PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mutu sekolah merupakan hasl yang dcapa oleh knera sekolah. Dalam bdang akademk, mutu sekolah dkatkan dengan mutu lulusan sekolah. Indkator mutu lulusan sekolah umumnya menggunakan hasl pencapaan prestas sswa d dalam Uan Nasonal (UN), yatu Uan Akhr Nasonal (UAN) dan Uan Akhr Sekolah (UAS). Menurut Slamet (2000b) dan Dnas Penddkan Nasonal (2000) dalam Idrs (2005), berkatan dengan mutu lulusan sekolah (output), dapat delaskan bahwa output sekolah dkatakan bermutu tngg, ka prestas sekolah khususnya prestas belaar peserta anak ddk, menunukkan pencapaan yang tngg dalam hasl kemampuan akademk, yatu nla uan sepert UAN atau UAS. Pada akhr proses pembelaaran d sekolah dlakukan penlaan sebaga rangkaan kegatan untuk memperoleh dan menganalss data. Penlaan yang selama n telah dlakukan pada tngkat akhr SD, SMP, dan SMU mengalam beberapa kal perubahan dar EBTANAS, UAN/UAS, UN, dan Uan Akhr Sekolah Berstandar Nasonal (UASBN) untuk SD/MI/SDLB. Hasl yang dperoleh dgunakan sebaga nformas dalam pengamblan keputusan. Pelaksanaan Uan Nasonal setap tahunnya selalu menmbulkan pro-kontra dar masyarakat, terutama berkatan dengan hasl uan yang selama n hanya dgunakan sebaga acuan untuk kelulusan sswa dan tdak adanya tndak lanut dar hasl tersebut. Menanggap permasalahan tersebut, pada Tahun Pelaaran 2007/2008, pemerntah mash melaksanakan Uan Nasonal dengan melakukan beberapa perubahan pada tngkat SD, sedangkan SMP dan SMU mash melaksanakan Uan Nasonal sepert tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan Peraturan Pemerntah No.19 Tahun 2005 dan Peraturan Menter Penddkan Nasonal No. 37/2007 pada Tahun Pelaaran 2007/2008 dlaksanakan UASBN bag sswa SD/MI/SDLB. Terdapat perubahan tuuan dalam UASBN yatu hasl uan akhr dgunakan sebaga alat untuk memetakan satuan penddkan. Selan tu untuk keputusan kelulusan sswa, krtera kelulusan dtetapkan oleh setap sekolah/madrasah yang

2 2 peserta ddknya mengkut UASBN. Permasalahan yang muncul, apabla pemetaan mutu sekolah hanya berdasarkan nla UN tanpa melbatkan peubah-peubah yang mempengaruhnya, akan berakbat pada penyusunan rencana kebakan pada tahun berkutnya. Pemerntah maupun sekolah tdak mempunya dasar yang kuat untuk menentukan langkah-langkah yang elas guna menngkatkan mutu sekolah. Selan tu, program pemetaan sekolah yang uga dlakukan oleh pemerntah melalu Departemen Penddkan Nasonal adalah untuk memperoleh nformas secara rnc antara lan mengena: sarana-prasarana, guru, sswa, dan tenaga admnstras (Tata Usaha, TU). Hal n umumnya dgunakan sebaga pertmbangan pengamblan kebakan dalam pemenuhan kebutuhan sekolah, termasuk pengangkatan pegawa baru bag guru dan TU. Hasl pemetaan mutu sekolah dharapkan dapat dgunakan untuk mengevaluas knera sebelumnya, perencanaan dan target penngkatan mutu lulusan sekolah serta membuat perngkat sekolah. Dalam mengevaluas knera sekolah dperlukan nformas tentang keunggulan dan kekurangan terhadap berbaga peubah yang mempengaruh mutu lulusan, berdasarkan hasl yang dcapa pada tahun sebelumnya dar masng-masng sekolah. Hal n berkatan dengan penyusunan rencana dan target penngkatan mutu lulusan pada tahun berkutnya. Peubah-peubah yang mempengaruh mutu sekolah, antara lan: nla UN sswa ketka dterma, kepemmpnan kepala sekolah, kemampuan mengaar guru, dan sosal ekonom orang tua sswa. Suatu analss dperlukan untuk memperoleh hasl yang lebh ternc dalam pemetaan mutu sekolah sehngga nformas yang dperoleh merupakan gambaran mutu sekolah berdasarkan hasl UN dan peubah-peubah yang mempengaruhnya. Peneltan d beberapa bdang, msalnya: penddkan, sosal, ekonom, dan poltk serng dperoleh data yang berukuran besar serta peubah yang banyak. Tentunya sult untuk dnterpretaskan secara langsung, sehngga perlu dlakukan tahap pereduksan dmens data dulu. Dalam statstka dkenal suatu analss data yang menggunakan peubah amatan lebh dar satu dan danalss secara serempak, yatu Analss Peubah Ganda (APG). Salah satu teknk yang dgunakan dalam APG adalah pereduksan dmens data peubah ganda (Sswad dan Suharo, 1999).

3 3 APG yang menggunakan teknk n mencakup antara lan: Analss Komponen Utama, Analss Bplot, Analss Gerombol, Penskalaan Dmens Ganda, Analss Korelas Kanonk, Analss Dskrmnan, dan Analss Korespondens. Selan Analss Faktor, analss yang lan dapat dgunakan tanpa mengatkan dengan sebaran yang membangktkannya. Analss bplot merupakan salah satu bentuk APG yang dapat memberkan gambaran secara grafk tentang keragaman peubah, kedekatan antar obek serta keterkatan peubah dengan obek yang dapat dgunakan untuk memetakan mutu sekolah. Namun hasl pemetaan yang dperoleh belum menamn gambaran pemetaan mutu sekolah. D ss lan, hasl dar Analss Komponen Utama, bergantung pada ragam peubah asal. Penggunaan hasl analss tersebut memungknkan dperolehnya suatu pemetaan yang akan bergantung pada peubah tertentu. Dalam peneltan n, rumusan masalahnya adalah: 1 Bagamana memperoleh gambaran pemetaan mutu sekolah yang sesua dengan nla UN? 2 Bagamana memperoleh gambaran tentang kekurangan dan keunggulan dar setap sekolah berdasarkan peubah-peubah yang mempengaruh nla UN? Tuuan dan Manfaat Peneltan Berdasarkan latar belakang masalah, tuuan dar peneltan n (dalam stud kasus SMUN d Kabupaten dan Kota Malang Tahun Pelaaran 2001/2002) alah: 1 Untuk memperoleh pemetaan mutu sekolah yang sesua dengan nla UN. 2 Memperoleh gambaran keterkatan hasl UN dengan peubah-peubah yang mempengaruhnya. Peneltan n dharapkan dapat menad masukan dalam analss mutu sekolah terhadap peubah-peubah yang mempengaruhnya sebaga salah satu tndak lanut dar pelaksanaan UN.

4 TINJAUAN PUSTAKA Pemetaan Mutu Sekolah Mutu sekolah merupakan hasl yang dcapa oleh knera sekolah, dalam hal n dkatkan dengan mutu lulusan sekolah. Indkator mutu lulusan sekolah umumnya menggunakan hasl pencapaan prestas sswa d dalam UN (UAN dan UAS), bahkan nla-nla tersebut sampa sekarang mash dgunakan sebaga standar untuk menentukan kelulusan sswa. Pemetaan mutu sekolah merupakan suatu proses untuk memperoleh gambaran perbandngan mutu suatu sekolah dengan sekolah yang lan serta hubungan antara mutu sekolah dengan peubah-peubah yang mempengaruhnya. Peubah-peubah tu antara lan: kemampuan dasar sswa, kemampuan guru, fasltas belaar dan sosal ekonom orang tua. Kebakan pemerntah saat n menadkan hasl UASBN sebaga tolok ukur untuk memetakan mutu penddkan (sekolah). Sedangkan ka semata-mata dar hasl UASBN untuk memetakan mutu penddkan tentu saa belum dperoleh kekurangan dan keunggulan sekolah berdasarkan peubah-peubah yang mempengaruh mutu penddkan tersebut. Dalam Pakpahan (2001), hasl Ebtanas (UN) akan menggambarkan tngkat pencapaan sekolah-sekolah dar tngkat terendah hngga tertngg, dan dapat dtelt peubah-peubah penyebab suatu sekolah atau wlayah yang memlk tngkat pencapaan rendah sehngga dapat dlakukan upaya perbakan sesua peubah tersebut. Ivy (2001), menggunakan Analss Korespondens untuk menggambarkan poss beberapa perguruan tngg terhadap knera alat promosnya, sehngga dperoleh kekurangan maupun keunggulan dan gambaran yang terbentuk dalam masyarakat dar masng-masng perguruan tngg. Haslnya n dapat dgunakan untuk mengkonstruks ulang program dan pelayanan. Sedangkan Farkas dan Nagy (2008), menggunakan Analss Korespondens dan Bplot smetr untuk menganalss hubungan antara teknk keahlan dasar dan pengetahuan mahasswa mengena harapan dar pember pekeraan apabla mereka masuk kera.

5 5 Kepemmpnan Kepala Sekolah Kepemmpnan kepala sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruh perlaku guru dan sswa untuk mencapa tuuan sekolah (Idrs, 2005). Kepala sekolah yang berhasl dan efektf dalam kepemmpnannya dndkaskan akan mempengaruh pencapaan dalam prestas pembelaaran. Cr kepala sekolah yang berhasl, antara lan: 1) memlk vs yang kuat tentang masa depan sekolah dan mendorong sswa, serta stafnya untuk bekera merealsaskan vs tersebut, 2) memlk harapan yang tngg terhadap prestas sswa dan knera stafnya, 3) memontor guru dalam kelas dan memberkan masukan dalam menyelesakan masalah penngkatan pengaaran, 4) mampu mencptakan lngkungan belaar yang aman. Sedangkan kategor kepala sekolah yang efektf, antara lan: 1) dapat menngkatkan kesadaran dan berperan aktf tentang perlunya perbakan sekolah dan prestas yang tngg, 2) dapat memontor perkembangan prestas sswa, 3) dapat mencptakan sstem penghargaan bag sswa dan guru yang berprestas, 4) dapat memperoleh alat dan sumber belaar, 5) bertanggungawab mencptakan lngkungan belaar yang tertb dan aman (Idrs, 2005). Kemampuan Mengaar Guru Dalam proses pembelaaran terad nteraks langsung antara guru dan sswa. Saat n guru umumnya mash merupakan sumber pokok bahan aar. Pandangan umum menempatkan kualtas/kemampuan guru dalam mengaar dkatkan dengan mutu lulusan sekolah yang dhaslkan. Guru yang efektf dapat menalankan tugasnya dengan bak dalam proses pembelaaran, sehngga hasl yang dperoleh sesua dengan rencana tuuan pembelaaran. Beberapa tugas tersebut, antara lan: merumuskan tuuan pembelaaran, menguasa mater pembelaaran, menggunakan metode pembelaaran yang tepat, mengadakan evaluas, dan mendorong semangat belaar sswa. Cr guru yang efektf: 1 memlk kemampuan yang terkat dengan suasana belaar d kelas, antara lan: - hubungan bak dengan sswa - menunukkan mnat dan antusas dalam mengaar - memberkan penghargaan - mengharga hak sswa untuk berbcara dalam dskus

6 6 2 memlk kemampuan yang terkat dengan strateg pembelaaran, antara lan: - kemampuan dalam menghadap dan menangan sswa yang tdak memperhatkan - mampu bertanya dan memberkan tugas sesua dengan kemampuan sswa 3 memlk kemampuan yang terkat dengan pemberan umpan balk, antara lan: - mampu memberkan umpan balk yang postf kepada sswa - mampu membantu sswa yang lamban belaar - mampu menndaklanut awaban sswa yang kurang memuaskan 4 memlk kemampuan yang terkat dengan penngkatan dr: - mampu menerapkan kurkulum dan metode pengaaran - mampu menambah dan memperluas pengetahuan tentang metode-metode pengaaran Motvas Sswa Motvas merupakan faktor yang memprakasa, memperkuat, dan mempertahankan perlaku (Houston, 1985 dalam Idrs, 2005). Dalam proses pembelaaran motvas mempengaruh hasl belaar sswa. Beberapa hal yang terkat dengan motvas sswa, antara lan: mnat dan ketekunan dalam belaar, mempunya cta-cta, tanggungawab dalam menyelesakan tugas-tugas, dan aktvtas belaar d dalam maupun d luar kelas. Status Sosal Ekonom Orang Tua Unsur-unsur dar status sosal ekonom orang tua sswa yang dgunakan adalah tngkat penddkan formal dan tngkat ekonom orang tua melput: penddkan orang tua, pekeraan, pendapatan, dan tanggungan keluarga. Orang tua yang mempunya tngkat penddkan tngg dmungknkan memotvas dan memberkan perhatan yang lebh bak kepada anaknya dalam belaar. Besarnya pendapatan orang tua erat katannya dengan pemenuhan kebutuhan fasltas belaar sswa. Selan tu, baya yang dkeluarkan orang tua sswa untuk masngmasng sekolah berbeda-beda. Indkasnya semakn favort suatu sekolah semakn tngg baya sekolah yang harus dkeluarkan.

7 7 Fasltas Belaar Fasltas belaar adalah sarana dan prasarana yang dgunakan untuk menunang proses pembelaaran dengan tuuan supaya sswa lebh mudah memaham mater yang dpelaar. Dengan terseda dan penggunaan yang efektf dar fasltas belaar dharapkan dapat menunang pencapaan hasl belaar yang maksmal. Mutu Masukan Proses seleks masuk SMU pada umumnya hanya menggunakan Nla Ebtanas Murn (NEM) SLTP. Tngg rendahnya rata-rata NEM sswa yang dterma d setap sekolah berbeda-beda, hal n dmungknkan karena tergantung dar mutu sekolah dan standar nla yang telah terbentuk pada penermaan tahuntahun sebelumnya. Mutu sekolah salah satunya serng dhubungkan dengan ratarata NEM sswa yang dterma. Mutu lulusan SMU yang dhaslkan umumnya sealan dengan NEM sswa pada enang SLTP. Dagram Kotak Gars Dagram kotak gars (boxplot) merupakan salah satu teknk untuk memberkan gambaran tentang lokas pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemrngan pola sebaran. Gambaran tersebut dtamplkan dalam bentuk kotak (persegpanang) yang pada kedua ssnya membuur gars. Ukuran panang kotak dan gars berdasarkan rngkasan 5 angka, yatu: nla mnmum, kuartl pertama, medan atau kuartl kedua, kuartl ketga, dan nla maksmum dar data yang sudah durutkan. Nla maksmum Kuartl ketga (Q 3 ) Medan (Me/Q 2 ) Kuartl pertama (Q 1 ) Nla mnmum Gambar 1 Poss rngkasan 5 angka dalam dagram kotak gars.

8 8 Letak dar Q 1 dan Q 3 membatas kotak sedangkan medan (Me) d dalam kotak, hal n menunukkan bahwa 50% data menyebar d dalam kotak dan ssanya terbag sama banyak menyebar dsektar gars atas dan bawah kotak. Data yang terletak d atas Batas Atas (BA) atau d bawah Batas Bawah (BB) dnamakan penclan (outler), dengan BB = Q 1-1.5(Q 3 - Q 1 ) dan BA = Q (Q 3 - Q 1 ). Analss Komponen Utama Teknk dalam Analss Komponen Utama (AKU, Prncpal Component Analyss) adalah mereduks hmpunan peubah asal yang salng berkorelas menad hmpunan peubah baru (Komponen Utama/KU) yang tdak salng berkorelas dan dapat menelaskan sebagan besar keragaman dar peubah asal (Jollffe, 2002). KU yang dperoleh merupakan fungs dar peubah asal. Pereduksan n bertuuan untuk mengurang dmens dar hmpunan peubah asal sehngga dapat mempermudah dalam memberkan nformas secara vsual. Msalnya X ' = ( X1, X2,..., X p ) koragam Σ = [σ ]. Komponen utama pertama dar X adalah: adalah vektor peubah asal dengan matrks KU 1 = a'x 1 (1.1) Vektor a 1 dplh sehngga ragam KU 1 maksmum dengan kendala a'a 1 1 = 1. Dengan menggunakan cara pemaksmuman berkendala Lagrange, L a, λ = a ' Σ a λ a ' a 1 (1.2) ( ) ( ) dperoleh a1 sebaga egenvektor yang berpadanan dengan λ 1 egennla terbesar pertama dar Σ. Untuk KU dcar dengan langkah yang sama dtambah kendala bahwa KU dan KU ( < ; = 2, 3,, p; = 1, 2,, p-1) tdak salng berkorelas, akan dperoleh egenvektor-egenvektor a 2, a 3,..., a p yang berpadanan dengan egennla λ 2 λ 3... λp dar matrks Σ. Egennla ke- merupakan ragam dar KU, sehngga total keragamannya adalah: tr ( ) p Σ = λ. (1.3) = 1 Skor KU dperoleh dar perkalan egenvektor dengan vektor amatannya. Msalnya matrks data n X p d mana X ' = [ x1, x2,..., x n ], skor KU ke- dar

