Bab IV Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer polieter yang berasal dari polietilen glikol (PEG) sebagai sumber poliolnya. Reaksi polimerisasi poliuretan dibentuk dari reaksi antara suatu gugus isosianat dengan satu gugus hidroksi seperti yang ditunjukkan pada persamaan reaksi 4.1 berikut: m O C N N C O + m HO H 2 C CH 2 O H 3 C PEG TDI n H O C H N H 3 C seg men k eras N H O C rantai poliuretan segmen lunak O H 2 C CH 2 O n m ikatan uretan (4. 1) Reaksi tersebut akan berlangsung terus menerus membentuk uretan trimer, tetramer hingga salah satu pereaksi habis, jika komposisi monomer isosianat yang merupakan segmen keras (hard segment) yang dominan maka akan terbentuk polimer poliuretan yang kaku (rigid) akan tetapi jika sebaliknya komposisi monomer polietilen glikol yang merupakan segmen lunak (soft segment) yang lebih dominan maka yang terbentuk adalah poliuretan lunak (flexible).

2 Poliuretan hasil sintesis ditunjukkan pada gambar 4.1 sampai Gambar 4.5 berikut: Gambar 4. 1 PU-1 (PEG-400/TDI : 1/1,2) Gambar 4. 2 PU-2 (PEG-400/TDI : 1/1,4) Dari ke dua jenis poliuretan hasil sintesis pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 terlihat bahwa jika dibandingkan antara PU-1 dan PU-2 intensitas warna coklat dari PU-1 lebih pekat. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbandingan OH/NCO dimana meningkatnya konsentrasi NCO dari isosianat yang bereaksi dengan gugus OH dari PEG juga meningkatkan jumlah ikatan uretan pada rantai polimer yang terbentuk makin banyak gugus NCO yang bereaksi intesitas warnanya semakin menurun, dan jika diamati sifat kekakuan antara PU-1 dan PU-2, hal ini 23

3 juga menunjukkan semakin banyaknya gugus NCO dari isosianat yang bereaksi sehingga poliuretan yang terbentuk semakin kaku (rigid). Hal ini membuktikan bahwa isosianat merupakan blok/monomer poliuretan segmen keras (hard segment) sedangkan PEG merupakan monomer poliuretan segmen lunak (soft segment). Gambar 4. 3 PU-3 (PEG-400/TDI : 1/1,6) Gambar 4. 4 PU-4 (PEG-1000/TDI : 1/1,6) 24

4 Gambar 4. 5 PU-5 (PEG-1500/TDI : 1/1,6) Ke tiga jenis poliuretan hasil sintesis pada Gambar 4.3, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa jika dibandingkan antara PU-3, PU-4 dan PU-5 intensitas warna coklat dari PU-3 hingga PU-5 lebih pekat dengan meningkatnya massa molekul PEG pada perbandingan PEG/TDI yang sama yaitu 1/1,6. Demikian juga sifat kekakuan poliuretan semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran monomer PEG mempengaruhi sifat warna dan kekakuan poliuretan dimana pada perbandingan konsentrasi OH/NCO 1/1,6 poliuretan semakin lunak dengan meningkatnya massa molekul PEG dan juga intensitas warna coklat makin kuat. Hal ini menguatkan asumsi bahwa PEG merupakan blok/monomer poliuretan segmen lunak (soft segment) sedangkan TDI merupakan blok/monomer poliuretan segmen keras ( hard segment). 4.2 Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Monomer Terhadap Karakteristik Poliuretan Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Monomer Terhadap Struktur Molekul Poliuretan. Hasil uji spektrum inframerah (FTIR) PU-1 (PEG-400/TDI;1/1,2), PU-2 (PEG- 400/TDI;1/1,4), dan PU-3 (PEG-400/TDI;1/1,6) masing-masing ditunjukkan pada Gambar 4.6, 4.7 dan 4.8 berikut: 25

5 100 %T PU /cm Gambar 4. 6 Spektrum FTIR PU %T PU Gambar 4. 7 Spektrum FTIR PU /cm 26

6 100 %T /cm Gambar 4. 8 Spektrum FTIR PU-3 Dari spektrum IR PU (PEG-400/TDI;1/1,2) terdapat puncak-puncak serapan yang tajam yang menggambarkan serapan-serapan spektrum khas poliuretan. Jika dibandingkan spektrum inframerah antara PU-1, PU-2 dan PU-3 yang didasarkan pada variasi konsentrasi monomer, maka akan terlihat serapan-serapan khas yang tajam dan hampir sama. Spektrum- spektrum serapan khas PU-1, PU-2 dan PU-3 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4. 1 Tabulasi spektrum serapan khas pada PU-1, PU-2 dan PU-3 Spektrum Serapan masing-masing PU (cm -1 ) PU-1 PU-2 PU ,42 (sh, st) 2.872, , , , , , ,28 948, ,06 (br,st) 2.872, , , , , , ,21 948, ,70 (sh,md) 2.872, , , , , , ,21 948,98 Gugus N-H, dan OH C-H C = O Khas cincin aromatik C-O Vibrasi Ulur ulur ulur ulur ulur Cincin aromatik Sidik jari 27

7 Gabungan ke tiga spektrum serapan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.9 berikut: Gambar 4. 9 Spektrum FTIR PU-1, PU-2 dan PU-3 Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa karakterisasi terhadap poliuretan hasil sintesis dengan teknik spektroskopi FTIR menunjukkan pita serapan khas poliuretan yaitu pada 3.294, ,06 cm -1 yang merupakan daerah ulur N H; 2.872,01 cm -1 yang merupakan simetri ulur C H; 1.720, ,43 cm -1 yang merupakan daerah ulur C = O, cm -1 yang merupakan daerah ulur C O; cm -1 daerah serapan ulur O - H dan cm -1 yang merupakan daerah serapan ulur pada cincin aromatik dan muncul pita-pita serapan tajam dibawah 900 cm -1 yang menunjukkan spektrum senyawa-senyawa aromatik. Pada penelitian ini digunakan TDI sebagai isosianat yang mengandung gugus NCO dan digunakan PEG-400 dengan perbandingan konsentrasi masing-masing 1/1,2; 1/1,4 dan 1/1,6 sebagai sumber poliolnya yang mengandung gugus fungsi OH dan CH 2 -CH 2 O- sebagai unit ulangnya. Reaksi antara TDI dan PEG menghasilkan polimer poliuretan yang dihubungkan oleh ikatan uretan yang muncul sebagai pita serapan khas yaitu pada pita-pita serapan gugus-gugus daerah 28

8 ulur N H, daerah ulur C = O, daerah ulur C O, muncul pita serapan ulur CH 2 dan serapan ulur C C cincin aromatik. Dari ketiga poliuretan hasil sintesis menunjukkan pita serapan yang hampir sama terutama pada daerah pita serapan yang karakteristik untuk poliuretan. Hal ini menunjukkan bahwa sintesis poliuretan telah behasil dilakukan Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Monomer Terhadap Viskositas Poliuretan. Dari hasil pengukuran laju alir larutan poliuretan PU-1, PU-2 dan PU-3 diperoleh viskositas intrinsik yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 4. 2 Data viskositas intrinsik poliuretan hasil sintesis. Nama PU PU-1 PU-2 PU-3 Perbandingan mol PEG-400 / TDI 1/1,2 1/1,4 1/1,6 Viskositas intrinsik (ml/g) 1,29 1,73 1,80 Hubungan antara perbandingan konsentrasi monomer (OH/NCO) dengan viskositas intrinsiknya ditunjukkan pada Gambar 4.10 berikut: viskositas intrinsik(ml/g) Perbandingan mol PEG-400/TDI Gambar Grafik hubungan viskositas intrinsik dengan konsentrasi monomer 29

9 Pada perbandingan OH/NCO 1/1 terjadi ekivalensi molar yang dicirikan adanya gugus ujung poliuretan dalam bentuk OH dan NCO dalam jumlah yang relatif sama. Pada penambahan konsentrasi TDI, gugus ujung NCO dari TDI akan bereaksi dengan gugus ujung OH dari poliuretan menyebabkan rantai polimer bertambah panjang. Apabila konsentrasi TDI ditambah lagi, jumlah gugus ujung poliuretan yang berupa OH semakin kecil sehingga pengikatan NCO dari TDI ke gugus OH semakin sukar. Akibatnya penambahan panjang rantai poliuretan tidak sebesar pada saat rasio OH/NCO lebih kecil (OH/NCO;1/1,2). Fenomena peningkatan viskositas instrinsik dari Gambar 4.11 membuktikan kurva yang tidak linear, artinya pada rasio OH/NCO 1/1,6 peningkatan panjang rantai poliuretan tidak sebesar pada poliuretan dengan rasio OH/NCO 1/1,2 dan 1/1, Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Monomer Terhadap Massa Jenis poliuretan Massa jenis dari suatu zat adalah ukuran kerapatan susunan atom atau molekul suatu materi yang menggambarkan keteraturan dan kekompakan dari atom-atom atau molekul-molekul penyusun zat tersebut, dimana massa jenis didefinisiakan sebagai massa persatuan volum ( ρ = g/cm 3 ). Data massa jenis poliuretan berdasarkan perbandingan konsentrasi monomernya diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan piknometer dengan hasil seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.3 berikut: Tabel 4. 3 Data hasil pengukuran rapat massa poliuretan dari monomer PEG-400 dan TDI. Nama PU Perbandingan mol PEG-400 / TDI ρ sampel (g/ml) PU-1 1/1, PU-2 1/1, PU-3 1/1,

10 Untuk melihat pengaruh konsentrasi monomer PEG-400 dan kosentrasi TDI terhadap rapat massa poliuretan dapat diplot dalam satu kurva hubungan antara perbandingan konsentrasi PEG-400 dengan TDI terhadap massa jenisnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut: massa jenis(g/ml Perbandingan mol PEG-400/mol TDI Gambar Grafik Hubungan konsentrasi PEG dan TDI dengan massa jenis poliuretan Dari pengukuran rapat massa yang ditunjukkan pada data tabel 4.3 terlihat bahwa untuk PU-1 (PEG-400/TDI;1/1,2), PU-2 (PEG-400/TDI;1/1,4) dan PU-3 (PEG- 400/TDI;1/1,6) mempunyai massa jenis yang relatif menurun dengan naiknya konsentasi TDI. Hal ini disebabkan oleh pengaruh struktur molekul monomer TDI yang mengandung inti benzena dan berkontribusi terhadap susunan rantai poliuretan. Pada PU-1 (PEG-400/TDI;1/1,2) gugus ujung NCO dari TDI akan bereaksi dengan gugus ujung OH dari poliuretan menyebabkan rantai polimer bertambah panjang dengan meningkatnya gugus NCO. ketika konsentrasi TDI ditambah lagi, jumlah gugus ujung poliuretan yang berupa OH semakin kecil sehingga pengikatan NCO dari TDI ke gugus OH semakin sedikit. Akibatnya penambahan panjang rantai poliuretan tidak sebesar pada saat rasio OH/NCO lebih kecil (OH/NCO;1/1,2). Fenomena penurunan rapat massa dari Gambar 4.11 menunjukkan kurva yang tidak linear, artinya pada perbandingan OH/NCO 1/1,6 peningkatan panjang rantai poliuretan dengan meningkatnya gugus NCO tidak sebesar pada poliuretan dengan rasio OH/NCO 1/1,2 dan 1/1,4. 31

11 4.3 Pengaruh Massa Molekul PEG Terhadap Karakteristik Poliuretan Pengaruh Massa Molekul PEG Terhadap Struktur Molekul Poliuretan. Hasil uji spektrum inframerah (FTIR) PU-4 (PEG-1000/TDI;1/1,6), dan PU-5 (PEG-1500/TDI;1/1,6), masing-masing ditunjukkan pada Gambar 4.12, dan 4.13 berikut: 97.5 %T Gambar Spektrum FTIR Pu

12 105 %T Gambar Spektrum FTIR Pu-5 Jika dibandingkan spektrum inframerah antara PU-3, PU-4 dan PU-5 yang didasarkan pada variasi massa molekul PEG, maka akan terlihat serapan-serapan khas yang tajam dan hampir sama. Spektrum-spektrum serapan khas PU-3, PU- 4 dan PU-5 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4. 4 Spektrum Serapan Khas Poliuretan Hasil Sintesis Spektrum Serapan masing-masing PU (cm -1 ) PU-3 PU-4 PU ,70 (sh,md) 2.872, , , , , , ,21 948, ,63 (br,md) 2.908, , , , , , ,21 950, ,06 (br,st) 2.872, , , , , , ,14 950,91 Gugus N-H, dan OH C-H C = O Khas cincin aromatik C-O Cincin aromatik Vibrasi Ulur ulur ulur ulur ulur Sidik jari 33

13 Gabungan ke tiga spektrum serapan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.14 berikut: Gambar Spektrum FTIR PU-3, PU-4 dan PU-5 Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa karakterisasi terhadap poliuretan hasil sintesis dengan teknik spektroskopi FTIR menunjukkan pita serapan khas poliuretan yaitu pada 3.288, ,06 cm -1 yang merupakan daerah ulur N H; 2.908, ,01 cm -1 yang merupakan simetri ulur C H; 1.720, ,43 cm -1 yang merupakan daerah ulur C = O; cm -1 yang merupakan daerah ulur C O; cm -1 daerah serapan ulur O - H dan cm -1 yang merupakan daerah serapan ulur pada cincin aromatik dan muncul pita-pita serapan tajam dibawah 900 cm -1 yang menunjukkan spektrum senyawa-senyawa aromatik. Dari ketiga poliuretan hasil sintesis menunjukkan pita serapan yang hampir sama terutama pada daerah pita serapan yang karakteristik untuk poliuretan. Reaksi antara TDI dan PEG menghasilkan polimer poliuretan yang dihubungkan oleh ikatan uretan yang muncul sebagai pita serapan khas yaitu pada pita-pita serapan 34

14 gugus-gugus daerah ulur N H, daerah ulur C = O, daerah ulur C O, muncul pita serapan ulur CH 2 dan serapan ulur C C cincin aromatik Pengaruh Massa Molekul Monomer Terhadap Viskositas Poliuretan. Dari hasil pengukuran laju alir larutan poliuretan PU-3, PU-4 dan PU-5 diperoleh viskositas intrinsik yang ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4. 5 Data viskositas intrinsik poliuretan hasil sintesis. Nama PU PU-3 PU-4 PU-5 Jenis PEG PEG-400 PEG-1000 PEG-1500 Viskositas intrinsik (ml/g) 1,80 3,54 5,05 * komposisi mol PEG terhadap mol TDI = 1/1,6 Hubungan antara perbandingan konsentrasi monomer dengan viskositas intrinsiknya ditunjukkan pada Gambar 4.15 berikut: 6.00 viskositas intrinsik(ml/g) Massa molekul monomer PEG Gambar Grafik hubungan viskositas intrinsik dengan massa molekul monomer 35

15 Dari tabel 4.5 terlihat bahwa pada PU-3, PU-4 dan PU-5 yang disintesis dari PEG-400/TDI dengan perbandingan konsentrasi 1/1,6 viskositas intrinsiknya meningkat dengan bertambahnya massa molekul PEG yang digunakan. Hal ini disebabkan semakin besar massa molekul PEG maka massa molekul poliuretan yang terbentuk menjadi lebih besar, meskipun perbandingan OH/NCO tetap. Dengan kata lain pada penggunaan massa molekul PEG yang lebih besar, terbentuk poliuretan dengan komponen segmen lunak yang bertambah panjang (PEG-400 < PEG-1000 < PEG-1500). Akibatnya massa molekul poliuretan yang terbentuk bertambah panjang dan viskositas instrinsiknya pun meningkat Pengaruh Massa Molekul Monomer Terhadap Sifat Termal Poliuretan. Termogram DTA/TGA hasil uji termal poliuretan ditunjukkan pada Gambar 4.16 berikut: Gambar Gabungan Termogram TG/DTA PU-3, PU-4 dan PU-5 Pada penelitian ini dilakukan analisis termal dengan teknik TG/DTA terhadap PU-3, PU-4 dan PU-5. Berdasarkan analisis kurva termogram TG/DTA dapat diperoleh beberapa informasi antara lain temperatur dekomposisi. Temperatur 36

16 dekomposisi menunjukkan temperatur pada saat polimer mengalami kerusakan struktur menjadi fragmen-fragmen kecil. Data analisis kurva TG/DTA ketiga poliuretan yang ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4. 6 Data TG/DTA dari PU Sampel PU PU-3 ( PEG-400/TDI) PU-4 (PEG-1000/TDI) PU-5 (PEG-1500/TDI) Suhu dekomposisi ( o C) sisa massa(%) 303, , , ,6 5,9 252, ,4 4,9 Analisis termal dilakukan dengan membandingkan secara langsung plot kurva TG terhadap DTA pada temperatur yang bersesuaian. Dari tabel 4.6 terlihat bahwa masing-masing poliuretan mempunyai dua temperatur dekompoisi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa poliuretan mengalami 2 (dua) fase dekomposisi. Dekomposisi termal dari poliuretan terjadi sebagai akibat adanya pemutusan ikatan kovalen pada rantai ikatan poliuretan. Adapun jenis ikatan dan fragmen yang terdekomposisi pada masing-masing temperatur dekomposisi tersebut tidak dapat diketahui secara pasti, karena tidak dilakukan analisis struktur pada setiap fragmen yang tertinggal pada setiap titik dekomposisi. Dari tabel 4.6 juga terlihat bahwa kestabilan termal poliuretan meningkat dengan meningkatnya massa molekul PEG yang digunakan sebagai sumber poliol. Perbedaan titik dekomposisi termal pada ketiga poliuretan yang tidak terlalu jauh menegaskan kembali bahwa perbedaan ketiga jenis poliuretan semata-mata hanya pada bagian segmen lunak (PEG) dalam rantai poliuretan saja, sedangkan struktur secara umum relatif sama. Termogram di atas juga menjelaskan bahwa titik leleh 37

17 (T m ) tidak terlihat secara jelas, yang tercirikan dari tidak munculnya puncak endotermis dalam kurva DTA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa struktur poliuretan yang terbentuk adalah semikristalin dengan sebagian besar memiliki fraksi amorf Pengaruh Massa Molekul PEG Terhadap Rapat Massa Poliuretan Data rapat massa poliuretan berdasarkan variasi massa molekul monomernya diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan piknometer dengan hasil seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.7 berikut: Tabel 4. 7 Data hasil pengukuran rapat massa poliuetan dari monomer PEG-400, 1000 dan 1500 dan TDI. Nama PU Jenis PEG ρ sampel (gr/ml) PU-3 PEG-400 0,86 PU-4 PEG ,77 PU-5 PEG ,66 * komposisi mol PEG terhadap mol TDI = 1/1,6 Untuk melihat pengaruh massa molekul monomer PEG-400 terhadap rapat massa poliuretan dapat diplot dalam satu kurva hubungan antara massa molekul monomer PEG-400, PEG-1000 dan PEG-1500 terhadap massa jenisnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut: 0.90 Massa jenis poliuretan Massa molekul PEG Gambar Grafik Hubungan massa molekul PEG dengan massa jenis poliuretan 38

18 Dari Tabel 4.7 terlihat kecenderungan dengan meningkatnya massa molekul PEG sebagai monomer maka massa jenis poliuretan cenderung menurun. Hal ini dapat dijelaskan bahwa untuk PEG-400 yang mempunyai massa molekul yang lebih kecil akan membentuk rantai poliuretan yang linier dan strukturnya lebih rapat dan teratur, sementara untuk PEG-1000 dan 1500 mempunyai struktur molekul yang lebih besar sehingga cenderung membentuk rantai yang tidak linier yang menyebabkan rapat massa poliuretan lebih kecil. Penomena penurunan massa jenis poliuretan pada Gambar 4.17 yang cenderung membentuk kurva linier disebabkan oleh ukuran molekul PEG yang makin besar sebagai monomer segmen lunak yang digunakan. 39

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Poliuretan 2.1.1. Sintesis Poliuretan Poliuretan ditemukan pertama kali oleh Prof. Otto Bayer pada tahun 1937 sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat Nylon.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

3.1 Alat dan Bahan Alat

3.1 Alat dan Bahan Alat Bab III Metodologi 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia. Adapun peralatan lain yang khusus digunakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Indonesia mempunyai total areal perkebunan karet sebesar 3.338.162 ha (2003)

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIURETAN DARI POLIETILEN GLIKOL (PEG) DENGAN TOLUEN DIISOSIANAT (TDI)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIURETAN DARI POLIETILEN GLIKOL (PEG) DENGAN TOLUEN DIISOSIANAT (TDI) SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIURETAN DARI POLIETILEN GLIKOL (PEG) DENGAN TOLUEN DIISOSIANAT (TDI) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poliuretan memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai busa tempat tidur, sofa, asesoris mobil, serat, elastomer, dan pelapis (coating). Produk Poliuretan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Pada penelitian ini telah disintesis C-3,7-dimetil-7- hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena (CDHHK4R) dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL POLIURETAN BERBASIS MINYAK JARAK DAN TOLUENA DIISOSIANAT DENGAN TEKNIK DTA DAN TGA

ANALISIS SIFAT TERMAL POLIURETAN BERBASIS MINYAK JARAK DAN TOLUENA DIISOSIANAT DENGAN TEKNIK DTA DAN TGA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 ANALISIS SIFAT TERMAL POLIURETAN BERBASIS MINYAK JARAK DAN TOLUENA DIISOSIANAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interpenetrasi Jaringan Polimer (IPN) telah berkembang sejak tahun 90-an. Telah banyak penelitian yang dipatenkan dalam bidang ini (Tamrin, 1997). Polimer Jaringan

Lebih terperinci

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu / 9 Maret 011 Kimia Polimer Waktu : 10.00-13.00 WIB Asisten : Prestiana PJP : Andriawan Subekti, S.Si, M. Si PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER MIRANTI

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biji karet berpotensi menjadi produk samping dari perkebunan karet yang tersebar luas di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet

Lebih terperinci

PENGARUH MALTOSA TERHADAP PEMBENTUKAN POLIURETAN

PENGARUH MALTOSA TERHADAP PEMBENTUKAN POLIURETAN PENGARUH MALTSA TERHADAP PEMBENTUKAN PLIURETAN Eli Rohaeti 1), N. M. Surdia 2), Cynthia L. Radiman 2), dan E. Ratnaningsih 2) 1) Mahasiswa S 3 Jurusan Kimia FMIPA ITB 2) Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab IV ini akan menjelaskan kajian dari efek fotoinisiator yang akan mempengaruhi beberapa parameter seperti waktu pemolimeran, kelarutan poly tetrahydrofurfuryl

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

Biodegradasi poliuretan hasil

Biodegradasi poliuretan hasil Profesionalisme Peneliti dan Pendidik dalam Riset dan Pembelajaran yang Berkualitas dan Berkarakter Yogyakarta, 30 Oktober 2010 prosiding seminar nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2010 ISBN: 978-979-98117-7-6

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat-Alat Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat Vakum Fisons Neraca Analitis Melter PM 480 Gelas Erlenmeyer 250 ml Pyrex Gelas Ukur 100 ml Pyrex Gelas

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Poliol terhadap Pembentukan Poliuretan dari Monomer PEG400 dan MDI

Pengaruh Jenis Poliol terhadap Pembentukan Poliuretan dari Monomer PEG400 dan MDI PRC. ITB Sains & Tek. Vol. 35 A, No. 2, 2003, 97-109 97 Pengaruh Jenis Poliol terhadap Pembentukan Poliuretan dari Monomer PEG400 dan MDI Eli Rohaeti*, N. M. Surdia**, Cynthia L. Radiman** & E. Ratnaningsih**

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BIODEGRADASI POLIMER

KARAKTERISASI BIODEGRADASI POLIMER Eli Rohaeti/Karakterisasi Biodegradasi Polimer KARAKTERISASI BIODEGRADASI POLIMER Eli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA UNY Karangmalang Yogyakarta 55281 rohaetieli@yahoo.com ABSTRAK Biodegradasi polimer dapat

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij 5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun 1833. 1 sepanjang abad 19 para kimiawan bekerja dengan polimer tanpa memiliki suatu pengertian

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Kata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled

Kata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled KAJIAN FISIKA KIMIA LIMBAH STYROFOAM DAN APLIKASINYA Ni Ketut Sumarni 1, Husain Sosidi 2, ABD Rahman R 3, Musafira 4 1,4 Laboratorium Kimia Fisik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako 2,3 Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Eli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Eli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta BIODEGRADASI POLIMER HASIL SINTESIS DARI POLIOKSIETILEN GLIKOL DAN METILEN-4,4 - DIFENILDIISOSIANAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PERKULIAHAN KIMIA FISIKA POLIMER Eli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Epoksidasi Minyak Jarak Pagar Epoksida minyak jarak pagar (EJP) yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki warna yang relatif sama dengan minyak jarak pagar yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas 2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari Laboratorium

Lebih terperinci

MINYAK BIJIH KARET SEBAGAI SUMBER POLIOL

MINYAK BIJIH KARET SEBAGAI SUMBER POLIOL SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Abstrak Jurusan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial Densifikasi parsial, baik kompresi maupun impregnasi, terbukti dapat meningkatkan sifat-sifat kayu Agatis maupun Mangium. Dari hasil

Lebih terperinci

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM Oleh: Ella Agustin Dwi Kiswanti/1110100009 Dosen Pembimbing: Prof. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. Bidang Material Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lignin merupakan polimer alam yang terdapat dalam tumbuhan. Struktur lignin sangat beraneka ragam tergantung dari jenis tanamannya. Namun, secara umum lignin merupakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibuprofen Ibuprofen atau asam 2-(-4-isobutilfenil) propionat dengan rumus molekul C 13 H 18 O 2 dan bobot molekul 206,28, Rumus bangun dari Ibuprofen adalah sebagai berikut (4)

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, 1-9 1

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, 1-9 1 PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, 1-9 1 Pengaruh Dua Macam Perlakuan Mikroorganisme terhadap Kemudahan Degradasi Poliuretan Hasil Sintesis dari Monomer Polietilen Glikol Berat Molekul 400

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI 7 AGUSTUS 2014 SARI MEIWIKA S. NRP. 1410.100.032 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph.D Pendahuluan Metodologi Hasil

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

Teknologi Pengendalian Kebisingan Menggunakan Desain Opened-Cell Polyurethane Foam (Ocpf)

Teknologi Pengendalian Kebisingan Menggunakan Desain Opened-Cell Polyurethane Foam (Ocpf) Menggunakan Desain Opened-Cell Polyurethane Foam (Ocpf) M. Masykuri 2, Harjana, Iwan Yahya 2, Budi Legowo 2, Ika Maryani, Chitra Ayu Respati Putri, Tri Cahyono 2, dan Linda Ikka Zain Program Studi Kimia

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penentuan Kadar Air Pada pengukuran inframerah dari pelumas ini bertujuan untuk membandingkan hasil spektra IR dari pelumas yang bebas air dengan pelumas yang diduga memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer

2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer Tinjauan Pusaka. Polimer Polimer adalah molekul besar yang terbentuk dari pengulangan unit yang kecil dan sederhana. Unit ulang dari polimer biasanya sama atau hampir sama dengan monomernya. Polimer yang

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair Bab IV Pembahasan Asap cair yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pirolisis tempurung kelapa, yaitu suatu proses penguraian secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan pada suhu

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut 4 PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan terhadap fraksi non-alkaloid kulit batang Litsea javanica, berhasil mengisolasi 4 senyawa, satu diantaranya adalah senyawa murni yaitu (-)-epikatekin (5, 7,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

SINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI METODE SOL-GEL ANORGANIK

SINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI METODE SOL-GEL ANORGANIK Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1, No.1 ISSN 2087-7412 April 2010, hal 1-6 SINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI METODE SOL-GEL ANORGANIK Aniesah Ratna

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sintesis 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il) propenon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sintesis 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il) propenon BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis -(,5-dihidroksifenil)-(-piridin--il) propenon Senyawa -(,5-dihidroksifenil)-(-piridin--il) propenon disintesis dengan cara mencampurkan senyawa,5-dihidroksiasetofenon,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Penggunaan senyawa polihidroksi alkohol (poliol) untuk berbagai jenis keperluan banyak dibutuhkan seperti halnya ester poliol dari turunan sakarida dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci