EKSPERIMEN EFEK FOTO LISTRIK BERBASIS SIMULASI PhET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSPERIMEN EFEK FOTO LISTRIK BERBASIS SIMULASI PhET"

Transkripsi

1 9 EKSPERIME EFEK FOTO LISTRIK BERBASIS SIMULASI PhET (1 Kharl Anwar, ( M. Isnan, (3 Lnda Sekar Utam (1 Dosen Program Stud Penddkan Fska Unv. Muhammadyah Mataram (emal : harl_physc@yahoo.com ( (3 Dosen Program Stud Penddkan Fska Unv. Muhammadyah Mataram ABSTRAK Matakulah fska modern harus dtunjang dengan praktkum atau ekspermen. Banyak gejala fska yang sult damat secara langsung karena ersfat astrak, sepert efek foto lstrk. Selan tu peralatan-peralatan ekspermen yang dgunakan sangat mahal secara ekonom. Untuk mengatas hal terseut, dapat dgunakan eerapa alat antu ekspermen erupa meda smulas erass komputer, dantaranya PhET (Physcs Educaton Tecnology. Oleh karena tu telah dlakukan pengujan meda PhET dengan spesfkas smulas efek foto lstrk seaga alat ekspermen untuk menentukan konstanta Planck (h dan menunjukkan apakah energ knetk foto-elektron ergantung pada ntenstas cahaya atau tdak. Panjang gelomang dar suatu cahaya dtetapkan dar suatu panel pemlhan fungs cahaya pada perangkat lunak, kemudan data tegangan alk (V dtentukan sesua dengan laju energ knetk elektron yang ergerak menuju anoda. Selanjutnya untuk menngkatkan keteltan, data matemats elektronvolt (ev dengan seperpanjang gelomang cahaya ( 1/ danalss dengan metode regres lner. Perhtungan regres untuk memperoleh nla kemrngan grafk dlakukan dengan program Ms. excel. Hasl analss menunjukkan ahwa meda smulas PhET memerkan tngkat keteltan yang ak pada penentuan tetapan Planck seesar (6,8 ±, J.s. Sedangkan energ knetk foto-elektron dtunjukkan ahwa tdak ergantung pada ntenstas cahaya. Dapat dnyatakan ahwa dengan meda PhET dapat memuktkan nla tetapan Planck dan menngkatkan ketramplan proses dalam pemelajaran, sehngga dharapkan dapat mamantu dalam memaham konsep dan teor efek foto lstrk secara mudah, cepat, dan prakts. Kata Kunc : Smulas PhET, Efek foto lstrk, Konstanta Planck, dan Regres lner. Pendahuluan Pemelajaran fska dan sans tdak sa lepas dar teknolog yang semakn lama semakn erkemang. Sehuungan dengan hal tu metode pemelajaran fska harus dapat dsesuakan dengan keadaan dan sstem-sstem yang erass teknolog, salah satunya yang erhuungan dengan laoratorum khususnya dalam hal ekspermen. Seagamana Edgar Dale mengutarakan ahwa pengalaman yang palng ermakna adalah pengalaman langsung dan ertujuan, suatu pengalaman langsung melhat enda atau perstwa asl namun telah drencanakan terleh dahulu, sehngga para mahasswa akan mendapatkan hasl kelmuan, nla dan skap yang optmal (Supryad, :3. Ekspermen adalah salah satu cara yang tepat untuk memudahkan memaham suatu teor, sehngga mahasswa mampu mencar dan menemukan sendr eraga jawaan atas persoalan-persoalan yang dhadapnya melalu percoaan atau kegatan praktkum, sehngga kelak akan terasa untuk erfkr lmah (Roestyah, 8:35. Sesua dengan kurkulum perguruan tngg, matakulah fska modern harus dtunjang dengan praktkum atau ekspermen. Oleh karena dalam fska modern Dasar Teor terdapat teor tentang efek foto lstrk, maka ekspermen untuk menggamarkan prosesnya sangat dperlukan secara vsual atau nyata untuk mengatas teor-teor yang astrak. Dalam laoratorum, anyak fenomena alam (gejala fska yang sult untuk damat secara langsung karena ersfat astrak (sepert mengamat karakterstk gerak elektron dalam suatu konduktor, selan tu peralatan-peralatan ekspermen yang dgunakan sangat mahal secara ekonom. Untuk mengatas hal terseut, dapat dgunakan eerapa alat antu ekspermen atau meda smulas erass komputer, dantaranya PhET (Physcs Educaton Tecnolog. Meda pemelajaran yang erass teknolog yang secara umum termasuk dalam teknolog nformas, ak yang sederhana dan mudah dgunakan mash sangat dperlukan guna penngkatan ketramplan proses dalam penddkan. Meda pemelajaran IT (Tecnology Informaton dharapkan dapat mamantu dalam memaham konsep dan teor fska secara mudah, cepat dan prakts.

2 1 PhET (Physcs Educaton Technology Dalam Okmustava, (8:38, Physcs Educaton Technology (PhET adalah software (perangkat lunak atau program smulas fska yang mudah untuk dpelajar. Kta dapat mengamat, menghtung, mengukur, menghuungkan ruang dan waktu, memuat hpotess, merancang ekspermen, mengendalkan varael, memuat kesmpulan sementara, menerapkan, mengkomunkaskan data dan mengajukan pertanyaan. Physcs Educaton Technology juga merupakan program aplkas yang terdr dar Java dan Flash yang saat n sedang dkemangkan dalam duna penddkan. Dalam perangkat lunak n terdapat eerapa smulas fska, dantaranya adalah moton, work, energy and power, heat and thermo, electrcty and crcuts, lght and radaton, quantum phenomena, serta match and tools, yang dgunakan seaga meda pemelajaran prakts, nteraktf dan mencakup eerapa konsep fska. Smulas yang dgunakan dalam makalah n adalah efek foto lstrk dengan entuk programnya sepert yang dtunjukkan pada Gamar 1. Physcs Educaton Technology menyedakan fasltas yang memungknkan kta untuk melakukan percoaan sepert ekspermen fska sesungguhnya, juga menyedakan eraga kemudahan dalam melakukan ekspermen. Penggunaan PhET smulas secara umum dapat mempermudah pengajar, mahasswa, dan pelajar khususnya tentang penjelasan mater efek foto lstrk. Gamar 1. Smulas efek foto lstrk dengan perangkat lunak PhET. Efek Foto Lstrk Efek fotolstrk adalah suatu proses dmana suatu cahaya dengan frekuens cukup tngg mengena permukaan seuah logam, sehngga dar permukaan logam tu terpancar elektron. Gamar. memer lustras jens alat yang dpaka dalam ekspermen efek foto lstrk. Gamar. Rangkaan ekspermen efek foto lstrk. Taung yang dvakumkan ers dua elektroda yang dhuungkan dengan rangkaan eksternal, dengan kepng logam yang permukaannya mengalam radas dpaka seaga anoda. Seagan dar elektron yang muncul dar permukaan yang mengalam radas mempunya energ yang cukup untuk mencapa katoda. Ketka potensal perntang V dtamah, leh sedkt elektron yang mencapa katoda dan arusnya menurun. Seterusnya ketka V sama atau meleh suatu harga V, maka tdak ada elektron yang mencapa katoda dan arus terhent (nol. In merupakan suatu temuan dmana pada masa tu tahun 1887 Henrch Rudolf Hertz menemukan fenomena efek Fotolstrk yang memngungkan para fskawan waktu tu. amun serngnya waktu, fenomena tu dapat djawa oleh seorang fskawan Ensten yang kemudan dekspermenkan kemal oleh Mlkan pada tahun Seuah logam ketka der cahaya akan melepaskan elektron, yang akan menghaslkan arus lstrk jka dsamung ke rangkaan tertutup. Jka cahaya adalah gelomang sepert yang telah dpredkskan oleh fska klask, maka seharusnya semakn tngg ntenstas cahaya yang derkan maka semakn esar arus yang terdeteks. amun hasl ekspermen menunjukkan ahwa walaupun ntenstas cahaya yang derkan maksmum, elektron tdak muncul juga dar plat logam. Tetap ketka derkan cahaya dengan panjang gelomang yang leh pendek (frekuens leh tngg, ke arah warna ungu dar spektrum cahaya dar seelumnya, ta-ta elektron lepas dar plat logam sehngga terdeteks arus lstrk, padahal ntenstas yang derkan leh kecl dar ntenstas seelumnya. In erart energ yang

3 11 dutuhkan oleh plat logam untuk melepaskan elektronnya tergantung pada panjang gelomang. Fenomena n tdak dapat djelaskan oleh para fskawan pada waktu tu. Kalau cahaya tu memang enar-enar gelomang, yang memlk sfat kontnyu, ukankah seharusnya energ yang sa dserap darnya sa ernla erapa saja?, tap ternyata hanya jumlah energ tertentu saja yang sa dserap untuk melepaskan elektron eas. Teka-tek n akhrnya djawa oleh Alert Ensten, yang mengemukakan ahwa cahaya terkuantsas dalam gumpalangumpalan partkel cahaya yang dseut foton. Energ yang dawa oleh foton seandng dengan frekuens cahaya dan tetapan yang dseut konstanta Planck (E = h f. Dutuhkan seuah foton dengan energ yang leh tngg dar energ katan elektron untuk melepaskan elektron keluar dar plat logam. Ketka frekuens cahaya yang derkan mash rendah, maka walaupun ntenstas cahaya yang derkan maksmum, foton tdak memlk cukup energ untuk melepaskan elektron dar katannya. Tap ketka frekuens cahaya yang derkan leh tngg, maka walaupun terdapat hanya satu foton saja (ntenstas rendah dengan energ yang cukup, foton terseut mampu untuk melepaskan satu elektron dar katannya. Intenstas cahaya dnakkan erart akan semakn anyak jumlah foton yang dlepaskan, akatnya semakn anyak elektron yang akan lepas. Menurut teor gelomang, gelomang cahaya menyear dar suatu sumer dengan meramatkan energ secara kontnyu ke seluruh pola gelomang. Sealknya, menurut teor kuantum, cahaya menyear dar sumernya dengan meramatkan energ secara terkuantsas, erupa paket-paket gelomang. Pada awal mulanya, teor kuantum dawal dengan fenomena radas enda htam. Apala seuah enda dpanaskan akan mengeluarkan radas (msalnya dtanda dengan terpancarnya snar yang erwarna-warn. Dalam keadaan setmang maka cahaya yang akan dpancarkan akan tersear pada seluruh spektrum frekuens (f dan panjang gelomang ( per satuan luas per satuan waktu. Tahun 1887, Hertz dalam ukunya Sregar menyatakan ahwa apa la suatu cahaya dkenakan pada suatu lapsan logam tertentu maka akan terjad lucutan elektron dar permukaan logam terseut. Gejala n dkenal dengan efek foto lstrk (Sregar, 1 :3. Sehuungan dengan pemkran Ensten untuk fenomena n erdasarkan rumusan Planck, telah menguatkan gagasan kuantsas energ Planck untuk dterma sacara luas. Perstwa terlepasnya elektron dar permukaan logam (katoda karena pengaruh energ foton dar luar dseut dengan gejala foto lstrk atau gejala foto elektron (Oktova, 1: 315. Efek fotolstrk damat melalu prosedur dalam Gamar, seaga erkut; dua uah pelat logam (lempengan logam tps yang terpsah dtempatkan d dalam taung hampa udara. D luar taung kedua pelat n dhuungkan satu sama lan dengan kawat yang terpasang amperemeter. Mulamula tdak ada arus yang mengalr karena kedua plat terpsah, ketka cahaya yang sesua dkenakan kepada salah satu pelat, arus lstrk terdeteks pada amperemeter atau galvanometer ( G. In terjad akat adanya elektron-elektron yang lepas dar satu pelat dan menuju ke pelat lan secara ersamasama mementuk arus lstrk. Alran elektronelektron nlah yang menmulkan arus lstrk. Elektron yang terlepas dar permukaan katoda memlk energ knetk yang cukup untuk sampa d anoda. Pada perstwa efek foto lstrk n dseut foto elektron. Aplkas Efek fotolstrk merupakan prnsp dasar dar eraga prant fotonk (photonc devce sepert lampu LED (lght emttng devce dan prant detektor cahaya (photo detector. Cahaya mengena lempeng logam d katoda Elektron dpermukaan katoda terlepas Menuju anoda, ergerak dengan E k (erart ada arus, Grafk ev dengan 1 /, h dtentukan dar sloope grefk hf = E + ev Pasang tegangan perntang!, atur hngga elektron tertahan dan menjad statk/ setmang dalam medum (V =V sehngga =. Gamar 3. Skema proses terjadnya efek foto lstrk.

4 1 Supaya dapat terjad efek foto lstrk (Gamar 3, maka harus dkena erkas cahaya dar luar dan memenuh eerapa persyaratan, dantaranya frekuens erkas cahaya yang menynar katoda harus leh esar dar frekuens amang ahan atau panjang gelomang erkas cahaya yang menynar katoda harus leh kecl dar panjang gelomang amang ahan logam (katoda. Frekuens amang adalah frekuens terkecl yang dperlukan untuk melepaskan elektron dar permukaan logam yang dlamangkan dengan f o, sedangkan panjang gelomang amang adalah panjang gelomang teresar yang dperlukan untuk melepaskan elektron dar permukaan logam. Logam-logam yang erlanan jens akan mempunya frekuens amang dan panjang gelomang amang yang ereda-eda. Bla erkas cahaya yang pengena permukaan logam katoda memlk energ foton hf dan energ amang ahan katodanya adalah hf o maka elektron akan terlepas dar permuakaan logam dengan energ knetk seesar = hf (1 E k hf o dmana, E k : energ knetk elektron yang terlepas hf : energ foton erkas cahaya dar luar hf o : energ amang ahan logam (katoda Persamaan (1 dapat pula dtulskan menjad E k = hf W, dengan W = hf o (seaga fungs kerja. Jad ssa energ hf hf seesar ( dapat dpaka untuk melepaskan elektron dar permukaan logam, yang dgunakan menjad energ knetk elektron. Dar penjelasan Ensten dperoleh, Bla hf = hf o maka E k =, untuk f < f o, elektron tdak akan lepas dar katan on permukaan ahan logam. Sehngga supaya dapat terjad efek foto lstrk, maka f > f o atau haruslah < o. Beda potensal antara katoda dan anoda (V seandng dengan energ knetk elektron yang terlepas. Jad, ev = E. Untuk cahaya dengan frekuens f, kenakan ntenstas penynaran hanya erart kenakan jumlah foton yang masng-masng mempunya energ hf, karena satu foton hanya dapat dserap oleh satu elektron, maka kenakan jumlah foton n sama sekal tdak mempengaruh esarnya E k, malankan hanya menamah jumlah elektron yang terlepas dar permukaan keepng logam. k Bla yang dketahu adalah panjang gelomang amang logam, dan panjang gelomang erkas cahaya dar luar, maka persamaan (1 dapat menjad hc hc = ( E k o Dalam (Sregar, 1 : 4, hasl percoaan Mlkan untuk efek fotoelektrk pada natrum dperoleh kemrngan gars adalah h/e, penentuan ekspermental dar kemrngan n memerkan suatu cara untuk menentukan tetapan Planck. Perpotongannya dengan sumu datar memerkan frekuens puncak, tetap pada saat Mlkan melakukan percoaannya, potensal kontak elektrodaelektroda tdak dketahu secara tepat sehngga skala vertkal tergeser eerapa persepuluh volt, namun kemrngan kurva tdak terpengaruh oleh koreks n. Menurut Planck, cahaya terdr atas catu-catu energ yang dseut foton (photon dmana energ tap fotonnya adalah: E p = h f, (3 dengan h konstanta Planck dan f frekuens cahaya. Menurut Ensten, tap foton ernteraks dengan satu elektron dan erlaku, E = E + E (4 p k dmana E energ elektron pada logam, dan E k energ knetk maksmum elektron foto untuk ergerak menuju anoda. Dar persamaan tu dapat dsmpulkan ahwa energ knetk elektron tdak ergantung pada ntenstas cahaya, melankan pada frekuens cahaya. Jka dkenakan tegangan alk V maka tdak semua elektron dapat mencapa anoda akatnya kuat arus yang dtunjukkan amperemeter akan turun, jka tegangan alk dperesar sampa ke suatu nla V (yatu, V = V dan ternyata amperemeter menujukkan nol (I =, n erart esarnya tegangan alk elektron sama dengan esarnya energ knetk yang memawa elektron menuju anoda, yatu ev = E k (5 untuk e = 1, C. Karena energ knetk tdak ergantung pada ntenstas, n erart V ergantung pada frekuens atau panjang gelomang saja, maka Pers. (4 menjad c h = E + ev (6

5 13 Metode Peneltan Suatu cahaya dengan ntenstas tertentu dan panjang gelomang ( yang d uah-uah dtetapkan dar suatu panel pemlhan fungs cahaya pada perangkat lunak PhET, kemudan data tegangan alk (V datur sedemkan hngga setmang dengan laju energ knetk elektron yang ergerak menuju anoda. Selanjutnya data matemats elektronvolt (ev dengan seperpanjang gelomang cahaya ( 1/ danalss dengan metode regres lner, seagamana dtunjukkan dalam Gamar 3. Dengan menguah Persamaan (6 ke entuk persamaan gars lurus, menjad: 1 ev = h c, (7 E maka esarnya konstanta Planck h dperoleh erdasarkan kemrngan (graden grafk antara ev dengan 1. Dar persaman (7 yang sesua persamaan y ˆ = ax +, dmana y = ev ; x = 1/ ; dan a = h c. Maka, h = a / c (8 eserta ralatnya seesar sh sa / c =. (9 dmana a adalah kemrngan grafk yang drumuskan dengan = ( y ( a, (1 y dan ttk potong grafknya adalah: y ( ( y = (11 harga a dan yang telah dperoleh selanjutnya dgunakan untuk mementuk persamaan gars lurus estmas ˆ. y = a + Kesalahan yang muncul saat melakukan estmas adalah ralat aku estmas s ( y ˆ y = y (1 dan ralat aku koefsen a dan adalah sa = s y, (13 x dan, ( s = s y (14 x ( Berdasarkan kemrngan kurva antara ev dengan 1 /, maka konstanta Planck dapat dhtung dengan menggunakan Pers (8, dengan ralat dhtung dengan menggunakan prnsp peramatan ralat pada persamaan (9. Dan rata-rata nla konstanta Planck dar masng-masng cahaya dhtung dengan prnsp rata-rata eroot. 4. Hasl dan Pemahasan Tael 1. Analss data untuk cahaya UV (Ultra Volet, Elektroda : Sodum, dan Intenstas : 1 %.!

6 14 1.4E-18 Grafk huungan tegangan alk elektron Vs seperlamda tegangan alk elektron, ev (C.volt 1.E-18 1E-18 8E-19 6E-19 4E-19 E-19 y = E-5x - 4E-19 R = seperlamda (m -1 Gamar 4. Grafk huungan tegangan alk terhadap seperpanjang gelomang snar UV. Sehngga, Jad,!" #!$ % h = (6,81 ±, &!" #!$ % Tael. Hasl analss data untuk tga jens cahaya (Bahan Plat : Sodum, Intenstas 1%. "#"" % %&' (' " # $ '!" $!(!%" '!" $!(!%" '!" $!(!%" # $ $!(!%" Logam dengan ahan sodum yang dradas oleh snar UV dengan ntenstas 1 % dalam range panjang gelomang seesar (15-35 nm, dmana tanpa derkan tegangan alk menunjukkan semakn esar panjang gelomang yang derkan maka elektron ergerak semakn lamat menuju anoda. Sedangkan pada snar ungu makn esar panjang gelomang yang derkan maka elektron ergerak semakn cepat, akan tetap jumlah elektron yang ergerak semakn erkurang yang dtunjukkan juga pada arus yang semakn kecl. Untuk snar ru dengan panjang gelomang dmula dar 43 nm elektron ergerak dengan sedang, dan ketka panjang gelomang seesar 475 nm elektron ergerak dengan lamat serta eerapa elektron tdak sampa pada anoda dan jumlah elektron sangat sedkt. In dseakan karena energ knetk maksmum pada elektron ergantung pada panjang gelomang, tulah yang menyeakan elektron yang dpancarkan kehlangan energ ketka panjang gelomang dtamahkan karena semakn esar panjang gelomang maka semakn esar energ yang dutuhkan. Hal n sesua dengan fakta ekspermental yang dterangkan teor gelomang cahaya. Dar percoaan n, fakta fakta ternc efek fotolstrk dantaranya ; Jumlah pemancaran elektron ergantung pada ntenstas cahaya.; Laju pemancaran elektron tak ergantung pada panjang gelomang cahaya d awah suatu panjang gelomang tertentu, d atas nla tu harus

7 15 secara erangsur-angsur menurun hngga menjad pada suatu panjang gelomang pancung. Panjang gelomang n c asanya terdapat pada spektrum daerah ru dan ultravolet.; Energ knetk maksmum elektron yang dpancarkan tdak ergantung pada ntenstas cahaya, tetap hanya ergantung pada panjang gelomangnya, energ knetk n ddapat secara lner terhadap frekuens sumer cahaya. Hasl pengamatan terhadap gejala efek fotolstrk memunculkan sejumlah fakta yang merupakan karakterstk dar efek fotolstrk, yatu : 1 Hanya cahaya yang sesua (yang memlk frekuens yang leh esar dar frekuens tertentu saja yang memungknkan lepasnya elektron dar pelat logam atau menyeakan terjad efek fotolstrk (yang dtanda dengan terdeteksnya arus lstrk pada kawat. Frekuens tertentu dar cahaya dmana elektron terlepas dar permukaan logam dseut frekuens amang logam. Frekuens n ereda-eda untuk setap logam dan merupakan karakterstk dar logam tu. Ketka cahaya yang dgunakan dapat menghaslkan efek fotolstrk, penamahan ntenstas cahaya dareng pula dengan pertamahan jumlah elektron yang terlepas dar pelat logam (yang dtanda dengan arus lstrk yang ertamah esar. Tetap, Efek fotolstrk tdak terjad untuk cahaya dengan frekuens yang leh kecl dar frekuens amang meskpun ntenstas cahaya dperesar. 3 Ketka terjad efek fotolstrk, arus lstrk terdeteks pada rangkaan kawat segera setelah cahaya yang sesua dsnar pada pelat logam. In erart hampr tdak ada selang waktu elektron tereas dar permukaan logam setelah logam dsnar cahaya (kurang dar 1-9 detk. Adapun eraga macam snar dan ahan yang dpaka semuanya tdak mempengaruh nla h, atau dengan kata lan nla h sama untuk setap ahan dan snar serta ntenstas yang dpaka. Smpulan dan Saran Berdasarkan hasl ekspermen, nla rata-rata konstanta Planck (h yang dperoleh dengan menggunakan PhET adalah (6,8 ±, J.s, dengan penympangan seesar,55% terhadap nla acuan 6, J.s. Dengan demkan, percoaan dengan menggunakan program PhET dapat memuktkan nla tetapan Planck dengan ak, dan dapat menunjukkan ahwa energ knetk foto-elektron tdak ergantung pada ntenstas cahaya. Untuk tu meda PhET c dapat dgunakan seaga salah satu cara menngkatan ketramplan proses dalam pemelajaran fska, sehngga dharapkan dapat mamantu dalam memaham konsep dan teor fska secara mudah, cepat dan prakts. Daftar Pustaka E. Sregar, Rustam. 1. Teor dan Aplkas Fska Kuantum. Bandung : Wdya Padjadjaran. C. Weman, W. Adams, P. Loelen, and K. Perkns. 9. Teachng physcs usng PhET smulatons. Daml pada tanggal ovemer 11 dar lassroom-use.php. Kamajaya Penuntun Belajar FISIKA 3. Bandung : Ganeca Exact Bandung Krane, Kenneth. 8. Fska Modern. Jakarta : Unverstas Indonesa Press. Okmustava. 8. Pengaruh Cooperatve Learnng Terhadap Prestas Belajar Sswa dalam Pokok Bahasan Hukum Ohm d SMA eger 1 Majenang Tahun Ajaran 7/8. Skrps tdak dtertkan. Program Stud Penddkan Fska. Unverstas Ahmad Dahlan : Yogyakarta. Oktova. 1. Rngkasan Fska Untuk Persapan Seleks Masuk Perguruan Tngg. Jurusan FMIPA : Unverstas Ahmad Dahlan. Roestyah. 8. Strateg Belajar Mengajar. Jakarta : Rneka Cpta. Supryad.. Panduan untuk Merancang Ekspermen Fska Sederhana. Jurdk Fska FMIPA : UY. S. B. McKagan, W. Handley, K. K. Perkns, and C. E. Weman. 8. A Research- Based Currculum for Teachng the Photoelectrc Effect. Amercan Journal of Physcs, n press. Daml pada tanggal ovemer 11 dar php.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi diperkenalkan oleh seorang yang bernama Francis Gulton dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi diperkenalkan oleh seorang yang bernama Francis Gulton dalam BAB LANDASAN TEORI Pengertan Regres Istlah regres dperkenalkan oleh seorang yang ernama Francs Gulton dalam makalah erjudul Regresson Towerd Medacraty n Heredtary Stature Menurut hasl peneltan elau, meskpun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB LANDASAN TEORI Unverstas Sumatera Utara . Pengertan Regres Istlah regres pertama kal dperkenalkan oleh Francs Galtom. Menurut Galtom, analss regres erkenaan dengan stud ketergantungan dar satu varael

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

menyelesaikan permasalahan dalan penulisan.

menyelesaikan permasalahan dalan penulisan. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Ba n mengurakan proses pengolahan data dengan program yang akan dgunakan yatu SPSS yang memantu dalam menyelesakan permasalahan dalan penulsan. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan seaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (8 9). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, ang selanjutna dnamakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN REGRESI LINIER NON PARAMETRIK DENGAN METODE THEIL S

PENYELESAIAN PERSAMAAN REGRESI LINIER NON PARAMETRIK DENGAN METODE THEIL S LPPM Polteknk Bengkals PENELESAIAN PERSAMAAN REGRESI LINIER NON PARAMERIK DENGAN MEODE HEIL S Darsono Staff pengaar Program Stud eknolog Informas Jl. Batn alam Sunga Alam Bengkals darsono@poleng.ac.d Astrak

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Percobaan Faktor Tunggal (RAL, RAKL, RBSL)

Percobaan Faktor Tunggal (RAL, RAKL, RBSL) Percoaan Faktor Tunggal RAL, RAKL, RBSL Faktor Tunggal Dalam RAKL Rancangan Acak Kelompok Lengkap Karakterstk Rancangan Perlakuan yang dcoakan merupakan taraftaraf dar satu faktor tertentu Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2 Solus UTS Mekanka Kuantum Program Stud S Fska Tanggal ujan: 6 Oktoer 7 Dosen: Muhammad Azz Majd, Ph.D. Assten: Ahmad Syahron, S.S. Soal Hamltonan seuah sstem -keadaan two states system dnyatakan dengan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Optimasi Penampang Persegi Panjang pada Elemen Balok Prategang (Studi Kasus pada Hotel Alila Surakarta)

Optimasi Penampang Persegi Panjang pada Elemen Balok Prategang (Studi Kasus pada Hotel Alila Surakarta) Optmas Penampang Perseg Panjang pada Elemen Balok Prategang Stud Kasus pada Hotel Alla Surakarta) Dweky Anugerah 1), Steanus Ad Krstawan 2), Edy Purwanto 3) 1) Mahasswa Program Stud Teknk Spl, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lampau dan pengaruh situasi secara kondisi terhadap perkembangan di masa yang

BAB II LANDASAN TEORI. lampau dan pengaruh situasi secara kondisi terhadap perkembangan di masa yang 8 BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Peramalan.. Pengertan Peramalan Menurut Sofjan Assaur (984, p), peramalan adalah usaha untuk melhat stuas dan konds pada masa yang akan datang dengan memperkrakan hasl masa

Lebih terperinci

WEIBULL TWO PARAMETER

WEIBULL TWO PARAMETER WEIBULL TWO PARAMETER Dalam teor probabltas dan statstk, dstrbus webull merupakan dstrbus probabltas yang berkelanjutan atau kontnyu. Dgambarkan secara detal oleh Walodd Webull pada tahun 1951 meskpun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumer daya kelautan dan perkanan adalah salah satu sumer daya alamyang merupakan aset negara dan dapat memerkan sumangan yang erharga ag keseahteraan suatu angsa termasuk

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER mpermeter, oltmeter dan vometer KEGITN BELJ 1. LNDSN TEOI MPEMETE-OLTMETE-OMETE Dalam Fska Dasar II pada pokok bahasan gaya magnetk dan momen gaya magnetk, telah dbahas mengena bagamana kumparan berarus

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadllah Cjantung Jakarta Tmur Telp. 80078, Fax 877978 REMEDIAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

HANDOUT STATISTIKA LANJUT MAA 315. Oleh : Kismiantini, M.Si. NIP

HANDOUT STATISTIKA LANJUT MAA 315. Oleh : Kismiantini, M.Si. NIP HANDOUT STATISTIKA LANJUT MAA 35 Oleh : Ksmantn, M.S. NIP. 979086 00 00 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI OGAKARTA 0 Unverstas Neger ogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci