Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan."

Transkripsi

1 Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis stabilitas emulsi (ASTM D ) Stabilitas emulsi diukur antara air dan xilena. Xilena dan air dicampur dengan perbandingan 6:4. Campuran tersebut dikocok selama 5 menit menggunakan vortex mixer. Pemisahan emulsi antara xilena dan air diukur berdasarkan lamanya pemisahan antar fase sebelum dan sesudah ditambahkan surfaktan dan dibandingkan nilainya. Penetapan stabilitas emulsi dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan cara pengukuran berdasarkan pemisahan dengan asumsi bahwa sistem emulsi yang sempurna bernilai 100. % 100% 3) Pengukuran tegangan permukaan (ASTM D ) Pengukuran tegangan permukaan dilakukan dengan menggunakan metode du Nouy. Peralatan dan wadah sampel yang digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan asam sulfat-kromat dan dibilas dengan aquades, lalu dikeringkan. Cincin platinum yang digunakan pada alat tensiometer mempunyai mean circumferense = 5,945. Posisi alat diatur agar horizontal dengan water pass dan diletakkan pada tempat yang bebas dari gangguan, seperti getaran, angin, sinar matahari dan panas. Larutan surfaktan APG yang dihasilkan dengan beragam konsentrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diletakkan di atas dudukan tensiometer. Suhu cairan diukur dan dicatat. Selanjutnya cincin platinum dicelupkan ke

2 118 dalam sampel tersebut (lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah permukaan cincin). Skala vernier tensiometer diatur pada posisi nol dan jarum penunjuk harus berada pada posisi terhimpit dengan garis pada kaca. Selanjutnya kawat torsi diputar perlahan-lahan sampai film cairan tepat putus, saat film cairan tepat putus, skala dibaca dan dicatat sebagai nilai tegangan permukaan. 4) Pengukuran tegangan antarmuka (ASTM D ) Pengukuran tegangan antarmuka dilakukan dengan menggunakan metode du Nouy. Prosedur pengukuran tegangan antarmuka hampir sama dengan pengukuran tegangan permukaan. Tegangan antarmuka menggunakan dua cairan yang berbeda tingkat kepolarannya, yaitu larutan surfaktan dengan beragam konsentrasi dan xilena (1:1). Larutan surfaktan APG dengan berbagai konsentrasi terlebih dahulu dimasukkan ke dalam wadah sampel, kemudian dicelupkan cincin platinum ke dalamnya (lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah permukaan cincin). Setelah itu, secara hati-hati larutan xilena ditambahkan di atas larutan surfaktan sehingga sistem terdiri atas dua lapisan. Kontak antara cincin dan larutan xilena sebelum pengukuran harus dihindari. Setelah tegangan antarmuka mencapai kesetimbangan, yaitu benar-benar terbentuk dua lapisan terpisah yang sangat jelas, pengukuran selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama pada pengukuran tegangan permukaan. 5) Penentuan nilai HLB Nilai HLB digunakan untuk menentukan sifat kelarutan surfaktan APG di dalam air dan menentukan aplikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB yang dimiliki surfaktan APG. Penentuan nilai HLB dari surfaktan APG ditentukan menggunakan metode titrimetri, dimana akuades sebagai titran dan larutan yang mengandung 1 g surfaktan APG dalam 25 ml campuran piridina dan benzena 95:5 (v/v) sebagai titrat. Titik akhir titrasi dicapai pada saat kekeruhan permanen, karena pada saat kekeruhan permanen larutan telah jenuh dan molekul APG sudah tidak dapat berikatan dengan molekul air maupun piridina dan benzena.

3 119 Nilai HLB dari sampel surfaktan APG diperoleh dengan interpolasi pada kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat berdasarkan hasil titrasi dari jenis surfaktan yang telah diketahui nilai HLB. Nilai HLB dari tween 80 adalah 15, span 20 adalah 8,6 dan asam oleat adalah 1 (Al-Sabagh 2002). 6) Spektroskopi FTIR Analisis spektroskopi FTIR memberikan informasi mengenai adanya gugus fungsi yang terdapat dalam molekul. Vibrasi dari setiap gugus fungsi akan muncul pada bilangan gelombang yang berbeda. Tabel L1 Pita serapan FTIR Bilangan Gelombang (cm 1 ) Pita serapan gugus Vibrasi ulur O H Vibrasi ulur C H Vibrasi ulur C=O Vibrasi ulur C=C Vibrasi cincin aromatik Vibrasi tekuk C H Vibrasi cincin aromatik Vibrasi tekuk C H Vibrasi tekuk C=O Vibrasi tekuk CH dan C O Lampiran 2 Prosedur analisis skin lotion 1) Pengukuran viskositas Alat yang digunakan adalah viskosimeter Brookfield. Sampel sebanyak 600 ml dimasukkan ke dalam wadah kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan viscometer (spindle 3) dengan kecepatan 30 rpm dengan faktor konversi yaitu 40. Viskositasnya (cp) merupakan hasil kali antara angka pengukuran faktor konversi.