9 9 obek ke- adalah y = a' x dengan y' = ( y 1, y 2,..., y p ) merupakan data pengamatan dar p peubah baru pada obek ke-. KU 1 memberkan keragaman terbesar pertama, KU 2 memberkan keragaman kedua terbesar, dan seterusnya. Jka peubah asal mempunya ragam berbeda, maka besarnya koefsen peubah ragam yang terbesar mendomnas KU 1. Umumnya matrks koragam yang dgunakan adalah matrks korelas apabla satuan pengukuran peubah-peubahnya tdak sama atau besaran ragam yang cukup auh berbeda. Dengan demkan terlebh dahulu setap peubah dtransformas sehngga masng-masng mempunya rata-rata 0 dan ragam 1. Jka matrks koragam atau matrks korelas tdak dketahu, maka matrks tersebut dduga menggunakan data asal. Salah satu metode yang dgunakan sebaga acuan untuk menentukan banyaknya KU yang dplh (msalnya: k) adalah propors kumulatf keragaman, yatu: k = 1 p = 1 λ λ x 100% ; k = 1, 2,..., p. (1.4) Dalam menentukan batas mnmum persentase keragaman tdak ada ketentuan yang baku, sebagan penelt menggunakan batas mnmum 80% untuk menentukan banyaknya KU. Jka k 3, maka konfguras obek dapat dgambarkan dalam ruang. Analss Bplot Analss bplot dperkenalkan oleh Gabrel pada tahun Analss n dkenal sebaga salah satu teknk statstka dengan penyaan melalu grafk yang berasal dar matrks data ke dalam suatu plot dengan menggabungkan atau menumpangtndhkan vektor-vektor dalam ruang berdmens kecl. Pada umumnya menggunakan dua dmens untuk mewakl vektor-vektor bars (msalnya sebaga gambaran obek) dan vektor-vektor kolom (gambaran peubah). Dengan peragaan secara grafk dar analss bplot n dharapkan dapat dperoleh nformas tentang:

10 10 1 Kedekatan antar obek, yatu obek mempunya kemrpan dengan obek lan yang dtunukkan dengan poss obek-obek tersebut. 2 Keragaman peubah, yatu dengan membandngkan panang vektor peubah. Peubah dengan keragaman kecl dgambarkan dengan vektor yang pendek, sebalknya ka keragamannya besar dgambarkan dengan vektor yang panang. 3 Korelas antar peubah, dalam hal n peubah dgambarkan sebaga vektor. Dua peubah berkorelas postf dgambarkan sebaga dua vektor dengan arah yang sama atau membentuk sudut lancp. Sedangkan dua peubah berkorelas negatf dgambarkan sebaga dua vektor dengan arah yang berlawanan atau membentuk sudut tumpul. Apabla sudut yang dbentuk sku-sku, maka dua peubah tersebut tdak salng berkorelas. 4 Keterkatan peubah dengan obek. Obek yang letaknya sephak dengan arah vektor peubah, menunukkan obek tersebut nlanya d atas rata-rata, ka berlawanan berart nlanya d bawah rata-rata, dan ka hampr d tengahtengah berart nlanya mendekat rata-rata. Analss bplot ddasarkan pada Dekomposs Nla Sngular (DNS) atau Sngular Value Decomposton (SVD) dar matrks data yang sudah terkoreks terhadap rata-ratanya. Msalnya matrks * X adalah matrks data peubah ganda yang terdr dar n obek dan p peubah. Selanutnya matrks X * dlakukan transformas terhadap nla rata-ratanya dperoleh matrks X, 1 * X= X ( 1X ) (1.5) n d mana 1 adalah matrks yang semua unsurnya bernla 1. Matrks koragam (S) dar matrks X adalah: 1 S= X' X (1.6) n - 1 Msalnya matrks R = [r ], = 1, 2,, n; = 1, 2,, p adalah matrks korelas dar matrks X, maka matrks tersebut dapat dtuls: -1/ 2 1/ 2 R= D S D (1.7)

11 11 d mana /2 D = dag,,..., adalah matrks dagonal dengan s11 s22 s pp unsur dagonal utama 1/ s ; = 1, 2,..., p (Johnson dan Wchern, 2002). Unsur r uga merupakan cosnus sudut θ antara vektor peubah ke- dan ke-: Msalnya matrks X = x1' 2' x, maka: ' xn arak Eucld antara obek ke- dan ke- adalah: cos(θ) = r. (1.8) (, ) ( ) '( ) d x x = x x x x, (1.9) dan arak Mahalanobs antara obek ke- dan ke- adalah: d 1 (, ) = ( ) ' S ( ) x x x x x x. (1.10) Apabla matrks X berpangkat r (r p n) dapat dnyatakan sebaga nxp = nu ' rlra p (1.11) Matrks U dan A merupakan matrks ortonormal kolom, d mana UU ' = AA ' = Ir (matrks denttas berdmens r). Matrks A adalah matrks yang kolom-kolomnya merupakan egenvektor a yang berpadanan dengan egennla λ dar matrks XX, ' A = [a 1, a 2,, a r ]. Matrks U adalah matrks yang kolom-kolomnya merupakan egenvektor-egenvektor yang berpadanan dengan egennlaegennla dar matrks XX '. Xa1 Xa2 Xa r U=,,..., λ1 λ2 λ r (1.12) Sedangkan matrks L adalah matrks dagonal yang unsur-unsur dagonalnya merupakan akar dar egennla-egennla tak nol matrks yatu = dag ( λ1, λ2,..., λ r ) XX ' atau matrks XX ', L, d mana nla-nla dar λ memenuh sfat λ1 λ2... λ r > 0 dan λ dsebut nla sngular/sngular value (Marda et al., 1979).

12 12 Dalam Jollffe (2002), defnskan L α untuk 0 α 1, adalah matrks α α α dagonal dengan elemen-elemennya λ1, λ2,..., λ, defns yang sama r untuk L 1-α 1 α 1 α 1 α dengan elemen-elemennya λ1, λ2,..., λ dan ka G = UL α, r 1-α H ' = L A', maka: X= U L A' α 1-α = U L L A' = G H ' dan elemen ke-(, ) dar matrks X dapat dtuls: x (1.13) = g ' h (1.14) g ' merupakan vektor bars ke- dar matrks G, = 1, 2,, n dan h ' merupakan vektor bars ke- dar matrks H, = 1, 2,, p; d mana vektor g dan mempunya r elemen. Untuk menggambarkan X pada ruang berdmens k < r dapat ddekat dengan suatu matrks berpangkat k, yatu: Xˆ = G H' ( k) ( k) ( k) α 1 α = ( U( ) L( )) L ( ) A' k k k ( k) ( ) h (1.15) Pada umumnya dgunakan k = 2, sehngga koordnat-koordnat G dan H dapat dgambarkan dalam ruang berdmens dua (Lpkovch dan Smth, 2002). Nla-nla α dapat dgunakan pada ksaran [0,1], tetap pengamblan pada nla-nla tertentu, yatu: α = 0 dan α = 1 akan bermplkas pentng dalam nterpretas bplot. a Jka α = 0, maka G = U dan H' = LA ', akbatnya: sedangkan h' h ( n ) = 1 s ( ) ( GH ) X' X = GH' ' ' = HG ' GH ' = HU ' UH ' = HH' (1.16) XX ' mempunya hubungan sepert (1.6), berart hasl perkalan, dengan demkan penggandaan ttk antara vektor h dan akan memberkan gambaran koragam antara peubah ke- dan ke-. Panang h vektor h = n 1 s, s = s menggambarkan keragaman peubah ke-.

13 13 Korelas antara peubah ke- dan ke- delaskan oleh cosnus sudut antara h dan h, yatu: h' h cosθ = h h s = s s = r (1.17) d mana r adalah korelas antara peubah ke- dengan ke-. Berdasarkan sudut yang dbentuk antara vektor h dan h, korelas antara peubah ke- dan ke- dapat delaskan sebaga berkut: 1 semakn besar korelas postfnya ka θ mendekat 0, dan korelas sama dengan 1 ka θ = 0, 2 semakn besar korelas negatfnya, ka θ mendekat π, dan korelas sama dengan -1 ka θ = π, dan 3 semakn kecl korelas postf dan negatfnya, ka θ mendekat π/2, dan tdak berkorelas apabla θ = π/2. Selan tu, ka X berpangkat p maka, ' -1 x x S x x = n 1 g g ' g g, berart kuadrat arak Eucld ( ) ( ) ( )( ) ( ) antara vektor g dan g pada bplot sebandng dengan kuadrat arak Mahalanobs antara vektor x dan x (Sswad dan Suharo, 1999). b Jka α = 1, maka G = UL dan H' = A ', atau H= A; HH ' = AA ' =I akbatnya: ( )( ) XX' = GH' GH' ' = GH ' HG ' = GA ' AG ' = GG'. Berart ( ) '( ) = ( )'( ) (1.18) x x x x g g g g, atau kuadrat arak Eucld antara x dan x akan sama dengan kuadrat arak Eucld antara g dan g. Selan tu, koordnat-koordnat g dan h masng-masng merupakan skor dan koefsen komponen utama pada analss komponen utama.

14 14 Untuk α (0,1), maka nterpretas pada korelas serta arak Eucld dan Mahalanobs tdak berlaku, sedangkan poss relatf g dan mencermnkan mengena besaran obek ke- pada peubah ke- ( x ' ) = g h. h mash Ukuran Kesuaan Bplot Menurut Gabrel (2002), bplot tdak hanya sebaga pendekataan matrks data X dengan menggunakan matrks GH ', tetap uga koragam dan korelas antar peubah, serta kemrpan antar obek. Hasl perkalan pendekatan dar matrks peubah, sedangkan matrks HH ' sebaga XX ' dperoleh ragam-koragam dan korelas antar GG ' pendekatan bag XX ' dperoleh ukuran kemrpan antar obek. Selanutnya Gabrel mengemukakan ukuran kesuaan bplot (Goodness of Ft of Bplot) sebaga ukuran pendekatan, dalam bentuk sebaga berkut: 1 Kesuaan data: GF( XGH, ') 2 Kesuaan peubah: GF( XXHH ', ') 3 Kesuaan obek: GF( XX', GG' ) = tr = 2 tr ( XGH ' ') ( X' X) tr ( HG' GH' ) 2 tr ( XXHH ' ') tr ( XX ' XX ' ) tr ( HHHH ' ') 2 tr ( XX' GG' ) ( XX' XX' ) tr ( GG' GG' ) (1.19) (1.20) = (1.21) tr Untuk menelusur kesuaan konfguras data asal peubah tertentu dengan proyeksnya pada vektor peubah tersebut dalam bplot dgunakan koefsen korelas Pearson (r). d mana, n = 1 r = n ( x- x)( y- y) n 2 2 ( x- x) ( y- y) = 1 = 1 x : data asal peubah tertentu obek ke-, y : proyeks obek ke- pada vektor peubah tersebut dalam bplot, n x = 1 x n, dan =1 n y= 1 y n =1 (1.22)

15 15 Untuk kesuaan perngkat obek dgunakan propors dar obek yang perngkatnya sesua dengan perngkat pada data asal peubah tertentu. Sedangkan kesuaan perngkat koefsen korelas peubah terhadap peubah tertentu, dgunakan propors dar peubah pada bplot yang perngkat korelasnya terhadap peubah tertentu sesua dengan perngkat korelas peubah terhadap peubah tertentu tersebut pada data asal.

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subek, Waktu dan Jens Peneltan Pada bagan n akan dbahas tentang tempat peneltan, waktu peneltan dar perencanaan sampa penulsan hasl peneltan, serta ens peneltan n.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN Latar elakang Sekolah merupakan salah satu bagan pentng dalam penddkan Oleh karena tu sekolah harus memperhatkan bagan-bagan yang ada d dalamnya Salah satu bagan pentng yang tdak dapat dpsahkan

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMETAAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL SMA DAN AKREDITASI SEKOLAH. Charles E. Mongi 1)

PEMETAAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL SMA DAN AKREDITASI SEKOLAH. Charles E. Mongi 1) PEMETAAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL SMA DAN AKREDITASI SEKOLAH Charles E. Mong 1) 1) Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Samratulang, Manado emal: charlesmong@ymal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 07 Sfat-sfat Operas Perkalan Modular pada raf Fuzzy T - 3 Tryan, ahyo Baskoro, Nken Larasat 3, Ar Wardayan 4,, 3, 4 Unerstas Jenderal Soedrman transr@yahoo.com.au

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci