2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)"

Transkripsi

1 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) adalah salah satu tipe fuel cell yang sedang dikembangkan. PEMFC ini bekerja mengubah energi kimia menjadi energi listrik selama reaksi elektrokimia antara bahan bakar hidrogen dan oksigen. Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) Pada sistem PEMFC aliran gas hidrogen diantarkan ke sisi anoda dari membran. Pada sisi anoda terjadi reaksi yang menghasilkan proton dan elektron. Reaksi oksidasi setengah sel adalah sebagai berikut: H 2 2 H + + 2e - E 0 = 0 V Proton yang terbentuk dapat dilewatkan melalui membran penukar proton (Polymer Electrolyte Membrane, PEM) ke sisi katoda sedangkan elektron akan dibawa melalui sirkuit eksternal ke sisi katoda. Akibatnya akan muncul arus yang dapat digunakan sebagai energi listrik. ksigen dialirkan ke sisi katoda, dan pada katoda molekul oksigen bereaksi dengan proton yang dilewatkan oleh PEM dan elektron yang datang kemudian membentuk molekul air. Reaksi reduksi setengah sel dari proses ini adalah sebagai berikut: 4H + + 4e H 2 E 0 = 1,229 V 3

2 Salah satu yang berperan penting dalam sistem fuel cell adalah membran penukar proton (PEM). Membran tersebut harus dapat melewatkan proton, oleh karena itu karakteristik ideal untuk membran yang digunakan dalam PEMFC adalah membran harus memiliki konduktivitas ion yang tinggi. Selain dapat melewatkan proton, membran juga tidak boleh melewatkan elektron karena dapat menyebabkan short sircuit pada sistem fuel cell. Karakteristik ideal membran yang lainnya adalah membran harus memiliki kestabilan termal yang tinggi, kekuatan mekanik yang memadai, dan yang terakhir membran harus tahan dalam lingkungan tereduksi serta dalam lingkungan teroksidasi (6). PEMFC ini merupakan kandidat utama sebagai suatu sel bahan bakar untuk kendaraan. PEMFC sebagai sel bahan bakar telah dikembangkan di beberapa negara dan sudah dicoba pada beberapa kendaraan. Contoh GM 1966 Electrovan yang merupakan industri otomotif pertama yang membuat suatu kendaraan dengan menggunakan sistem fuel cell dan hidrogen sebagai bahan bakarnya. Electrovan yang beratnya dua kali lipat dari van biasanya dapat bepergian dengan kecepatan 70 mil selama satu jam (6) Polistiren Polistiren merupakan sebuah polimer yang dibuat dari monomer stiren, sebuah cairan hidrokarbon yang secara komersial dibuat dari petroleum melalui industri kimia. Polistiren memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Karena memiliki nilai ekonomis, polistiren banyak digunakan untuk membuat model plastik untuk perlengkapan, peralatan makan, tempat CD, dan masih banyak lagi. Salah satu aplikasi dari polistiren yang berkembang saat ini adalah sebagai membran penukar proton pada sistem fuel cell dengan cara memodifikasi polistiren Polimerisasi Polistiren Polistiren dapat dibuat dengan reaksi polimerisasi adisi. Reaksi polimerisasi adisi ini didasarkan pada pemutusan ikatan rangkap (2). Polimerisasi adisi merupakan reaksi rantai yang terdiri dari tahap inisiasi, tahap propagasi, dan tahap terminasi (1). Salah satu polimerisasi adisi adalah polimerisasi radikal. Radikal bebas yang dibentuk merupakan dekomposisi suatu material yang tidak stabil yang disebut inisiator. Inisiator yang digunakan pada proses polimerisasi polistiren adalah benzoil peroksida. Radikal bebas yang terbentuk dapat menyerang ikatan rangkap pada stiren sehingga akan membentuk stiren yang teraktivasi dalam bentuk radikal dan terjadi pemutusan ikatan rangkap. Tahapan dari reaksi adisi ini adalah sebagai berikut : 4

3 1. Inisiasi : pada tahap ini akan terbentuk suatu pusat aktif. Inisiator mengalami dekomposisi dan menjadi sumber radikal, kemudian radikal tersebut bereaksi dengan monomer sebagai awal pertumbuhan rantai. Reaksi dapat dilihat pada Gambar C.. + C2 radikal benzoiloksi radikal fenil C. + H 2 C CH + CH 2 CH H 2 C CH pusat aktif Gambar 2.2 Tahap inisiasi polimerisasi radikal 2. Propagasi : pada tahap ini pusat aktif bereaksi dengan monomer secara adisi kontinu. Adisi kontinu dari monomer sebagai awal pertumbuhan rantai. Akan terbentuk spesi pusat aktif yang dihasilkan dari monomer stiren. Gambar 2.3 Tahap propagasi polimerisasi radikal 3. Terminasi : tahap ini merupakan tahap terakhir. Pada tahap ini pusat aktif dinonaktifkan. Dua rantai polimer yang bertumbukan dan mempunyai radikal pada tiap rantainya menglami reaksi kombinasi. RMm* + RMn* RMm+RMn 5

4 Polimerisasi stiren menjadi rantai panjang dapat terjadi karena terbenuk ikatan antar stiren. Reaksi polimerisasi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Polimerisasi polistiren Susunan rantai dari polistiren berhubungan dengan taktisitas polimer. Taktisitas polimer dibagi menjadi tiga yaitu isotaktik, sindiotaktik, dan ataktik (1). Gambar 2.5 Taktisitas rantai polimer Taktisitas akan berhubungan dengan kristalinitas polimer. Polimer isotaktik dan sindiotaktik memiliki kristalinitas yang tinggi dibandingkan dengan polimr ataktik. Polimer ataktik cenderung bersifat amorf. Pada polistiren R nya adalah gugus fenil. Berdasarkan kedudukan fenil, terdapat 3 jenis polistiren yaitu (12) : 1. Polistiren isotaktik adalah polistiren yang semua gugus fenilnya berada pada satu sisi yang sama. 2. Polistiren sindiotaktik adalah polistiren yang gugus fenilnya berada pada sisi yang berlawanan secara bergantian. 3. Polistiren ataktik adalah polistiren yang semua gugus fenilnya tidak memiliki keteraturan. 6

5 Gambar 2.6 Taktisitas pada polistiren Polimerisasi radikal tidak dapat diatur sehingga kemungkinan struktur yang mungkin untuk polistiren adalah ataktik. Polistiren sindiotaktik dan isotaktik lebih sulit untuk diproduksi Sifat dan Karakteristik Polistiren Polistiren merupakan molekul yang kaku dan sukar rusak sehingga ketahanan mekaniknya relatif tinggi. Polistiren merupakan polimer termoplastik, maka polistiren dapat didaur ulang, akan tetapi pemakaian maksimumnya harus lebih rendah dari temperatur lelehnya. Polistiren memiliki struktur yang amorf, artinya susunan rantainya tidak beraturan. Polistiren memiliki nilai temperatur transisi gelas (T g ) = C (2), nilai T g menunjukkan mobilitas rantai dari polistiren. Jika nilai T g rendah, maka mobilitas rantai tinggi begitu juga sebaliknya, sehingga untuk polimer yang memiliki nilai T g tinggi mobilitas rantai polimer akan rendah. Polistiren memiliki nilai T g yang tinggi, sehingga mobilitas rantainya rendah. Polistiren memiliki kestabilan kimia yang baik dan cukup tahan terhadap alkali, asam halida, agen pengoksidasi, dan agen pereduksi (1) Polistiren Tersulfonasi Polistiren dapat diaplikasikan sebagai membran penukar proton karena memiliki kestabilan kimia yang baik dan cukup tahan dalam keadaan teroksidasi dan juga dalam keadaan tereduksi (1), tetapi polistiren masih memiliki karakteristik yang kurang ideal untuk dijadikan 7

6 membran penukar proton karena polistiren masih memiliki konduktivitas yang rendah. Salah satu karakteristik dari membran penukar proton adalah harus memiliki konduktivitas proton yang tinggi. leh karena itu diperlukan modifikasi terhadap polistiren yaitu dengan memasukkan suatu gugus yang dapat meningkatkan konduktivitas proton. Salah satu modifikasi terhadap polistiren adalah dengan menambahkan gugus sulfonat pada struktur rantai polistiren sehingga terbentuk suatu polistiren tersulfonasi Karakteristik Polistiren Tersulfonasi Polistiren tersulfonasi (PSS) merupakan polimer yang berupa padatan berwarna putih. Adanya gugus sulfonat pada PSS menyebabkan PSS bersifat higroskopis karena gugus tersebut bersifat hidrofil. Gugus sulfonat ini juga mempengaruhi nilai konduktivitas dari PSS. Jika dibandingkan dengan PS, PSS memiliki konduktivitas yang lebih tinggi sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai membran penukar proton (7). PSS memiliki sifat fisik yang berbeda dengan polistiren, diantaranya adalah ketahanan termal dari PSS lebih baik jika dibandingkan dengan PS. Dari analisis termal dengan menggunakan metode differential scanning calorimetry (DSC), menunjukkan bahwa temperatur transisi gelas(t g ) PSS lebih tinggi jika dibandingkan T g dari PS yang disebabkan oleh adanya interaksi yang kuat dari polimer dengan adanya gugus sulfonat (7) Reaksi Sulfonasi Polistiren Tersulfonasi Reaksi sulfonasi adalah suatu reaksi substitusi atom H dengan gugus ~S 3 H pada molekul organik melalui ikatan kimia pada atom karbonnya. Senyawa seperti H 2 S 4 dan S 3 biasanya digunakan sebagai agen sulfonasi pada beberapa polimer termasuk pada polistiren. Pada penelitian ini polistren akan disulfonasi dengan menggunakan asetil sulfat yang dibuat dengan mereaksikan asam sulfat dengan anhidrida asetat dalam pelarut diklorometana (7). Gugus sulfonat dari asetil sulfat akan mensubstitusi gugus H pada posisi para. Reaksi sulfonasi dapat dilihat pada Gambar

7 H 3 C ( ) 2 + H 2 S 4 CH 3 CH + H 3 C C C S 3 H (A) ( HC CH2 ) + H 3 C C S 3 H HC CH 2 HC CH 2 CH 3 CH + (B) S 3 H Gambar 2.7 Reaksi sulfonasi pada polistiren tersulfonasi (A) pembentukkan asetil sulfat, (B) Reaksi sulfonasi polistiren Dari Gambar 2.7 benzena akan mengalami reaksi substitusi nukleofilik kedua dan terjadi pada posisi para karena gugus alkil pada polistiren merupakan suatu gugus pengarah orto dan para. Molekul polistiren merupakan molekul yang meruah sehingga sulit untuk dapat mensubstitusi atom H pada posisi orto. leh karena itu substitusi atom H akan terjadi pada posisi para. Hal ini dibuktikan dengan karakterisasi analisis gugus fungsi yang teramati pada puncak spektrum IR yakni adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 803 cm -1 yang menunjukkan terjadinya substitusi 1,4 pada polistiren Lignin Lignin adalah senyawa alam yang sangat kompleks, tersusun dari fenilpropana yang berikatan silang satu terhadap yang lainnya. Kompleksitas ini menyebabkan lignin tidak mudah didegradasi di alam. Struktur lignin dapat dilihat pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 Struktur lignin 9

8 Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa lignin terdiri dari beberapa senyawa, dan senyawa ini merupakan senyawa kompleks dan bersifat amorf. Karena sangat kompleks, sulit sekali untuk mendeskripsikan lignin yang berada di alam. Lignin dapat tersusun dari beberapa jenis monomer seperti yang ditunjukkan Gambar 2.9 (15). Gambar 2.9 Jenis monomer dari lignin Lignin memiliki gugus H pada struktur molekulnya, disamping itu lignin memiliki gugus S 3 H yang berasal dari proses pembuatan bubur kertas. Adanya gugus ini dapat digunakan sebagai membran penukar proton karena dapat meningkatkan konduktivitas proton membran. Pada pabrik kertas, lignin dibuang sebagai limbah karena dapat membuat kertas menjadi warna kekuningan. Lignin dapat diisolasi dari limbah pabrik kertas dan juga dari proses pulping. Terdapat beberapa macam metode isolasi dari lignin diantaranya adalah dengan menggunakan enzim dan bahan kimia. Metode isolasi lignin telah banyak dilakukan diantaranya berdasarkan hidrolisis selektif dan pelarutan karbohidrat dari limbah pabrik dengan menggunakan enzim selulosa (8). Dalam metode tersebut lignin diendapakan oleh enzim tersebut. Metode lainnya adalah hidrolisis asam lignin dari limbah pabrik kertas. Pada metode ini adanya asam membuat lignin mengendap, karena lignin tidak larut dalam asam. Hal ini dapat terjadi karena adanya pemutusan ikatan kovalen dari lignin akibat hidrolisis lignin dari karbohidrat (8) Poliblend Poliblend adalah mencampurkan satu polimer dengan polimer lainya yang sifatnya berbeda. Poliblend ini tidak akan membentuk ikatan kovalen antar molekul yang dicampurkan. Sifat poliblend yang terbentuk akan berada diantara sifat polimer murni yang digunakan dalam 10

9 pembentukan poliblend. Sifat-sifat baru akan muncul jika molekul penyusun poliblend tersebut dapat berinteraksi antara polimer yang satu dengan polimer lainnya. Terdapat dua jenis poliblend yaitu (12) : 1. Poliblend homogen (miscible). Pada poliblend homogen, polimer yang dicampurkan saling bercampur pada fasa amorf. Sifat poliblend homogen sebanding dengan komposisi polimer penyusunnya. 2. Poliblend heterogen (immiscible polymer blend). Pada poliblend heterogen polimer sama sekali tidak saling campur pada fasa amorf. Film yang terbentuk mengandung dua fasa dari komponen masing-masing. Derajat dispersitas dari masing-masing komponen penyusun tergantung dari metode penyiapan poliblend. Penyiapan poliblend dapat dilakukan dengan metode pelarutan dan metode pelelehan. Metode pelarutan dilakukan dengan melarutkan dua polimer atau lebih hingga dalam suatu pelarut hingga homogen. Larutan polimer tersebut diuapkan pada suhu ruang sehingga akan terbentuk poliblend. Metode pelelehan dilakukan dengan cara mencampurkan dua polimer atau lebih kemudian dipanaskan diatas temperatur transisi gelas sehingga kedua polimer saling bercampur dan akan terbentuk poliblend (12) Karakterisasi Karakterisasi polimer bertujuan untuk mengetahui struktur dan sifat dari polimer/poliblend yang telah disintesis. Karakterisasi yang digunakan pada penelitian ini adalah FT-IR, konduktivitas proton, kapasitas penukar ion, derajat penggembungan, sifat mekanik, dan sifat termal Analisis Gugus Fungsi Analisis gugus fungsi bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam suatu senyawa. Pengukuran ini didasarkan pada vibrasi gugus fungsi tersebut akibat adanya radiasi infra merah (IR). Radiasi IR merupakan bagian spektrum elektromagnetik antara daerah cahaya tampak dan gelombang mikro. Range IR berada pada cm -1. Setiap ikatan kimia memiliki frekuensi vibrasi masing-masing sehingga akan muncul suatu puncak spesifik pada spektrum IR. Vibrasi molekul ada bermacam-macam. Secara umum ada dua tipe vibrasi molekul yaitu stretching dan bending. Strecthing adalah pergerakan molekul disepanjang sumbu aksis, pergerakan ini seperti jarak interatom yang memanjang dan memendek (5). Vibrasi ini dibagi menjadi dua yaitu vibrasi simetrik dan asimetrik. Bending 11

10 adalah tipe vibrasi dimana pergerakan molekul yang menyebabkan adanya sudut ikatan antara atom dan pergerakannya. Vibrasi bending juga dibagi menjadi tiga macam yaitu rocking, wagging dan twisting. Dari sekian banyak jenis vibrasi, yang dapat muncul dalam spektrum IR adalah vibrasi yang menyebabkan adanya perubahan momen dipol. Alat yang digunakan untuk analisisi gugus fungsi salah satunya adalah Fourier Transform Infrared Spectrometer (FTIR). Terdapat dua macam metode penyiapan sampel terutama untuk padatan yaitu metode Nujol mull dan metode penyiapan pellet KBr. Metode Nujol mull ini adalah metode penyiapan sampel padatan dengan membuat suatu film tipis dan transparan. Metode penyiapan pellet KBr lebih sering digunakan daripada metode Nujol mull. Pada metode ini sampel yang telah ditambahkan KBr digerus kemudian ditekan hingga terbentuk suatu pelet (5). Spektroskopi IR dapat digunakan sebagai analisis kualiatif untuk mengetahui struktur suatu senyawa. Selain itu, spektroskopi IR juga dapat digunakan sebagai analisis kuantitaif yaitu dengan melihat besarnya intensitas serapan yang menunjukkan kekuatan interaksi antara sinar infra merah dengan vibrasi molekul tersebut Penentuan Berat Molekul Penentuan massa molekul bertujuan untuk mengetahui massa molekul polimer yang telah disintesis. Ada bermacam-macam teknik penentuan massa molekul yaitu analisa gugus ujung, sifat koligatif, ultrasentrifuga, Gel Permeation Chromatography (GPC), dan viskometri (2). Metode penentuan massa molekul yang akan dibahas adalah metode viskometri menggunakan viskometer stwald. Dalam metode viskometri, polimer dilarutkan kemudian ditentukan nilai viskositasnya. Nilai viskositas akan berhubungan dengan ukuran molekul atau besarnya ruang dalam molekul polimer. Ukuran molekul secara empiris akan berkaitan dengan massa molekul polimer. Viskositas larutan polimer biasanya diukur dengan membandingkan waktu alir pelarut muni dan larutan polimer pada saat larutan mengalir dalam viskometer. Data viskositas merupakan fungsi dari konsentrasi polimer yang dilarutkan hingga mendapatkan konsentrasi larutan polimer yang sangat encer. Perhitungan massa molekul polimer adalah sebagai berikut (2) : η r atau viskositas relatif yaitu perbandingan viskositas larutan dengan viskositas pelarut. η r = t t 0 (1) 12

11 η sp atau viskositas spesifik yaitu kenaikan relatif viskositas larutan terhadap pelarut. η red atau viskositas tereduksi (g/100ml) η sp = η r 1 (2) η η red = C sp (3) Dibuat aluran ηred terhadap C kemudian didapatkan suatu persamaan garis: η = + red 2 [ η] k' [ η] C (4) Dari persamaan garis tersebut didapatkan nilai η dan dengan persamaan Mark-Houwink akan didapatkan suatu massa molekul polimer [η] = K.M v a ; K dan a tetapan Mark-Houwink (5) Analisis Uji Mekanik Tujuan dari analisis uji mekanik adalah untuk mengetahui kekuatan mekanik membran. Pengukuran sifat mekanik biasanya dilakukan dengan memberikan gaya pada membran sampai mengalami perpanjangan dan akhirnya terjadi pemutusan. Salah satu parameter yang penting dalam uji mekanik adalah nilai stress atau kekuatan tarik, strain atau perpanjangan membran saat terjadinya pemutusan, dan modulus Young (10). Kurva pengukuran mekanik dapat dilihat pada Gambar 2.10: Gambar 2.10 Kurva stress terhadap strain 13

12 Stress atau kekuatan tarik adalah gaya yang diberikan pada membran hingga terjadi pemutusan. Stress (σ) dapat dihitung dengan Persamaan 6 (10) : Dengan σ = kekuatan tarik (Kgf/mm 2 ) F σ = A (6) F = Gaya saat terjadinya pemutusan (Kgf) A = luas penampang (mm 2 ) Regangan atau perpanjangan membran sampai terjadinya pemutusan (elongation at break) menunjukkan perpanjangan membran ketika diberi suatu gaya sampai mengalami pemutusan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung regangan, ε adalah (10) : ( l l ) 0 ε = 100% l0 (7) Dengan ε = regangan dalam % l = panjang akhir (mm) l 0 = panjang awal (mm) Dari nilai stress dan strain dapat dihitung modulus Young atau sifat elastis membran. Modulus Young dapat digunakan sebagai parameter kekakuan membran. Semakin besar nilai modulus Young berarti membran semakin kaku. Nilai modulus Young diperoleh dari rumus berikut : E σ ε = Dengan E = modulus Young (Kgf/mm 2 ) ε = % regangan σ = kekuatan tarik (Kgf/mm 2 ) (8) Analisis Termal Analisis termal dapat didefinisikan sebagai pengukuran sifat fisik dan sifat kimia dari suatu material sebagai fungsi dari temperatur. Analisis termal yang paling utama adalah thermogravimeric analysis (TGA) yang mengukur perubahan berat dari sampel sebagai fungsi dari temperatur atau waktu. Differential thermal analysis (DTA) mengukur perbedaan 14

13 temperatur (ΔT) antara sampel dan reference sebagai fungsi dari temperatur (13). Pengukuran DTA dan TGA dapat dilakukan dalam satu peralatan yang sama. Analisis termal TGA dapat mendeteksi efek perubahan berat dari sampel sebagai fungsi dari waktu dan juga dapat mendeteksi temperatur dekomposisi sampel. Analisis termal DTA digunakan untuk mengetahui sifat dari membran seperti transisi polimorfik, titik leleh, transisi gelas, dan lain-lain. Pengukuran menggunakan DTA dan TGA dalam satu alat dapat secara langsung mengetahui perubahan berat dari sampel setiap waktu dan juga dapat mengamati gejala endotermik dan eksotermik dari suatu polimer (13) Uji Swelling Sifat dan karakteristik membran yang penting untuk aplikasi PEMFC adalah harus dapat melewatkan proton. Agar membran dapat melewatkan proton, membran harus dalam keadaan terhidrasi. Akan tetapi banyaknya air dalam membran juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan terjadinya suatu cross over gas atau metanol. leh karena itu diperlukan suatu analisis untuk mengukur kemampuan membran untuk menyerap air. Analisis yang digunakan adalah uji swelling. Pada uji ini membran akan direndam dalam aqua dm selama satu hari, kemudian berat membran basah dan membran kering ditimbang. Besarnya swelling yang didapatkan dapat dihitung dari persamaan 9 : % swelling = (( W basah W kering )/ W kering ) x 100% (9) W basah adalah massa membran saat basah (gram), W kering adalah massa membran saat membran kering (9) Kapasitas Penukar Ion (IEC) Kapasitas penukar ion (IEC) mengindikasikan seberapa banyak gugus pada polimer yang mampu untuk menukarkan ion dan mampu untuk mentransferkan proton. Hal ini secara tidak langsung berhubungan dengan besarnya nilai konduktivitas proton dari membran. Semakin banyak gugus yang mampu menukarkan ion maka nilai IEC akan semakin baik. Nilai IEC didapatkan dari persamaan 10 : IEC (mmol/gram) = ((n HCl,i n HCl,f ) x )/ W membran...(10) IEC dalam satuan meq/gram, n HCl,i adalah mmol HCl tanpa membran (standar), n HCl,f adalah mmol HCl dengan membran, W membran adalah massa membran dalam gram. 15

14 Konduktivitas Proton Konduktivitas proton ini adalah kemampuan membran untuk melewatkan proton. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada uji swelling bahwa untuk menghantarkan proton membran harus dalam keadaan terhidrasi. Dengan adanya molekul air, proton dapat bergerak dari gugus satu ke gugus lainnya karena adanya transfer proton melewati molekul air yang berada disekitar gugus hidrofil. Pengukuran konduktivitas sangat bergantung pada alat yang digunakan. Nilai konduktivitas dapa ditentukan dengan Persamaan 11. σ (S/cm) = l / (A x R)...(11) l adalah ketebalan dari membran (cm), A adalah luas permukaan membran ( cm 2 ) dan 1/R adalah nilai hantaran yang didapat (S). 16

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

3. Metode Penelitian

3. Metode Penelitian 3. Metode Penelitian 3.1. Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Umumnya peralatan yang digunakan pada penelitian ini berada di Labotaorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)

2. Tinjauan Pustaka Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Fuel cell (sel bahan bakar) merupakan alat pengkonversi energi elektrokimia. Sel ini menghasilkan energi listrik dari berbagai macam jenis sumber bahan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) merupakan salah satu jenis fuel cell, yaitu sistem penghasil energi listrik, yang bekerja berdasarkan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2. 1 Struktur stiren

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2. 1 Struktur stiren 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Stiren Stiren atau vinyl benzen merupakan senyawa organik yang dapat disintesis dari benzena dan etena. Stiren merupakan monomer yang paling banyak digunakan karena memiliki kestabilan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material, Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Program Studi Kimia ITB dari bulan

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer

2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer Tinjauan Pusaka. Polimer Polimer adalah molekul besar yang terbentuk dari pengulangan unit yang kecil dan sederhana. Unit ulang dari polimer biasanya sama atau hampir sama dengan monomernya. Polimer yang

Lebih terperinci

Kata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled

Kata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled KAJIAN FISIKA KIMIA LIMBAH STYROFOAM DAN APLIKASINYA Ni Ketut Sumarni 1, Husain Sosidi 2, ABD Rahman R 3, Musafira 4 1,4 Laboratorium Kimia Fisik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako 2,3 Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun 1833. 1 sepanjang abad 19 para kimiawan bekerja dengan polimer tanpa memiliki suatu pengertian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Kopolimer Akrilonitril-Glisidil metakrilat (PAN-GMA) Pembuatan kopolimer PAN-GMA oleh peneliti sebelumnya (Godjevargova, 1999) telah dilakukan melalui polimerisasi radikal

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu / 9 Maret 011 Kimia Polimer Waktu : 10.00-13.00 WIB Asisten : Prestiana PJP : Andriawan Subekti, S.Si, M. Si PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER MIRANTI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat Bab 3 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas tahap pembuatan kitin dan kitosan, sintesis karboksimetil kitosan dari kitin dan kitosan, pembuatan membran kitosan dan karboksimetil kitosan, dan karakterisasi.

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi dunia terhadap energi listrik kian meningkat seiring pesatnya teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang diharapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM UNTUK MEMBRAN SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELL) Nida Mariam, Indah Dewi Puspitasari, Ali Syari ati. Pembimbing: Prof. Dr. I Made Arcana. Institut Teknologi Bandung. 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Sulfonasi terhadap Karakteristik Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan

Pengaruh Waktu Sulfonasi terhadap Karakteristik Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan Pengaruh Waktu Sulfonasi terhadap Karakteristik Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan SKRIPSI Lelly Dwi Ambarini NIM 10504018 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN

PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN Oleh Netty Kamal Interpenetrating Polymer Network (IPN) adalah polimer campuran yang unik, dimana jaringan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGARUH SUHU SULFONASI TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN ELEKTROLIT POLIETER-ETER KETON TERSULFONASI Karakteristik membran elektrolit polieter-eter keton tersulfonasi (speek)

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : - Hot Plate Stirer Coming PC 400 D - Beaker Glass Pyrex - Hot Press Gotech - Neraca Analitik Radwag

Lebih terperinci

Pembuatan Membran Poliblend PSS-lignin dan Karakterisasinya untuk Aplikasi Sel Bahan Bakar

Pembuatan Membran Poliblend PSS-lignin dan Karakterisasinya untuk Aplikasi Sel Bahan Bakar Pembuatan Membran Poliblend PSS-lignin dan Karakterisasinya untuk Aplikasi Sel Bahan Bakar SKRIPSI Luchana Lamierza Yusup 10504037 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur, KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Morimoto, M. et al, (2002), Control of Functions of Chitin and Chitosan by Chemical Modification, 14(78),

Daftar Pustaka. Morimoto, M. et al, (2002), Control of Functions of Chitin and Chitosan by Chemical Modification, 14(78), Daftar Pustaka Bilmeyer, F. W., (1971), Textbook of Polymer Science.2 nd New York, 264-265, 395-397 Edition, Wiley-Interscience Inc., Chen, S.L. et al., (2004), Ion exchange resin/polystyrene sulfonate

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Kitosan 4.1.1 Penyiapan Perlakuan Sampel Langkah awal yang dilakukan dalam proses isolasi kitin adalah dengan membersikan cangkang kepiting yang masih mentah

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya

Lebih terperinci

2 Tinjauan pustaka. 2.1 Polimer

2 Tinjauan pustaka. 2.1 Polimer 2 Tinjauan pustaka 2.1 Polimer Salah satu faktor yang menentukan sifat suatu polimer adalah keteraturan rantai. Keteraturan rantai tersebut diwakili oleh struktur rantai, taktisitas, dan kristalinitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan plastik di Indonesia sebagai bahan kemasan pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari sangat besar (mencapai 1,9 juta ton di tahun 2013) (www.kemenperin.go.id),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Poliuretan 2.1.1. Sintesis Poliuretan Poliuretan ditemukan pertama kali oleh Prof. Otto Bayer pada tahun 1937 sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat Nylon.

Lebih terperinci

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA 2015-2016 Siswa mampu memahami, menguasai pengetahuan/ mengaplikasikan pengetahuan/ menggunakan nalar dalam hal: Struktur Atom Sistem Periodik Unsur Ikatan Kimia (Jenis Ikatan)

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 4 3.4 Menganalisis hubungan konfigurasi elektron

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI 7 AGUSTUS 2014 SARI MEIWIKA S. NRP. 1410.100.032 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph.D Pendahuluan Metodologi Hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

PENDAHULUAN. 1  (5 September 2006) PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Polipropilena Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk ke dalam polimer termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Polipropilena berasal dari monomer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3

Lebih terperinci

Sintesis Membran Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan untuk Aplikasi Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

Sintesis Membran Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan untuk Aplikasi Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sintesis Membran Polistiren dan Polyblend-nya dengan Kitosan untuk Aplikasi Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) SKRIPSI Mutiara Febryani 10504004 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Ilmiah Pada penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabodetabek rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, menjalankan mesin-mesin pabrik, proses memasak

Lebih terperinci

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

panjang gelombang, λ Lebih panjang

panjang gelombang, λ Lebih panjang λ panjang gelombang, λ Lebih panjang 1 Pengukuran serapan IR oleh suatu molekul sebagai fungsi dari frekuensi (bil. Gelombang) Teknik: Spektrofotometri IR Alat: Spektrofotometer IR Hasil: Spektra IR Sinar

Lebih terperinci

panjang gelombang, λ Lebih panjang

panjang gelombang, λ Lebih panjang λ panjang gelombang, λ Lebih panjang Pengukuran serapan IR oleh suatu molekul sebagai fungsi dari frekuensi (bil. Gelombang) Teknik: Spektrofotometri IR Alat: Spektrofotometer IR Hasil: Spektra IR Sinar

Lebih terperinci