4 Pengukuran kestabilan emulsi dipercepat (Lachman et al. 1994) Stabilitas emulsi dipercepat dilakukan dengan mensentrifugasi sampel pada putaran 3750 rpm dalam tabung sentrifugasi setinggi 10 cm selama 5 jam. Sentrifugasi dengan kecepatan tersebut selama 5 jam dapat dikatakan ekivalen dengan pengaruh gravitasi selama ±1 tahun. Lampiran 3 Data produksi APG berbahan baku glukosa 1) Hasil pengamatan proses asetalisasi selama 230 menit Sampel Glukosa (g) Alkohol lemak (g) Suhu ( o C) Tekanan vakum (mm Hg) Katalis (g) Massa (g) Produk Warna A1B ,51 177,70 Keruh kekuningan A2B ,51 310,35 Keruh kekuningan A1B ,51 178,14 Keruh agak kekuningan A2B ,51 315,60 Keruh agak kekuningan A1-1B , ,51 146,54 Keruh agak kekuningan A2-1B ,51 329,78 Keruh agak kekuningan A12B , ,51 245,50 Keruh kekuningan A12B , ,51 246,60 Keruh agak kekuningan A12B ,51 245,00 Keruh agak kekuningan A12B ,51 247,30 Keruh agak kekuningan Keterangan: A1-1 = rasio mol glukosa-dodekanol 1:2,38 B1-1 = suhu asetalisasi 95,86 o C A1 = rasio mol glukosa-dodekanol 1:3 B1 = suhu asetalisasi 100 o C A12 = rasio mol glukosa-dodekanol 1:4,5 B12 = suhu asetalisasi 110 o C A2 = rasio mol glukosa-dodekanol 1:6 B2 = suhu asetalisasi 120 o C A2-1 = rasio mol glukosa-dodekanol 1:6,62 B2-1 = suhu asetalisasi 124,14 o C

5 121 2) Hasil pengamatan tahap netralisasi pada suhu o C selama 30 menit Sampel ph awal Warna awal NaOH 50% (ml) ph akhir Warna akhir A1B1 6 Keruh kekuningan 1 10 Keruh agak kecoklatan A2B1 5 Keruh kekuningan 1 10 Keruh agak kecoklatan A1B2 6 Keruh agak kekuningan 1 10 Keruh agak kecoklatan A2B2 5 Keruh agak kekuningan 0,8 8 Keruh agak kecoklatan A1-1B12 6 Keruh agak kekuningan 1 8 Keruh agak kecoklatan A2-1B12 5 Keruh agak kekuningan 0,8 9 Keruh agak kecoklatan A12B1-1 5 Keruh kekuningan 0,7 8 Keruh agak kecoklatan A12B2-1 5 Keruh agak kekuningan 0,8 9 Keruh agak kecoklatan A12B12 5 Keruh agak kekuningan 0,8 9 Keruh agak kecoklatan A12B12 5 Keruh agak kekuningan 0,8 9 Keruh agak kecoklatan 3) Hasil pengamatan tahap distilasi pada suhu o C selama 120 menit Sampel Tekanan Produk Residu vakum (mm Hg) APG kasar (g) Karakteristik fisik AL sisa (g) ph A1B ,6 Pasta, coklat gelap 130,4 6 A2B ,6 Pasta, coklat gelap 243,8 5 A1B ,7 Pasta, coklat gelap 127,3 5 A2B ,6 Pasta, coklat gelap 247,3 5 A1-1B ,1 Pasta, coklat gelap 84,2 6 A2-1B ,8 Pasta, coklat gelap A12B ,3 Pasta, coklat gelap 165,4 5 A12B ,7 Pasta, coklat gelap 181,3 6 A12B ,2 Pasta, coklat gelap 183,6 6 A12B ,5 Pasta, coklat gelap 176,5 6

6 122 4) Hasil pengamatan tahapan pelarutan dan pemucatan Sampel Suhu ( o C) Pelarutan* Pemucatan Air (g) H2O2** Warna APG 70% A1B ,40 0,672 Pasta, coklat tua A2B ,69 1,012 Pasta, coklat A1B ,59 0,774 Pasta, coklat A2B ,97 1,072 Pasta, coklat A1-1B ,90 0,602 Pasta, coklat tua A2-1B ,34 1,136 Pasta, coklat A12B ,13 0,846 Pasta, coklat A12B ,87 0,974 Pasta, coklat A12B ,80 0,924 Pasta, coklat A12B ,07 0,89 Pasta, coklat Ket: *Diinginkan produk mengandung bahan aktif APG 70%, sisanya adalah air. Jadi air yang ditambahkan sebanyak (3/7) massa APG dari produk distilasi. **H2O2 yang ditambahkan sebesar 2% dari massa APG dari produk distilasi 5) Yield APG pada sintesis satu tahap dengan bahan baku glukosa Sampel Yield APG 70% (%) A1B1 26,35 A2B1 22,55 A1B2 30,30 A2B2 23,88 A1-1B12 28,66 A2-1B12 23,97 A12B1-1 24,01 A12B2-1 27,69 A12B12 26,26 A12B12 25,26

7 123 Lampiran 4 Data produksi APG berbahan baku pati sagu 1) Hasil pengamatan proses butanolisis selama 30 menit Sampel Pati sagu (g) Butanol (g) Air (g) Katalis (g) Suhu ( o C) Tekanan (kg/cm 2 ) Massa (g) Produk Warna A3B3 25,08 97,2 22,0 0, , ,80 Coklat A4B3 24,92 97,2 22,5 0, , ,80 Coklat A3B4 25,04 97,2 22,0 0, , ,50 Coklat A4B4 25,00 97,2 22,0 0, , ,43 Coklat A3-1B34 25,06 96,9 22,5 0, ,5 4,5 134,60 Coklat A4-1B34 24,97 96,9 22,5 0, ,5 4,5 136,80 Coklat A34B3-1 25,00 97,2 22,0 0,53 125,86 2,3 2,5 134,20 Coklat A34B4-1 24,98 97,2 23,0 0, ,14 4, ,65 Coklat A34B34 25,06 97,2 23,0 0, ,5 4,5 137,90 Coklat A34B34 25,04 96,9 22,5 0, ,5 4,5 138,50 Coklat Keterangan: A3-1 = rasio mol pati sagu-dodekanol 1:1,78 B3-1 = suhu butanolisis 125,86 o C A3 = rasio mol pati sagu-dodekanol 1:2,5 B3 = suhu butanolisis 130 o C A34 = rasio mol pati sagu-dodekanol 1:4,25 B34 = suhu butanolisis 140 o C A4 = rasio mol pati sagu-dodekanol 1:6 B4 = suhu butanolisis 150 o C A4-1 = rasio mol pati sagu-dodekanol 1:6,72 B4-1 = suhu butanolisis 154,14 o C

8 124 2) Hasil pengamatan proses transasetalisasi selama 120 menit pada tekanan vakum Sampel Alkohol lemak (g) Katalis (g) DMSO (g) Suhu ( o C) APG+AL berlebih (g) Produk Butanol+ Air (g) Warna A3B3 71,88 0,265 2, ,18 100,13 Coklat A4B3 172,50 0,266 2, ,82 95,16 Coklat A3B4 71,90 0,266 2, ,69 95,36 Coklat A4B4 172,52 0,265 2, ,40 83,44 Coklat A3-1B34 51,18 0,265 2, ,62 95,52 Coklat A4-1B34 193,20 0,265 2, ,05 85,97 Coklat A34B ,19 0,265 2, ,46 94,17 Coklat A34B ,20 0,264 2, ,61 88,95 Coklat A34B34 122,18 0,265 2, ,72 87,75 Coklat A34B34 122,19 0,266 2, ,30 84,77 Coklat 3) Hasil pengamatan tahap netralisasi pada suhu o C Sampel ph awal Warna awal NaOH (ml) 50% ph akhir Warna akhir A3B3 4 Coklat 0, Coklat tua A4B3 4 Coklat 0, Coklat tua A3B4 4 Coklat 0, Coklat tua A4B4 4 Coklat 0, Coklat tua A3-1B34 4 Coklat 0, Coklat tua A4-1B34 4 Coklat 0, Coklat tua A34B3-1 4 Coklat 0, Coklat tua A34B4-1 4 Coklat 0, Coklat tua A34B34 4 Coklat 0, Coklat tua A34B34 4 Coklat 0, Coklat tua

9 125 4) Hasil pengamatan tahap distilasi pada suhu o C Tekanan Produk Residu Sampel Suhu ( o C) vakum (mm Hg) APG kasar (g) Karakteristik fisik AL sisa (g) A3B ,54 Pasta, coklat kehitaman 61,82 A4B ,62 Pasta, coklat kehitaman 143,18 A3B ,99 Pasta, coklat kehitaman 60,40 A4B ,54 Pasta, coklat kehitaman 144,92 A3-1B ,98 Pasta, coklat kehitaman 42,99 A4-1B ,02 Pasta, coklat kehitaman 158,42 A34B ,98 Pasta, coklat kehitaman 102,64 A34B ,77 Pasta, coklat kehitaman 102,65 A34B ,69 Pasta, coklat kehitaman 102,63 A34B ,89 Pasta, coklat kehitaman 103,25 5) Hasil pengamatan tahapan pelarutan dan pemucatan Sampel Suhu ( o C) Pelarutan Air (g) H2O2 Pemucatan (g) A3B ,23 0,71 Pasta, coklat tua 51,48 A4B ,27 1,13 Pasta, coklat tua 82,02 A3B ,42 0,86 Pasta, coklat 62,27 A4B ,09 1,45 Pasta, coklat 105,08 A3-1B ,85 0,74 Pasta, coklat 53,57 A4-1B ,29 1,46 Pasta, coklat 105,77 A34B ,99 0,98 Pasta, coklat 70,95 A34B ,19 1,18 Pasta, coklat 85,13 A34B ,87 1,25 Pasta, coklat 90,81 A34B ,67 1,34 Pasta, coklat 96,89

10 126 6) Yield APG pada sintesis dua tahap dengan bahan baku pati sagu Sampel Yield APG 70% (%) A3B3 26,52 A4B3 27,84 A3B4 32,08 A4B4 35,65 A3-1B34 30,94 A4-1B34 33,57 A34B3-1 29,03 A34B4-1 34,84 A34B34 37,15 A34B34 39,69 Lampiran 5 Data karakteristik surfaktan APG 1) Tegangan permukaan Tabel L2 Tegangan permukaan air dengan adanya APG komersial dan APG dari glukosa Konsentrasi APG (%b/v) Tegangan Permukaan (mn/m) APG Komersial Rata- APG hasil penelitian Rata- U1 U2 U3 rata U1 U2 U3 0,1 32,3 31,9 32,4 32,20 36,2 35, ,03 0, ,2 28,9 29,03 34,1 34, ,07 0,3 27, ,2 27, , ,97 0,4 25,7 25,4 25,5 25,53 32,4 32,6 32,5 32,50 0, ,1 24,8 24, ,1 30,8 30,97 0,6 24,1 23,9 23,9 23,97 29, ,9 29,00 0, ,2 23,8 24,00 25,9 26, ,00 0, , ,97 25,4 25,5 25,4 25,43 0,9 22,1 21,9 21,9 21, , , ,4 21,3 21,4 21,37 22, ,8 22,90 rata Keterangan: U = ulangan

11 127 Tabel L3 Tegangan permukaan air dengan adanya APG dari pati sagu Konsentrasi APG (%b/v) Tegangan Permukaan (mn/m) U1 U2 U3 Rata-rata 0,1 28,3 27,8 28,2 28,10 0, ,8 25,8 25,87 0, ,5 25,3 25,27 0, ,8 25,2 25,00 0,5 25,1 25, ,10 0,6 24, ,9 24,87 0,7 24,8 24,9 24,5 24,73 0,8 24,5 24,2 24,4 24,37 0,9 24,4 24,2 24,1 24, , ,4 24,20 2) Tegangan antarmuka Tabel L4 Tegangan antarmuka air-xilena dengan adanya APG komersial dan APG dari glukosa Konsentrasi APG (%b/v) Tegangan Antarmuka (mn/m) APG Komersial Rata- APG hasil penelitian Rata- U1 U2 U3 rata U1 U2 U3 0,1 13, ,07 20, ,03 0,2 11,6 11,4 11,5 11,50 15,1 15,5 15,5 15,37 0,3 10 9,9 10,1 10,00 14,1 14,2 13,9 14,07 0,4 7, , ,9 9,97 rata Tabel L5 Tegangan antarmuka air-xilena dengan adanya APG dari pati sagu Konsentrasi APG (%b/v) Tegangan Antarmuka (mn/m) U1 U2 U3 Rata-rata 0,1 11,3 11, ,23 0,2 9,4 9,3 9,6 9,43 0,3 8,5 9 8,6 8,70 0,4 8,4 8,2 8,5 8,37

12 128 3) Stabilitas emulsi Tabel L6 Stabilitas emulsi air-xilena dengan adanya APG dari glukosa Run Rasio mol glukosa-dodekanol Suhu asetalisasi ( o C) Stabilitas emulsi (%) 1 1: : : : :2, :6, :4,5 95, :4,5 124, :4, :4, Tabel L7 Stabilitas emulsi air-xilena dengan adanya APG dari pati sagu Run Rasio mol pati sagudodekanol Suhu butanolisis ( o C) Stabilitas emulsi (%) 1 1:2, ,8 2 1: ,3 3 1:2, ,7 4 1: ,5 5 1:1, ,7 6 1:6, ,8 7 1:4,25 125,86 46,5 8 1:4,25 154,14 60,6 9 1:4, ,5 10 1:4, ,2

13 129 4) Penentuan nilai HLB Tabel L8 Hasil titrasi akuades untuk surfaktan standar Surfaktan Akuades yang dipakai (ml) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata HLB Asam oleat 14,3 16,8 15,55 1 Span 20 38,3 37,7 38,00 8,6 Twen80 67, ,85 15 HLB y = x R² = Volume akuades (ml) Gambar L1 Kurva standar HLB. Nilai HLB dari APG komersial (APG-K) dan APG hasil penelitian dari glukosa (APG-G) serta APG dari pati sagu (APG-PS) diperoleh dengan memasukkan harga rata-rata akuades (ml) yang terpakai saat titrasi pada persamaan 0,2593 2,3808. Hasilnya ditabelkan pada Tabel L9 di bawah ini: Tabel L9 Nilai HLB dari surfaktan APG Jenis surfaktan Aquades yang dipakai (ml) Rata-rata (ml) HLB APG-K 61,10 62,50 61,80 13,64 APG-G 57,40 55,90 56,65 12,31 APG-PS 43,10 43,20 43,15 8,81

14 130 Lampiran 6 Sidik ragam (ANOVA) untuk yield 1) Sidik ragam (ANOVA) untuk yield APG dari glukosa Sumber Jumlah kuadrat DK* Kuadrat rata-rata F-value Prob>F Model 49, ,62 40,26 0,0001 X1 35, ,50 58,05 0,0001 X2 13, ,74 22,47 0,0021 Residual 4,28 7 0,61 *DK = derajat kebebasan 2) Sidik ragam (ANOVA) untuk yield APG dari pati sagu Sumber Jumlah kuadrat DK* Kuadrat rata-rata F-value Prob>F Model 149, ,96 10,28 0,0212 X1 9,27 1 9,27 3,18 0,1492 X2 58, ,25 19,98 0,0111 X12 58, ,22 18,94 0,0121 X22 60, ,42 20,72 0,0104 X1 X2 1,27 1 1,27 0,43 0,546 Residual 11,66 4 2,92 *DK = derajat kebebasan.

15 131 Lampiran 7 Hasil analisis FTIR dari APG komersial (APG-K) sebagai standar, APG dari glukosa (APG-G) dan APG dari pati sagu (APG-PS) 1) Hasil analisis FTIR dari APG-K dan APG-G APG-K O H C O C APG-G

16 132 2) Hasil analisis FTIR dari APG-K dan APG-PS APG-K O H C O C APG-PS

17 133 Lampiran 8 Data pengukuran karakteristik skin lotion 1) Pengukuran nilai viskositas skin lotion No. Nilai viskositas (cp) Rata-rata (cp) ,67 2) Tabel uji stabilitas emulsi Tabung Tinggi (cm) Awal Akhir Keterangan Stabil Stabil Stabil Stabil 3) Derajat pemisahan emulsi pada sentrifugasi 3750 rpm selama 5 jam Lama sentrifugasi 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam Keterangan Sampel Stabil

18

19 iran 9 Hasil pengamatan ukuran globula emulsi air-mineral oil dengan adanya APG 2% uran globula emulsi pada kecepatan putaran pengaduk 1500 rpm (a) (b) (c) Keterangan: (a) t = 5 menit (b) t = 10 menit (c) t = 15 menit (d) t = 20 menit (e) t = 25 menit t = lama pencampuran (d) (e)

20

21 uran globula emulsi pada kecepatan putaran pengaduk 2000 rpm (a) (b) (c) Keterangan: (a) t = 5 menit (b) t = 10 menit (c) t = 15 menit (d) t = 20 menit (e) t = 25 menit t = lama pencampuran (d) (e)

22

23 uran globula emulsi pada kecepatan putaran pengaduk 2500 rpm (a) (b) (c) Keterangan: (a) t = 5 menit (b) t = 10 menit (c) t = 15 menit (d) t = 20 menit (e) t = 25 menit t = lama pencampuran (d) (e)

24

25 iran 10 Desain reaktor sintesis APG skala 10 L Gambar L2 Gambar teknis dari reaktor sintesis APG.

26 138 Lampiran 11 Data karakteristik APG pada skala 10 L 1) Hasil analisis FTIR dari APG-K dan APG-G APG-K C O C O H APG dari pati sagu pada skala 10 L

27 139 2) Tegangan permukaan air dengan adanya APG dari pati sagu Konsentrasi APG (% b/v) Tegangan Permukaan (mn/m) APG skala 10 L APG skala 0,5 L 0,1 27,50 28,10 0,2 26,75 25,87 0,3 26,50 25,27 0,4 26,38 25,00 0,5 26,08 25,10 0,6 25,87 24,87 0,7 25,80 24,73 0,8 25,70 24,37 0,9 25,67 24,23 1,0 25,58 24,20 3) Tegangan antarmuka air-xilena dengan adanya APG dari pati sagu Konsentrasi APG (% b/v) Tegangan antarmuka (mn/m) APG skala 10 L APG skala 0,5 L 0,1 11,10 11,23 0,2 10,50 9,43 0,3 9,85 8,70 0,4 9,50 8,37

28 cashflow PG Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tah ,000, ,632,637,200 6,112,176,474 5,800,638,619 5,483,290,364 5,165,942,109 4,848,593,854 4,531,245,599 4,213 20,929,734,167 10,641,319,838 11,823,688,709 11,823,688,709 11,823,688,709 11,823,688,709 11,823,688,709 11,823 22,562,371,367 16,753,496,312 17,624,327,328 17,306,979,073 16,989,630,818 16,672,282,563 16,354,934,308 16,037 23,086,080,00 25,971,840,00 28,857,600,00 28,857,600,00 75,006,110,00 28,857,600,00 28,857,600,00 28, ,708,633 09,218,343, ,233,272,672 11,550,620, ,016,479, ,185,317, ,502,665,692 12, ,556,295 1,382,751,553 1,684,990,901 1,732,593,139 8,702,471,877 1,827,797,616 1,875,399,854 1, ,152,338 7,835,592,135 9,548,281,771 9,818,027,788 49,314,007,305 10,357,519,822 10,627,265,839 10,897 17,479,196,720 10,354,799,952 9,827,015,426 9,289,387,347 6,132,674,471 8,214,131,188 7,676,503,109 7, , , , , , , , ,564,474,576 18,652,571,100 17,563,626,271 14,884,429,044 32,785,861,955 10,689,765,185 9,059,123,038 7, ,120,653,701 12,032,100,196 10,726,709,722 8,926,747,268 7,426,324,211 6,175,939,291 5,134,223,296 4, %.77

29 n 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahu 800, ,000, , ,687, ,000, ,680,000 49,140,000 54,600,000 54,600,000 54,600,000 54,600,000 54,600,000 54, 2,803,200 3,153,600 3,504,000 3,504,000 3,504,000 3,504,000 3,504,000 3, 685,542, ,542, ,542, ,542, ,542, ,542, ,542, , 42,612,000 42,612,000 42,612,000 42,612,000 42,612,000 42,612,000 42,612,000 42, 858,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, , 1,632,637, ,473,728,874 4,156,380,619 3,839,032,364 3,521,684,109 3,204,335,854 2,886,987,599 2,569, 6,112,176,47 4 5,800,638,61 9 5,483,290,36 4 5,165,942,10 9 4,848,593,85 4 4,531,245,59 9 4, ,915,334,167 10,625,119,838 11,805,688,709 11,805,688,709 11,805,688,709 11,805,688,709 11,805,688,709 11,805, 14,400,000 16,200,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18, 20,929,734, ,562,371, ,641,319, ,753,496, ,823,688, ,624,327, ,823,688, ,306,979, ,823,688, ,220,630, ,823,688, ,672,282, ,823,688, ,354,934, , , ,086,080,000 25,971,840,000 28,857,600,000 28,857,600,000 74,944,620,000 28,857,600,000 28,857,600,000 28,857, 23,086,080, ,490, ,971,840, ,857,600, ,857,600, ,006,110, ,857,600, ,857,600, , ,708,633 9,218,343,688 11,233,272,672 11,550,620,927 57,785,479,182 12,185,317,437 12,502,665,692 12,820,0 78,556,295 1,382,751,553 1,684,990,901 1,732,593,139 8,667,821,877 1,827,797,616 1,875,399,854 1,923, 687, ,152,338 7,835,592,135 9,548,281,771 9,818,027,788 49,117,657,305 10,357,519,822 10,627,265,839 10,897,

Lampiran 2 Prosedur sintesis surfaktan APG

Lampiran 2 Prosedur sintesis surfaktan APG 58 Lampiran 2 Prosedur sintesis surfaktan APG ) Tahap Butanolisis Tahap ini mereaksikan pati, butanol, air serta katalis asam p-toluena sulfonat (PTSA) dengan perbandingan ratio mol pati:butanol:air:katalis

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penggunaan pati sebagai bahan baku dalam proses sintesis APG harus melalui dua tahapan yaitu butanolisis dan transasetalisasi. Pada butanolisis terjadi hidrolisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh rasio mol katalis dan suhu pada proses butanolisis Proses sintesis APG dua tahap diawali oleh proses butanolisis. Penggunaan bahan baku sakarida yang memiliki dextrose

Lebih terperinci

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui hasil produk APG bila diganti bahan baku penyusunnya. Untuk mengetahui telah tersintesisnya produk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. products), kosmetik maupun untuk pemucatan kain/tekstil (Hill & Rhode 1999). 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. products), kosmetik maupun untuk pemucatan kain/tekstil (Hill & Rhode 1999). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak produk kimia diproduksi dengan menggunakan bahan baku dari petrokimia atau gas alam, dimana bahan baku ini akan tersedia dalam jumlah yang cukup dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang digunakan pada pembuatan skin lotion meliputi polietilen glikol monooleat (HLB12,2), polietilen glikol dioleat (HLB 8,9), sorbitan monooleat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar Lampiran 2. Penentuan Faktor Koreksi pada Pengukuran Tegangan Permukaan (γ) dengan Alat Tensiometer Du Nuoy Faktor koreksi = ( γ ) air menurut literatur ( γ

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin

Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin 1. Uji Standar untuk Bilangan Asam (SNI 04-7182-2006) Sampel alkil ester ditimbang 19 21 + 0,05 g ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan adalah hotplate stirrer, reaktor labu leher tiga dan alat sentrifuse. Alat yang digunakan dalam analisis deterjen cair adalah viscosimeter

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Gambar 7 Desain peralatan penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Tania S. Utami *), Rita Arbianti, Heri Hermansyah, Wiwik H., dan Desti A. Departemen Teknik

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi glukosa ester dari beras dan berbagai asam lemak jenuh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama fermentasi tepung beras menjadi glukosa menggunakan enzim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap berkesinambungan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PRODUKSI SURFAKTAN NONIONIK ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) DENGAN METODE PERMUKAAN RESPONS

OPTIMASI PROSES PRODUKSI SURFAKTAN NONIONIK ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) DENGAN METODE PERMUKAAN RESPONS Jurnal Teknologi Industri Pertanian (1):51-57 (01) Adisalamun, Djumali Mangunwidjaja, Ani Suryani, OPTIMASI PROSES PRODUKSI SURFAKTAN NONIONIK ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) DENGAN METODE PERMUKAAN RESPONS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA

LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA 1.1. Cara Kerja Pengujian Total Padatan Terlarut 1. Ujung depan refraktometer diarahkan ke sumber cahaya. Fokus pembacaan skala diatur sehingga diperoleh pembacaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6 DATA PENGAMATAN Data uji gugus karboksil ph Waktu ( menit ) Uji Gugus Karboksil Volume titran ( ml ) 1 2 3 30 0,5 0,4 0,5 6 60 0,3 0,5 0,7 90 0,5 0,6 0,6 120 0,5 0,5 0,6 30 0,5 0,5 0,6 7 60 0,6 0,5 0,7

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya pada

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECERAHAN PADA PROSES SINTESIS SURFAKTAN NONIONIK ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) BERBASIS TAPIOKA DAN DODEKANOL

PENINGKATAN KECERAHAN PADA PROSES SINTESIS SURFAKTAN NONIONIK ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) BERBASIS TAPIOKA DAN DODEKANOL Reaktor, Vol. 14 No. 2, ktober 2012, Hal. 143-150 PENINGKATAN KECERAHAN PADA PRSES SINTESIS SURFAKTAN NNINIK ALKIL PLIGLIKSIDA (APG) BERBASIS TAPIKA DAN DDEKANL Februadi Bastian 1*), Ani Suryani 2), dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS 1.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI 7 AGUSTUS 2014 SARI MEIWIKA S. NRP. 1410.100.032 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph.D Pendahuluan Metodologi Hasil

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

P FORTIFIKASI KEJU COTTAGE

P FORTIFIKASI KEJU COTTAGE BAB III METODE 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat gelas, neraca analitik, blender, saringan, botol, heater, rotary evaporator, freeze dryer,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan untuk pembuatan gel bioetanol adalah handmixer, penangas air, dan gelas ukur. Alat yang digunakan untuk uji antara lain adalah Bomb Calorimeter,

Lebih terperinci

Prosedur pembuatan suspensi alginat

Prosedur pembuatan suspensi alginat LAMPIRA 39 Lampiran 1. Prosedur pembuatan suspensi alginat 1. Pembuatan suspensi alginat tanpa filler Aquades Na-alginat Pencampuran Sterilisasi 121 o C, 15 menit Pendinginan suhu ruang Suspensi alginat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi Indonesia sebagai produsen surfaktan dari minyak inti sawit sangat besar.

I. PENDAHULUAN. Potensi Indonesia sebagai produsen surfaktan dari minyak inti sawit sangat besar. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Potensi Indonesia sebagai produsen surfaktan dari minyak inti sawit sangat besar. Hal ini dikarenakan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer C

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer C BAB 3 BAHAN DAN METDE PENELITIAN 3.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer 210 0 C Fisons - Kondensor bola Pyrex - Buret (10 ml ± 0,05 ml)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). 2 3 4 Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). Antar muka dapat berada dalam beberapa jenis, yang dapat berwujud padat, cair atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas

Lebih terperinci

Studi Penggunaan Katalis Padat Pada Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Dari Metil Ester Berbasis Minyak Sawit

Studi Penggunaan Katalis Padat Pada Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Dari Metil Ester Berbasis Minyak Sawit Presentasi Tesis Studi Penggunaan Katalis Padat Pada Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Dari Metil Ester Berbasis Minyak Sawit Oleh Ariani Nrp. 2309 201 001 Pembimbing Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Program

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas. 1. Kadar Air (SNI )

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas. 1. Kadar Air (SNI ) LMPIRN Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas 1. Kadar ir (SNI 01-3555-1998) 38 Sebanyak 2-5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan dalam cawan aluminium yang telah dikeringkan.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pengumpulan Bahan Bahan berupa minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh dari rumah industri minyak kemiri dengan nama dagang Minyak kemiri alami 100%, VCO diperoleh di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian kefir dari susu sapi dengan kualitas terbaik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L. LAMPIRAN Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) 47 Lampiran. Oven Lampiran 4. Autoklaf 48 Lampiran 5. Tanur Lampiran

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK LAMPIRAN A ANALISA MINYAK A.1. Warna [32] Grade warna minyak akan analisa menggunakan lovibond tintometer, hasil analisa akan diperoleh warna merah dan kuning. Persentase pengurangan warna pada minyak

Lebih terperinci

Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan

Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan III.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini secara garis besar meliputi beberapa tahap, yaitu penyiapan aditif penurun titik tuang,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci