2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 Tinjauan Pusaka. 2.1 Polimer"

Transkripsi

1 Tinjauan Pusaka. Polimer Polimer adalah molekul besar yang terbentuk dari pengulangan unit yang kecil dan sederhana. Unit ulang dari polimer biasanya sama atau hampir sama dengan monomernya. Polimer yang terbentuk bisa lurus, membentuk cabang, dan membentuk ikatan silang. 3 Panjang rantai suatu polimer ditentukan melalui jumlah unit ulang dalam rantai, biasanya dinyatakan dengan derajat polimerisasi (DP). Polimer yang memiliki nilai DP rendah biasa disebut sebagai oligomer. Polimer disebut juga sebagai makromolekul karena ukuran molekulnya yang besar, lebih besar dari molekul-molekul organik lain yang lebih sederhana. Proses polimerisasi (sintesis polimer) oleh Flory (953) dan Carothers (ark 940) dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu polimerisasi kondensasi (step-reaction polymerization) dan polimerisasi adisi (chain-reaction polymerization). 3 Polimerisasi kondensasi merupakan polimerisasi bertahap, didasarkan pada reaksi antara dua pusat aktif sehingga terbentuk senyawa baru dan hasil samping. Bila molekul pereaksi memiliki dua gugus fungsi atau lebih, reaksi dapat berjalan lebih lanjut membentuk rantai polimer yang panjang. 4 Polimerisasi adisi didasarkan pada pemutusan ikatan rangkap pada substrat. Pada polimerisasi adisi biasanya terjadi reaksi rantai dimana radikal bebas atau ion terlibat di dalamnya. 5 Radikal bebas dapat terbentuk dari dekomposisi senyawa yang kurang stabil, atau biasa disebut sebagai inisiator. Polimerisasi ionik, polimerisasi radikal, dan polimerisasi Ziegler-Natta termasuk kedalam polimerisasi adisi. Berdasarkan asalnya, polimer dibagi menjadi tiga macam yaitu polimer alam, polimer sintetik, dan polimer semisintetik (Gambar.). Polimer alam merupakan polimer yang terbentuk di alam seperti protein dan polisakarida. Polimer alam biasanya dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable polymer). Polimer sintetik merupakan polimer buatan, hasil sintesis manusia. Polimer sintetik ini dibagi menjadi tiga golongan, yaitu serat, plastik, dan elastomer. Polimer

2 semisintetik adalah polimer hasil sintesis manusia, tetapi bahan dasarnya berasal dari polimer alam. Contoh polimer semisintetik adalah selulosa asetat yang berasal dari selulosa. 4 Gambar. Klasifikasi polimer Berdasarkan sifat termalnya, polimer dibagi menjadi polimer termoplastik dan polimer termoset. Polimer termoplastik merupakan polimer yang dapat meleleh saat dipanaskan, sehingga lebih mudah dibentuk. Polimer jenis ini dapat didaur ulang, tetapi suhu pemakaian maksimumnya lebih rendah dari suhu lelehnya. Sedangkan polimer termoset merupakan polimer yang tidak meleleh saat dipanaskan, karena terbentuknya ikatan silang pada saat pemanasan pertama. Polimer jenis ini sulit mengalami daur ulang, tetapi suhu pemakaian maksimumnya bisa lebih tinggi dari suhu pembuatan polimer tersebut. 4 Berdasarkan strukturnya, polimer dibagai menjadi tiga macam, yaitu polimer kristalin, polimer amorf, dan polimer semikristalin. Polimer kristalin adalah polimer yang susunan rantainya teratur, disebabkan oleh adanya ikatan antar rantai yang kuat. Polimer amorf adalah polimer yang susunan rantainya acak karena tidak adanya antaraksi antar rantai yang kuat. Sedangkan polimer semikristalin adalah polimer yang memiliki bagian kristalin dan amorf (Gambar.). Biasanya polimer memiliki struktur semikristalin, dan derajat kristalinitasnya dapat ditentukan dengan menggunakan analisis difraksi sinar-x. 4 4

3 Gambar. Struktur polimer. Polistiren Stiren berhasil diekstrak pertama kali pada tahun 83 oleh. Bonastre. Kemudian pada tahun 845, AW Hofmann dan J Blyth berhasil mendapatkan padatan (metastiren) dari stiren dengan cara memanaskan stiren tanpa kehadiran oksigen. Kemudian beberapa penilitian pada awal 900 dilakukan untuk membuat polimer dari stiren, tapi belum membuahkan hasil. 6 Beberapa tahun kemudian, seorang ahli kimia Jerman, Hermann Staudinger, menemukan bahwa pemanasan stiren mengawali reaksi rantai yang menghasilkan makromolekul (polimer). Senyawa ini kemudian diberi nama polistiren. Polistiren dikembangkan secara komersial pertama kali pada tahun 930 oleh suatu perusahaan dari Jerman yang bernama I.G. Farben yang dipelopori oleh Professor Katz. 6.. Sintesis Polistiren Polistiren berasal dari monomer stiren (vinilbenzene). Stiren dapat disintesis dari benzene dan etilen dengan bantuan katalis aluminium klorida, pada suhu 90 0 C. Dari proses ini akan dihasilkan etil benzene yang kemudian didehidrogenasi sehingga terbentuk stiren (Gambar.3). 3 5

4 H C CH 3 HC CH C + H CH AlCl 3 HCl, 90 0 C -H C,uap air HC CH BP CH CH n polimerisasi Gambar. 3 Reaksi polimerisasi polistiren Proses polimerisasi stiren dapat dilakukan melalui polimerisasi adisi dengan radikal bebas, kationik, anionik, maupun Ziegler-Natta. etode sintesis yang paling sering digunakan adalah polimerisasi adisi secara radikal bebas dengan menggunakan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Reaksi polimerisasi ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap inisiasi, tahap propagasi, dan tahap terminasi (Gambar.4). 4 Tahap Inisiasi : Panas + Benzoil Peroksida H H H R H C CH + R Tahap Propagasi : H R H H + H C CH R H C CH CH CH dst 6

5 Tahap Terminasi : R + R R R-R atau atau CH CH R n Gambar. 4 ekanisme reaksi polimerisasi polistiren.. Struktur dan Sifat Polistiren Berdasarkan stereokimianya, polistiren dapat dibagi menjadi tiga macam 5, yaitu : a. Polistiren isotaktik adalah polistiren yang semua gugus fenilnya berada pada satu arah yang sama terhadap bidang rantai utama. Karena keteraturan yang tinggi, biasanya polimer jenis ini bersifat kristalin. b. Polistiren sindiotaktik adalah polistiren yang gugus fenilnya berada pada arah yang bergantian terhadap bidang rantai utama. c. Polistiren ataktik adalah polistiren yang gugus fenilnya tidak mempunyai keteraturan (acak) terhadap bidang rantai utama. Strukturnya bersifat amorf dan biasanya tidak memiliki titik leleh (T m ). Gambar. 5 Taktisitas polistiren 7

6 Polistiren merupakan suatu polimer termoplastik yang bersifat transparan, mudah diwarnai, mudah difabrikasi, dan mudah disintesis. Polistiren dapat dilunakkan pada suhu sekitar 00 C. Seperti polimer lainnya, polistiren cenderung bersifat inert, memiliki ketahanan terhadap alkali, asam halida, dan senyawa oksidator/reduktor lainnya. Penyinaran dalam waktu lama oleh sinar UV, oksigen, atau ozon mempengaruhi kekuatan dan ketahanan dari polimer tersebut Aplikasi Polistiren Polistiren yang dijual secara komersial biasanya merupakan polimer linier, bersifat ataktik dan amorf. Polistiren seperti ini banyak digunakan untuk bahan pengemas, mainan, dan peralatan rumah tangga. Polistiren isotaktik atau sindiotaktik dapat juga diproduksi, akan tetapi kurang diminati karena sifatnya lebih kristalin, mahal, dan lebih susah untuk diproses. Polistiren tipe isotaktik atau sindiotaktik banyak digunakan untuk peralatan medis karena lebih tahan terhadap panas (dapat disterilisasi). Polistiren yang paling luas dikenal adalah styrofoam. Selain polistiren, pada styrofoam terdapat zat-zat aditif yang ditambahkan. Seng dan senyawa butadiena ditambahkan agar polistiren kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Untuk kelenturannya, ditambahkan dioktilptalat (DP), butil hidroksi toluena, atau n-butil stearat. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). Hasilnya adalah styrofoam seperti yang kita pergunakan saat ini. 8.3 Poli-δ-Valerolakton (PVL) PVL merupakan senyawa lakton yang termasuk ke dalam golongan poliester. PVL dapat disintesis dari monomer δ-valerolakton, suatu senyawa ester siklik yang dapat diperoleh dari hasil kondensasi alkohol dengan asam karboksilat. distanoksan polimerisasi n Gambar. 6 Polimerisasi PVL 8

7 PVL dapat disintesis dengan cara polimerisasi pembukaan cincin dari monomer δ-valerolakton dengan menggunakan katalis distanoksan (Gambar.6). Senyawa δ-valerolakton dapat terpolimerisasi secara spontan dalam temperatur kamar, walaupun dengan massa molekul yang rendah. Polimer yang dihasilkan tersebut ternyata larut dalam pelarut organik dan bersifat asam. 9 adeleine Aubin melakukan penelitian tentang blending antara PVL dengan PVC, dan diketahui bahwa blending antar kedua polimer tersebut bersifat miscible. Interaksi terjadi antara gugus karbonil pada PVL dengan hidrogen alfa pada PVC. Terjadinya poliblend yang homogen dan miscible dapat dilihat dari hasil analisis DSC yang menunjukkan adanya satu temperatur transisi gelas, yaitu pada suhu 60K. Selain itu, karena tidak ditemukan adanya transisi pelelehan, maka blending tersebut dipastikan bersifat amorf. 0 Penelitian adeleine Aubin juga menyebutkan bahwa temperatur transisi gelas PVL adalah 06K dan titik lelehnya adalah 33K. Jika dibandingkan dengan polikaprolakton (PCL), kedua polimer tersebut memiliki nilai titik leleh dan temperatur transisi gelas yang hampir sama. Ditemukan juga bahwa perbedaan jumlah gugus metilen pada PVL dan PCL (4 dan 5) ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap sifat-sifat intrinsik dari keduanya. PVL diperkirakan memiliki sifat-sifat intrinsik yang sama dengan PCL. 0.4 Distanoksan Senyawa golongan distanoksan memiliki beberapa karakteristik, yaitu dapat membentuk dimer baik dalam keadaan padat maupun larutannya (Gambar.7). Dimerisasi distanoksan terjadi akibat adanya ikatan Sn--Sn dan faktor penting lain yaitu terikatnya satu unsur yang sangat elektronegatif, misalnya oksigen atau unsur-unsur halogen pada tiap atom Sn. C 4 H 9 Cl C 4 H 9 C 4 H 9 Sn Sn H C 4 H 9 C 4 H 9 H Sn Sn C 4 H 9 C 4 H 9 Cl C 4 H 9 Gambar. 7 Struktur distanoksan 9

8 Sebagian besar senyawa-senyawa distanoksan tidak larut dalam air, namun mempunyai kelarutan yang tinggi dalam pelarut organik termasuk hidrokarbon alifatik. Hanya sedikit penelitian yang meneliti tentang kereaktifan dan aplikasi sintesis distanoksan. Distanoksan dapat mengkatalisis sintesis uretan dari isosianat dan alkohol dengan kereaktifan lebih tinggi dari katalis Sn umum lainnya. Distanoksan juga dapat digunakan sebagai katalis dalam reaksi polimerisasi pembukaan cincin senyawa lakton menghasilkan suatu poliester dengan massa molekul relatif besar. Pembukaan cincin yang terjadi bisa melalui pemutusan ikatan antara karbon karbonil dengan oksigen dari lakton, atau pemutusan ikatan antara karbon non-karbonil dengan oksigen dari lakton..5 Benzoil Peroksida (BP) Benzoil peroksida (BP) merupakan senyawa kimia yang tergolong ke dalam peroksida organik. BP terdiri dari dua gugus benzoil yang dihubungkan oleh gugus peroksida (Gambar.8). BP biasa digunakan sebagai inisiator radikal. Pemecahan homolitik ikatan lemah oksigen dengan oksigen akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang akan memicu terjadinya reaksi lanjutan. Gambar. 8 Struktur benzoil peroksida Pada tahun 90, Jack Breitbart dari Laboratorium Revlon, mulai mengembangkan BP untuk mengatasi masalah jerawat. Selain itu, BP juga digunakan untuk pemutih gigi, disinfektan, pengering, dan agen pembersih. BP dapat disintesis dengan mereaksikan natrium peroksida dengan benzoilklorida, sehingga dihasilkan benzoil peroksida dan natrium klorida.waktu paruh dari BP adalah satu jam pada suhu 9 0 C, sedangkan pada suhu 3 0 C waktu paruhnya adalah satu menit. Berat jenis dari BP adalah,334 g/cm 3. Reaksi sintesis BP adalah sebagai berikut : PhCCl + Na (PhC) + NaCl 0

9 .6 Kopolimer Polimerisasi yang menggunakan lebih dari satu jenis monomer disebut dengan kopolimerisasi, dan hasilnya disebut kopolimer. Kopolimerisasi biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil polimer yang lebih baik. Terdapat empat jenis kopolimer 4, yaitu: a. Kopolimer blok : rantai polimer A berikatan dengan rantai polimer B. b. Kopolimer bergantian : unit ulang A dan B tersusun secara bergantian dan teratur. c. Kopolimer acak : unit ulang A dan B terikat secara acak. d. Kopolimer graft (cangkok) : polimer A menyusun rantai utama, sedangkan polimer B menyusun rantai cabang. Untuk memperoleh suatu kopolimer blok, biasanya digunakan polimer dengan gugus ujung yang labil, sehingga bisa terpolimerisasi lebih lanjut. Gugus ujung dapat diaktivasi dengan menggunakan panas atau sinar ultraviolet, sehingga terbetuknya radikal. Polimer radikal juga dapat diperoleh melalui mastikasi. Jika, terdapat dua jenis monomer dan yang merupakan sumber radikal. dan., maka terdapat empat cara penambahan monomer dalam suatu rantai polimer 5, yaitu: k k k k (-) Jika konsentrasi-konsentrasi ke akan sama dengan laju adisi k [ ][ ] = k [ ][ ] dan dianggap tetap (keadaan tunak), maka laju adisi ke, artinya : (-)

10 Laju pengurangan dan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: d [ ] [ ][ ] + k [ ][ ] = k (-3) d dt [ ] dt = [ ][ ] + [ ][ ] k k k k Jika didefinisikan bahwa = r dan = r, k k maka kombinasi kedua persamaan laju pengurangan monomer di atas adalah: d d [ ] [ ] = [ ] [ ] r [ ] + [ ] [ ] + [ ] r (-4) Jika r > maka radikal monomer lebih memilih untuk bereaksi dengan monomer sejenis (propagasi). Tetapi jika r <, maka kopolimerisasi lebih disukai. 5 Jika nilai r r =, maka kopolimerisasi dikatakan ideal, artinya kedua jenis radikal memiliki kecenderungan yang sama untuk bereaksi dengan kedua jenis monomer. Jenis kopolimerisasi ini biasanya menghasilkan kopolimer acak. Kopolimerisasi bergantian terjadi jika r = r = 0 dan d[ ]/ d[ ] =. Pada keadaan ini, radikal monomer tidak bereaksi dengan monomer yang sejenis dengannya. Sedangkan jika r =, maka kopolimer tidak terbentuk (hanya terbentuk homopolimer. 4.7 Karakterisasi Polimer Karakterisasi polimer dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat dari polimer yang dihasilkan. Dengan melakukan karakterisasi, dapat diketahui sifat fisik maupun kimia dari polimer. Karakterisasi yang dilakukan pada percobaan ini adalah analisis gugus fungsi, analisis kristalinitas, analisis termal, dan analisis kekuatan mekanik..7. Analisis Gugus Fungsi Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah senyawa organik atau senyawa anorganik, akan menyerap berbagai frekuensi radiasi elektromagnetik dalam daerah spektrum infra merah. Akan tetapi, ikatan yang dapat menyerap radiasi infra merah hanyalah ikatan yang

11 memiliki momen dipole. Ketika suatu molekul menyerap radiasi infra merah, maka energi yang diserap akan menaikkan amplitudo gerakan vibrasi ikatan dalam molekul dan molekul akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dari absorpsi suatu tipe ikatan tertentu bergantung pada macam vibrasi dari ikatan tersebut. leh karena itu, masing-masing tipe ikatan akan memiliki nilai yang khas. Vibrasi molekul terdiri dari dua macam, yaitu vibrasi ulur/rentangan (stretching) dan vibrasi tekuk/bengkokan (bending). Vibrasi ulur terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu vibrasi ulur simetris dan vibrasi ulur asimetris. Sedangkan vibrasi tekuk terbagi menjadi empat, yaitu vibrasi goyang (rocking), vibrasi gunting (scissoring), vibrasi kibasan (wagging), dan vibrasi pelintiran (twisting). Analisis gugus fungsi dilakukan dengan menggunakan alat Fourier Transform Infra Red (FTIR). Terdapat tiga kompenen utama dalam spektrofotometer, yaitu: a. Sumber radiasi infra merah, yang memancarkan sinar dan mengenai sampel yang dianalisis. b. onokromator c. Detektor yang mengubah energi frekuensi serapan menjadi energi listrik yang kemudian dapat terbaca. Sampel yang digunakan bisa dalam fasa padat, cair, atau gas. Ketiganya memiliki penanganan yang berbeda. Untuk sampel padat, bisa dengan metode Nujol ull, pellet KBr, atau pembuatan film. Sampel cair dapat disiapkan dengan memasukkannya ke dalam sel khusus atau dengan menggunakan window NaCl seperti Nujol ull. Sedangkan sampel gas disiapkan dengan memasukkannya ke dalam sel khusus untuk sampel gas..7. Analisis Kristalinitas Difraksi dapat terjadi ketika radiasi elektromagnetik berinteraksi dengan struktur yang periodik yang jarak pengulangannya sama dengan panjang gelombang radiasi tersebut. Sinar-X memiliki panjang gelombang, dalam orde angstrom, yang kira-kira sama dengan jarak antar atom pada padatan kristalin. leh karena itu, sinar-x dapat terdifraksi dalam material kristalin. 3 Pada tahun 9, axwell von Laue mengungkapkan bahwa sinar-x dapat dihamburkan oleh atom pada padatan kristalin jika adanya suatu kemiripan dalam jaraknya. Jadi, jika besarnya 3

12 panjang gelombang dan jarak antar atom kira-kira sama, maka difraksi dapat terjadi. Pola difraksi yang terjadi menggambarkan susunan struktural dari atom yang bersangkutan. Difraksi sinar-x dalam material padatan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui derajat kristalinitas dari suatu polimer. Penentuan derajat kristalinitas polimer dilakukan dengan membandingkan luas kurva fasa kristalin terhadap luas keseluruhan. Fasa kristalin pada difraktogram dinyatakan sebagai luas puncak yang relatif tajam dengan intensitas yang kuat, sedangkan fasa amorf dinyatakan dengan daerah di bawah puncak yang landai dan memiliki intensitas puncak yang kecil. Persamaan yang digunakan untuk menentukan derajat kristalinitas adalah sebagai berikut : I kristalin % x = 00% I + I kristalin amorf dengan %X = derajat kristalinitas I kristalin = intensitas fasa kristalin I amorf = intensitas fasa amorf (-5).7.3 Analisis Termal Analisis termal dapat dilakukan dengan menggunakan alat thermogravimetric analysis (TGA) dan Differential Thermal Analysis (DTA). elalui analisis termal, beberapa sifat termal polimer dapat diketahui, diantaranya adalah titik kristalisasi, suhu transisi gelas (T g ), suhu pelelehan (T m ), perubahan kalor (ΔH), suhu dekomposisi dan stabilitas panas. TGA merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menentukan stabilitas termal dari suatu material dengan memperhatikan perubahan berat yang terjadi pada analit yang dipanaskan 4. Pengukuran biasanya dilakukan dalam udara terbuka atau dalam gas inert seperti helium atau argon, dan perubahan berat sampel biasanya dicatat sebagai fungsi kenaikan temperatur. Beberapa instrument untuk analisis sifat termal juga mengukur perbedaan suhu antara sampel dengan pembanding setiap suhu tertentu, atau yang biasa disebut DTA 4. Dari kurva TGA, kita dapat melihat temperatur degradasi dari suatu polimer. Dari kurva DTA, kita dapat mengamati berbagai gejala fisik dan kimia yang terjadi pada polimer seperti transisi gelas, pelelehan, degradasi, oksidasi, dan lain-lain. Pengukuran DTA dan TGA secara simultan memungkinkan kita mengamati berbagai gejala endotermik dan eksotermik dari suatu polimer. 4

13 Gambar. 9 Termogram TGA secara umum.7.4 Analisis Kekuatan ekanik Tujuan dilakukannya analisis sifat mekanik suatu polimer adalah untuk mengetahui seberapa kuat kekuatan mekanik dari suatu polimer. Parameter yang menunjukkan kekuatan mekanik ini berupa kekuatan tarik (tensile strength), regangan (elongation at break), dan odulus Young. Kekuatan tarik (σ) merupakan besarnya gaya tarik maksimum yang diperlukan saat suatu bahan putus. Kekuatan tarik dapat diperoleh melalui persamaan : F σ = A dimana σ = kekuatan tarik (Pa), F = beban pada saat putus (Kgf), A = luas penampang (mm ). (-6) Regangan (ε) menggambarkan perbandingan perpanjangan yang terjadi sebelum polimer tersebut putus terhadap panjang awal. Dapat dinyatakan dalam persamaan : 5

14 dimana ε = % regangan l = panjang akhir (cm) l 0 = panjang awal (cm) ( l l ) l 0 ε = 00% 0 (-7) odulus Young (E) merupakan perbandingan antara kekuatan tarik terhadap regangan dan menggambarkan ukuran kekakuan dari suatu material. Persamaan untuk odulus Young adalah sebagai berikut : E σ ε = dimana E = odulus Young (Pa), ε = % regangan, σ = kekuatan tarik (Pa). (-8) 6

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun 1833. 1 sepanjang abad 19 para kimiawan bekerja dengan polimer tanpa memiliki suatu pengertian

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)

2. Tinjauan Pustaka Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Gambar 2.1 Diagram Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) Polymer Electrolyte Membran Fuel Cell (PEMFC) adalah salah satu tipe fuel cell yang sedang dikembangkan. PEMFC ini bekerja mengubah

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

2 Tinjauan pustaka. 2.1 Polimer

2 Tinjauan pustaka. 2.1 Polimer 2 Tinjauan pustaka 2.1 Polimer Salah satu faktor yang menentukan sifat suatu polimer adalah keteraturan rantai. Keteraturan rantai tersebut diwakili oleh struktur rantai, taktisitas, dan kristalinitas

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 TEKNOLOGI POLIMER Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Polipropilena Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk ke dalam polimer termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Polipropilena berasal dari monomer

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC)

2. Tinjauan Pustaka Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Fuel Cell (Sel Bahan Bakar) Fuel cell (sel bahan bakar) merupakan alat pengkonversi energi elektrokimia. Sel ini menghasilkan energi listrik dari berbagai macam jenis sumber bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Poliuretan 2.1.1. Sintesis Poliuretan Poliuretan ditemukan pertama kali oleh Prof. Otto Bayer pada tahun 1937 sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat Nylon.

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n POKOK BAHASAN I. LAJU REAKSI 1.1 Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau laju bertambahnya hasil reaksi (produk) tiap satu satuan

Lebih terperinci

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4 Alkena dan Alkuna Pertemuan 4 Alkena/Olefin hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C) Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap: alkadiena tiga ikatan rangkap: alkatriena,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2. 1 Struktur stiren

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2. 1 Struktur stiren 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Stiren Stiren atau vinyl benzen merupakan senyawa organik yang dapat disintesis dari benzena dan etena. Stiren merupakan monomer yang paling banyak digunakan karena memiliki kestabilan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5 Latihan contoh soal dan jawaban soal polimer Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! 1. Polimer berikut yang tidak termasuk polimer alam adalah. A. tetoron B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Charles Goodyear menemukan karet yang tervulkanisasi dengan menggunakan sulfur, sudah timbul keinginan peneliti untuk proses ban karet bekas agar dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat

Lebih terperinci

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang). HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan banyak sekali produk turunan dari minyak sawit yang dapat menggantikan keberadaan minyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah seperti tumpahan minyak merupakan salah satu bentuk polusi yang dapat merusak lingkungan. Dampak dari tumpahan minyak ini dapat merusak ekosistem lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al. Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

Prosiding Semnas Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, FMIPA-UNY, Yogyakarta 8 Pebruari 2005

Prosiding Semnas Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, FMIPA-UNY, Yogyakarta 8 Pebruari 2005 KAJIAN TENTANG SINTESIS PLIURETAN DAN KARAKTERISASINYA Eli Rohaeti Jurdik Kimia FMIPA UNY Abstrak Poliuretan merupakan bahan polimer yang mengandung gugus fungsi uretan (-NHC-) dalam rantai molekulnya.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Kopolimer Akrilonitril-Glisidil metakrilat (PAN-GMA) Pembuatan kopolimer PAN-GMA oleh peneliti sebelumnya (Godjevargova, 1999) telah dilakukan melalui polimerisasi radikal

Lebih terperinci

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI A. Kekhasan / Keunikan Atom Karbon o Terletak pada golongan IVA dengan Z = 6 dan mempunyai 4 elektron valensi. o Untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Onggok Singkong Sifat-Sifat Pati

TINJAUAN PUSTAKA Onggok Singkong Sifat-Sifat Pati TINJAUAN PUSTAKA nggok Singkong Ubi kayu merupakan tanaman penghasil pangan kedua terbesar setelah padi di Indonesia, sehingga mempunyai prospek yang besar sebagai sumber karbohidrat untuk bahan pangan

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA ALKENA Nama lain alkena adalah olefin atau senyawa vinil. Alkena termasuk senyawa organik tak jenuh. Alkena merupakan senyawa yang relatif stabil, akan tetapi lebih reaktif dari alkana karena terdapatnya

Lebih terperinci

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur, KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF. Oleh: Budiman Anwar Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF. Oleh: Budiman Anwar Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia BIODEGRADASI POLI(HIDROKSIBUTIRAT co CAPROLAKTON) DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF Oleh: Budiman Anwar Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian mengenai plastik

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Abstrak Jurusan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VII KIMIA ORGANIK

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VII KIMIA ORGANIK BAAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 al 1 dari 19 BAB VII KIMIA ORGANIK Dari 109 unsur yang ada di alam ini, karbon mempunyai sifat-sifat istimewa : 1. Karbon dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

panjang gelombang, λ Lebih panjang

panjang gelombang, λ Lebih panjang λ panjang gelombang, λ Lebih panjang 1 Pengukuran serapan IR oleh suatu molekul sebagai fungsi dari frekuensi (bil. Gelombang) Teknik: Spektrofotometri IR Alat: Spektrofotometer IR Hasil: Spektra IR Sinar

Lebih terperinci

panjang gelombang, λ Lebih panjang

panjang gelombang, λ Lebih panjang λ panjang gelombang, λ Lebih panjang Pengukuran serapan IR oleh suatu molekul sebagai fungsi dari frekuensi (bil. Gelombang) Teknik: Spektrofotometri IR Alat: Spektrofotometer IR Hasil: Spektra IR Sinar

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR)

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) Spektrum Elektromagnetik tinggi tinggi Frekuensi (ν) Energi rendah rendah X-RAY ULTRAVIOLET INFRARED MICRO- WAVE RADIO FREQUENCY Ultraviolet Visible Vibrasi Infrared Resonansi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu penyiapan aditif dan analisa sifat-sifat fisik biodiesel tanpa dan dengan penambahan aditif. IV.1 Penyiapan

Lebih terperinci

2. Substitusi dengan kelompok halogen OH. Halogen gugus-oh diganti dengan menggunakan pereaksi atau PCl5 PCL3:

2. Substitusi dengan kelompok halogen OH. Halogen gugus-oh diganti dengan menggunakan pereaksi atau PCl5 PCL3: Analisa gugus fungsi Reaksi Kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul lain. Reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya reaksi antar ion, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D ) 5 Kadar Asetil (ASTM D-678-91) Kandungan asetil ditentukan dengan cara melihat banyaknya NaH yang dibutuhkan untuk menyabunkan contoh R(-C-CH 3 ) x xnah R(H) x Na -C-CH 3 Contoh kering sebanyak 1 g dimasukkan

Lebih terperinci

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Kitosan 4.1.1 Penyiapan Perlakuan Sampel Langkah awal yang dilakukan dalam proses isolasi kitin adalah dengan membersikan cangkang kepiting yang masih mentah

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN HIDROKARBON (BAGIAN II) Gugus fungsional adalah sekelompok atom dalam suatu molekul yang memiliki karakteristik khusus. Gugus fungsional adalah bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

PENDAHULUAN. 1  (5 September 2006) PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida

Lebih terperinci

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur 1. Identifikasi suatu unsur dapat dilakukan melalui pengamatan fisis maupun kimia. Berikut yang bukan merupakan pengamatan kimia adalah. A. perubahan warna B. perubahan

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci