4 Hasil dan Pembahasan
|
|
- Iwan Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen rendemen distanoksan hasil sintesis sebesar 80,39%. Sedangkan setelah rekristalisasi, diperoleh persen rendemen yang cukup kecil, yaitu 31,04%. Hal ini disebabkan karena sebagian dari distanoksan tidak larut dalam n-heksan pada saat rekristalisasi meskipun telah dilakukan pemanasan. Bagian yang tidak larut ini kemudian dipisahkan dan tidak digunakan dalam proses selanjutnya. Karakterisasi terhadap distanoksan hasil sintesis dilakukan dengan uji titik leleh dan analisis gugus fungsi menggunakan spektrum infra merah. Dari hasil uji titik leleh, diperoleh titik leleh distanoksan sebesar C. Berdasarkan literatur, titik leleh distanoksan berada pada C. 15 Hal ini berarti titik leleh distanoksan hasil sintesis sesuai dengan titik leleh distanoksan berdasarkan literatur. Spektrum infra merah distanoksan (Gambar 4.1) menunjukkan beberapa gugus karakteristik dari distanoksan. 16 Serapan tajam pada 3448,72 cm -1 diperkirakan karena adanya gugus OH pada garam anorganik. Serapan ini diperkirakan berasal dari R-Sn-O dan R-Sn-Cl dari kompleks distannoksan. Sedangkan puncak serapan pada 2856, ,87 cm -1 dihasilkan oleh vibrasi ulur gugus C-H dari butil. Puncak serapan pada 1458,18 cm -1 dan cm -1 dihasilkan oleh bending dan rocking C-H dari butil. Dari analisis tersebut, dapat dipastikan bahwa distanoksan telah berhasil disintesis dengan baik.
2 105 %T Distanoksan /cm Gambar 4. 1 Spektrum infra merah distanoksan 4.2 Sintesis PVL dan Kopolimer Sebelum sintesis PVL, terlebih dahulu dilakukan pemansan katalis distanoksan pada suhu 80 0 C selama 3 jam. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan dari katalis distanoksan. Sintesis PVL dilakukan dalam reaktor polimerisasi dalam kondisi vakum pada suhu C selama 4 jam. Tujuan dilakukan dalam kondisi vakum adalah untuk menghindari kehadiran oksigen atau uap air yang dapat mengganggu reaksi polimerisasi. Kehadiran oksigen dapat menghambat aktivitas dari katalis dan memungkinkan terjadinya proses autooksidasi. Hal ini dapat menghambat terbentuknya polimer sehingga polimerisasi berjalan tidak sempurna. Sintesis PVL telah dilakukan dengan perbandingan mol monomer terhadap mol katalis (DPn) sebesar 500. Persen rendemen dari PVL hasil sintesis diperoleh sebesar 73,86%. Pengurangan massa bisa terjadi pada saat pemurnian polimer atau bisa juga disebabkan karena proses polimerisasi yang tidak sempurna. 24
3 Proses kopolimerisasi dilakukan pada reaktor polimerisasi yang sama dengan reaktor yang digunakan untuk sintesis PVL. Kopolimerisasi dilakukan dalam kondisi vakum, dengan cara penambahan monomer stiren dan inisiator BPO setelah terbentuk PVL terlebih dahulu dengan perbandingan komposisi bervariasi. Pada penelitian ini kopolimerisasi dilakukan dengan perbandingan mol stiren/katalis (DPn) sebesar 500 dan variasi komposisi antara polistiren dengan PVL. Perbandingan massa stiren/pvl yang digunakan pada kopolimerisasi adalah 9/1, 8/2, 7/3, dan 5/5. Persen rendemen kopolimer yang diperoleh tercantum pada Tabel 4.1. Tabel 4. 1 Nilai persen rendemen kopolimer No Kopolimer Stiren Distanoksan PVL (gram) (Stiren/PVL) (gram) (gram) % Rendemen 1 9/1 2,863 0,3186 0, ,57% 2 8/2 2,545 0,6365 0, ,42% 3 7/3 2,227 0,9545 0, ,35% 4 5/5 2,50 2, % Rendemen kopolimer cenderung menurun dengan meningkatnya PVL yang digunakan. Hasil ini dapat disebabkan berkurangnya massa PVL pada proses pemurnian. Pada proses pemurnian, PVL berupa serbuk padatan yang halus sehingga kemungkinan sebagian dari PVL lolos pada proses penyaringan. Hasil pengukuran berat molekul dengan menggunakan metode viskometri menunjukkan bahwa semakin banyak komposisi PVL dalam kopolimer, maka semakin besar nilai berat molekul kopolimer tersebut. Peningkatan nilai berat molekul menunjukkan bahwa kopolimerisasi telah terjadi. Tabel 4. 2 Nilai berat molekul polistiren dan kopolimer No Keterangan Berat molekul rata-rata viskositas (gram/mol) 1 Polistiren ,88 2 Kopolimer Stiren/PVL = 9/ ,70 3 Kopolimer Stiren/PVL = 8/ ,39 4 Kopolimer Stiren/PVL = 7/ ,70 25
4 4.3 Analisis Spektrum Infra Merah Analisis gugus fungsi melalui spektrum infra merah dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi dan struktur kopolimer yang dihasilkan. Polistiren mempunyai tiga puncak karakteristik yaitu puncak serapan ulur =C-H aromatik pada daerah bilangan gelombang cm -1, puncak serapan ulur cincin benzen pada daerah bilangan gelombang cm -1 dan puncak serapan ulur benzen monosubstitusi pada daerah bilangan gelombang cm ,18 Sedangkan beberapa gugus karakteristik yang dimiliki PVL adalah gugus CO ester pada daerah bilangan gelombang cm -1 dan gugus CH alkana pada daerah bilangan gelombang cm Spektrum infra merah PVL (Gambar 4.2) menunjukkan adanya gugus fungsi karakteristik dari PVL, yaitu gugus CO ester pada daerah bilangan gelombang 1728,22 cm -1 dan gugus CH alkana pada daerah bilangan gelombang 2958,80 cm -1. Disamping itu, teramati juga puncak serapan gugus OH pada bilangan gelombang 3439,08 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus OH ujung dari PVL. Dari hasil ini, dapat dipastikan bahwa PVL memang telah terbentuk. 90 %T PVL /cm Gambar 4. 2 Spektrum infra merah PVL 26
5 Pada spektrum infra merah dari kopolimer dengan komposisi stiren/pvl = 9/1 (Gambar 4.2), muncul beberapa gugus fungsi yang merupakan gabungan dari gugus fungsi karakteristik dari polistiren dan PVL. Puncak serapan =C-H aromatik muncul pada daerah bilangan gelombang 3026,31 cm -1 dan 3059,10 cm -1, puncak serapan ulur cincin benzen pada daerah bilangan gelombang 1600,92 cm -1, puncak serapan ulur benzen monosubstitusi pada daerah bilangan gelombang 698,23 cm -1 dan 754,17 cm -1, puncak serapan gugus CO ester pada daerah bilangan gelombang 1730,15 cm -1, dan puncak serapan gugus CH alkana pada daerah bilangan gelombang 2924,09 cm %T Kopolimer 9: /cm Gambar 4. 3 Spektrum infra merah kopolimer stiren/pvl = 9/1 Spektrum infra merah untuk kopolimer lainnya memperlihatkan puncak serapan karakteristik yang hampir sama, hanya berbeda intensitasnya (lampiran A). Nilai-nilai puncak serapan spektrum FTIR dari PVL dan kopolimer dapat terlihat pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa setiap kopolimer memberikan spektrum yang hampir sama pada puncak-puncak karakteristik dari polistiren dan PVL. Hal ini membuktikan bahwa kopolimer yang terbentuk memang mengandung polistiren dan PVL. 27
6 Tabel 4. 3 Data analisis spektrum infra merah PVL Bilangan gelombang (cm -1 ) Kopolimer Stiren/PVL 9/1 8/2 7/3 5/5 Keterangan 2958, , , , ,01 -C-H alkana 1728, , , , ,22 -CO ester , , , ,38 =C-H aromatic , , , ,92 Ulur cincin benzene - 754,17 754,17 752,24 748,38 Benzen monosubstitusi 4.4 Analisis Kristalinitas Analisis kristalinitas bertujuan untuk mengetahui besarnya derajat kristalinitas dari kopolimer. Besarnya derajat kristalinitas ini ditentukan dengan menggunakan alat difraksi sinar-x. Penentuan derajat kristalinitas dilakukan dengan cara membandingkan luas puncak-puncak fasa kristalin terhadap luas puncak total yang ada pada difraktogram. Gambar 4.4 menunjukkan difraktogram dari PVL dan kopolimernya pada berbagai komposisi. Difraktogram untuk masingmasing komposisi secara terpisah dapat dilihat pada Lampiran B. (a) (b) (c) (d) Gambar 4. 4 Difraktogram PVL dan kopolimer Keterangan: (a). Difraktogram PVL; (b). Difraktogram kopolimer 7/3; (c).difraktogram kopolimer 8/2; (d).difraktogram kopolimer 9/1. 28
7 Berdasarkan difraktogram tersebut, dapat dihitung besarnya derajat kristalinitas dari setiap sampel (Tabel 4.4). Dari analisis derajat kristalinitas yang diperoleh, terdapat suatu kecenderungan bahwa semakin banyak komposisi PVL dalam kopolimer, semakin besar derajat kristalinitasnya. Tabel 4. 4 Nilai derajat kristalinitas No Nama Sampel Derajat Kristalinitas (%) 1 Kopolimer Stiren/PVL = 9/1 38,780 2 Kopolimer Stiren/PVL = 8/2 42,328 3 Kopolimer Stiren/PVL = 7/3 48,460 4 PVL 64,525 Pada penelitian ini, PVL disintesis dengan menggunakan katalis distanoksan. Karakteristik dari katalis distanoksan adalah menghasilkan polimer rantai lurus. Suatu polimer rantai lurus memiliki keteraturan yang cukup tinggi dan interaksi antar rantai yang kuat, sehingga sifatnya cenderung kristalin. Oleh karena itu, PVL yang dihasilkan pada penelitian ini cenderung bersifat kristalin. Semakin besar komposisi PVL dalam kopolimer, maka semakin besar derajat kristalinitasnya. Pada saat sintesis kopolimer, digunakan benzoil peroksida sebagai inisiator sehingga reaksi kopolimerisasi yang terjadi adalah reaksi radikal bebas. Kecenderungan reaksi polimerisasi melalui cara radikal bebas adalah reaksinya tidak terkontrol sehingga rantai polimer yang terbentuk umumnya tidak teratur. Ketidakteraturan rantai menyebabkan polimer cenderung bersifat amorf. Hal ini terjadi pada blok polistiren yang terbentuk. Oleh karena itu, semakin tinggi jumlah polistiren dalam kopolimer akan menyebabkan turunnya derajat kristalinitas dari kopolimer tersebut. 4.5 Analisis Sifat Termal Analisis termal bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh ketahanan suatu polimer terhadap pemanasan. Pada penelitian ini analisis termal dilakukan dengan alat TG/DTA. Dari termogram PVL (Gambar 4.5), pada kurva TG (warna biru) dan DTG (warna merah) terlihat adanya satu daerah dekomposisi yang terjadi pada rentang suhu 225,4-257,6 0 C. Sedangkan pada kurva 29
8 DTA (warna hijau) terlihat adanya transisi pelelehan dari PVL pada suhu 60,1 0 C. Titik leleh ini sesuai dengan titik leleh PVL yang ada di literatur yaitu C. 13 Gambar 4. 5 Termogram PVL Termogram TG/DTA untuk masing-masing komposisi kopolimer dapat dilihat pada lampiran C. Semua data dari termogram-termogram tersebut dapat dirangkumkan dalam Tabel 4.5 berikut. Tabel 4. 5 Analisis TG/DTA No Nama Sampel Temperatur Temperatur % PS % PVL awal dekomposisi terdekomposisi terdekomposisi dekomposisi 1 PVL 159,7 238, ,4 2 Kopolimer 7/3 148,4 246,1 400,0 70,0 21,1 3 Kopolimer 8/2 171,9 306,8 404,2 80,2 18,6 4 Kopolimer 9/1 145,6 280,6 404,4 87,1 12,4 30
9 Dari Tabel 4.5 dapat terlihat bahwa pada kopolimer terjadi dua tahap dekomposisi. Dekomposisi yang pertama diperkirakan adalah dekomposisi PVL, karena suhu dekomposisi PVL lebih rendah daripada suhu dekomposisi polistiren. Dekomposisi tahap kedua merupakan dekomposisi polistiren. Jika dilihat dari nilai % massa polimer terdekomposisi, dapat terlihat adanya kesesuaian antara banyaknya komonomer yang terdekomposisi dengan komposisi monomer awal yang digunakan pada polimerisasi. Misalnya untuk kopolimer dengan komposisi stiren/pvl = 9/1, maka perbandingan massa polistiren terdekomposisi terhadap massa PVL terdekomposisi besarnya sama dengan 87,1 : 12,4. Selain itu, dari kurva DTA dapat terlihat adanya keteraturan transisi pelelehan PVL dalam kopolimer. Pada kopolimer dengan komposisi stiren/pvl = 9/1, puncak pelelehan PVL hampir tidak terlihat karena jumlah PVL dalam kopolimer sangat kecil. Kemudian pada kopolimer dengan komposisi stiren/pvl = 8/2, puncak pelelehan PVL mulai terlihat jelas yaitu pada suhu 60,1 0 C. Puncak pelelehan terlihat semakin jelas dan melebar pada kopolimer dengan komposisi stiren/pvl = 7/3, yaitu pada suhu 58,2 0 C. Dari termogram dapat dilihat bahwa semakin kecil komposisi PVL dalam kopolimer, puncak pelelehan PVL semakin sempit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil konsentrasi PVL dalam kopolimer maka pengaruhnya terhadap kopolimer akan semakin kecil. 4.6 Analisis Sifat Mekanik Tujuan dilakukannya analisis sifat mekanik adalah untuk mengetahui seberapa kuat kekuatan mekanik dari suatu polimer. Parameter yang menunjukkan kekuatan mekanik ini berupa kekuatan tarik (tensile strength), regangan (elongation at break), dan Modulus Elastisitas. Tabel 4.6 menggambarkan besarnya ketiga parameter kekuatan mekanik setiap kopolimer. Tabel 4. 6 Data analisis kekuatan mekanik Sampel σ (MPa) ε (%) E (MPa) Kopolimer 9/1 27,94 1, ,50 Kopolimer 8/2 20,87 1, ,74 Kopolimer 7/3 16,49 0, ,95 Kopolimer 5/5 0,00 0,575 0,00 31
10 Dari Tabel 4.6 dapat terlihat adanya suatu keteraturan, yaitu semakin banyak komposisi PVL dalam kopolimer maka semakin menurun sifat mekaniknya. Data ini didukung oleh analisis sifat termal (TGA) dan analisis kristalinitas. Menurunnya sifat mekanik kopolimer dengan meningkatnya komposisi PVL dapat disebabkan oleh karakter dari PVL yang cenderung kristalin dan mudah patah/brittle, akibatnya sifat mekanik kopolimer menurun dengan meningkatnya PVL dalam kopolimer. Pada kopolimer 5:5, besarnya kekuatan tarik (tensile strength) mencapai nilai nol. Hal ini dikarenakan film yang terbentuk sangat rapuh, dan karena gaya yang diperlukan sangat kecil, maka besarnya gaya tersebut tidak terbaca oleh alat dan bernilai nol. Data nilai kekuatan mekanik secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran D. 32
4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan
3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer
Lebih terperinci2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer
Tinjauan Pusaka. Polimer Polimer adalah molekul besar yang terbentuk dari pengulangan unit yang kecil dan sederhana. Unit ulang dari polimer biasanya sama atau hampir sama dengan monomernya. Polimer yang
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :
3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinci3 Metodologi penelitian
3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR
SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian
Lebih terperinciSINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI
SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI 7 AGUSTUS 2014 SARI MEIWIKA S. NRP. 1410.100.032 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph.D Pendahuluan Metodologi Hasil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)
Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik
BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2
Lebih terperinciTabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)
22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN
PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN Oleh Netty Kamal Interpenetrating Polymer Network (IPN) adalah polimer campuran yang unik, dimana jaringan yang terbentuk dari
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun 1833. 1 sepanjang abad 19 para kimiawan bekerja dengan polimer tanpa memiliki suatu pengertian
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Kopolimer Akrilonitril-Glisidil metakrilat (PAN-GMA) Pembuatan kopolimer PAN-GMA oleh peneliti sebelumnya (Godjevargova, 1999) telah dilakukan melalui polimerisasi radikal
Lebih terperinci2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)
2. Tinjauan Pustaka 2.1. Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) adalah salah satu tipe fuel cell yang sedang dikembangkan. PEMFC ini bekerja mengubah
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciSINTESIS POLIBLEND ANTARA POLISTIREN DENGAN PATI TAPIOKA SERTA KARAKTERISASINYA
SINTESIS POLIBLEND ANTARA POLISTIREN DENGAN PATI TAPIOKA SERTA KARAKTERISASINYA Skripsi NURHIDAYATI NIM 10503054 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : - Hot Plate Stirer Coming PC 400 D - Beaker Glass Pyrex - Hot Press Gotech - Neraca Analitik Radwag
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab IV ini akan menjelaskan kajian dari efek fotoinisiator yang akan mempengaruhi beberapa parameter seperti waktu pemolimeran, kelarutan poly tetrahydrofurfuryl
Lebih terperinci3. Metode Penelitian
3. Metode Penelitian 3.1. Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Umumnya peralatan yang digunakan pada penelitian ini berada di Labotaorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana
34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang
Lebih terperinciAnalisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi
Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari
Lebih terperinciGambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi
Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai
Lebih terperinciDENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF. Oleh: Budiman Anwar Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
BIODEGRADASI POLI(HIDROKSIBUTIRAT co CAPROLAKTON) DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF Oleh: Budiman Anwar Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian mengenai plastik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Kitosan 4.1.1 Penyiapan Perlakuan Sampel Langkah awal yang dilakukan dalam proses isolasi kitin adalah dengan membersikan cangkang kepiting yang masih mentah
Lebih terperinciKata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled
KAJIAN FISIKA KIMIA LIMBAH STYROFOAM DAN APLIKASINYA Ni Ketut Sumarni 1, Husain Sosidi 2, ABD Rahman R 3, Musafira 4 1,4 Laboratorium Kimia Fisik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako 2,3 Laboratorium Kimia
Lebih terperincidengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu
6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop
Lebih terperinci15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5.
DAFTAR PUSTAKA 1. Malcolm. P. S, (2001), Kimia Polimer, Alih bahasa : Lis Sofyan, Pradyana Paramita, Jakarta, 6 2. Munakshi, P, (2001), Mechanical and Microstructure Studies on the Modification of CA Film
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih
Lebih terperinci3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis
7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume
Lebih terperinci2 Tinjauan pustaka. 2.1 Polimer
2 Tinjauan pustaka 2.1 Polimer Salah satu faktor yang menentukan sifat suatu polimer adalah keteraturan rantai. Keteraturan rantai tersebut diwakili oleh struktur rantai, taktisitas, dan kristalinitas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna
Lebih terperinci2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)
PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus
4 untuk pengukuran perpanjangan putus. Kemudian sampel ditarik sampai putus dengan kecepatan 1 mm/menit sehingga dapat diketahui besarnya gaya maksimum dan panjang sampel saat putus. Pengukuran dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material, Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Program Studi Kimia ITB dari bulan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN
LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 1.1 BILANGAN IODIN ADSORBEN BIJI ASAM JAWA Dari modifikasi adsorben biji asam jawa yang dilakukan dengan memvariasikan rasio adsorben : asam nitrat (b/v) sebesar 1:1, 1:2, dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ
Lebih terperinciRendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.
Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Poliuretan 2.1.1. Sintesis Poliuretan Poliuretan ditemukan pertama kali oleh Prof. Otto Bayer pada tahun 1937 sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat Nylon.
Lebih terperinciPENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL
PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL Imroatul Qoniah (1407100026) Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. Kamis, 14 Juli 2011 @ R. J111 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan
Lebih terperinci2. Tinjauan Pustaka Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)
2. Tinjauan Pustaka 2.1. Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Fuel cell (sel bahan bakar) merupakan alat pengkonversi energi elektrokimia. Sel ini menghasilkan energi listrik dari berbagai macam jenis sumber bahan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Ilmiah Pada penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian karakteristik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula
Lebih terperinci4 Pembahasan Degumming
4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN
PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,
Lebih terperinciPenentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas
2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari Laboratorium
Lebih terperinciPengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal
Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian
Lebih terperinci