 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,74 Dana Alokasi Umum , ,80 Dana Alokasi Khusus , ,44 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,15 Jumlah Pendapatan , ,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Pendapatan Daerah APBDP BELANJA DAERAH Pada triwulan III-2012 realisasi belanja daerah terhadap target anggaran relatif sama dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja daerah yang cukup baik tampak dalam Pos Belanja Langsung, sementara untuk Pos Belanja Tidak Langsung relatif rendah penyerapannya. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 594 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 63,30% dari target anggaran, relatif sama dibandingkan penyerapan belanja triwulan III-2011 yang mencapai Rp 504 Miliar (60,94%). Rendahnya penyerapan Pos Belanja Langsung hampir terjadi pada seluruh komponen penyusunnya yaitu belanja pegawai, belanja barang/jasa dan belanja modal. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo III-2011 III-2012 APBDP 2012 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Belanja Tidak Langsung , ,00 67, , ,00 75,14 Belanja Pegawai , ,00 74, , ,00 67,96 Belanja Subsidi , , Belanja Hibah , ,00 47, , ,00 97,48 Belanja Bantuan Sosial , ,00 72, , ,00 0,03 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 71, , ,00 70,48 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D , ,00 75, , ,00 74,58 Belanja Tidak Terduga , ,00 44, , ,00 1,88 Belanja Langsung , ,00 64, , ,00 51,61 Belanja Pegawai , ,00 60, , ,00 45,82 Belanja Barang dan Jasa , ,00 66, , ,00 52,24 Belanja Modal , ,00 60, , ,00 51,82 Jumlah Belanja , ,00 65, , ,00 63,30 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Belanja Daerah APBDP 2011 Kualitas APBD Gorontalo triwulan III-2012 masih diarahkan pada kepentingan konsumsi meskipun disisi lain untuk kegiatan investasi turut ditingkatkan. Pada triwulan laporan, komposisi belanja konsumsi mencapai 88% sementara untuk belanja investasi mencapai 12%. 36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

21 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo III-2011 III-2012 Nominal Komposisi (%) APBDP 2012 Nominal Komposisi (%) Belanja Tidak Langsung , ,00 46, , ,00 58,99 Belanja Pegawai , ,00 30, , ,00 27,64 Belanja Subsidi , , Belanja Hibah , ,00 6, , ,00 22,94 Belanja Bantuan Sosial , ,00 1, , ,00 0,00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 7, , ,00 6,49 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D , ,00 1, , ,00 1,91 Belanja Tidak Terduga , ,00 0, , ,00 0,02 Belanja Langsung , ,00 53, , ,00 41,01 Belanja Pegawai , ,00 3, , ,00 2,85 Belanja Barang dan Jasa , ,00 31, , ,00 25,45 Belanja Modal , ,00 17, , ,00 12,71 Jumlah Belanja , ,00 100, , ,00 100,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Belanja Daerah APBDP KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama triwulan III-2012 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 21,90%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 2,84%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan III-2011, hal ini terkait pembayaran Gaji ke-13 yang direalisasikan pada bulan Juli Meskipun secara pangsa pasar belanja modal menunjukkan peningkatan namun implikasi kepada pergerakan sektor konstruksi dan komponen investasi belum menunjukkan dorongan pertumbuhan ekonomi. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBDP 2011 I-2011 III-2012 APBDP 2012 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah , ,90 Belanja Pegawai , ,65 Belanja Subsidi Belanja Hibah , ,76 Belanja Bantuan Sosial , ,00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,63 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D , ,48 Belanja Tidak Terduga , ,00 Belanja Barang dan Jasa , ,39 Pembentukan Modal Tetap Bruto , ,19 Belanja Modal , ,19 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan III-2012 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD dengan surplus penerimaan mencapai Rp 143 Miliar. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III

22 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.6 Dampak APBD Terhadap Uang Beredar APBD APBDP 2011 III-2011 III-2012 APBDP 2012 Nominal %PDRB Realisasi %PDRB Pendapatan , ,92 23, , ,45 27,70 Pendapatan Asli Daerah , ,92 4, , ,45 4,68 Dana Perimbangan , ,00 17, , ,00 19,66 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,00 0, , ,00 0,76 Dana Alokasi Umum , ,00 16, , ,00 18,23 Dana Alokasi Khusus , ,00 0, , ,00 0,68 Dana Darurat - - Dana Penyesuaian , ,00 0, , ,00 3,37 Belanja , ,00 21, , ,00 22,32 Belanja Pegawai , ,00 7, , ,00 6,80 Belanja Subsidi , , Belanja Hibah , ,00 1, , ,00 5,12 Belanja Bantuan Sosial , ,00 0, , ,00 0,00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 1, , ,00 1,45 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D , ,00 0, , ,00 0,43 Belanja Tidak Terduga , ,00 0, , ,00 0,00 Belanja Barang dan Jasa , ,00 6, , ,00 5,68 Belanja Modal , ,84 Surplus/Defisit ( ) ,57 ( ) ,38 Pembiayaan Netto ( ) - - ( ) - - Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 BANK INDONESIA

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 5,31% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,40%

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,18%

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y).

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Penghimpunan pendapatan dan penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo selama triwulan laporan meningkat secara nominal, namun dilihat dari persentase

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2011 sebesar 7,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Rentannya aspek

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2010 mencapai 60,94%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III-2009 sebesar 57,85%, realisasi

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,43% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,60% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y).

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan II-2010 mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II-2009 sebesar 45,63%, sementara

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2012 sebesar 5,90% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Meningkatnya tekanan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Jayapura !"#$#$ # $%#&!' $&!&&!!!! #!!' (# )!!# )))!!' #&* &)# # ) $ )!)!#) &+,&!! #& &! &) &) %!

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00 SURVEI KONSUMEN Juli - 2010 Indeks 150.00 125.00 100.00 75.00 optimis pesimis 50.00 25.00 0.00 periode krisis ekonomi global 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 2007 2008 2009 2010 Indeks Keyakinan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

% (yoy) Oct'15 Nov'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada Desember 2011, inflasi 1 tahunan Aceh tercapai di angka 3,43% (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi Desember 2010 yang sebesar 5,86% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Assesmen Perkembangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Agustus 2015 Likuiditas perekonomian terakselerasi didukung pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci