BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA"

Transkripsi

1 BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun sebelumnya mencapai Rp 8,994 triliun. Ini berarti berdasarkan harga berlaku PDRB Kabupaten Majalengka tahun 2010 telah tumbuh sebesar 12,93 persen. Sementara itu bila didasarkan pada harga konstan yaitu berdasarkan harga di tahun 2000 maka PDRB Kabupaten Majalengka dengan memasukkan subsektor migas tahun 2010 mencapai angka Rp 4,428 triliun sementara pada tahun 2009 mencapai angka Rp 4,233 triliun. Membandingkan angka di kedua tahun tersebut terlihat bahwa PDRB dengan migas atas dasar harga konstan tahun 2010 perekonomian Kabupaten Majalengka secara riil telah tumbuh sebesar 4,59 persen. Angka LPE sebesar 4,59 persen ini ternyata mengalami perlambatan dari LPE tahun sebelumnya yang mencapai 4,73 persen. Perlambatan LPE sebesar 0,14 persen dari LPE tahun sebelumnya ini di antaranya disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan di sektor pertanian yaitu sebesar 1,77 persen, sedangkan tahun sebelumnya pertumbuhan sektor pertanian mencapai4,53 persen. Secara grafis perkembangan laju pertumbuhan ekonomi periode ini digambarkan dalam Grafik 1. Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

2 Grafik 1. LPE A.D.H Berlaku dan Konstan (Dalam Persen) 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 15,54 13,13 14,44 8,4 12,93 5,00 0,00 4,18 4,87 4,57 4,73 4, LPE BERLAKU LPE KONSTAN Dari grafik di atas terlihat perbedaan yang semakin kecil antara LPE berdasarkan harga konstan dengan LPE berdasarkan harga berlaku. Perbedaan ini menggambarkan semakin rendahnya harga yang terjadi di suatu tahun dibandingkan harga tahun dasar (harga di tahun 2000). Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa fluktuasi yang terjadi pada LPE yang berdasarkan harga berlaku lebih besar daripada LPE Konstan. Pada periode LPE harga berlaku menurun, meningkat kembali pada periode 2008 dan menurun kembali secara drastis pada tahun 2009, kemudian meningkat kembali pada tahun Di lain pihak LPE berdasarkan harga konstan pergerakannya relatif kecil yaitu masih berkisar pada angka 4 dan 5 persen. Hal ini menunjukkan pada periode ini perekonomian Majalengka belum mengalami perubahan yang berarti atau belum ada sektor ekonomi yang dapat mendongkrak perekonomian Majalengka secara signifikan Pertumbuhan Menurut Sektor Untuk mengetahui lebih jauh mengenai laju pertumbuhan ekonomi, berikut akan dilihat perkembangan di masing-masing sektor ekonominya. Dari Tabel 2 terlihat bahwa pada tahun 2010 di antara kesembilan sektor ekonomi, sektor bangunan merupakan sektor yang angka pertumbuhannya yang paling tinggi yaitu sebesar 9,37 persen. Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

3 Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Majalengka Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Sektor Tahun Pertanian 1,04 4,54 3,63 4,53 1,77 Pertambangan 2,86 5,97 4,11 2,19 2,07 Industri 5,20 5,41 5,03 4,81 3,73 Listrik, Gas, Air Bersih 6,11 6,82 5,32 4,61 8,74 Bangunan 7,21 5,78 5,56 5,78 9,37 Perdagangan 5,81 4,41 5,45 5,11 8,91 Pengangkutan 5,46 4,85 4,01 4,40 5,73 Keuangan 4,09 6,56 4,96 4,41 5,24 Jasa 6,19 4,14 4,53 5,20 3,31 TOTAL 4,18 4,87 4,57 4,73 4,59 Sumber : Badan Pusat Statistik Majalengka, 2010 Sektor selanjutnya yang pertumbuhannya cukup besar dicapai oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan angka pertumbuhan sebesar 8,91 persen. Pertumbuhan di sektor ini terutama didongkrak oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 10,47 persen. Urutan ke tiga dalam pertumbuhan dicapai oleh sektor listrik, gas dan air bersih yang mencapai 8,74 persen. Urutan berikutnya diduduki oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dengan angka pertumbuhan sebesar 5,73 persen. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 5,24 persen, sedangkan sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pertanian masing-masing tumbuh sebesar 3,73 persen, 3,31 persen, 2,07 persen dan 1,77 persen. Bila dibandingkan angka-angka LPE tiap sektor tersebut dengan angka pertumbuhan total, maka dapat dilihat bahwa ada lima sektor yang berada di atas LPE total, sedangkan empat sektor lainnya berada di bawah LPE total. Kelima sektor yang berada di atas LPE total tersebut adalah sektor listrik, gas Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

4 dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, dan sektor pengangkutan. Sementara itu keempat sektor yang berada di bawah LPE total adalah sektor sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa Pertumbuhan Menurut Kelompok Sektor Jika kita mengelompokkan sektor-sektor lapangan usaha ke dalam kelompok sektor, maka kita dapat mengelompokkannya ke dalam tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder, dan sektor tersier. Kelompok primer terdiri atas sektor pertanian dan sektor pertambangan, kelompok sekunder terdiri atas sektor industri, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan, serta kelompok tersier terdiri atas sektor perdagangan, sektor pengangkutan, sektor bank dan sektor jasa-jasa. Menggunakan pengelompokan LPE berdasarkan lapangan usaha menjadi tiga sektor tersebut, maka LPE Kabupaten Majalengka Tahun 2010 masing-masing adalah 1,81 persen untuk sektor primer, 5,05 persen untuk sektor sekunder, dan 6,32 persen untuk sektor tersier. Pertumbuhan di kelompok sektor primer sebesar 1,81 persen disumbang oleh sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 1,77 persen dan oleh sektor pertambangan sebesar 2,07 persen. Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor primer sebesar 4,53 persen, perlambatan ini terjadi disebabkan ada beberapa komoditi di sektor pertanian yang mengalami penurunan jumlah produksi. Menurunnya jumlah produksi di sub sektor tanaman bahan makanan disebabkan terjadinya anomali cuaca berupa curah hujan yang tinggi di musim kemarau. Sepanjang tahun 2010, setiap bulannya Kabupaten Majalengka selalu diguyur hujan. Sektor sekunder pada tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan 5,05 persen. Tumbuhnya sektor ini disumbang oleh ketiga sektornya yaitu sektor industri, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan dengan laju masing-masing sebesar 3,73 persen, 8,74 persen dan 9,37 persen. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan di sektor sekunder ini telah mengalami peningkatan sebesar 0,05 persen. Selanjutnya sektor tersier tumbuh sebesar 6,32 persen, dan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

5 ternyata pertumbuhannya meningkat 1,37 persen. Meningkatnya kelompok sektor tersier ini didorong oleh kinerja pada sub sektor komunikasi semakin maju. Kemajuan di bidang komunikasi ini diwarnai oleh makin beragamnya teknologi informasi. Semula komunikasi hanya bisa dilakukan melalui telepon kabel, tetapi saat ini komunikasi dapat dilakukan dengan telepon seluler. Pada saat ini alat komunikasi ini lebih kompetitif dengan berbagai fasilitas yang tersedia serta harga relatif murah. Kondisi demikian menunjukkan jumlah pengguna alat komunikasi ini makin bertambah dari waktu ke waktu. Alat komunikasi yang lainnya juga mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah komunikasi melalui dunia maya atau internet. Saat ini usaha yang menekuni jasa internet makin banyak jumlahnya. Sebaliknya usaha komunikasi berupa warung telekomunikasi saat ini dalam kondisi yang kurang berkembang bahkan sejumlah warung telekomunikasi tidak beroperasional lagi. Tabel 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Majalengka Menurut Kelompok Sektor Tahun KELOMPOK SEKTOR Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) PRIMER 1,26 4,72 3,69 4,23 1,81 Pertanian 1,04 4,54 3,63 4,53 1,77 Pertambangan 2,86 5,97 4,11 2,19 2,07 SEKUNDER 5,63 5,53 5,15 5,00 5,05 Industri 5,20 5,41 5,03 4,81 3,73 Listrik, gas dan air 6,11 6,82 5,32 4,61 8,74 bersih Bangunan 7,21 5,78 5,56 5,78 9,37 TERSIER 5,66 4,66 4,91 4,95 6,32 Perdagangan 5,81 4,41 5,45 5,11 8,91 Pengangkutan 5,46 4,85 4,01 4,40 5,73 Bank 4,09 6,56 4,96 4,41 5,24 Jasa 6,19 4,14 4,53 5,20 3,31 JUMLAH 4,18 4,87 4,57 4,73 4,59 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, 2010 Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

6 1.2. Struktur Ekonomi Seperti tahun-tahun sebelumnya, struktur perekonomian Kabupaten Majalengka secara umum masih didominasi oleh sektor pertanian. Dalam Grafik 2 sektor pertanian pada tahun 2010 kontribusinya sebesar 27,24 persen, kemudian sektor perdagangan sebesar 20,62 persen, sektor industri sebesar 16,97 persen, dan sektor lainnya (6 sektor) sebesar 35,17 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sumber mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Majalengka adalah berusaha di sektor pertanian. Namun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya ternyata kontribusi sektor pertanian ini mengalami penurunan sebesar 0,75 persen. Grafik 2 Distribusi Persentase Per Sektor Tahun 2010 Implikasi dari dominannya sektor pertanian dalam perekonomian Majalengka ini adalah bahwa perkembangan di sektor pertanian ini akan berdampak cukup besar terhadap perekonomian Majalengka secara keseluruhan. Seperti ditunjukkan sebelumnya bahwa berkurangnya pertumbuhan di sektor pertanian mengakibatkan lebih rendahnya LPE secara keseluruhan dari tahun sebelumnya. Jika sektor-sektor ekonomi tersebut dibagi kedalam tiga kelompok sektor, yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, terlihat bahwa struktur perekonomian Kabupaten Majalengka didominasi oleh sektor tersier, yaitu sebesar 43,10 persen. Selanjutnya sektor primer menempati urutan ke dua dengan kontribusi sebesar 36,70 persen, dan terakhir adalah sektor sekunder dengan kontribusi Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

7 sebesar 20,21 persen. Jika kita lihat perkembangan struktur ini dalam lima tahun terakhir, ternyata sektor primer menunjukkan kecenderungan menurun; sedangkan sektor sekunder cenderung sebaliknya yaitu cenderung meningkat kontribusinya. Tabel 3 Kontribusi Sektor Dalam Perekonomian Majalengka Menurut Kelompok Sektor Atas Dasar Harga Berlaku 2000 Tahun Lapangan Usaha Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Primer 37,37 37,70 36,32 36,09 36,70 1. Pertanian 33,67 33,87 32,48 32,77 33,52 2. Pertambangan 3,70 3,83 3,83 3,32 3,17 II. Sekunder 19,15 19,51 20,12 20,62 20,21 3. Industri 14,76 15,16 15,70 16,08 15,58 4. Listrik Gas dan Air 0,52 0,51 0,51 0,51 0,50 5. Bangunan 3,87 3,83 3,91 4,04 4,12 III. Tersier 43,48 42,79 43,56 43,29 43,10 6. Perdagangan 18,02 17,30 17,52 17,65 18,03 7. Pengangkutan 6,05 5,99 6,21 6,20 5,98 8. Lembaga Keuangan 4,35 4,37 4,28 4,29 4,13 9. Jasa-jasa 15,07 15,13 15,56 15,15 14,95 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Pendapatan Per Kapita Mengasumsikan bahwa, pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir ke luar sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk, maka nilai pendapatan regional diasumsikan sama besar dengan nilai PDRB. Angka pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data jumlah penduduk yang digunakan adalah hasil proyeksi dari Sensus Penduduk tahun Pendapatan per kapita Kabupaten Majalengka dalam kurun waktu menunjukkan peningkatan, yaitu dari Rp ,07 menjadi Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

8 Rp ,72 atau meningkat sebesar 56,01 persen. Namun, bila diteliti lebih lanjut ternyata hal ini tidak menggambarkan peningkatan secara riil, tetapi lebih disebabkan oleh adanya pengaruh kenaikan harga atau tingkat inflasi. Tabel 4 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Majalengka Tahun Tahun ADH. Berlaku (Rp) ADH. Konstan (Rp) , , , , , , , , , ,75 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, 2010 Hal ini terlihat dari pendapatan per kapita atas dasar harga konstan pada periode yang sama, pada tahun 2006 pendapatan per kapitanya sebesar Rp ,59 naik menjadi Rp ,75 pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 18,25 persen selama 4 tahun atau sebesar 4,56 persen per tahun. Dari sisi pendapatan per kapita tersebut terlihat bahwa tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Majalengka secara riil menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata 4 persen per tahun Perkembangan IHK Kondisi harga-harga selama Tahun 2010 di Kabupaten Majalengka cenderung menunjukkan kenaikan jika dibanding tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) selama kurun waktu Desember 2009 sampai dengan Desember 2010 yaitu dari 180,93 poin naik menjadi 194,29 poin. Kondisi ini menandakan bahwa selama kurun waktu satu tahun (yoy) di Kabupaten Majalengka telah terjadi inflasi sebesar 7,39 persen. Perkembangan inflasi umum tersebut tentunya tidak terlepas dari peranan 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu bahan makanan; makanan jadi, minuman, Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

9 rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga dan transportasi, komunikasi dan keuangan. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 22,13 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi pada kelompok kesehatan yang mengalami deflasi sebesar 0,65 persen. Inflasi Kelompok pengeluaran lainnya yaitu makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,01%; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 3,05%; sandang 3,29%; pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 10,02% serta transportasi, komunikasi dan keuangan sebesar 0,04%. Selanjutnya diperlihatkan dalam Tabel di bawah ini. Tabel 5 IHK, Laju Inflasi dan Andil Inflasi Kota Majalengka Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2010 (2002=100) KELOMPOK PENGELUARAN Des-09 IHK Des-10 Laju Inflasi Tahun 2010 Andil Inflasi Tahun 2010 [1] [2] [3] [4] [5] UMUM 180,93 194,29 7,39 7,39 Bahan Makanan 182,13 222,45 22,13 5,50 Makanan jadi, minuman, rokok & 160,69 162,31 1,01 0,24 tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan 206,14 212,43 3,05 0,84 Bahan Bakar Sandang 189,45 195,68 3,29 0,23 Kesehatan 147,36 146,40-0,65-0,02 KELOMPOK PENGELUARAN Dec-09 IHK Dec-10 Laju Inflasi Tahun 2010 Andil Inflasi Tahun 2010 [1] [2] [3] [4] [5] Pendidikan, Rekreasi dan 169,24 186,20 10,02 0,44 Olahraga Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 197,80 197,88 0,04 0,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, 2010 Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

10 Awal tahun 2010, tepatnya bulan Januari, kondisi harga ditandai dengan inflasi sebesar 0,16 persen. Kelompok kesehatan mengalami kenaikan harga, sehingga angka indeks pun mengalami perubahan terhadap indeks bulan Desember Hal ini berujung pada kejadian inflasi kelompok tersebut sebesar 0,54 persen. Sementara itu inflasi terendah pada bulan Januari terjadi pada kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 0,21 persen. Kelompok pengeluaran lainnya yang mengalami inflasi terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan sebesar 0,28 persen dan kelompok sandang sebesar 0,30 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran lainnya mengalami stagnasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga serta kelompok transportasi, komunikasi dan keuangan. Pada bulan Pebruari kenaikan harga beberapa komoditi masih berperan dalam menggerakkan indeks harga konsumen (IHK) umum yaitu dari 181,22 pada bulan Januari 2010 menjadi 183,33 pada bulan Pebruari 2010 atau terjadi inflasi sebesar 1,16 persen. Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi pada bulan Pebruari yaitu kelompok pengeluaran kesehatan yang mengalami prubahan indeks harga dari 148,15 menurun menjadi 148,00 sehingga terjadi deflasi sebesar 0,10 persen. Inflasi tertinggi pada bulan Pebruari antara lain kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 14,94 persen, sementara itu kelompok pengeluaran bahan makanan dan sandang mengalami inflasi masing-masing sebesar 2,95 persen dan 2,46 persen. Kelompok pengeluaran lainnya yaitu transportasi, komunikasi dan keuangan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan. Bulan Maret terjadi inflasi umum negatif (deflasi) meskipun deflasi yang terjadi relatif kecil yaitu hanya 0,08 persen. Kelompok Kesehatan mengalami perubahan indeks harga yang lumayan besar dibanding kelompok yang lain mengalami inflasi sebesar 0,23 persen. Sementara itu Kelompok Sandang mengalami inflasi sebesar 0.01 persen. Lain halnya dengan kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang justru pada bulan Maret ini mengalami penurunan harga yang mengakibatkan Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

11 terjadinya deflasi masing-masing sebesar 0,33 persen dan 0,01 persen. Kelompok-kelompok lainnya yaitu perumahan tidak mengalami perubahan. Pada Bulan April 2010 terjadi inflasi umum sebesar 0,09 persen sebagai dampak dari kenaikan harga beberapa kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi pada bulan April yaitu kelompok perumahan, sandang, kesehatan serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan masing-masing sebesar 0,58 persen, 0,03 persen, 0,04 persen dan 0,01 persen. Adapun untuk kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau justru di bulan April ini mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,09 persen dan 0,11 persen. Besarnya deflasi kelompok bahan makanan disebabkan perubahan harga sub kelompok bumbu-bumbuan. Indeks harga sub kelompok ini pada bulan sebelumnya sebesar 247,89 turun menjadi 245,26 pada bulan April. Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang juga mengalami deflasi, penyebab deflasi terjadi akibat perubahan harga pada sub kelompok minuman tidak beralkohol. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga pada bulan ini dalam kondisi stabil tanpa perubahan. Bila pada Bulan April terjadi deflasi, maka kejadian sebaliknya di Bulan Mei malah terjadi Inflasi. Perubahan indeks harga dari 183,34 pada bulan April menjadi 184,20 pada bulan Mei menimbulkan inflasi umum sebesar 0,46 persen. Inflasi terbesar dialami kelompok pengeluaran perumahan yang mencapai 1,40 persen. Sedangkan kelompok bahan makanan, kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,69 persen, 0,04 persen dan 0,02 persen. Berbeda dengan ke tiga kelompok pengeluaran tersebut di atas, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan kelompok sandang justeru mengalami kejadian deflasi yaitu masing-masing sebesar 0,15 persen dan 0,22 persen. Kejadian deflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ditunjang terjadinya deflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol yang mengalami deflasi sampai 1,51 persen. Pada pertengahan Tahun 2010 tepatnya Bulan Juni, kejadian perubahan harga konsumen relatif menurun. Hal ini ditandai dengan kejadian deflasi umum sebesar 0,58 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran, ternyata dua kelompok Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

12 mengalami kejadian inflasi, empat kelompok pengeluaran terjadi deflasi, sedangkan sisanya tidak mengalami perubahan harga yang signifikan. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yaitu kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,02 persen akibat naiknya indeks harga obat-obatan. Sedangkan akibat kenaikan harga sub kelompok rekreasi menjadikan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 0,07 persen. Untuk kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman dan tembakau, perumahan dan kelompok sandang mengalami deflasi masing-masing 0,38 persen, 0,11 persen, 0,07 persen dan 0,34 persen. Bulan Juli 2010 inflasi relatif tinggi setelah kejadian deflasi di Bulan Juni. Perubahan indeks harga dari 187,68 pada bulan juni menjadi 195,62 di bulan juli menghasilkan inflasi sebesar 1,48 persen. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi relatif besar dibanding kelompok lainnya yaitu sebesar 4,23 persen. Sub kelompok lemak dan minyak mengalami inflasi sampai 12,28 persen sekaligus memberi andil inflasi terbesar bagi kelompok bahan makanan. Sedangkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi terkecil yaitu 0,04 persen. Biaya tempat tinggal ternyata mengalami penurunan harga di banding bulan sebelumnya sehingga berdampak terjadinya deflasi. Kelompok lainnya yaitu makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; sandang dan kesehatan masing-masing mengalami kejadian inflasi di bawah 1 (satu) persen. Kelompok lainnya yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,17 persen, inflasi kelompok perumahan sebesar 0,19 persen, sandang 0,34 persen dan kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,15 persen. Memasuki awal tahun pelajaran ditandai dengan meningkatnya kebutuhan akan perlengkapan sekolah. Pada bulan Agustus inflasi umum relatif meningkat yaitu sebesar 1,64 persen. Pada bulan ini kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi cukup besar yaitu sebesar 9,96 persen. Disusul kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 4,96 persen. Inflasi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,12 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen. Besarnya inflasi yang terjadi pada sub kelompok Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

13 pendidikan, rekreasi dan olah raga lebih disebabkan perubahan indeks harga yang terjadi pada jasa pendidikan yaitu dari indeks harga sebesar 202,03 bulan Juli menjadi sebesar 236,60 di bulan Agustus sehingga berakibat terjadinya inflasi sub kelompok jasa pendidikan sebesar 17,11 persen. Adapun kelompok perumahan dan kelompok sandang justeru mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,74 persen dan 0,02 persen. Pada bulan September 2010 fenomena kejadian tahunan berupa datangnya bulan suci Ramadhan yang disusul lebaran, memberi suasana lain terutama kondisi fluktuasi harga-harga, sehingga tidak bisa terelakan akan terjadinya inflasi yang cukup tinggi. Komoditi-komoditi terutama bahan makanan dan sandang menjadi faktor penyebab pemicu tingginya inflasi umum yang mencapai 1,12 persen. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 3,79 persen. Kelompok sandang mengalami perubahan indeks harga yaitu dari 194,30 persen pada bulan Agustus berubah menjadi 195,47 persen pada September, sehingga mengakibatkan inflasi mencapai 0,60 persen. Sandang wanita memberi sumbangan inflasi yang cukup besar diantara sub kelompok lainnya yaitu mengalami inflasi sebesar 1,22 persen. Sub kelompok sandang laki-laki juga memberi andil pada pembentukan inflasi kelompok dimana sub kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,88 persen. Kelompok selanjutnya yang mengakibatkan tingginya inflasi umum yaitu kelompok kesehatan, karena kelompok ini pada bulan september mengalami inflasi sebesar 0,63 persen. Perubahan harga yang terjadi pada komoditi obat-obatan dan perawatan jasmani dan kosmetik dibanding bulan sebelumnya mengakibatkan kejadian inflasi. Inflasi sub kelompok obat-obatan sebesar 1,22 persen sedangkan inflasi sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik mencapai 0,44 persen. Pada Bulan Oktober indeks harga menunjukkan penurunan, bahkan untuk sebagian komoditas mengalami penurunan yang cukup tajam dibanding bulan sebelumnya. Hanya saja untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau perubahan indeks harga cenderung mengalami peningkatan yang cukup besar, sehingga mengalami inflasi sebesar 0,16 persen dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi. Kelompok kesehatan mengalami deflasi terbesar yaitu sebesar 2,26 persen, sementara itu kelompok bahan makanan menempati deflasi terendah ke 2 setelah kelompok kesehatan yaitu sebesar 2,23 Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

14 persen. Sub kelompok jasa perawatan dan jasmani sebagai pendorong deflasi terbesar pada kelompok kesehatan dengan nilai deflasi sebesar 24,98 persen. Sub kelompok pada kelompok bahan makanan yang memberi andil terbesar pada pembentukan deflasi yaitu komoditas sayuran yang mengalami deflasi sebesar 11,12 persen. Meskipun kelompok bahan makanan mengalami deflasi, namun untuk sub-sub kelompoknya sebagian mengalami inflasi. Sub kelompok kacangkacangan dan bumbu-bumbuan mengalami inflasi masing-masing sebesar 6,27 persen dan 6,47 persen. Begitu pula untuk sub kelompok ikan segar, ikan diawetkan, buah-buahan serta lemak dan minyak yang mengalami inflasi antara 0,8 hingga 4 persen. Hal ini menandakan bahwa meski sub-sub kelompok mengalami inflasi yang cukup besar namun karena andil komoditasnya terhadap pembentukan inflasi kelompok kecil, maka dampak inflasi yang ditimbulkannya menjadi kecil pula. Penurunan harga yang terjadi selama Bulan Oktober tidak berlangsung pada bulan November. Perubahan-perubahan indeks harga pada kelompokkelompok komoditas berakibat pada terjadinya inflasi di bulan November. Akibat perubahan indeks harga dari 190,67 pada bulan Oktober menjadi 191,56 pada November, menimbulkan inflasi umum sebesar 0,45 persen. Kelompok bahan makanan menyumbang kondisi inflasi umum dengan perubahan indeks harga yang mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya, sehingga kelompok ini mengalami inflasi 1,62 persen. Lain halnya dengan kelompok perumahan dan sandang yang justeru mengalami kejadian deflasi meskipun deflasinya dibawan 1 (satu) persen. Penghujung akhir Tahun 2010, angka indeks bergerak menaik dibanding bulan sebelumnya. Indeks harga pada bulan November sebesar 191,52 berubah menjadi 194,29 pada Desember. Perubahan 2,77 poin ini mengakibatkan inflasi umum sebesar 1,45 persen. Tiga kelompok pengeluaran mengalami inflasi. Tertinggi dialami kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 5,07 persen, sedangkan 2 (dua) kelompok lainnya yang mengalami inflasi yaitu kelompok perumahan dan sandang yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,10 persen dan 0,01 persen. Tiga kelompok komoditi lainnya tidak mengalami perubahan indeks atau mengalami kondisi stagnasi yaitu kelompok kesehatan, Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

15 pendidikan, rekreasi dan olah raga dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Perubahan harga dari setiap Kelompok Pengeluaran selama Tahun 2009 dapat dilihat pada Grafik sebagai berikut : Grafik 3. Perkembangan IHK Kota Majalengka Tahun 2010 Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (2002=100) Andil Inflasi/Deflasi Inflasi Umum pada Tahun 2010 (yoy) tercatat sebesar 7,39 persen. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan indeks harga yang terjadi selama Desember 2009 sampai dengan Desember 2010 yaitu dari 180,93 bergerak menjadi sebesar 194,29. Secara umum perubahan atau terjadinya inflasi umum tersebut tidak dapat dipisahkan dari andil tiap-tiap kelompok pengeluaran. Penyumbang terbesar inflasi umum adalah kelompok bahan makanan sebesar 5,50 persen, kelompok selanjutnya yang memberikan andil inflasi umum yaitu kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, memberi andil inflasi sebesar 0,84 persen. Kelompok lainnya yang sama-sama memberi andil positif terhadap pembentukan inflasi umum yaitu kelompok makanan jadi sebesar 0,24 persen, kelompok sandang sebesar 0,23 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga memberikan andil sebesar 0,11 persen. Khusus kelompok kesehatan mengalami kejadian sebaliknya yaitu memberi andil negatif (deflasi) sebesar Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

16 0,02 persen. Hal ini berarti bahwa selama kurun waktu Desember 2009 sampai dengan Desember 2010, kelompok kesehatan telah mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Selengkapnya dapat dilihat pada Grafik berikut : GRAFIK 4 Grafik 4. Andil Inflasi/Deflasi Kota Majalengka Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun Perbandingan Inflasi Kabupaten Majalengka dengan Tiga Kota, IHK dan Inflasi Nasional Pada dasarnya kota yang dirujuk sebagai kota inflasi di Jawa Barat hanya 7 kota saja yaitu kota Cirebon, Tasikmalaya, Bandung, Sukabumi, Bogor, Depok dan Bekasi. Namun demikian selama memenuhi kaidah penghitungan indeks harga konsumen yang benar dan dengan terpenuhinya paket komoditas, kabupaten maupun kota yang lain bisa melakukan penghitungan inflasi. Kabupaten Majalengka secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung, Cirebon dan Kota Tasikmalaya sebagai kota rujukan inflasi. Apabila kita bandingkan terjadinya inflasi kota-kota tersebut dengan hasil penghitungan inflasi Kabupaten Majalengka maka akan diperoleh gambaran perkembangan harga-harga antara Kabupaten Majalengka dengan ke 3 (tiga) kota inflasi tersebut. Inflasi Tahun 2010 yang terjadi di Kabupaten Majalengka ternyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kota Bandung, Cirebon bahkan Nasional, namun lebih rendah dari kejadian inflasi Kota Tasikmalaya. Hal ini menunjukkan bahwa Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

17 secara umum perkembangan harga-harga selama Desember 2009 sampai dengan Desember 2010 telah terjadi kenaikan harga-harga hingga 7 (tujuh) persen. Kondisi harga-harga di Kabupaten Majalengka relatif sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan kota Cirebon, Bandung dan rata-rata Nasional. Perkembangan tingkat harga ini berada pada level perkembangan harga yang relatif tinggi jika dibanding tahun sebelumnya. Lebih jauh bila dilihat dari pola grafik perkembangan selama setahun terakhir, terdapat perbedaan perkembangan harga. Pada awal Tahun 2010 perkembangan indeks harga seluruh kota yang dibandingkan termasuk nasional, mengalami inflasi hingga bulan Februari. Kondisi pada bulan Maret, hanya kota Bandung yang mengalami inflasi sementara Kota Cirebon, Tasikmalaya, Majalengka dan Nasional justru mengalami deflasi. Bulan selanjutnya yaitu April sampai dengan Mei seluruh Kota IHK dan Majalengka mengalami inflasi antara 0,09 sampai dengan 0,40 persen. Bulan Juni hanya Kabupaten Majalengka yang mengalami deflasi, sedangkan kota-kota inflasi lainnya mengalami inflasi 0 sampai dengan 1,5 persen. Pola perkembangan inflasi pada bulan berikutnya dari Bulan Juli hingga September mengalami keseragaman yaitu berada pada posisi inflasi. Pada Bulan Juli kejadian Inflasi di Kabupaten Majalengka tertinggi ke 2 setelah Nasional jika dibanding kota-kota lainnya. Tingginya inflasi Kabupaten Majalengka pada bulan tersebut didasari kondisi Kabupaten Majalengka yang bukan merupakan wilayah produsen atau penghasil, sehingga tingkat harga yang berkembang di Kabupaten Majalengka merupakan tingkat harga di konsumen akhir. Kejadian inflasi pada Bulan Agustus dan September di Majalengka paling tinggi dibanding kota-kota inflasi lainnya dan Nasional. Sementara itu pada awal paruh triwulan akhir tahun 2010, kondisi tingkat harga di wilayah kota inflasi dan nasional mengalami perbedaan. Pada Bulan Oktober hanya kota Cirebon dan nasional yang mengalami inflasi, sedangkan kota-kota lainnya seluruhnya mengalami deflasi antara 0 hingga 0,5 persen. Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,14 persen, sedangkan inflasi Nasional sebesar 0,06 persen. Kabupaten Majalengka pada bulan tersebut mengalami deflasi sebesar 0,58 persen. Bulan November terjadi inflasi di seluruh kota, di Kabupaten Majalengka sebesar 0,45 persen, kota Tasikmalaya 0,73 persen, Kota Bandung sebesar 0,54 persen, Kota Cirebon sebesar 0,79 dan Nasional mengalami inflasi hingga 0,60 persen. Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

18 Pada akhir Tahun 2009, kondisi harga-harga ditutup dengan kondisi inflasi di seluruh kota inflasi dan nasional. Inflasi tertinggi dialami Kabupaten Majalengka sebesar 1,45 persen, sedangkan inflasi terendah dialami kota Bandung yang mengalami inflasi sebesar 0,48 persen. Perkembangan inflasi ini dapat dilihat pada Grafik berikut : GRAFIK 5 Grafik 5. Perkembangan Inflasi Kota Majalengka dan Tiga Kota serta Inflasi Nasional Selama Tahun Keuangan Daerah Salah satu faktor utama untuk membiayai jalannya roda pembangunan di suatu wilayah adalah dengan adanya Penerimaan daerah, yang bersumber dari penerimaan pajak daerah, retribusi dan pendapatan lainnya serta dana perimbangan dari pemerintahan pusat, baik melalui Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, DAU, DAK maupun dana perimbangan lainnya. Adapun Realisasi pengeluaran pemerintah terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil dan Belanja Bantuan Keuangan sedangkan Belanja Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal. Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

19 Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Majalengka Realisasi penerimaan/pendapatan pemerintah Kabupaten Majalengka pada Tahun 2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 penerimaan Kabupaten Majalengka mencapai Rp 1.122,8 miliar lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 966,48 miliar, sehingga terjadi kenaikan sebesar 156,33 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 16,18 persen. Kenaikan ini terutama bersumber dari Pendapatan Asli Daerah yang mengalami kenaikan lebih dari 10 persen. PAD Kabupaten Majalengka pada Tahun 2009 sebesar Rp 68,12 miliar meningkat di Tahun 2010 menjadi sebesar Rp 76,41 miliar. Dari 4 (empat) komponen Pendapatan Asli Daerah, komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah memberikan kontribusi yang paling besar jika dibanding komponen lainnya yaitu sebesar 72,10 persen. Dari sisi perkembangannya, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibanding pendapatan tahun sebelumnya yaitu sebesar 80,78 persen. Namun perkembangan komponen ini tidak diikuti perkembangan komponen pendapatan retribusi daerah yang justru tahun 2010 mengalami penurunan pendapatan sebesar 57,21 persen jika dibanding tahun sebelumnya. Begitu pula halnya dengan komponen pajak daerah yang mengalami penurunan sebesar 12,42 persen jika dibanding tahun sebelumnya. Laba BUMN masih memberikan peningkatan pendapatan yang berarti yaitu meningkat sebesar 28,15 persen. Penerimaan pendapatan dari dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, juga memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah yang cukup signifikan. Dana perimbangan meningkat dari Rp 774,4 miliar di tahun 2009 menjadi sebesar Rp 877,5 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 13,31 persen. Sedangkan lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dari Rp 123,96 miliar pada tahun 2009 meningkat di tahun 2010 menjadi sebesar Rp 168,94 miliar atau terjadi peningkatan pendapatan sebesar 36,28 persen. Realisasi belanja Pemerintah Kabupaten Majalengka pada Tahun 2010 sebesar Rp 1.136,2 miliar mengalami peningkatan sebesar Rp 208,01 miliar jika dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 928,14 miliar. Terjadi peningkatan Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

20 belanja sebesar 22,41 persen dibanding tahun Peningkatan belanja pada tahun 2010 diakibatkan peningkatan belanja tidak langsung berupa belanja pegawai yang mengalami peningkatan sebesar 28,98 persen, dari belanja hibah meningkat sebesar 23,12 persen, dari belanja bantuan sosial yang mengalami kenaikan sebesar 53,84 persen, dari belanja bagi hasil mengalami kenaikan sebesar 17,53 persen, dan dari belanja bantuan keuangan sebesar 0,09 persen. Sedangkan untuk belanja langsung yang terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal, mengalami penurunan jika dibanding tahun sebelumnya kecuali untuk belanja modal yang mengalami kenaikan sebesar 42,48 persen. Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

21 BAB II KESIMPULAN Dari pembahasan gambaran perkembangan indikator ekonomi pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 4,59 persen, artinya produk dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Majalengka mengalami peningkatan 4,59 persen dari keadaan tahun sebelumnya. LPE tahun 2010 ini lebih rendah dari LPE tahun 2009 yang mencapai sebesar 4,73 persen. 2. Melambatnya pertumbuhan tahun 2010 dibanding tahun 2009, terutama disebabkan oleh lebih rendahnya LPE pada sektor yang dominan di Kabupaten Majalengka, yaitu sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 1,77 persen sementara tahun sebelumnya mencapai 4,53 persen. 3. Menurunnya produksi pertanian disebabkan terjadinya anomali cuaca berupa curah hujan di atas normal pada musim kemarau. Sepanjang tahun 2010 hampir setiap bulannya Kabupaten Majalengka diguyur hujan. 4. Sepanjang Tahun 2010 Kabupaten Majalengka mengalami inflasi sebesar 7,39 persen lebih tinggi jika dibanding Kota Cirebon, Bandung dan Nasional. 5. Kelompok Bahan Makanan memberikan andil paling besar terhadap inflasi umum, yaitu sebesar 5,50 persen. Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan andil inflasi terendah yaitu sebesar 0,24 persen. Satu-satunya kelompok yang memberikan andil inflasi negatif (deflasi) yaitu kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen. 6. Terjadi kenaikan realisasi penerimaan Pemerintah Kabupaten Majalengka pada Tahun 2010 sebesar 16,18 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jenis penerimaan terbesar berasal dari Bagian Dana Perimbangan sebesar 78,15 persen dari total penerimaan pemerintah. 7. Realisasi belanja pemerintah mengalami kenaikan sebesar 22,41 persen dari tahun sebelumnya, dengan anggaran belanja terbesar diberikan untuk Belanja Pegawai (Belanja Tidak Langsung) sebesar 61,89 persen. Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

22 LAMPIRAN - LAMPIRAN Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

23 Lampiran 1 IHK KOTA MAJALENGKA TAHUN 2010 DAN PERUBAHANNYA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN Januari Februari Maret April Mei Kelompok dan Sub Kelompok Komoditi IHK Perub. Indeks IHK Perub. Indeks IHK Perub. Indeks IHK Perub. Indeks IHK Perub. Indeks [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] UMUM 181,22 0,16 183,33 1,16 183,17-0,08 183,34 0,09 184,20 0,46 I. Bahan Makanan 182,52 0,21 187,90 2,95 187,27-0,33 187,10-0,09 188,39 0,69 1 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 159,19 3,65 172,07 8,09 172,07 0,00 172,07 0,00 172,14 0,04 2 Daging dan hasil-hasilnya 180,91-5,28 181,20 0,16 180,65-0,30 180,65 0,00 180,50-0,08 3 Ikan segar 251,61 2,22 251,33-0,11 251,33 0,00 251,33 0,00 251,33 0,00 4 Ikan diawetkan 185,06 1,25 186,22 0,63 187,82 0,86 188,05 0,12 185,30-1,46 5 Telur susu dan hasil-hasilnya 162,13-0,39 161,80-0,20 160,04-1,09 160,10 0,04 164,57 2,79 6 Sayur sayuran 209,02-10,08 209,02 0,00 209,02 0,00 209,69 0,32 209,17-0,25 7 Kacang kacangan 182,19-3,51 182,19 0,00 182,19 0,00 182,19 0,00 182,19 0,00 8 Buah buahan 153,41-5,25 153,41 0,00 153,41 0,00 153,41 0,00 153,41 0,00 9 Bumbu bumbuan 246,73 10,95 254,77 3,26 247,89-2,70 245,26-1,06 249,13 1,58 10 Lemak dan minyak 220,51 6,51 231,97 5,20 231,35-0,27 230,43-0,40 240,81 4,50 11 Bahan Makanan Lainnya 199,63 0,00 199,63 0,00 199,63 0,00 198,26-0,68 198,90 0,32 II. Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 160,69 0,00 160,68 0,00 160,66-0,01 160,49-0,11 160,25-0,15 1 Makanan jadi 159,04 0,00 159,04 0,00 159,04 0,00 159,04 0,00 159,04 0,00 2 Minuman tidak beralkohol 188,79 0,00 188,72-0,04 188,49-0,12 186,52-1,05 183,71-1,51 3 Tembakau dan Minuman beralkohol 154,28 0,00 154,28 0,00 154,28 0,00 154,28 0,00 154,28 0,00 III. Perumahan 206,71 0,28 208,67 0,95 208,67 0,00 209,88 0,58 212,81 1,40 1 Biaya Tempat Tinggal 179,35 0,62 183,36 2,23 183,36 0,00 185,84 1,36 186,07 0,12 2 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 272,13 0,00 272,13 0,00 272,13 0,00 272,13 0,00 280,41 3,05 3 Perlengkapan rumahtangga 143,68 0,18 143,68 0,00 143,68 0,00 143,68 0,00 143,68 0,00 4 Penyelenggaraan Rumahtangga 166,32 0,08 166,36 0,02 166,36 0,00 166,36 0,00 166,36 0,00 IV. Sandang 190,01 0,30 194,68 2,46 194,71 0,01 194,77 0,03 194,34-0,22 1 Sandang Laki-laki 211,25 0,81 211,42 0,08 211,53 0,05 211,77 0,12 211,27-0,24 2 Sandang Wanita 150,79 0,20 150,79 0,00 150,79 0,00 150,79 0,00 149,98-0,54 3 Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan sandang lainnya V. Kesehatan 148,15 0,54 148,00-0,10 148,35 0,23 148,42 0,04 148,48 0,04 1 Jasa kesehatan 149,84 0,06 149,84 0,00 149,84 0,00 149,84 0,00 149,84 0,00 2 Obat-obatan 163,47 0,00 163,47 0,00 164,59 0,68 165,15 0,34 165,81 0,40 3 Jasa Perawatan dan Jasmani 200,65 0,00 200,65 0,00 200,65 0,00 200,65 0,00 200,65 0,00 4 Perawatan Jasmani dan Kosmetik 137,88 1,15 137,58-0,22 138,02 0,32 138,02 0,00 138,00-0,02 VI. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 169,24 0,00 169,24 0,00 169,24 0,00 169,24 0,00 169,27 0,02 1 Jasa Pendidikan 202,03 0,00 202,03 0,00 202,03 0,00 202,03 0,00 202,03 0,00 2 Kursus-kursus/Pelatihan 128,48 0,00 128,48 0,00 128,48 0,00 128,48 0,00 128,48 0,00 3 Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 137,67 0,00 137,67 0,00 137,67 0,00 137,67 0,00 137,67 0,00 4 Rekreasi 147,77 0,00 147,77 0,00 147,77 0,00 147,77 0,00 147,90 0,09 5 Olahraga 92,44 0,00 92,44 0,00 92,44 0,00 92,44 0,00 92,44 0,00 VII. Transportasi, Komunikasi dan Keuangan 197,80 0,00 197,80 0,00 197,80 0,00 197,82 0,01 197,82 0,00 1 Transportasi 233,19 0,00 233,19 0,00 233,19 0,00 233,23 0,02 233,23 0,00 2 Komunikasi dan Pengiriman 102,35 0,00 102,35 0,00 102,35 0,00 102,35 0,00 102,35 0,00 3 Sarana dan Penunjang Transportasi 218,89 0,00 218,89 0,00 218,89 0,00 218,89 0,00 218,89 0,00 4 Jasa Keuangan 119,77 0,00 119,77 0,00 119,77 0,00 119,77 0,00 119,77 0,00 Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

24 Lampiran 2 IHK KOTA MAJALENGKA TAHUN 2010 DAN PERUBAHANNYA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN (Lanjutan) Juni Juli Agustus September Oktober Kelompok dan Sub Kelompok Perub. Perub. Perub. Perub. Perub. Komoditi IHK Indeks IHK Indeks IHK Indeks IHK Indeks IHK Indeks [1] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] UMUM 183,89-0,17 186,61 1,48 189,66 1,64 191,78 1,12 190,67-0,58 I. Bahan Makanan 187,68-0,38 195,62 4,23 205,32 4,96 213,10 3,79 208,34-2,23 1 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 177,05 2,85 183,82 3,83 211,39 15,00 228,42 8,06 213,94-6,34 2 Daging dan hasil-hasilnya 181,18 0,38 185,27 2,26 187,71 1,32 202,33 7,78 196,17-3,04 3 Ikan segar 247,17-1,65 249,94 1,12 249,94 0,00 252,10 0,87 262,76 4,23 4 Ikan diawetkan 182,18-1,68 182,81 0,35 186,00 1,74 181,51-2,41 188,60 3,90 5 Telur susu dan hasil-hasilnya 167,17 1,58 172,88 3,42 174,28 0,81 180,72 3,70 175,92-2,66 6 Sayur sayuran 206,83-1,12 226,15 9,34 226,15 0,00 219,96-2,74 195,49-11,12 7 Kacang kacangan 181,76-0,23 180,97-0,44 180,97 0,00 171,03-5,49 181,76 6,27 8 Buah buahan 152,74-0,44 159,86 4,66 159,86 0,00 149,77-6,31 152,99 2,15 9 Bumbu bumbuan 266,82 7,10 276,09 3,47 271,22-1,76 279,77 3,15 297,88 6,47 10 Lemak dan minyak 198,46-17,58 222,82 12,28 232,95 4,54 255,09 9,51 257,16 0,81 11 Bahan Makanan Lainnya 198,90 0,00 209,19 5,18 209,19 0,00 205,32-1,85 198,90-3,13 II. Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 160,07-0,11 161,94 1,17 162,14 0,12 162,01-0,08 162,28 0,16 1 Makanan jadi 159,04 0,00 160,92 1,18 160,92 0,00 160,92 0,00 161,01 0,05 2 Minuman tidak beralkohol 181,68-1,10 184,43 1,51 186,76 1,27 185,26-0,80 187,59 1,26 3 Tembakau dan Minuman beralkohol 154,28 0,00 155,71 0,93 155,71 0,00 155,71 0,00 155,71 0,00 III, Perumahan 212,66-0,07 213,07 0,19 211,50-0,74 211,72 0,10 212,41 0,33 1 Biaya Tempat Tinggal 186,44 0,20 186,84 0,22 183,62-1,72 184,08 0,25 185,46 0,75 2 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 280,41 0,00 280,42 0,00 280,42 0,00 280,40-0,01 280,40 0,00 3 Perlengkapan rumahtangga 143,68 0,00 143,35-0,23 143,35 0,00 143,33-0,02 143,29-0,03 4 Penyelenggaraan Rumahtangga 162,70-2,20 165,36 1,64 165,37 0,00 165,38 0,00 165,70 0,19 IV, Sandang 193,67-0,34 194,33 0,34 194,30-0,02 195,47 0,60 195,82 0,18 1 Sandang Laki-laki 211,39 0,05 211,47 0,04 211,26-0,10 213,12 0,88 212,46-0,31 2 Sandang Wanita 149,98 0,00 150,36 0,26 150,36 0,00 152,20 1,22 153,69 0,98 3 Sandang Anak-anak 134,28 0,05 133,38-0,67 133,50 0,09 133,46-0,03 133,32-0,10 4 Barang Pribadi dan sandang lainnya 308,51-1,20 311,94 1,11 311,94 0,00 311,94 0,00 311,94 0,00 V. Kesehatan 148,51 0,02 148,73 0,15 148,74 0,01 149,68 0,63 146,29-2,26 1 Jasa kesehatan 149,84 0,00 149,84 0,00 149,84 0,00 150,36 0,35 150,36 0,00 2 Obat-obatan 166,04 0,14 166,20 0,10 166,32 0,07 170,18 2,32 166,34-2,26 3 Jasa Perawatan dan Jasmani 200,65 0,00 200,65 0,00 200,65 0,00 200,65 0,00 150,52-24,98 4 Perawatan Jasmani dan Kosmetik 138,00 0,00 138,41 0,30 138,41 0,00 139,02 0,44 138,03-0,71 VI. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 169,30 0,01 169,30 0,00 186,17 9,96 186,32 0,08 186,07-0,13 1 Jasa Pendidikan 202,03 0,00 202,03 0,00 236,60 17,11 236,60 0,00 236,60 0,00 2 Kursus-kursus/Pelatihan 128,48 0,00 128,48 0,00 128,48 0,00 128,48 0,00 128,48 0,00 3 Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 137,67 0,00 137,67 0,00 137,67 0,00 138,55 0,64 137,67-0,64 4 Rekreasi 147,99 0,06 148,05 0,04 148,09 0,03 148,13 0,02 147,73-0,27 5 Olahraga 92,44 0,00 92,27-0,18 92,27 0,00 92,27 0,00 92, VII. Transportasi, Komunikasi dan Keuangan 197,82 0,00 197,91 0,04 197,91 0,00 197,88-0,01 197,88 0,00 1 Transportasi 233,23 0,00 233,23 0,00 233,23 0,00 233,19-0,02 233,19 0,00 2 Komunikasi dan Pengiriman 102,35 0,00 102,35 0,00 102,35 0,00 102,35 0,00 102,35 0,00 3 Sarana dan Penunjang Transportasi 218,89 0,00 220,14 0,57 220,14 0,00 220,14 0,00 220,14 0,00 4 Jasa Keuangan 119,77 0,00 119,77 0,00 119,77 0,00 119,77 0,00 119,77 0,00 Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

25 Lampiran 3 IHK KOTA MAJALENGKA TAHUN 2019 DAN PERUBAHANNYA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN (Lanjutan) Kelompok dan Sub Kelompok Komoditi November IHK Perub. Indeks Desember IHK Perub. Indeks Perub. Indeks Selama Tahun 2010 Andil Inflasi / Deflasi Selama Tahun 2010 [1] [22] [23] [24] [25] [26] [27] UMUM 191,52 0,45 194,29 1,45 7,39 7,39 I. Bahan Makanan 211,71 1,62 222,45 5,07 22,13 5,50 1 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 235,95 10,29 235,67-0,12 53,44 3,58 2 Daging dan hasil-hasilnya 187,83-4,25 187,52-0,16-1,82-0,06 3 Ikan segar 262,76 0,00 262,76 0,00 6,75 0,11 4 Ikan diawetkan 187,78-0,43 189,38 0,85 3,61 0,04 5 Telur susu dan hasil-hasilnya 173,09-1,61 176,17 1,78 8,24 0,19 6 Sayur sayuran 193,54-1,00 298,87 54,42 28,57 0,74 7 Kacang kacangan 181,76 0,00 187,15 2,96-0,88-0,01 8 Buah buahan 152,99 0,00 165,21 7,99 2,03 0,04 9 Bumbu bumbuan 299,92 0,68 323,95 8,01 45,67 0,79 10 Lemak dan minyak 225,61-12,27 222,28-1,47 7,37 0,15 11 Bahan Makanan Lainnya 198,90 0,00 198,90 0,00-0,37 0,00 II. Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 162,38 0,07 162,31-0,05 1,01 0,24 1 Makanan jadi 161,01 0,00 161,01 0,00 1,24 0,21 2 Minuman tidak beralkohol 187,55-0,02 186,68-0,46-1,12-0,03 3 Tembakau dan Minuman beralkohol 156,29 0,37 156,29 0,00 1,30 0,06 III. Perumahan 212,20-0,10 212,43 0,10 3,05 0,84 1 Biaya Tempat Tinggal 185,46 0,00 185,46 0,00 4,05 0,42 2 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 280,40 0,00 280,40 0,00 3,04 0,43 3 Perlengkapan rumahtangga 143,29 0,00 143,29 0,00-0,09 0,00 4 Penyelenggaraan Rumahtangga 163,32-1,43 165,86 1,55-0,19 0,00 IV. Sandang 195,67-0,08 195,68 0,01 3,29 0,23 1 Sandang Laki-laki 211,85-0,29 211,85 0,00 1,10 0,02 2 Sandang Wanita 153,69 0,00 153,69 0,00 2,12 0,05 3 Sandang Anak-anak 133,40 0,06 133,46 0,05 0,46 0,00 4 Barang Pribadi dan sandang lainnya 311,94 0,00 311,94 0,00 7,92 0,16 V. Kesehatan 146,39 0,07 146,40 0,00-0,65-0,02 1 Jasa kesehatan 150,36 0,00 150,36 0,00 0,41 0,00 2 Obat-obatan 166,41 0,04 166,47 0,04 1,83 0,01 3 Jasa Perawatan dan Jasmani 150,52 0,00 150,52 0,00-24,98-0,04 4 Perawatan Jasmani dan Kosmetik 138,22 0,14 138,22 0,00 1,40 0,02 VI. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 186,19 0,06 186,20 0,00 10,02 0,44 1 Jasa Pendidikan 236,60 0,00 236,60 0,00 17,11 0,42 2 Kursus-kursus/Pelatihan 128,48 0,00 128,48 0,00 0,00 0,00 3 Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 137,67 0,00 137,67 0,00 0,00 0,00 4 Rekreasi 148,18 0,31 148,20 0,01 0,29 0,00 5 Olahraga 92,27 0,00 92,27 0,00-0,18 0,00 VII. Transportasi, Komunikasi dan Keuangan 197,88 0,00 197,88 0,00 0,04 0,00 1 Transportasi 233,19 0,00 233,19 0,00 0,00 0,00 2 Komunikasi dan Pengiriman 102,35 0,00 102,35 0,00 0,00 0,00 3 Sarana dan Penunjang Transportasi 220,14 0,00 220,14 0,00 0,57 0,00 4 Jasa Keuangan 119,77 0,00 119,77 0,00 0,00 0,00 Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

26 Lampiran 4 REALISASI PENERIMAAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2009 TAHUN 2010 Perubahan [5] - [4] No. JENIS PENERIMAAN Nilai (Ribu) Komposisi thd Total Penerimaan Nilai (Ribu) Komposisi thd Total Penerimaan Nilai (Ribu) Persentase Perubahan [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] I Pendapatan Asli Daerah , , , Pajak Daerah , , , Retribusi Daerah , , , Laba BUMD , , , Pendapatan Asli Daerah Yang Sah , , ,78 II Bagian Dana Perimbangan , , , Bagi Hasil Pajak/bkn pajak , , , Pos Dana Alokasi Umum , , , Dana Alokasi Khusus , , ,6 III Penerimaan Lainnya Yang Sah , , ,28 Total Penerimaan ( I + II + III ) Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor bulan Desember 2015 sebesar 1,86 persen Bulan Desember 2014 di Kota Bogor terjadi inflasi sebesar 1,86

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Agustus 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi/Deflasi Kota Bogor bulan Juli 2015 sebesar 0.49 persen Bulan Juli 2015 di kota Bogor terjadi inflasi sebesar 0.49

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Perubahan data Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator ekonomi makro yang penting untuk memberikan gambaran tentang pola konsumsi masyarakat serta dapat menunjukkan keseimbangan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR OKTOBER PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor September sebesar 0,09 persen Inflasi pada bulan September di Kota Bogor relatif cukup rendah yakni hanya

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi/Deflasi Kota Bogor bulan Februari 2015 sebesar 0.14 persen Bulan Februari 2015 di Kota Bogor terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,25 PERSEN September 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 127,19 di Bulan Agustus 2016 menjadi 127,51

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 2 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI 0,26 PERSEN Pada September 2017 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Februari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi/Deflasi Kota Bogor bulan Januari 2015 sebesar -1,17 persen Bulan Januari 2015 di Kota Bogor terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 INFLASI 0,26 PERSEN Pada Juli 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,26

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/09/Th. XVII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2015 INFLASI 0,82 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,82

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 02/02/33/79/Th.XVI, 1 FEBRUARI 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TASIKMALAYA JANUARI 2013 JANUARI 2013 KOTA TASIKMALAYA INFLASI 1,15 PERSEN

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat September 2017, Mamuju Inflasi 0,01 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

Maret 2016 IHK Karawang mengalami peningkatan indeks. IHK dari 125,30 di Bulan Februari 2016 menjadi 125,65 di Bulan Maret 2016. Dengan demikian, terjadi inflasi sebesar 0,28 persen. Laju inflasi tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2017 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,13 PERSEN April 2017 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 129,93 di Bulan Maret 2017 menjadi 130,10 di Bulan

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Oktober 2017, Mamuju Deflasi 0,48 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/11/Th. XVII, 2 November 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2015 DEFLASI 0,32 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,32 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 01/3373/4/01/17/Th.IX, 5 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,20 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/10/Th. XVII, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2015 DEFLASI 0,38 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,38

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR MARET 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen Februari 2017 Kota Bogor masih mengalami kenaikan harga sehingga secara

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 01/09/32/78/Th.XIX, 2 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 KOTA TASIKMALAYA INFLASI 0,24 PERSEN Bulan 2017 Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,06 PERSEN Oktober 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 127,51 di Bulan September 2016 menjadi 127,59 di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 4 September 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN Pada Agustus 2017 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 08/74/32/ThXVII, 2 September 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2015 KOTA CIREBON DEFLASI 0,06 PERSEN Pada Agustus 2015 Kota Cirebon mengalami deflasi sebesar 0,06 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 INFLASI 0,37 PERSEN Pada Januari 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 INFLASI 0,23 PERSEN Pada Maret 2017 di Kota Bekasi terjadi Inflasi sebesar 0,23

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA BEKASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA BEKASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI F E B R U A R I PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN () KOTA BEKASI Pada Kota Bekasi mengalami inflasi sebesar 1,15 persen dengan Indeks Harga Konsumen () sebesar 110,36

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,47 PERSEN Juli 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 126,69 di Bulan Juni 2016 menjadi 127,29 di Bulan Juli

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 17/3373/4/09/17/Th.IX, 5 September 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,42 PERSEN Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR JUNI 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Bulan Mei 2016 sebesar 0,37 persen Setelah pada April 2016 di Kota Bogor mengalami deflasi yang cukup rendah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR MARET 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Kota Bogor Alami Deflasi bulan Februari 2016 sebesar 0.02 persen Setelah pada Januari 2016 di Kota Bogor mengalami inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 25/05/76/Th. IX, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2015 MAMUJU INFLASI 0,09 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah Mei 2008

Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah Mei 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah Mei 2008 No.01/06/33/Th. II, 02 Juni 2008 Laju inflasi Jawa Tengah bulan Mei 2008 cukup tinggi, yaitu sebesar 1,21 persen. Jauh lebih tinggi bila

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 07/74/32/ThXVIII, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 KOTA CIREBON INFLASI 0,24 PERSEN Pada Juli 2016 Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 61/11/76/Th. X, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 MAMUJU DEFLASI 0,17 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 08/74/32/ThXVIII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2016 KOTA CIREBON DEFLASI 0,10 PERSEN Pada Agustus 2016 Kota Cirebon mengalami deflasi sebesar 0,10 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 13/3373/4/07/17/Th.IX, 4 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,53 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 03/3373/4/02/17/Th.IX, 3 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN JANUARI 2017 INFLASI 1,09 Bulan di Kota Salatiga terjadi inflasi sebesar 1,09 persen dengan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN INFLASI KOTA BOGOR APRIL SEBESAR 0,07 PERSEN MEI Kota Bogor masih mengalami kenaikan harga sehingga secara umum masih terjadi kenaikan

Lebih terperinci

Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah Januari 2008

Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah Januari 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.01/01/33/Th. II, 01 Februari 2008 Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah Januari 2008 Kenaikan harga komoditas kebutuhan rumahtangga selama Januari 2008, khususnya kelompok komoditas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN No. 09/09/33/16/Th.IX, 7 September 2017 Pada bulan Agustus 2017 Kota Blora terjadi deflasi 0,21 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN No. 08/08/33/16/Th.VIII, 15 Agustus 2016 Pada bulan Juli 2016 Kota Blora terjadi inflasi 1,03 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,26 PERSEN Pada September 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,37 PERSEN Desember 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 128,32 di Bulan November 2016 menjadi 128,80

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 6/11/76/Th. IX, November 015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 015 MAMUJU INFLASI 0,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 8 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 38/07/76/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 MAMUJU INFLASI 0,95 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 03/08/Th. XVII, 3 AGUSTUS 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2015 INFLASI 0,81 PERSEN Pada Juli 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,81

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 11/3373/4/06/17/Th.IX, 6 Juni 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN MEI 2017 INFLASI 0,57 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 16/03/76/Th. IX, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2015 MAMUJU DEFLASI -1,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 08/74/32/ThXIX, 5 September 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2017 KOTA CIREBON DEFLASI 0,28 PERSEN Pada Agustus 2017 Kota Cirebon mengalami deflasi sebesar 0,28 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VI, 01 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN Pada Bulan Maret 2015 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 19/3373/4/10/16/Th.VIII, 5 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,10 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,03 PERSEN Pada Februari 2016 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 06/02/76/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 MAMUJU DEFLASI -0,06 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/01/Th. XVII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2014 DEFLASI 0,80 PERSEN Pada 2014 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,80 persen dengan

Lebih terperinci

Januari 2016 IHK Karawang mengalami peningkatan indeks. IHK dari 124,29 di Bulan Desember 2015 menjadi 125,35 di Bulan Januari 2016. Dengan demikian, terjadi inflasi sebesar 0,85 persen. Laju inflasi tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/07/Th. XVII, 1 JULI 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 INFLASI 0,43 PERSEN Pada Juni 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,43 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 05/3373/4/03/17/Th.IX, 2 Maret 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,43 Bulan di Kota Salatiga terjadi inflasi sebesar 0,43 persen dengan

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen BPS KOTA TEGAL Tegal, 4 Maret BULAN FEBRUARI KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen - Pada bulan Februari Kota Tegal terjadi inflasi 0,79 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,47, sedikit lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 02/74/32/ThXVII, 3 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2015 KOTA CIREBON DEFLASI 0,44 PERSEN Pada Februari 2015 Kota Cirebon mengalami deflasi sebesar 0,44 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 02/74/32/ThXIX, 2 Maret 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2017 KOTA CIREBON INFLASI 0,43 PERSEN Pada Februari 2017 Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,43 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 INFLASI 0,27 PERSEN Pada Desember 2016 di Kota Bekasi terjadi Inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 03/74/32/ThXIX, 3 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 KOTA CIREBON DEFLASI 0,12 PERSEN Pada Maret 2017 Kota Cirebon mengalami deflasi sebesar 0,12 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA SEPTEMBER 2016 INFLASI PERSEN No. 10/10/33/16/Th.VIII, 4 Oktober 2016 Pada bulan September 2016 Kota Blora terjadi inflasi persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 09/3373/4/05/17/Th.IX, 4 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,22 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JUNI 2016 INFLASI 0,22 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JUNI 2016 INFLASI 0,22 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JUNI 2016 INFLASI PERSEN No. 07/07/33/16/Th.VIII, 11 Juli 2016 Pada bulan Juni 2016 Kota Blora terjadi inflasi persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah April 2008

Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah April 2008 Inflasi Empat Kota Di Jawa Tengah April 2008 No.01/05/33/Th. II, 02 Mei 2008 Laju inflasi Jawa Tengah bulan April 2008 cukup rendah, yaitu sebesar 0,35 persen. Jauh lebih rendah bila dibanding bulan Maret

Lebih terperinci

0,25 persen PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN FEBRUARI 2016 DEFLASI SEBESAR

0,25 persen PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN FEBRUARI 2016 DEFLASI SEBESAR No. 05/03/3322/Th.V, 07 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN FEBRUARI 2016 DEFLASI SEBESAR 0,25 persen di Kabupaten Semarang terjadi deflasi 0,25 persen de

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA JANUARI 2016 INFLASI 0,28 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA JANUARI 2016 INFLASI 0,28 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA JANUARI 2016 INFLASI 0,28 PERSEN No. 02/02/33/16/Th.VIII, 10 Februari 2016 Pada bulan Januari 2016 Kota Blora terjadi inflasi 0,28 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 12/74/32/ThXVIII, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 KOTA CIREBON INFLASI 0,06 PERSEN Pada Desember 2016 Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,06 persen dengan

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Januari 2016 INFLASI 0,43 Persen Bulan Januari 2016 di Kabupaten Kendal terjadi Inflasi 0,43 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA MARET 2017 DEFLASI 0,07 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA MARET 2017 DEFLASI 0,07 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA MARET 2017 DEFLASI 0,07 PERSEN No. 04/04/33/16/Th.IX, 4 April 2017 Pada bulan Maret 2017 Kota Blora terjadi deflasi 0,07 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR Bulan Februari 2015 Deflasi 0,76 persen

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR Bulan Februari 2015 Deflasi 0,76 persen No. 02/02/3313/Th.2015, 15 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR Deflasi 0,76 persen Pada bulan Februari 2015, di Kabupaten Karanganyar terjadi deflasi 0,76 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR Bulan September 2015 Deflasi 0,46 persen

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR Bulan September 2015 Deflasi 0,46 persen No. 09/09/3313/Th.2015, 15 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN KARANGANYAR Deflasi 0,46 persen Pada bulan September 2015, di Kabupaten Karanganyar terjadi deflasi 0,46

Lebih terperinci

0,58 persen PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN MEI 2015 INFLASI SEBESAR

0,58 persen PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN MEI 2015 INFLASI SEBESAR No. 10/06/3322/Th.IV, 05 Juni 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN MEI 2015 INFLASI SEBESAR 0,58 persen di Kabupaten Semarang terjadi inflasi 0,58 persen de Indeks

Lebih terperinci

0,15 persen PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN JULI 2017 INFLASI SEBESAR

0,15 persen PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN JULI 2017 INFLASI SEBESAR No. 15/VIII/3322/Th.VII, 05 Agustus 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN SEMARANG BULAN JULI 2017 INFLASI SEBESAR 0,15 persen di Kabupaten Semarang terjadi inflasi 0,15 persen de

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN No. 03/04/IHK/10 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN Bulan Maret 2017 di Jepara, terjadi deflasi sebesar 0,06 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 19/3373/4/10/15/Th.VII, 6 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN SEPTEMBER 2015 DEFLASI 0,16 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,55 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,55 PERSEN No. 04/05/IHK/10 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,55 PERSEN Bulan April 2017 di Jepara, terjadi inflasi sebesar 0,55 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 16/04/91 Th. VIII, 01 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan Maret 2014, Kota Manokwari mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 09/3373/4/05/16/Th.VIII, 10 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN APRIL 2016 DEFLASI 0,49 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Juli 2016 INFLASI 1,03 Persen Bulan Juli 2016 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi 1,03 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No.22/12/33/05/Th. VII, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN Pada bulan November 2016 terjadi inflasi

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/09/3312/Th 2016, September 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR -0,31% Bulan us 2016, Kabupaten Wonogiri mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 12/33/09/Th.III, 10 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN BOYOLALI Bulan November 2016 Inflasi 0,67 persen Pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/DEFLASI KOTA BLORA FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,25 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/DEFLASI KOTA BLORA FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,25 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/DEFLASI KOTA BLORA FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,25 PERSEN No. 03/03/33/16/Th.VIII, 10 Maret 2016 Pada bulan Februari 2016 Kota Blora terjadi deflasi 0,25 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 13/3373/4/07/16/Th.VIII, 11 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,41 Bertepatan dengan Bulan Ramadhan 1437 H, perkembangan harga kebutuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATSTK KOTA DEPOK Oktober 2014 Bulan September 2014 di Kota Depok terjadi inflasi sebesar 0.04 persen dengan indeks harga konsumen (HK) sebesar 113.85 persen. Dari 7 (tujuh) kelompok tercatat

Lebih terperinci

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 Pada bulan April 2017 Wonosobo mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,27. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 18/04/36/Th.XI, 3 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET BANTEN INFLASI 0,09 PERSEN Memasuki bulan tahun harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara umum mengalami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 07/3373/4/04/17/Th.IX, 5 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,14 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 01/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2015 MAMUJU INFLASI 1,70 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA No. 10/11/2103/Th. IV, 02 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI RANAI BULAN OKTOBER DEFLASI 0,17 PERSEN Pada Bulan di Ranai terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 14/02/21/Th.X, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK (BATAM DAN TANJUNGPINANG) JANUARI 2015 DEFLASI 0,32 PERSEN

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan September 2016 INFLASI 0,06 Persen Bulan September 2016 di Kabupaten Kendal terjadi

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 Selama September 2017, terjadi deflasi sebesar 0,01 persen di Kalimantan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/12/3312/Th, Desember BULAN NOVEMBER KABUPATEN WONOGIRI MENGALAMI INFLASI SEBESAR 0,72 PERSEN ah beras Bulan ember, Kabupaten Wonogiri mengalami inflasi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/02/3312/Th 2016, ruari 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 0,48% Bulan uari 2016 mencatat inflasi sebesar 0,48 persen. Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI JANUARI TAHUN 2017 INFLASI 0,94 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI JANUARI TAHUN 2017 INFLASI 0,94 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KEDIRI No. 02/02/3571/Th.XVIII, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI JANUARI TAHUN 2017 INFLASI 0,94 PERSEN Pada bulan Januari 2017 Kota Kediri

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 07/3373/4/04/16/Th.VIII, 5 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN MARET 2016 INFLASI 0,37 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci